tugas peritonitis.docx

2
Penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis Terapi pada peritonitis primer dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur aau sesuai dengan bakteri yang seringkali ditemukan (misalnya E.coli, K. pneumonia, pneumococci). Terapi ini diberikan selama 14-21 tahun. Peralatan yang dapat menimbulkan infeksi (contoh: kateter dialisis peritoneal) sebaiknya dilepaskan agar tercapai terapi yang efektif. Peritonitis primer sering timbul akibat adanya ascites dan disebut dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Pada SBP diberikan terapi antibiotik broad spectrum, seperti sefalosporin generasi ketiga. Antibiotik ini mencakup 95% flora yang berhubungan dengan SBP. Antibiotik kemudian disesuaikan dengan hasil kultur dari fungsi asites. Angka kematian yang disebabkan oleh SBP secara umum rendah. SBP yang berhubungan dengan sirosis, angka 1 dan 2 years survival rate sekitar 30% dan 20%. Sedangkan terapi pada peritonitis sekunder yaitu dengan menghilangkan penyebabnya, misal dengan appendectomy, bila penyebabnya perforasi appendix. Kemudian harus dilakukan pembersihan jaringan-jaringan yang terinfeksi dan pemberian antibiotik untuk bakteri aerob dan anaerob. Terapi antibiotik dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dan biasanya diberikan secara intravena. Dengan terapi yang efektif, angka mortalitasnya 5%-6%, apabila infeksi tidak terkontrol, maka angka mortalitasnya >40%. Peritonitis juga dapat disebabkan oleh kuman spesifik (Tuberculosis). Terapi yang diberikan adalah anti tuberkulosis dengan isoniazid dan rifampin selama 9 bulan.

description

yolo

Transcript of tugas peritonitis.docx

Penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis

Terapi pada peritonitis primer dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur aau sesuai dengan bakteri yang seringkali ditemukan (misalnya E.coli, K. pneumonia, pneumococci). Terapi ini diberikan selama 14-21 tahun. Peralatan yang dapat menimbulkan infeksi (contoh: kateter dialisis peritoneal) sebaiknya dilepaskan agar tercapai terapi yang efektif. Peritonitis primer sering timbul akibat adanya ascites dan disebut dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Pada SBP diberikan terapi antibiotik broad spectrum, seperti sefalosporin generasi ketiga. Antibiotik ini mencakup 95% flora yang berhubungan dengan SBP. Antibiotik kemudian disesuaikan dengan hasil kultur dari fungsi asites. Angka kematian yang disebabkan oleh SBP secara umum rendah. SBP yang berhubungan dengan sirosis, angka 1 dan 2 years survival rate sekitar 30% dan 20%.Sedangkan terapi pada peritonitis sekunder yaitu dengan menghilangkan penyebabnya, misal dengan appendectomy, bila penyebabnya perforasi appendix. Kemudian harus dilakukan pembersihan jaringan-jaringan yang terinfeksi dan pemberian antibiotik untuk bakteri aerob dan anaerob. Terapi antibiotik dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dan biasanya diberikan secara intravena. Dengan terapi yang efektif, angka mortalitasnya 5%-6%, apabila infeksi tidak terkontrol, maka angka mortalitasnya >40%. Peritonitis juga dapat disebabkan oleh kuman spesifik (Tuberculosis). Terapi yang diberikan adalah anti tuberkulosis dengan isoniazid dan rifampin selama 9 bulan. Apabila peritonitis timbul akibat Chronic Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), diberikan antibiotik sefalosporin generasi pertama secara intraperitoneal. Secara umum, angka kesembuhan mencapai 75% dengan terapi yang sesuai dengan kultur. Bila gagal, maka kateter peritoneal harus dilepas.Apabila gagal dengan terapi, dapat timbul abses intraabdominal, peritonitis post operatif, dan peritonitis tersier yang timbul pada pasien dengan immunucompromised. Namun, pada peritonitis tersier meskipun dengan terapi yang efektif, angka mortalitas mencapai 50%.Bila terjadi abses intraperitoneal, harus dilakukan tindakan operasi dan pemasangan drain. Terapi antibiotic diberikan selama 3-7 hari. Drain dibiarkan sampai cairan yang keluar bersih dan kantong abses kolaps.