4. Tugas Dan Fungsi Kepolisian Dalam Menjalankan Tugas SPP - Tugas UAS - Konten
-
Upload
ronald-george-salawane -
Category
Documents
-
view
628 -
download
0
Transcript of 4. Tugas Dan Fungsi Kepolisian Dalam Menjalankan Tugas SPP - Tugas UAS - Konten
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas, peran dan fungsi kepolisian suatu Negara selalu berkembang dari
waktu ke waktu. Perkembangannya itu dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa
diantaranya adalah lingkungan, politik, ketatanegaraan, ekonomi maupun social
budaya. Begitu pula dengan tugas, peran dan fungsi kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri). Dari masa berdirinya Polri sebagaimana disyahkan dalam
Undang – Undang Dasar (UUD) tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan
sekarang, tugas, peran dan fungsinya mengalami perkembangan.
Apabila dahulu pada masa awal disahkannya kepolisian nasional disamping
melaksanakan tugas rutin, kepolisian juga secara aktif ikut dalam perang
mempertahankan kemerdekaan, maka pada saat sekarang ini berdasarkan
Undang – Undang No 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia
merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.
Dalam perkembangan saat sekarang ini, masyarakat Indonesia menuntut
Polri menjadi lembaga yang humanis, professional dan mejunjung tinggi hak
azazi manusia serta mampu menciptakan keadilan social ditengah masyarakat.
Hal ini tidakklah mudah bagi Polri, peranan sebagai penegak hukum sering
1
berbenturan dengan peranannya sebagai pelayan masyarakat. Untuk itu Polri
perlu mengembangkan upaya diskresi kepolisian dengan menggunakan hati
nurani ditengah – tengah masyarakat.
2
A. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini
adalah mencari titik terang mengenai Bagaimana Perkembangan Tugas, Peran
Dan Fungsi Kepolisian dari berdirinya sampai dengan saat ini ?, bagaimana
Gambaran Umum Tugas dan Wewenang Polri dan Upaya Diskresi Kepolisian,
serta bagaimana Citra Polri dalam Menjalankan Tugas dan Wewenangnya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai Ujian
Akhir Semester pada mata kuliah Sistem Peradilan Pidana (SPP). Selain untuk
memenuhi nilai Ujian Akhir Semester, tujuan penulisan makalah ini juga untuk
mengetahui Perkembangan Tugas, Peran Dan Fungsi Kepolisian dari berdirinya
sampai dengan saat ini, kemudian Gambaran Umum Tugas dan Wewenang Polri
dan Upaya Diskresi Kepolisian, serta Citra Polri dalam Menjalankan Tugas dan
Wewenangnya.
3
BAB II. PEMBAHASAN
A. Perkembangan Tugas, Peran dan Fungsi Kepolisian
Tugas, peran dan fungsi Polri sejak masa berdirinya sebagaimana disahkan
dalam Undang – Undang Dasar (UUD) tanggal 19 Agustus 1945 sampai dengan
sekarang mengalami perkembangan yang dapat dilihat dari ketentuan UU yang
mengatur tentang Polri.
a. Undang Undang No 13 tahun 1961 tentang ketentuan-ketentuan
pokok Kepolisian Negara.
Pasal 1
1) Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut
Kepolisian Negara, ialah alat negara penegak hukum yang
terutama bertugas memelihara keamanan di dalam negeri.
2) Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung
tinggi hak-hak azasi rakyat dan hukum negara.
Pasal 2
Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 maka
Kepolisian Negara mempunyai tugas :
1. a. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
b. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit
masyarakat.
c. Memelihara keselamatan negara terhadap gangguan dari dalam.
d. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat
termasuk memberi perlindungan dan pertolongan.
e. Mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap
peraturan-peraturan negara.
2. Dalam bidang peradilan mengadakan penyidikan atas kejahatan
4
dan pelanggaran menurut ketentuan-ketentuan dalam undang-
undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan negara.
3. Mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dan negara.
4. Melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya oleh
suatu peraturan negara.
b. Undang - Undang No 20 tahun 1982 tentang ketentuan -
ketentuan pokok pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia.
Pasal 30
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta
meningkatkan tertib hukum dan bersama-sama dengan segenap
komponen kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya
membina ketentraman masyarakat dalam wilayah negara guna
mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam
memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi
tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang
menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b ayat (4) pasal ini.
c. Undang - undang No 28 tahun 1997 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia
Pasal 3
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara
dibidang penegakan hukum, perlindungan dan pelayanan
masyarakat, serta pembimbingan masyarakat dalam rangka
5
terjaminnya tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman
masyarakat guna terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat.
Pasal 4
1. Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
a. Alat-alat Kepolisian khusus.
b. Penyidik pegawai negeri sipil.
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
2. Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, huruf b, dan huruf c melaksanakan fungsi kepolisian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukumnya masing- masing.
Pasal 5
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah unsur Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia yang terutama berperan memelihara
keamanan dalam negeri.
2. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan satu kesatuan
dalam melaksanakan fungsi kepolisian.
Pasal 13
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta
meningkatkan tertib hukum.
b. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam
memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi
tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan
keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat dalam
6
wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban
masyarakat.
d. Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang
menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c.
e. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 14
1. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13, Kepolisian Negara Republik Indonesia :
a. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
b. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran
kepolisian, dan laboratorium forensic serta psikologi kepolisian
untuk kepentingan tugas kepolisian.
c. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
d. Memelihara keselamatan jiwa raga, harta benda,
masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban
dan/atau bencana termasuk memberikan perlindungan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
e. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam rangka membina
keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
f. Melindungi dan melayani kepentingan warga masyarakat untuk
sementara, sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang
berwenang.
g. Membina ketaatan diri warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan. 7
h. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional dan pembinaan
kesadaran hukum masyarakat.
i. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan tehnis
terhadap alat-alat kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri
sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa yang memilki
kewenangan kepolisian terbatas.
j. Melakukan pengawasan terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
k. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi
kepolisian internasional.
2. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf I diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
d. Perubahan kedua Undang - Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 (Amanademen UUD 1945).
Pasal 30 ayat (4) :
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat serta menegakan hukum.
e. Ketetapan MPR RI NO. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 2 ayat (2) :
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan.
f. Ketetapan MPR RI NO. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan
peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 6
8
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Dalam menjalankan perannya, Kepolisian Negara Republik
Indonesia wajib memiliki keahlian dan keterampilan secara professional.
g. Undang - Undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Pasal 2
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara
dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
Pasal 3
1. Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh :
a. Kepolisian khusus.
b. Penyidik pegawai negeri sipil dan/atau
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
2. Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a, b dan c melaksanakan fungsi kepolisian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing.
Pasal 5
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara
yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
9
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2. Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional
yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 13
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Menegakkan hukum dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat
Pasal 14
1. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaiman dimaksud dalam Pasal
13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan
warga masyarakat terhadap hukum dan peratuaran perundang-
undangan.
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil
dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
10
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran
kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk
kepentingan tugas kepolisian.
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda ,
masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban
dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian serta
l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
B. Gambaran Umum Tugas dan Wewenang Polri
Secara yuridis tugas dan wewenang Polri telah diatur dalam konstitusi dan
berbagai produk peraturanperundang-undangan. Arahan yuridis sebagaimana
termuat dalam Pasal 30 Ayat (4) UUD 1945, misalnya,secara tegas mengatur
bahwa “Polri sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
bertugasmelindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum”. Hal senada diatur pula dalamPasal 6 Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000
tentang Peran TNI dan Polri, “Polri merupakan alat Negarayang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, 11
memberikanperlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.
Arahan yuridis tentang peran Polri yangdemikian itu, kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, terutama dalamPasal 5, Pasal
13 dan 14.
Dari arahan yuridis tersebut tampak, bahwa lembaga kepolisian di Indonesia
tidak hanya berperangsebagai bagian dari penegakan hukum yang terpola
dalam sistem peradilan pidana (SPP), melainkan lebihjauh dari itu berperan juga
sebagai lembaga penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, serta
pelindung,pengayom dan pelayan masyarakat.10 Karakteristik peran yang
dimainkan oleh lembaga kepolisian itu ternyata jauh lebih luas dalam melakukan
kontrol sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat pre-emprif, preventif maupun
represif. Ketika lembaga kepolisian menjadi bagian dari sistem peradilan pidana
maka tindakannyapun harus dapat dikembalikan ke dalam konteks sistem besar
tersebut. Apa yang dapat dilakukan dan seberapa jauh aparat kepolisian dapat
bertindak selalu ditentukan oleh tempatnya di dalam sistem tersebut. Singkat
kata, aparat kepolisian harus bertanggung jawab terhadap proses bekerjanya
hukum melalui sistem peradilan pidana sebagaimana diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981).
Pada dasarnya tugas dan wewenang Polri sebagaimana ditetapkan secara
yuridis dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 itu bukan sesuatu
yang baru, melainkan sudah pernah diatur dalam produk hukum sebelumnya
yang sudah tidak berlaku lagi, terutama Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1997.12 Tugas POLRI yang ditetapkan dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor
2 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :
1. Tugas POLRI sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat antara
lain : Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban 12
dan kelancaran lalu lintas di jalan; membina masyarakat untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta
ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan.
2. Tugas POLRI sebagai penegak hukum antara lain : Turut serta dalam
pembinaan hukum nasional; memelihara ketertiban dan menjamin
keamanan umum; melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan
teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan
bentuk-bentuk keamanan swakarsa; melakukan penyelidikan dan
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara
pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan untuk
kepentingan tugas kepolisian.
3. Tugas POLRI sebagai pengayom dan pelayan masyarakat antara lain
Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, melayani kepentingan warga masyarakat untuk
sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang
berwenang; memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.
Untuk dapat melaksanakan tugas sebagaimana diuraikan di atas (baik
sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
maupun perlindungan, pengayom dan pelayan masyarakat), POLRI diberi
wewenang sebagai berikut :
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan.13
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum.
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit-penyakit masyarakat.
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administrative kepolisian
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan.
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.
i. Mencari keterangan dan barang bukti.
j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat.
l. Memberikan batuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instasi lain, serta kegiatan masyarakat; dan (m)
menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Secara khusus untuk menjalankan tugas dalam bidang proses pidana atau
proses penegakan hukum, POLRI diberi wewenang sebagai berikut :
1. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyidikan,
2. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan,
3. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri; melakukan pemeriksaan dan penyitaan 14
surat; memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi,
4. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara,
5. Mengadakan penghentian penyidikan,
6. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; mengajukan
permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak
atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka
melakukan tindakan pidana
7. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerrima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil
untuk diserahkan kepda penuntut umum,
8. Dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab.
Sedangkan untuk dapat melaksanakan tugas-tugas lain menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, POLRI diberi wewenang sebagai berikut :
a. Memberi izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya
2. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
3. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor
4. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik
5. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan
peledak, dan senjata tajam
6. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap
badan usaha di bidang jasa pengamanan
15
7. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan
petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian
8. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional
9. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang
berada di wilayah indonesia dengan koordinasi instasi terkait
10. Mewakili pemerintah republik indonesia dalam organisasi kepolisian
internasional
11. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas
kepolisian.
Sekalipun sudah ada arahan yuridis yang mengatur secara tegas
tentang peran-peran yang harus dimainkan oleh kepolisian, namun tidak
tertutup kemungkinan bagi mereka untuk bertindak di luar arahan yuridis
tersebut. Bahkan, Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Kepolisian justru
memberikan peluang bagi aparat kepolisian untuk bertindak seperti itu.
Penegasan Pasal 18 Ayat (1) undang-undang Kepolisian sebagai berikut:
"Untuk kepentingan umum pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut
penilaiannya sendiri".
Namun, peluang seperti itu "hanya dapat dilakukan dalam keadaan
yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan,
serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia" (kf. Pasal 18 Ayat 2
Undang-Undang Kepolisian). Penegasan yang demikian itu hendak
mengisyaratkan bahwa secara yuridis polisi diperbolehkan untuk melakukan
diskresi. Diskresi di sini dimaknakan sebagai "kemerdekaan dan/atau
kewenagan dalam membuat keputusan untuk mengambil tindakan yang
dianggap tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi secara 16
bijaksana dan dengan memperhatikan segala pertimbangan maupun pilihan
yang memungkinkan".
Secara lebih spesifik, Thomas J. Aaron mendefinisikan “diskresi kepolisian”
sebagai "suatu wewenang bertindak yang diberikan kepada polisi untuk
mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan sendiri dan dalam situasi
tertentu mengenai masalah moral, serta terletak dalam garis batas antara
hukum dan moral". Harus diakui bahwa sebenarnya diskresi terjadi pada
ketiga peran yang dimainkan oleh kepolisian, baik dalam pemeliharaan
ketertiban dan keamanan, penegakan hukum maupun dalam tugas pengayoman,
perlindungan dan pelayanan masyarakat.
C. Upaya Diskresi Kepolisian
Upaya Diskresi Kepolisian pada prinsipnya merupakan kewenangan
Kepolisian yang bersumber pada asas yang memberikan kewenangan
kepada pejabat kepolisian untuk bertindak atau tidak bertindak menurut
penilaiannya sendiri, dalam rangka kewajiban umumnya menjaga, memelihara
ketertiban dan menjamin keamanan umum.
Menurut pasal 18 UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia yaitu " Untuk kepentingan umum, pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri ", hal tersebut
mengandung maksud bahwa seorang anggota Polri dalam melaksanakan
tugasnnya di tengah tengah masyarakat dapat mengambil keputusaan
berdasarkan penilaiannya sendiri apabila terjadi gangguan terhadap
ketertiban dan keamanan umum atau bila timbul bahaya bagi ketertiban dan
keamanan umum.
Upaya Diskresi Kepolisian dapat pula diartikan sebagai wewenang
Pejabat Polisi untuk memilih bertindak atau tidak bertindak secara legal 17
atau ilegal dalam menjalankan tugasnya (Davies 1969). Diskresi
membolehkan seorang Polisi untuk memilih diantara berbagai peran
(memelihara ketertiban, menegakkan hukum atau melindungi masyarakat)
taktik (menegakkan Undang- Undang Lalu Lintas dengan berpatroli atau berjaga
pada suatu tempat) ataupun tujuan (menilang pelanggar atau menasehatinya)
dalam pelaksanaan tugasnya.
Diskresi merupakan wewenang pejabat polisi untuk memilih bertindak atau
tidak bertindak secara legal atau ilegal dalam menjalankan tugasnya
(Davies 1969). Dengan diskresi seorang polisi dapat diantara berbagai
peran, taktik, dan tujuan dalam pelaksanaan tugasnya.
Diskresi pada umumnya berkaitan dengan 2 konsep yaitu penindakan
selektif (selective enforcement) yaitu suatu bentuk diskresi administrasi di mana
pembuat kebijakan atau pemimpin menentukan prioritas bagi berbagai
unit / satuan bawahannya. Dan patroli terarah (directed patrol) yaitu
suatu diskresi supervisor di mana supervisor memerintahkan anggota-
anggotanya untuk mengawasi secara ketat suatu wilayah tertentu atau
kegiatan tertentu.
Adapun factor - factor yang mempengaruhi tindakan diskresi menurut
Mayne adalah lamanya masa dinas anggota, jabatan dan pangkat anggota,
pandangan anggota tentang kasus tersebut dibandingkan dengan kasus lain,
tingkat frustrasi anggota tentang tidak efektifnya spp, disamping bentuk
pelanggaran dan keadaan si pelanggar ikut menentukan keputusan polisi untuk
menggunakan diskresi.
Berbagai masalah dalam penggunaan diskresi adalah inkonsistensi
yaitu kemungkinan terjadinya diskriminasi dalam situasi yang sama
pelanggar diperlakukan berbeda karena warna kulit atau kedudukannya dan
unpredictability
18
yaitu prinsip "just desert" (Cohen) yg menyatakan bahwa utk
diperlakukan adil seseorang harus menerima perlakuan yang
wajar/seharusnya bagi mereka, tanpa melihat apakah perlakuan tersebut
sama dengan orang lain, serta lack of accountability yaitu kurangnya
pertanggungjawaban terhadap diskresi.
Dalam dinamikan kehidupan masyarakat, upaya diskresi Kepolisian
merupakan suatu langkah penting. Hal ini turut ditunjang oleh beberapa
hal, yaitu karena rumusan UU terlalu umum dan tidak mampu menjelaskan
berbagai situasi pada saat terjadi pelanggaran untuk digunakan sebagai
pedoman anggota untuk bertindak serta sebagian besar pejabat polisi
menganggap ketentuan hukum pidana sebagai sekedar alat untuk
mencapai keadilan dan memelihara ketertiban masyarakat dan bukan
sebagai tujuan akhir, serta adanya keterbatasan sumber daya polri di
mana sering terjadi situasi dimana pejabat pollisi yg sedang
menangani pelanggaran kecil atau tugas rutin terpaksa harus meninggalkan
tugas tersebut untuk menangani tugas lain yang lebih penting.
Pada saat kondisi sekarang ini, masyarakat menuntut polisi untuk
mampu melaksanakan tugas, peran dan fungsinya secara professional,
humanis dan persuasif dengan lebih berorientasi kepada tindakan preventif
daripada tindakan represif. Dan untuk itu upaya diskresi kepolisian
dapat dikembangkan oleh kepolisian dengan bertidak selaku fasilitator
atau mediator guna mewujudkan keadilan social ditengah - tengah
masyarakat.
D. Citra Polri dalam Menjalankan Tugas dan Wewenangnya
Gambaran tentang keterpurukan citra Polisi sebagaimana diuraikan pada
bagian terdahulu, seakan membuka peluang terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sehari-hari. 19
Sebuah analisis dari seorang pakar kriminologi Amerika Serikat, Sutherland,
dalam bukunya berjudul "Criminal Homicide, A Study of Culture and Conflict"
yang diterbitkan tahun1960 di California, membahas berbagai kasus perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh penegak hukum, terutama polisi.
Menurut Suttherland, tugas dan pekerjaan polisi sehari-hari terlampau
sering bergaul dengan dunia kejahatan dan pejahat, sehingga secara tidak
disadari polisi menjadi sangat akrab dan tak asing lagi dengan kejahatan.
Dampak negatif yang sering tak mengerti adalah polisi telah berada dalam
lintasan kritis, seakan-akan ia tengah berdiri pada sebuah perbatasan yang
sangat rawan antara tugasnya sebagai penegak hukum dan terhadap kejahatan
yang tengah ditanganinya. Perilaku menyimpang yang demikian itu secara tidak
langsung menggambarkan bahwa administrasi peradilan pidana serta perilaku
para penyelenggaranya belum menunjukkan hasil yang maksimal yang
diharapkan. Bahkan, sebaliknya penyelenggaraan peradilan pidana secara
potensila menampakkan aspek-aspek yang bersifat kriminogen. Steven Box
dalam tulisannya yang berjudul Power, Crime and Mystication mengidentifikasi
bermacam-macam bentuk kebrutalan (kejahatan) polisi dalam proses
penyelesaian perkara pidana seperti :
1. Membunuh atau menyiksa tersangka
2. Mengancam, menahan, mengintimidasi dan membuat "catatan hitam" bagi
orang-orang yang tidak bersalah, dan
3. Melakukan korupsi, antara lain dengan cara menrima suap supaya tidak
melakukan atau menjalankan hukum, dan memalsukan data atau fakta
atau keterangan dan menghentikan pengusutan perkara pidana baik
secara langsung atau tidak langsung guna mendapatkan sesuatu
keuntungan.
Senada dengan Steven Box, dalam buku pedoman pelatihan untuk
anggota Polri disebutkan pula, bahwa tindakan menutup-nutupi kejahatan 20
dan melakukan korupsi dan menerima suap, tidak saja merupakan
pelanggaran hak asasi manusia yang sangat serius, tetapi juga berarti
melakukan tindakan melanggar hukum. Dengan demikian, ketika warga
masyarakat mengetahui tindakan polisi yang melanggar hukum tersebut akan
melihat polisi sebagai pelanggar hukum dan bukan sebagai penegak hukum.
Perilaku polisi yang mengarah kepada perbuatan jahat dalam
menjalankan tugasnya itu setidak-tidaknya merupakan tindakan pengebrian
etika jabatan. Menurut Abdul Wahid, tindakan yang demikian itu sebagai akibat
dari kondisi psikologis atau kepribadian yang sedang dikolonisasi oleh ideologi
Machiavelis yang dipopulerkan melalui prinsip "serba menghalalkan segala
cara". Prinsip ini mengandung pengertian bahwa kebenaran yang berada di
depan mata dan sebagai manifestasi kewajiban untuk ditegakkan,
direkayasa dan dianggap sebagai penghalang cita-cita.
Sementara itu, kenaifan, kebejatan dan kejahatan dianggap sebagai
terobosan logis untuk memperkaya diri, membangun kejayaan atau menarik
kedudukan yang terhormat di mata publik. Orientasi penegakan hukum yang
demikian itu, menurut Satjipto Rahardjo, dapat saja didorong masuk jalur
lambat, dan dalam keadaan yang serba lambat seperti itu memberikan
ruang yang luas untukmemperjuangkan kepentingan-kepentingan kelompok
dan sekaligus menjadi lahan bisnis yang subur bagi kalangan tertentu. Keadaan
seperti itu tak mustahil memunculkan pertanyaan dari masyarakat, bahwa
apakah hukum kita ini memang diarahkan untuk menghasilkan keadilan
ataukah sedang bekerja untuk menutup-nutupi sesuatu (cover-up) ?.
Gambaran yang dikemukakan di atas bukan mau menunjukkan bahwa
seluruh pekerjaan yang dijalankan oleh polisi adalah buruk, melainkan
hanyalah sekedar mengingatkan bahwa praktik- praktik "kotor" seperti itu
selalu saja ada dalam lingkaran pekerjaan polisi. Oleh sebab itu, adalah
suatu kebohongan belaka bila Polri kemudian menilai dirinya sebagai 21
institusi yang tak bercacat dan selalu berhasil dalam segala gerak
langkahnya. Begitu pula adalah tidak terlalu benar apabila kita menilai bahwa
tidak ada yang bisa diharapkan dan diandalkan oleh Polri, karena seakan-
akan Polri selama ini hanya berdiam diri saja.
22
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas, peran dan fungsi Polri mengalami perkembangan sejak masa
berdirinya sebagaimana disyahkan dalam Undang - Undang Dasar
(UUD) tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan sekarang ini .
Perkembangan tersebut dapat dilihat dari ketentuan per Undang -
Undangan yang mengatur tentang Polri.
Upaya Diskresi Kepolisian merupakan kewenangan Kepolisian yang
diatur dalam Undang - Undang, yang memberikan kewenangan kepada
pejabat kepolisian untuk bertindak atau tidak bertindak menurut
penilaiannya sendiri, dalam rangka kewajiban umumnya menjaga,
memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. Dan pada saat
ini dapat dikembangan oleh Polri untuk bertindak selaku fasilitator
atau mediator dalam menyelesaikan sengketa, pelanggaran atau
bahkan tindak pidana guna mewujudkan keadilan social ditengah -
tengah masyarakat.
B. Saran
Agar dalam melaksanakan tugas, fungsi dan peranannya, Polri
perlu mempertimbangkan keadilan social ditengah masyarakat.
Agar dibuat peraturan atau petunjuk pelaksanaan upaya diskresi
kepolisian secara tertulis / administrative dalam menghadapi situasi-situasi
tertentu yang selalu dan sering terjadi sebagai pedoman dan dapat
menghindari terjadinya penyimpangan dan kesewenangan oleh petugas
kepolisian (Polri) di lapangan.
23
Membangun citra polisi tidak mungkin dilakukan tanpa kerjasama dengan
warga masyarakat, dengan musyawarah merupakan sarana efektif yang
dirasa mampu membangun citra polisi ke depan lebih baik.
24