Konten C9754a.pdf

109

Transcript of Konten C9754a.pdf

Page 1: Konten C9754a.pdf
Page 2: Konten C9754a.pdf

iANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

KATA PENGANTAR

Pemahaman secara komprehensif terhadap persoalan kesenjangan antardaerah perlumenjadi acuan dalam perumusan perencanaan pembangunan, sehingga dapat mendukungkebijakan nasional dalam upaya pemerataan pembangunan di Indonesia. Untuk memberikanlandasan dalam menentukan arah kebijakan mengurangi kesenjangan antardaerah, diperlukandata dan informasi objektif, serta teknik pengolahan data tertentu sehingga dapat memberigambaran berbagai aspek yang menunjukkan adanya kesenjangan. Aspek-aspek yang memilikiurgensi tinggi untuk dilihat pada konteks kesenjangan adalah kesenjangan perekonomian daerahdan kesejahteraan masyarakat, serta aspek-aspek yang mempengaruhinya.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari berbagai sumber yang kompeten danpengolahan data, telah dihasilkan berbagai informasi penting yang menggambarkan adanyakesenjangan. Informasi kesenjangan yang disajikan dalam buku ini dibagi menjadi 5 (lima)bagian yang meliputi: Bagian Pertama, berisi uraian yang menjadi latar belakang penyusunanbuku ini, dan penjelasan sistematika penyajian buku. Bagian Kedua, berisi uraian Metodologidan analisis kesenjangan antardaerah, bagian ketiga berisi uraian kesejangan perekonomianantardaerah, bagian keempat, berisi uraian Kesenjangan infrastruktur Antarwilayah, bagiankelima berisi uraian kesenjangan analisis Pendapatan dan Belanja Daerah. Data yang digunakandalam publikasi ini bersumber dari informasi yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik, PT.PLN, Departemen Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian/ Lembaga dan sumber data lainnya.

Informasi kesenjangan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahamanterhadap kondisi dan perkembangan kesenjangan di Indonesia dilihat dari beberapa aspek yangdibahas. Dengan demikian melalui informasi dari hasil analisis kesenjangan ini diharapkandapat menjadi benchmarking, sehingga kondisi atau kinerja tiap daerah bisa diperbandingkandengan daerah yang lain. Selanjutnya berdasarkan informasi kesenjangan antar daerah inidiharapkan dapat memberikan orientasi terhadap berbagai kebijakan dan program pengurangankesenjangan antardaerah.

Kami mengucapkan terimakasih atas segala dukungan berbagai pihak dalampenyusunan dan penerbitan buku ini. Kami sangat menghargai kritik dan saran dari berbagaipihak guna menyempurnakan publikasi ini pada edisi yang mendatang.

Jakarta, Desember 2013DeputiBidangPengembanganRegional

danOtonomiDaerah

Dr. Ir. Max H. Pohan, CES, MA

Page 3: Konten C9754a.pdf
Page 4: Konten C9754a.pdf

   

iii ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tim Penyusun

PENGARAH: Dr. Ir. Max H. Pohan, CES, MA

Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah

PENANGGUNG JAWAB : Ir. Arifin Rudiyanto M.Sc, Ph.D

Direktur Pengembangan Wilayah

TIM PENYUSUN : Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D; Awan Setiawan, SE, MM, ME

Yudianto, ST, MT, MPP; Supriyadi, S.Si, MTP; Rudi Alfian, SE; Agung Widodo, SP, MIDEC; Fidelia Silvana, SP, M.Int.Econ & F;

Septaliana Dewi Prananingtyas, SE, M.Bus,Ec; Bimo Fachrizal Arvianto, S.Si; Hari Dwi Korianto, S.Kom, M.Si; Gatot Pambudhi Poetranto, S.Kom, MPM;

Ronny Komala Winoto, S.Kom.

TIM AHLI: Bambang Waluyanto; Nana Mulyana; Aziz Faizal Fachrudin; Setya Rusdianto;

Tri Supriyana; Iskandar Zulkarnaen

TIM PENDUKUNG: Anna Astuti; Eni Arni ; Sapto Mulyono;

Zulkarnaen, S.Kom; Cecep Supriyadi; Donny Yanuar.

Komentar, saran dan kritik dapat disampaikan ke:

Direktorat Pengembangan Wilayah Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta Pusat 10310

Telp/Fax. (021) 3193 4195 Email. [email protected]

   

Page 5: Konten C9754a.pdf
Page 6: Konten C9754a.pdf

   

v ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar isi v Daftar Tabel vii Daftar Gambar xi 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Sistematika Penyajian 3 2. METOLOGI ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 5

2.1. Analisis Kesenjangan Perekonomian Antarwilayah 5 2.1.1. Metode Analisis Pendapatan Regional 6 2.1.2. Metode Analisis Kesenjangan berdasarkan Pola dan Struktur

Pertumbuhan Ekonomi 6

2.2. Analisis Kesenjangan kesejahteraan Infrastruktur antarwilayah 8 2.3. Analisis Pendapatan dan Belanja Daerah 9 2.4. Metode Penyajian Kesenjangan. 10 9

3. KESENJANGAN EKONOMI ANTARWILAYAH 13

3.1. Kesenjangan Ekonomi Wilayah 13 3.1.1. Disparitas Nilai PDRB dan PDRB Antarwilayah. 13 3.1.2. Disparitas PDRB Perkapita Antarwilayah (Dispersion Ratio) 15 3.1.3. Kesenjangan Wilayah (Williamson Index) 21 3.1.4. Kesenjangan Pendapatan (Gini Ratio) 24

3.2. Kesenjangan Sosial 26

4. KESENJANGAN INFRASTRUKTUR ANTARWILAYAH 29

4.1. Kesenjangan Infrastruktur Jalan 30 4.1.1. Wilayah Sumatera 31 4.1.2. Wilayah Jawa Bali 32 4.1.3. Wilayah Nusa Tenggara 34 4.1.4. Wilayah Kalimantan 35 4.1.5. Wilayah Sulawesi 37 4.1.6. Wilayah Maluku dan Papua 38

4.2. Kesenjangan Infrastruktur Energi Listrik 40 4.2.1. Wilayah Sumatera 41 4.2.2. Wilayah Jawa – Bali 42 4.2.3. Wilayah Nusa Tenggara 43 4.2.4. Wilayah Kalimantan 43 4.2.5. Wilayah Sulawesi 44 4.2.6. Wilayah Maluku dan Papua 45

4.3. Kesenjangan Infrastruktur Telekomunikasi 46 4.3.1. Wilayah Sumatera 46 4.3.2. Wilayah Jawa – Bali 47 4.3.3. Wilayah Nusa Tenggara 48

Page 7: Konten C9754a.pdf

vi ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

4.3.4. Wilayah Kalimantan 48 4.3.5. Wilayah Sulawesi 49 4.3.6. Wilayah Maluku dan Papua 50

5. ANALISIS PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 51

5.1. Analisis Pendapatan Daerah 51 5.1.1. Rasio Kemandirian Daerah 51 5.1.2. Rasio Pajak (Tax Ratio) 54 5.1.3. Ruang Fiskal Daerah 56

5.2. Analisis Belanja Daerah 59

5.2.1. Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Daerah 59 5.2.2. Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja 62 5.2.3. Rasio Belanja Modal Per Total Belanja 65 5.2.4. Rasio Belanja PerJumlah Penduduk 74 5.2.5. Rasio Belanja Modal PerJumlah Penduduk 76

5.3. Perimbangan Kondisi Keuangan Daerah Dengan Kondisi Sosial Masyarakat 68

LAMPIRAN 73

Page 8: Konten C9754a.pdf

viiANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1.3.1.

Matrik Tipologi KlassenDistribusi Nilai PDRB ADHB menurut Pulau Tahun 2008-2012

713

3.2. Distrubusi Nilai PDRB ADHB Menurut Usaha Berdasarkan Pulau Tahun 2012 143.3. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Sumatera, Tahun 2007-2011 223.4. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Jawa Bali, Tahun 2007-2011 22

3.5. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Kalimantan , Tahun 2007-2011

23

3.6. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Sulawesi, Tahun 2007-2011 233.7. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Nusa Tenggara,Maluku dan

Papua Tahun 2007-201124

3.8. Perkembangan Kesenjangan Golongan Pendapatan (Gini Ratio) MenurutProvinsi Tahun 2008-2012

25

4.1. Panjang Jalan, Luas wilayah dan Kerapatan Jalan Antar KBI dan KTI Tahun2010

30

4.2. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 324.3. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 334.4. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 354.5. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 364.6. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 384.7. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 404.8. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 404.9. Perbandingan Ketersedian Infrastruktur Energi Listrik Antarwilayah di

Indonesia, Tahun 201141

4.10. Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Sumatera

41

4.11. Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Jawa Bali

42

4.12.

4.13.

4.14.

4.15.

4.16.

4.17.

Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Nusa TenggaraPerkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah KalimantanPerkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah SulawesiPerkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Maluku dan PapuaPerbandingan Pengunaan Alat Telekomunikasi Antarwilayah, Tahun 2010Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Sumatera

43

44

44

45

46

474.18. Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon dan

Penerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Jawa-Bali47

4.19. Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Nusa Tenggara

48

4.20. Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Kalimantan

49

4.21. Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Sulawesi

49

4.22 Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Maluku dan Papua

50

Page 9: Konten C9754a.pdf

viii ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

5.1. Kabupaten/Kota Menurut Dua Puluh (20) Peringkat Tertinggi dan Terendahuntuk Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Tahun 2012

53

5.2. Rasio Pajak Kabupaten/Kota Menurut Dua Puluh (20) Peringkat Tertinggi danTerendah, Tahun 2011.

56

5.3. 20 Kabupaten/Kota Tertinggi dan 20 Kabupaten/Kota Terendah menurut ruangfiskal

58

5.4. Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Kabupaten dan Kota Menurut 20Peringkat Tertinggi dan Terrendah

62

5.5. Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung (PNSD)Terhadap Total BelanjaKabupaten dan Kota Tahun 2012

65

5.6. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Kabupaten dan Kota Tahun 2012 675.7. Hasil Analisis Kuadran Rata-rata Belanja Urusan Kesehatan Pemerintah Provinsi

dan Kabupaten/kota se-Provinsi dengan Kondisi Pendidikan Menurut Rata-rataLama Sekolah (RLS)

70

5.8. Hasil Analisis Kuadran Rata-rata Belanja Urusan Pendidikan PemerintahProvinsi dan Kabupaten/kota se-Provinsi dengan Kondisi Kesehatan MenurutUmur Harapan Hidup (UHH)

72

Page 10: Konten C9754a.pdf

ixANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

3.1.

3.2

Perbandingan PDRB Perkapita (ADHB) dengan Migas Antarprovinsi, Tahun2012 (dalam juta/jiwa)Perbandingan PDRB Perkapita (ADHB) Tanpa Migas dan Dengan MigasBerdasarkan Dispersion Ratio Tahun 2012

15

15

3.3.

3.4

Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Sumatera Tahun 2007-2011Disparitas PDRB Perkapita Tanpa Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Sumatera Tahun 2007-2011

16

16

3.5.

3.6

Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Jawa+Bali Tahun 2007-2011Disparitas PDRB Perkapita Tanpa Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Jawa+Bali Tahun 2007-2011.

17

17

3.7. Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Kalimantan Tahun 2007-2011

18

3.8. Disparitas PDRB Perkapita Tanpa Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Kalimantan Tahun 2007-2011

18

3.9. Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Sulawesi Tahun 2007-2011

19

3.10. Disparitas PDRB Perkapita Tanpa Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Sulawesi Tahun 2007-2011

19

3.11. Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Nusa tenggara, Maluku dan Papua Tahun 2007-2011

20

3.12. Disparitas PDRB Perkapita tanpa Migas menurut Dispersion Ratio per provinsidi wilayah Nusa tenggara, Maluku dan Papua Tahun 2007-2011

20

3.13. CVw dari PRB Perkapita menurut Provinsi di wilayah Jawa-Bali, Tahun 2007-2011

21

3.14. Perbandingan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut ProvinsiTahun 2013(Februari)

26

3.15. Perbandingan IPM antarprovinsi Tahun 2011 273.16. Perbandingan Prosentase Proses Kelahiran ditolong Tenaga Medis Tahun 2011 27

4.1 Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan Antar wilayah Pulau, Tahun 2010 304.2 Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi Di

Wilayah Sumatera31

4.3 Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Sumatera

31

4.4. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Jawa Bali

32

4.5. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Jawa- Bali

33

4.6. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Nusa Tenggara

34

4.7. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Nusa Tenggara

34

4.8. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Kalimantan

35

4.9. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Kalimantan

36

4.10. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Sulawesi

37

Page 11: Konten C9754a.pdf

x ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

4.11. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Sulawesi

37

4.12. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Maluku dan Papua

39

4.13. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Maluku dan Papua

39

5.1. Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Pemerintah Provinsi , Tahun 2008 dan2012

52

5.2. Rasio PAD terhadap total pendapatan Kabupaten/Kota se-Provinsi,Tahun 2007dan 2011

53

5.3. Tax Rasio Pemerintah Provinsi Tahun 2008-2012 555.4. Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Tahun 2008-2012 555.5. Ruag Fiskal Pemerintah Provinsi, Tahun 2012 575.6. Rata-rata Ruang Fiskal Kabupaten dan Kota Menurut Provinsi, Tahun 2012 585.7. Rasio Belanja pegawai terhadap Total Belanja masing-masing Pemerintah

Provinsi di Indonesia Tahun 2008-201260

5.8. Rasio Belanja Pegawai Kabupaten dan Kota Se-Provinsi terhadap TotalBelanja Pemerintah Di Indonesia Tahun 2008-2012

61

5.9. Rasio Belanja Pegawai Tidak langsung terhadap Total Belanja masing- masingPemerintah Provinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012

63

5.10. Rasio Belanja Pegawai Tidak langsung terhadap Total Belanja masing- masingPemerintah Kabupaten dan Kota Di Indonesia Tahun 2008-2012

64

5.11. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja masing-masing PemerintahProvinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012

66

5.12. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja masing-masing PemerintahKabupaten dan Kota Se-Provinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012

67

5.13. Perimbangan Indeks harapan Hidup dengan Belanja Pemerintah UrusanKesehatan

69

5.14. Perimbangan Rata-rata Lama Sekolah dengan Belanja Pemerintah UrusanPendidikan

71

Page 12: Konten C9754a.pdf

   

1 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesenjangan antarwilayah di Indonesia tidak terlepas dari adanya keragaman potensi sumber daya alam, letak geografis, kualitas sumber daya manusia, ikatan etnis atau politik. Keberagaman ini dapat menjadi sebuah keunggulan dalam satu sisi, namun disisi lain dapat berpotensi menjadi sumber instabilitas sosial dan politik nasional. Untuk itu, maka penyelenggaraan pembangunan secara terencana dan berorientasi terhadap pengurangan kesenjangan antarwilayah menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pemahaman secara komprehensif terhadap persoalan kesenjangan tersebut perlu menjadi acuan dalam perumusan perencanaan pembangunan, sehingga dapat mendukung upaya pemerataan pembangunan di Indonesia.

Kesenjangan pendapatan di suatu daerah akan menimbulkan berbagai permasalahan, seperti peningkatan migrasi dari daerah yang miskin ke daerah yang lebih maju, kriminalitas, dan konflik antar masyarakat. Dalam konteks kenegaraan kesenjangan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang kemudian akan mengancam keutuhan suatu negara. Maka dari itu, kesenjangan harus diatasi oleh pemerintah dengan mendorong daerah yang miskin untuk mampu mengejar ketertinggalan perekonomiannya terhadap daerah yang sudah kaya

Meskipun tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, kesenjangan antar daerah tetap harus diupayakan untuk dikurangi. Salah satu prinsip dasar yang harus dipegang para pengambil kebijakan adalah bahwa kesenjangan perekonomian antar daerah masih dapat ditoleransi sejauh tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional dan tidak menciptakan ketidakmerataan pendapatan yang luar biasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, upaya melakukan redistribusi pendapatan masyarakat haruslah mendapatkan prioritas utama dibandingkan redistribusi perekonomian daerah. Satu hal lagi yang harus dilakukan dalam upaya mengurangi kesenjangan perekonomian antar daerah adalah mengurangi jarak antara daerah terkaya dengan daerah termiskin, melalui upaya khusus untuk mengangkat daerah termiskin secara signifikan.

Penyebab terjadinya kesenjangan yang terjadi antardaerah di Indonesia diantaranya dapat diakibatkan oleh kesenjangan ketersediaan infrastruktur dan kemampuan keuangan antardaerah. Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat membantu mendorong berbagai kegiatan ekonomi melalui fungsinya yang dapat melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Sementara itu kesenjangan dari sisi kemampuan keuangan antardaerah dapat dilihat dari aspek jumlah pendapatan daerah, dan kualitas belanja daerah. Kedua aspek di atas memiliki pengaruh nyata terhadap kinerja perekonomian daerah.

Page 13: Konten C9754a.pdf

2 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Selain kedua aspek tersebut diatas, masalah klasik dan mendasar terjadinya kesenjangan antardaerah tersebut potensi ekonomi yang tidak sama. Ada beberapa wilayah atau provinsi yang memiliki berbagai sumber daya alam berlimpah, tidak akan permasalahan dalam membangun kegiatan ekonomi sebagai pusat perumbuhan dan kesenjangan pembangunan antardaerah terutama terjadi antara perdesaan dan perkotaan, antara Pulau Jawa dan luar Jawa, antara antara pusat-pusat pertumbuhan dengan kawasan hinterland dan kawasan perbatasan, serta antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Berbagai permasalahan yang masih dihadapi adalah masih terdapatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah di Indonesia. Indikasi ketimpangan pembangunan tersebut dapat dilihat dari perbedaan tingkat kesejahteraan dan perkembangan ekonomi antar wilayah. Data BPS tahun 2012 menunjukah bahwa perkembangan aktivitas ekonomi masih terkonsentrasi di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera dengan share terbesar 82,64 persen, dan kemiskinan tahun 2013 terkonsentrasi di wilayah Jawa-Bali, yaitu sebanyak 15,52 juta jiwa dan berikutnya di wilayah Sumatera sebanyak 6,2 juta jiwa. Namun, secara persentase, angka kemiskinan di DKI Jakarta menunjukkan angka yang paling kecil, yaitu hanya sekitar 3,5 persen sedangkan angka persentase kemiskinan di wilayah Papua mencapai persentase terbesar, yaitu 30,22 persen. Ketimpangan pelayanan sosial dasar yang tersedia, seperti pendidikan, kesehatan, dan air bersih juga terjadi antar wilayah, khususnya di Kawasan Timur Indonesia ketersediannya minim sekali.

Untuk memberikan orientasi dalam memperkuat kebijakan upaya mengurangi kesenjangan tersebut, diperlukan data dan informasi objektif, serta teknik pengolahan data tertentu sehingga dapat memberi gambaran adanya kesenjangan antarwilayah. Informasi yang dikembangkan dalam análisis kesenjangan ini mencakup dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal memberikan gambaran tentang keadaan di dalam tiap daerah, sedangkan dimensi eksternal menggambarkan posisi relatif keadaan daerah terhadap daerah lainnya. Dengan demikian informasi ini mengandung sifat benchmarking, sehingga kondisi atau kinerja tiap daerah bisa diperbandingkan dengan daerah yang lain. Lebih lanjut juga diharapkan bisa diketahui corak keadaan tiap daerah atau kelompok daerah.

Atas dasar hal tersebut di atas, maka Direktorat Pengembangan Wilayah berinisiatif menyusun Buku Analisis Kesenjangan Antarwilayah. Melalui berbagai temuan dari hasil análisis kesenjangan ini diharapkan dapat memberikan alternatif dalam penguatan perencanaan yang berbasis wilayah.

Page 14: Konten C9754a.pdf

   

3 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

1.2. Sistematika Penyajian

Buku ini menyajikan data dan informasi yang terkait dengan kesenjangan antarwilayah, dengan lingkup informasi mengenai beberapa teori pembangunan dan kesenjangan antarwilayah, serta informasi mengenai hasil analisis kesenjangan dilihat dari perspektif perekonomian daerah, kesejahteraan masyarakat, serta kemampuan keuangan daerah. Rincian dari informasi tersebut disajikan dalam 5 Bab, dengan gambaran singkat dari setiap bab adalah sebagai berikut:

BAB I : berisi mengenai latar belakang dari penyajian buku analisis

kesenjangan antarwilayah; BAB II : berisi mengenai metodologi pendekatan untuk melihat kesenjangan

antarwilayah dalam aspek perekonomian daerah, analisis kesejahteraan masyarakat, analisis kemampuan keuangan antarwilayah, serta metode penyajian kesenjangan antarwilayah

BAB III : berisi mengenai hasil analisis perekonomian daerah BAB IV : berisi mengenai hasil analisis kesenjangan infrastruktur antardaerah BAB V : berisi mengenai hasil analisis kesenjangan kemapuan keuangan

daerah

Page 15: Konten C9754a.pdf
Page 16: Konten C9754a.pdf

5ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

BAB 2METODOLOGI ANALISIS

KESENJANGAN ANTARWILAYAH

Kesenjangan berarti suatu gambaran terhadap fakta (kondisi) yang tidak homogen,yang di dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan yang membutuhkan perhatian. Atas dasarpengertian tersebut, analisis kesenjangan antarwilayah dimaksudkan untuk memberigambaran fakta-fakta perbedaan perkembangan kondisi hasil pembangunan antarwilayah,juga terkandung informasi mengenai perbandingan antarwilayah dan informasi adanyagap (kesenjangan) antaradaerah yang maju dan tertinggal.

Peta kesenjangan antarwilayah ini dibangun melalui pendekatan pengolahan danteknik penyajian data, sehingga dapat memberi gambaran fakta kesenjangan antarwilayah.Berdasarkan temuan fakta kesenjangan ini, selanjutnya diharapkan dapat menjadi dasardalam menentukan isu dan permasalahan strategis yang perlu direspon melalui kebijakandan program pembangunan.

Bertitik tolak dari fakta kesenjangan tersebut, melalui publikasi analisiskesenjangan antarwilayah ini, akan menyajikan beberapa fakta kesenjangan antarwilayahyang meliputi: (1) Kesenjangan perekonomian antarwilayah, (2) Kesenjangankesejahteraan antarwilayah, (3) Kesenjangan kemampuan fiskal antarwilayah, dan (4)Keseimbangan antara kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengankemampuan fiskal daerah.

2.1. Analisis Kesenjangan Perekonomian AntarwilayahUntuk merepresentasikan pendapatan regional, digunakan parameter output

regional (pendekatan produksi) yang sangat terkait dengan area tertentu, dalam hal inikabupaten/kota digunakan sebagai satuan terkecil.Data yang digunakan ialah ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) menurut kabupaten/kota. Dalam hal ini, PDRBmenunjukkan total nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh perekonomian suatu daerah(kabupaten/kota) selama satu tahun. Data yang digunakan berasal dari regional accountmenurut kabupaten/kota yang mulai dipublikasikan oleh BPS secara konsisten sejak tahun1993. Selanjutnya digunakan nilai PDRB per kapita untuk menunjukkan nilai outputdibagi jumlah penduduk di area tersebut. Semakin tinggi nilai PDRB per kapita berartisemakin tinggi kekayaan daerah (region prosperity) di daerah tersebut, dengan kata lainnilai PDRB per kapita dianggap merefleksikan tingkat kekayaan daerah. Untuk melihattingkat kesenjangan PDRB perkapita antar kabupaten/kota menurut masing-masingprovinsi dilakukan dengan analisis Dispersion Ratio, yaitu PDRB perkapita tertinggiterhadap PDRB perkapita terendah dengan mengunakan data series. Dispersion rasiodengan angka persebaran tinggi maka menunjukan bahwa kesenjangan PDRB perkapitaantardaerah tinggi dan sebaliknya.

Page 17: Konten C9754a.pdf

6 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

2.1.1. Metode Analisis Pendapatan RegionalMetode analisis kesenjangan regional dapat ditunjukkan berdasarkan perhitungan

disparitas PDRB Perkapita antarwilayah, perhitungan yang digunakan dalam analisiskesenjangan pendapatan antarwilayah adalah Indeks Williamson (CVw). IndeksWilliamson ini sederhana dan populer digunakan untuk mengukur kesenjanganpendapatan regional, khususnya pendapatan dalam pengertian indikator PDRB per kapita.

1. Pendapatan per Kapita Pendapatan per kapita didekati dari angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

per kapita, yaitu perhitungan PDRB di suatu kabupaten/kota dibagi oleh populasikabupaten/kota tersebut. Formulasi untuk menghitung pendapatan per kapita adalah:

Data yang digunakan untuk mengolah variabel ini berasal dari buku PDRBKabupaten dan Kota serta Kabupaten dalam Angka.

2. CVw (CV Williamson)Indeks Williamson merupakan pendekatan untuk mengukur derajat ketimpanganantar wilayah berdasarkan PDRB perkapita. Formula ini pada dasarnya sama dengancoefficient of variation (CV) biasa dimana standar deviasi dibagi dengan rataan.Williamson (1965) memperkenalkan CV ini dengan menimbangnya dengan proporsipenduduk, yang disebut CVw. Formulanya adalah sebagai berikut:

=( )

Dimana:

CVw = Weighted coefficient of variationni = Penduduk di daerah i

n = Penduduk totalYi = PDRB perkapita di daerah i

Y = Rata-rata PDRB perkapita untuk semua daerah

KotaKabupaten/PendudukJumlahKotaKabupaten/PDRBNilaiPerkapitaPendapatan

Page 18: Konten C9754a.pdf

7ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

2.1.2. Metode Analisis Kesenjangan Berdasarkan Pola dan Struktur PertumbuhanEkonomi.

Tipologi Klassen juga merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yangdigunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomisuatu daerah. Pada pengertian ini, Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkanpertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuanatau nasional dan membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah dengan PDRBper kapita daerah yang menjadi acuan atau PDB per kapita (secara nasional).

Melalui Analisis Tipologi Klassen ini selain dapat dapat digunakan untukmengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan memperhatikan perekonomiandaerah yang diacunya, dan mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditiunggulan suatu daerah, juga dapat memberi gambaran adanya kesenjangan antarwilayahberdasarkan posisi perekonomian yang dimiliki suatu daerah terhadap perekonomiannasional maupun daerah yang diacunya.

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, pengguna analisis tipologi Klassenakanmendapatkan manfaat sebagai berikut: (1) Dapat membuat prioritas kebijakan daerahberdasarkan keunggulan sektor, subsektor, usaha, atau komoditi daerah yang merupakanhasil analisis tipologi Klassen; (2) Dapat menentukan prioritas kebijakan suatu daerahberdasarkan posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupundaerah yang diacunya; dan (3) Dapat menilai suatu daerah baik dari segi daerah maupunsektoral.

Tabel 2.1:Matriks Tipologi Klassen

Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi

Rendah Tinggi

Rata-rata PD

RB

Perkapita Tinggi

Kuadran IIDaerah Maju tetapiTertekan (high income butlow growth)

Kuadran IDaerah Cepat Maju danCepat-Tumbuh (high growthand high income)

Rendah

Kuadran IIIDaerah Relatif Tertinggal(low growth and lowincome).,

Kuadran IVDaerah sedang Berkembang(high growth but low income)

Penjelasan dari matriks di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakankuadran daerah dengan laju pertumbuhan PDRB yang lebih besar dibandingkanpertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional dan memiliki

Page 19: Konten C9754a.pdf

8 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

pertumbuhan PDRB per kapita yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRBper kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

2. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran inimemiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhanPDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional, tetapi memiliki pertumbuhanPDRB per kapita yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapitadaerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

3. Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran inimerupakan kuadran untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebihtinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional,tetapi pertumbuhan PDRB per kapita daerah tersebut lebih kecil dibandingkandengan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secaranasional.

4. Daerah relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yangmemiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhanPDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional dan sekaligus pertumbuhanPDRB per kapita yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapitadaerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

2.2. Analisis Kesenjangan Infrastruktur AntarwilayahUntuk melihat adanya kesenjangan infrastruktur antarwilayah, dilakukan

perbandingan ketersediaan dan dukungan infrastruktur sesuai dengan jenisnya. Jenisinfrastruktur yang akan menunjukkan adanya kesenjangan meliputi infrastruktur jalan,energi listrik dan telekomunikasi. Indikator yang digunakan meliputi kuantitas dankualitas dari ketersediaan infrastruktur, serta beberapa indikator yang dihitungberdasarkan formula sebagai berikut:

1. Rasio Kerapatan Jalan

Rasio kerapatan jalan ditunjukkan oleh rasio panjang jalan (Km) terhadap Luaswilayah (Km2). Rasio kerapatan jalan memiliki makna tinggi rendahnya tingkataksesibilitas antardaerah, yaitu semakin besar angka rasio kerapatan jalan makakemudahan dalam menjangkau antardaerah yang dihubungkan oleh infrastruktur jalandisuatu wilayah semakin besar, dan sebaliknya.

2. Energi Terjual Perkapita (kWh/ Kapita)

Energi Terjual Perkapita menunjukkan energi yang terjual kepada pelanggan atauenergy (kWh) yang terjual kepada pelanggan TT (tegangan Tinggi), TM (TeganganMenengah) dan TR (Tegangan Rendah dibagi dengan jumlah penduduk.

Page 20: Konten C9754a.pdf

9ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

3. Rasio Elektrifikasi

Merupakan rasio antara jumlah rumah tangga pengguna energi listrik PLN dibagidengan total jumlah rumah tangga (di kali 100%).

2.3. Analisis Pendapatan dan Belanja DaerahAnalisis keuangan diarahkan untuk mengetahui sisi pendapatan daerah dan belanja

pembangunan. Analisis dari sisi pendapatan, meliputi:

Tax Ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak suatu daerahterhadap pendapatan suatu output perekonomian atau produk Domestik RegionalBruto (PDRB). Terkait dengan rasio pajak, PDRB menggambarkan jumlahpendapatan potensial yang dapat dikenai pajak. PDRB juga menggambarkan kegiatanekonomi masyarakat yang jika berkembang dengan baik merupakan potensi yangbaik bagi pengenaan pajak di wilayah tersebut.

Ruang Fiskal merupakan rasio yang menggambarkan besarnya pendapatan yangmasih bebas digunakan oleh daerah untuk mendanai program/kegiatan sesuaikebutuhannya. Penghitungan Ruang Fiskal diperoleh dengan mengurangkan seluruhpendapatan dengan pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked)dan belanja wajib seperti belanja pegawai dan bunga.

Rasio kemandirian daerah dicerminkan oleh rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)terhadap total pendapatan, serta rasio transfer terhadap total pendapatan. Dua rasiotersebut memiliki sifat berlawanan, yaitu semakin tinggi rasio PAD semakin tinggikemandirian daerah dan sebaliknya untuk rasio transfer. Posisi tertinggi dan terendahrasio transfer umumnya berkebalikan dengan posisi provinsi yang bersangkutan padarasio PAD

Analisis dari sisi belanja daerah, meliputi:

Rasio belanja pegawai terhadap total belanja. Semakin tinggi angka rasionya makasemakin besar proporsi APBD yang dialokasikan untuk belanja pegawai dan begitusebaliknya semakin kecil angka rasio belanja pegawai maka semakin kecil pulaproporsi APBD yang dialokasikan untuk belanja pegawai APBD. Belanja pegawaiyang dihitung dalam rasio ini melipui belanja pegawai langsung dan belanja pegawaitidak langsung.

Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja. Rasio belanja pegawaitidak langsung terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanja daerahterhadap pembayaran gaji pegawai (PNSD). Semakin besar rasionya maka semakinbesar belanja daerah yang dibelanjakan untuk membayar gaji pegawai daerah dansebaliknya, semakin kecil angka rasionya maka semakin kecil belanja daerahyang dipergunakan untuk membayar gaji pegawai daerah.

Rasio belanja modal per total belanja. Rasio belanja modal terhadap total belanjadaerah mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk belanja modal.

Page 21: Konten C9754a.pdf

10 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Belanja Modal sendiri ditambah belanja barang dan jasa, merupakan belanjapemerintah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatudaerah selain dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Oleh karena itu,semakin tinggi angka rasionya, semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhanekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin buruk pengaruhnyaterhadap pertumbuhan ekonomi.

Semua rasio tersebut menunjukkan kecenderungan pola belanja daerah, apakahsuatu daerah cenderung mengalokasikan dananya untuk belanja yang terkait eratdengan upaya peningkatan ekonomi, seperti belanja modal, atau untuk belanja yangsifatnya untuk pendanaan aparatur, seperti belanja pegawai tidak langsung.

2.4. Metode Penyajian KesenjanganKesenjangan berarti suatu gambaran terhadap fakta (kondisi) yang tidak homogen,

yang di dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan yang membutuhkan perhatian. Atas dasarpengertian tersebut, penyusunan profil kesenjangan antarwilayah dimaksudkan untukmemberi gambaran fakta-fakta perbedaan perkembangan kondisi hasil pembangunanantarwilayah, juga terkandung informasi mengenai perbandingan antarwilayah yang majudan tertinggal.

Kondisi kesenjangan antarwilayah ini akan dilakukan melalui pendekatan analisisdata dengan perhitungan indeks yang sudah lajim digunakan, dan dibangun melaluipendekatan pengolahan dan teknik penyajian data. Penyajian dengan cara ini diharapkanakan lebih memberikan informasi yang lebih utuh baik secara kuantitatif maupun dimensiruangnya. Dalam Profil Kesenjangan Kesejahteraan Masyarakat Antarwilayah ini lingkupunit-unit yang akan diperbandingkan dipilih sedemikian rupa sehingga akanmenunjukkan:

1. Kesenjangan antarwilayah

Kesenjangan bentuk ini adalah komparatif antarwilayah (kabupaten/kota) yangdisajikan dalam suatu pengamatan yang agregat terhadap seluruh kabupaten/kotayang ada di wilayah Indonesia.

2. Kesenjangan antarwilayah dalam kelompok terdefinitif (cluster padaintegrasi spasial, provinsi, pulau, dsb.)

Dalam bentuk ini kesenjangan dilihat dalam suatu lingkup wilayah yangterdefinitif seperti kesenjangan antarwilayah dalam lingkup satu provinsi, satupulau, dan lainnya. Misalnya kesenjangan antarwilayah (kabupaten/kota) dalamsuatu provinsi, kesenjangan antarwilayah (kabupaten/kota) di Pulau Jawa, dansebagainya.

Untuk menggambarkan perbandingan melalui pendekatan di atas, akan disajikan melaluiformat sebagai berikut:

• Grafik, berisi ilustrasi hasil pengolahan data tabular seperti perankingan kabupatendan kota berdasarkan olahan suatu variabel. Grafik ini juga untuk menggambarkan

Page 22: Konten C9754a.pdf

11ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

nilai-nilai ekstrim seperti grafik 10 kabupaten/kota tertinggi dan 10 kabupaten/kotaterrendah dan mengambarkan perbandingan antara kabupaten/kota tertinggi dengankabupaten terrendah seperti grafik perbandingan 10 kabupaten/kota tertinggi dengan10 kabupaten/kota terrendah.

• Diagram Pencar (Scatter Plot), berisi pemetaan kondisi dan kedudukankota/kabupaten dilihat dari dua atau tiga aspek variabel yang saling terkait dandinilai mampu memberikan makna yang lebih berarti.lihat Boks 1.

BOKS 1.

KETERANGAN SALIB SUMBU

Variabel 1 merupakan variabel yang dipertimbangkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap variabel 2, danvariabel 2 dapat merupakan variabel output, outcome atau impact.

Kuadran I: merupakan kelompok provinsi yang berada di atas rata-rata niai variabel 1 dan 2.

Kuadran II: merupakan kelompok provinsi yang berada di atas rata-rata variabel 2, dan berada di bawah rata-ratavariabel 1.

Kuacran III: merupakan kelompok provinsi yang berada di bawah rata-rata niai variabel 1 dan 2.

Kuadran IV: merupakan kelompok provinsi yang berada di bawah rata-rata variabel 2, dan berada di atas rata-ratavariabel 1.

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00VARIABEL 1

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

11.00

VARIA

BEL 2

Kuadran IKuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Nila

i Rata-ra

ta V

ariabe

l 1

Nilai Rata-rata Variabel 2

Page 23: Konten C9754a.pdf
Page 24: Konten C9754a.pdf

   

13 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

BAB 3 KESENJANGAN EKONOMI

ANTARWILAYAH

3.1. Kesenjangan Ekonomi Wilayah

3.1.1. Disparitas Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Antarwilayah Distribusi nilai PDRB antar provinsi tahun 2011, menunjukkan tingkat

kesenjangan yang cukup tinggi, berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dari tahun 2008-2012 menunjukan nilai PDRB selama periode tersebut share terbesar masih terkonsentrasi di Wilayah Jawa-Bali dan Wilayah Sumatera. Kontribusi PDRB dari wilayah tersebut tahun 2012 mencapai sekitar 82,64 persen terhadap perekonomian nasional, sementara untuk wilayah lainnya relatif rendah terutama wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua hanya sebesar 3,32 persen.

Tabel 3.1: Distribusi Nilai PDRB ADHB menurut Pulau Tahun 2008-2012.

Wilayah 2008 2009 2010 2011 2012 Sumatera 22.90 22.69 23.12 23.57 23.77 Jawa-Bali 59.21 59.88 59.33 58.81 58.87 Kalimantan 10.36 9.21 9.15 9.55 9.30 Sulawesi 4.19 4.46 4.52 4.61 4.74 Nustra, Maluku, & Papua 3.34 3.76 3.88 3.46 3.32 Luar Jawa+Bali 40.79 40.12 40.67 41.19 41.13

Sumber: BPS tahun 2012.

Besarnya kontribusi pendapatan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera ditunjukan dengan tingkat perkembangan aktivitas ekonomi di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera jauh lebih maju dibandingkan terhadap wilayah di luar Jawa-Bali dan Sumatera. Perkembangan ekonomi di Jawa-Bali dan Sumatera didominasi oleh sektor sekunder dan tersier yang pertumbuhannya relatif cepat dan lebih berorientasi ke industri pengolahan dan manufaktur, dan pelayanan jasa. Sementara untuk perekembangan aktivitas ekonomi di luar wilayah Jawa-Bali dan Sumatera masih didominasi oleh sektor primer, yaitu pertanian dan pertambangan, sementara untuk sektor sekunder dan tersier pertumbuhannya relatif lambat.

Page 25: Konten C9754a.pdf

14 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 3.2: Distribusi Nilai PDRB ADHB menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Pulau Tahun 2012.

Perta

nian

Perta

mba

ngan

&

Pen

ggal

ian

Indu

stri

Peng

olah

an

List

rik,G

as &

A

ir B

ersi

h

Kon

truks

i

Perd

agan

gan,

H

otel

&

Res

tora

n

Peng

angk

utan

&

Kom

unik

asi

Keu

anga

n,R

eal

Esta

te &

Jasa

Pe

rusa

haan

Jasa

-Lai

nnya

P. Sumatera 21.32 16.13 19.48 0.56 6.93 15.42 6.83 4.64 8.70 P. Jawa+Bali 10.30 1.26 27.22 1.60 6.67 23.96 7.96 10.70 10.34 P. Kalimantan 11.84 35.75 19.47 0.37 4.50 12.37 5.34 3.74 6.62 P. Sulawesi 27.18 5.43 9.50 0.82 8.10 16.57 8.39 6.70 17.32 P. Nustra, Maluku & Papua 20.60 21.94 12.71 0.34 9.08 12.39 6.49 3.69 12.76 Wil. Jawa+Bali dan Sumatera 13.47 5.54 24.99 1.30 6.74 21.50 7.63 8.96 9.86

Luar Jawa Bali & Sumatera 17.71 24.83 15.46 0.49 6.36 13.52 6.39 4.54 10.72

Kesenjangan perekonomian antarwilayah dapat digambarkan dari output regional berdasarkan PDRB perkapita. Kesenjangan pendapatan antar provinsi menunjukan angka cukup tinggi atau disparitas cukup tinggi, diakibatkan adanya nilai PDRB perkapita dibeberapa provinsi yang jauh lebih besar dari rata-rata PDB perkapita nasional, berdasarkan data BPS tahun 2012 PDRB perkapita dengan migas sebanyak lima provinsi dengan PDRB perkapita jauh berada diatas rata-rata nasional dengan nilai tertinggi mencapai 112,14 juta rupiah per jiwa di Provinsi DKI Jakarta dan sebanyak 28 provinsi dengan PDRB perkapita jauh dibawah rata-rata nasional dengan PDRB perkapita paling rendah adalah sebesar 6,37 juta rupiah per jiwa di Provinsi Maluku Utara. Tingginya PDRB perkapita di Kalimantan Timur dan Riau disebabkan wilayah tersebut memiliki sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak dan gas bumi, bahan tambang, dan sumberdaya hutan. Di Kepulauan Riau disebabkan adanya Kota Batam yang merupakan pusat kegiatan industri dan perdagangan antar Negara. Sementara DKI Jakarta merupakan pusat kegiatan sektor industri, jasa dan perdagangan.

Sementara perkembangan tingkat kesenjangan dilihat berdasarkan Dispersion ratio atau rasio antara PDRB perkapita tertinggi terhadap PDRB perkapita terendah (Gambar 3.2), menunjukan bahwa tingkat perkembangan kesenjangan antarprovinsi selama periode tahun 2002-2008 cenderung meningkat atau kesenjangan semakin tinggi, baik untuk PDRB perkapita dengan migas dan tanpa migas. Namun perkembangan dalam empat tahun terakhir tingkat kesenjangan cenderung menurun, terutama untuk PDRB perkapita dengan migas.

Page 26: Konten C9754a.pdf

   

15 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Gambar 3-1.

Perbandingan PDRB Perkapita (ADHB) dengan Migas Antarprovinsi, Tahun 2012. (dalam juta/jiwa)

Gambar 3-2.

Perbandingan PDRB Perkapita (ADHB) Tanpa Migas dan Dengan Migas Berdasarkan Dispersion Ratio Tahun 2012.

3.1.2. Disparitas PDRB Perkapita Antarwilayah (Dispersion Ratio)

Wilayah Sumatera.

Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota) menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Sumatera dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.3). Tingkat kesenjangan paling tinggi yaitu di Provinsi Aceh, dan tingkat kesenjangan paling rendah di Provinsi Kep. Bangka Belitung. Dilihat dari perkembangan tingkat kesenjangan selama 2007-2011, terlihat tingkat kesenjangan hampir diseluruh provinsi menurun kecuali di Provinsi Riau meningkat dari tahun 2009 hingga tahun 2011.

6,37

109,66112,14

27,26

33,75

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00Malut

Maluku

NTT

Goron

talo

NTB

Sulbar

Bengkulu

Sultra

DIY

Kalbar

Jateng

Lampu

ng

Sulte

ng

Banten

Sulse

l

Kalse

l

Sulut

Aceh Bali

Jabar

Sumbar

Jambi

Kalte

ng

Papu

a

Babe

l

Jatim

Sumut

Sumsel

Kepri

Pubar

Riau

Kaltim

DKI Jakarta

PDRB Perkapita Prov.PDRB Perkapita_33 Prov.PDB Perkapita

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

20,00

22,00

24,00

26,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

PDRB Perkapita dgnMigas

PDRB Perkapitatanpa Migas

Page 27: Konten C9754a.pdf

16 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Gambar 3-3. Disparitas PDRB perkapita dengan Migas Menurut Dispersion Ratio Per Provinsi

di Wilayah Sumatera, Tahun 2007-2011

Gambar 3-4. Disparitas PDRB perkapita Tanpa Migas Menurut Dispersion Ratio Per Provinsi

di Wilayah Sumatera, Tahun 2007-2011

2007 2008 2009 2010* 2011**

Aceh 14,316 13,834 12,529 11,598 10,701

SUMATERA UTARA 5,833 6,249 6,323 6,223 6,166

SUMATERA BARAT 3,219 3,224 3,084 3,023 2,937

RIAU 5,252 5,930 5,195 6,360 6,716

JAMBI 3,975 4,562 5,014 4,996 4,871

SUMATERA SELATAN 6,909 6,938 5,853 5,618 5,381

BENGKULU 3,461 3,430 3,384 3,250 3,303

LAMPUNG 2,680 2,896 3,194 3,269 3,136

KEP. BANGKA BELITUNG 2,001 2,101 2,116 2,114 2,090

KEPULAUAN RIAU 6,805 6,199 6,429 6,100 5,629

0,000

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Dispe

rsion Ra

tio

2007 2008 2009 2010* 2011**

Aceh 5,351 5,810 6,201 6,513 6,754

SUMATERA UTARA 5,833 6,249 6,323 6,223 6,166

SUMATERA BARAT 3,219 3,224 3,084 3,023 2,937

RIAU 2,688 2,659 2,612 2,452 2,536

JAMBI 2,073 2,067 2,252 2,301 2,221

SUMATERA SELATAN 2,813 2,854 2,849 2,871 3,056

BENGKULU 3,461 3,430 3,384 3,250 3,303

LAMPUNG 2,680 2,896 3,194 3,269 3,136

KEP. BANGKA BELITUNG 2,136 2,214 2,259 2,204 2,176

KEPULAUAN RIAU 4,921 4,725 4,311 4,226 4,232

0,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Dispe

rsion Ra

tio

Page 28: Konten C9754a.pdf

   

17 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Wilayah Jawa-Bali Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota)

menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Jawa+Bali dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.5). Tingkat kesenjangan paling tinggi yaitu di Provinsi Jawa Timur, dan paling rendah di Provinsi Bali. Dilihat dari perkembangan tingkat kesenjangan selama 2007-2011, terlihat tingkat kesenjangan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, sementara tingkat kesenjangan di Provinsi Bali dan Banten relatif menurun dari tahun sebelumnya.

Gambar 3-5. Disparitas PDRB perkapita dengan Migas Menurut Dispersion Ratio Per Provinsi

di Wilayah Jawa+Bali, Tahun 2007-2011.

Gambar 3-6. Disparitas PDRB perkapita dengan Tanpa Migas Menurut Dispersion Ratio Per Provinsi

di Wilayah Jawa-Bali, Tahun 2007-2011.

2007 2008 2009 2010* 2011**

DKI JAKARTA 4,222 4,445 4,550 4,620 4,675

JAWA BARAT 5,606 5,391 4,952 4,864 12,681

JAWA TENGAH 11,386 12,566 11,770 11,414 11,437

D I YOGYAKARTA 3,156 3,188 3,210 3,323 3,354

JAWA TIMUR 33,732 33,692 34,215 34,516 35,167

BANTEN 12,250 12,189 12,063 11,948 11,903

BALI 2,614 2,570 2,648 2,634 2,582

0,000

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

Dispe

rsion Ra

tio

2007 2008 2009 2010* 2011**

DKI JAKARTA 13,562 14,668 14,459 14,761 14,971

JAWA BARAT 5,506 5,293 4,865 4,839 12,681

JAWA TENGAH 9,048 8,962 8,506 8,150 7,975

D I YOGYAKARTA 3,156 3,188 3,210 3,323 3,354

JAWA TIMUR 33,732 33,692 34,215 34,516 35,167

BANTEN 12,250 12,189 12,063 11,948 11,903

BALI 2,614 2,570 2,648 2,634 2,582

0,000

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

Dispe

rsion Ra

tio

Page 29: Konten C9754a.pdf

18 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Wilayah Kalimantan Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota)

menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Kalimantan dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.7). Tingkat kesenjangan paling tinggi yaitu di Provinsi Kalimantan Timur, dan paling rendah di Provinsi Kalimantan Tengah. Dilihat dari perkembangan tingkat kesenjangan selama 2007-2011, terlihat tingkat kesenjangan di seluruh provinsi menurun.

Gambar 3-7. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio Per

Provinsi di Wilayah Kalimantan. Tahun 2007-2011.

Gambar 3-8. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio Per

Provinsi di Wilayah Kalimantan. Tahun 2007-2011.

2007 2008 2009 2010* 2011**

KALIMANTAN BARAT 3,858 3,941 4,198 4,130 4,060

KALIMANTAN TENGAH 2,575 2,389 2,232 2,161 2,153

KALIMANTAN SELATAN 4,884 4,792 4,621 4,445 4,409

KALIMANTAN TIMUR 8,625 9,600 9,558 9,577 9,598

0,000

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Dispe

rsion Ra

tio

2007 2008 2009 2010* 2011**

KALIMANTAN BARAT 3,858 3,941 4,198 4,130 4,060

KALIMANTAN TENGAH 2,575 2,389 2,232 2,161 2,153

KALIMANTAN SELATAN 4,884 4,792 4,621 4,445 4,409

KALIMANTAN TIMUR 25,053 27,382 20,514 18,053 17,888

0,000

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

Dispe

rsion Ra

tio

Page 30: Konten C9754a.pdf

   

19 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Wilayah Sulawesi

Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota) menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Sulawesi dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.9), menunjukan bahwa tingkat kesenjangan di Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah cenderung meningkat, sementara untuk provinsi lainnya menunjukan trend menurun. Tingkat kesenjangan tertinggi di wilayah Sulawesi adalah di Provinsi Sulawesi Selatan dan terendah di Sulawesi Barat.

Gambar 3-9. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas Menurut Dispersion Ratio Per

Provinsi di Wilayah Sulawesi. Tahun 2007-2011.

Gambar 3-10: Perkembangan Disparitas PDRB perkapita tanpa Migas Menurut Dispersion Ratio Per

Provinsi di Wilayah Sulawesi. Tahun 2007-2011.

2007 2008 2009 2010* 2011**

SULAWESI UTARA 3,190 3,170 3,554 3,555 3,417

SULAWESI TENGAH 2,260 2,152 2,094 2,097 3,136

SULAWESI SELATAN 7,502 6,518 4,918 5,144 5,095

SULAWESI TENGGARA 3,161 2,932 2,679 2,646 2,616

GORONTALO 2,000 1,960 1,929 1,842 1,797

SULAWESI BARAT 1,505 1,604 1,558 1,565 1,565

0,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Dispe

rsion Ra

tio

2007 2008 2009 2010* 2011**

SULAWESI UTARA 3,190 3,170 3,554 3,555 3,417

SULAWESI TENGAH 2,260 2,152 2,094 2,097 3,136

SULAWESI SELATAN 7,502 6,518 4,918 5,144 5,095

SULAWESI TENGGARA 3,161 2,932 2,679 2,646 2,616

GORONTALO 2,000 1,960 1,929 1,842 1,797

SULAWESI BARAT 1,505 1,604 1,558 1,565 1,565

0,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Dispe

rsion Ra

tio

Page 31: Konten C9754a.pdf

20 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota) menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.11), menunjukan bahwa tingkat kesenjangan di Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Barat menurun, sebaliknya kesenjangan di Provinsi Papua Barat meningkat. Jika diperbandingkan Dispersion ratio antarprovinsi, provinsi dengan tingkat kesenjangan paling tinggi adalah di Provinsi Papua dan dan terendah di Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara.

Gambar 3-11. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio Per

Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tahun 2007-2011

Gambar 3-12. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio Per

Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tahun 2007-2011.

2007 2008 2009 2010* 2011**

NUSA TENGGARA BARAT 32,985 23,952 29,433 28,878 18,016

NUSA TENGGARA TIMUR 4,300 4,309 4,211 4,263 4,229

MALUKU 3,714 3,712 3,674 3,725 3,845

MALUKU UTARA 2,499 2,590 2,931 3,002 3,029

PAPUA BARAT 8,402 9,386 16,187 29,284 44,720

PAPUA 226,150 163,307 197,264 169,029 88,181

0,000

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Dispe

rsion Ra

tio

2007 2008 2009 2010* 2011**

NUSA TENGGARA BARAT 32,985 23,952 29,433 28,878 18,016

NUSA TENGGARA TIMUR 4,300 4,309 4,211 4,263 4,229

MALUKU 4,035 4,029 3,990 4,021 4,153

MALUKU UTARA 2,499 2,590 2,931 3,002 3,029

PAPUA BARAT 2,800 2,710 3,951 3,994 4,000

PAPUA 226,150 163,307 197,264 169,029 88,181

0,000

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Dispe

rsion Ra

tio

Page 32: Konten C9754a.pdf

   

21 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

3.1.3. Kesenjangan Wilayah (Williamson Index).

Hasil analisis ketimpangan berdasarkan Indeks Williamson dapat dikelompokan ke dalam kategori wilayah dengan tingkat ketimpangan rendah dengan nilai indeks williamson < 0,3, tingkat ketimpangan sedang dengan nilai indeks williamson antar 0,3-0,7, dan tingkat ketimpangan tinggi dengan nilai indeks williamson >0,7. Hasil indeks williamson untuk ketimpangan pembangunan secara nasional menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan sangat tinggi atau pembangunan antarprovinsi tidak merata dengan indeks williamson dari tahun 2000-2012 rata-rata > 1. Sementara ketimpangan pembangunan antarprovinsi menurut masing-masing pulau, yang ditunjukan pada Gambar 3.12, menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan sangat tinggi di Pulau Sumatera, Jawa+Bali, Kalimantan, dan Nustra-Maluku-Papua atau pembangunan antarprovinsi di wilayah tersebut tidak merata, sebaliknya untuk wilayah Sulawesi ketimpangan pembangunan sangat rendah atau pembangunan antarprovinsi di Sulawesi relatif merata. Dilihat berdasarkan perkembangan ketimpangan antarpulau, Wilayah Sumatera dan Kalimantan menunjukan trend menurun dari tahun 2002 hingga 2012.

Gambar 3-13. CVw dari PDRB Perkapita Menurut Provinsi di Wilayah Jawa-Bali, Tahun 2007-2011.

Wilayah Sumatera Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi

di Wilayah Sumatera dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.3, menunjukan bahwa Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan memiliki tingkat ketimpangan pembangunan tinggi atau pembangunan antar kabupaten/kota di wilayah tersebut belum merata. Ketimpangan pembangunan di Provinsi Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Riau tergolong ketimpangan pembangunan sedang, sementara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ketimpangan pembangunan yang terjadi sangat rendah atau ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota cukup merata.

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

P. Sumatera 0,98 0,94 0,93 1,44 1,47 1,45 1,45 1,44 1,45 1,41 1,41 1,38 1,38

P. Jawa+Bali 0,85 0,86 0,88 0,88 0,88 0,87 0,86 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87

P. Kalimantan 1,00 1,00 0,98 0,92 0,90 0,87 0,85 0,81 0,79 0,76 0,74 0,72 0,69

P. Sulawesi 0,21 0,20 0,20 0,19 0,19 0,20 0,20 0,20 0,20 0,21 0,21 0,21 0,21

P. Nustra+Maluku+Papua 0,58 0,60 0,80 0,78 0,58 0,67 0,54 0,53 0,50 0,54 0,55 0,61 0,66

Nasional_Pulau 0,23 0,23 0,22 0,22 0,23 0,21 0,22 0,21 0,21 0,20 0,20 0,20 0,20

Nasional_Provinsi 1,27 1,28 1,28 1,30 1,30 1,30 1,29 1,29 1,29 1,29 1,28 1,28 1,28

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

IW

Page 33: Konten C9754a.pdf

22 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 3.3: Indeks Willamson Menurut Provinsi di Wilayah Sumatera, Tahun 2007-2011.

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011** Aceh 0,84 0,81 0,72 0,68 0,65 Sumatera Utara 0,66 0,68 0,71 0,78 0,72 Sumatera Barat 0,38 0,38 0,35 0,35 0,34 Riau 0,68 0,69 0,57 0,60 0,66 Jambi 0,40 0,46 0,48 0,48 0,47 Sumatera Selatan 0,80 0,81 0,77 0,78 0,74 Bengkulu 0,41 0,41 0,41 0,41 0,40 Lampung 0,30 0,35 0,37 0,35 0,43 Kep. Bangka Belitung 0,27 0,29 0,29 0,28 0,28 Kepulauan Riau 0,52 0,41 0,43 0,38 0,38

Sumber:, Data BPS tahun 2012, Diolah Bappenas 2012

Wilayah Jawa-Bali

Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi di Wilayah Jawa-Bali dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.4, menunjukan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki tingkat ketimpangan pembangunan tinggi atau pembangunan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa tengah dan jawa Timur belum merata. Sementara untuk provinsi lainnya DKI Jakarta, Jawa Barat, DI. Yogyakarta, Banten dan Bali termasuk kategori kelompok ketimpangan sedang. Berdasarkan tingkat perkembangan ketimpangan pembangunan, Provinsi Jawa Tengah dan Banten menunjukan kinerja yang cukup baik dibandingka provinsi, dimana trend ketimpangan provinsi tersebut menurun dari tahun 2008 hingga 2011.

Tabel 3.4: Indeks Willamson menurut Provinsi di Wilayah Jawa-Bali, Tahun 2007-2011.

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011** DKI Jakarta 0,50 0,52 0,53 0,53 0,53 Jawa Barat 0,58 0,61 0,56 0,56 0,60 Jawa Tengah 1,04 1,10 1,07 1,05 1,05 D I Yogyakarta 0,47 0,48 0,48 0,49 0,49 Jawa Timur 1,11 1,10 1,10 1,10 1,11 Banten 0,57 0,63 0,72 0,65 0,64 Bali 0,33 0,33 0,35 0,34 0,35

Sumber:, Data BPS tahun 2012, Diolah Bappenas 2012

Page 34: Konten C9754a.pdf

   

23 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Wilayah Kalimantan

Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi di Wilayah Kalimantan dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.5, menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan di seluruh provinsi di wilayah Kalimantan cenderung meningkat, kecuali di Provinsi Kalimantan Timur. Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur tinggi dengan indeks willamson > 1. Sementara tingkat ketimpangan pembangunan paling rendah di Provinsi Kalimantan Tengah dengan indeks williamson berkisar antara 0,17-0,19.

Tabel 3.5:

Indeks Williamson menurut Provinsi Tahun 2007-2011 di Wilayah Kalimantan. Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**

Kalimantan Barat 0,36 0,36 0,38 0,39 0,38 Kalimantan Tengah 0,19 0,17 0,17 0,17 0,18 Kalimantan Selatan 0,44 0,43 0,43 0,45 0,46 Kalimantan Timur 1,18 1,20 1,07 1,00 1,01

Sumber:, Data BPS tahun 2010, Diolah Bappenas 2012

Wilayah Sulawesi.

Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi di Wilayah Sulawesi dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.6, menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan provinsi di Sulawesi masih dalm kategori kelompok ketimpangan sedang dan rendah, Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara termasuk kelompok ketimpangan sedang, dan Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat termasuk kelompok ketimpangan rendah. Gambaran ini menunjukan bahwa pembangunan antar kabupaten/kota di Wilayah Sulawesi cukup merata, khususnya di Provinsi Sulawesi Barat dan Gorontalo yang merupakan provinsi hasil pemekaran relative lebih tinggi dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Namun dilihat dari trend perkembangan tingkat ketimpangan selama 2007-2011, ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara kecenderungan meningkat.

Tabel 3.6:

Indeks Williamson menurut Provinsi Tahun 2007-2011. di Wilayah Sulawesi. Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**

Sulawesi Utara 0,44 0,43 0,45 0,45 0,44 Sulawesi Tengah 0,22 0,22 0,22 0,22 0,34 Sulawesi Selatan 0,63 0,58 0,53 0,54 0,54 Sulawesi Tenggara 0,40 0,37 0,33 0,34 0,35 Gorontalo 0,25 0,22 0,18 0,19 0,20 Sulawesi Barat 0,15 0,17 0,16 0,16 0,16

Sumber:, Data BPS tahun 2010, Diolah Bappenas 2012

Page 35: Konten C9754a.pdf

24 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi

di Wilayah Nusa Tenggara-Maluku dan Papua dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.7, bahwa ketimpangan pembangunan yang terjadi di Wilayah Nusa Tenggara dan Papua tergolong kelompok tingkat pembangunan tinggi dan sedang. Sementara ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota yang terjadi di Wilayah Maluku tergolong ketimpangan rendah atau pembangunan antara kabupaten/kota cukup merata. Ketimpangan pembangunan tinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Papua Barat, dengan indeks williamson mencapai > 1 dengan trend yang meningkat dari tahun 2007-2013. Sementara ketimpangan untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat memliki tingkat ketimpangan pembangunan dengan kategori ketimpangan tinggi.

Tabel 3.7:

Indeks Williamson menurut Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, Tahun 2007-2011.

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011** Nusa Tenggara Barat 1,13 1,03 1,17 1,17 0,97 Nusa Tenggara Timur 0,52 0,53 0,53 0,54 0,55 Maluku 0,27 0,26 0,26 0,25 0,25 Maluku Utara 0,22 0,23 0,25 0,26 0,27 Papua Barat 0,69 0,77 0,91 1,17 1,43 Papua 3,02 2,81 3,54 3,62 2,77

Sumber:, Data BPS tahun 2010, Diolah Bappenas 2012 3.1.4. Kesenjangan Pendapatan (Gini Ratio).

Tingkat kesenjangan pendapatan penduduk di Indonesia dalam periode 2008-2012 kecenderungan kesenjangan tingkat pendapatan meningkat, hal ini ditunjukan dengan Indeks Gini dari tahun 2008 hingga 2012 semakin meningkat. Pada tahun 2012 tercatat Indeks Gini sebesar 0,41 lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Sementara untuk perkembangan Indeks Gini masing-masing provinsi pada tahun 2008-2012, secara keseluruhan dapat dikategorikan rendah dan berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat, hal ini menunjukan bahwa tingkat kesenjangan pendapatan di setiap provinsi rata-rata semakin tinggi. Di Wilayah Sumatera, tercatat lima provinsi memiliki Indeks Gini meningkat setiap tahunnya, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Riau, sementara kesenjangan tingkat pendapatan di Provinsi Sumatera Utara dan Kep. Bangka Belitung kecenderungan semakin menurun. Wilayah Jawa-Bali, tercatat empat provinsi memiliki Indeks Gini meningkat setiap tahunnya, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, dan Bali, sementara kesenjangan tingkat pendapatan di Provinsi Banten kecenderungan semakin menurun. Wilayah Kalimantan, tercatat pada Provinsi Kalimantan Selatan memiliki Indeks Gini yang meningkat setiap tahunnya, sementara untuk provinsi lainnya pada tahun 2012 berfluktuatif dan untuk Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur cenderung

Page 36: Konten C9754a.pdf

   

25 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Sulawesi, tercatat empat provinsi memiliki Indeks Gini yang meningkat setiap tahunnya, yaitu Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Sementara tingkat kesenjangan pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat cenderung menurun. Wilayah Nusa Tenggara-Maluku-Papua, tercatat tingkat kesenjangan pendapatan di provinsi Papua dan Papua Barat meningkat setiap tahunnya, namun sebaliknya perkembangan kesenjangan pendapatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur cenderung semakin menurun.

Jika diperbandingkan indeks Gini antarprovinsi dan nasional tahun 2012, tercatat bahwa Provinsi Papua Barat, Papua, Gorontalo, dan D.I. Yogyakarta, tingkat kesenjangan pendapatan pada provinsi tersebut lebih tinggi dibandinhgkan provinsi laiinya dan rata-rata berada di atas Indeks Gini Nasional.

Tabel 3-8: Perkembangan Kesenjangan Golongan Pendapatan (Gini Rasio) menurut Provinsi

Tahun 2008-2012. Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012

Aceh 0.27 0.29 0.30 0.33 0.32 Sumatera Utara 0.31 0.32 0.35 0.35 0.33 Sumatera Barat 0.29 0.30 0.33 0.35 0.36 Riau 0.31 0.33 0.33 0.36 0.40 Jambi 0.28 0.27 0.30 0.34 0.34 Sumatera Selatan 0.30 0.30 0.34 0.34 0.40 Kep. Bangka Belitung 0.26 0.29 0.30 0.30 0.29 Kepulauan Riau 0.30 0.29 0.29 0.32 0.35 Bengkulu 0.33 0.30 0.37 0.36 0.35 Lampung 0.35 0.35 0.36 0.37 0.36 DKI Jakarta 0.33 0.36 0.36 0.44 0.42 Jawa Barat 0.35 0.36 0.36 0.41 0.41 Jawa Tengah 0.31 0.32 0.34 0.38 0.38 DI Yogyakarta 0.36 0.38 0.41 0.40 0.43 Jawa Timur 0.33 0.33 0.34 0.37 0.36 Banten 0.34 0.37 0.42 0.40 0.39 Bali 0.30 0.31 0.37 0.41 0.43 Kalimantan Barat 0.31 0.32 0.37 0.40 0.38 Kalimantan Tengah 0.29 0.29 0.30 0.34 0.33 Kalimantan Selatan 0.33 0.35 0.37 0.37 0.38 Kalimantan Timur 0.34 0.38 0.37 0.38 0.36 Sulawesi Utara 0.28 0.31 0.37 0.39 0.43 Sulawesi Tengah 0.33 0.34 0.37 0.38 0.40 Sulawesi Selatan 0.36 0.39 0.40 0.41 0.41 Sulawesi Tenggara 0.33 0.36 0.42 0.41 0.40 Gorontalo 0.34 0.35 0.43 0.46 0.44 Sulawesi Barat 0.31 0.30 0.36 0.34 0.31 Nusa Tenggara Barat 0.33 0.35 0.40 0.36 0.35 Nusa Tenggara Timur 0.34 0.36 0.38 0.36 0.36 Maluku 0.31 0.31 0.33 0.41 0.38

Page 37: Konten C9754a.pdf

26 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Maluku Utara 0.33 0.33 0.34 0.33 0.34 Papua Barat 0.31 0.35 0.38 0.40 0.43 Papua 0.40 0.38 0.41 0.42 0.44 INDONESIA 0.35 0.37 0.38 0.41 0.41 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat, BPS 3.2. Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial antarwilayah dapat digambarkan dengan beberapa indikator seperti kondisi tingkat kemiskinan, tingkat partisipasi pendidikan masyakarat dengan menggunakan Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Melek Huruf (AMH), dan Angka Partisipasi Sekolah, dan kualitas kesehatan masyarakat dengan menggunakan Angka Harapan Hidup (AHH) dan kualiats gizi masyarakat.

Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah penduduk miskin terbesar di Wilayah Jawa-Bali yang terkonsentrasi di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, Sementara jumlah penduduk miskin paling rendah terdapat di Provinsi kepulauan Bangka Belitung terpusat di wilayah. Dari sisi persentase penduduk miskin, sebanyak 16 provinsi memiliki persentase kemiskinan diatas persentase kemiskinan nasional, dan sebagian besar provinsi dengan persentase kemiskinan paling tinggi berada di Kawasan Timur Indonesia, yaitu di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara Timor. Sementara untuk tingkat kemiskinan paling rendah yaitu di Provinsi DKI Jakarta hanya sebesar 3,55 persen.

Gambar 3-14:

Perbandingan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Provinsi Tahun 2013 (Februari).

Tingkat kesenjangan dilihat dari aspek kualitas sumberdaya di masing-masing daerah yang ditunjukan pada Gambar 3.15, bahwa masih banyak provinsi-provinsi yang memiliki kualitas sumberdaya manusia dibawah rata-rata nasional. Berdasarkan data IPM 2011, sebanyak 18 provinsi memiliki nilai Indek Pembangunan Manusia (IPM) berada dibawah IPM nasional dan provinsi dengan IPM paling rendah adalah Papua, Nusa

31,13

20,03 19,49

26,67

11,37

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

0

5

10

15

20

25

30

35

Jawa Timur

Jawa Tengah

Jawa Ba

rat

Sumatera Utara

Lampu

ngSumatera Selatan

Papu

aNusa Tenggara Tim

urAceh

Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Selatan

Banten

Dl Yogyakarta

Riau

Sumatera Ba

rat

Sulawesi Ten

gah

Kalim

antan Ba

rat

DKI Jakarta

Bengkulu

Maluku

Sulawesi Ten

ggara

Jambi

Kalim

antan Timur

Papu

a Ba

rat

Goron

talo

Sulawesi U

tara

Kalim

antan Selatan

Bali

Sulawesi Barat

Kalim

antan Tengah

Kepu

lauan Riau

Maluku Utara

Kepu

lauan Ba

ngka…

persen Ribu JiwaJumlah pdd Miskin Persentase Kemiskinan_ProvPersentase Kemiskinan_Nasional

Page 38: Konten C9754a.pdf

   

27 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Barat, sementara provinsi dengan IPM paling tinggi adalah di Provinsi DKI Jakarta.

Gambar 3-15. Perbandingan IPM antar Provinsi Tahun 2011.

Tingkat kesenjangan wilayah dilihat dari aspek pelayanan kesehatan pada masing-masing daerah yang ditunjukan pada Gambar 3.16, bahwa tingkat pelayanan kesehatan untuk proses kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis, sebanyak 20 provinsi memiliki persentase proses persalinan dibantu tenaga medis berada dibawah persentase nasional dan persentase paling rendah adalah provinsi-provinsi di Kawasan Timur Indonesia ( seperti: Papua, Maluku Utara, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Timur). Sementara persentase tertinggi untuk proses kelahiran dibantu tenaga medis adalah di Provinsi DI. Yogyakarta, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, dan Bali.

Gambar 3-16. Perbandingan Persentase Proses Kelahiran ditolong Tenaga Medis Tahun 2011.

77,97

65,36

72,77

60,0062,0064,0066,0068,0070,0072,0074,0076,0078,0080,00

 DKI JA

KART

A SULAWESI U

TARA

 RIAU

 D I YO

GYA

KART

A KALIM

ANTA

N TIM

UR

 KEPULAUAN

 RIAU

 KALIM

ANTA

N TEN

GAH

 SUMAT

ERA UTA

RASU

MAT

ERA BA

RAT

 SUMAT

ERA SELATA

N BEN

GKU

LU KEP. B

ANGKA

 BELITUNG

 JAMBI

 JAWA TENGAH

 BALI

 JAWA BA

RAT

 JAWA TIMUR

ACEH

 SULAWESI SELAT

AN LAM

PUNG

 MALUKU

 SULAWESI TEN

GAH

 BAN

TEN

 GORO

NTA

LO SULAWESI TEN

GGAR

A KALIM

ANTA

N SELAT

AN SULAWESI B

ARAT

 KALIM

ANTA

N BAR

AT PAP

UA BA

RAT

  MALUKU

 UTA

RA NUSA

 TEN

GGAR

A TIMUR

 NUSA

 TEN

GGAR

A BA

RAT

 PAP

UA

IPM Provinsi

IPM Nasional

50,38

98,79

83,5

0

20

40

60

80

100

120

Sulawesi Barat

Papu

aMaluku Utara

Maluku

Sulawesi Ten

g‐gara

Nusa Tenggara Tim

urGoron

talo

Sulawesi Ten

gah

Kalim

antan Ba

rat

Kalim

antan Tengah

Papu

a Ba

rat

Jawa Ba

rat

Banten

Sulawesi Selatan

Jambi

Lampu

ngRiau

Nusa Tenggara Barat

Sulawesi U

tara

Sumatera Selatan

Kalim

antan Selatan

Bengkulu

Kepu

lauan Ba

ngka…

Sumatera Utara

Kalim

antan Timur

Jawa Tengah

Aceh

Sumatera Ba

rat

Jawa Timur Bali

Kepu

lauan Riau

DKI Jakarta

Dl Yogyakarta

Persalinan ditolong tenaga medis_prov

Persalinan ditolong tenaga medis_prov

Page 39: Konten C9754a.pdf
Page 40: Konten C9754a.pdf

   

29 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

BAB 4 KESENJANGAN INFRASTRUKTUR

ANTARWILAYAH

Salah satu penyebab kesenjangan yang terjadi antardaerah di Indonesia dapat diakibatkan oleh kesenjangan ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat membantu mendorong berbagai kegiatan ekonomi melalui fungsinya yang dapat melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Dengan demikian, infrastruktur berperan sebagai prasyarat dalam meningkatkan perekonomian. Perbedaan ketersediannya antardaerah dapat menciptakan perbedaan kemampuan antardaerah dalam menciptakan pendapatan. Selanjutnya, hal itu akan berdampak pada kesenjangan pendapatan antardaerah.

Salah satu peran infrastruktur adalah menjadi faktor daya tarik investasi di tiap daerah. Dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai tentunya akan memudahkan para investor dalam melakukan kegiatan usaha. Contohnya adalah infrastruktur jalan, energi listrik dan telekomunikasi. Dengan ketersediaan infrastruktur jalan yang baik tentunya akan menjadikan proses distribusi barang maupun jasa menjadi lebih cepat dan efisien dalam hal biaya dan waktu. Ketersediaan energi listrik akan meningkatkan kapasitas pengembangan industri, dan pengembangan telekomunikasi akan meningkatkan interaksi dan komunikasi antardaerah dan dunia global.

Infrastruktur memiliki hubungan yang erat dengan Produk Domestik Bruto (PDB) dan keputusan pelaku usaha untuk melakukan investasi/Ketersediaan dan kualitas infrastruktur merupakan penentu faktor penentu keputusan pelaku usaha karena sangat menentukan biaya distribusi input dan output produksinya. Karenanya, ketersediaan infrastruktur dapat menjadi faktor pendorong produktivitas suatu daerah.

Kinerja Indonesia dalam hal infrastruktur relatif rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara tetangganya. The Global Competitiveness Report 2010-2011 (The World Economis Forum, 2010) menunjukkan bahwa kinerja infrastruktur Indonesia amat rendah. Dari 139 negara yang dikaji, Indonesia menempati peringkat 90 untuk aspek infrastruktur secara keseluruhan, sementara Malaysia dan Thailand masing-masing berada pada peringkat 27 dan 46. Dalam hal kualitas jalan, peringkat Indonesia adalah 84, jauh lebih rendah daripada Malaysia (peringkat 21) dan Thailand (36). Demikian juga halnya dengan kualitas listrik, Indonesia menempati peringkat 97, sementara Malaysia 40 dan Thailand 42.

Kesenjangan infrastruktur di Indonesia sangat nyata dihadapi antar Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), antarwilayah Pulau, serta antar provinsi. Kesenjangan infrastruktur tersebut diantaranya dapat ditunjukkan dari ketersediaan infrastruktur jalan, energi listrik dan telekomunikasi.

Page 41: Konten C9754a.pdf

30 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

4.1. Kesenjangan Infrastruktur Jalan. Kesenjangan ketersediaan infrastruktur jalan antar KBI dan KTI dapat ditunjukkan

melalui indikator Rasio Kerapatan Jalan yang menggambarkan panjang jalan pada setiap luas wilayah 1 Km2. Rasio kerapatan jalan di KBI mencapai 0,46 Km/Km2, sementara KTI 0,15 Km/Km2. Perbedaan yang cukup nyata dari kerapatan jalan di kedua kawasan tersebut, disebabkan panjang jalan di KBI meliputi 59 persen dari total panjang jalan di Indonesia, sementara luasan wilayahnya hanya meliputi 32 persen.

Tabel 4.1: Panjang Jalan, Luas Wilayah dan Kerapatan Jalan Antar KBI dan KTI, Tahun 2010

KAWASAN INDONESIA

Panjang Jalan Luas Wilayah Rasio Kerapatan Jalan (Km/Km2) (Km) persen (Km) persen

KBI 281.128 59 616.012 32 0,46 KTI 197.540 41 1.294.920 68 0,15 TOTAL 478.668 100 1.910.931 100 0,25 Sumber: Hasil Pengolahan data Bina Marga, Kementerian PU.

Kerapatan pada tingkat antarwilayah pulau, Jawa Bali memiliki kerapatan tertinggi (0,89 Km/Km2), sementara terendah di wilayah Papua yang hanya mencapai 0,06 Km/Km2. Kerapatan di wilayah KTI tertinggi berada di wilayah Sulawesi (0,43 Km/Km2, lebih tinggi dari kerapatan jalan di wilayah Sumatera yang berada di KBI.

Gambar 4-1. Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan Antarwilayah Pulau, Tahun 2010

Sumber: Hasil Pengolahan data Ditjen Bina Marga, Kementerian PU.

4.1.1. Wilayah Sumatera

Kerapatan jalan di wilayah Sumatera sebesar 0,34 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,55 Km/Km², dan terendah di provinsi Sumatera Selatan sebesar 0,18 Km/Km².

0,34 

0,89 

0,40 

0,10 

0,43 

0,16 0,06 

 ‐ 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

 ‐ 20.000 40.000 60.000 80.000

 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000

Km

Km/km2)

Panjang Jalan (Km)

Kerapatan Jalan (Km/Km2)

Page 42: Konten C9754a.pdf

   

31 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Gambar 4-2. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi Di Wilayah Sumatera

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan kerapatan tertinggi (43,18 unit/Km), dan berada di atas rata-rata nasional (33,42 unt/Km). Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Bengkulu sebesar 10,58 unit/Km. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Sumatera menunjukkan nilai rasio lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Hal ini menunjukkan kebutuhan penduduk terhadap infrastrukur jalan masih dibawah rata-rata nasional, khususnya di Provinsi Aceh dan Bengkulu.

Gambar 4-3. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar Proviinsi

Di Wilayah Sumatera

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di Provinsi Sumatera Utara yaitu meliputi panjang 556 Km 25,02persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 46,72 persen Rusak Ringan dan 53,28 persen Rusak Berat. Berikutnya di Provinsi Kepulauan Riau dengan panjang jalan Tidak Mantap sepanjang 69,22 Km 20,73 persen, dengan komposisi sebesar 15,88 persen Rusak Ringan dan 84,12 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap terendah terdapat di

20795

35448

20763

23450

10372

16635

7811

17003

4526

4523

0,36 0,49  0,49 

0,27 0,21  0,18 

0,39 0,49 

0,28 

0,55 

0,34 0,25 

 ‐ 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60

0

10.000

20.000

30.000

40.000Km

Km/Km2

Total Panjang Jalan (Km)

Kerapatan Jalan(Km/Km2)

11,98 

21,75 

16,15 

27,68 

35,41 

33,81 

10,58 

11,05 

43,18 

35,49 

22,07 

33,42 

4,63 

2,73 

4,28 4,23 

3,35 

2,23 

4,55 

2,23 

3,70 

2,69 3,19 

2,01 

 ‐

 1,00

 2,00

 3,00

 4,00

 5,00

 ‐

 20,00

 40,00

 60,00

 80,00

 100,00

Unit/Km

Km/1000 Orang

Rasio Jumlah KendaraanRoda 4 dengan Panjang Jalan(Unit/Km)

Rasio  Panjang jalan denganJumlah Penduduk (Km/1000Orang)

Page 43: Konten C9754a.pdf

32 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sepanjang 1,28 Km atau 0,25 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 85,94 persen Rusak Ringan dan 14,06 persen Rusak Berat.

Tabel 4.2: Kondisi jalan Nasional Tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010

PROVINSI

Panjang Jalan

Nasional (Km)

KUALITAS JALAN NASIONAL

Panjang Jalan Mantap Panjang Jalan Tidak Mantap

Komposisi Jalan Tidak Mantap

(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan

persen Rusak Berat

Aceh 1.803,36 1.667,56 92,47 135,80 7,53 33,63 66,37

Sumatera Utara 2.224,51 1.667,91 74,98 556,60 25,02 46,72 53,28

Sumatera Barat 1.212,88 1.103,21 90,96 109,67 9,04 76,46 23,55

Riau 1.082,12 954,77 88,23 127,35 11,77 62,39 37,61

Kepulauan Riau 333,99 264,77 79,27 69,22 20,73 15,88 84,12

Jambi 936,48 824,23 88,01 112,25 11,99 68,73 31,27

Bengkulu 782,87 728,67 93,08 54,20 6,92 55,61 44,39

Sumatera Selatan 1.418,38 1.400,49 98,74 17,89 1,26 85,69 14,31

Kep. Bangka Belitung 509,59 508,31 99,75 1,28 0,25 85,94 14,06

Lampung 1.159,57 1.017,22 87,72 142,35 12,28 70,64 29,36

SUMATERA .463,75 10.137,14 88,43 1.326,61 11,57 53,09 46,91

INDONESIA .189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72 Sumber: Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga

(Status 18 Agustus 2010) 4.1.2. Wilayah Jawa-Bali

Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan kerapatan jalan (Road Density) pada tahun 2010, kerapatan jalan di wilayah Jawa Bali sebesar 0,89 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 9,65 Km/Km², dan terendah di provinsi Banten sebesar 0,67 Km/Km².

Gambar 4-4. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Provinsi Di Wilayah Jawa Bali

6409

25803

29203

4753

39854

6474

7306

9,65 

0,73  0,89 1,52 

0,83  0,67 1,26  0,89 

0,25 

 ‐

 2,00

 4,00

 6,00

 8,00

 10,00

 12,00

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

Km

Km/Km2

Total Panjang Jalan (Km)

Kerapatan Jalan (Km/Km2)

Page 44: Konten C9754a.pdf

   

33 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi DKI Jakarta menunjukkan kerapatan tertinggi (550,49 unit/Km), dan menduduki peringkat kerapatan tertinggi secara nasional. Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Banten sebesar 27,88 unit/Km. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Jawa-Bali berada dibawah nilai rasio nasional. Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan dukungan infrastruktur jalan bagi mobilitas penduduk.

Gambar 4-5. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar Proviinsi

Di Wilayah Jawa-Bali

Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, persentase jalan Tidak Mantap tertinggi

terdapat di Provinsi DI. Yogyakarta dan Banten masing-masing sebesar 26,00 persen dan 25,67 persen.Kondisi Jalan tidak mantap di DI. Yogyakarta sebesar 99,66 persen Rusak Ringan, sementara di Provinsi Banten sebesar 60,61 persen dan 39,38 persen rusak berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap terendah terdapat di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,59 persen, dengan komposisi 87,39 persen Rusak Ringan dan 12,61 persen Rusak Berat.

Tabel 4.3: Kondisi jalan Nasional Tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010

PROVINSI

Panjang Jalan

Nasional (Km)

KUALITAS JALAN Panjang Jalan

Mantap Panjang Jalan Tidak Mantap

Komposisi Jalan Tidak Mantap

(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan

persen Rusak Berat

DKI Jakarta**) 142,65 138,44 97,05 4,21 2,95 97,62 2,38 Banten 476,49 354,16 74,33 122,33 25,67 60,61 39,39 Jawa Barat 1.341,05 1.226,60 91,47 114,45 8,53 85,59 14,41 Jawa Tengah 1.390,58 1.334,76 95,99 55,82 4,01 95,16 4,84 D.I. Yogyakarta 223,16 165,14 74,00 58,02 26,00 99,66 0,34 Jawa Timur 1.995,30 1.963,58 98,41 31,72 1,59 87,39 12,61 Bali 535,18 502,49 93,89 32,69 6,11 48,73 51,27 JAWA - BALI 6.104,41 5.685,17 93,13 419,24 6,87 78,90 21,10 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72 Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga (Status 18 Agustus 2010)

46,34 

31,24 

85,68 

37,60 

27,88 

106,22

 

70,94 

33,42 

0,67  0,60 0,90 

1,37 1,06 

0,61 

1,88 

0,85 

2,01 

 ‐

 0,50

 1,00

 1,50

 2,00

 2,50

 ‐

 100,00

 200,00

 300,00

 400,00

 500,00

Unit/Km

Km/1000 Orang

Rasio Jumlah Kendaraan Roda 4dengan Panjang Jalan (Unit/Km)

Rasio  Panjang jalan dengan JumlahPenduduk (Km/1000 Orang)

Page 45: Konten C9754a.pdf

34 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

4.1.3. Wilayah Nusa Tenggara Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan

kerapatan jalan (Road Density) pada tahun 2010, kerapatan jalan di wilayah Nusa Tenggara sebesar 0,40 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan di Provinsi NTT dan NTB sebesar 0,40 Km/Km².

Gambar 4-6. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi Di Wilayah Nusa

Tenggara

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi NTB menunjukkan kerapatan lebih tinggi dibanding NTT, namun masih berada di bawah rata-rata nasional (33,42 unt/Km). Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), Provinsi NTB menunjukkan dukungan infrastruktur jalan untuk kebutuhan mobilitas penduduk lebih tinggi dibanding dengan Provinsi NTT.

Gambar 4-7. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar

Provinsi Di Wilayah Sumatera

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, persentase jalan Tidak Mantap tertinggi

terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 16,26 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 38,31 persen Rusak Ringan dan 61,69 persen Rusak Berat. Sementara panjang jalan tidak mantap sebagian besar berada di Provinsi Nusa Tenggara

7.43

4

19.640

0,40  0,40  0,40 

0,25 

 ‐ 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50

0

10000

20000

30000

 Nusa TenggaraBarat

 Nusa TenggaraTimur

NUSATENGGARA

NASIONAL

Km

Km/Km2

Total Panjang Jalan (Km)Kerapatan Jalan (Km/Km2)

31,90 

12,24 

17,64 

33,42 

1,65 

4,19 

2,95 

2,01 

 ‐

 1,00

 2,00

 3,00

 4,00

 5,00

 ‐

 20,00

 40,00

 60,00

 80,00

 100,00

 NusaTenggaraBarat

 NusaTenggaraTimur

NUSATENGGARA

NASIONAL

Unit/Km

Km/1000 OrangRasio Jumlah Kendaraan Roda4 dengan Panjang Jalan(Unit/Km)Rasio  Panjang jalan denganJumlah Penduduk (Km/1000Orang)

Page 46: Konten C9754a.pdf

   

35 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Timur sepanjang 150,57 Km dengan komposisi 79,83 persen rusak ringan dan 20,17 persen rusak berat.

Tabel 4.4: Kondisi Jalan Nasional Tidak Mantap antarprovinsi, Tahun 2010

Sumber: Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga (Status 18 Agustus 2010)

4.1.4. Wilayah Kalimantan Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan

kerapatan jalan (Road Density) pada tahun 2010, kerapatan jalan di wilayah Kalimantan sebesar 0,10 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,28 Km/Km², dan terendah di provinsi Kalimantan Timur sebesar 0,06 Km/Km².

Gambar 4-8. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi

Di Wilayah Kalimantan

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk

setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan kerapatan tertinggi (43,32 unit/Km), lebih tinggi dari kerapatan nasional (33,42 unit/Km). Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 22,48 unit/Km. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Kalimantan berada di atas

15007

14344

10943

12499

0,10  0,09 

0,28 

0,06 0,10 

0,25 

 ‐ 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30

0

5000

10000

15000

20000

Km

Km/Km2

Total Panjang Jalan (Km)Kerapatan Jalan (Km/Km2)

PROVINSI

Panjang Jalan

Nasional (Km)

KUALITAS JALAN

Panjang Jalan Mantap

Panjang Jalan Tidak Mantap

Komposisi Jalan Tidak Mantap

(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan

persen Rusak Berat

Nusa Tenggara Barat 623,90 522,44 83,74 101,46 16,26 38,31 61,69

Nusa Tenggara Timur 1.406,68 1.256,11 89,30 150,57 10,70 79,83 20,17 NUSA TENGGARA 2.030,58 1.778,55 87,59 252,03 12,41 63,12 36,88 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72

Page 47: Konten C9754a.pdf

36 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

nilai rasio nasional. Hal ini menunjukkan dukungan infrastruktur jalan terhadap kebutuhan mobilitas penduduk lebih rendah dibanding nasional, hal ini dapat disebabkan adanya dukungan jalur transportasi sungai, khususnya di Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Gambar 4-9. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar

Proviinsi Di Wilayah Kalimantan

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di

Provinsi Kalimantan Barat yaitu meliputi panjang 612,07 Km (36,73persen dari total panjang jalan), dengan komposisi 66,6 persen Rusak Ringan dan 33,4 persen Rusak Berat. Berikutnya di Provinsi Kalimantan Tengah dengan panjang jalan Tidak Mantap sepanjang 573,97 Km (34,43persen), dengan komposisi sebesar 8,44 persen Rusak Ringan dan 91,56 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu sepanjang 25,56 Km atau 2,95 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 88,81 persen Rusak Ringan dan 11,19 persen Rusak Berat.

Tabel 4.5: Kondisi JalanNasional Tidak Mantap Antarprovinsi,Tahun 2010

Sumber: Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. DirektoratJenderalBinaMarga (Status 18 Agustus 2010)

4.1.5. Wilayah Sulawesi

Kerapatan jalan di wilayah Sulawesi sebesar 0,43 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,70 Km/Km², dan terendah di provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,28 Km/Km².

31,15 

22,48 

36,90 

43,32 

32,87 

33,42 

9,40 

6,86 

3,02  3,52  3,83 2,01 

 ‐ 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

 ‐ 20,00 40,00 60,00 80,00

 100,00

Unit/Km

Km/1000 Orang

Rasio Jumlah KendaraanRoda 4 dengan Panjang Jalan(Unit/Km)

Rasio  Panjang jalan denganJumlah Penduduk (Km/1000Orang)

PROVINSI

Panjang Jalan

Nasional (Km)

KUALITAS JALAN Panjang Jalan

Mantap Panjang Jalan Tidak

Mantap Komposisi Jalan Tidak

Mantap

(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan

persen Rusak Berat

Kalimantan Barat 1.666,43 1.054,36 3,27 612,07 36,73 66,60 33,40 Kalimantan Tengah 1.666,95 1.092,98 5,57 573,97 34,43 8,44 91,56 Kalimantan Timur 2.118,17 1.782,09 84,13 336,08 15,87 75,87 24,13 Kalimantan Selatan 866,08 840,52 97,05 25,56 2,95 88,81 11,19 KALIMANTAN 6.317,63 4.769,95 75,50 1.547,68 24,50 47,41 52,59 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72

Page 48: Konten C9754a.pdf

   

37 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Gambar 4-10. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi Di Wilayah

Sulawesi

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi Gorontalo menunjukkan kerapatan tertinggi (32,54 unit/Km), dan menduduki peringkat kerapatan tertinggi secara nasional. Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 7,94 unit/Km. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Sulawesi berada di atas nilai rasio nasional. Hal ini menunjukkan ketersediaan infrastruktur jalan dalam mendukung kebutuhan mobilitas penduduk masih lebih rendah dibanding rata-rata nasional, terutama di Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

Gambar 4-11. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar

Proviinsi Di Wilayah Sulawesi

Sumber Data: Ditjen Bina Marga, Kementerian PU

Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di

Provinsi Sulawesi Barat yaitu meliputi panjang 520,14 Km 37,23persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 43,43 persen Rusak Ringan dan 56,57 persen Rusak Berat. Berikutnya di Provinsi Sulawesi Selatan dengan panjang jalan Tidak Mantap sepanjang 390,21 Km (36,58persen), dengan komposisi sebesar 13,86 persen Rusak Ringan dan 86,14 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap terendah terdapat di Provinsi Gorontalo yaitu sepanjang 24,39 Km atau 4,26 persen dari total

7195

18329

32681

10831

4464

7423

0,52 

0,30 

0,70 

0,28 0,40  0,44  0,43 

0,25 

 ‐ 0,20 0,40 0,60 0,80

05000100001500020000250003000035000

Km

Km/Km2

Total Panjang Jalan (Km)

Kerapatan Jalan (Km/Km2)

29,53 

16,56 

18,78 

14,47 

32,54 

7,94

 

18,42 

33,42 

10,69 8,68 

4,07  4,85  4,29 6,41 

4,66 

2,01 

 ‐ 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

 ‐ 20,00 40,00 60,00 80,00

 100,00

Unit/Km

Km/1000 Orang

Rasio Jumlah Kendaraan Roda 4dengan Panjang Jalan (Unit/Km)

Rasio  Panjang jalan dengan JumlahPenduduk (Km/1000 Orang)

Page 49: Konten C9754a.pdf

38 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

panjang jalan, dengan komposisi 60,68 persen Rusak Ringan dan 39,32 persen Rusak Berat. Tabel 4.6:

Kondisi Jalan Nasional Tidak Mantap Antarprovinsi, Tahun 2010

PROVINSI

Panjang Jalan

Nasional (Km)

KUALITAS JALAN

Panjang Jalan Mantap

Panjang Jalan Tidak Mantap

Komposisi Jalan Tidak Mantap

(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan

persen Rusak Berat

Sulawesi Utara 2.160,97 1.913,82 88,56 247,15 11,44 47,05 52,95 Gorontalo 571,99 547,60 95,74 24,39 4,26 60,68 39,32

Sulawesi Tengah 1.718,34 1.487,84 86,59 230,50 13,41 61,28 38,72

Sulawesi Barat 1.397,00 876,86 62,77 520,14 37,23 43,43 56,57

Sulawesi Selatan 1.066,65 676,44 63,42 390,21 36,58 13,86 86,14 Sulawesi Tenggara 511,89 478,89 93,55 33,00 6,45 48,48 51,52

SULAWESI 7.426,84 5.981,45 80,54 1.445,39 19,46 39,32 60,68

INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72 Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal BinaMarga (Status 18 Agustus 2010)

4.1.2. Wilayah Maluku dan Papua Kerapatan jalan di wilayah Maluku sebesar 0,16 Km/Km², lebih rendah dari

kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,18 Km/Km², dan terendah di provinsi Maluku sebesar 0,15 Km/Km². Kerapatan jalan di wilayah Papua sebesar 0,06 Km/Km², lebih rendah dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 0,08 Km/Km², dan terendah di provinsi Papua sebesar 0,05 Km/Km².

Gambar 4-12. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi Di Wilayah

Maluku dan Papua

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

7216

5698

7301

16535

0,15 0,18 

0,08 0,05 

0,16 

0,06 

0,25 

 ‐ 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30

0

5000

10000

15000

20000

 Maluku  MalukuUtara

 PapuaBarat

 Papua WIL.MALUKU

WIL.PAPUA

NASIONAL

Km

Km/Km2

Total Panjang Jalan (Km)

Kerapatan Jalan (Km/Km2)

Page 50: Konten C9754a.pdf

   

39 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, setiap provinsi di wilayah Maluku dan Papua masih lebih rendah dibanding dengan kerapatan kendaraan rata-rata secara nasional. Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,72 unit/Km. Hal ini disebabkan kondisi geografis wilayah merupakan kepulauan dan tingginya mobilitas penduduk yang menggunakan sarana transportasi laut. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Maluku dan Papua berada di atas nilai rasio nasional. Hal ini menunjukkan ketersediaan infrastruktur jalan dalam mendukung kebutuhan mobilitas penduduk masih lebih rendah dibanding rata-rata nasional, terutama di Provinsi Papua Barat.

Gambar 4-13. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar

Proviinsi Di Wilayah Maluku dan Papua

Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.

Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di

Provinsi Maluku yaitu meliputi panjang 220,63 Km (16,72 persen dari total panjang jalan), dengan komposisi 74,60 persen Rusak Ringan dan 25,40 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap di Provinsi Maluku Utara adalah sepanjang 61,59 Km atau 10,15 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 51,42 persen Rusak Ringan dan 48,58 persen Rusak Berat.

Tabel 4.7: Kondisi jalan Nasional Tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010

Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga (Status 18 Agustus 2010)

Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di Provinsi Papua yaitu meliputi panjang 965,49 Km (49,33 persen dari total panjang jalan),

8,41

 

0,72

 

1,48

 

9,67

 

5,02

 

7,16

 

33,42 

4,71 5,49 

9,60 

5,84 5,02 

6,63 

2,01 

 ‐ 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

 ‐

 20,00

 40,00

 60,00

 80,00

 100,00

Unit/Km

Km/1000 Orang

Rasio Jumlah Kendaraan Roda 4dengan Panjang Jalan (Unit/Km)

Rasio  Panjang jalan dengan JumlahPenduduk (Km/1000 Orang)

PROVINSI

Panjang Jalan

Nasional (Km)

KUALITAS JALAN Panjang Jalan

Mantap Panjang Jalan Tidak Mantap

Komposisi Jalan Tidak Mantap

(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan

persen Rusak Berat

Prov. Maluku 1.319,23 1.098,60 83,28 220,63 16,72 74,60 25,40 Prov. Maluku Utara 606,69 545,10 89,85 61,59 10,15 51,42 48,58 MALUKU 1.925,92 1.643,70 85,35 282,22 14,65 69,54 30,46 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72

Page 51: Konten C9754a.pdf

40 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

dengan komposisi 47,57 persen Rusak Ringan dan 52,43 persen Rusak Berat.Sementara di Provinsi Papua Baratmemiliki panjang jalan Tidak Mantap sepanjang 428,68 Km (44,50 persen), dengan komposisi sebesar 15,64 persen Rusak Ringan dan 84,37 persen Rusak Berat.

Tabel 4.8: Kondisi jalan Nasional Tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010

Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga (Status 18 Agustus 2010)

4.2. Kesenjangan Infrastruktur Energi Listrik

Kesenjangan ketersediaan infrastruktur energi listrik antar KBI dan KTI dapat ditunjukkan melalui indikator Total KWh Jual, Rasio Elektrifikasi, dan KWh Jual Perkapita. Di wilayah KBI memiliki jumlah KWh jual mencapai 143.832.982 KWh (91 persen) atau sebesar 742,7 KWh/kapita. Sementara di wilayah KTI hanya mencapai 14.159.164 KWh (9 persen) atau sebesar 298,3 KWh/kapita. Sementara berdasarkan rasio eleltrifikasi. wilayah KBI sudah mencapai 74 persen, sementara KTI baru mencapai 58,1 persen.

Tabel 4.9: Perbandingan Ketersediaan Infrastruktur Energi Listrik Antar Wilayah Di Indonesia,

Tahun 2011

WILAYAH Jumlah Pelanggan kWh Jual Rasio

Elektrifikasi ( persen)

kWh jual/kapita RT persen kWh persen

Sumatera 8.407.689 19,7 23.015.992 14,6 68,6 446,3 Jawa Bali 28.066.341 65,9 120.816.990 76,5 75,8 850,3 Nusa Tenggara 912.186 2,1 1.324.083 0,8 41,5 141,8 Kalimantan 2.113.628 5,0 5.828.978 3,7 64,8 414,3 Sulawesi 2.510.172 5,9 5.636.868 3,6 65,6 319,8 Maluku 329.053 0,8 541.344 0,3 58,4 205,0 Papua 238.473 0,6 827.892 0,5 36,8 218,5 KBI 36.474.030 85,7 143.832.982 91,0 74,0 742,7 KTI 6.103.512 14,3 14.159.164 9,0 58,1 298,3 INDONESIA 42.577.542 100,0 157.992.146 100,0 71,2 655,2 Sumber: Hasil Pengolahan Data PLN 2011

PROVINSI

Panjang Jalan

Nasional (Km)

KUALITAS JALAN

Panjang Jalan Mantap

Panjang Jalan Tidak Mantap

Komposisi Jalan Tidak Mantap

(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan

persen Rusak Berat

Prov. Papua 1.957,07 991,58 50,67 965,49 49,33 47,57 52,43 Prov. Papua Barat 963,23 534,55 55,50 428,68 44,50 15,64 84,37 PAPUA 2.920,30 1.526,13 52,26 1.394,17 47,74 37,75 62,25 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72

Page 52: Konten C9754a.pdf

   

41 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

4.2.1. Wilayah Sumatera

Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satua PLN/provinsi bertumbuh dengan kisaran tertinggi sebesar 58 persen (Wilayah Kep. Bangka Belitung), sedangkan terendah sebesar 10 persen (wilayah Sumatera Utara dan PT. PLN Batam). Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 adalah di wilayah Aceh sebesar 87,76 persen, dan terendah di wilayah Wilayah Sumsel, Jambi, dan Bengkulu sebesar 56,68 persen, sementara terendah menurut provinsi adalah di Provinsi Jambu sebesar 32,74 persen. Perkembangan rasio elektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 24,47 persen, dan terendah di PT. PLN Batam sebesar -9,62 persen.

Tabel 4.10: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi

Listrik Perkapita di Wilayah Sumatera.

Satuan PLN/Provinsi

Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi ( persen) kWh jual/kapita2009 2011 Laju

(persen) 2009 2011 ∆

(11-09) 2009 2011 ∆

(11-09)

Wilayah Aceh 853.659 951.165 11 87,76 87,21 -0,55 292,53 343,54 51,01

Wilayah Sumatera Utara 2.290.474 2.511.003 10 76,81 80,11 3,3 460,2 548,84 88,64

Wilayah Sumatera Barat 775.637 860.130 11 67,21 76,21 9 415,6 489,82 74,22

Wilayah Riau 575.003 778.161 35 40,59 57,39 16,8 361,47 436,38 74,91

- Riau 479.841 655.068 37 38,88 54,8 15,92 336,58 411,42 74,84

- Kepulauan Riau 95.162 123.093 29 52,17 76,64 24,47 541,41 620,1 78,69

Wilayah Sumsel, Jambi, dan Bengkulu

1.369.350 1.726.583 26 49,13 56,68 7,55 310,23 360,67 50,44

- Sumatera Selatan 947.325 1.197.649 26 56,11 65,18 9,07 367,57 390,19 22,62

- Jambi 206.414 258.184 25 29,9 32,74 2,84 209,9 332,55 122,65

- Bengkulu 215.611 270.750 26 52,74 64,48 11,74 232,39 283,41 51,02

Wilayah Bangka Belitung 127.830 202.340 58 45,56 66,18 20,62 350,36 424,33 73,97

Wilayah Lampung 877.400 1.182.013 35 47,75 61,88 14,13 270,16 315,38 45,22

PT PLN Batam 178.888 196.294 10 78,76 69,14 -9,62 1.659,21

1.534,30 -124,91

Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012

4.2.2. Wilayah Jawa Bali

Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satua PLN/provinsi bertumbuh dengan kisaran tertinggi sebesar 16 persen (Provinsi Baten), sedangkan terendah sebesar 7 persen (Provinsi DI. Yogyakarta). Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 adalah di wilayah Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang sebesar 103,52 persen, dan terendah di Provinsi Banten sebesar 55,27 persen. Perkembangan rasio elektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang sebesar 13,09 persen, dan terendah di Provinsi Banten sebesar -13,89 persen.

Page 53: Konten C9754a.pdf

42 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 4.11: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi

Listrik Perkapita di Wilayah Jawa Bali.

Satuan PLN/Provinsi Rasio Elektrifikasi ( persen) kWh jual/kapita

2009 2011 ∆ (11-09) 2009 2011 ∆ (11-09)

Dist. Jawa Timur 64,73 73,66 8,93 564,77 637,28 72,51

Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta 69,92 78,75 8,83 414,78 478,44 63,66

- Jawa Tengah 69,85 78,91 9,06 407,59 472,29 64,7

- D.I. Yogyakarta 70,54 77,43 6,89 482,27 535,52 53,25

Dist. Jawa Barat dan Banten 66,85 68,73 1,88 755,42 826,26 70,84

- Jawa Barat 66,63 70,47 3,84 683,82 776,9 93,08

- Banten 69,16 55,27 -13,89 1.326,02 1.176,07 -149,95

Dist. Jakarta Raya dan Tangerang 90,43 103,52 13,09 2.102,29 2.419,10 316,81

J a w a 69,48 76,02 6,54 755,21 851,38 96,17

Distribusi Bali 72,77 68,63 -4,14 785,31 811,12 25,81Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012

Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Dist. Jakarta Raya dan Tangerang sebesar 2.419,10 kWh/kapita, dan terendah di Provinsi DI. Yogyakarta sebesar 535,52 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di Dist. Jakarta Raya dan Tangerang sebesar 316,81 kWh/kapita dan terendah di Provinsi Banten yang berkurang sebesar 149,95 kWh/kapita.

4.2.3. Wilayah Nusa Tenggara

Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satuan PLN/provinsi selama periode 2009-2011 bertumbuh cukup tinggi, yaitu sebesar 69 persen di NTB dan 53 persen di NTT. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di wilayah NTB sebesar 47,2 persen, dan di wilayah NTT sebesar 34,52 persen. Perkembangan rasio elektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah NTB sebesar 17,92 persen, dan terendah di wilayah NTT sebesar 11,71 persen.

Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di wilayah NTB sebesar 184,17 kWh/kapita, dan terendah di wilayah NTT sebesar 101,63 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di wilayah NTB sebesar 28,8 kWh/kapita dan terendah di wilayah NTT sebesar 18,79 kWh/kapita.

Page 54: Konten C9754a.pdf

   

43 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 4.12: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi

Listrik Perkapita di Wilayah Nusa Tenggara.

Satuan PLN/Provinsi

Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi ( persen)

kWh jual/kapita

2009 2011 Laju (persen)

2009 2011 ∆ (11-09)

2009 2011 ∆ (11-09)

Wilayah Nusa Tenggara Barat

336.805 569.042 69 29,28 47,2 17,92 155,37 184,17 28,8

Wilayah Nusa Tenggara Timur

224.869 343.144 53 22,81 34,52 11,71 82,84 101,63 18,79

Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012

4.2.4. Wilayah Kalimantan

Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satuan PLN/provinsi selama periode 2009-2011 bertumbuh dengan kisaran tertinggi sebesar 38 persen di PT.PLN Tarakan, dan terendah di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 17 persen. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 73,95 persen, dan terendah di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 52,97 persen. Perkembangan rasio ekektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah Kalimantan Barat sebesar 14,54 persen, dan terendah di wilayah Kalimantan Timur sebesar 4,46 persen.

Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di wilayah PT.PLN Tarakan sebesar 601,28 kWh/kapita, dan terendah di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 288,91 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di wilayah Kalimantan Barat sebesar 56,37 kWh/kapita dan terendah di wilayah PT.PLN Tarakan sebesar 16,87 kWh/kapita.

Tabel 4.13: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi

Listrik Perkapita di Wilayah Kalimantan.

Satuan PLN/Provinsi

Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi ( persen) kWh jual/kapita2009 2011 Laju

(persen) 2009 2011 ∆

(11-09) 2009 2011 ∆

(11-09)

Wilayah Kalimantan Barat 486.764 589.263 21 50,32 64,86 14,54 267,56 323,93 56,37 Wilayah Kalsel dan Kalteng 832.531 997.163 20 57,89 66,4 8,51 316,89 356,09 39,2 - Kalimantan Selatan 609.802 711.010 17 66,06 73,95 7,89 357,6 397 39,4 - Kalimantan Tengah 222.729 286.153 28 43,25 52,97 9,72 248,66 288,91 40,25 Wilayah Kalimantan Timur 408.307 494.266 21 57,02 61,48 4,46 579,12 601,28 22,16 PT PLN Tarakan 23.905 32.936 38 57,3 67,14 9,84 857,95 874,82 16,87

Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012

Page 55: Konten C9754a.pdf

44 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

4.2.5. Wilayah Sulawesi

Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satuan PLN/provinsi selama periode 2009-2011 bertumbuh dengan kisaran tertinggi sebesar 30 persen di Provinsi Sulawesi Tenggara, dan terendah di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 14 persen. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 77,99 persen, dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 33,56 persen. Perkembangan rasio ekektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah Gorontalo sebesar 27,29 persen, dan terendah di wilayah Sulawesi Barat sebesar -2,43 persen.

Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 429,59 kWh/kapita, dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 127,4 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 69,25 kWh/kapita dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 23,55 kWh/kapita.

Tabel 4.14: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi

Listrik Perkapita di Wilayah Sulawesi.

Satuan PLN/Provinsi

Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi ( persen) kWh jual/kapita2009 2011 Laju

(persen) 2009 2011 ∆

(11-09) 2009 2011 ∆

(11-09)

Wilayah Sulut, Sulteng dan Gorontalo

735.828 879.626 20 51,43 69,66 18,23 249,45 297,45 48

- Sulawesi Utara 361.559 424.321 17 61,22 77,99 16,77 360,34 429,59 69,25 - Gorontalo 100.356 119.934 20 40,09 67,38 27,29 191,7 222,53 30,83 - Sulawesi Tengah 273.913 335.371 22 46,45 62,03 15,58 172,7 214,07 41,37 Wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar

1.401.300 1.630.546 16 55,88 63,59 7,71 286,01 331,41 45,4

- Sulawesi Selatan 1.131.868 1.289.257 14 62,97 71,97 9 342,69 400,02 57,33 - Sulawesi Tenggara 183.727 238.932 30 38,91 51,08 12,17 164,47 193,55 29,08 - Sulawesi Barat 85.705 102.357 19 35,99 33,56 -2,43 103,85 127,4 23,55

Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012

4.2.6. Wilayah Maluku dan Papua

Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satuan PLN/provinsi selama periode 2009-2011 bertumbuh sebesar 18 persen di Maluku dan 14 persen di Maluku Utara. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di Provinsi Maluku sebesar 61,8 persen, dan di Maluku Utara sebesar 53,48 persen. Perkembangan rasio ekektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah Maluku Utara sebesar 7,03 persen.Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Maluku sebesar 213.49 kWh/kapita, dan terendah di wilayah Maluku Utara sebesar 192,43 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di wilayah Maluku Utara sebesar 32,74 kWh/kapita.

Page 56: Konten C9754a.pdf

   

45 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 4.15:

Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Maluku dan Papua.

Satuan PLN/Provinsi

Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi (persen)

kWh jual/kapita

2009 2011 Laju (persen)

2009 2011 ∆ (11-09)

2009 2011 ∆ (11-09)

Wilayah Maluku dan Maluku Utara

279.407 329.053 18 56,29 58,45 2,16 182,74 205 22,26

- Maluku 182.849 207.846 14 63,37 61,8 -1,57 199,52 213,49 13,97- Maluku Utara 96.558 121.207 26 46,45 53,48 7,03 159,69 192,43 32,74Wilayah Papua 187.598 238.473 27 27,9 36,79 8,89 232,79 218,47 -14,32- Papua 148.631 30,79 174,25- Papua Barat 89.842 54,29 386,54

Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di wilayah Papua selama periode 2009-2011 bertumbuh sebesar 27 persen. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di Provinsi Papua Barat sebesar 54,29 persen, dan di Provinsi Papua sebesar 30,79 persen. Perkembangan rasio ekektrifikasi di wilayah Papua dalam periode 2009-2011, meningkat sebesar 8,89 persen.Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Papua Barat sebesar 386,54 kWh/kapita, dan terendah di wilayah Papua sebesar 174,25 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011 di wilayah Papua, menurun sebesar 14,32 kWh/kapita.

4.3. Kesenjangan Infrastruktur Telekomunikasi

Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi memiliki peran penting dalam mendukung interaksi sosial dan ekonomi masyarakat. Sejalan dengan perkembangan teknologi, disamping penggunaan Telepon Kabel juga telah marak digunakan Telepon Seluler hingga sampai di perdesaan. Namun demikian, distribusi infrastruktur telekomunikasi tersebut masih belum merata, sehingga masih banyak desa-desa yang belum memperoleh pelayanan Telepon Kabel, atau belum mampu menjangkau sinyal telepon seluler. Untuk mendukung jangkauan sinyal telepon seluler tersebut, pada dasarnya dapat diindikasikan oleh adanya Base Transceiver Station (BTS) atau Manara Telepon Seluler di sekitar wilayah tersebut.

Kesenjangan dalam penggunaan ketersediaan infrastruktur telekomunikasi antar KBI dan KTI dapat dilihat dari indikator jumlah desa/kelurahan yang terjangkau pelayanan telepon kabel, dan penerimaan sinyal telepon genggam atau Hand Phone (HP). Pada tahun 2010, Persentase desa/kelurahan yang ada di wilayah KBI telah mencapai 35 persen, sementara di wilayah KTI baru mencapai 13 persen. Sementara untuk penerimaan sinyal kuat, wilayah KBI telah mencapai 78,5 persen dari total desa, sementara di KTI baru mencapai 49 persen.

Page 57: Konten C9754a.pdf

46 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 4.16: Perbandingan Penggunaan Alat Telekomunikasi Antarwilayah, tahun 2010

WILAYAH Ada Pelanggan Telepon Kabel

Penerimaan Sinyal HP Sinyal Lemah Sinyal Kuat

∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen Sumatera 3884 16,0 6197 25,6 17091 70,6 Jawa Bali 13901 53,6 3512 13,5 22291 85,9 Nusa Tenggara 531 13,1 1340 33,1 2382 58,8 Kalimantan 881 12,7 2170 31,2 3896 56,0 Sulawesi 1966 19,7 2938 29,4 5879 58,9 Maluku 177 8,4 567 27,0 793 37,7 Papua 148 2,8 548 10,2 1006 18,8 KBI 17785 35,5 9709 19,4 39382 78,5 KTI 3703 13,0 7563 26,6 13956 49,0 INDONESIA 21488 27,3 17272 22,0 53338 67,9 Sumber Podes, 2011 (BPS)

4.3.1. Wilayah Sumatera

Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi di wilayah Sumatera, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.026 desa (17,7 persen), sementara berdasarkan persentase tertinggi adalah di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 37,9 persen. Berdasarkan desa/kelurahan di wilayah Sumatera yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat sudah mencapai di atas 90 persen, namun diantaranya terdapat 25,6 persen yang menerima sinyal lemah.

Tabel 4.17: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan

Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Sumatera PROVINSI Ada Pelanggan

Telepon Kabel Penerimaan Sinyal HP

Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat ∑ Desa

persen∑ Desa

persen∑ Desa

persen ∑ Desa

persen Aceh 714 11,0 1486 22,9 4803 74,1 6289 97,0 Sumatera Utara 1026 17,7 1520 26,2 3891 67,1 5411 93,3 Sumatera Barat 391 37,9 236 22,8 751 72,7 1014 98,2 Riau 210 12,7 430 26,0 1172 70,8 1602 96,8 Jambi 180 13,1 397 28,9 918 66,9 1315 95,8 Sumatera Selatan 480 15,1 994 31,2 2119 66,5 3113 97,7 Bengkulu 215 14,2 376 24,9 1097 72,7 1473 97,6 Lampung 469 19,0 645 26,2 1762 71,5 2407 97,7 Kep. Bangka Belitung 99 27,4 41 11,4 318 88,1 359 99,4 Kepulauan Riau 100 28,3 72 20,4 260 73,7 332 94,1 SUMATERA 3.884 16,0 6.197 25,6 17.091 70,6 23.315 96,3

Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)

Page 58: Konten C9754a.pdf

   

47 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

4.3.2. Wilayah Jawa-Bali

Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi di wilayah Jawa Bali, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Provinsi Jawa Timur sebanyak 5.605 desa (65,9 persen), sementara berdasarkan persentase tertinggi adalah di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 97,8 persen. Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat sudah mencapai hamper 100 persen di seluruh provinsi, namun diantaranya terdapat 13,2 persen yang masih menerima sinyal lemah.

Tabel 4.18:

Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Jawa Bali.

PROVINSI Ada Pelanggan Telepon Kabel

Penerimaan Sinyal HP

Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat

∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen D.K.I. Jakarta 261 97,8 - 267 100,0 267 100,0 Jawa Barat 3434 58,2 579 9,8 5282 89,4 5861 99,3 Jawa Tengah 3364 39,2 1193 13,9 7356 85,8 8549 99,7 D.I. Yogyakarta 229 52,3 39 8,9 398 90,9 437 99,8 Jawa Timur 5605 65,9 1406 16,5 7041 82,8 8447 99,4 Banten 577 37,6 244 15,9 1285 83,7 1529 99,6 Bali 431 60,2 51 7,1 662 92,5 713 99,6 JAWA-BALI 13.901 53,6 3.512 13,5 22.291 85,9 25.803 99,5 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)

4.3.3. Wilayah Nusa Tenggara

Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di NTB sebanyak 283 desa/kelurahan (26,1 persen). Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat sudah mencapai di atas 90 persen di seluruh provinsi, namun diantaranya terdapat (1.340 desa/kelurahan) atau 33,1 persen yang masih menerima sinyal lemah, khususnya di wilayah NTT yang mencapai 41,3 persen.

Page 59: Konten C9754a.pdf

48 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 4.19: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan

Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Nusa Tenggara.

PROVINSI Ada Pelanggan Telepon Kabel

Penerimaan Sinyal HP Jumlah Desa/kel Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat

∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persenNusa Tenggara Barat 283 26,1 115 10,6 926 85,4 1041 96,0 1084

Nusa Tenggara Timur 248 8,4 1225 41,3 1456 49,1 2681 90,4 2966

NUSTRA 531 13,1 1.340 33,1 2.382 58,8 3.722 91,9 4.050 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)

4.3.4. Wilayah Kalimantan

Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Kalimantan Selatan sebanyak 374 desa/kelurahan (18,7 persen). Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat sudah mencapai di atas 80 persen di seluruh provinsi, namun diantaranya terdapat 2,170 desa/kelurahan atau 31,2 persen yang masih menerima sinyal lemah, khususnya di wilayah Kalimantan tengah yang mencapai 40,9 persen.

Tabel 4.20: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan

Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Kalimantan.

PROVINSI

Ada Pelanggan Telepon Kabel

Penerimaan Sinyal HP

Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat

∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen

Kalimantan Barat 188 9,6 673 34,2 928 47,2 1601 81,4 Kalimantan Tengah 84 5,5 625 40,9 625 40,9 1250 81,8 Kalimantan Selatan 374 18,7 423 21,2 1513 75,7 1936 96,8 Kalimantan Timur 235 16,0 449 30,6 830 56,7 1279 87,3 KALIMANTAN 881 12,7 2.170 31,2 3.896 56,0 6.066 87,2 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)

4.3.5. Wilayah Sulawesi

Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Sulawesi Selatan sebanyak 853 desa/kelurahan (28,6 persen), dan menurut persentasenya adalah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 35,1 persen. Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat, jumlah desa/kelurahan terbanyak di Provinsi Sulawesi Selatan (94,7 persen) dan terendah di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 78,3 persen. Persentase desa/kelurahan dengan penerimaan sinyal lemah, terbanyak di Provinsi Sulawesi Barat yang mencapai 37 persen.

Page 60: Konten C9754a.pdf

   

49 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 4.21: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan

Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Sulawesi

PROVINSI Ada Pelanggan Telepon Kabel

Penerimaan Sinyal HP

Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen

Sulawesi Utara 595 35,1 415 24,5 1149 67,9 1564 92,4 Sulawesi Tengah 162 8,9 484 26,7 938 51,7 1422 78,3 Sulawesi Selatan 853 28,6 891 29,9 1934 64,9 2825 94,7 Sulawesi Tenggara 138 6,5 683 32,2 1130 53,3 1813 85,5 Gorontalo 171 23,4 229 31,3 445 60,9 674 92,2 Sulawesi Barat 47 7,4 236 37,0 283 44,4 519 81,3 SULAWESI 1.966 19,7 2.938 29,4 5.879 58,9 8.817 88,3 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)

4.3.6. Wilayah Maluku dan Papua

Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Maluku Utara sebanyak 95 desa/kelurahan (8,8 persen). Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat baru mencapai sekitar 64,7 persen, namun diantaranya terdapat 567desa/kelurahan atau 27 persen yang masih menerima sinyal lemah, khususnya di wilayah Maluku Utara yang mencapai 29,8 persen.

Tabel 4.22: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan

Penerimaan Sinyal Telepon Seluler

PROVINSI

Ada Pelanggan

Telepon Kabel

Penerimaan Sinyal HP

Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat ∑

Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen

Maluku 82 8,0 245 23,9 387 37,8 632 61,7 Maluku Utara 95 8,8 322 29,8 406 37,6 728 67,5 MALUKU 177 8,4 567 27,0 793 37,7 1.360 64,7 Papua Barat 60 4,2 206 14,3 301 20,9 507 35,2 Papua 88 2,2 342 8,7 705 18,0 1047 26,7 PAPUA 148 2,8 548 10,2 1.006 18,8 1.554 29,0 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)

Page 61: Konten C9754a.pdf

50 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Provinsi Papua sebanyak 88 desa/kelurahan, dan menurut persentasenya adalah sebesar 4,2 persen di Provinsi Papua Barat. Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat baru mencapai sekitar 89,9 persen, namun diantaranya terdapat 17.272 desa/kelurahan atau 22 persen yang masih menerima sinyal lemah, khususnya di wilayah Papua Barat yang mencapai 14,3 persen.

Page 62: Konten C9754a.pdf

51ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

BAB 5ANALISIS PENDAPATAN DAN

BELANJA DAERAH

5.1. Analisis Pendapatan DaerahAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dialokasikan untuk

melaksanakan program atau kegiatan sesuai dengan kemampuan pendapatannya, sertadidukung oleh pembiayaan yang sehat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerahyang diikuti dengan pemerataan pembangunan. Pencapaian tujuan tersebut diharapkandapat dilakukan melalui peningkatan potensi penerimaan pajak dan retribusi daerahditambah dengan dana transfer dari pemerintah Pusat yang digunakan untuk mendanaipenyelenggaraan layanan publik dalam jumlah yang mencukupi dan juga berkualitas.Selanjutnya melalui belanja yang berkualitas diharapkan APBD dapat menjadi injeksibagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Namun demikian, kenyataan yang dihadapi dalam pengelolaan keuangan publik,selalu terjadi kendala penganggaran, yang tercermin dari banyaknya kebutuhan yangdihadapkan pada keterbatasan sumber-sumber pendapatan daerah. Dengan demikian,prioritas belanja dan perencanaan yang baik dapat menjadi kunci untuk menyiasatikendala penganggaran. Terkait dengan hal tersebut, melalui analisis keuangan APBDdiharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dalam memotret kondisikeuangan APBD baik dari sisi pendapatan dan belanja.

Disisi pendapatan, analisis kesehatan keuangan APBD akan melihat aspekkemandirian daerah dan ruang fiskal (fiscal space), sementara dari sisi belanja daerahakan meliputi rasio belanja pegawai terhadap total belanja, rasio belanja pegawai tidaklangsung terhadap total belanja, rasio belanja modal per total belanja, dan rasio belanjamodal per jumlah penduduk. Semua rasio tersebut menunjukkan kecenderungan polabelanja daerah, apakah suatu daerah cenderung mengalokasikan dananya untuk belanjayang terkait erat dengan upaya peningkatan ekonomi, seperti belanja modal, atau untukbelanja yang sifatnya untuk pendanaan aparatur, seperti belanja pegawai tidak langsung.Analisis dari sisi pendapatan, meliputi analisis rasio kemandirian daerah, Tax Effort,Pajak perkapita, serta ruang fiskal (fiscal space).

5.1.1. Rasio Kemandirian DaerahRasio kemandirian ditunjukkan oleh rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap total pendapatan. Semakin besar angka rasio PAD, maka kemandirian daerahsemakin besar, dan sekaligus memiliki rasio transfer yang rendah. Penghitungannyadilakukan dengan menjumlahkan PAD seluruh pemda pada satu daerah kemudianmembaginya dengan total pendapatan untuk wilayah yang sama.

Page 63: Konten C9754a.pdf

52 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Pemerintah Provinsi

Perkembangan rasio PAD dibandingkan dengan total pendapatan pada tahun 2012secara umum menunjukkan peningkatan dibanding dengan Rasio PAD pada tahun 2008,kecuali untuk Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua, Maluku Utara, Aceh, NTT,Kepulauan Riau, NTB, Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, JawaBarat dan Lampung. Rasio PAD tertinggi dicapai oleh pemerintah provinsi Jawa Timursebesar 78,70 persen dan terendah dimiliki oleh pemda provinsi Papua Barat sebesar 3,45persen. Sementara itu Rasio PAD terhadap total Pendapatan antarprovinsi yang berada diatas rata-rata antarprovinsi 37,09 Persen, meliputi sebanyak 16 provinsi. Data tersebutditunjukkan pada Gambar 5-1.

Gambar 5-1.Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Pemerintah Provinsi Tahun 2008 dan 2012.

Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten dan Kota Se – Provinsi

Perkembangan rasio PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten dan Kota Se – Provinsipada tahun 2008 dibandingkan dengan total pendapatan pada tahun 2012 secara umummenunjukkan peningkatan, kecuali untuk Provinsi Aceh, Riau, dan Kepulauan Riau.Rasio PAD tertinggi dicapai oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta sebesar 60,98 persendan terendah dimiliki oleh pemda provinsi Papua Barat sebesar 3,33 persen. Sementaraitu Rasio PAD terhadap total Pendapatan yang berada di atas rata-rata kabupaten/kota se-provinsi (15,88 persen), meliputi sebanyak 12 provinsi. Data tersebut ditunjukkan padaGambar 5-2.

3,45

78,70

37,09

- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

Pap

ua B

arat

Pap

ua M

aluk

u U

tara

Aceh

Sul

awes

i Bar

at M

aluk

uN

TT G

oron

talo

Sul

awes

i Ten

gah

Kep

ulau

an R

iau

Sul

awes

i Ten

ggar

a B

angk

a Be

litun

g B

engk

ulu

Kal

iman

tan

Teng

ah S

ulaw

esi U

tara

NTB

Ria

u S

umat

era

Sela

tan

Kal

iman

tan

Bara

t Ja

mbi

DI Y

ogya

kart

a S

umat

era

Bara

t K

alim

anta

n Ti

mur

Sul

awes

i Sel

atan

Jaw

a Te

ngah

Bal

i S

umat

era

Uta

ra Ja

wa

Bara

t L

ampu

ng D

KI Ja

kart

a K

alim

anta

n Se

lata

n B

ante

n Ja

wa

Tim

ur

Rasio PAD thd Pendapatan Pemprov Rasio PAD thd Pendapatan Pemprov 2008Rasio PAD thd Pendapatan Pemprov Rasio PAD thdp pendapatan PemProv 2012Rasio PAD thd Pendapatan Pemprov Rata-rata Rasio PAD thdp Pendapatan PemProv2012

Page 64: Konten C9754a.pdf

53ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Gambar 5-2:Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten dan Kota Se – Provinsi

Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Untuk Tingkat Kabupaten dan Kota

Rasio PAD terhadap Total Pendapatan untuk tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi diKabupaten Badung Provinsi Bali dengan nilai Rasio 68,25 persen, sementara rasioterendah di Kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat sebesar 0,14 persen dan KabupatenPuncak Provinsi Papua sebesar 0.19 persen. Berdasarkan pemeringkatan nilai Rasio PADpada 20 kabupaten/kota tertinggi, sebagian besar terdapat di kota-kota wilayah Jawa Balidan Sumatera. Sementara untuk Rasio PAD pada 20 kabupaten/kota terendah, sebagianbesar berada di kabupaten-kabupaten di Provinsi papua dan Papua Barat. Rincian untuk20 Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendah untuk Rasio PAD terhadaptotal pendapatan, dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel. 5.1:Kabupaten/Kota Menurut Dua Puluh (20) Peringkat Tertinggi dan Terendah untuk Rasio

PAD terhadap Total Pendapatan Tahun 2012.

No.

20 Peringkat Terendah Tingkat Kemandirian Daerah 20 Peringkat Tertinggi Tingkat KemandirianDaerah

Provinsi Kab/KotaPAD/

Pendapatan(%)

Provinsi Kab/KotaPAD/

Pendapatan(%)

1 Papua Barat Maybrat 0,14 Bali Badung 68,252 Papua Puncak 0,19 Jatim Kota Surabaya 51,10

3 Papua Mamberamo Tengah 0,22 Sumut Kota Medan 38,73

4 Papua Dogiyai 0,24 Bali Kota Denpasar 30,675 Maluku Buru Selatan 0,34 Jatim Sidoarjo 30,02

6 Papua Barat Tambrauw 0,38 Jateng Kota Semarang 29,97

7 Papua Intan Jaya 0,40 Jawa Barat Bogor 26,888 Papua Yalimo 0,48 DIY Kota Yogyakarta 26,81

3,33

60,98

15,88

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

Pap

ua B

arat

Pap

ua M

aluk

u S

ulaw

esi B

arat

Ace

h N

usa

Teng

gara

Tim

ur M

aluk

u U

tara

Sul

awes

i Ten

gah

Gor

onta

lo K

alim

anta

n Te

ngah

Sul

awes

i Uta

ra S

ulaw

esi T

engg

ara

Ben

gkul

u Ja

mbi

Ban

gka

Belit

ung

Ria

u K

alim

anta

n Ba

rat

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Sum

ater

a Ba

rat

Sum

ater

a Se

lata

n L

ampu

ng S

ulaw

esi S

elat

an K

epul

auan

Ria

u K

alim

anta

n Ti

mur

Jaw

a Te

ngah

Kal

iman

tan

Sela

tan

DI Y

ogya

kart

a S

umat

era

Uta

ra Ja

wa

Bara

t Ja

wa

Tim

ur B

ante

n B

ali

DKI

Jaka

rta

Rasio PAD thdp Pendapatan Se-Prov 2008

Rasio PAD thdp Pendapatan Se-Prov 2012

rata-rata Rasio PAD thdp Pendapatan Se-Prov 2012

Page 65: Konten C9754a.pdf

54 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

9 Papua Deiyai 0,53 Kepri Kota Batam 26,70

10 Papua Sarmi 0,73 Jawa Barat Kota Depok 26,55

11 Papua Mamberamo Raya 0,88 Banten Kota TangerangSelatan

26,13

12 Papua Lanny Jaya 0,89 Banten Kota Cilegon 25,33

13 Papua Nduga 0,91 Jawa Barat Bekasi 24,04

14 Papua Supiori 0,94 Jawa Barat Kota Bekasi 23,8415 Maluku Utara Pulau Morotai 0,95 Kepri Karimun 23,19

16 Lampung Tulang Bawang Barat 1,02 Sumsel Kota Palembang 22,98

17 Sulut Minahasa Selatan 1,03 Banten Tangerang 22,8418 Papua Paniai 1,05 Jatim Gresik 22,46

19 Papua Pegunungan Bintang 1,07 Jawa Barat Kota Bandung 22,28

20 Papua Tolikara 1,10 Sulsel Kota Makassar 22,21

5.1.2. Rasio Pajak (Tax Ratio)

Tax Ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak suatu daerahterhadap pendapatan suatu output perekonomian atau produk Domestik Regional Bruto(PDRB). Terkait dengan rasio pajak, PDRB menggambarkan jumlah pendapatan potensialyang dapat dikenai pajak. PDRB juga menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakatyang jika berkembang dengan baik merupakan potensi yang baik bagi pengenaan pajak diwilayah tersebut. Oleh karena itu, mengetahui angka-angka rasio pajak di berbagaiwilayah di Indonesia akan membantu kita dalam menganalisis secara sederhana hubunganantara pajak daerah wilayah tersebut dengan PDRB-nya, mengetahui jenis-jenis pajak apasaja yang potensial serta sektor ekonomi yang terkait, dan menilai kondisi suatu daerahdengan membandingkannya dengan daerah lain.

Rasio Pajak Pemerintah ProvinsiPerkembangan Rasio Pajak pemerintah provinsi tahun 2012 secara umum

menunjukkan penurunan dibanding dengan Rasio Pajak pada tahun 2008. Rasio Pajaktertinggi dicapai oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan 10,00 persen dan terendahdimiliki oleh pemda provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,67 persen Tingginya angka rasiopajak tersebut disebabkan angka pembaginya, yaitu PDRB-nya rendah, kemudianrendahnya rasio tersebut disebabkan karena penerimaan pajak daerah yang sangat rendah.Sementara itu Rasio pajak antarprovinsi yang berada di atas rata-rata antarprovinsi (2,8persen) meliputi 14 provinsi. Data tersebut ditunjukkan pada Gambar 5-3.

Page 66: Konten C9754a.pdf

55ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Gambar 5-3.Tax Rasio Pemerintah Provinsi Tahun 2008 dan 2012

Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi

Perkembangan Rasio Pajak pemerintah provinsi tahun 2012 secara umummenunjukkan peningkatan diseluruh provinsi dibanding dengan Rasio Pajak pada tahun2008. Rasio pajak pemkab dan pemkot se-Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan angkayang paling tinggi yaitu sebesar 12,52 persen. Penyebab tingginya rasio tersebut adalahtingginya pajak daerah pemkab dan pemkot se-provinsi tersebut berasal dari sektorpariwisata yang mencapai hingga 51 persen. Sementara itu, rasio pajak terendah terdapatpada pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi Sulawesi tengah, yaitu sebesar 0,82persen Rendahnya angka tersebut disebabkan oleh rendahnya potensi penerimaan pajakdaerah. Provinsi-provinsi yang memiliki Rasio pajak di atas rata-rata antarprovinsi (3,71persen), meliputi 11 provinsi. Data tersebut ditunjukkan pada Gambar 5-4.

Gambar 5-4:Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Tahun 2008 dan 2012.

0,67

10,00

2,80

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

Sul

awes

i Ten

gah

Pap

ua B

arat

Kep

ulau

an R

iau

Pap

ua R

iau

Sul

awes

i Bar

atAc

eh NTT

Sul

awes

i Ten

ggar

a Ja

wa

Tim

ur Ja

wa

Bara

t M

aluk

u U

tara

Jaw

a Te

ngah

Sul

awes

i Uta

ra S

umat

era

Sela

tan

Sum

ater

a Ba

rat

NTB

Sum

ater

a U

tara

Kal

iman

tan

Bara

t B

ante

n K

alim

anta

n Te

ngah

DI Y

ogya

kart

a K

alim

anta

n Ti

mur

Jam

bi B

angk

a Be

litun

g L

ampu

ng D

KI Ja

kart

a B

engk

ulu

Mal

uku

Gor

onta

lo K

alim

anta

n Se

lata

n B

ali

Sul

awes

i Sel

atan

Tax Ratio PROVINSI Rasio Pajak thdp PDRB Pemprov 2008Tax Ratio PROVINSI Rasio Pajak thdp PDRB PemProv 2012Tax Ratio PROVINSI Rasio Pajak thdp rata-rata PDRB PemProv2012

0,82

12,52

3,71

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

Sul

awes

i Ten

gah

Pap

ua B

arat

Ria

u S

ulaw

esi B

arat

Pap

uaAc

eh S

ulaw

esi T

engg

ara

Kep

ulau

an R

iau

NTT

Jaw

a Ti

mur

Jaw

a Te

ngah

Jaw

a Ba

rat

Sum

ater

a Ba

rat

Sum

ater

a Se

lata

n S

ulaw

esi U

tara

Kal

iman

tan

Teng

ah K

alim

anta

n Ti

mur

NTB

Mal

uku

Uta

ra D

KI Ja

kart

a Ja

mbi

Kal

iman

tan

Bara

t L

ampu

ng S

umat

era

Uta

ra B

angk

a Be

litun

g B

ante

n D

I Yog

yaka

rta

Ben

gkul

u K

alim

anta

n Se

lata

n M

aluk

u G

oron

talo

Bal

i S

ulaw

esi S

elat

an

Tax Ratio Rasio Pajak thdp PDRB Se-Prov 2008Tax Ratio Rasio Pajak thdp PDRB Se-Prov 2012Tax Ratio Rasio Pajak thdp rata-rata PDRB Se-Prov 2012

Page 67: Konten C9754a.pdf

56 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan Kota

Rasio Pajak untuk tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di Kabupaten BadungProvinsi Bali dengan nilai Rasio 15,94 persen dan Kota Tomohon Provinsi SulawesiUtara sebesar 14,28 persen, sementara rasio terendah di Kabupaten Puncak ProvinsiPapua sebesar 0,004 persen, Kabupaten Sorong Provinsi Papua dan Kabupaten MesujiProvinsi Lampung sebesar 0,03 persen. Tingginya kontribusi pajak di Kabupaten Badungsebagian besar bersumber dari Pajak Hotel dan Restoran yang mencapai 84 persen daritotal pajak yang diterima daerah. Sementara relatif tingginya Rasio pajak di KotaTomohon lebih disebabkan oleh rendahnya nilai PDRB kota tersebut. Berdasarkanpemeringkatan nilai Rasio pajak pada 20 kabupaten/kota tertinggi, sebagian besar terdapatdi kota-kota wilayah Jawa Bali dan Sulawesi. Sementara untuk Rasio Pajak pada 20kabupaten/kota terendah, sebagian besar berada di kabupaten-kabupaten di wilayahKalimantan dan Papua. Rincian untuk dua puluh (20) Kabupaten/Kota menurut peringkattertinggi dan terendah untuk Rasio Pajak, dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel. 5.2Rasio Pajak Kabupaten/Kota Menurut Dua Puluh (20) Peringkat Tertinggi dan

Terendah, Tahun 201120Kab/KotadenganRasioPajaktertinggi 20Kab/KotadenganRasioPajakterendah

No Provinsi kabupaten/kota

(%) Provinsi kabupaten/kota

(%)

1 Bali Badung 15.94 Papua Puncak 0.002 SulawesiUtara KotaTomohon 14.28 PapuaBarat Sorong 0.033 KepulauanRiau Karimun 6.76 Lampung Mesuji 0.034 SulawesiTenggara ButonUtara 4.27 SumateraUtara NiasUtara 0.045 Banten KotaTangerangSelatan 3.96 KalimantanTimur KutaiTimur 0.046 Bali KotaDenpasar 3.79 SumateraUtara Nias 0.057 KepulauanRiau KepulauanRiau 3.23 KalimantanTimur Pasir 0.068 NusaTenggaraBarat LombokBarat 3.00 KalimantanTimur Kutai 0.069 Bali Gianyar 2.85 KalimantanSelatan Balangan 0.0710 JawaBarat KotaBogor 2.57 Papua Deiyai 0.0711 Gorontalo KotaGorontalo 2.41 SulawesiUtara Manado 0.0712 SulawesiSelatan Maros 2.36 Jambi TanjungJabungTimur 0.0713 MalukuUtara KotaTernate 2.14 SumateraUtara BatuBara 0.0714 JawaBarat KotaDepok 2.10 Riau RokanHilir 0.0815 JawaBarat KotaBekasi 2.02 JawaTimur KotaKediri 0.0816 JawaTimur KotaSurabaya 1.93 Papua Dogiyai 0.0817 KalimantanBarat KayongUtara 1.82 KalimantanTimur KotaBontang 0.0818 DIYogyakarta KotaYogyakarta 1.81 Papua Waropen 0.0919 Maluku MalukuTenggara 1.79 KalimantanBarat Bengkayang 0.0920 DIYogyakarta Sleman 1.78 SulawesiTenggara KonaweUtara 0.09

5.1.3. Ruang Fiskal Daerah

Perencanaan dan penganggaran yang dituangkan dalam APBD suatu daerahmemegang peranan sangat penting. Pemerintah daerah diharapkan memiliki terobosanuntuk memanfaatkan ruang fiskal yang ada guna memacu pertumbuhan ekonomi. Ruangfiskal diperoleh dari pendapatan umum setelah dikurang pendapatan yang sudah

Page 68: Konten C9754a.pdf

57ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

ditentukan penggunaannya (earmarked) serta belanja yang sifatnya mengikat sepertibelanja pegawai dan belanja bunga. Efektivitas penggunaan anggaran di suatu daerah jugamenunjang terciptanya ruang fiskal yang cukup memberi ruang dalam pembangunansuatu daerah.

Ruang fiskal antarprovinsi, menunjukkan Pemprov. Papua Barat memiliki ruangfiskal yang tertinggi yaitu sebesar 93,8 persen hal ini dapat disebabkan dana transfer yangbesar yang dialokasikan oleh pemerintah pusat, sedangkan Pemprov. Gorontalomempunyai ruang fiskal yang terendah yaitu sebesar 38,7 persen. Hal ini dapatdisebabkan karena pendapatan daerah yang rendah, disisi lain pendapatan Dana AlokasiUmum (DAU) sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai. Gambaran selengkapnyatentang ruang fiskal masing-masing Pemerintah provinsi di Indonesia dapat dilihat padaGambar 5-5.

Gambar 5-5.Ruang Fiskal Pemerintah Provinsi, Tahun 2012.

Rata-rata Ruang fiskal seluruh pemkab dan pemkot pada suatu provinsi dapatdigambarkan pada Gambar 5-6. Dari hasil analisis ini, rata-rata ruang fiskal tertinggiuntuk kabupaten dan kota terdapat di Provinsi Riau yaitu sebesar 85,1 persen Adapunruang fiskal terendah terdapat pada kabupaten dan kota yang berada di Provinsi DIYogyakarta, yaitu sebesar 36,2 persen.

38,7

93,8

- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0

100,0

Goro

ntal

oSu

law

esi U

tara

Beng

kulu

Mal

uku

Sula

wes

i Ten

ggar

aDI

Yog

yaka

rta

Jam

biBa

liSu

law

esi T

enga

hNu

sa T

engg

ara

Tim

urN

usa

Teng

gara

Bar

atSu

mat

era

Bara

tKa

liman

tan

Sela

tan

Lam

pung

Mal

uku

Uta

raKe

p. B

angk

a Be

litun

gKa

liman

tan

Teng

ahKa

liman

tan

Bara

tSu

law

esi B

arat

Sula

wes

i Sel

atan

Riau

Jaw

a Ti

mur

Sum

ater

a Se

lata

nJa

wa

Teng

ahJa

wa

Bara

tAc

ehKe

pula

uan

Riau

Kalim

anta

n Ti

mur

Papu

aSu

mat

era

Uta

raBa

nten

Papu

a Ba

rat

Ruang Fiskal (Realisasi) Tahun 2012

Page 69: Konten C9754a.pdf

58 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Gambar 5-6.Rata-rata Ruang Fiskal Kabupaten dan Kota Menurut Provinsi, Tahun 2012.

Ruang Fiskal Kabupaten dan Kota

Ruang fiskal untuk tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di KabupatenMembramo Raya Provinsi Papua dengan Ruang Fiskal sebesar 89,3 persen , dan Ruangfiskal terendah di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 26,4 persen, danKabupaten Karanganyar Provinsi Bali sebesar 28,2 persen. Berdasarkan pemeringkatannilai Ruang Fiskal pada 20 kabupaten/kota tertinggi, sebagian besar terdapat dikabupaten-kabupaten di wilayah Provinsi Papua, Papua Barat dan Kalimantan Timur.Sementara untuk Tax Ratio pada 20 kabupaten/kota terendah, sebagian besar berada dikabupaten-kabupaten di wilayah Jawa-Bali dan sebagian Sumatera. Rincian untuk 20Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendah untuk Tax Ratio, dapat dilihatpada Tabel 5.4.

Tabel 5.4.20 Kabupaten/Kota tertinggi dan 20 Kabupaten/Kota Terendah Menurut Ruang Fiskal

No. RUANG FISKAL TERENDAH RUANG FISKAL TERTINGGI

Provinsi Kabupaten/Kota RuangFiskal

Provinsi Kabupaten/Kota RuangFiskal

1 Sulawesi Tenggara Kota Kendari 26,4 Papua Mamberamo Raya 89,32 Bali Karanganyar 28,2 Papua Barat Tambrauw 86,83 Jawa Tengah Klaten 28,3 Papua Barat Kaimana 84,14 Jawa Timur Ngawi 29,9 Papua Puncak 83,75 Sumatera Utara Kota Tebing Tinggi 30,0 Papua Barat Teluk Bintuni 83,16 Maluku Kota Ambon 30,0 Papua Sarmi 82,47 Jawa Barat Kuningan 30,3 Papua Intan Jaya 82,0

36,2

85,1

54,21

- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0

DI Y

ogya

kart

aBa

liJa

wa

Teng

ahN

usa

Teng

gara

Bar

atJa

wa

Tim

urSu

law

esi S

elat

anJa

wa

Bara

tLa

mpu

ngSu

law

esi T

enga

hSu

law

esi U

tara

Sum

ater

a U

tara

Sula

wes

i Bar

atKa

liman

tan

Sela

tan

Nusa

Ten

ggar

a Ti

mur

Sula

wes

i Ten

ggar

aSu

mat

era

Bara

tBa

nten

Goro

ntal

oAc

ehM

aluk

uKa

liman

tan

Bara

tBe

ngku

luKa

liman

tan

Teng

ahJa

mbi

Sum

ater

a Se

lata

nM

aluk

u U

tara

Kepu

laua

n Ri

auKe

p. B

angk

a Be

litun

gKa

liman

tan

Tim

urPa

pua

Papu

a Ba

rat

Riau

Rata-rata Ruang Fiskal (realisasi) Kab/Kota per Prov 2012

Rata-rata Ruang Fiskal (Realisasi) Kab/Kota 2012

Page 70: Konten C9754a.pdf

59ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

8 Sumatera Barat Agam 30,7 Papua Waropen 81,99 Jawa Tengah Purworejo 30,7 Papua Mamberamo Tengah 81,8

10 Jawa Tengah Sragen 31,0 Kalimantan Timur Penajam Paser Utara 81,211 Jawa Barat Ciamis 31,4 Kalimantan Timur Tana Tidung 81,012 Jawa Tengah Wonogiri 31,6 Kalimantan Timur Kutai Barat 80,513 Sumatera Barat Tanah Datar 31,6 Papua Boven Digoel 80,514 Jawa Barat Tasikmalaya 31,7 Kepulauan Riau Natuna 79,915 Maluku Maluku Tengah 31,8 Papua Keerom 79,216 Sumatera Barat Padang Pariaman 32,2 Papua Mappi 78,817 Sumatera Barat Solok 32,2 Papua Barat Teluk Wondama 77,818 DI Yogyakarta Bantul 32,9 Kalimantan Timur Kutai Timur 77,619 Aceh Aceh Barat 33,0 Papua Supiori 77,320 Jawa Timur Magetan 33,0 Kalimantan Timur Kota Bontang 77,3

5.2. Analisis Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan gambaran alokasi anggaran untuk melaksanakanprogram/kegiatan dan pembiayaan Pembangunan. Pembangunan dimaksud meliputiberbagai program untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pembangunan diberbagai sektor, termasuk untuk mendanai penyelenggaraan layanan publik dalam jumlahyang mencukupi dan juga berkualitas. Dengan demikian, belanja yang berkualitasdiharapkan dapat menjadi injeksi bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraanmasyarakat.

Melalui Profil Belanja daerah ini diharapkan dapat memberikan gambaran kualitasbelanja berdasarkan pendekatan rasio antar beberapa komponen penting belanja daerah.Komponen penting tersebut akan dilihat dari indikator sebagai berikut:

1. Rasio belanja pegawai terhadap total belanja.2. Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja.3. Rasio belanja pegawai terhadap jumlah penduduk.4. Rasio belanja modal terhadap total belanja.5. Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk.

5.2.1. Rasio belanja pegawai terhadap total belanja

Rasio belanja pegawai terhadap total belanja dapat memberikan indikasi terhadapporsi belanja pegawai atau di luar belanja pegawai yang khususnya untuk mendukungpertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi angka rasionya maka semakin besar proporsiAPBD yang dialokasikan untuk belanja pegawai dan begitu sebaliknya semakin kecilangka rasio belanja pegawai maka semakin kecil pula proporsi APBD yang dialokasikanuntuk belanja pegawai APBD. Belanja pegawai yang dihitung dalam rasio ini melipuibelanja pegawai langsung dan belanja pegawai tidak langsung.

Page 71: Konten C9754a.pdf

60 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Rasio belanja pegawai terhadap total belanja Pemerintah Provinsi.

Rasio belanja pegawai pemerintah provinsi di Indonesia pada tahun 2008 rata-ratasebesar 27,33 persen, menurun menjadi sebesar 21,05 persen pada tahun 2012. Padatahun 2012, sebanyak 15 provinsi memiliki rasio belanja pegawai yang lebih rendahdibandingkan rata-rata rasio provinsi tersebut dan sedangkan 18 provinsi lainnya di atasrata-rata. Dengan demikian, sebagian besar pemerintah provinsi masih memiliki rasiobelanja pegawai relatif tinggi. Pemerintah provinsi yang memiliki rasio belanja pegawaiterbesar adalah Pemprov DKI Jakarta dengan rasio sebesar 33,72 persen, sedangkanpemerintah provinsi yang memiliki rasio belanja pegawai terkecil adalah Pemprov PapuaBarat yang sebesar 9,17 persen. Perbaikan rasio belanja pegawai tidak langsung selamaperiode 2008-2012 diperlihatkan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yangmenurun tajam dari 69,63 persen pada tahun 2008 menjadi 18,90 persen pada tahun 2012.Gambaran selengkapnya tentang rasio belanja pegawai terhadap total belanja masing-masing Pemerintah provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5-7.

Gambar 5-7.Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Masing-Masing Pemerintah

Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.

Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Pemerintah Kabupaten Dan KotaSe-Provinsi.

Rasio belanja pegawai pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi di Indonesiapada tahun 2008 rata-rata sebesar 40,13 persen, meningkat menjadi sebesar 43,32 persenpada tahun 2012. Pada tahun 2012, sebanyak 13 Provinsi memiliki rasio belanja pegawaiyang lebih rendah dibandingkan rata-rata rasio Provinsi tersebut dan sedangkan 20Provinsi lainnya di atas rata-rata. Dengan demikian, sebagian besar pemerintah kabupaten

9,17

33,72

21,05

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

Pap

ua B

arat

Sum

ater

a U

tara

Kal

iman

tan

Tim

ur B

ante

n P

apua

Jaw

a Ba

rat

Aceh

Jaw

a Te

ngah

Sum

ater

a Se

lata

n K

epul

auan

Ria

u R

iau

Sul

awes

i Sel

atan

Kal

iman

tan

Bara

t K

alim

anta

n Te

ngah

Ban

gka

Belit

ung

Sum

ater

a Ba

rat

Jaw

a Ti

mur

Mal

uku

Uta

ra K

alim

anta

n Se

lata

n B

ali

Lam

pung

Sul

awes

i Bar

atN

TB S

ulaw

esi T

enga

h Ja

mbi

Sul

awes

i Ten

ggar

aN

TT D

I Yog

yaka

rta

Gor

onta

lo S

ulaw

esi U

tara

Ben

gkul

u M

aluk

u D

KI Ja

kart

a

Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Pemprov 2008

Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Pemprov 2012

Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Rata-rata Pemprov 2012

Page 72: Konten C9754a.pdf

61ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

dan kota se-Provinsi masih memiliki rasio belanja pegawai relatif tinggi. Pemerintahkabupaten dan kota se-Provinsi yang memiliki rasio belanja pegawai terbesar adalah DI.Yogyakarta dengan rasio sebesar 56,41 persen, sedangkan rasio belanja pegawai terkeciladalah pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi Kalimantan Timur sebesar 25,64persen. Gambaran selengkapnya tentang rasio belanja pegawai terhadap total belanjamasing-masing pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi di Indonesia dapat dilihat padaGambar 5-8.

Gambar 5-8.Rasio Belanja Pegawai Kabupaten Dan Kota Se-Provinsi Terhadap Total Belanja

Pemerintah Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.

Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Pemerintah Kabupaten dan Kota.

Rasio belanja pegawai untuk tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di KotaLangsa Provinsi Aceh dengan Rasio Belanja sebesar 76,69 persen , dan Rasio Belanjaterendah di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat sebesar 14,66 persen.Berdasarkan pemeringkatan Rasio Belanja pada 20 kabupaten/kota tertinggi, sebagianbesar terdapat di kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa dan Sumatera. Sementara untukRasio belanja pada 20 kabupaten/kota terendah, sebagian besar berada di kabupaten-kabupaten di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya di Provinsi Papua dan PapuaBarat. Distribusi kabupaten-kabupaten dengan rasio belanja pegawai tinggi tersebut,umumnya dipengaruhi oleh banyaknya pagawai, sejalan dengan banyaknya jumlahpenduduk. Sementara kondisi sebaliknya untuk di wilayah Papua yang berpenduduksedikit. Rincian untuk 20 Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendahuntuk Rasio belanja, dapat dilihat pada Tabel 5.5

56,41

25,64

43,32

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

DI Y

ogya

kart

a A

ceh

Jaw

a Te

ngah

Bal

i S

ulaw

esi S

elat

an Ja

wa

Bara

t Ja

wa

Tim

ur N

usa

Teng

gara

Bar

at M

aluk

u G

oron

talo

Sum

ater

a U

tara

Kep

ulau

an R

iau

Sum

ater

a Ba

rat

Sul

awes

i Ten

gah

Ben

gkul

u N

usa

Teng

gara

Tim

ur S

ulaw

esi B

arat

Lam

pung

Sul

awes

i Ten

ggar

a S

ulaw

esi U

tara

Kal

iman

tan

Sela

tan

Kal

iman

tan

Bara

t B

angk

a Be

litun

g B

ante

n P

apua

Kal

iman

tan

Teng

ah S

umat

era

Sela

tan

Pap

ua B

arat

Jam

bi R

iau

Mal

uku

Uta

ra D

KI Ja

kart

a K

alim

anta

n Ti

mur

Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Se-Prov 2008Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Se-Prov 2012Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Rata-rata Se-Prov 2012

Page 73: Konten C9754a.pdf

62 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 5.5:Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Kabupaten dan Kota Menurut 20 Peringkat

Tertinggi dan Terendah.

No. 20 Peringkat Terendah Rasio Belanja Pegawai(langsung+tidak langsung)

20 Peringkat Tertinggi Rasio Belanja Pegawai(langsung+tidak langsung)

Provinsi Kabupaten/Kota (%)2012

Provinsi Kabupaten/Kota (%)2012

1 Papua Barat Kab. Tambrauw 14,66 Aceh Kota Langsa 76,692 Kaltim Kab. Tana Tidung 15,03 Jawa Barat Kab. Kuningan 73,993 Papua Kab. Mamberamo Tengah 16,31 Maluku Kota Ambon 73,394 Papua Kab. Mamberamo Raya 16,77 Jatim Kab. Ngawi 72,975 Papua Kab. Puncak 16,87 DIY Kab. Bantul 71,946 Kaltim Kab. Penajam Paser Utara 21,37 Aceh Kab. Bireuen 71,817 Papua Kab. Supiori 22,10 Jateng Kab. Klaten 71,618 Papua Kab. Intan Jaya 22,42 Aceh Kab. Aceh Barat 70,939 Kaltim Kab. Malinau 23,07 Gorontalo Kota Gorontalo 70,31

10 Papua Kab. Yalimo 23,83 Jateng Kab. Karanganyar 70,1211 Papua Kab. Boven Digoel 24,07 Sumut Kota Padang Sidimpuan 70,0012 Kepri Kab. Natuna 24,09 NTB Kab. Lombok Tengah 69,8213 Papua Kab. Nduga 24,24 Jawa Barat Kab. Ciamis 69,4514 Papua Barat Kab. Teluk Bintuni 24,65 Sulteng Kota Palu 69,3115 Riau Kab. Bengkalis 25,05 Bengkulu Kota Bengkulu 68,9316 Papua Barat Kab. Teluk Wondama 25,20 Sumut Kota Pematang Siantar 68,6617 Papua Barat Kab. Kaimana 26,07 Jateng Kab. Purworejo 68,5818 Kaltim Kab. Kutai Kartanegara 26,65 Aceh Kab. Pidie 68,5219 Kaltim Kab. Kutai Timur 26,72 NTT Kota Kupang 68,3920 Papua Kab. Keerom 27,10 Jateng Kab. Sragen 67,98

5.2.2. Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja.

Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja. Rasio belanjapegawai tidak langsung terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanjadaerah terhadap pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD). Semakin besarrasionya maka semakin besar belanja daerah yang dibelanjakan untuk membayar gajipegawai daerah dan sebaliknya, semakin kecil angka rasionya maka semakin kecilbelanja daerah yang dipergunakan untuk membayar gaji pegawai daerah.

Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja PemerintahProvinsi

Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap belanja daerah pemerintah Provinsimemperlihatkan bahwa secara rata-rata rasio belanja pegawai tidak langsung pada tahun2008 sebesar 21,14 persen, menurun menjadi 17.15 persen pada tahun 2012. Berdasarkanangka rata-rata rasio belanja pegawai tidak langsung pada tahun 2012, sebanyak 16

Page 74: Konten C9754a.pdf

63ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Provinsi memiliki rasio yang lebih kecil dari angka tersebut, dan 17 Provinsi memilikirasio yang lebih besar. Dengan demikian, sebagian besar pemerintah Provinsi masihmemiliki rasio belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) relatif tinggi. DKI Jakartamemiliki rasio tertinggi sebesar 29.69 persen, sedangkan yang terendah, adalah PemprovPapua Barat, memiliki rasio sebesar 6,01 persen. Perbaikan rasio belanja pegawai tidaklangsung selama periode 2008-2012 diperlihatkan oleh pemerintah Provinsi SulawesiSelatan yang menurun tajam dari 65,30 persen pada tahun 2008 menjadi 15,51 persenpada tahun 2012. Gambaran selengkapnya tentang rasio belanja pegawai tidak langsungterhadap total belanja masing-masing Pemerintah Provinsi di Indonesia dapat dilihat padaGambar 5.9.

Gambar 5-9.Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja Masing-Masing

Pemerintah Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.

Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja PemerintahKabupaten Dan Kota Se-Provinsi.

Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap belanja daerah pemerintahkabupaten dan kota se-Provinsi memperlihatkan bahwa secara rata-rata rasio belanjapegawai tidak langsung pada tahun 2008 sebesar 33,57 persen, meningkat menjadi 38,45persen pada tahun 2012. Berdasarkan angka rata-rata rasio belanja pegawai tidak langsungpada tahun 2012, sebanyak 22 Provinsi memiliki rasio yang lebih kecil dari angkatersebut, dan 11 Provinsi memiliki rasio yang lebih besar. Dengan demikian, sebagianbesar pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi telah memiliki rasio belanja PegawaiNegeri Sipil Daerah (PNSD) yang relatif rendah. Kabupaten dan kota se-Provinsi DI.Yogyakarta memiliki rasio tertinggi sebesar 51,02 persen, sedangkan yang terendah,adalah Kabupaten dan kota se-Provinsi Kalimantan Timur, memiliki rasio sebesar 19,37persen. Peningkatan rasio belanja pegawai tidak langsung selama periode 2008-2012

6,01

29,69

17,15

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

Pap

ua B

arat

Sum

ater

a U

tara

Kal

iman

tan

Tim

ur B

ante

n P

apua

Jaw

a Ba

rat

Aceh

Jaw

a Te

ngah

Sum

ater

a Se

lata

n K

epul

auan

Ria

u R

iau

Sul

awes

i Sel

atan

Kal

iman

tan

Bara

t K

alim

anta

n Te

ngah

Ban

gka

Belit

ung

Sum

ater

a Ba

rat

Jaw

a Ti

mur

Mal

uku

Uta

ra K

alim

anta

n Se

lata

n B

ali

Lam

pung

Sul

awes

i Bar

atN

TB S

ulaw

esi T

enga

h Ja

mbi

Sul

awes

i Ten

ggar

aN

TT D

I Yog

yaka

rta

Gor

onta

lo S

ulaw

esi U

tara

Ben

gkul

u M

aluk

u D

KI Ja

kart

a

Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Pemprov 2008Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Pemprov 2012Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Rata-rata Pemprov 2012

Page 75: Konten C9754a.pdf

64 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

diperlihatkan oleh setiap Provinsi. Gambaran selengkapnya tentang rasio belanja pegawaitidak langsung terhadap total belanja masing-masing Pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5-10.

Gambar 5-10.Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja Masing-MasingPemerintah Kabupaten Dan Kota Se-Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.

Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung (PNSD) Terhadap Total BelanjaPemerintah Kabupaten dan Kota.

Rasio belanja pegawai tidak langsung atau untuk Pegawai Negeri Sipil Daerah(PNSD) pada tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di Kota Ambon dengan Rasio Belanjasebesar 71,11 persen , dan Rasio Belanja terendah di Kabupaten Memberamo RayaProvinsi Papua sebesar 10,29 persen. Berdasarkan pemeringkatan Rasio Belanja pada 20kabupaten/kota tertinggi, belanja untuk PNSD sebagian besar terdapat di kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa dan Sumatera. Sementara untuk Rasio belanja terendahsebagian besar berada di kabupaten-kabupaten di wilayah Indonesia bagian timur,khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat. Distribusi kabupaten-kabupaten denganrasio belanja PNSD tinggi tersebut, umumnya dipengaruhi oleh banyaknya PNSD, sejalandengan banyaknya jumlah penduduk. Sementara kondisi sebaliknya untuk di wilayahPapua yang berpenduduk sedikit memiliki jumlah PNSD yang sedikit pula. Rincian untuk20 Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendah untuk Belanja PNSD, dapatdilihat pada Tabel 5.6.

51,02

19,37

38,45

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

DI Y

ogya

kart

a A

ceh

Jaw

a Te

ngah

Bal

i S

ulaw

esi S

elat

an Ja

wa

Bara

t Ja

wa

Tim

ur N

usa

Teng

gara

Bar

at M

aluk

u G

oron

talo

Sum

ater

a U

tara

Kep

ulau

an R

iau

Sum

ater

a Ba

rat

Sul

awes

i Ten

gah

Ben

gkul

u N

usa

Teng

gara

Tim

ur S

ulaw

esi B

arat

Lam

pung

Sul

awes

i Ten

ggar

a S

ulaw

esi U

tara

Kal

iman

tan

Sela

tan

Kal

iman

tan

Bara

t B

angk

a Be

litun

g B

ante

n P

apua

Kal

iman

tan

Teng

ah S

umat

era

Sela

tan

Pap

ua B

arat

Jam

bi R

iau

Mal

uku

Uta

ra D

KI Ja

kart

a K

alim

anta

n Ti

mur

Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Se-Prov 2008Rasio Belanja Pegawai tidak langsung seProv 2012Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Rata-rata Se-Prov 2012

Page 76: Konten C9754a.pdf

65ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel 5.6:Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung (PNSD) Terhadap Total Belanja Kabupaten

dan Kota Tahun 2012.

No.20 Peringkat Terendah Rasio Belanja Pegawai tidak

langsung20 Peringkat Tertinggi Rasio Belanja Pegawai

tidak langsungProvinsi Kabupaten/Kota (%) Provinsi Kabupaten/Kota (%)

1 Papua Kab. Mamberamo Raya 10,29 Maluku Kota Ambon 71,112 Papua Kab. Puncak 11,21 Jatim Kab. Ngawi 70,433 Papua Kab. Mamberamo Tengah 11,24 Jateng Kab. Klaten 70,414 Kaltim Kab. Tana Tidung 11,90 Jawa Barat Kab. Kuningan 68,935 Papua Barat Kab. Tambrauw 12,35 Jateng Kab. Karanganyar 66,976 Papua Barat Kab. Kaimana 15,88 DIY Kab. Bantul 66,967 Kaltim Kab. Penajam Paser Utara 16,19 Jawa Barat Kab. Ciamis 66,588 Papua Barat Kab. Teluk Bintuni 16,38 Aceh Kab. Aceh Barat 66,399 Kepri Kab. Natuna 16,61 NTB Kab. Lombok Tengah 66,23

10 Kaltim Kab. Malinau 17,05 Jateng Kab. Sragen 66,1411 Papua Kab. Sarmi 17,21 Aceh Kab. Bireuen 65,8412 Papua Kab. Waropen 17,60 Jateng Kab. Purworejo 65,6613 Papua Kab. Intan Jaya 18,03 Aceh Kab. Pidie 65,6214 Papua Kab. Supiori 18,09 Maluku Kab. Maluku Tengah 64,9415 Papua Kab. Boven Digoel 18,43 Sumut Kota Padang Sidimpuan 64,6716 Kepri Kab. Lingga 19,50 Sulut Kab. Minahasa 64,3317 Kaltim Kab. Kutai Barat 19,83 Sumbar Kab. Agam 64,3318 Kaltim Kab. Kutai Timur 20,16 Jawa Barat Kab. Tasikmalaya 64,1219 Papua Kab. Yalimo 20,24 Sumut Kota Tebing Tinggi 64,1220 Kaltim Kota Bontang 20,28 Sumbar Kab. Padang Pariaman 64,06

5.2.3. Rasio Belanja Modal Per Total Belanja

Rasio belanja modal terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanjadaerah yang dibelanjakan untuk belanja modal. Belanja Modal merupakan belanjapemerintah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatudaerah selain dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Oleh karena itu, semakintinggi angka rasionya, semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin buruk pengaruhnya terhadappertumbuhan ekonomi

Rasio Belanja Modal Per Total Belanja Pemerintah Provinsi

Rasio belanja modal pemerintah Provinsi terhadap total belanja daerahnya padatahun 2008 sebesar 25,35 persen menurun menjadi 17,44 persen. Berdasarkan angka rata-rata rasio belanja modal pada tahun 2012, sebanyak 18 Provinsi memiliki rasio yang lebihkecil dari angka tersebut, dan 15 Provinsi memiliki rasio yang lebih besar. Dengandemikian, sebagian besar pemerintah Provinsi masih memiliki rasio belanja modal relatifrendah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki rasio tertinggi sebesar 32,35 persen,sedangkan yang terendah, adalah Pemprov Jawa Tengah memiliki rasio sebesar 5,88persen. Selama periode 2008-2012, sebagian besar pemerintah Provinsi mengalami

Page 77: Konten C9754a.pdf

66 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

penurunan rasio modal dibanding total belanja. Gambaran selengkapnya tentang rasiobelanja modal terhadap total belanja masing-masing Pemerintah Provinsi di Indonesiadapat dilihat pada Gambar 5-11.

Gambar 5-11:Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Masing-Masing Pemerintah Provinsi

Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.

Rasio Belanja Modal Per Total Belanja Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi

Rasio belanja modal pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi terhadap totalbelanja daerahnya pada tahun 2008 sebesar 29,99 persen menurun menjadi 22,68 persenpada tahun 2012. Berdasarkan angka rata-rata rasio belanja modal pada tahun 2011,Sebanyak 16 Provinsi memiliki rasio belanja modal lebih besar dari rata-rata, sedangkan21 Provinsi memiliki rasio belanja modal terhadap belanja pegawai yang lebih kecil darirata-rata. Pemerintah kabupaten dan kota di Prov. Kalimantan Timur memiliki rasiobelanja modal yang terbesar yaitu sebesar 36,27 persen, sedangkan pemerintah kabupatendan kota di Prov. DI Yogyakarta memiliki rasio terkecil yaitu 11,70 persen. Selamaperiode 2008-2012, sebagian besar pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi mengalamipenurunan rasio modal terhadap total belanja. Gambaran selengkapnya tentang rasiobelanja modal terhadap total belanja masing-masing Pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5-12.

5,88

32,35

17,44

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

Jaw

a Te

ngah

Sul

awes

i Sel

atan

Jaw

a Ba

rat

Jaw

a Ti

mur

NTT

DI Y

ogya

kart

aAc

eh M

aluk

u S

umat

era

Uta

ra B

ali

Kal

iman

tan

Bara

t K

epul

auan

Ria

u P

apua

Sul

awes

i Bar

at S

ulaw

esi T

enga

h G

oron

talo

Kal

iman

tan

Sela

tan

NTB

Sul

awes

i Uta

ra S

ulaw

esi T

engg

ara

Ben

gkul

u P

apua

Bar

at S

umat

era

Sela

tan

Ban

gka

Belit

ung

Kal

iman

tan

Teng

ah S

umat

era

Bara

t R

iau

Ban

ten

Jam

bi K

alim

anta

n Ti

mur

Lam

pung

Mal

uku

Uta

ra D

KI Ja

kart

a

Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja PemProv 2008Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja PemProv 2012Rata-rata Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja PemProv 2012

Page 78: Konten C9754a.pdf

67ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Gambar 5-12.Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Masing-Masing Pemerintah

Kabupaten Dan Kota Se-Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.

Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Pemerintah Kabupaten danKota

Rasio belanja modal pada tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di KabupatenTana Tidung Provinsi Kalimantan Timur dengan Rasio Belanja sebesar 63,32 persen , danRasio Belanja terendah di Kota Tebing tinggi Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp 5,88persen. Berdasarkan pemeringkatan Rasio Belanja pada 20 kabupaten/kota tertinggi,persentase belanja modal tertinggi sebagian besar terdapat di kabupaten-kabupaten diwilayah Indonesia Timur. Sementara untuk Rasio belanja modal terendah sebagian besarberada di kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa dan Bali. Distribusi kabupaten-kabupatendengan rasio belanja modal tinggi tersebut, berbanding terbalik dengan rasio belanjapegawai. Rincian untuk 20 Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendahuntuk Belanja modal, dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7.Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Kabupaten dan Kota Tahun 2012.

No. 20 Peringkat Terendah Rasio Belanja ModalThdp Total Belanja

20 Peringkat Terendah Rasio Belanja Modal ThdpTotal Belanja

Provinsi Kabupaten/Kota (%) Provinsi Kabupaten/Kota (%)

1 Sumut Kota Tebing Tinggi 5,88 Kaltim Kab. Tana Tidung 63,322 Jawa Barat Kota Tasikmalaya 7,82 Papua Barat Kab. Tambrauw 57,943 Jawa Barat Kab. Sukabumi 7,97 Kaltim Kab. Penajam Paser Utara 56,894 Aceh Kab. Aceh Barat 8,89 Papua Kab. Mamberamo Tengah 54,605 Jateng Kab. Karanganyar 9,06 Maluku Utara Kab. Kepulauan Sula 49,27

11,70

36,27

22,68

0,005,00

10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,0050,00

DI Y

ogya

kart

a A

ceh

Jaw

a Te

ngah

Bal

i S

ulaw

esi S

elat

an Ja

wa

Bara

t Ja

wa

Tim

ur N

usa

Teng

gara

Bar

at M

aluk

u G

oron

talo

Sum

ater

a U

tara

Kep

ulau

an R

iau

Sum

ater

a Ba

rat

Sul

awes

i Ten

gah

Ben

gkul

u N

usa

Teng

gara

Tim

ur S

ulaw

esi B

arat

Lam

pung

Sul

awes

i Ten

ggar

a S

ulaw

esi U

tara

Kal

iman

tan

Sela

tan

Kal

iman

tan

Bara

t B

angk

a Be

litun

g B

ante

n P

apua

Kal

iman

tan

Teng

ah S

umat

era

Sela

tan

Pap

ua B

arat

Jam

bi R

iau

Mal

uku

Uta

ra D

KI Ja

kart

a K

alim

anta

n Ti

mur

Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja Se-Prov 2008Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja Se-Prov 2012Rata-rata Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja Se-Prov 2012

Page 79: Konten C9754a.pdf

68 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

6 DIY Kab. Sleman 9,07 Riau Kab. Rokan Hilir 48,117 DIY Kota Yogyakarta 9,11 Papua Kab. Intan Jaya 45,938 Aceh Kab. Aceh Besar 9,40 Papua Kab. Mamberamo Raya 45,839 Aceh Kota Banda Aceh 9,45 Sumut Kab. Nias Barat 45,74

10 Jawa Barat Kab. Kuningan 10,28 Papua Kab. Puncak 45,4311 Bengkulu Kota Bengkulu 10,29 Sumsel Kab. Musi Banyuasin 44,5612 Jatim Kab. Ngawi 10,30 Papua Barat Kab. Teluk Bintuni 44,5013 Jawa Barat Kota Sukabumi 10,40 Sultra Kab. Buton Utara 44,3914 Sumut Kota Padang Sidimpuan 10,53 Kaltim Kota Tarakan 44,2915 Jawa Barat Kota Cirebon 10,57 Papua Kab. Yalimo 43,8116 DIY Kab. Bantul 10,61 Kaltim Kab. Kutai Kartanegara 42,6317 Bali Kab. Buleleng 10,73 Papua Kab. Supiori 42,1918 Jateng Kab. Temanggung 10,86 Kaltim Kab. Malinau 42,0519 NTT Kota Kupang 11,08 NTT Kab. Sabu Raijua 41,8320 Jateng Kab. Purbalingga 11,51 Sumut Kab. Nias 41,78

5.3. Perimbangan Kondisi Keuangan Daerah Dengan Kondisi SosialMasyarakat

Infomasi perimbangan kondisi keuangan daerah dengan kondisi sosial ekonomimasyarakat dapat memberikan indikasi keberpihakan alokasi anggaran dan kinerjakemampuan keuangan daerah terhadap peningkatan kondisi sosial masyarakat. Gambaranterhadap kondisi sosial masyarakat ini akan dijelaskan dari aspek pendidikan dankesehatan, yaitu dengan berdasarkan indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan UmurHarapan Hidup (UHH). Untuk melihat kondisi keuangan daerah dapat diperkirakandengan menggunakan struktur APBD menurut urusan, yaitu untuk sektor pendidikan dankesehatan.

Pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang tersedia, yaitu untuk indikatorkesehatan dan pendidikan menggunakan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik(BPS), dan data struktur APBD yang bersumber dari Direktorat Jenderal PerimbanganKeuangan (Kementerian Keuangan). Rata-rata belanja untuk urusan pendidikan dankesehatan dihitung dari total belanja dari pemerintah Provinsi ditambah dengan belanjadari pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi. Dengan demikian, informasi ini akanmenggambarkan kondisi perimbangan pada agregat Provinsi.

Pada Gambar 5.13, tampak perimbangan Umur Harapan Hidup dengan belanjapemerintah urusan kesehatan. Pada Kuadran I, sebanyak 5 Provinsi yang berada padakelompok Umur Harapan Hidup di atas rata-rata nasional dan dukungan belanjapemerintah urusan kesehatan juga berada di atas rata-rata nasional. Provinsi tersebutmeliputi: Provinsi Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,dan Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk kelima Provinsi tersebut sudah mengindikasikanadanya keberpihakan dalam alokasi anggaran untuk urusan kesehatan yang sudah beradadi atas rata-rata nasional.

Page 80: Konten C9754a.pdf

69ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kondisi sebaliknya yang menunjukkan kurangnya keberpihakan alokasi belanja untukurusan kesehatan dapat ditunjukkan pada daerah yang menempati Kuadran III, yaitusebanyak 9 Provinsi. Rincian Provinsi dimaksud dapat dilihat pada Gambar 5-13. danTabel 5.8.

Gambar 5-13.Perimbangan Indeks Harapan Hidup dengan belanja pemerintah Urusan

kesehatan.

Keterangan:

Kuadran I : Rata-rata Belanja Menurut urusan Kesehatan pada periode 2007-2010 (Rp./Kapita) danUmur Harapan Hidup Provinsi berada di atas rata-rata Provinsi (Nasional). Memberikan indikasi adanyakeberpihakan alokasi anggaran urusan kesehatan terhadap kondisi kesehatan masyarakat.

Kuadran II : Rata-rata Belanja Menurut urusan Kesehatan pada periode 2007-2010 (Rp./Kapita) beradadi bawah rata-rata Provinsi dan Umur Harapan Hidup Provinsi berada di atas rata-rata Provinsi (Nasional).Memberikan indikasi keberpihakan alokasi anggaran urusan kesehatan masih belum optimal, walaupunkondisi kesehatan masyarakat sudah berada di atas rata nasional.

Kuadran III : Rata-rata Belanja Menurut urusan Kesehatan pada periode 2007-2010 (Rp./Kapita) danUmur Harapan Hidup Provinsi berada di bawah rata-rata Provinsi (Nasional). Memberikan indikasirendahnya keberpihakan alokasi anggaran urusan kesehatan terhadap kondisi kesehatan masyarakat yangmasih rendah.

Kuadran IV : Rata-rata Belanja Menurut urusan Kesehatan pada periode 2007-2010 (Rp./Kapita) beradadi atas rata-rata Provinsi dan Umur Harapan Hidup Provinsi berada di bawah rata-rata Provinsi (Nasional).Memberikan indikasi adanya keberpihakan alokasi anggaran urusan kesehatan untuk melakukan perbaikankondisi kesehatan masyarakat yang masih rendah.

800000.00600000.00400000.00200000.000.00

Rata-rata Belanja Urusan Kesehatan Perkapita, tahun 2007-2010 (Rp/Kapita)

74.00

72.00

70.00

68.00

66.00

64.00

62.00

Usia

Har

apan

Hid

up ta

hun

2010

(Tah

un)

PapuaPapua Barat

Maluku Utara

MalukuSulawesi Barat

Gorontalo

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tengah

Sulawesi Utara

Kalimantan Timur

Kalimantan Selatan

Kalimantan Tengah

Kalimantan Barat

NTT

NTB

Bali

Banten

Jawa Timur

Dl Yogyakarta

Jawa Tengah

Jawa Barat

DKI Jakarta

Kep. RiauKep. Bangka BelitungLampung

Bengkulu

Jambi

Riau

Sumatera BaratAceh

Kuadran IKuadran II

Kuadran III KuadranIV

Page 81: Konten C9754a.pdf

70 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Tabel. 5.8.Hasil Analisis Kuadran Rata-rata Belanja Urusan Kesehatan Pemerintah Provinsi

dan Kabupaten/kota se-Provinsi dengan Kondisi Kesehatan Menurut UmurHarapan Hidup (UHH).

N0 PROVINSI Rata2 BelanjaMenurut urusan

Kesehatan ‘07-‘10(Rp./Kapita)

UHH 2010 kuadran(1) Vs (2)

(0) (1) (2) (3)1 Aceh 476.997 68,70 IV2 Sumatera Utara 146.788 69,50 II3 Sumatera Barat 248.397 69,50 II4 Riau 244.418 71,40 II5 Jambi 246.600 69,10 III6 Sumatera Selatan 204.723 69,60 II7 Bengkulu 382.845 69,90 I8 Lampung 111.088 69,50 II9 Kep. Bangka Belitung 674.055 68,90 IV10 Kep. Riau 418.179 69,80 I11 DKI Jakarta 294.043 73,20 II12 Jawa Barat 82.103 68,20 III13 Jawa Tengah 126.808 71,40 II14 Dl Yogyakarta 154.236 73,22 II15 Jawa Timur 136.283 69,60 II16 Banten 94.821 64,90 III17 Bali 240.110 70,72 II18 Nusa Tenggara Barat 155.998 62,11 III19 Nusa Tenggara Timur 206.306 67,50 III20 Kalimantan Barat 228.628 66,60 III21 Kalimantan Tengah 373.238 71,20 I22 Kalimantan Selatan 336.147 63,81 IV23 Kalimantan Timur 650.860 71,20 I24 Sulawesi Utara 220.171 72,22 II25 Sulawesi Tengah 180.550 66,60 III26 Sulawesi Selatan 435.456 70,00 I27 Sulawesi Tenggara 461.125 67,80 IV28 Gorontalo 216.813 66,81 III29 Sulawesi Barat 210.231 67,80 III30 Maluku 320.034 67,40 IV31 Maluku Utara 363.805 66,01 IV32 Papua Barat 875.987 68,51 IV33 Papua 777.977 68,60 IV

RATA-RATA PROVINSI 311.995 69,43

Pada Gambar 5-14, menunjukkan perimbangan antara pencapaian Rata-rata lama sekolahdengan belanja pemerintah urusan pendidikan. Pada Kuadran I, sebanyak 11 Provinsiyang berada pada kelompok Rata-rata Lama Sekolah di atas rata-rata nasional dan

Page 82: Konten C9754a.pdf

71ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

memiliki dukungan belanja pemerintah urusan pendidikan juga berada di atas rata-ratanasional. Untuk kelima Provinsi tersebut sudah mengindikasikan adanya keberpihakandalam alokasi anggaran untuk urusan pendidikan yang sudah berada di atas rata-ratanasional.

Kondisi sebaliknya yang menunjukkan kurangnya keberpihakan alokasi belanja untukurusan pendidikan dapat ditunjukkan pada daerah yang menempati Kuadran III, yaitusebanyak 8 Provinsi. Rincian Provinsi dimaksud dapat dilihat pada Gambar 5-14. danTabel 5.9

Gambar 5-14.Perimbangan Rata-rata Lama Sekolah dengan belanja pemerintah Urusan Pendidikan.

Keterangan:

Kuadran I : Rata-rata Belanja urusan pendidikan pada periode 2007-2011 (Rp./Kapita) danRata-rata Lama Sekolah (RLS) Provinsi berada di atas rata-rata Provinsi (Nasional). Memberikanindikasi adanya keberpihakan alokasi anggaran urusan pendidikan terhadap kondisi pendidikanmasyarakat.

Kuadran II : Rata-rata Belanja Menurut urusan pendidikan pada periode 2007-2011(Rp./Kapita) berada di bawah rata-rata Provinsi dan RLS Provinsi berada di atas rata-rata Provinsi(Nasional). Memberikan indikasi keberpihakan alokasi anggaran urusan pendidikan masih belumoptimal, walaupun kondisi pendidikan masyarakat sudah berada di atas rata nasional.

Kuadran III : Rata-rata Belanja Menurut urusan pendidikan pada periode 2007-2010(Rp./Kapita) dan RLS Provinsi berada di bawah rata-rata Provinsi (Nasional). Memberikan

1500000.001250000.001000000.00750000.00500000.00250000.00

Rata-rata Belanja Urusan Pendidikan Perkapita, tahun 2007-2011 (Rp/Kapita)

12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

Rat

a-ra

ta L

ama

Sek

olah

(RLS

) tah

un 2

011

(Tah

un)

Papua

Papua Barat

Maluku Utara

Maluku

Sulawesi BaratGorontalo

Sulawesi Tenggara

Sulawesi SelatanSulawesi Tengah

Sulawesi UtaraKalimantan Timur

Kalimantan Selatan

Kalimantan Tengah

Kalimantan BaratNTTNTB

Bali

Banten

Jawa Timur

Dl Yogyakarta

Jawa Tengah

Jawa Barat

DKI Jakarta

Kep. Riau

Kep. Bangka Belitung

LampungBengkulu

Jambi

Riau

Sumatera Barat

Sumatera UtaraAceh

Kuadran IKuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Page 83: Konten C9754a.pdf

72 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

indikasi rendahnya keberpihakan alokasi anggaran urusan pendidikan terhadap kondisi pendidikanmasyarakat yang masih rendah.

Kuadran IV : Rata-rata Belanja Menurut urusan pendidikan pada periode 2007-2010(Rp./Kapita) berada di atas rata-rata Provinsi dan RLS Provinsi berada di bawah rata-rata Provinsi(Nasional). Memberikan indikasi adanya keberpihakan alokasi anggaran urusan pendidikan untukmelakukan perbaikan kondisi pendidikan masyarakat yang masih rendah.

Tabel. 5.9.Hasil Analisis Kuadran Rata-rata Belanja Urusan Pendidikan Pemerintah Provinsidan Kabupaten/kota se-Provinsi dengan Kondisi Pendidikan Menurut Rata-Rata

Lama SekolahNo Provinsi Rata2Belanjaurusan

Pendidikan‘07-‘11(Rp./Kapita)

RLS2011 kuadran(1)Vs(2)

(0) (1) (2) (3)1 Aceh 1.111.010 8,80 I2 SumateraUtara 471.855 8,80 II3 SumateraBarat 760.279 8,40 I4 Riau 782.251 8,60 I5 Jambi 681.016 9,70 II6 SumateraSelatan 540.985 8,00 II7 Bengkulu 728.320 7,80 IV8 Lampung 422.716 7,50 III9 Kep.BangkaBelitung 1.151.102 8,30 I10 Kep.Riau 977.241 7,70 IV11 DKIJakarta 890.651 10,40 I12 JawaBarat 296.102 7,90 II13 JawaTengah 398.655 8,40 II14 DlYogyakarta 548.403 7,20 III15 JawaTimur 336.768 9,10 II16 Banten 273.519 7,30 III17 Bali 662.249 8,30 II18 NusaTenggaraBarat 451.006 6,90 III19 NusaTenggaraTimur 544.617 6,80 III20 KalimantanBarat 536.350 6,80 III21 KalimantanTengah 965.901 8,00 I22 KalimantanSelatan 738.733 7,60 IV23 KalimantanTimur 1.227.845 9,10 I24 SulawesiUtara 791.363 8,90 I25 SulawesiTengah 427.213 8,00 II26 SulawesiSelatan 1.181.944 7,70 IV27 SulawesiTenggara 1.085.702 8,20 I28 Gorontalo 534.202 7,30 III29 SulawesiBarat 531.094 7,00 III30 Maluku 799.672 8,70 I31 MalukuUtara 662.084 8,20 II32 PapuaBarat 1.415.724 8,80 I33 Papua 1.057.507 5,80 IV

RATA-RATAPROVINSI 726.790 7,90

Page 84: Konten C9754a.pdf

   

73 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

LAMPIRAN: PDRB PERKAPITA ADHB MENURUT KABUPATEN/KOTA (RP. JUTA/JIWA) Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**1101  Simeulue  4.718 5.394 6.022  6.728 7.2041102  Aceh Singkil  5.557 5.972 6.430  6.984 7.6721103  Aceh Selatan  9.231 10.359 11.067  11.942 13.0991104  Aceh Tenggara  6.504 6.946 7.580  8.338 9.0921105  Aceh Timur  19.462 21.620 17.490  18.640 19.2021106  Aceh Tengah  11.898 12.732 13.934  15.300 16.7991107  Aceh Barat  12.898 14.696 15.967  17.321 18.4181108  Aceh Besar  12.078 13.399 14.848  16.353 17.7761109  Piddie  7.460 8.467 9.531  10.786 12.1071110  Bireuen  10.307 11.985 13.709  15.468 16.5811111  Aceh Utara  22.853 26.357 21.301  21.186 21.9401112  Aceh Barat Daya  8.178 9.391 10.588  11.807 13.0201113  Gayo Lues  7.953 9.095 9.922  10.766 11.3721114  Aceh Tamiang  7.840 8.484 8.572  9.255 9.7131115  Nagan Raya  14.639 16.712 17.382  18.208 19.3641116  Aceh Jaya  8.341 9.647 10.914  12.532 13.7791117  Bener Meriah  10.173 11.437 12.981  14.454 15.8831118  Pidie Jaya  7.061 7.820 8.554  9.303 10.1721171  Kota Banda Aceh  22.233 26.157 30.343  34.752 39.3421172  Kota Sabang  12.931 14.281 15.785  17.254 18.0601173  Kota Langsa  8.587 9.883 11.173  12.341 13.1161174  Kota Lhokseumawe 59.483 62.281 61.303  61.887 62.3361175  Subulussalam  4.155 4.502 4.893  5.336 5.8251100  Aceh  16.849 17.056 16.337  17.351 18.6061201  Nias  6.942 7.953 7.494  8.681 9.8011202  Mandailing Natal  6.585 7.554 8.422  9.181 10.1471203  Tapanuli Selatan  8.795 9.611 10.422  11.922 13.4191204  Tapanuli Tengah  5.540 6.034 6.548  7.348 8.1201205  Tapanuli Utara  10.076 11.418 12.263  13.635 14.7501206  Toba Samosir  14.069 15.939 17.702  19.810 22.0751207  Labuhan Batu  14.655 16.775 16.312  18.334 20.4071208  Asahan  12.512 14.433 15.724  17.855 20.2371209  Simalungun  9.291 10.241 11.313  12.671 14.0881210  Dairi  10.622 11.561 12.574  13.989 15.5051211  Karo  13.454 14.911 16.350  19.022 21.5511212  Deli Serdang  15.793 17.753 19.583  22.232 24.9701213  Langkat  11.951 13.769 15.330  17.759 20.2491214  Nias Selatan  5.989 6.506 7.007  7.749 8.3531215  Humbang Hasundutan  10.435 11.830 12.901  14.396 16.1141216  Pakpak Barat  6.051 6.644 7.300  8.193 9.1281217  Samosir  10.543 11.480 12.615  13.954 15.1971218  Serdang Bedegai  10.792 12.552 14.272  16.315 18.1781219  Batu Bara  31.073 35.551 38.857  44.137 50.066

Page 85: Konten C9754a.pdf

74 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**1220  Padang Lawas Utara 5.327 5.689 6.145  7.093 8.1381221  Padang Lawas  5.393 5.918 6.494  7.718 8.6781222  Labuhan Batu Selatan      20.103  22.649 25.3391223  Labuhan Batu Utara     19.137  21.654 24.2501224  Nias Utara      7.883  8.914 10.0701225  Nias Barat      6.210  7.205 8.1521271  Kota Sibolga  12.717 14.609 16.104  18.274 19.9161272  Kota Tanjung Balai  14.344 16.440 18.097  20.444 22.1111273  Kota Pematang Siantar  13.315 14.855 16.008  1.774 19.1551274  Kota Tebing Tinggi  11.463 12.833 14.142  15.854 17.7951275  Kota Medan  26.909 31.479 34.813  39.719 44.2141276  Kota Binjai  13.873 15.832 17.672  20.091 22.9471277  Kota Padang Sidempuan  8.794 9.775 10.261  10.964 11.9181278  Gunung Sitoli      14.253  15.482 18.4641200  SUMATERA UTARA 14.442 16.813 18.331  21.237 23.9751301  Kepulauan Mentawai 12.770 15.052 16.889  18.894 21.1151302  Pesisir Selatan  7.364 8.496 9.602  10.761 12.0501303  Solok  10.031 11.765 13.396  15.233 17.2611304  Sawah Lunto/Sijunjung  10.841 12.414 13.581  15.045 16.7391305  Tanah Datar  11.357 12.996 14.345  16.023 17.7661306  Padang Pariaman  11.423 13.279 14.445  16.036 17.6371307  Agam  10.057 11.632 12.918  14.495 16.1041308  Limapuluh Koto  12.414 14.698 16.013  18.064 20.3031309  Pasaman  9.128 10.408 11.528  12.963 14.5981310  Solok Selatan  6.761 7.712 8.612  9.758 11.1171311  Dharmas Raya  10.188 11.671 12.597  13.989 15.8391312  Pasaman Barat  12.036 13.918 15.426  17.310 19.5371371  Kota Padang  21.767 24.864 26.556  29.496 32.6551372  Kota Solok  13.526 15.548 16.775  18.448 20.4131373  Kota Sawah Lunto  13.711 15.463 17.473  19.724 22.1421374  Kota Padang Panjang 13.844 15.466 17.466  19.549 21.8751375  Kota Bukit Tinggi  13.611 16.124 17.523  19.600 21.7011376  Kota Payakumbuh  11.649 13.274 14.395  16.144 18.2501377  Kota Pariaman  14.788 16.526 17.912  20.007 22.2931300  SUMATERA BARAT 12.808 15.002 18.022  17.995 20.1691401  Kuantan Sengingi  30.044 36.333 40.964  46.112 51.8741402  Indragiri Hulu  29.006 35.609 42.157  48.363 58.8841403  Indragiri Hilir  23.199 28.655 32.112  41.471 49.0901404  Pelalawan  40.708 47.229 52.025  56.070 61.6181405  Siak  101.297 128.910 120.668  119.460 135.6791406  Kampar  26.902 33.415 36.632  40.446 46.7831407  Rokan Hulu  19.287 21.739 23.229  24.798 30.8031408  Bengkalis  94.209 123.089 110.673  157.709 206.862

Page 86: Konten C9754a.pdf

   

75 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**1409  Rokan Hilir  47.444 59.285 63.176  66.539 74.8401410  Kepulauan Meranti        45.038 51.1651471  Kota Pekan Baru  25.038 29.844 34.636  40.939 48.6521473  Kota Dumai  26.410 37.186 44.342  53.759 61.3411400  RIAU  41.958 53.335 55.387  62.412 72.0311501  Kerinci  9.920 11.454 11.604  13.377 14.9531502  Merangin  6.193 7.143 8.456  9.752 11.2971503  Sarolangun  11.133 11.529 13.536  16.412 18.4891504  Batanghari  10.183 12.372 13.556  16.059 19.0051505  Muara Jambi  8.123 9.687 10.547  11.677 13.1781506  Tanjung Jabung Timur  23.498 31.594 37.782  43.946 49.3891507  Tanjung Jabung Barat  15.425 19.373 20.762  24.152 27.4871508  Tebo  5.912 6.925 7.536  8.797 10.1401509  Bungo  8.030 10.253 11.304  13.308 15.3031571  Kota Jambi  11.642 13.582 15.025  17.124 19.3811572  Kota Sungai Penuh      15.740  18.451 20.6001500  JAMBI  11.151 13.922 14.597  17.404 19.9601601  Ogan Komering Ulu 14.062 16.176 16.263  17.949 20.2761602  Ogan Komering Hilir 6.982 7.934 8.608  9.550 10.7901603  Muara Enim (Liot)  21.792 25.951 25.451  28.461 31.9321604  Lahat  11.135 12.972 13.710  15.474 17.5091605  Musi Rawas  10.868 12.782 13.039  14.673 16.5461606  Musi Banyuasin  42.560 49.348 46.039  49.647 53.9051607  Banyuasin  11.379 13.565 14.057  15.893 17.6481608  Ogan Komiring Ulu Selatan  6.160 7.113 8.232  9.488 10.7371609  Ogan Komiring Ulu Timur  6.209 7.198 7.866  8.837 10.0181610  Ogan llir  6.976 7.914 8.635  9.815 11.1791611  Empat Lawang  6.634 7.655 8.441  9.432 10.4221671  Kota Palembang  24.854 30.023 31.756  36.016 39.5721672  Kota Prabumulih  14.116 16.387 16.434  13.299 20.8141673  Kota Pagar Alam  7.218 8.319 9.001  9.927 11.1781674  Kota Lubuk Linggau 7.730 8.563 9.470  10.642 12.0351600  SUMATERA SELATAN  15.541 18.565 18.736  21.145 23.9801701  Bengkulu Selatan  6.601 7.242 7.634  8.546 9.4971702  Rejang Lebong  10.568 11.735 12.898  14.755 16.4871703  Bengkulu Utara  5.480 5.872 6.155  6.627 7.3211704  Kaur  3.833 4.272 4.545  4.848 5.1871705  Seluma  3.435 3.819 4.099  4.540 4.9911706  Mukomuko  6.222 7.577 8.056  9.001 10.0441707  Lebong  8.290 9.127 9.836  10.835 11.8291708  Kepahiang  9.059 10.389 11.543  12.968 15.6061709  Bengkulu Tengah    6.827 7.584  8.832 9.9131771  Bengkulu  11.887 13.100 13.870  14.753 15.8581700  BENGKULU  7.866 8.967 9.693  10.871 12.141

Page 87: Konten C9754a.pdf

76 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**1801  Lampung Barat  4.659 5.497 6.146  6.744 7.9811802  Tanggamus  5.465 6.625 7.533  8.978 10.2861803  Lampung Selatan  7.222 8.460 9.879  11.193 12.2021804  Lampung Timur  7.683 8.702 9.477  11.060 12.4121805  Lampung Tengah  8.073 9.648 11.750  14.222 18.3561806  Lampung Utara  8.515 9.694 11.401  13.950 17.6841807  Way Kanan  4.846 5.531 6.324  7.388 8.4311808  Tulang Bawang  9.984 12.609 12.113  14.269 18.1631809  Pesawaran    8.592 10.449  12.866 15.0001810  Pringsewu         8.110 3.9711811  Mesuji         15.704 17.0881812  Tulang Bawang Barat        12.841 15.6601871  Kota Bandar Lampung  12.487 15.921 19.630  22.043 25.0311872  Kota Metro  5.496 6.220 7.160  8.031 8.9761800  LAMPUNG  8.200 9.912 11.616  14.245 16.6961901  Bangka  13.007 14.706 15.563  17.208 18.9111902  Belitung  13.155 15.294 16.601  18.623 20.7121903  Bangka Barat  26.024 30.891 32.935  36.386 39.5171904  Bangka Tengah  15.438 17.811 18.491  20.452 22.1991905  Bangka Selatan  15.507 17.484 17.934  20.018 21.7281906  Belitung Timur  15.317 17.942 19.553  22.313 24.4381971  Kota Pangkal Pinang 13.320 15.027 16.160  18.614 20.7031900  KEP. BANGKA BELITUNG  15.989 18.564 19.331  21.716 23.9792101  Karimun  15.157 16.603 13.269  20.172 21.5482102  Kepulauan Riau  26.338 27.844 29.051  31.095 32.5962103  Natuna  59.464 60.855 57.525  60.044 60.2952104  Lingga  8.738 9.817 10.732  11.852 12.5322105  Kepulauan Anambas     68.995  72.296 70.5462171  Kota Batam  42.999 46.383 46.267  50.088 53.0362172  Kota Tanjung Pinang 19.927 22.634 24.882  27.632 29.2522100  KEPULAUAN RIAL)  35.485 38.230 39.753  42.649 45.4693101  Kep. Seribu  144.377 170.074 167.793  192.767 259.7263171  Kota Jakarta Selatan 65.017 75.769 83.154  92.508 103.6153172  Kota Jakarta Timur  38.537 44.702 48.964  54.509 60.7433173  Kota Jakarta Pusat  162.684 198.706 222.774  251.814 283.9853174  Kota Jakarta Barat  39.299 45.799 50.542  56.381 63.4823175  Kota Jakarta Utara  68.505 80.417 87.043  97.698 109.8473100  DKI JAKARTA  61.336 72.318 79.843  89.728 100.9853201  Bogor  11.731 12.959 14.232  15.466 17.0933202  Sukabumi  6.441 7.038 7.448  7.942 8.4593203  Cianjur  6.547 7.275 7.778  8.491 9.3083204  Bandung  11.257 12.619 13.273  14.501 15.8523205  Garut  7.699 3.715 9.391  10.334 11.234

Page 88: Konten C9754a.pdf

   

77 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**3206  Tasikmalaya  5.760 6.376 7.177  7.622 3.1673207  Ciamis  8.323 9.529 10.370  11.466 12.4003208  Kuningan  5.956 6.858 7.926  8.818 9.5043209  Cirebon  6.362 7.613 8.324  9.274 9.9713210  Majalengka  6.270 7.153 7.730  8.708 9.2593211  Sumedang  8.537 9.622 10.334  11.216 12.1553212  Indramayu  20.981 25.125 25.296  27.895 31.3213213  Subang  8.491 9.398 10.159  10.848 11.4793214  Purwakarta  13.979 16.070 16.892  18.717 20.1603215  Karawang  17.824 20.589 23.035  26.911 29.3713216  Bekasi  32.289 34.376 35.542  37.077 39.8763217  Kab Bandung Barat  8.639 9.936 10.671  11.616 12.5893271  Kota Bogor  9.624 11.089 12.789  14.636 16.0093272  Kota Sukabumi  11.131 12.764 14.928  17.327 19.4743273  Kota Bandung  21.769 25.749 29.626  34.241 39.2203274  Kota Cirebon  26.482 30.578 33.551  36.882 40.1613275  Kota Bekasi  11.995 13.474 13.894  15.281 17.0523276  Kota Depok  6.877 7.807 8.400  9.286 10.1223277  Kota Cimahi  18.196 20.549 21.973  23.736 25.7123278  Kota Tasikmalaya  10.303 11.474 12.340  13.327 14.3383279  Kota Banjar  7.591 8.347 9.179  10.103 10.9293200  JAWA BARAT  12.895 15.235 16.293  17.922 19.6463301  Cilacap  39.839 49.937 51.918  56.681 62.3223302  Banyumas  4.749 5.424 5.940  6.649 7.3843303  Purbalingga  4.666 5.299 6.116  6.797 7.6723304  Banjarnegara  5.458 8.391 6.949  7.712 8.5573305  Kebumen  3.916 4.556 5.038  5.590 6.2063306  Purworejo  6.645 7.618 8.388  9.299 10.2573307  Wonosobo  3.937 4.422 4.752  5.203 5.7193308  Magelang  5.040 5.634 6.082  6.789 7.4123309  Boyolali  6.173 8.956 7.691  8.707 9.6893310  Klaten  7.393 8.402 9.167  9.975 10.7693311  Sukoharjo  8.674 9.842 10.868  12.025 13.3333312  Wonogiri  4.830 5.618 6.145  7.250 7.7123313  Karanganyar  8.626 9.541 10.353  11.343 12.6343314  Sragen  5.257 6.024 6.840  7.801 8.8193315  Grobogan  3.499 3.974 4.411  4.966 5.4493316  Blora  3.797 4.387 4.815  5.390 5.8603317  Rembang  6.176 6.929 7.562  8.404 9.1873318  Pati  5.675 6.495 7.054  7.880 8.7673319  Kudus  31.660 35.615 37.520  40.471 43.4543320  Jepara  6.087 6.939 7.554  8.310 9.2103321  Demak  4.133 4.730 5.083  5.620 6.165

Page 89: Konten C9754a.pdf

78 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**3322  Semarang  9.034 10.160 10.913  11.896 13.2353323  Temanggung  5.226 5.883 6.385  7.154 7.8983324  Kendal  8.657 9.714 10.654  11.972 13.4473325  Batang  5.571 6.225 6.660  7.455 8.2873326  Pekalongan  6.135 7.038 7.698  8.622 9.5663327  Pemalang  4.559 5.197 5.676  6.312 7.0143328  Tegal  3.961 4.587 5.103  5.690 6.2993329  Brebes  5.518 6.428 7.231  8.438 9.4613371  Kota Magelang  12.584 14.174 15.741  17.807 19.6253372  Kota Surakarta  13.848 15.832 17.788  19.909 21.9853373  Kota Salatiga  8.239 9.230 9.842  10.857 11.9153374  Kota Semarang  20.360 22.750 25.011  27.891 31.1023375  Kota Pekalongan  10.811 11.579 12.415  13.516 14.8723376  Kota Tegal  7.818 8.937 9.970  10.999 11.8663300  JAWA TENGAH  9.739 11.407 12.323  13.732 15.3763401  Kulon Progo  6.955 7.872 8.481  9.121 9.8593402  Bantul  7.343 8.372 9.060  9.958 10.9833403  Gunung Kidul  7.214 8.146 8.865  9.809 10.6443404  Sleman  9.635 10.852 11.633  12.432 13.6933471  Kota Yogyakarta  21.947 25.095 27.220  30.306 33.0693400  D I YOGYAKARTA  9.798 11.229 12.084  13.196 14.8493501  Pacitan  4.321 4.976 5.532  6.200 6.8793502  Ponorogo  5.781 6.656 7.527  8.710 9.7723503  Trenggalek  5.969 6.903 7.728  8.704 9.8003504  Tulungagung  11.482 13.257 14.734  16.460 18.4163505  Blitar  7.836 8.970 9.899  11.023 12.2763506  Kediri  7.520 8.435 9.314  10.431 11.5903507  Malang  9.085 10.391 11.430  12.832 14.5023508  Lumajang  9.742 11.139 12.330  13.797 15.3973509  Jember  7.501 8.784 9.744  10.839 12.1023510  Banyuwangi  10.328 11.899 13.368  14.956 16.8503511  Bondowoso  6.790 7.762 8.537  9.488 10.5683512  Situbondo  9.079 10.344 11.447  12.776 14.2543513  Probolinggo  9.589 10.966 12.128  13.589 15.2053514  Pasuruan  7.243 8.305 9.154  10.301 11.6083515  Sidoarjo  21.670 24.113 26.328  29.105 33.0183516  Mojokerto  12.628 14.413 15.804  17.801 20.1373517  Jombang  8.240 9.508 10.468  11.694 13.1873518  Nganjuk  7.606 8.776 9.702  10.818 12.0323519  Madiun  7.377 8.440 9.257  10.417 11.6783520  Magetan  8.239 9.589 10.596  11.899 13.2683521  Ngawi  6.153 7.056 7.880  8.861 9.8693522  Bojonegoro  9.425 11.397 13.940  18.352 22.696

Page 90: Konten C9754a.pdf

   

79 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**3523  Tuban  11.688 13.655 15.257  17.024 19.0543524  Lamongan  6.757 7.726 8.778  9.986 11.3533525  Gresik  21.623 24.805 28.644  32.300 36.6463526  Bangkalan  6.061 6.850 7.462  8.234 9.1923527  Sampang  5.015 5.589 6.077  6.517 7.2933528  Pamekasan  4.547 5.117 5.580  6.177 7.0153529  Sumenep  7.691 8.686 9.602  10.744 12.0373571  Kota Kediri  145.758 167.653 189.276  213.205 241.9173572  Kota Blitar  10.764 12.343 13.759  15.387 17.1303573  Kota Malang  25.858 30.388 33.344  37.553 41.4943574  Kota Probolinggo  15.616 17.881 19.704  21.966 24.3393575  Kota Pasuruan  10.084 11.528 12.687  14.203 15.8623576  Kota Mojokerto  16.285 18.639 20.566  23.287 26.5603577  Kota Madiun  19.901 23.113 25.707  29.225 33.0913578  Kota Surabaya  52.569 59.520 64.898  74.186 84.5133579  Kota Batu  11.734 13.578 15.157  17.119 19.3343500  JAWA TIMUR  14.629 16.807 18.446  20.775 23.4603601  Pandeglang  5.515 6.175 6.734  7.563 8.1433602  Lebak  5.229 5.770 6.333  6.993 7.5263603  Tangerang  8.977 9.758 11.286  12.279 13.7323604  Serang  7.295 7.858 8.301  9.012 9.8803671  Kota Tangerang    7.912 8.778  9.791 10.8503672  Kota Cilegon  23.872 25.306 28.184  31.648 34.5063673  Kota Serang  64.057 70.333 76.398  83.554 89.5793674  Kota Tangerang Selatan      8.182  9.002 10.0243600  BANTEN  12.500 13.852 14.707  16.148 17.5955101  Jembrana  9.768 11.283 12.649  13.775 14.7405102  Tabanan  8.475 9.784 10.838  12.008 12.8745103  Badung  18.428 20.988 24.673  27.473 29.5785104  Gianyar  10.653 12.268 13.878  15.617 16.9325105  Klungkung  11.036 12.766 14.423  16.115 17.3655106  Bangli  7.664 8.714 9.926  10.960 11.7375107  Karangasem  7.051 8.167 9.319  10.432 11.4545108  Buleleng  8.275 9.552 10.799  12.107 13.0115171  Kota Denpasar  11.264 12.832 14.123  15.848 17.2155100  BALI  12.018 13.886 15.794  17.141 18.5025201  Lombok Barat  4.844 5.453 6.019  6.580 7.2505202  Lombok Tengah  3.625 4.175 4.801  5.411 6.2085203  Lombok Timur  3.958 4.475 5.022  5.622 6.3235204  Sumbawa  8.509 7.405 8.373  9.540 11.0535205  Dompu  6.610 7.277 8.168  9.062 10.5595206  Bima  4.838 5.518 6.278  6.996 7.8015207  Sumbawa Barat  119.569 100.000 141.307  156.260 111.845

Page 91: Konten C9754a.pdf

80 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**5208  Lombok Utara      6.372  7.029 7.7585271  Kota Mataram  8.077 9.323 10.461  11.988 13.5345272  Kota Bima  5.025 5.618 6.330  7.016 7.8225200  NUSA TENGGARA BARAT  7.697 8.017 9.881  11.013 10.7205301  Sumba Barat  4.613 5.164 5.781  6.494 7.2825302  Sumba Timur  4.650 5.342 5.834  6.471 7.2405303  Kupang  4.660 5.183 5.793  6.921 7.6645304  Timor Tengah Selatan  3.574 4.100 4.573  5.064 5.6515305  Timor Tengah Utara 3.039 3.341 3.678  4.064 4.4055306  Belu  4.168 4.435 4.842  5.291 5.6225307  Alor  3.379 3.574 3.925  4.399 4.8595308  Lembata  2.472 2.782 3.101  3.476 3.9605309  Flores Timur  4.802 4.939 5.437  6.068 7.7445310  Sikka  4.103 4.532 4.972  5.542 6.1055311  Ende  4.593 5.236 5.852  6.560 7.7065312  Ngada  4.725 5.400 5.963  6.696 7.3205313  Manggarai  2.817 3.444 3.848  4.185 4.4015314  Rote Nda  4.436 4.229 4.541  4.982 5.5535315  Manggarai Barat  3.525 3.944 4.263  4.581 4.9035316  Sumba Barat Daya  2.395 2.630 2.934  3.267 3.6885317  Sumba Tengah  3.212 3.716 4.201  4.750 5.2395318  Nageko  3.538 4.507 4.892  5.417 5.8595319  Manggarai Timur    2.796 3.036  3.428 3.8295320  Sabu Raijua         4.474 5.2635371  Kota Kupang  10.298 11.333 12.355  13.927 15.5975300  NUSA TENGGARA TIMUR  4.331 4.804 5.257  5.922 6.5336101  Sambas  8.497 9.513 10.634  11.900 13.3016102  Bengkayang  8.057 9.127 10.067  10.945 12.1866103  Landak  6.599 7.453 8.154  8.983 10.0136104  Pontianak  10.696 8.137 8.714  9.484 10.4496105  Sanggau    13.985 15.318  17.567 19.7746106  Ketapang  9.737 10.696 11.613  12.573 13.9546107  Sintang  10.139 11.654 12.126  13.830 15.7606108  Kapuas Hulu  7.679 8.627 9.608  10.732 12.0036109  Sekadau  7.740 8.845 9.686  10.682 11.7346110  Melawai  4.883 5.441 6.036  6.695 7.4656111  Kayong Utara  4.000 4.421 4.841  5.485 6.1336112  Kubu Raya  7.074 8.059 8.807  9.904 11.0926171  Kota Pontianak  15.433 17.424 20.321  22.654 24.8986172  Kota Singkawang  9.876 11.037 12.063  13.510 15.0956100  KALIMANTAN BARAT  10.158 11.363 12.445  13.763 15.0816201  Kotawaringin Barat 15.034 16.390 17.678  19.125 21.3946202  Kotawaringin Timur 14.535 16.545 18.636  21.267 24.310

Page 92: Konten C9754a.pdf

   

81 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**6203  Kapuas  10.002 11.693 13.126  14.975 16.6756204  Barito Selatan  12.405 14.221 15.788  17.896 20.0936205  Barito Utara  14.051 15.545 17.263  19.365 21.8276206  Sukamara  19.987 20.640 21.285  23.298 25.8466207  Lamandau  13.525 14.460 15.248  17.135 19.1756208  Seruyan  14.179 14.969 15.749  17.683 19.7456209  Katingan  13.484 15.178 16.430  18.198 20.3886210  Pulang Pisau  7.762 8.639 9.538  10.780 12.0036211  Gunung Mas  10.068 11.015 11.667  13.148 14.7966212  Barito Timur  11.350 12.418 13.551  15.094 16.9146213  Murung Raya  15.863 17.147 19.230  21.672 24.9366271  Kota Palangka Raya 11.600 13.344 14.423  16.356 18.4306200  KALIMANTAN TENGAH  13.279 15.307 17.066  19.267 21.8186301  Tanah Laut  10.469 11.286 12.370  13.984 15.5886302  Kota Baru  24.569 27.038 29.688  33.308 36.9776303  Banjar  9.537 10.848 12.352  13.697 15.2386304  Barito Kuala  10.595 11.208 11.936  13.113 14.2206305  Tapin  9.568 10.989 12.088  13.230 14.1636306  Hulu Sungai Selatan 7.180 8.233 9.160  10.197 10.9696307  Hulu Sungai Tengah 5.922 6.861 7.909  8.821 9.9486308  Hulu Sungai Utara  5.030 5.642 6.425  7.493 8.3876309  Tabalong  16.656 17.712 20.738  28.036 31.8436310  Tanah Bumbu  16.961 18.906 21.616  24.179 26.8156311  Balangan  17.528 19.081 21.033  25.635 30.6086371  Kota Banjarmasin  11.232 12.380 14.218  15.556 17.6026372  Kota Banjar Baru  7.425 8.205 8.871  9.457 10.3286300  KALIMANTAN SELATAN  11.502 13.114 14.440  16.495 18.4666401  Pasir  29.685 40.468 44.752  57.344 69.7286402  Kutai Barat  25.427 66.060 36.341  41.375 47.1446403  Kutai  128.591 178.177 148.760  160.016 189.7126404  Kutai Timur  84.476 106.237 114.826  133.971 172.2986405  Berau  34.682 37.401 40.490  45.115 51.6526406  Malinau  19.423 23.189 26.215  32.263 39.3686407  Bulongan  19.884 21.446 21.794  22.694 23.1976408  Nunukan  21.516 25.099 24.809  27.288 31.8606409  Penajam Paser Utara 16.623 20.343 18.461  20.453 25.9026410  Tana Tidung      21.359  22.777 24.0386471  Kota Balikpapan  54.987 73.192 67.323  73.997 77.9236472  Kota Samarinda  24.070 27.456 29.841  33.147 36.2976473  Kota Tarakan  24.446 29.782 32.358  35.610 39.5676474  Kota Bontang  416.450 557.022 378.700  369.240 414.9426400  KALIMANTAN TIMUR  69.787 95.096 83.139  90.597 105.8497101  Bolaang Mongondow  6.425 7.639 8.254  9.170 10.396

Page 93: Konten C9754a.pdf

82 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**7102  Minahasa  9.821 11.015 12.414  13.976 15.4927103  Kep.Sangihe Talaud 7.145 8.368 9.851  11.682 13.2207104  Kepulauan Talaud  7.061 7.528 8.269  9.189 10.4767105  Minahasa Selatan  9.125 10.434 11.728  13.255 15.1957106  Minahasa Utara  9.811 11.318 12.720  14.083 15.2367107  Bolaang Mongondow Utara  6.915 7.793 8.790  10.003 11.5977108  Minahasa Tenggara 11.725 13.327 15.215  17.027 19.4637109  Kep. Siau Tagulandang Biaro  5.803 6.805 7.900  9.293 11.4137110  Bolaang Mongondow Selatan      7.237  8.170 9.4807111  Bolaang Mongondow Timur      10.625  12.060 13.7167171  Manado  18.509 21.572 25.721  29.043 32.3937172  Kota Bitung  16.328 17.827 19.167  20.587 22.3037173  Kota Tomohon  10.729 12.389 13.444  14.475 16.0027174  Kota Kotamobago  5.920 6.943 8.023  9.247 10.3507100  SULAWESI UTARA  10.993 12.939 14.712  16.256 18.0757201  Banggai Kepulauan  5.700 6.788 7.675  8.708 9.8347202  Banggai  7.669 9.076 10.705  12.765 15.2187203  Morowali  11.040 13.583 14.720  18.011 21.8467204  Poso  8.162 8.882 9.467  10.189 11.5527205  Donggala  9.070 10.789 11.721  13.485 15.5957206  Toli‐Toli  8.249 9.789 11.193  12.754 14.4097207  Buol  6.679 7.874 8.783  9.881 11.1677208  Parigi Moutong  10.287 12.142 13.554  15.344 17.2047209  Tojo Una‐Una  5.265 6.625 7.719  8.719 9.8047210  Sigi      12.961  14.602 16.2357271  Kodya Palu  11.897 14.257 16.074  18.261 30.7467200  SULAWESI TENGAH 9.309 11.302 12.533  14.163 16.5147301  Selayar  5.437 6.471 7.601  9.273 11.2437302  Bulukumba  5.699 6.967 8.305  9.537 10.7557303  Bantaeng  5.946 7.140 8.728  10.367 12.2097304  Jeneponto  3.843 4.611 5.493  6.634 7.7317305  Takalar  4.914 5.885 6.891  7.623 8.6967306  Gowa  4.639 5.530 6.723  7.784 8.9947307  Sinjai  7.125 8.763 10.536  12.294 13.9957308  Maros  4.896 5.730 6.823  8.144 9.4327309  Pangkajene Kepulauan  10.646 12.777 15.188  17.595 20.7677310  Barru  6.184 7.460 8.723  10.037 11.3597311  Bone  6.263 7.541 8.985  10.493 12.1897312  Soppeng  7.130 8.719 10.360  12.190 14.1967313  Wajo  8.565 10.258 12.149  14.047 17.1117314  Sidenreng Rappang 7.463 9.057 10.949  12.382 15.3507315  Pinrang  8.888 10.810 12.891  15.068 17.5297316  Enrekang  6.119 7.210 8.558  10.099 11.926

Page 94: Konten C9754a.pdf

   

83 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**7317  Luwu  6.979 8.265 9.698  11.181 12.9567318  Tana Toraja  4.155 5.172 5.729  6.658 8.0547322  Luwu Utara  6.676 8.254 9.400  10.674 12.2987325  Luwu Timur  28.831 30.056 27.014  34.123 39.3877326  Toraja Utara      5.869  6.917 8.3197371  Kota Makasar  16.301 20.066 23.690  27.645 32.1187372  Kota Pare Pare  3.565 10.316 11.901  13.894 15.8827373  Kota Palopo  8.461 9.926 11.410  13.160 15.2917300  SULAWESI SELATAN 8.907 10.825 12.567  14.669 16.9297401  Buton  4.689 5.801 6.796  7.535 8.6337402  Muna  6.486 7.958 9.122  9.736 10.6507403  Konawe/Kab Kendari 6.858 8.348 9.728  10.465 11.3947404  Kolaka  14.820 17.008 17.563  19.706 22.5857405  Konawe Selatan  6.029 7.534 8.962  9.951 10.9627406  Bombana  5.437 6.700 7.483  8.075 8.8467407  Wakatobi  4.983 6.137 7.608  8.673 9.8197408  Kolaka Utara  11.194 12.970 14.474  15.546 17.2457409  Konawe Utara  10.047 12.234 14.231  15.486 17.1737410  Buton Utara  12.713 15.519 18.207  19.935 22.0047471  Kota Kendari  10.849 13.360 15.387  16.730 18.6017472  Kota Bau‐Bau  9.778 11.880 13.985  15.204 16.7427400  SULAWESI TENGGARA  8.528 10.335 11.705  12.707 14.0687501  Boalemo  4.431 5.121 5.658  6.150 6.7137502  Gorontalo  3.511 4.493 5.923  6.755 7.3997503  Pokuwato  6.065 7.330 8.284  9.367 10.8367504  Bone Bolango  4.570 5.271 5.944  6.455 7.0307505  Gorontalo Utara  3.032 3.740 4.295  5.086 6.0317571  Kota Gorontalo  5.910 6.814 7.620  8.854 9.9867500  GORONTALO  4.878 5.921 6.933  7.745 8.6127601  Majene  5.655 6.747 7.549  9.720 9.7207602  Polewali Mamasa  4.759 5.683 6.543  9.587 9.5877603  Mamasa  5.066 6.550 7.586  9.555 9.5557604  Mamuju  6.458 7.898 8.803  11.293 11.2937605  Mamuju Utara  7.164 9.116 10.192  14.956 14.9567600  SULAWESI BARAT  5.765 7.525 8.311  9.482 10.8448101  Maluku Tenggara Barat  3.917 4.279 4.708  5.140 5.7618102  Maluku Tenggara  3.257 3.545 3.867  4.327 5.0088103  Maluku Tengah  2.416 2.648 2.929  3.282 3.7918104  Buru  2.861 3.018 2.825  3.035 3.4548105  Kepulauan Am  3.791 4.106 4.435  4.806 5.3068106  Seram Bagian Barat 2.733 2.990 3.276  3.619 4.1128107  Seram Bagian Timur 2.220 2.405 2.592  2.789 3.1938108  Maluku Barat Daya      4.679  5.245 5.855

Page 95: Konten C9754a.pdf

84 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**8109  Buru Selatan      4.040  4.341 4.9328171  Kota Ambon  3.887 4.132 4.407  4.819 5.5138172  Kota Tual  8.244 8.928 9.523  10.390 12.2768100  MALUKU  4.022 4.307 4.726  5.272 6.0888201  Halmahera Barat  2.480 2.743 3.062  3.421 3.7628202  Halmahera Tengah  6.197 7.105 8.974  10.271 11.3958203  Kepulauan Sula  2.916 3.389 3.906  4.422 4.8948204  Halmahera Selatan  3.139 3.699 4.106  4.521 4.9338205  Halmahera Utara  3.058 3.438 4.139  4.910 5.4408206  Halmahera Timur  4.395 5.190 5.907  6.580 7.2328207  Pulau Morotai         3.898 4.2788271  Kota Ternate  3.296 3.935 4.609  5.341 6.0248272  Kota Tidore Kepulauan  3.329 3.888 4.384  4.935 5.3308200  MALUKU UTARA  3.264 3.895 4.619  5.192 5.6979101  Fak‐Fak  14.716 17.524 19.646  22.571 24.8629102  Kaimana  13.073 15.311 17.071  19.215 20.7599103  Teluk Wondama  8.790 12.098 14.221  14.978 16.9759104  Teluk Bintuni  15.139 18.557 38.401  165.485 277.9349105  Manokwari  9.953 12.466 14.122  15.697 17.1359106  Sorong Selatan  5.342 6.713 9.356  10.364 11.8089107  Sorong  44.882 63.008 82.118  87.309 93.3379108  Raja Ampat  20.016 23.048 25.386  26.383 27.1179109  Tambrauw      5.787  6.591 7.1459110  Maybrat      5.073  5.651 6.2159171  Kota Sorong  11.211 13.743 14.921  16.780 18.4319100  PAPUA BARAT  15.143 19.690 24.660  35.348 45.8439401  Merauke  12.852 14.278 16.415  18.677 19.7829402  Jayawijaya  2.554 2.773 5.167  5.783 6.2899403  Jayapura  10.790 12.425 14.643  17.265 18.9189404  Nabire  7.540 8.659 12.739  14.328 15.1559408  Yapen Waropen  6.733 7.638 8.165  9.288 9.3759409  Biak Namfor  9.016 9.929 10.930  12.280 12.6769410  Paniai  2.732 3.171 3.280  3.077 3.2389411  Puncak Jaya  3.440 4.384 5.706  6.120 6.1889412  Mimika  252.610 251.819 302.998  324.705 224.8619413  Boven Digoel  18.783 22.233 25.135  28.259 30.9059414  Mappi  5.243 6.659 8.254  9.254 10.2629415  Asmat  5.037 6.373 6.969  8.104 9.1989416  Yahukimo  1.117 1.542 1.960  2.469 2.9009417  Pegunungan Bintang 3.561 5.946 7.993  9.911 10.9069418  Tolikara  2.912 3.285 3.742  4.385 4.6829419  Sarmi  14.366 16.876 19.167  21.814 24.5169420  Keerom  11.136 12.633 14.909  17.321 18.837

Page 96: Konten C9754a.pdf

   

85 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Kabupaten/Kota  2007 2008 2009  2010* 2011**9426  Waropen  6.904 8.030 9.718  12.035 14.2429427  Supiori  17.548 19.919 21.627  23.476 24.1309428  Membramo Raya  6.729 8.180 11.106  15.047 19.9429429  Nduga      1.536  1.921 2.5509430  Lanny Jaya      1.605  2.014 2.8119431  Mamberamo Tengah     2.778  3.967 5.4189432  Yalimo      2.137  2.964 3.8509433  Puncak      4.179  5.099 6.1219434  Dogiyai      5.365  6.484 7.1739435  Intan Jaya         4.633 5.7859436  Deiyai         3.657 4.2529471  Kota Jayapura  16.944 21.012 25.904  23.986 33.2679400  PAPUA  22.747 23.985 28.459  30.979 25.531

Page 97: Konten C9754a.pdf

86 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

LAMPIRAN: PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007‐2011, (DALAM %). 

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

1100  Aceh  26,65 23,55 21,8  20,98  19,481101  Simeulue  32,26 26,45 24,72  23,61  22,961102  Aceh Singkil  28,54 23,27 21,06  19,38  18,931103  Aceh Selatan  24,72 19,40 17,5  15,93  15,521104  Aceh Tenggara 21,60 18,51 16,77  16,78  16,391105  Aceh Timur  28,15 24,05 21,33  18,42  18,011106  Aceh Tengah  24,41 23,36 21,43  20,09  19,581107  Aceh Barat  32,63 29,96 27,09  24,42  23,811108  Aceh Besar  26,69 21,52 20,09  18,8  18,361109  Piddie  33,31 28,11 25,87  23,8  23,191110  Bireuen  27,18 23,27 21,65  19,5  19,061111  Aceh Utara  33,16 27,56 25,29  23,43  22,891112  Aceh Barat Daya  28,63 23,42 21,33  19,93  19,491113  Gayo Lues  32,31 26,57 24,22  23,9  23,381114  Aceh Tamiang  22,19 22,29 19,96  17,98  17,491115  Nagan Raya  33,61 28,11 26,22  24,06  23,381116  Aceh Jaya  29,28 23,86 21,86  20,17  19,801117  Bener Meriah  26,55 29,21 26,58  26,22  25,501118  Pidie Jaya  35,00 30,26 27,97  26,07  25,431171  Kota Banda Aceh  6,61 9,56 8,64  9,19  9,081172  Kota Sabang  27,13 25,72 23,89  21,68  21,311173  Kota Langsa  14,25 17,97 16,2  15,01  14,661174  Kota Lhokseumawe  12,75 15,87 15,08  14,07  13,731175  Kota Subulussalam  30,16 28,99 26,8  24,33  23,851200  SUMATERA UTARA  13,90 12,47 11,51  11,31  10,831201  Nias  31,74 25,19 22,57  19,97  19,111202  Mandailing Natal  18,74 14,46 13,02  12,6  11,981203  Tapanuli Selatan  20,33 13,77 12,67  11,96  11,401204  Tapanuli Tengah  27,47 19,35 17,83  16,73  15,961205  Tapanuli Utara 20,06 14,15 13,1  12,49  11,891206  Toba Samosir  15,28 11,62 10,07  10,15  9,671207  Labuhan Batu  12,33 10,76 9,85  10,67  10,151208  Asahan  13,77 12,89 12,09  11,42  10,851209  Simalungun  14,84 14,75 12,67  10,73  10,211210  Dairi  15,82 11,07 10,03  9,97  9,481211  Karo  14,47 12,86 11,42  11,02  10,491212  Deli Serdang  5,67 5,16 5,17  5,34  5,101213  Langkat  18,23 14,81 12,75  10,84  10,311214  Nias Selatan  33,84 24,36 22,19  20,72  19,711215  Humbang Hasundutan  18,84 12,99 11,31  10,6  10,091216  Pakpak Barat  22,42 15,02 13,99  13,78  13,16

Page 98: Konten C9754a.pdf

   

87 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

1217  Samosir  27,76 18,76 17,55  16,5  15,671218  Serdang Bedegai  11,84 10,61 9,51  10,59  10,071219  Batu Bara  17,89 13,64 12,87  12,28  11,671220  Padang Lawas Utara      11,83  11,19  10,641221  Padang Lawas      11,9  11,13  10,561222  Labuhan Batu Selatan      0,0  15,58  14,861223  Labuhan Batu Utara      0,0  12,32  11,771224  Nias Utara      0,0  31,9  30,441225  Nias Barat      0,0  30,89  29,321271  Kota Sibolga  9,73 17,67 15,82  13,9  13,181272  Kota Tanjung Balai  11,52 18,35 17,1  16,31  15,521273  Kota Pematang Siantar  9,46 13,36 12,25  11,72  11,151274  Kota Tebing Tinggi  9,67 16,50 14,58  13,04  12,441275  Kota Medan  7,17 10,43 9,58  10,05  9,631276  Kota Binjai  5,72 8,12 7,04  7,33  7,001277  Kota Padang Sidempuan  10,92 11,61 9,77  10,53  10,081278  Kota Gunung Sitoli      0,0  33,86  32,121300  SUMATERA BARAT  11,90 10,57 9,54  9,5  8,991301  Kepulauan Mentawai  15,99 22,86 20,54  19,74  18,851302  Pesisir Selatan 13,21 11,36 10,56  10,22  9,751303  Solok  17,59 13,43 12,15  11,74  11,191304  Sawah Lunto/Sijunjung  15,35 11,51 9,8  10,45  9,941305  Tanah Datar  7,72 7,52 6,93  6,9  6,571306  Padang Pariaman  17,12 14,15 12,41  11,86  11,261307  Agam  12,59 11,20 9,86  9,84  9,391308  Limapuluh Koto 14,79 11,01 9,98  10,47  9,961309  Pasaman  17,920 14,44 12,47  10,96  10,421310  Solok Selatan  17,43 13,41 11,66  11,11  10,611311  Dharmas Raya 14,42 12,53 11,4  10,56  10,091312  Pasaman Barat 13,76 10,96 9,61  9,59  9,141371  Kota Padang  4,97 6,40 5,72  6,31  6,021372  Kota Solok  4,59 7,32 6,76  6,99  6,721373  Kota Sawah Lunto  2,25 1,94 2,42  2,47  2,341374  Kota Padang Panjang  5,19 8,24 7,58  7,6  7,251375  Kota Bukit Tinggi  5,23 7,20 6,19  6,82  6,491376  Kota Payakumbuh  7,77 10,96 10,15  10,58  10,091377  Kota Pariaman 5,87 5,33 5,48  5,9  5,661400  RIAU  11,20 10,79 9,48  8,65  8,171401  Kuantan Sengingi  19,03 16,51 14,42  12,57  10,191402  Indragiri Hulu  14,63 12,05 10,25  8,9  7,251403  Indragiri Hilir  14,57 13,19 11,11  9,41  7,651404  Pelalawan  18,07 18,63 16,71  14,51  11,93

Page 99: Konten C9754a.pdf

88 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

1405  Siak  6,01 7,09 5,71  6,49  5,291406  Kampar  10,73 11,45 10,04  10,47  8,521407  Rokan Hulu  21,86 18,05 15,49  13,03  10,661408  Bengkalis  10,69 8,94 7,91  8,25  6,721409  Rokan Hilir  9,41 10,59 9,32  9,3  7,581410  Kepulauan Meranti      0,0  42,56  34,531471  Kota Pekan Baru  2,24 3,63 3,92  4,2  3,451473  Kota Dumai  6,28 7,42 6,08  6,45  5,271500  JAMBI  10,27 9,28 8,77  8,34  7,901501  Kerinci  11,30 7,71 7,25  7,83  7,361502  Merangin  12,10 9,50 8,65  8,07  7,681503  Sarolangun  16,11 11,69 9,85  9,66  9,101504  Batanghari  15,42 10,49 10,11  10,19  9,561505  Muaro Jambi  7,13 4,35 4,54  5,29  4,981506  Tanjung Jabung Timur  13,44 13,49 12,21  12,4  11,601507  Tanjung Jabung Barat  12,79 13,43 11,65  11,08  10,431508  Tebo  8,69 6,34 6,1  6,42  6,051509  Bungo  7,63 5,12 5,32  5,7  5,351571  Kota Jambi  5,04 11,63 10,54  9,9  9,271572  Kota Sungai Penuh      0,0  3,64  3,421600  SUMATERA SELATAN  19,15 17,67 16,28  15,47  13,951601  Ogan Komering Ulu  15,69 14,64 13,17  12,28  11,581602  Ogan Komering Ilir 22,50 17,67 16,17  15,98  15,061603  Muara Enim (Liot)  19,87 17,98 15,96  14,51  13,711604  Lahat  28,09 23,21 20,98  19,02  17,921605  Musi Rawas  32,93 24,27 21,4  19,38  18,251606  Musi Banyuasin 33,60 25,45 22,76  20,06  18,991607  Banyuasin  17,72 15,38 13,72  12,39  11,661608  Ogan Komering Ulu Selatan 18,96 14,56 12,73  11,53  10,841609  Ogan Komering Ulu Timur 16,03 12,12 9,95  9,81  9,231610  Ogan Ilir 21,57 17,78 15,65  13,97  13,181611  Empat Lawang 23,50 18,37 15,8  14,73  13,821671  Kota Palembang 8,98 16,66 14,75  15  14,131672  Kota Prabumulih  7,57 15,39 13,93  12,93  12,191673  Kota Pagar Alam  9,75 10,23 9,66  9,81  9,241674  Kota Lubuk Linggau  14,25 17,36 15,12  15,3  14,431700  BENGKULU  22,13 19,12 18,59  18,3  17,361701  Bengkulu Selatan  35,24 27,53 25,08  22,62  22,551702  Rejang Lebong 16,38 16,94 15,79  15,11  16,791703  Bengkulu Utara 22,74 16,43 16,1  14,75  14,401704  Kaur  38,18 26,01 23,49  21,22  22,261705  Seluma  36,45 24,74 23,07  20,81  20,90

Page 100: Konten C9754a.pdf

   

89 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

1706  Mukomuko  20,06 15,76 15,39  14,06  13,281707  Lebong  18,08 14,33 13,94  13,01  12,431708  Kepahiang  17,55 17,03 16,6  14,78  15,021709  Bengkulu Tengah      0,0  6,42  6,491771  Kota Bengkulu 9,20 18,16 17,57  17,69  22,231800  LAMPUNG  22,19 20,93 20,22  18,94  16,581801  Lampung Barat 24,77 21,74 19,13  17,12  15,991802  Tanggamus  22,17 20,91 19,79  18,3  17,061803  Lampung Selatan  26,94 24,72 22,83  20,61  19,231804  Lampung Timur 27,21 23,35 20,86  21,06  19,661805  Lampung Tengah  22,06 19,89 18,67  16,88  15,761806  Lampung Utara 32,16 31,24 28,96  28,19  26,331807  Way Kanan  25,96 22,34 20,92  18,81  17,631808  Tulang Bawang 13,03 11,17 10,48  10,8  10,111809  Pesawaran      22,73  20,48  19,061810  Pringsewu      0,0  12,45  11,621811  Mesuji      0,0  8,65  8,071812  Tulang Bawang Barat      0,0  7,63  7,111871  Kota Bandar Lampung  9,44 15,41 14,39  14,58  13,611872  Kota Metro  11,53 15,91 15,07  13,77  12,901900  KEP. BANGKA BELITUNG  9,54 7,89 7,37  7,51  5,161901  Bangka  10,53 8,79 7,61  7,81  5,361902  Belitung  11,59 10,62 9,78  10,13  6,971903  Bangka Barat  6,71 5,18 5,22  5,25  3,591904  Bangka Tengah 10,36 8,52 7,84  8,07  5,561905  Bangka Selatan 7,41 5,60 6,04  6,18  4,231906  Belitung Timur 15,58 12,61 11,07  10,36  7,131971  Kota Pangkal Pinang  6,850 5,74 5,79  6,02  4,152100  KEPULAUAN RIAU  10,30 8,73 8,27  8,05  6,792101  Karimun  8,69 7,29 6,48  7,21  5,932102  Kabuapten Bintan  11,73 7,61 7,01  7,33  6,042103  Natuna  8,74 4,83 4,35  4,83  4,062104  Lingga  30,06 18,19 16,56  15,81  12,982105  Kepulauan Anambas      0,0  4,8  3,952171  Kota Batam  7,65 7,22 6,76  7,26  6,112172  Kota Tanjung Pinang  12,92 14,30 13,42  12,6  10,523100  DKI JAKARTA  4,61 3,86 3,8  4,04  3,643101  Kepulauan Seribu  15,12 13,56 12,66  13,01  11,533171  Kota Jakarta Selatan  3,74 3,41 3,52  3,8  3,433172  Kota Jakarta Timur  4,02 3,39 3,42  3,4  3,063173  Kota Jakarta Pusat  3,99 3,58 3,68  3,97  3,563174  Kota Jakarta Barat  4,04 3,41 3,44  3,81  3,44

Page 101: Konten C9754a.pdf

90 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

3175  Kota Jakarta Utara  7,95 6,02 5,34  5,62  5,073200  JAWA BARAT  13,55 12,74 11,96  11,27  10,573201  Bogor  13,10 12,11 10,81  9,97  9,653202  Sukabumi  15,98 13,26 11,78  10,65  10,283203  Cianjur  18,49 15,38 14,14  14,32  13,823204  Bandung  13,14 9,42 8,29  9,29  8,993205  Garut  19,31 17,87 15,7  13,94  13,473206  Tasikmalaya  18,15 14,70 13,5  12,78  12,363207  Ciamis  13,94 12,32 11,23  10,34  9,983208  Kuningan  17,58 16,75 15,91  14,68  14,203209  Cirebon  19,07 20,25 18,22  16,12  15,563210  Majalengka  19,77 18,79 17,12  15,51  14,983211  Sumedang  15,63 15,18 13,69  12,94  12,483212  Indramayu  20,96 19,75 17,99  16,58  16,013213  Subang  16,84 15,15 14,13  13,54  13,063214  Purwakarta  14,70 11,61 10,48  10,57  10,223215  Karawang  14,83 14,00 12,9  12,21  11,803216  Bekasi  6,66 5,89 5,97  6,11  5,933217  Bandung Barat 18,70 17,61 16,03  14,68  14,223271  Kota Bogor  9,47 9,72 8,82  9,47  9,163272  Kota Sukabumi 7,26 10,41 9,16  9,24  8,953273  Kota Bandung  3,68 4,42 4,5  4,95  4,783274  Kota Cirebon  8,70 14,11 13,06  12  11,563275  Kota Bekasi  4,97 6,36 5,78  6,3  6,123276  Kota Depok  2,42 2,69 2,93  2,84  2,753277  Kota Cimahi  7,33 8,35 7,1  7,4  7,153278  Kota Tasikmalaya  9,30 26,08 23,55  20,71  19,983279  Kota Banjar  7,86 9,31 8,64  8,47  8,213300  JAWA TENGAH 20,43 18,99 11,96  11,27  16,213301  Cilacap  22,59 21,40 19,88  18,11  17,153302  Banyumas  22,46 22,93 21,52  20,2  21,113303  Purbalingga  30,24 27,12 24,97  24,57  23,063304  Banjarnegara  27,18 23,34 21,36  19,17  20,383305  Kebumen  30,25 27,87 25,73  22,7  24,063306  Purworejo  20,49 18,22 17,02  16,61  17,513307  Wonosobo  32,29 27,72 25,91  23,15  24,213308  Magelang  17,37 16,49 15,19  14,14  15,183309  Boyolali  18,06 17,08 15,96  13,72  14,973310  Klaten  22,27 21,72 19,68  17,47  17,953311  Sukoharjo  14,02 12,13 11,51  10,94  11,133312  Wonogiri  24,44 20,71 19,08  15,67  15,743313  Karanganyar  17,39 15,68 14,73  13,98  15,29

Page 102: Konten C9754a.pdf

   

91 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

3314  Sragen  21,24 20,83 19,7  17,49  17,953315  Grobogan  25,14 19,84 18,68  17,86  17,383316  Blora  21,46 18,79 17,7  16,27  16,243317  Rembang  30,71 27,21 25,86  23,4  23,713318  Pati  19,79 17,90 15,92  14,48  14,693319  Kudus  10,73 12,58 10,8  9,01  9,453320  Jepara  10,44 11,05 9,6  10,18  10,323321  Demak  23,50 21,24 19,7  18,76  18,213322  Semarang  12,34 11,37 10,66  10,5  10,303323  Temanggung  16,55 16,39 15,05  13,46  13,383324  Kendal  20,70 17,87 16,02  14,47  14,263325  Batang  20,79 18,08 16,61  14,67  13,473326  Pekalongan  20,31 19,52 17,93  16,29  15,003327  Pemalang  22,79 23,92 22,17  19,96  20,683328  Tegal  18,50 15,78 13,98  13,11  11,543329  Brebes  27,93 25,98 24,39  23,01  22,723371  Kota Magelang 10,01 11,16 10,11  10,51  11,063372  Kota Surakarta 13,64 16,13 14,99  13,96  12,903373  Kota Salatiga  9,01 8,47 7,82  8,28  7,803374  Kota Semarang 5,26 6,00 4,84  5,12  5,683375  Kota Pekalongan  6,62 10,29 8,56  9,36  10,043376  Kota Tegal  9,36 11,28 9,88  10,62  10,813400  D I YOGYAKARTA  18,99 18,02 17,23  16,83  16,143401  Kulon Progo  28,61 26,85 24,65  23,15  23,623402  Bantul  19,43 18,54 17,64  16,09  17,283403  Gunung Kidul  28,90 25,96 24,44  22,05  23,033404  Sleman  12,56 12,34 11,45  10,7  10,613471  Kota Yogyakarta 9,78 10,81 10,05  9,75  9,623500  JAWA TIMUR  19,98 18,19 16,68  15,26  13,853501  Pacitan  23,31 21,17 19,01  19,5  18,133502  Ponorogo  18,23 16,62 14,63  13,22  12,293503  Trenggalek  22,79 20,64 18,27  15,98  14,903504  Tulungagung  17,83 12,41 10,6  10,64  9,903505  Blitar  16,47 14,53 13,19  12,13  11,293506  Kediri  18,98 18,85 17,05  15,52  14,443507  Malang  15,66 15,08 13,57  12,54  11,673508  Lumajang  20,09 18,17 15,83  13,98  13,013509  Jember  18,57 17,74 15,43  13,27  12,443510  Banyuwangi  15,33 13,91 12,16  11,25  10,473511  Bondowoso  24,23 22,23 20,18  17,89  16,663512  Situbondo  15,60 18,02 15,99  16,23  15,113513  Probolinggo  27,42 30,13 27,69  25,22  23,48

Page 103: Konten C9754a.pdf

92 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

3514  Pasuruan  19,88 18,04 15,58  13,18  12,263515  Sidoarjo  13,05 8,35 6,91  7,45  6,973516  Mojokerto  14,86 14,61 13,24  12,23  11,383517  Jombang  21,21 16,46 14,46  13,84  12,883518  Nganjuk  23,79 19,77 17,22  14,91  13,883519  Madiun  20,98 18,50 16,97  15,45  14,373520  Magetan  16,87 15,67 13,97  12,94  12,013521  Ngawi  23,33 20,86 19,01  18,26  16,743522  Bojonegoro  26,37 23,87 21,27  18,78  17,473523  Tuban  28,51 25,84 23,01  20,19  18,783524  Lamongan  25,79 22,51 20,47  18,7  17,413525  Gresik  23,98 21,43 19,14  16,42  15,333526  Bangkalan  31,56 32,70 30,45  28,12  26,223527  Sampang  39,42 34,53 31,94  32,47  30,213528  Pamekasan  32,43 26,32 24,32  22,47  20,943529  Sumenep  32,98 29,46 26,89  24,61  23,103571  Kota Kediri  13,67 11,71 10,41  9,31  8,633572  Kota Blitar  12,02 9,34 7,56  7,63  7,123573  Kota Malang  7,19 7,22 5,6  5,9  5,503574  Kota Probolinggo  16,19 23,29 21,06  19,03  17,743575  Kota Pasuruan 12,61 11,20 9,34  9  8,393576  Kota Mojokerto 10,46 8,88 7,19  7,41  6,893577  Kota Madiun  7,07 6,69 5,9  6,1  5,663578  Kota Surabaya 7,98 8,23 6,72  7,07  6,583579  Kota Batu  9,71 6,18 4,81  5,1  4,743600  BANTEN  9,07 8,20 7,64  7,16  6,263601  Pandeglang  15,64 12,55 12,01  11,14  9,803602  Lebak  14,43 12,05 10,63  10,38  9,203603  Tangerang  7,18 7,41 6,55  7,18  6,423604  Serang  9,47 6,48 5,8  6,34  5,633671  Kota Tangerang 4,92 6,83 6,42  6,88  6,143672  Kota Cilegon  4,71 3,95 4,14  4,46  3,983673  Kota Serang      6,19  7,02  6,253674  Kota Tangerang Selatan      0,0  1,67  1,505100  BALI  6,63 5,85 5,13  4,88  4,595101  Jembrana  9,92 7,97 6,8  8,11  6,565102  Tabanan  7,46 6,92 4,99  6,96  5,625103  Badung  4,28 3,28 3,28  3,23  2,625104  Gianyar  5,98 6,61 5,76  6,68  5,405105  Klungkung  9,14 7,03 5,23  7,58  6,105106  Bangli  7,48 6,12 5,18  6,41  5,165107  Karangasem  8,95 7,67 6,37  7,95  6,43

Page 104: Konten C9754a.pdf

   

93 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

5108  Buleleng  8,68 7,45 5,95  7,35  5,935171  Kota Denpasar 2,1 2,19 2,2  2,21  1,795200  NUSA TENGGARA BARAT  24,99 23,40 22,78  21,55  19,675201  Lombok Barat  28,97 25,97 24,02  21,59  19,705202  Lombok Tengah 25,74 22,32 20,94  19,92  18,145203  Lombok Timur 25,60 25,43 23,96  23,82  21,715204  Sumbawa  28,78 25,31 23,85  21,74  19,825205  Dompu  28,57 24,52 21,76  19,89  18,175206  Bima  25,12 21,79 20,42  19,41  17,665207  Sumbawa Barat 28,63 24,27 23,01  21,81  19,885208  Lombok Utara      0,0  43,12  39,275271  Kota Mataram 9,67 16,13 15,41  14,44  13,185272  Kota Bima  11,85 14,38 13,65  12,81  11,695300  NUSA TENGGARA TIMUR  27,51 25,68 23,31  23,03  20,485301  Sumba Barat  42,74 37,85 35,39  31,71  29,845302  Sumba Timur  39,08 37,14 34,68  32,41  30,635303  Kupang  31,32 26,95 24,16  20,78  19,545304  Timor Tengah Selatan  37,43 33,55 31,14  28,7  26,965305  Timor Tengah Utara  30,12 27,74 24,96  22,72  21,335306  Belu  21,02 19,69 17,47  15,48  14,615307  Alor  28,49 25,14 22,84  21,16  19,975308  Lembata  34,45 29,24 26,39  26,74  25,175309  Flores Timur  14,38 13,21 11,04  9,61  9,065310  Sikka  19,15 17,34 15,35  13,38  12,635311  Ende  20,33 24,87 23,01  21,64  20,375312  Ngada  17,28 15,49 13,54  12,05  11,365313  Manggarai  31,41 28,57 25,76  22,9  21,395314  Rote Ndao  28,26 36,58 34,09  32,78  30,995315  Manggarai Barat  27,96 25,05 22,96  20,39  19,275316  Sumba Barat Daya  42,96 36,45 34,27  34,02  32,105317  Sumba Tengah 43,05 38,65 35,83  29,87  27,935318  Nageko  16,05 14,53 13,03  12,7  12,015319  Manggarai Timur      25,51  25,93  24,525320  Sabu Raijua      0,0  41,13  39,495371  Kota Kupang  7,5 14,66 12,51  10,56  9,886100  KALIMANTAN BARAT  12,91 10,87 9,3  9,02  8,486101  Sambas  14,00 11,51 9,96  10,08  9,386102  Bengkayang  11,88 9,41 7,82  7,81  7,256103  Landak  24,95 18,65 15,48  14,05  13,136104  Pontianak  8,26 7,03 5,46  6,41  5,976105  Sanggau  7,97 6,25 4,62  5,02  4,676106  Ketapang  17,94 15,21 13,08  13,67  12,75

Page 105: Konten C9754a.pdf

94 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

6107  Sintang  17,1 13,61 11,55  9,76  9,076108  Kapuas Hulu  15,05 11,44 9,93  11,39  10,616109  Sekadau  10,25 7,66 6,42  6,77  6,306110  Melawi  19,50 14,80 12,62  13,76  12,936111  Kayong Utara  18,90 14,50 12,43  11,68  10,916112  Kubu Raya      6,78  7,14  6,676171  Kota Pontianak 6,77 9,29 6,38  6,62  6,156172  Kota Singkawang  7,02 7,89 6,2  6,12  5,696200  KALIMANTAN TENGAH  9,38 8,36 7,02  6,77  6,646201  Kotawaringin Barat  8,66 7,76 6,87  6,97  6,196202  Kotawaringin Timur  11,33 10,40 8,21  8,36  7,436203  Kapuas  9,30 8,25 6,34  7,11  6,286204  Barito Selatan  10,43 9,25 8,14  8,57  7,566205  Barito Utara  8,61 7,56 6,43  7,18  6,336206  Sukamara  9,00 7,92 5,91  6,63  5,906207  Lamandau  7,76 6,97 5,57  5,81  5,186208  Seruyan  11,25 10,21 8,84  9,98  8,826209  Katingan  8,68 7,74 7  7,56  6,476210  Pulang Pisau  9,18 8,20 6,23  6,18  5,456211  Gunung Mas  9,29 8,32 7,43  8,06  7,126212  Barito Timur  12,34 11,09 9,24  10,5  9,276213  Murung Raya  8,91 7,95 6,94  7,05  6,306271  Kota Palangka Raya  5,75 4,64 4,76  5,31  4,696300  KALIMANTAN SELATAN  7,01 6,21 5,12  5,21  5,356301  Tanah Laut  7,62 6,06 5,11  5,12  4,856302  Kota Baru  8,61 6,75 5,55  5,45  5,186303  Banjar  4,24 3,68 3,69  3,34  3,176304  Barito Kuala  8,17 7,18 5,61  5,72  5,416305  Tapin  8,42 6,10 4,93  5,57  5,296306  Hulu Sungai Selatan  9,68 9,32 7,32  7,66  7,256307  Hulu Sungai Tengah  8,14 7,12 5,73  6,31  5,986308  Hulu Sungai Utara  11,16 8,53 7,29  7,76  7,316309  Tabalong  11,25 8,13 6,83  6,53  6,226310  Tanah Bumbu  8,22 5,79 5,89  6,48  6,176311  Balangan  11,35 7,75 7,22  7,74  7,316371  Kota Banjarmasin  2,90 4,77 4,8  5,04  4,776372  Kota Banjar Baru  4,08 6,07 5,2  5,98  5,686400  KALIMANTAN TIMUR  11,04 8,53 7,73  7,66  6,636401  Pasir  16,00 10,97 10,11  9,48  7,916402  Kutai Barat  14,04 10,60 8,97  9,9  8,256403  Kutai  12,59 9,29 8,03  8,68  7,216404  Kutai Timur  17,51 13,20 11,88  11,38  9,43

Page 106: Konten C9754a.pdf

   

95 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

6405  Berau  9,27 5,81 5,9  6,6  5,466406  Malinau  23,60 18,24 16,55  15,29  12,676407  Bulongan  23,31 17,14 15,96  14,57  12,146408  Nunukan  20,02 14,96 13,47  12,45  10,386409  Penajam Paser Utara  17,59 12,99 11,38  10,46  8,676410  Tana Tidung      15,42  13,9  11,416471  Kota Balikpapan 3,74 3,49 3,58  4,07  3,396472  Kota Samarinda 6,60 4,67 4,84  5,21  4,316473  Kota Tarakan  9,54 10,99 9,65  10,23  8,416474  Kota Bontang  7,87 7,26 6,66  6,67  5,407100  SULAWESI UTARA  11,42 9,80 9,79  9,1  8,467101  Bolaang Mongondow  13,20 10,64 10,16  9,7  8,607102  Minahasa  10,31 9,00 8,47  8,99  7,937103  Sangihe Talaud 17,70 14,01 13,23  13,21  11,697104  Kepulauan Talaud  15,77 12,90 12,16  11,37  10,057105  Minahasa Selatan  13,61 11,66 11,13  10,74  9,487106  Minahasa Utara 10,14 8,35 7,98  8,38  7,387107  Bolaang Mongondow Utara  13,03 10,44 9,93  10,23  8,987108  Minahasa Tenggara  22,21 18,30 17,49  17,64  10,387109  Kep. Siau Tagulandang Biaro  16,14 12,68 12,11  11,79  15,357110  Bolaang Mongondow Selatan      0,0  18,81  16,577111  Bolaang Mongondow Timur      0,0  7,81  6,937171  Kota Manado  5,43 6,59 6,32  6,51  5,407172  Kota Bitung  11,14 9,33 8,93  9,52  8,467173  Kota Tomohon 8,65 7,53 7,19  7,4  6,567174  Kota Kotamobago  10,02 7,6 7,16  7,57  6,647200  SULAWESI TENGAH  22,42 20,61 18,98  18,07  16,047201  Banggai Kepulauan  27,92 24,66 21,99  19,47  18,087202  Banggai  17,28 16,70 14,6  12,06  11,257203  Morowali  28,27 25,10 22,53  20,27  18,857204  Poso  28,02 25,75 23,29  21,42  20,107205  Donggala  23,59 21,01 18,91  19,42  18,037206  Toli‐Toli  22,18 19,69 17,83  16,16  15,037207  Buol  25,50 23,11 20,68  18,67  17,407208  Parigi Moutong 23,69 21,73 19,72  20,11  18,707209  Tojo Una‐Una  30,22 28,48 26,23  24,06  22,377210  Sigi      0,0  15,09  14,037271  Kota Palu  9,73 10,10 9,19  9,98  9,247300  SULAWESI SELATAN  14,11 13,41 12,31  11,6  10,277301  Selayar  20,45 18,49 16,41  14,98  13,497302  Bulukumba  13,56 12,26 10,5  9,02  8,127303  Bantaeng  12,12 10,94 9,96  10,24  9,21

Page 107: Konten C9754a.pdf

96 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

7304  Jeneponto  24,55 22,48 20,58  19,09  17,167305  Takalar  13,80 12,68 11,06  11,16  10,047306  Gowa  14,13 12,79 10,93  9,49  8,557307  Sinjai  13,87 12,73 11,37  10,68  9,637308  Maros  20,08 18,55 16,35  14,62  13,147309  Pangkajene Kepulauan  23,93 21,36 19,35  19,26  17,367310  Barru  14,73 13,49 11,43  10,68  9,597311  Bone  18,84 17,35 15,19  14,08  12,677312  Soppeng  5,45 11,22 9,95  10,41  9,367313  Wajo  11,36 10,16 8,93  8,96  8,067314  Sidenreng Rappang  8,05 7,64 6,73  6,99  6,297315  Pinrang  10,44 9,65 8,7  9,01  8,127316  Enrekang  22,79 20,51 18,1  16,84  15,187317  Luwu  21,24 19,44 16,96  15,43  13,937318  Tana Toraja  19,91 18,57 16,14  14,61  13,227322  Luwu Utara  14,03 18,38 16,4  16,24  14,647325  Luwu Timur  10,21 10,98 8,91  9,18  8,297326  Toraja Utara      0,0  19,08  17,067371  Kota Makasar  5,66 5,36 5,52  5,86  5,297372  Kota Pare Pare 7,65 7,10 6,52  6,53  5,917373  Kota Palopo  12,71 12,83 11,85  11,28  10,227400  SULAWESI TENGGARA  21,33 19,38 18,93  17,05  14,617401  Buton  22,94 22,93 20,16  17,95  16,647402  Muna  25,35 22,42 20,02  17,35  16,147403  Konawe/Kab Kendari  24,63 22,4 19,97  17,45  16,247404  Kolaka  25,35 22,46 20,46  18,9  17,627405  Konawe Selatan 18,31 16,74 15,17  13,49  12,577406  Bombana  20,51 18,25 16,63  15,7  14,687407  Wakatobi  24,51 22,53 20,42  18,49  17,107408  Kolaka Utara  26,29 24,08 21,88  20,04  18,767409  Konawe Utara  18,15 16,50 15,19  13,69  17,347410  Buton Utara  25,09 22,86 20,58  18,78  12,807471  Kota Kendari  10,15 8,53 7,88  8,02  7,467472  Kota Bau‐Bau  17,08 14,13 12,72  12,06  11,247500  GORONTALO  27,35 20,47 25,01  23,19  18,027501  Boalemo  29,21 23,17 20,74  19,82  21,907502  Gorontalo  32,07 24,10 21,48  18,87  21,317503  Pohuwato  29,74 23,28 21,15  18,73  21,587504  Bone Bolango  30,60 22,7 19,97  17,64  17,397505  Gorontalo Utara 33,18 23,94 21,5  19,58  19,227571  Kota Gorontalo 8,11 5,23 5,29  5,49  5,977600  SULAWESI BARAT  19,03 15,27 15,29  13,58  13,64

Page 108: Konten C9754a.pdf

   

97 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

7601  Majene  23,55 18,44 18,09  18,41  17,067602  Polewali Mamasa  24,96 21,8 21,37  21,24  19,667603  Mamasa  25,51 18,06 17,87  16,24  15,047604  Mamuju  10,43 8,11 8,13  8,16  7,597605  Mamuju Utara 9,22 6,52 6,47  6,2  5,778100  MALUKU  31,14 29,24 28,23  27,74  22,458101  Maluku Tenggara Barat  44,15 40,17 37,23  33,93  30,138102  Maluku Tenggara  35,98 32,90 30,71  30,7  27,168103  Maluku Tengah 36,03 32,61 30,48  28,41  25,158104  Buru  31,34 29,17 27,57  24,82  22,008105  Kepulauan Aru 36,88 41,08 38,77  34,96  30,968106  Seram Bagian Barat 37,85 35,19 33,11  30,08  26,708107  Seram Bagian Timur 39,83 36,98 34,67  31,44  27,948108  Maluku Barat Daya      0,0  39,22  34,498109  Buru Selatan      0,0  21,82  19,338171  Kota Ambon  6,51 7,92 7,61  7,67  6,838172  Kota Tual      30,42  32,01  28,178200  MALUKU UTARA  11,97 11,51 10,36  9,42  10,008201  Halmahera Barat  16,19 16,12 14,34  13,3  12,938202  Halmahera Tengah  30,18 28,52 26,64  24,56  22,688203  Kepulauan Sula 14,07 13,71 11,51  8,98  10,428204  Halmahera Selatan  12,95 12,54 10,97  9,51  8,118205  Halmahera Utara  9,63 8,90 7,93  7,82  8,458206  Halmahera Timur  21,54 21,13 19,55  19,3  20,728207  Pulau Morotai     0,0  10,59  11,618271  Kota Ternate  4,26 4,15 4,22  4,53  5,168272  Kota Tidore Kepulauan  7,43 6,54 6,01  7,07  7,349100  PAPUA BARAT 39,31 33,49 35,71  34,88  28,539101  Fak‐Fak  39,57 37,55 35,29  33,07  33,189102  Kaimana  35,22 23,25 23,51  20,77  20,849103  Teluk Wondana 53,34 47,36 48,47  44,25  43,869104  Teluk Bintuni  51,37 50,39 51,91  47,59  47,449105  Manokwari  47,34 43,57 40,8  37,27  33,959106  Sorong Selatan 28,05 26,66 26,76  28,01  22,939107  Sorong  33,84 33,95 34,45  32,58  33,389108  Raja Ampat  30,07 23,76 23,71  23,58  23,509109  Tambrauw      44,71     43,779110  Maybrat      40,13     40,169171  Kota Sorong  35,71 14,93 15,12  14,02  14,049400  PAPUA  40,78 35,53 37,53  36,8  31,259401  Merauke  31,56 15,69 15,44  14,54  13,229402  Jayawijaya  50,31 48,15 46,3  41,84  39,03

Page 109: Konten C9754a.pdf

98 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013

Kode  Provinsi/ kabupaten/kota  Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009  2010  2011

9403  Jayapura  30,91 21,80 20,77  18,64  17,309404  Nabire  45,56 37,56 35,69  33,68  30,869408  Yapen Waropen 43,54 37,31 36,13  33,54  30,769409  Biak Numfor  46,98 37,06 36,51  33,61  30,319410  Paniai  52,18 48,29 47,68  43,47  37,189411  Puncak Jaya    49,42 46,92  43,8  40,259412  Mimika  32,73 26,63 24,74  22,57  20,789413  Boven Digoel  29,52 27,49 27,01  25,79  23,529414  Mappi  34,04 36,23 34,94  33,11  30,149415  Asmat  33,49 39,77 38,69  35,4  32,389416  Yahukimo  48,34 50,63 49,61  46,21  42,499417  Pegunungan Bintang    45,81 43,77  40,08  36,239418  Tolikara  45,30 45,08 44,63  41,17  37,819419  Sarmi  31,20 24,52 22,63  21,09  19,429420  Keerom  27,07 27,19 25,57  24,12  21,989426  Waropen  46,93 44,50 44  39,88  36,239427  Supiori  53,25 50,92 50,66  45,75  42,739428  Membramo Raya      44,43  39,98  36,389429  Nduga      47,28  42,53  39,499430  Lanny Jaya      47,73  46,55  43,689431  Mamberamo Tengah      47,07  43,15  43,699432  Yalimo      47,76  44,13  40,659433  Puncak      49,2  44,65  40,779434  Dogiyai      36,57  33,96  30,409435  Intan Jaya      0,0  47,82  41,539436  Deiyai      0,0  49,58  45,769471  Kota Jayapura  25,30 18,67 17,87  17,31  16,03