iANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
KATA PENGANTAR
Pemahaman secara komprehensif terhadap persoalan kesenjangan antardaerah perlumenjadi acuan dalam perumusan perencanaan pembangunan, sehingga dapat mendukungkebijakan nasional dalam upaya pemerataan pembangunan di Indonesia. Untuk memberikanlandasan dalam menentukan arah kebijakan mengurangi kesenjangan antardaerah, diperlukandata dan informasi objektif, serta teknik pengolahan data tertentu sehingga dapat memberigambaran berbagai aspek yang menunjukkan adanya kesenjangan. Aspek-aspek yang memilikiurgensi tinggi untuk dilihat pada konteks kesenjangan adalah kesenjangan perekonomian daerahdan kesejahteraan masyarakat, serta aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari berbagai sumber yang kompeten danpengolahan data, telah dihasilkan berbagai informasi penting yang menggambarkan adanyakesenjangan. Informasi kesenjangan yang disajikan dalam buku ini dibagi menjadi 5 (lima)bagian yang meliputi: Bagian Pertama, berisi uraian yang menjadi latar belakang penyusunanbuku ini, dan penjelasan sistematika penyajian buku. Bagian Kedua, berisi uraian Metodologidan analisis kesenjangan antardaerah, bagian ketiga berisi uraian kesejangan perekonomianantardaerah, bagian keempat, berisi uraian Kesenjangan infrastruktur Antarwilayah, bagiankelima berisi uraian kesenjangan analisis Pendapatan dan Belanja Daerah. Data yang digunakandalam publikasi ini bersumber dari informasi yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik, PT.PLN, Departemen Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian/ Lembaga dan sumber data lainnya.
Informasi kesenjangan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahamanterhadap kondisi dan perkembangan kesenjangan di Indonesia dilihat dari beberapa aspek yangdibahas. Dengan demikian melalui informasi dari hasil analisis kesenjangan ini diharapkandapat menjadi benchmarking, sehingga kondisi atau kinerja tiap daerah bisa diperbandingkandengan daerah yang lain. Selanjutnya berdasarkan informasi kesenjangan antar daerah inidiharapkan dapat memberikan orientasi terhadap berbagai kebijakan dan program pengurangankesenjangan antardaerah.
Kami mengucapkan terimakasih atas segala dukungan berbagai pihak dalampenyusunan dan penerbitan buku ini. Kami sangat menghargai kritik dan saran dari berbagaipihak guna menyempurnakan publikasi ini pada edisi yang mendatang.
Jakarta, Desember 2013DeputiBidangPengembanganRegional
danOtonomiDaerah
Dr. Ir. Max H. Pohan, CES, MA
iii ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tim Penyusun
PENGARAH: Dr. Ir. Max H. Pohan, CES, MA
Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
PENANGGUNG JAWAB : Ir. Arifin Rudiyanto M.Sc, Ph.D
Direktur Pengembangan Wilayah
TIM PENYUSUN : Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D; Awan Setiawan, SE, MM, ME
Yudianto, ST, MT, MPP; Supriyadi, S.Si, MTP; Rudi Alfian, SE; Agung Widodo, SP, MIDEC; Fidelia Silvana, SP, M.Int.Econ & F;
Septaliana Dewi Prananingtyas, SE, M.Bus,Ec; Bimo Fachrizal Arvianto, S.Si; Hari Dwi Korianto, S.Kom, M.Si; Gatot Pambudhi Poetranto, S.Kom, MPM;
Ronny Komala Winoto, S.Kom.
TIM AHLI: Bambang Waluyanto; Nana Mulyana; Aziz Faizal Fachrudin; Setya Rusdianto;
Tri Supriyana; Iskandar Zulkarnaen
TIM PENDUKUNG: Anna Astuti; Eni Arni ; Sapto Mulyono;
Zulkarnaen, S.Kom; Cecep Supriyadi; Donny Yanuar.
Komentar, saran dan kritik dapat disampaikan ke:
Direktorat Pengembangan Wilayah Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta Pusat 10310
Telp/Fax. (021) 3193 4195 Email. [email protected]
v ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar isi v Daftar Tabel vii Daftar Gambar xi 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Sistematika Penyajian 3 2. METOLOGI ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 5
2.1. Analisis Kesenjangan Perekonomian Antarwilayah 5 2.1.1. Metode Analisis Pendapatan Regional 6 2.1.2. Metode Analisis Kesenjangan berdasarkan Pola dan Struktur
Pertumbuhan Ekonomi 6
2.2. Analisis Kesenjangan kesejahteraan Infrastruktur antarwilayah 8 2.3. Analisis Pendapatan dan Belanja Daerah 9 2.4. Metode Penyajian Kesenjangan. 10 9
3. KESENJANGAN EKONOMI ANTARWILAYAH 13
3.1. Kesenjangan Ekonomi Wilayah 13 3.1.1. Disparitas Nilai PDRB dan PDRB Antarwilayah. 13 3.1.2. Disparitas PDRB Perkapita Antarwilayah (Dispersion Ratio) 15 3.1.3. Kesenjangan Wilayah (Williamson Index) 21 3.1.4. Kesenjangan Pendapatan (Gini Ratio) 24
3.2. Kesenjangan Sosial 26
4. KESENJANGAN INFRASTRUKTUR ANTARWILAYAH 29
4.1. Kesenjangan Infrastruktur Jalan 30 4.1.1. Wilayah Sumatera 31 4.1.2. Wilayah Jawa Bali 32 4.1.3. Wilayah Nusa Tenggara 34 4.1.4. Wilayah Kalimantan 35 4.1.5. Wilayah Sulawesi 37 4.1.6. Wilayah Maluku dan Papua 38
4.2. Kesenjangan Infrastruktur Energi Listrik 40 4.2.1. Wilayah Sumatera 41 4.2.2. Wilayah Jawa – Bali 42 4.2.3. Wilayah Nusa Tenggara 43 4.2.4. Wilayah Kalimantan 43 4.2.5. Wilayah Sulawesi 44 4.2.6. Wilayah Maluku dan Papua 45
4.3. Kesenjangan Infrastruktur Telekomunikasi 46 4.3.1. Wilayah Sumatera 46 4.3.2. Wilayah Jawa – Bali 47 4.3.3. Wilayah Nusa Tenggara 48
vi ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
4.3.4. Wilayah Kalimantan 48 4.3.5. Wilayah Sulawesi 49 4.3.6. Wilayah Maluku dan Papua 50
5. ANALISIS PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 51
5.1. Analisis Pendapatan Daerah 51 5.1.1. Rasio Kemandirian Daerah 51 5.1.2. Rasio Pajak (Tax Ratio) 54 5.1.3. Ruang Fiskal Daerah 56
5.2. Analisis Belanja Daerah 59
5.2.1. Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Daerah 59 5.2.2. Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja 62 5.2.3. Rasio Belanja Modal Per Total Belanja 65 5.2.4. Rasio Belanja PerJumlah Penduduk 74 5.2.5. Rasio Belanja Modal PerJumlah Penduduk 76
5.3. Perimbangan Kondisi Keuangan Daerah Dengan Kondisi Sosial Masyarakat 68
LAMPIRAN 73
viiANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1.3.1.
Matrik Tipologi KlassenDistribusi Nilai PDRB ADHB menurut Pulau Tahun 2008-2012
713
3.2. Distrubusi Nilai PDRB ADHB Menurut Usaha Berdasarkan Pulau Tahun 2012 143.3. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Sumatera, Tahun 2007-2011 223.4. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Jawa Bali, Tahun 2007-2011 22
3.5. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Kalimantan , Tahun 2007-2011
23
3.6. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Sulawesi, Tahun 2007-2011 233.7. Index Williamson Menurut Provinsi di wilayah Nusa Tenggara,Maluku dan
Papua Tahun 2007-201124
3.8. Perkembangan Kesenjangan Golongan Pendapatan (Gini Ratio) MenurutProvinsi Tahun 2008-2012
25
4.1. Panjang Jalan, Luas wilayah dan Kerapatan Jalan Antar KBI dan KTI Tahun2010
30
4.2. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 324.3. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 334.4. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 354.5. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 364.6. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 384.7. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 404.8. Kondisi Jalan Nasional tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010 404.9. Perbandingan Ketersedian Infrastruktur Energi Listrik Antarwilayah di
Indonesia, Tahun 201141
4.10. Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Sumatera
41
4.11. Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Jawa Bali
42
4.12.
4.13.
4.14.
4.15.
4.16.
4.17.
Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Nusa TenggaraPerkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah KalimantanPerkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah SulawesiPerkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrisasi danKonsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Maluku dan PapuaPerbandingan Pengunaan Alat Telekomunikasi Antarwilayah, Tahun 2010Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Sumatera
43
44
44
45
46
474.18. Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon dan
Penerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Jawa-Bali47
4.19. Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Nusa Tenggara
48
4.20. Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Kalimantan
49
4.21. Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Sulawesi
49
4.22 Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan menurut Keberadaan Telepon danPenerimaan Sinyal Telepon Selular Diwilayah Maluku dan Papua
50
viii ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
5.1. Kabupaten/Kota Menurut Dua Puluh (20) Peringkat Tertinggi dan Terendahuntuk Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Tahun 2012
53
5.2. Rasio Pajak Kabupaten/Kota Menurut Dua Puluh (20) Peringkat Tertinggi danTerendah, Tahun 2011.
56
5.3. 20 Kabupaten/Kota Tertinggi dan 20 Kabupaten/Kota Terendah menurut ruangfiskal
58
5.4. Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Kabupaten dan Kota Menurut 20Peringkat Tertinggi dan Terrendah
62
5.5. Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung (PNSD)Terhadap Total BelanjaKabupaten dan Kota Tahun 2012
65
5.6. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Kabupaten dan Kota Tahun 2012 675.7. Hasil Analisis Kuadran Rata-rata Belanja Urusan Kesehatan Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/kota se-Provinsi dengan Kondisi Pendidikan Menurut Rata-rataLama Sekolah (RLS)
70
5.8. Hasil Analisis Kuadran Rata-rata Belanja Urusan Pendidikan PemerintahProvinsi dan Kabupaten/kota se-Provinsi dengan Kondisi Kesehatan MenurutUmur Harapan Hidup (UHH)
72
ixANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
3.1.
3.2
Perbandingan PDRB Perkapita (ADHB) dengan Migas Antarprovinsi, Tahun2012 (dalam juta/jiwa)Perbandingan PDRB Perkapita (ADHB) Tanpa Migas dan Dengan MigasBerdasarkan Dispersion Ratio Tahun 2012
15
15
3.3.
3.4
Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Sumatera Tahun 2007-2011Disparitas PDRB Perkapita Tanpa Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Sumatera Tahun 2007-2011
16
16
3.5.
3.6
Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Jawa+Bali Tahun 2007-2011Disparitas PDRB Perkapita Tanpa Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Jawa+Bali Tahun 2007-2011.
17
17
3.7. Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Kalimantan Tahun 2007-2011
18
3.8. Disparitas PDRB Perkapita Tanpa Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Kalimantan Tahun 2007-2011
18
3.9. Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Sulawesi Tahun 2007-2011
19
3.10. Disparitas PDRB Perkapita Tanpa Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Sulawesi Tahun 2007-2011
19
3.11. Disparitas PDRB Perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio perprovinsi di wilayah Nusa tenggara, Maluku dan Papua Tahun 2007-2011
20
3.12. Disparitas PDRB Perkapita tanpa Migas menurut Dispersion Ratio per provinsidi wilayah Nusa tenggara, Maluku dan Papua Tahun 2007-2011
20
3.13. CVw dari PRB Perkapita menurut Provinsi di wilayah Jawa-Bali, Tahun 2007-2011
21
3.14. Perbandingan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut ProvinsiTahun 2013(Februari)
26
3.15. Perbandingan IPM antarprovinsi Tahun 2011 273.16. Perbandingan Prosentase Proses Kelahiran ditolong Tenaga Medis Tahun 2011 27
4.1 Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan Antar wilayah Pulau, Tahun 2010 304.2 Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi Di
Wilayah Sumatera31
4.3 Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Sumatera
31
4.4. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Jawa Bali
32
4.5. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Jawa- Bali
33
4.6. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Nusa Tenggara
34
4.7. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Nusa Tenggara
34
4.8. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Kalimantan
35
4.9. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Kalimantan
36
4.10. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Sulawesi
37
x ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
4.11. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Sulawesi
37
4.12. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) AntarProvinsi DiWilayah Maluku dan Papua
39
4.13. Rasio jumlah Kendaraan Roda-4 Per KM, dan Panjang Jalan Per 1000Penduduk AntarProvinsi Di Wilayah Maluku dan Papua
39
5.1. Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Pemerintah Provinsi , Tahun 2008 dan2012
52
5.2. Rasio PAD terhadap total pendapatan Kabupaten/Kota se-Provinsi,Tahun 2007dan 2011
53
5.3. Tax Rasio Pemerintah Provinsi Tahun 2008-2012 555.4. Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Tahun 2008-2012 555.5. Ruag Fiskal Pemerintah Provinsi, Tahun 2012 575.6. Rata-rata Ruang Fiskal Kabupaten dan Kota Menurut Provinsi, Tahun 2012 585.7. Rasio Belanja pegawai terhadap Total Belanja masing-masing Pemerintah
Provinsi di Indonesia Tahun 2008-201260
5.8. Rasio Belanja Pegawai Kabupaten dan Kota Se-Provinsi terhadap TotalBelanja Pemerintah Di Indonesia Tahun 2008-2012
61
5.9. Rasio Belanja Pegawai Tidak langsung terhadap Total Belanja masing- masingPemerintah Provinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012
63
5.10. Rasio Belanja Pegawai Tidak langsung terhadap Total Belanja masing- masingPemerintah Kabupaten dan Kota Di Indonesia Tahun 2008-2012
64
5.11. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja masing-masing PemerintahProvinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012
66
5.12. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja masing-masing PemerintahKabupaten dan Kota Se-Provinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012
67
5.13. Perimbangan Indeks harapan Hidup dengan Belanja Pemerintah UrusanKesehatan
69
5.14. Perimbangan Rata-rata Lama Sekolah dengan Belanja Pemerintah UrusanPendidikan
71
1 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesenjangan antarwilayah di Indonesia tidak terlepas dari adanya keragaman potensi sumber daya alam, letak geografis, kualitas sumber daya manusia, ikatan etnis atau politik. Keberagaman ini dapat menjadi sebuah keunggulan dalam satu sisi, namun disisi lain dapat berpotensi menjadi sumber instabilitas sosial dan politik nasional. Untuk itu, maka penyelenggaraan pembangunan secara terencana dan berorientasi terhadap pengurangan kesenjangan antarwilayah menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pemahaman secara komprehensif terhadap persoalan kesenjangan tersebut perlu menjadi acuan dalam perumusan perencanaan pembangunan, sehingga dapat mendukung upaya pemerataan pembangunan di Indonesia.
Kesenjangan pendapatan di suatu daerah akan menimbulkan berbagai permasalahan, seperti peningkatan migrasi dari daerah yang miskin ke daerah yang lebih maju, kriminalitas, dan konflik antar masyarakat. Dalam konteks kenegaraan kesenjangan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang kemudian akan mengancam keutuhan suatu negara. Maka dari itu, kesenjangan harus diatasi oleh pemerintah dengan mendorong daerah yang miskin untuk mampu mengejar ketertinggalan perekonomiannya terhadap daerah yang sudah kaya
Meskipun tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, kesenjangan antar daerah tetap harus diupayakan untuk dikurangi. Salah satu prinsip dasar yang harus dipegang para pengambil kebijakan adalah bahwa kesenjangan perekonomian antar daerah masih dapat ditoleransi sejauh tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional dan tidak menciptakan ketidakmerataan pendapatan yang luar biasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, upaya melakukan redistribusi pendapatan masyarakat haruslah mendapatkan prioritas utama dibandingkan redistribusi perekonomian daerah. Satu hal lagi yang harus dilakukan dalam upaya mengurangi kesenjangan perekonomian antar daerah adalah mengurangi jarak antara daerah terkaya dengan daerah termiskin, melalui upaya khusus untuk mengangkat daerah termiskin secara signifikan.
Penyebab terjadinya kesenjangan yang terjadi antardaerah di Indonesia diantaranya dapat diakibatkan oleh kesenjangan ketersediaan infrastruktur dan kemampuan keuangan antardaerah. Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat membantu mendorong berbagai kegiatan ekonomi melalui fungsinya yang dapat melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Sementara itu kesenjangan dari sisi kemampuan keuangan antardaerah dapat dilihat dari aspek jumlah pendapatan daerah, dan kualitas belanja daerah. Kedua aspek di atas memiliki pengaruh nyata terhadap kinerja perekonomian daerah.
2 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Selain kedua aspek tersebut diatas, masalah klasik dan mendasar terjadinya kesenjangan antardaerah tersebut potensi ekonomi yang tidak sama. Ada beberapa wilayah atau provinsi yang memiliki berbagai sumber daya alam berlimpah, tidak akan permasalahan dalam membangun kegiatan ekonomi sebagai pusat perumbuhan dan kesenjangan pembangunan antardaerah terutama terjadi antara perdesaan dan perkotaan, antara Pulau Jawa dan luar Jawa, antara antara pusat-pusat pertumbuhan dengan kawasan hinterland dan kawasan perbatasan, serta antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Berbagai permasalahan yang masih dihadapi adalah masih terdapatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah di Indonesia. Indikasi ketimpangan pembangunan tersebut dapat dilihat dari perbedaan tingkat kesejahteraan dan perkembangan ekonomi antar wilayah. Data BPS tahun 2012 menunjukah bahwa perkembangan aktivitas ekonomi masih terkonsentrasi di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera dengan share terbesar 82,64 persen, dan kemiskinan tahun 2013 terkonsentrasi di wilayah Jawa-Bali, yaitu sebanyak 15,52 juta jiwa dan berikutnya di wilayah Sumatera sebanyak 6,2 juta jiwa. Namun, secara persentase, angka kemiskinan di DKI Jakarta menunjukkan angka yang paling kecil, yaitu hanya sekitar 3,5 persen sedangkan angka persentase kemiskinan di wilayah Papua mencapai persentase terbesar, yaitu 30,22 persen. Ketimpangan pelayanan sosial dasar yang tersedia, seperti pendidikan, kesehatan, dan air bersih juga terjadi antar wilayah, khususnya di Kawasan Timur Indonesia ketersediannya minim sekali.
Untuk memberikan orientasi dalam memperkuat kebijakan upaya mengurangi kesenjangan tersebut, diperlukan data dan informasi objektif, serta teknik pengolahan data tertentu sehingga dapat memberi gambaran adanya kesenjangan antarwilayah. Informasi yang dikembangkan dalam análisis kesenjangan ini mencakup dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal memberikan gambaran tentang keadaan di dalam tiap daerah, sedangkan dimensi eksternal menggambarkan posisi relatif keadaan daerah terhadap daerah lainnya. Dengan demikian informasi ini mengandung sifat benchmarking, sehingga kondisi atau kinerja tiap daerah bisa diperbandingkan dengan daerah yang lain. Lebih lanjut juga diharapkan bisa diketahui corak keadaan tiap daerah atau kelompok daerah.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka Direktorat Pengembangan Wilayah berinisiatif menyusun Buku Analisis Kesenjangan Antarwilayah. Melalui berbagai temuan dari hasil análisis kesenjangan ini diharapkan dapat memberikan alternatif dalam penguatan perencanaan yang berbasis wilayah.
3 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
1.2. Sistematika Penyajian
Buku ini menyajikan data dan informasi yang terkait dengan kesenjangan antarwilayah, dengan lingkup informasi mengenai beberapa teori pembangunan dan kesenjangan antarwilayah, serta informasi mengenai hasil analisis kesenjangan dilihat dari perspektif perekonomian daerah, kesejahteraan masyarakat, serta kemampuan keuangan daerah. Rincian dari informasi tersebut disajikan dalam 5 Bab, dengan gambaran singkat dari setiap bab adalah sebagai berikut:
BAB I : berisi mengenai latar belakang dari penyajian buku analisis
kesenjangan antarwilayah; BAB II : berisi mengenai metodologi pendekatan untuk melihat kesenjangan
antarwilayah dalam aspek perekonomian daerah, analisis kesejahteraan masyarakat, analisis kemampuan keuangan antarwilayah, serta metode penyajian kesenjangan antarwilayah
BAB III : berisi mengenai hasil analisis perekonomian daerah BAB IV : berisi mengenai hasil analisis kesenjangan infrastruktur antardaerah BAB V : berisi mengenai hasil analisis kesenjangan kemapuan keuangan
daerah
5ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
BAB 2METODOLOGI ANALISIS
KESENJANGAN ANTARWILAYAH
Kesenjangan berarti suatu gambaran terhadap fakta (kondisi) yang tidak homogen,yang di dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan yang membutuhkan perhatian. Atas dasarpengertian tersebut, analisis kesenjangan antarwilayah dimaksudkan untuk memberigambaran fakta-fakta perbedaan perkembangan kondisi hasil pembangunan antarwilayah,juga terkandung informasi mengenai perbandingan antarwilayah dan informasi adanyagap (kesenjangan) antaradaerah yang maju dan tertinggal.
Peta kesenjangan antarwilayah ini dibangun melalui pendekatan pengolahan danteknik penyajian data, sehingga dapat memberi gambaran fakta kesenjangan antarwilayah.Berdasarkan temuan fakta kesenjangan ini, selanjutnya diharapkan dapat menjadi dasardalam menentukan isu dan permasalahan strategis yang perlu direspon melalui kebijakandan program pembangunan.
Bertitik tolak dari fakta kesenjangan tersebut, melalui publikasi analisiskesenjangan antarwilayah ini, akan menyajikan beberapa fakta kesenjangan antarwilayahyang meliputi: (1) Kesenjangan perekonomian antarwilayah, (2) Kesenjangankesejahteraan antarwilayah, (3) Kesenjangan kemampuan fiskal antarwilayah, dan (4)Keseimbangan antara kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengankemampuan fiskal daerah.
2.1. Analisis Kesenjangan Perekonomian AntarwilayahUntuk merepresentasikan pendapatan regional, digunakan parameter output
regional (pendekatan produksi) yang sangat terkait dengan area tertentu, dalam hal inikabupaten/kota digunakan sebagai satuan terkecil.Data yang digunakan ialah ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) menurut kabupaten/kota. Dalam hal ini, PDRBmenunjukkan total nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh perekonomian suatu daerah(kabupaten/kota) selama satu tahun. Data yang digunakan berasal dari regional accountmenurut kabupaten/kota yang mulai dipublikasikan oleh BPS secara konsisten sejak tahun1993. Selanjutnya digunakan nilai PDRB per kapita untuk menunjukkan nilai outputdibagi jumlah penduduk di area tersebut. Semakin tinggi nilai PDRB per kapita berartisemakin tinggi kekayaan daerah (region prosperity) di daerah tersebut, dengan kata lainnilai PDRB per kapita dianggap merefleksikan tingkat kekayaan daerah. Untuk melihattingkat kesenjangan PDRB perkapita antar kabupaten/kota menurut masing-masingprovinsi dilakukan dengan analisis Dispersion Ratio, yaitu PDRB perkapita tertinggiterhadap PDRB perkapita terendah dengan mengunakan data series. Dispersion rasiodengan angka persebaran tinggi maka menunjukan bahwa kesenjangan PDRB perkapitaantardaerah tinggi dan sebaliknya.
6 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
2.1.1. Metode Analisis Pendapatan RegionalMetode analisis kesenjangan regional dapat ditunjukkan berdasarkan perhitungan
disparitas PDRB Perkapita antarwilayah, perhitungan yang digunakan dalam analisiskesenjangan pendapatan antarwilayah adalah Indeks Williamson (CVw). IndeksWilliamson ini sederhana dan populer digunakan untuk mengukur kesenjanganpendapatan regional, khususnya pendapatan dalam pengertian indikator PDRB per kapita.
1. Pendapatan per Kapita Pendapatan per kapita didekati dari angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
per kapita, yaitu perhitungan PDRB di suatu kabupaten/kota dibagi oleh populasikabupaten/kota tersebut. Formulasi untuk menghitung pendapatan per kapita adalah:
Data yang digunakan untuk mengolah variabel ini berasal dari buku PDRBKabupaten dan Kota serta Kabupaten dalam Angka.
2. CVw (CV Williamson)Indeks Williamson merupakan pendekatan untuk mengukur derajat ketimpanganantar wilayah berdasarkan PDRB perkapita. Formula ini pada dasarnya sama dengancoefficient of variation (CV) biasa dimana standar deviasi dibagi dengan rataan.Williamson (1965) memperkenalkan CV ini dengan menimbangnya dengan proporsipenduduk, yang disebut CVw. Formulanya adalah sebagai berikut:
=( )
Dimana:
CVw = Weighted coefficient of variationni = Penduduk di daerah i
n = Penduduk totalYi = PDRB perkapita di daerah i
Y = Rata-rata PDRB perkapita untuk semua daerah
KotaKabupaten/PendudukJumlahKotaKabupaten/PDRBNilaiPerkapitaPendapatan
7ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
2.1.2. Metode Analisis Kesenjangan Berdasarkan Pola dan Struktur PertumbuhanEkonomi.
Tipologi Klassen juga merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yangdigunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomisuatu daerah. Pada pengertian ini, Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkanpertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuanatau nasional dan membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah dengan PDRBper kapita daerah yang menjadi acuan atau PDB per kapita (secara nasional).
Melalui Analisis Tipologi Klassen ini selain dapat dapat digunakan untukmengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan memperhatikan perekonomiandaerah yang diacunya, dan mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditiunggulan suatu daerah, juga dapat memberi gambaran adanya kesenjangan antarwilayahberdasarkan posisi perekonomian yang dimiliki suatu daerah terhadap perekonomiannasional maupun daerah yang diacunya.
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, pengguna analisis tipologi Klassenakanmendapatkan manfaat sebagai berikut: (1) Dapat membuat prioritas kebijakan daerahberdasarkan keunggulan sektor, subsektor, usaha, atau komoditi daerah yang merupakanhasil analisis tipologi Klassen; (2) Dapat menentukan prioritas kebijakan suatu daerahberdasarkan posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupundaerah yang diacunya; dan (3) Dapat menilai suatu daerah baik dari segi daerah maupunsektoral.
Tabel 2.1:Matriks Tipologi Klassen
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi
Rendah Tinggi
Rata-rata PD
RB
Perkapita Tinggi
Kuadran IIDaerah Maju tetapiTertekan (high income butlow growth)
Kuadran IDaerah Cepat Maju danCepat-Tumbuh (high growthand high income)
Rendah
Kuadran IIIDaerah Relatif Tertinggal(low growth and lowincome).,
Kuadran IVDaerah sedang Berkembang(high growth but low income)
Penjelasan dari matriks di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakankuadran daerah dengan laju pertumbuhan PDRB yang lebih besar dibandingkanpertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional dan memiliki
8 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
pertumbuhan PDRB per kapita yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRBper kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.
2. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran inimemiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhanPDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional, tetapi memiliki pertumbuhanPDRB per kapita yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapitadaerah yang menjadi acuan atau secara nasional.
3. Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran inimerupakan kuadran untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebihtinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional,tetapi pertumbuhan PDRB per kapita daerah tersebut lebih kecil dibandingkandengan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secaranasional.
4. Daerah relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yangmemiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhanPDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional dan sekaligus pertumbuhanPDRB per kapita yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapitadaerah yang menjadi acuan atau secara nasional.
2.2. Analisis Kesenjangan Infrastruktur AntarwilayahUntuk melihat adanya kesenjangan infrastruktur antarwilayah, dilakukan
perbandingan ketersediaan dan dukungan infrastruktur sesuai dengan jenisnya. Jenisinfrastruktur yang akan menunjukkan adanya kesenjangan meliputi infrastruktur jalan,energi listrik dan telekomunikasi. Indikator yang digunakan meliputi kuantitas dankualitas dari ketersediaan infrastruktur, serta beberapa indikator yang dihitungberdasarkan formula sebagai berikut:
1. Rasio Kerapatan Jalan
Rasio kerapatan jalan ditunjukkan oleh rasio panjang jalan (Km) terhadap Luaswilayah (Km2). Rasio kerapatan jalan memiliki makna tinggi rendahnya tingkataksesibilitas antardaerah, yaitu semakin besar angka rasio kerapatan jalan makakemudahan dalam menjangkau antardaerah yang dihubungkan oleh infrastruktur jalandisuatu wilayah semakin besar, dan sebaliknya.
2. Energi Terjual Perkapita (kWh/ Kapita)
Energi Terjual Perkapita menunjukkan energi yang terjual kepada pelanggan atauenergy (kWh) yang terjual kepada pelanggan TT (tegangan Tinggi), TM (TeganganMenengah) dan TR (Tegangan Rendah dibagi dengan jumlah penduduk.
9ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
3. Rasio Elektrifikasi
Merupakan rasio antara jumlah rumah tangga pengguna energi listrik PLN dibagidengan total jumlah rumah tangga (di kali 100%).
2.3. Analisis Pendapatan dan Belanja DaerahAnalisis keuangan diarahkan untuk mengetahui sisi pendapatan daerah dan belanja
pembangunan. Analisis dari sisi pendapatan, meliputi:
Tax Ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak suatu daerahterhadap pendapatan suatu output perekonomian atau produk Domestik RegionalBruto (PDRB). Terkait dengan rasio pajak, PDRB menggambarkan jumlahpendapatan potensial yang dapat dikenai pajak. PDRB juga menggambarkan kegiatanekonomi masyarakat yang jika berkembang dengan baik merupakan potensi yangbaik bagi pengenaan pajak di wilayah tersebut.
Ruang Fiskal merupakan rasio yang menggambarkan besarnya pendapatan yangmasih bebas digunakan oleh daerah untuk mendanai program/kegiatan sesuaikebutuhannya. Penghitungan Ruang Fiskal diperoleh dengan mengurangkan seluruhpendapatan dengan pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked)dan belanja wajib seperti belanja pegawai dan bunga.
Rasio kemandirian daerah dicerminkan oleh rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)terhadap total pendapatan, serta rasio transfer terhadap total pendapatan. Dua rasiotersebut memiliki sifat berlawanan, yaitu semakin tinggi rasio PAD semakin tinggikemandirian daerah dan sebaliknya untuk rasio transfer. Posisi tertinggi dan terendahrasio transfer umumnya berkebalikan dengan posisi provinsi yang bersangkutan padarasio PAD
Analisis dari sisi belanja daerah, meliputi:
Rasio belanja pegawai terhadap total belanja. Semakin tinggi angka rasionya makasemakin besar proporsi APBD yang dialokasikan untuk belanja pegawai dan begitusebaliknya semakin kecil angka rasio belanja pegawai maka semakin kecil pulaproporsi APBD yang dialokasikan untuk belanja pegawai APBD. Belanja pegawaiyang dihitung dalam rasio ini melipui belanja pegawai langsung dan belanja pegawaitidak langsung.
Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja. Rasio belanja pegawaitidak langsung terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanja daerahterhadap pembayaran gaji pegawai (PNSD). Semakin besar rasionya maka semakinbesar belanja daerah yang dibelanjakan untuk membayar gaji pegawai daerah dansebaliknya, semakin kecil angka rasionya maka semakin kecil belanja daerahyang dipergunakan untuk membayar gaji pegawai daerah.
Rasio belanja modal per total belanja. Rasio belanja modal terhadap total belanjadaerah mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk belanja modal.
10 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Belanja Modal sendiri ditambah belanja barang dan jasa, merupakan belanjapemerintah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatudaerah selain dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Oleh karena itu,semakin tinggi angka rasionya, semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhanekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin buruk pengaruhnyaterhadap pertumbuhan ekonomi.
Semua rasio tersebut menunjukkan kecenderungan pola belanja daerah, apakahsuatu daerah cenderung mengalokasikan dananya untuk belanja yang terkait eratdengan upaya peningkatan ekonomi, seperti belanja modal, atau untuk belanja yangsifatnya untuk pendanaan aparatur, seperti belanja pegawai tidak langsung.
2.4. Metode Penyajian KesenjanganKesenjangan berarti suatu gambaran terhadap fakta (kondisi) yang tidak homogen,
yang di dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan yang membutuhkan perhatian. Atas dasarpengertian tersebut, penyusunan profil kesenjangan antarwilayah dimaksudkan untukmemberi gambaran fakta-fakta perbedaan perkembangan kondisi hasil pembangunanantarwilayah, juga terkandung informasi mengenai perbandingan antarwilayah yang majudan tertinggal.
Kondisi kesenjangan antarwilayah ini akan dilakukan melalui pendekatan analisisdata dengan perhitungan indeks yang sudah lajim digunakan, dan dibangun melaluipendekatan pengolahan dan teknik penyajian data. Penyajian dengan cara ini diharapkanakan lebih memberikan informasi yang lebih utuh baik secara kuantitatif maupun dimensiruangnya. Dalam Profil Kesenjangan Kesejahteraan Masyarakat Antarwilayah ini lingkupunit-unit yang akan diperbandingkan dipilih sedemikian rupa sehingga akanmenunjukkan:
1. Kesenjangan antarwilayah
Kesenjangan bentuk ini adalah komparatif antarwilayah (kabupaten/kota) yangdisajikan dalam suatu pengamatan yang agregat terhadap seluruh kabupaten/kotayang ada di wilayah Indonesia.
2. Kesenjangan antarwilayah dalam kelompok terdefinitif (cluster padaintegrasi spasial, provinsi, pulau, dsb.)
Dalam bentuk ini kesenjangan dilihat dalam suatu lingkup wilayah yangterdefinitif seperti kesenjangan antarwilayah dalam lingkup satu provinsi, satupulau, dan lainnya. Misalnya kesenjangan antarwilayah (kabupaten/kota) dalamsuatu provinsi, kesenjangan antarwilayah (kabupaten/kota) di Pulau Jawa, dansebagainya.
Untuk menggambarkan perbandingan melalui pendekatan di atas, akan disajikan melaluiformat sebagai berikut:
• Grafik, berisi ilustrasi hasil pengolahan data tabular seperti perankingan kabupatendan kota berdasarkan olahan suatu variabel. Grafik ini juga untuk menggambarkan
11ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
nilai-nilai ekstrim seperti grafik 10 kabupaten/kota tertinggi dan 10 kabupaten/kotaterrendah dan mengambarkan perbandingan antara kabupaten/kota tertinggi dengankabupaten terrendah seperti grafik perbandingan 10 kabupaten/kota tertinggi dengan10 kabupaten/kota terrendah.
• Diagram Pencar (Scatter Plot), berisi pemetaan kondisi dan kedudukankota/kabupaten dilihat dari dua atau tiga aspek variabel yang saling terkait dandinilai mampu memberikan makna yang lebih berarti.lihat Boks 1.
BOKS 1.
KETERANGAN SALIB SUMBU
Variabel 1 merupakan variabel yang dipertimbangkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap variabel 2, danvariabel 2 dapat merupakan variabel output, outcome atau impact.
Kuadran I: merupakan kelompok provinsi yang berada di atas rata-rata niai variabel 1 dan 2.
Kuadran II: merupakan kelompok provinsi yang berada di atas rata-rata variabel 2, dan berada di bawah rata-ratavariabel 1.
Kuacran III: merupakan kelompok provinsi yang berada di bawah rata-rata niai variabel 1 dan 2.
Kuadran IV: merupakan kelompok provinsi yang berada di bawah rata-rata variabel 2, dan berada di atas rata-ratavariabel 1.
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00VARIABEL 1
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
VARIA
BEL 2
Kuadran IKuadran II
Kuadran III Kuadran IV
Nila
i Rata-ra
ta V
ariabe
l 1
Nilai Rata-rata Variabel 2
13 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
BAB 3 KESENJANGAN EKONOMI
ANTARWILAYAH
3.1. Kesenjangan Ekonomi Wilayah
3.1.1. Disparitas Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Antarwilayah Distribusi nilai PDRB antar provinsi tahun 2011, menunjukkan tingkat
kesenjangan yang cukup tinggi, berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dari tahun 2008-2012 menunjukan nilai PDRB selama periode tersebut share terbesar masih terkonsentrasi di Wilayah Jawa-Bali dan Wilayah Sumatera. Kontribusi PDRB dari wilayah tersebut tahun 2012 mencapai sekitar 82,64 persen terhadap perekonomian nasional, sementara untuk wilayah lainnya relatif rendah terutama wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua hanya sebesar 3,32 persen.
Tabel 3.1: Distribusi Nilai PDRB ADHB menurut Pulau Tahun 2008-2012.
Wilayah 2008 2009 2010 2011 2012 Sumatera 22.90 22.69 23.12 23.57 23.77 Jawa-Bali 59.21 59.88 59.33 58.81 58.87 Kalimantan 10.36 9.21 9.15 9.55 9.30 Sulawesi 4.19 4.46 4.52 4.61 4.74 Nustra, Maluku, & Papua 3.34 3.76 3.88 3.46 3.32 Luar Jawa+Bali 40.79 40.12 40.67 41.19 41.13
Sumber: BPS tahun 2012.
Besarnya kontribusi pendapatan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera ditunjukan dengan tingkat perkembangan aktivitas ekonomi di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera jauh lebih maju dibandingkan terhadap wilayah di luar Jawa-Bali dan Sumatera. Perkembangan ekonomi di Jawa-Bali dan Sumatera didominasi oleh sektor sekunder dan tersier yang pertumbuhannya relatif cepat dan lebih berorientasi ke industri pengolahan dan manufaktur, dan pelayanan jasa. Sementara untuk perekembangan aktivitas ekonomi di luar wilayah Jawa-Bali dan Sumatera masih didominasi oleh sektor primer, yaitu pertanian dan pertambangan, sementara untuk sektor sekunder dan tersier pertumbuhannya relatif lambat.
14 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 3.2: Distribusi Nilai PDRB ADHB menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Pulau Tahun 2012.
Perta
nian
Perta
mba
ngan
&
Pen
ggal
ian
Indu
stri
Peng
olah
an
List
rik,G
as &
A
ir B
ersi
h
Kon
truks
i
Perd
agan
gan,
H
otel
&
Res
tora
n
Peng
angk
utan
&
Kom
unik
asi
Keu
anga
n,R
eal
Esta
te &
Jasa
Pe
rusa
haan
Jasa
-Lai
nnya
P. Sumatera 21.32 16.13 19.48 0.56 6.93 15.42 6.83 4.64 8.70 P. Jawa+Bali 10.30 1.26 27.22 1.60 6.67 23.96 7.96 10.70 10.34 P. Kalimantan 11.84 35.75 19.47 0.37 4.50 12.37 5.34 3.74 6.62 P. Sulawesi 27.18 5.43 9.50 0.82 8.10 16.57 8.39 6.70 17.32 P. Nustra, Maluku & Papua 20.60 21.94 12.71 0.34 9.08 12.39 6.49 3.69 12.76 Wil. Jawa+Bali dan Sumatera 13.47 5.54 24.99 1.30 6.74 21.50 7.63 8.96 9.86
Luar Jawa Bali & Sumatera 17.71 24.83 15.46 0.49 6.36 13.52 6.39 4.54 10.72
Kesenjangan perekonomian antarwilayah dapat digambarkan dari output regional berdasarkan PDRB perkapita. Kesenjangan pendapatan antar provinsi menunjukan angka cukup tinggi atau disparitas cukup tinggi, diakibatkan adanya nilai PDRB perkapita dibeberapa provinsi yang jauh lebih besar dari rata-rata PDB perkapita nasional, berdasarkan data BPS tahun 2012 PDRB perkapita dengan migas sebanyak lima provinsi dengan PDRB perkapita jauh berada diatas rata-rata nasional dengan nilai tertinggi mencapai 112,14 juta rupiah per jiwa di Provinsi DKI Jakarta dan sebanyak 28 provinsi dengan PDRB perkapita jauh dibawah rata-rata nasional dengan PDRB perkapita paling rendah adalah sebesar 6,37 juta rupiah per jiwa di Provinsi Maluku Utara. Tingginya PDRB perkapita di Kalimantan Timur dan Riau disebabkan wilayah tersebut memiliki sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak dan gas bumi, bahan tambang, dan sumberdaya hutan. Di Kepulauan Riau disebabkan adanya Kota Batam yang merupakan pusat kegiatan industri dan perdagangan antar Negara. Sementara DKI Jakarta merupakan pusat kegiatan sektor industri, jasa dan perdagangan.
Sementara perkembangan tingkat kesenjangan dilihat berdasarkan Dispersion ratio atau rasio antara PDRB perkapita tertinggi terhadap PDRB perkapita terendah (Gambar 3.2), menunjukan bahwa tingkat perkembangan kesenjangan antarprovinsi selama periode tahun 2002-2008 cenderung meningkat atau kesenjangan semakin tinggi, baik untuk PDRB perkapita dengan migas dan tanpa migas. Namun perkembangan dalam empat tahun terakhir tingkat kesenjangan cenderung menurun, terutama untuk PDRB perkapita dengan migas.
15 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Gambar 3-1.
Perbandingan PDRB Perkapita (ADHB) dengan Migas Antarprovinsi, Tahun 2012. (dalam juta/jiwa)
Gambar 3-2.
Perbandingan PDRB Perkapita (ADHB) Tanpa Migas dan Dengan Migas Berdasarkan Dispersion Ratio Tahun 2012.
3.1.2. Disparitas PDRB Perkapita Antarwilayah (Dispersion Ratio)
Wilayah Sumatera.
Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota) menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Sumatera dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.3). Tingkat kesenjangan paling tinggi yaitu di Provinsi Aceh, dan tingkat kesenjangan paling rendah di Provinsi Kep. Bangka Belitung. Dilihat dari perkembangan tingkat kesenjangan selama 2007-2011, terlihat tingkat kesenjangan hampir diseluruh provinsi menurun kecuali di Provinsi Riau meningkat dari tahun 2009 hingga tahun 2011.
6,37
109,66112,14
27,26
33,75
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00Malut
Maluku
NTT
Goron
talo
NTB
Sulbar
Bengkulu
Sultra
DIY
Kalbar
Jateng
Lampu
ng
Sulte
ng
Banten
Sulse
l
Kalse
l
Sulut
Aceh Bali
Jabar
Sumbar
Jambi
Kalte
ng
Papu
a
Babe
l
Jatim
Sumut
Sumsel
Kepri
Pubar
Riau
Kaltim
DKI Jakarta
PDRB Perkapita Prov.PDRB Perkapita_33 Prov.PDB Perkapita
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
22,00
24,00
26,00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB Perkapita dgnMigas
PDRB Perkapitatanpa Migas
16 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Gambar 3-3. Disparitas PDRB perkapita dengan Migas Menurut Dispersion Ratio Per Provinsi
di Wilayah Sumatera, Tahun 2007-2011
Gambar 3-4. Disparitas PDRB perkapita Tanpa Migas Menurut Dispersion Ratio Per Provinsi
di Wilayah Sumatera, Tahun 2007-2011
2007 2008 2009 2010* 2011**
Aceh 14,316 13,834 12,529 11,598 10,701
SUMATERA UTARA 5,833 6,249 6,323 6,223 6,166
SUMATERA BARAT 3,219 3,224 3,084 3,023 2,937
RIAU 5,252 5,930 5,195 6,360 6,716
JAMBI 3,975 4,562 5,014 4,996 4,871
SUMATERA SELATAN 6,909 6,938 5,853 5,618 5,381
BENGKULU 3,461 3,430 3,384 3,250 3,303
LAMPUNG 2,680 2,896 3,194 3,269 3,136
KEP. BANGKA BELITUNG 2,001 2,101 2,116 2,114 2,090
KEPULAUAN RIAU 6,805 6,199 6,429 6,100 5,629
0,000
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Dispe
rsion Ra
tio
2007 2008 2009 2010* 2011**
Aceh 5,351 5,810 6,201 6,513 6,754
SUMATERA UTARA 5,833 6,249 6,323 6,223 6,166
SUMATERA BARAT 3,219 3,224 3,084 3,023 2,937
RIAU 2,688 2,659 2,612 2,452 2,536
JAMBI 2,073 2,067 2,252 2,301 2,221
SUMATERA SELATAN 2,813 2,854 2,849 2,871 3,056
BENGKULU 3,461 3,430 3,384 3,250 3,303
LAMPUNG 2,680 2,896 3,194 3,269 3,136
KEP. BANGKA BELITUNG 2,136 2,214 2,259 2,204 2,176
KEPULAUAN RIAU 4,921 4,725 4,311 4,226 4,232
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Dispe
rsion Ra
tio
17 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Wilayah Jawa-Bali Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota)
menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Jawa+Bali dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.5). Tingkat kesenjangan paling tinggi yaitu di Provinsi Jawa Timur, dan paling rendah di Provinsi Bali. Dilihat dari perkembangan tingkat kesenjangan selama 2007-2011, terlihat tingkat kesenjangan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, sementara tingkat kesenjangan di Provinsi Bali dan Banten relatif menurun dari tahun sebelumnya.
Gambar 3-5. Disparitas PDRB perkapita dengan Migas Menurut Dispersion Ratio Per Provinsi
di Wilayah Jawa+Bali, Tahun 2007-2011.
Gambar 3-6. Disparitas PDRB perkapita dengan Tanpa Migas Menurut Dispersion Ratio Per Provinsi
di Wilayah Jawa-Bali, Tahun 2007-2011.
2007 2008 2009 2010* 2011**
DKI JAKARTA 4,222 4,445 4,550 4,620 4,675
JAWA BARAT 5,606 5,391 4,952 4,864 12,681
JAWA TENGAH 11,386 12,566 11,770 11,414 11,437
D I YOGYAKARTA 3,156 3,188 3,210 3,323 3,354
JAWA TIMUR 33,732 33,692 34,215 34,516 35,167
BANTEN 12,250 12,189 12,063 11,948 11,903
BALI 2,614 2,570 2,648 2,634 2,582
0,000
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Dispe
rsion Ra
tio
2007 2008 2009 2010* 2011**
DKI JAKARTA 13,562 14,668 14,459 14,761 14,971
JAWA BARAT 5,506 5,293 4,865 4,839 12,681
JAWA TENGAH 9,048 8,962 8,506 8,150 7,975
D I YOGYAKARTA 3,156 3,188 3,210 3,323 3,354
JAWA TIMUR 33,732 33,692 34,215 34,516 35,167
BANTEN 12,250 12,189 12,063 11,948 11,903
BALI 2,614 2,570 2,648 2,634 2,582
0,000
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Dispe
rsion Ra
tio
18 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Wilayah Kalimantan Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota)
menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Kalimantan dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.7). Tingkat kesenjangan paling tinggi yaitu di Provinsi Kalimantan Timur, dan paling rendah di Provinsi Kalimantan Tengah. Dilihat dari perkembangan tingkat kesenjangan selama 2007-2011, terlihat tingkat kesenjangan di seluruh provinsi menurun.
Gambar 3-7. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio Per
Provinsi di Wilayah Kalimantan. Tahun 2007-2011.
Gambar 3-8. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio Per
Provinsi di Wilayah Kalimantan. Tahun 2007-2011.
2007 2008 2009 2010* 2011**
KALIMANTAN BARAT 3,858 3,941 4,198 4,130 4,060
KALIMANTAN TENGAH 2,575 2,389 2,232 2,161 2,153
KALIMANTAN SELATAN 4,884 4,792 4,621 4,445 4,409
KALIMANTAN TIMUR 8,625 9,600 9,558 9,577 9,598
0,000
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Dispe
rsion Ra
tio
2007 2008 2009 2010* 2011**
KALIMANTAN BARAT 3,858 3,941 4,198 4,130 4,060
KALIMANTAN TENGAH 2,575 2,389 2,232 2,161 2,153
KALIMANTAN SELATAN 4,884 4,792 4,621 4,445 4,409
KALIMANTAN TIMUR 25,053 27,382 20,514 18,053 17,888
0,000
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
Dispe
rsion Ra
tio
19 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Wilayah Sulawesi
Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota) menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Sulawesi dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.9), menunjukan bahwa tingkat kesenjangan di Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah cenderung meningkat, sementara untuk provinsi lainnya menunjukan trend menurun. Tingkat kesenjangan tertinggi di wilayah Sulawesi adalah di Provinsi Sulawesi Selatan dan terendah di Sulawesi Barat.
Gambar 3-9. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas Menurut Dispersion Ratio Per
Provinsi di Wilayah Sulawesi. Tahun 2007-2011.
Gambar 3-10: Perkembangan Disparitas PDRB perkapita tanpa Migas Menurut Dispersion Ratio Per
Provinsi di Wilayah Sulawesi. Tahun 2007-2011.
2007 2008 2009 2010* 2011**
SULAWESI UTARA 3,190 3,170 3,554 3,555 3,417
SULAWESI TENGAH 2,260 2,152 2,094 2,097 3,136
SULAWESI SELATAN 7,502 6,518 4,918 5,144 5,095
SULAWESI TENGGARA 3,161 2,932 2,679 2,646 2,616
GORONTALO 2,000 1,960 1,929 1,842 1,797
SULAWESI BARAT 1,505 1,604 1,558 1,565 1,565
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Dispe
rsion Ra
tio
2007 2008 2009 2010* 2011**
SULAWESI UTARA 3,190 3,170 3,554 3,555 3,417
SULAWESI TENGAH 2,260 2,152 2,094 2,097 3,136
SULAWESI SELATAN 7,502 6,518 4,918 5,144 5,095
SULAWESI TENGGARA 3,161 2,932 2,679 2,646 2,616
GORONTALO 2,000 1,960 1,929 1,842 1,797
SULAWESI BARAT 1,505 1,604 1,558 1,565 1,565
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Dispe
rsion Ra
tio
20 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
Perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota) menurut dispersion ratio untuk setiap provinsi di wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dalam kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.11), menunjukan bahwa tingkat kesenjangan di Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Barat menurun, sebaliknya kesenjangan di Provinsi Papua Barat meningkat. Jika diperbandingkan Dispersion ratio antarprovinsi, provinsi dengan tingkat kesenjangan paling tinggi adalah di Provinsi Papua dan dan terendah di Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara.
Gambar 3-11. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio Per
Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tahun 2007-2011
Gambar 3-12. Perkembangan Disparitas PDRB perkapita dengan Migas menurut Dispersion Ratio Per
Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tahun 2007-2011.
2007 2008 2009 2010* 2011**
NUSA TENGGARA BARAT 32,985 23,952 29,433 28,878 18,016
NUSA TENGGARA TIMUR 4,300 4,309 4,211 4,263 4,229
MALUKU 3,714 3,712 3,674 3,725 3,845
MALUKU UTARA 2,499 2,590 2,931 3,002 3,029
PAPUA BARAT 8,402 9,386 16,187 29,284 44,720
PAPUA 226,150 163,307 197,264 169,029 88,181
0,000
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Dispe
rsion Ra
tio
2007 2008 2009 2010* 2011**
NUSA TENGGARA BARAT 32,985 23,952 29,433 28,878 18,016
NUSA TENGGARA TIMUR 4,300 4,309 4,211 4,263 4,229
MALUKU 4,035 4,029 3,990 4,021 4,153
MALUKU UTARA 2,499 2,590 2,931 3,002 3,029
PAPUA BARAT 2,800 2,710 3,951 3,994 4,000
PAPUA 226,150 163,307 197,264 169,029 88,181
0,000
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Dispe
rsion Ra
tio
21 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
3.1.3. Kesenjangan Wilayah (Williamson Index).
Hasil analisis ketimpangan berdasarkan Indeks Williamson dapat dikelompokan ke dalam kategori wilayah dengan tingkat ketimpangan rendah dengan nilai indeks williamson < 0,3, tingkat ketimpangan sedang dengan nilai indeks williamson antar 0,3-0,7, dan tingkat ketimpangan tinggi dengan nilai indeks williamson >0,7. Hasil indeks williamson untuk ketimpangan pembangunan secara nasional menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan sangat tinggi atau pembangunan antarprovinsi tidak merata dengan indeks williamson dari tahun 2000-2012 rata-rata > 1. Sementara ketimpangan pembangunan antarprovinsi menurut masing-masing pulau, yang ditunjukan pada Gambar 3.12, menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan sangat tinggi di Pulau Sumatera, Jawa+Bali, Kalimantan, dan Nustra-Maluku-Papua atau pembangunan antarprovinsi di wilayah tersebut tidak merata, sebaliknya untuk wilayah Sulawesi ketimpangan pembangunan sangat rendah atau pembangunan antarprovinsi di Sulawesi relatif merata. Dilihat berdasarkan perkembangan ketimpangan antarpulau, Wilayah Sumatera dan Kalimantan menunjukan trend menurun dari tahun 2002 hingga 2012.
Gambar 3-13. CVw dari PDRB Perkapita Menurut Provinsi di Wilayah Jawa-Bali, Tahun 2007-2011.
Wilayah Sumatera Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi
di Wilayah Sumatera dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.3, menunjukan bahwa Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan memiliki tingkat ketimpangan pembangunan tinggi atau pembangunan antar kabupaten/kota di wilayah tersebut belum merata. Ketimpangan pembangunan di Provinsi Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Riau tergolong ketimpangan pembangunan sedang, sementara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ketimpangan pembangunan yang terjadi sangat rendah atau ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota cukup merata.
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
P. Sumatera 0,98 0,94 0,93 1,44 1,47 1,45 1,45 1,44 1,45 1,41 1,41 1,38 1,38
P. Jawa+Bali 0,85 0,86 0,88 0,88 0,88 0,87 0,86 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87
P. Kalimantan 1,00 1,00 0,98 0,92 0,90 0,87 0,85 0,81 0,79 0,76 0,74 0,72 0,69
P. Sulawesi 0,21 0,20 0,20 0,19 0,19 0,20 0,20 0,20 0,20 0,21 0,21 0,21 0,21
P. Nustra+Maluku+Papua 0,58 0,60 0,80 0,78 0,58 0,67 0,54 0,53 0,50 0,54 0,55 0,61 0,66
Nasional_Pulau 0,23 0,23 0,22 0,22 0,23 0,21 0,22 0,21 0,21 0,20 0,20 0,20 0,20
Nasional_Provinsi 1,27 1,28 1,28 1,30 1,30 1,30 1,29 1,29 1,29 1,29 1,28 1,28 1,28
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
IW
22 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 3.3: Indeks Willamson Menurut Provinsi di Wilayah Sumatera, Tahun 2007-2011.
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011** Aceh 0,84 0,81 0,72 0,68 0,65 Sumatera Utara 0,66 0,68 0,71 0,78 0,72 Sumatera Barat 0,38 0,38 0,35 0,35 0,34 Riau 0,68 0,69 0,57 0,60 0,66 Jambi 0,40 0,46 0,48 0,48 0,47 Sumatera Selatan 0,80 0,81 0,77 0,78 0,74 Bengkulu 0,41 0,41 0,41 0,41 0,40 Lampung 0,30 0,35 0,37 0,35 0,43 Kep. Bangka Belitung 0,27 0,29 0,29 0,28 0,28 Kepulauan Riau 0,52 0,41 0,43 0,38 0,38
Sumber:, Data BPS tahun 2012, Diolah Bappenas 2012
Wilayah Jawa-Bali
Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi di Wilayah Jawa-Bali dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.4, menunjukan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki tingkat ketimpangan pembangunan tinggi atau pembangunan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa tengah dan jawa Timur belum merata. Sementara untuk provinsi lainnya DKI Jakarta, Jawa Barat, DI. Yogyakarta, Banten dan Bali termasuk kategori kelompok ketimpangan sedang. Berdasarkan tingkat perkembangan ketimpangan pembangunan, Provinsi Jawa Tengah dan Banten menunjukan kinerja yang cukup baik dibandingka provinsi, dimana trend ketimpangan provinsi tersebut menurun dari tahun 2008 hingga 2011.
Tabel 3.4: Indeks Willamson menurut Provinsi di Wilayah Jawa-Bali, Tahun 2007-2011.
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011** DKI Jakarta 0,50 0,52 0,53 0,53 0,53 Jawa Barat 0,58 0,61 0,56 0,56 0,60 Jawa Tengah 1,04 1,10 1,07 1,05 1,05 D I Yogyakarta 0,47 0,48 0,48 0,49 0,49 Jawa Timur 1,11 1,10 1,10 1,10 1,11 Banten 0,57 0,63 0,72 0,65 0,64 Bali 0,33 0,33 0,35 0,34 0,35
Sumber:, Data BPS tahun 2012, Diolah Bappenas 2012
23 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Wilayah Kalimantan
Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi di Wilayah Kalimantan dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.5, menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan di seluruh provinsi di wilayah Kalimantan cenderung meningkat, kecuali di Provinsi Kalimantan Timur. Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur tinggi dengan indeks willamson > 1. Sementara tingkat ketimpangan pembangunan paling rendah di Provinsi Kalimantan Tengah dengan indeks williamson berkisar antara 0,17-0,19.
Tabel 3.5:
Indeks Williamson menurut Provinsi Tahun 2007-2011 di Wilayah Kalimantan. Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**
Kalimantan Barat 0,36 0,36 0,38 0,39 0,38 Kalimantan Tengah 0,19 0,17 0,17 0,17 0,18 Kalimantan Selatan 0,44 0,43 0,43 0,45 0,46 Kalimantan Timur 1,18 1,20 1,07 1,00 1,01
Sumber:, Data BPS tahun 2010, Diolah Bappenas 2012
Wilayah Sulawesi.
Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi di Wilayah Sulawesi dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.6, menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan provinsi di Sulawesi masih dalm kategori kelompok ketimpangan sedang dan rendah, Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara termasuk kelompok ketimpangan sedang, dan Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat termasuk kelompok ketimpangan rendah. Gambaran ini menunjukan bahwa pembangunan antar kabupaten/kota di Wilayah Sulawesi cukup merata, khususnya di Provinsi Sulawesi Barat dan Gorontalo yang merupakan provinsi hasil pemekaran relative lebih tinggi dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Namun dilihat dari trend perkembangan tingkat ketimpangan selama 2007-2011, ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara kecenderungan meningkat.
Tabel 3.6:
Indeks Williamson menurut Provinsi Tahun 2007-2011. di Wilayah Sulawesi. Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**
Sulawesi Utara 0,44 0,43 0,45 0,45 0,44 Sulawesi Tengah 0,22 0,22 0,22 0,22 0,34 Sulawesi Selatan 0,63 0,58 0,53 0,54 0,54 Sulawesi Tenggara 0,40 0,37 0,33 0,34 0,35 Gorontalo 0,25 0,22 0,18 0,19 0,20 Sulawesi Barat 0,15 0,17 0,16 0,16 0,16
Sumber:, Data BPS tahun 2010, Diolah Bappenas 2012
24 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua Ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota untuk masing-masing provinsi
di Wilayah Nusa Tenggara-Maluku dan Papua dari tahun 2007-2011 yang ditunjukan pada Tabel 3.7, bahwa ketimpangan pembangunan yang terjadi di Wilayah Nusa Tenggara dan Papua tergolong kelompok tingkat pembangunan tinggi dan sedang. Sementara ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota yang terjadi di Wilayah Maluku tergolong ketimpangan rendah atau pembangunan antara kabupaten/kota cukup merata. Ketimpangan pembangunan tinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Papua Barat, dengan indeks williamson mencapai > 1 dengan trend yang meningkat dari tahun 2007-2013. Sementara ketimpangan untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat memliki tingkat ketimpangan pembangunan dengan kategori ketimpangan tinggi.
Tabel 3.7:
Indeks Williamson menurut Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, Tahun 2007-2011.
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011** Nusa Tenggara Barat 1,13 1,03 1,17 1,17 0,97 Nusa Tenggara Timur 0,52 0,53 0,53 0,54 0,55 Maluku 0,27 0,26 0,26 0,25 0,25 Maluku Utara 0,22 0,23 0,25 0,26 0,27 Papua Barat 0,69 0,77 0,91 1,17 1,43 Papua 3,02 2,81 3,54 3,62 2,77
Sumber:, Data BPS tahun 2010, Diolah Bappenas 2012 3.1.4. Kesenjangan Pendapatan (Gini Ratio).
Tingkat kesenjangan pendapatan penduduk di Indonesia dalam periode 2008-2012 kecenderungan kesenjangan tingkat pendapatan meningkat, hal ini ditunjukan dengan Indeks Gini dari tahun 2008 hingga 2012 semakin meningkat. Pada tahun 2012 tercatat Indeks Gini sebesar 0,41 lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sementara untuk perkembangan Indeks Gini masing-masing provinsi pada tahun 2008-2012, secara keseluruhan dapat dikategorikan rendah dan berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat, hal ini menunjukan bahwa tingkat kesenjangan pendapatan di setiap provinsi rata-rata semakin tinggi. Di Wilayah Sumatera, tercatat lima provinsi memiliki Indeks Gini meningkat setiap tahunnya, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Riau, sementara kesenjangan tingkat pendapatan di Provinsi Sumatera Utara dan Kep. Bangka Belitung kecenderungan semakin menurun. Wilayah Jawa-Bali, tercatat empat provinsi memiliki Indeks Gini meningkat setiap tahunnya, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, dan Bali, sementara kesenjangan tingkat pendapatan di Provinsi Banten kecenderungan semakin menurun. Wilayah Kalimantan, tercatat pada Provinsi Kalimantan Selatan memiliki Indeks Gini yang meningkat setiap tahunnya, sementara untuk provinsi lainnya pada tahun 2012 berfluktuatif dan untuk Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur cenderung
25 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Sulawesi, tercatat empat provinsi memiliki Indeks Gini yang meningkat setiap tahunnya, yaitu Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Sementara tingkat kesenjangan pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat cenderung menurun. Wilayah Nusa Tenggara-Maluku-Papua, tercatat tingkat kesenjangan pendapatan di provinsi Papua dan Papua Barat meningkat setiap tahunnya, namun sebaliknya perkembangan kesenjangan pendapatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur cenderung semakin menurun.
Jika diperbandingkan indeks Gini antarprovinsi dan nasional tahun 2012, tercatat bahwa Provinsi Papua Barat, Papua, Gorontalo, dan D.I. Yogyakarta, tingkat kesenjangan pendapatan pada provinsi tersebut lebih tinggi dibandinhgkan provinsi laiinya dan rata-rata berada di atas Indeks Gini Nasional.
Tabel 3-8: Perkembangan Kesenjangan Golongan Pendapatan (Gini Rasio) menurut Provinsi
Tahun 2008-2012. Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012
Aceh 0.27 0.29 0.30 0.33 0.32 Sumatera Utara 0.31 0.32 0.35 0.35 0.33 Sumatera Barat 0.29 0.30 0.33 0.35 0.36 Riau 0.31 0.33 0.33 0.36 0.40 Jambi 0.28 0.27 0.30 0.34 0.34 Sumatera Selatan 0.30 0.30 0.34 0.34 0.40 Kep. Bangka Belitung 0.26 0.29 0.30 0.30 0.29 Kepulauan Riau 0.30 0.29 0.29 0.32 0.35 Bengkulu 0.33 0.30 0.37 0.36 0.35 Lampung 0.35 0.35 0.36 0.37 0.36 DKI Jakarta 0.33 0.36 0.36 0.44 0.42 Jawa Barat 0.35 0.36 0.36 0.41 0.41 Jawa Tengah 0.31 0.32 0.34 0.38 0.38 DI Yogyakarta 0.36 0.38 0.41 0.40 0.43 Jawa Timur 0.33 0.33 0.34 0.37 0.36 Banten 0.34 0.37 0.42 0.40 0.39 Bali 0.30 0.31 0.37 0.41 0.43 Kalimantan Barat 0.31 0.32 0.37 0.40 0.38 Kalimantan Tengah 0.29 0.29 0.30 0.34 0.33 Kalimantan Selatan 0.33 0.35 0.37 0.37 0.38 Kalimantan Timur 0.34 0.38 0.37 0.38 0.36 Sulawesi Utara 0.28 0.31 0.37 0.39 0.43 Sulawesi Tengah 0.33 0.34 0.37 0.38 0.40 Sulawesi Selatan 0.36 0.39 0.40 0.41 0.41 Sulawesi Tenggara 0.33 0.36 0.42 0.41 0.40 Gorontalo 0.34 0.35 0.43 0.46 0.44 Sulawesi Barat 0.31 0.30 0.36 0.34 0.31 Nusa Tenggara Barat 0.33 0.35 0.40 0.36 0.35 Nusa Tenggara Timur 0.34 0.36 0.38 0.36 0.36 Maluku 0.31 0.31 0.33 0.41 0.38
26 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Maluku Utara 0.33 0.33 0.34 0.33 0.34 Papua Barat 0.31 0.35 0.38 0.40 0.43 Papua 0.40 0.38 0.41 0.42 0.44 INDONESIA 0.35 0.37 0.38 0.41 0.41 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat, BPS 3.2. Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial antarwilayah dapat digambarkan dengan beberapa indikator seperti kondisi tingkat kemiskinan, tingkat partisipasi pendidikan masyakarat dengan menggunakan Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Melek Huruf (AMH), dan Angka Partisipasi Sekolah, dan kualitas kesehatan masyarakat dengan menggunakan Angka Harapan Hidup (AHH) dan kualiats gizi masyarakat.
Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah penduduk miskin terbesar di Wilayah Jawa-Bali yang terkonsentrasi di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, Sementara jumlah penduduk miskin paling rendah terdapat di Provinsi kepulauan Bangka Belitung terpusat di wilayah. Dari sisi persentase penduduk miskin, sebanyak 16 provinsi memiliki persentase kemiskinan diatas persentase kemiskinan nasional, dan sebagian besar provinsi dengan persentase kemiskinan paling tinggi berada di Kawasan Timur Indonesia, yaitu di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara Timor. Sementara untuk tingkat kemiskinan paling rendah yaitu di Provinsi DKI Jakarta hanya sebesar 3,55 persen.
Gambar 3-14:
Perbandingan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Provinsi Tahun 2013 (Februari).
Tingkat kesenjangan dilihat dari aspek kualitas sumberdaya di masing-masing daerah yang ditunjukan pada Gambar 3.15, bahwa masih banyak provinsi-provinsi yang memiliki kualitas sumberdaya manusia dibawah rata-rata nasional. Berdasarkan data IPM 2011, sebanyak 18 provinsi memiliki nilai Indek Pembangunan Manusia (IPM) berada dibawah IPM nasional dan provinsi dengan IPM paling rendah adalah Papua, Nusa
31,13
20,03 19,49
26,67
11,37
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
0
5
10
15
20
25
30
35
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Ba
rat
Sumatera Utara
Lampu
ngSumatera Selatan
Papu
aNusa Tenggara Tim
urAceh
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
Banten
Dl Yogyakarta
Riau
Sumatera Ba
rat
Sulawesi Ten
gah
Kalim
antan Ba
rat
DKI Jakarta
Bengkulu
Maluku
Sulawesi Ten
ggara
Jambi
Kalim
antan Timur
Papu
a Ba
rat
Goron
talo
Sulawesi U
tara
Kalim
antan Selatan
Bali
Sulawesi Barat
Kalim
antan Tengah
Kepu
lauan Riau
Maluku Utara
Kepu
lauan Ba
ngka…
persen Ribu JiwaJumlah pdd Miskin Persentase Kemiskinan_ProvPersentase Kemiskinan_Nasional
27 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Barat, sementara provinsi dengan IPM paling tinggi adalah di Provinsi DKI Jakarta.
Gambar 3-15. Perbandingan IPM antar Provinsi Tahun 2011.
Tingkat kesenjangan wilayah dilihat dari aspek pelayanan kesehatan pada masing-masing daerah yang ditunjukan pada Gambar 3.16, bahwa tingkat pelayanan kesehatan untuk proses kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis, sebanyak 20 provinsi memiliki persentase proses persalinan dibantu tenaga medis berada dibawah persentase nasional dan persentase paling rendah adalah provinsi-provinsi di Kawasan Timur Indonesia ( seperti: Papua, Maluku Utara, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Timur). Sementara persentase tertinggi untuk proses kelahiran dibantu tenaga medis adalah di Provinsi DI. Yogyakarta, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, dan Bali.
Gambar 3-16. Perbandingan Persentase Proses Kelahiran ditolong Tenaga Medis Tahun 2011.
77,97
65,36
72,77
60,0062,0064,0066,0068,0070,0072,0074,0076,0078,0080,00
DKI JA
KART
A SULAWESI U
TARA
RIAU
D I YO
GYA
KART
A KALIM
ANTA
N TIM
UR
KEPULAUAN
RIAU
KALIM
ANTA
N TEN
GAH
SUMAT
ERA UTA
RASU
MAT
ERA BA
RAT
SUMAT
ERA SELATA
N BEN
GKU
LU KEP. B
ANGKA
BELITUNG
JAMBI
JAWA TENGAH
BALI
JAWA BA
RAT
JAWA TIMUR
ACEH
SULAWESI SELAT
AN LAM
PUNG
MALUKU
SULAWESI TEN
GAH
BAN
TEN
GORO
NTA
LO SULAWESI TEN
GGAR
A KALIM
ANTA
N SELAT
AN SULAWESI B
ARAT
KALIM
ANTA
N BAR
AT PAP
UA BA
RAT
MALUKU
UTA
RA NUSA
TEN
GGAR
A TIMUR
NUSA
TEN
GGAR
A BA
RAT
PAP
UA
IPM Provinsi
IPM Nasional
50,38
98,79
83,5
0
20
40
60
80
100
120
Sulawesi Barat
Papu
aMaluku Utara
Maluku
Sulawesi Ten
g‐gara
Nusa Tenggara Tim
urGoron
talo
Sulawesi Ten
gah
Kalim
antan Ba
rat
Kalim
antan Tengah
Papu
a Ba
rat
Jawa Ba
rat
Banten
Sulawesi Selatan
Jambi
Lampu
ngRiau
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi U
tara
Sumatera Selatan
Kalim
antan Selatan
Bengkulu
Kepu
lauan Ba
ngka…
Sumatera Utara
Kalim
antan Timur
Jawa Tengah
Aceh
Sumatera Ba
rat
Jawa Timur Bali
Kepu
lauan Riau
DKI Jakarta
Dl Yogyakarta
Persalinan ditolong tenaga medis_prov
Persalinan ditolong tenaga medis_prov
29 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
BAB 4 KESENJANGAN INFRASTRUKTUR
ANTARWILAYAH
Salah satu penyebab kesenjangan yang terjadi antardaerah di Indonesia dapat diakibatkan oleh kesenjangan ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat membantu mendorong berbagai kegiatan ekonomi melalui fungsinya yang dapat melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Dengan demikian, infrastruktur berperan sebagai prasyarat dalam meningkatkan perekonomian. Perbedaan ketersediannya antardaerah dapat menciptakan perbedaan kemampuan antardaerah dalam menciptakan pendapatan. Selanjutnya, hal itu akan berdampak pada kesenjangan pendapatan antardaerah.
Salah satu peran infrastruktur adalah menjadi faktor daya tarik investasi di tiap daerah. Dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai tentunya akan memudahkan para investor dalam melakukan kegiatan usaha. Contohnya adalah infrastruktur jalan, energi listrik dan telekomunikasi. Dengan ketersediaan infrastruktur jalan yang baik tentunya akan menjadikan proses distribusi barang maupun jasa menjadi lebih cepat dan efisien dalam hal biaya dan waktu. Ketersediaan energi listrik akan meningkatkan kapasitas pengembangan industri, dan pengembangan telekomunikasi akan meningkatkan interaksi dan komunikasi antardaerah dan dunia global.
Infrastruktur memiliki hubungan yang erat dengan Produk Domestik Bruto (PDB) dan keputusan pelaku usaha untuk melakukan investasi/Ketersediaan dan kualitas infrastruktur merupakan penentu faktor penentu keputusan pelaku usaha karena sangat menentukan biaya distribusi input dan output produksinya. Karenanya, ketersediaan infrastruktur dapat menjadi faktor pendorong produktivitas suatu daerah.
Kinerja Indonesia dalam hal infrastruktur relatif rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara tetangganya. The Global Competitiveness Report 2010-2011 (The World Economis Forum, 2010) menunjukkan bahwa kinerja infrastruktur Indonesia amat rendah. Dari 139 negara yang dikaji, Indonesia menempati peringkat 90 untuk aspek infrastruktur secara keseluruhan, sementara Malaysia dan Thailand masing-masing berada pada peringkat 27 dan 46. Dalam hal kualitas jalan, peringkat Indonesia adalah 84, jauh lebih rendah daripada Malaysia (peringkat 21) dan Thailand (36). Demikian juga halnya dengan kualitas listrik, Indonesia menempati peringkat 97, sementara Malaysia 40 dan Thailand 42.
Kesenjangan infrastruktur di Indonesia sangat nyata dihadapi antar Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), antarwilayah Pulau, serta antar provinsi. Kesenjangan infrastruktur tersebut diantaranya dapat ditunjukkan dari ketersediaan infrastruktur jalan, energi listrik dan telekomunikasi.
30 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
4.1. Kesenjangan Infrastruktur Jalan. Kesenjangan ketersediaan infrastruktur jalan antar KBI dan KTI dapat ditunjukkan
melalui indikator Rasio Kerapatan Jalan yang menggambarkan panjang jalan pada setiap luas wilayah 1 Km2. Rasio kerapatan jalan di KBI mencapai 0,46 Km/Km2, sementara KTI 0,15 Km/Km2. Perbedaan yang cukup nyata dari kerapatan jalan di kedua kawasan tersebut, disebabkan panjang jalan di KBI meliputi 59 persen dari total panjang jalan di Indonesia, sementara luasan wilayahnya hanya meliputi 32 persen.
Tabel 4.1: Panjang Jalan, Luas Wilayah dan Kerapatan Jalan Antar KBI dan KTI, Tahun 2010
KAWASAN INDONESIA
Panjang Jalan Luas Wilayah Rasio Kerapatan Jalan (Km/Km2) (Km) persen (Km) persen
KBI 281.128 59 616.012 32 0,46 KTI 197.540 41 1.294.920 68 0,15 TOTAL 478.668 100 1.910.931 100 0,25 Sumber: Hasil Pengolahan data Bina Marga, Kementerian PU.
Kerapatan pada tingkat antarwilayah pulau, Jawa Bali memiliki kerapatan tertinggi (0,89 Km/Km2), sementara terendah di wilayah Papua yang hanya mencapai 0,06 Km/Km2. Kerapatan di wilayah KTI tertinggi berada di wilayah Sulawesi (0,43 Km/Km2, lebih tinggi dari kerapatan jalan di wilayah Sumatera yang berada di KBI.
Gambar 4-1. Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan Antarwilayah Pulau, Tahun 2010
Sumber: Hasil Pengolahan data Ditjen Bina Marga, Kementerian PU.
4.1.1. Wilayah Sumatera
Kerapatan jalan di wilayah Sumatera sebesar 0,34 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,55 Km/Km², dan terendah di provinsi Sumatera Selatan sebesar 0,18 Km/Km².
0,34
0,89
0,40
0,10
0,43
0,16 0,06
‐ 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00
‐ 20.000 40.000 60.000 80.000
100.000 120.000 140.000 160.000 180.000
Km
Km/km2)
Panjang Jalan (Km)
Kerapatan Jalan (Km/Km2)
31 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Gambar 4-2. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi Di Wilayah Sumatera
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan kerapatan tertinggi (43,18 unit/Km), dan berada di atas rata-rata nasional (33,42 unt/Km). Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Bengkulu sebesar 10,58 unit/Km. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Sumatera menunjukkan nilai rasio lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Hal ini menunjukkan kebutuhan penduduk terhadap infrastrukur jalan masih dibawah rata-rata nasional, khususnya di Provinsi Aceh dan Bengkulu.
Gambar 4-3. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar Proviinsi
Di Wilayah Sumatera
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di Provinsi Sumatera Utara yaitu meliputi panjang 556 Km 25,02persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 46,72 persen Rusak Ringan dan 53,28 persen Rusak Berat. Berikutnya di Provinsi Kepulauan Riau dengan panjang jalan Tidak Mantap sepanjang 69,22 Km 20,73 persen, dengan komposisi sebesar 15,88 persen Rusak Ringan dan 84,12 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap terendah terdapat di
20795
35448
20763
23450
10372
16635
7811
17003
4526
4523
0,36 0,49 0,49
0,27 0,21 0,18
0,39 0,49
0,28
0,55
0,34 0,25
‐ 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
0
10.000
20.000
30.000
40.000Km
Km/Km2
Total Panjang Jalan (Km)
Kerapatan Jalan(Km/Km2)
11,98
21,75
16,15
27,68
35,41
33,81
10,58
11,05
43,18
35,49
22,07
33,42
4,63
2,73
4,28 4,23
3,35
2,23
4,55
2,23
3,70
2,69 3,19
2,01
‐
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
‐
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Unit/Km
Km/1000 Orang
Rasio Jumlah KendaraanRoda 4 dengan Panjang Jalan(Unit/Km)
Rasio Panjang jalan denganJumlah Penduduk (Km/1000Orang)
32 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sepanjang 1,28 Km atau 0,25 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 85,94 persen Rusak Ringan dan 14,06 persen Rusak Berat.
Tabel 4.2: Kondisi jalan Nasional Tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010
PROVINSI
Panjang Jalan
Nasional (Km)
KUALITAS JALAN NASIONAL
Panjang Jalan Mantap Panjang Jalan Tidak Mantap
Komposisi Jalan Tidak Mantap
(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan
persen Rusak Berat
Aceh 1.803,36 1.667,56 92,47 135,80 7,53 33,63 66,37
Sumatera Utara 2.224,51 1.667,91 74,98 556,60 25,02 46,72 53,28
Sumatera Barat 1.212,88 1.103,21 90,96 109,67 9,04 76,46 23,55
Riau 1.082,12 954,77 88,23 127,35 11,77 62,39 37,61
Kepulauan Riau 333,99 264,77 79,27 69,22 20,73 15,88 84,12
Jambi 936,48 824,23 88,01 112,25 11,99 68,73 31,27
Bengkulu 782,87 728,67 93,08 54,20 6,92 55,61 44,39
Sumatera Selatan 1.418,38 1.400,49 98,74 17,89 1,26 85,69 14,31
Kep. Bangka Belitung 509,59 508,31 99,75 1,28 0,25 85,94 14,06
Lampung 1.159,57 1.017,22 87,72 142,35 12,28 70,64 29,36
SUMATERA .463,75 10.137,14 88,43 1.326,61 11,57 53,09 46,91
INDONESIA .189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72 Sumber: Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga
(Status 18 Agustus 2010) 4.1.2. Wilayah Jawa-Bali
Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan kerapatan jalan (Road Density) pada tahun 2010, kerapatan jalan di wilayah Jawa Bali sebesar 0,89 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 9,65 Km/Km², dan terendah di provinsi Banten sebesar 0,67 Km/Km².
Gambar 4-4. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Provinsi Di Wilayah Jawa Bali
6409
25803
29203
4753
39854
6474
7306
9,65
0,73 0,89 1,52
0,83 0,67 1,26 0,89
0,25
‐
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
Km
Km/Km2
Total Panjang Jalan (Km)
Kerapatan Jalan (Km/Km2)
33 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi DKI Jakarta menunjukkan kerapatan tertinggi (550,49 unit/Km), dan menduduki peringkat kerapatan tertinggi secara nasional. Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Banten sebesar 27,88 unit/Km. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Jawa-Bali berada dibawah nilai rasio nasional. Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan dukungan infrastruktur jalan bagi mobilitas penduduk.
Gambar 4-5. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar Proviinsi
Di Wilayah Jawa-Bali
Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, persentase jalan Tidak Mantap tertinggi
terdapat di Provinsi DI. Yogyakarta dan Banten masing-masing sebesar 26,00 persen dan 25,67 persen.Kondisi Jalan tidak mantap di DI. Yogyakarta sebesar 99,66 persen Rusak Ringan, sementara di Provinsi Banten sebesar 60,61 persen dan 39,38 persen rusak berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap terendah terdapat di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,59 persen, dengan komposisi 87,39 persen Rusak Ringan dan 12,61 persen Rusak Berat.
Tabel 4.3: Kondisi jalan Nasional Tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010
PROVINSI
Panjang Jalan
Nasional (Km)
KUALITAS JALAN Panjang Jalan
Mantap Panjang Jalan Tidak Mantap
Komposisi Jalan Tidak Mantap
(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan
persen Rusak Berat
DKI Jakarta**) 142,65 138,44 97,05 4,21 2,95 97,62 2,38 Banten 476,49 354,16 74,33 122,33 25,67 60,61 39,39 Jawa Barat 1.341,05 1.226,60 91,47 114,45 8,53 85,59 14,41 Jawa Tengah 1.390,58 1.334,76 95,99 55,82 4,01 95,16 4,84 D.I. Yogyakarta 223,16 165,14 74,00 58,02 26,00 99,66 0,34 Jawa Timur 1.995,30 1.963,58 98,41 31,72 1,59 87,39 12,61 Bali 535,18 502,49 93,89 32,69 6,11 48,73 51,27 JAWA - BALI 6.104,41 5.685,17 93,13 419,24 6,87 78,90 21,10 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72 Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga (Status 18 Agustus 2010)
46,34
31,24
85,68
37,60
27,88
106,22
70,94
33,42
0,67 0,60 0,90
1,37 1,06
0,61
1,88
0,85
2,01
‐
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
‐
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
Unit/Km
Km/1000 Orang
Rasio Jumlah Kendaraan Roda 4dengan Panjang Jalan (Unit/Km)
Rasio Panjang jalan dengan JumlahPenduduk (Km/1000 Orang)
34 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
4.1.3. Wilayah Nusa Tenggara Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan
kerapatan jalan (Road Density) pada tahun 2010, kerapatan jalan di wilayah Nusa Tenggara sebesar 0,40 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan di Provinsi NTT dan NTB sebesar 0,40 Km/Km².
Gambar 4-6. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi Di Wilayah Nusa
Tenggara
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi NTB menunjukkan kerapatan lebih tinggi dibanding NTT, namun masih berada di bawah rata-rata nasional (33,42 unt/Km). Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), Provinsi NTB menunjukkan dukungan infrastruktur jalan untuk kebutuhan mobilitas penduduk lebih tinggi dibanding dengan Provinsi NTT.
Gambar 4-7. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar
Provinsi Di Wilayah Sumatera
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, persentase jalan Tidak Mantap tertinggi
terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 16,26 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 38,31 persen Rusak Ringan dan 61,69 persen Rusak Berat. Sementara panjang jalan tidak mantap sebagian besar berada di Provinsi Nusa Tenggara
7.43
4
19.640
0,40 0,40 0,40
0,25
‐ 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50
0
10000
20000
30000
Nusa TenggaraBarat
Nusa TenggaraTimur
NUSATENGGARA
NASIONAL
Km
Km/Km2
Total Panjang Jalan (Km)Kerapatan Jalan (Km/Km2)
31,90
12,24
17,64
33,42
1,65
4,19
2,95
2,01
‐
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
‐
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
NusaTenggaraBarat
NusaTenggaraTimur
NUSATENGGARA
NASIONAL
Unit/Km
Km/1000 OrangRasio Jumlah Kendaraan Roda4 dengan Panjang Jalan(Unit/Km)Rasio Panjang jalan denganJumlah Penduduk (Km/1000Orang)
35 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Timur sepanjang 150,57 Km dengan komposisi 79,83 persen rusak ringan dan 20,17 persen rusak berat.
Tabel 4.4: Kondisi Jalan Nasional Tidak Mantap antarprovinsi, Tahun 2010
Sumber: Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga (Status 18 Agustus 2010)
4.1.4. Wilayah Kalimantan Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan
kerapatan jalan (Road Density) pada tahun 2010, kerapatan jalan di wilayah Kalimantan sebesar 0,10 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,28 Km/Km², dan terendah di provinsi Kalimantan Timur sebesar 0,06 Km/Km².
Gambar 4-8. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi
Di Wilayah Kalimantan
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk
setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan kerapatan tertinggi (43,32 unit/Km), lebih tinggi dari kerapatan nasional (33,42 unit/Km). Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 22,48 unit/Km. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Kalimantan berada di atas
15007
14344
10943
12499
0,10 0,09
0,28
0,06 0,10
0,25
‐ 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30
0
5000
10000
15000
20000
Km
Km/Km2
Total Panjang Jalan (Km)Kerapatan Jalan (Km/Km2)
PROVINSI
Panjang Jalan
Nasional (Km)
KUALITAS JALAN
Panjang Jalan Mantap
Panjang Jalan Tidak Mantap
Komposisi Jalan Tidak Mantap
(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan
persen Rusak Berat
Nusa Tenggara Barat 623,90 522,44 83,74 101,46 16,26 38,31 61,69
Nusa Tenggara Timur 1.406,68 1.256,11 89,30 150,57 10,70 79,83 20,17 NUSA TENGGARA 2.030,58 1.778,55 87,59 252,03 12,41 63,12 36,88 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72
36 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
nilai rasio nasional. Hal ini menunjukkan dukungan infrastruktur jalan terhadap kebutuhan mobilitas penduduk lebih rendah dibanding nasional, hal ini dapat disebabkan adanya dukungan jalur transportasi sungai, khususnya di Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Gambar 4-9. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar
Proviinsi Di Wilayah Kalimantan
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di
Provinsi Kalimantan Barat yaitu meliputi panjang 612,07 Km (36,73persen dari total panjang jalan), dengan komposisi 66,6 persen Rusak Ringan dan 33,4 persen Rusak Berat. Berikutnya di Provinsi Kalimantan Tengah dengan panjang jalan Tidak Mantap sepanjang 573,97 Km (34,43persen), dengan komposisi sebesar 8,44 persen Rusak Ringan dan 91,56 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu sepanjang 25,56 Km atau 2,95 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 88,81 persen Rusak Ringan dan 11,19 persen Rusak Berat.
Tabel 4.5: Kondisi JalanNasional Tidak Mantap Antarprovinsi,Tahun 2010
Sumber: Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. DirektoratJenderalBinaMarga (Status 18 Agustus 2010)
4.1.5. Wilayah Sulawesi
Kerapatan jalan di wilayah Sulawesi sebesar 0,43 Km/Km², lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,70 Km/Km², dan terendah di provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,28 Km/Km².
31,15
22,48
36,90
43,32
32,87
33,42
9,40
6,86
3,02 3,52 3,83 2,01
‐ 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00
‐ 20,00 40,00 60,00 80,00
100,00
Unit/Km
Km/1000 Orang
Rasio Jumlah KendaraanRoda 4 dengan Panjang Jalan(Unit/Km)
Rasio Panjang jalan denganJumlah Penduduk (Km/1000Orang)
PROVINSI
Panjang Jalan
Nasional (Km)
KUALITAS JALAN Panjang Jalan
Mantap Panjang Jalan Tidak
Mantap Komposisi Jalan Tidak
Mantap
(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan
persen Rusak Berat
Kalimantan Barat 1.666,43 1.054,36 3,27 612,07 36,73 66,60 33,40 Kalimantan Tengah 1.666,95 1.092,98 5,57 573,97 34,43 8,44 91,56 Kalimantan Timur 2.118,17 1.782,09 84,13 336,08 15,87 75,87 24,13 Kalimantan Selatan 866,08 840,52 97,05 25,56 2,95 88,81 11,19 KALIMANTAN 6.317,63 4.769,95 75,50 1.547,68 24,50 47,41 52,59 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72
37 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Gambar 4-10. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi Di Wilayah
Sulawesi
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Provinsi Gorontalo menunjukkan kerapatan tertinggi (32,54 unit/Km), dan menduduki peringkat kerapatan tertinggi secara nasional. Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 7,94 unit/Km. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Sulawesi berada di atas nilai rasio nasional. Hal ini menunjukkan ketersediaan infrastruktur jalan dalam mendukung kebutuhan mobilitas penduduk masih lebih rendah dibanding rata-rata nasional, terutama di Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Gambar 4-11. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar
Proviinsi Di Wilayah Sulawesi
Sumber Data: Ditjen Bina Marga, Kementerian PU
Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di
Provinsi Sulawesi Barat yaitu meliputi panjang 520,14 Km 37,23persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 43,43 persen Rusak Ringan dan 56,57 persen Rusak Berat. Berikutnya di Provinsi Sulawesi Selatan dengan panjang jalan Tidak Mantap sepanjang 390,21 Km (36,58persen), dengan komposisi sebesar 13,86 persen Rusak Ringan dan 86,14 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap terendah terdapat di Provinsi Gorontalo yaitu sepanjang 24,39 Km atau 4,26 persen dari total
7195
18329
32681
10831
4464
7423
0,52
0,30
0,70
0,28 0,40 0,44 0,43
0,25
‐ 0,20 0,40 0,60 0,80
05000100001500020000250003000035000
Km
Km/Km2
Total Panjang Jalan (Km)
Kerapatan Jalan (Km/Km2)
29,53
16,56
18,78
14,47
32,54
7,94
18,42
33,42
10,69 8,68
4,07 4,85 4,29 6,41
4,66
2,01
‐ 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
‐ 20,00 40,00 60,00 80,00
100,00
Unit/Km
Km/1000 Orang
Rasio Jumlah Kendaraan Roda 4dengan Panjang Jalan (Unit/Km)
Rasio Panjang jalan dengan JumlahPenduduk (Km/1000 Orang)
38 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
panjang jalan, dengan komposisi 60,68 persen Rusak Ringan dan 39,32 persen Rusak Berat. Tabel 4.6:
Kondisi Jalan Nasional Tidak Mantap Antarprovinsi, Tahun 2010
PROVINSI
Panjang Jalan
Nasional (Km)
KUALITAS JALAN
Panjang Jalan Mantap
Panjang Jalan Tidak Mantap
Komposisi Jalan Tidak Mantap
(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan
persen Rusak Berat
Sulawesi Utara 2.160,97 1.913,82 88,56 247,15 11,44 47,05 52,95 Gorontalo 571,99 547,60 95,74 24,39 4,26 60,68 39,32
Sulawesi Tengah 1.718,34 1.487,84 86,59 230,50 13,41 61,28 38,72
Sulawesi Barat 1.397,00 876,86 62,77 520,14 37,23 43,43 56,57
Sulawesi Selatan 1.066,65 676,44 63,42 390,21 36,58 13,86 86,14 Sulawesi Tenggara 511,89 478,89 93,55 33,00 6,45 48,48 51,52
SULAWESI 7.426,84 5.981,45 80,54 1.445,39 19,46 39,32 60,68
INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72 Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal BinaMarga (Status 18 Agustus 2010)
4.1.2. Wilayah Maluku dan Papua Kerapatan jalan di wilayah Maluku sebesar 0,16 Km/Km², lebih rendah dari
kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,18 Km/Km², dan terendah di provinsi Maluku sebesar 0,15 Km/Km². Kerapatan jalan di wilayah Papua sebesar 0,06 Km/Km², lebih rendah dari kerapatan jalan tingkat nasional sebesar 0,25 Km/Km². Kerapatan jalan antarprovinsi, tertinggi terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 0,08 Km/Km², dan terendah di provinsi Papua sebesar 0,05 Km/Km².
Gambar 4-12. Total Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan (Road Density) Antar Proviinsi Di Wilayah
Maluku dan Papua
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
7216
5698
7301
16535
0,15 0,18
0,08 0,05
0,16
0,06
0,25
‐ 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30
0
5000
10000
15000
20000
Maluku MalukuUtara
PapuaBarat
Papua WIL.MALUKU
WIL.PAPUA
NASIONAL
Km
Km/Km2
Total Panjang Jalan (Km)
Kerapatan Jalan (Km/Km2)
39 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Berdasarkan jumlah kendaraan roda-4 (mobil penumpang, Bus dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, setiap provinsi di wilayah Maluku dan Papua masih lebih rendah dibanding dengan kerapatan kendaraan rata-rata secara nasional. Kerapatan kendaraan terendah berada di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,72 unit/Km. Hal ini disebabkan kondisi geografis wilayah merupakan kepulauan dan tingginya mobilitas penduduk yang menggunakan sarana transportasi laut. Sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), seluruh provinsi di wilayah Maluku dan Papua berada di atas nilai rasio nasional. Hal ini menunjukkan ketersediaan infrastruktur jalan dalam mendukung kebutuhan mobilitas penduduk masih lebih rendah dibanding rata-rata nasional, terutama di Provinsi Papua Barat.
Gambar 4-13. Rasio Jumlah Kendaraan Roda-4 Per Km, dan Panjang Jalan Per 1000 Penduduk Antar
Proviinsi Di Wilayah Maluku dan Papua
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS, 2012.
Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di
Provinsi Maluku yaitu meliputi panjang 220,63 Km (16,72 persen dari total panjang jalan), dengan komposisi 74,60 persen Rusak Ringan dan 25,40 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Nasional Tidak Mantap di Provinsi Maluku Utara adalah sepanjang 61,59 Km atau 10,15 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 51,42 persen Rusak Ringan dan 48,58 persen Rusak Berat.
Tabel 4.7: Kondisi jalan Nasional Tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010
Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga (Status 18 Agustus 2010)
Kualitas jalan Nasional antarprovinsi, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di Provinsi Papua yaitu meliputi panjang 965,49 Km (49,33 persen dari total panjang jalan),
8,41
0,72
1,48
9,67
5,02
7,16
33,42
4,71 5,49
9,60
5,84 5,02
6,63
2,01
‐ 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
‐
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Unit/Km
Km/1000 Orang
Rasio Jumlah Kendaraan Roda 4dengan Panjang Jalan (Unit/Km)
Rasio Panjang jalan dengan JumlahPenduduk (Km/1000 Orang)
PROVINSI
Panjang Jalan
Nasional (Km)
KUALITAS JALAN Panjang Jalan
Mantap Panjang Jalan Tidak Mantap
Komposisi Jalan Tidak Mantap
(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan
persen Rusak Berat
Prov. Maluku 1.319,23 1.098,60 83,28 220,63 16,72 74,60 25,40 Prov. Maluku Utara 606,69 545,10 89,85 61,59 10,15 51,42 48,58 MALUKU 1.925,92 1.643,70 85,35 282,22 14,65 69,54 30,46 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72
40 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
dengan komposisi 47,57 persen Rusak Ringan dan 52,43 persen Rusak Berat.Sementara di Provinsi Papua Baratmemiliki panjang jalan Tidak Mantap sepanjang 428,68 Km (44,50 persen), dengan komposisi sebesar 15,64 persen Rusak Ringan dan 84,37 persen Rusak Berat.
Tabel 4.8: Kondisi jalan Nasional Tidak Mantap antar provinsi, Tahun 2010
Monitoring Data IRMS Berdasarkan Roughness Tahun Anggaran 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga (Status 18 Agustus 2010)
4.2. Kesenjangan Infrastruktur Energi Listrik
Kesenjangan ketersediaan infrastruktur energi listrik antar KBI dan KTI dapat ditunjukkan melalui indikator Total KWh Jual, Rasio Elektrifikasi, dan KWh Jual Perkapita. Di wilayah KBI memiliki jumlah KWh jual mencapai 143.832.982 KWh (91 persen) atau sebesar 742,7 KWh/kapita. Sementara di wilayah KTI hanya mencapai 14.159.164 KWh (9 persen) atau sebesar 298,3 KWh/kapita. Sementara berdasarkan rasio eleltrifikasi. wilayah KBI sudah mencapai 74 persen, sementara KTI baru mencapai 58,1 persen.
Tabel 4.9: Perbandingan Ketersediaan Infrastruktur Energi Listrik Antar Wilayah Di Indonesia,
Tahun 2011
WILAYAH Jumlah Pelanggan kWh Jual Rasio
Elektrifikasi ( persen)
kWh jual/kapita RT persen kWh persen
Sumatera 8.407.689 19,7 23.015.992 14,6 68,6 446,3 Jawa Bali 28.066.341 65,9 120.816.990 76,5 75,8 850,3 Nusa Tenggara 912.186 2,1 1.324.083 0,8 41,5 141,8 Kalimantan 2.113.628 5,0 5.828.978 3,7 64,8 414,3 Sulawesi 2.510.172 5,9 5.636.868 3,6 65,6 319,8 Maluku 329.053 0,8 541.344 0,3 58,4 205,0 Papua 238.473 0,6 827.892 0,5 36,8 218,5 KBI 36.474.030 85,7 143.832.982 91,0 74,0 742,7 KTI 6.103.512 14,3 14.159.164 9,0 58,1 298,3 INDONESIA 42.577.542 100,0 157.992.146 100,0 71,2 655,2 Sumber: Hasil Pengolahan Data PLN 2011
PROVINSI
Panjang Jalan
Nasional (Km)
KUALITAS JALAN
Panjang Jalan Mantap
Panjang Jalan Tidak Mantap
Komposisi Jalan Tidak Mantap
(Km) persen (Km) persen persen Rusak Ringan
persen Rusak Berat
Prov. Papua 1.957,07 991,58 50,67 965,49 49,33 47,57 52,43 Prov. Papua Barat 963,23 534,55 55,50 428,68 44,50 15,64 84,37 PAPUA 2.920,30 1.526,13 52,26 1.394,17 47,74 37,75 62,25 INDONESIA 38.189,43 31.522,09 82,54 6.667,34 17,46 48,28 51,72
41 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
4.2.1. Wilayah Sumatera
Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satua PLN/provinsi bertumbuh dengan kisaran tertinggi sebesar 58 persen (Wilayah Kep. Bangka Belitung), sedangkan terendah sebesar 10 persen (wilayah Sumatera Utara dan PT. PLN Batam). Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 adalah di wilayah Aceh sebesar 87,76 persen, dan terendah di wilayah Wilayah Sumsel, Jambi, dan Bengkulu sebesar 56,68 persen, sementara terendah menurut provinsi adalah di Provinsi Jambu sebesar 32,74 persen. Perkembangan rasio elektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 24,47 persen, dan terendah di PT. PLN Batam sebesar -9,62 persen.
Tabel 4.10: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi
Listrik Perkapita di Wilayah Sumatera.
Satuan PLN/Provinsi
Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi ( persen) kWh jual/kapita2009 2011 Laju
(persen) 2009 2011 ∆
(11-09) 2009 2011 ∆
(11-09)
Wilayah Aceh 853.659 951.165 11 87,76 87,21 -0,55 292,53 343,54 51,01
Wilayah Sumatera Utara 2.290.474 2.511.003 10 76,81 80,11 3,3 460,2 548,84 88,64
Wilayah Sumatera Barat 775.637 860.130 11 67,21 76,21 9 415,6 489,82 74,22
Wilayah Riau 575.003 778.161 35 40,59 57,39 16,8 361,47 436,38 74,91
- Riau 479.841 655.068 37 38,88 54,8 15,92 336,58 411,42 74,84
- Kepulauan Riau 95.162 123.093 29 52,17 76,64 24,47 541,41 620,1 78,69
Wilayah Sumsel, Jambi, dan Bengkulu
1.369.350 1.726.583 26 49,13 56,68 7,55 310,23 360,67 50,44
- Sumatera Selatan 947.325 1.197.649 26 56,11 65,18 9,07 367,57 390,19 22,62
- Jambi 206.414 258.184 25 29,9 32,74 2,84 209,9 332,55 122,65
- Bengkulu 215.611 270.750 26 52,74 64,48 11,74 232,39 283,41 51,02
Wilayah Bangka Belitung 127.830 202.340 58 45,56 66,18 20,62 350,36 424,33 73,97
Wilayah Lampung 877.400 1.182.013 35 47,75 61,88 14,13 270,16 315,38 45,22
PT PLN Batam 178.888 196.294 10 78,76 69,14 -9,62 1.659,21
1.534,30 -124,91
Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012
4.2.2. Wilayah Jawa Bali
Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satua PLN/provinsi bertumbuh dengan kisaran tertinggi sebesar 16 persen (Provinsi Baten), sedangkan terendah sebesar 7 persen (Provinsi DI. Yogyakarta). Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 adalah di wilayah Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang sebesar 103,52 persen, dan terendah di Provinsi Banten sebesar 55,27 persen. Perkembangan rasio elektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang sebesar 13,09 persen, dan terendah di Provinsi Banten sebesar -13,89 persen.
42 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 4.11: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi
Listrik Perkapita di Wilayah Jawa Bali.
Satuan PLN/Provinsi Rasio Elektrifikasi ( persen) kWh jual/kapita
2009 2011 ∆ (11-09) 2009 2011 ∆ (11-09)
Dist. Jawa Timur 64,73 73,66 8,93 564,77 637,28 72,51
Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta 69,92 78,75 8,83 414,78 478,44 63,66
- Jawa Tengah 69,85 78,91 9,06 407,59 472,29 64,7
- D.I. Yogyakarta 70,54 77,43 6,89 482,27 535,52 53,25
Dist. Jawa Barat dan Banten 66,85 68,73 1,88 755,42 826,26 70,84
- Jawa Barat 66,63 70,47 3,84 683,82 776,9 93,08
- Banten 69,16 55,27 -13,89 1.326,02 1.176,07 -149,95
Dist. Jakarta Raya dan Tangerang 90,43 103,52 13,09 2.102,29 2.419,10 316,81
J a w a 69,48 76,02 6,54 755,21 851,38 96,17
Distribusi Bali 72,77 68,63 -4,14 785,31 811,12 25,81Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012
Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Dist. Jakarta Raya dan Tangerang sebesar 2.419,10 kWh/kapita, dan terendah di Provinsi DI. Yogyakarta sebesar 535,52 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di Dist. Jakarta Raya dan Tangerang sebesar 316,81 kWh/kapita dan terendah di Provinsi Banten yang berkurang sebesar 149,95 kWh/kapita.
4.2.3. Wilayah Nusa Tenggara
Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satuan PLN/provinsi selama periode 2009-2011 bertumbuh cukup tinggi, yaitu sebesar 69 persen di NTB dan 53 persen di NTT. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di wilayah NTB sebesar 47,2 persen, dan di wilayah NTT sebesar 34,52 persen. Perkembangan rasio elektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah NTB sebesar 17,92 persen, dan terendah di wilayah NTT sebesar 11,71 persen.
Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di wilayah NTB sebesar 184,17 kWh/kapita, dan terendah di wilayah NTT sebesar 101,63 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di wilayah NTB sebesar 28,8 kWh/kapita dan terendah di wilayah NTT sebesar 18,79 kWh/kapita.
43 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 4.12: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi
Listrik Perkapita di Wilayah Nusa Tenggara.
Satuan PLN/Provinsi
Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi ( persen)
kWh jual/kapita
2009 2011 Laju (persen)
2009 2011 ∆ (11-09)
2009 2011 ∆ (11-09)
Wilayah Nusa Tenggara Barat
336.805 569.042 69 29,28 47,2 17,92 155,37 184,17 28,8
Wilayah Nusa Tenggara Timur
224.869 343.144 53 22,81 34,52 11,71 82,84 101,63 18,79
Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012
4.2.4. Wilayah Kalimantan
Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satuan PLN/provinsi selama periode 2009-2011 bertumbuh dengan kisaran tertinggi sebesar 38 persen di PT.PLN Tarakan, dan terendah di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 17 persen. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 73,95 persen, dan terendah di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 52,97 persen. Perkembangan rasio ekektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah Kalimantan Barat sebesar 14,54 persen, dan terendah di wilayah Kalimantan Timur sebesar 4,46 persen.
Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di wilayah PT.PLN Tarakan sebesar 601,28 kWh/kapita, dan terendah di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 288,91 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di wilayah Kalimantan Barat sebesar 56,37 kWh/kapita dan terendah di wilayah PT.PLN Tarakan sebesar 16,87 kWh/kapita.
Tabel 4.13: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi
Listrik Perkapita di Wilayah Kalimantan.
Satuan PLN/Provinsi
Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi ( persen) kWh jual/kapita2009 2011 Laju
(persen) 2009 2011 ∆
(11-09) 2009 2011 ∆
(11-09)
Wilayah Kalimantan Barat 486.764 589.263 21 50,32 64,86 14,54 267,56 323,93 56,37 Wilayah Kalsel dan Kalteng 832.531 997.163 20 57,89 66,4 8,51 316,89 356,09 39,2 - Kalimantan Selatan 609.802 711.010 17 66,06 73,95 7,89 357,6 397 39,4 - Kalimantan Tengah 222.729 286.153 28 43,25 52,97 9,72 248,66 288,91 40,25 Wilayah Kalimantan Timur 408.307 494.266 21 57,02 61,48 4,46 579,12 601,28 22,16 PT PLN Tarakan 23.905 32.936 38 57,3 67,14 9,84 857,95 874,82 16,87
Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012
44 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
4.2.5. Wilayah Sulawesi
Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satuan PLN/provinsi selama periode 2009-2011 bertumbuh dengan kisaran tertinggi sebesar 30 persen di Provinsi Sulawesi Tenggara, dan terendah di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 14 persen. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 77,99 persen, dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 33,56 persen. Perkembangan rasio ekektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah Gorontalo sebesar 27,29 persen, dan terendah di wilayah Sulawesi Barat sebesar -2,43 persen.
Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 429,59 kWh/kapita, dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 127,4 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 69,25 kWh/kapita dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 23,55 kWh/kapita.
Tabel 4.14: Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi
Listrik Perkapita di Wilayah Sulawesi.
Satuan PLN/Provinsi
Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi ( persen) kWh jual/kapita2009 2011 Laju
(persen) 2009 2011 ∆
(11-09) 2009 2011 ∆
(11-09)
Wilayah Sulut, Sulteng dan Gorontalo
735.828 879.626 20 51,43 69,66 18,23 249,45 297,45 48
- Sulawesi Utara 361.559 424.321 17 61,22 77,99 16,77 360,34 429,59 69,25 - Gorontalo 100.356 119.934 20 40,09 67,38 27,29 191,7 222,53 30,83 - Sulawesi Tengah 273.913 335.371 22 46,45 62,03 15,58 172,7 214,07 41,37 Wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar
1.401.300 1.630.546 16 55,88 63,59 7,71 286,01 331,41 45,4
- Sulawesi Selatan 1.131.868 1.289.257 14 62,97 71,97 9 342,69 400,02 57,33 - Sulawesi Tenggara 183.727 238.932 30 38,91 51,08 12,17 164,47 193,55 29,08 - Sulawesi Barat 85.705 102.357 19 35,99 33,56 -2,43 103,85 127,4 23,55
Sumber: Hasil Pengolahan data PT. PLN 2012
4.2.6. Wilayah Maluku dan Papua
Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di setiap satuan PLN/provinsi selama periode 2009-2011 bertumbuh sebesar 18 persen di Maluku dan 14 persen di Maluku Utara. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di Provinsi Maluku sebesar 61,8 persen, dan di Maluku Utara sebesar 53,48 persen. Perkembangan rasio ekektrifikasi dalam periode 2009-2011, peningkatan tertinggi di wilayah Maluku Utara sebesar 7,03 persen.Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Maluku sebesar 213.49 kWh/kapita, dan terendah di wilayah Maluku Utara sebesar 192,43 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011, tertinggi di wilayah Maluku Utara sebesar 32,74 kWh/kapita.
45 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 4.15:
Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi Listrik Perkapita di Wilayah Maluku dan Papua.
Satuan PLN/Provinsi
Pelanggan Rumah Tangga (RT) Rasio Elektrifikasi (persen)
kWh jual/kapita
2009 2011 Laju (persen)
2009 2011 ∆ (11-09)
2009 2011 ∆ (11-09)
Wilayah Maluku dan Maluku Utara
279.407 329.053 18 56,29 58,45 2,16 182,74 205 22,26
- Maluku 182.849 207.846 14 63,37 61,8 -1,57 199,52 213,49 13,97- Maluku Utara 96.558 121.207 26 46,45 53,48 7,03 159,69 192,43 32,74Wilayah Papua 187.598 238.473 27 27,9 36,79 8,89 232,79 218,47 -14,32- Papua 148.631 30,79 174,25- Papua Barat 89.842 54,29 386,54
Penggunaan energi untuk pelanggan rumah tangga di wilayah Papua selama periode 2009-2011 bertumbuh sebesar 27 persen. Rasio Elektrifikasi tertinggi pada tahun 2011 di Provinsi Papua Barat sebesar 54,29 persen, dan di Provinsi Papua sebesar 30,79 persen. Perkembangan rasio ekektrifikasi di wilayah Papua dalam periode 2009-2011, meningkat sebesar 8,89 persen.Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Papua Barat sebesar 386,54 kWh/kapita, dan terendah di wilayah Papua sebesar 174,25 kWh/kapita. Perkembangan konsumsi listrik selama periode 2009-2011 di wilayah Papua, menurun sebesar 14,32 kWh/kapita.
4.3. Kesenjangan Infrastruktur Telekomunikasi
Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi memiliki peran penting dalam mendukung interaksi sosial dan ekonomi masyarakat. Sejalan dengan perkembangan teknologi, disamping penggunaan Telepon Kabel juga telah marak digunakan Telepon Seluler hingga sampai di perdesaan. Namun demikian, distribusi infrastruktur telekomunikasi tersebut masih belum merata, sehingga masih banyak desa-desa yang belum memperoleh pelayanan Telepon Kabel, atau belum mampu menjangkau sinyal telepon seluler. Untuk mendukung jangkauan sinyal telepon seluler tersebut, pada dasarnya dapat diindikasikan oleh adanya Base Transceiver Station (BTS) atau Manara Telepon Seluler di sekitar wilayah tersebut.
Kesenjangan dalam penggunaan ketersediaan infrastruktur telekomunikasi antar KBI dan KTI dapat dilihat dari indikator jumlah desa/kelurahan yang terjangkau pelayanan telepon kabel, dan penerimaan sinyal telepon genggam atau Hand Phone (HP). Pada tahun 2010, Persentase desa/kelurahan yang ada di wilayah KBI telah mencapai 35 persen, sementara di wilayah KTI baru mencapai 13 persen. Sementara untuk penerimaan sinyal kuat, wilayah KBI telah mencapai 78,5 persen dari total desa, sementara di KTI baru mencapai 49 persen.
46 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 4.16: Perbandingan Penggunaan Alat Telekomunikasi Antarwilayah, tahun 2010
WILAYAH Ada Pelanggan Telepon Kabel
Penerimaan Sinyal HP Sinyal Lemah Sinyal Kuat
∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen Sumatera 3884 16,0 6197 25,6 17091 70,6 Jawa Bali 13901 53,6 3512 13,5 22291 85,9 Nusa Tenggara 531 13,1 1340 33,1 2382 58,8 Kalimantan 881 12,7 2170 31,2 3896 56,0 Sulawesi 1966 19,7 2938 29,4 5879 58,9 Maluku 177 8,4 567 27,0 793 37,7 Papua 148 2,8 548 10,2 1006 18,8 KBI 17785 35,5 9709 19,4 39382 78,5 KTI 3703 13,0 7563 26,6 13956 49,0 INDONESIA 21488 27,3 17272 22,0 53338 67,9 Sumber Podes, 2011 (BPS)
4.3.1. Wilayah Sumatera
Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi di wilayah Sumatera, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.026 desa (17,7 persen), sementara berdasarkan persentase tertinggi adalah di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 37,9 persen. Berdasarkan desa/kelurahan di wilayah Sumatera yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat sudah mencapai di atas 90 persen, namun diantaranya terdapat 25,6 persen yang menerima sinyal lemah.
Tabel 4.17: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan
Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Sumatera PROVINSI Ada Pelanggan
Telepon Kabel Penerimaan Sinyal HP
Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat ∑ Desa
persen∑ Desa
persen∑ Desa
persen ∑ Desa
persen Aceh 714 11,0 1486 22,9 4803 74,1 6289 97,0 Sumatera Utara 1026 17,7 1520 26,2 3891 67,1 5411 93,3 Sumatera Barat 391 37,9 236 22,8 751 72,7 1014 98,2 Riau 210 12,7 430 26,0 1172 70,8 1602 96,8 Jambi 180 13,1 397 28,9 918 66,9 1315 95,8 Sumatera Selatan 480 15,1 994 31,2 2119 66,5 3113 97,7 Bengkulu 215 14,2 376 24,9 1097 72,7 1473 97,6 Lampung 469 19,0 645 26,2 1762 71,5 2407 97,7 Kep. Bangka Belitung 99 27,4 41 11,4 318 88,1 359 99,4 Kepulauan Riau 100 28,3 72 20,4 260 73,7 332 94,1 SUMATERA 3.884 16,0 6.197 25,6 17.091 70,6 23.315 96,3
Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)
47 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
4.3.2. Wilayah Jawa-Bali
Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi di wilayah Jawa Bali, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Provinsi Jawa Timur sebanyak 5.605 desa (65,9 persen), sementara berdasarkan persentase tertinggi adalah di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 97,8 persen. Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat sudah mencapai hamper 100 persen di seluruh provinsi, namun diantaranya terdapat 13,2 persen yang masih menerima sinyal lemah.
Tabel 4.18:
Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Jawa Bali.
PROVINSI Ada Pelanggan Telepon Kabel
Penerimaan Sinyal HP
Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat
∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen D.K.I. Jakarta 261 97,8 - 267 100,0 267 100,0 Jawa Barat 3434 58,2 579 9,8 5282 89,4 5861 99,3 Jawa Tengah 3364 39,2 1193 13,9 7356 85,8 8549 99,7 D.I. Yogyakarta 229 52,3 39 8,9 398 90,9 437 99,8 Jawa Timur 5605 65,9 1406 16,5 7041 82,8 8447 99,4 Banten 577 37,6 244 15,9 1285 83,7 1529 99,6 Bali 431 60,2 51 7,1 662 92,5 713 99,6 JAWA-BALI 13.901 53,6 3.512 13,5 22.291 85,9 25.803 99,5 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)
4.3.3. Wilayah Nusa Tenggara
Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di NTB sebanyak 283 desa/kelurahan (26,1 persen). Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat sudah mencapai di atas 90 persen di seluruh provinsi, namun diantaranya terdapat (1.340 desa/kelurahan) atau 33,1 persen yang masih menerima sinyal lemah, khususnya di wilayah NTT yang mencapai 41,3 persen.
48 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 4.19: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan
Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Nusa Tenggara.
PROVINSI Ada Pelanggan Telepon Kabel
Penerimaan Sinyal HP Jumlah Desa/kel Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat
∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persenNusa Tenggara Barat 283 26,1 115 10,6 926 85,4 1041 96,0 1084
Nusa Tenggara Timur 248 8,4 1225 41,3 1456 49,1 2681 90,4 2966
NUSTRA 531 13,1 1.340 33,1 2.382 58,8 3.722 91,9 4.050 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)
4.3.4. Wilayah Kalimantan
Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Kalimantan Selatan sebanyak 374 desa/kelurahan (18,7 persen). Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat sudah mencapai di atas 80 persen di seluruh provinsi, namun diantaranya terdapat 2,170 desa/kelurahan atau 31,2 persen yang masih menerima sinyal lemah, khususnya di wilayah Kalimantan tengah yang mencapai 40,9 persen.
Tabel 4.20: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan
Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Kalimantan.
PROVINSI
Ada Pelanggan Telepon Kabel
Penerimaan Sinyal HP
Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat
∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen
Kalimantan Barat 188 9,6 673 34,2 928 47,2 1601 81,4 Kalimantan Tengah 84 5,5 625 40,9 625 40,9 1250 81,8 Kalimantan Selatan 374 18,7 423 21,2 1513 75,7 1936 96,8 Kalimantan Timur 235 16,0 449 30,6 830 56,7 1279 87,3 KALIMANTAN 881 12,7 2.170 31,2 3.896 56,0 6.066 87,2 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)
4.3.5. Wilayah Sulawesi
Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Sulawesi Selatan sebanyak 853 desa/kelurahan (28,6 persen), dan menurut persentasenya adalah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 35,1 persen. Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat, jumlah desa/kelurahan terbanyak di Provinsi Sulawesi Selatan (94,7 persen) dan terendah di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 78,3 persen. Persentase desa/kelurahan dengan penerimaan sinyal lemah, terbanyak di Provinsi Sulawesi Barat yang mencapai 37 persen.
49 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 4.21: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan
Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Wilayah Sulawesi
PROVINSI Ada Pelanggan Telepon Kabel
Penerimaan Sinyal HP
Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen
Sulawesi Utara 595 35,1 415 24,5 1149 67,9 1564 92,4 Sulawesi Tengah 162 8,9 484 26,7 938 51,7 1422 78,3 Sulawesi Selatan 853 28,6 891 29,9 1934 64,9 2825 94,7 Sulawesi Tenggara 138 6,5 683 32,2 1130 53,3 1813 85,5 Gorontalo 171 23,4 229 31,3 445 60,9 674 92,2 Sulawesi Barat 47 7,4 236 37,0 283 44,4 519 81,3 SULAWESI 1.966 19,7 2.938 29,4 5.879 58,9 8.817 88,3 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)
4.3.6. Wilayah Maluku dan Papua
Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Maluku Utara sebanyak 95 desa/kelurahan (8,8 persen). Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat baru mencapai sekitar 64,7 persen, namun diantaranya terdapat 567desa/kelurahan atau 27 persen yang masih menerima sinyal lemah, khususnya di wilayah Maluku Utara yang mencapai 29,8 persen.
Tabel 4.22: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Telepon Kabel dan
Penerimaan Sinyal Telepon Seluler
PROVINSI
Ada Pelanggan
Telepon Kabel
Penerimaan Sinyal HP
Sinyal Lemah Sinyal Kuat Lemah - Kuat ∑
Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen ∑ Desa persen
Maluku 82 8,0 245 23,9 387 37,8 632 61,7 Maluku Utara 95 8,8 322 29,8 406 37,6 728 67,5 MALUKU 177 8,4 567 27,0 793 37,7 1.360 64,7 Papua Barat 60 4,2 206 14,3 301 20,9 507 35,2 Papua 88 2,2 342 8,7 705 18,0 1047 26,7 PAPUA 148 2,8 548 10,2 1.006 18,8 1.554 29,0 Sumber: Hasil Pengolahan data PODES 2011 (BPS)
50 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Berdasarkan ketersediaan layanan telepon kabel dan kemampuan menerima sinyal telepon Seluler antarprovinsi, layanan telepon kabel terbanyak adalah di Provinsi Papua sebanyak 88 desa/kelurahan, dan menurut persentasenya adalah sebesar 4,2 persen di Provinsi Papua Barat. Berdasarkan desa/kelurahan yang menerima sinyal telepon seluler dengan intensitas sinyal lemah sampai kuat baru mencapai sekitar 89,9 persen, namun diantaranya terdapat 17.272 desa/kelurahan atau 22 persen yang masih menerima sinyal lemah, khususnya di wilayah Papua Barat yang mencapai 14,3 persen.
51ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
BAB 5ANALISIS PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH
5.1. Analisis Pendapatan DaerahAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dialokasikan untuk
melaksanakan program atau kegiatan sesuai dengan kemampuan pendapatannya, sertadidukung oleh pembiayaan yang sehat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerahyang diikuti dengan pemerataan pembangunan. Pencapaian tujuan tersebut diharapkandapat dilakukan melalui peningkatan potensi penerimaan pajak dan retribusi daerahditambah dengan dana transfer dari pemerintah Pusat yang digunakan untuk mendanaipenyelenggaraan layanan publik dalam jumlah yang mencukupi dan juga berkualitas.Selanjutnya melalui belanja yang berkualitas diharapkan APBD dapat menjadi injeksibagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Namun demikian, kenyataan yang dihadapi dalam pengelolaan keuangan publik,selalu terjadi kendala penganggaran, yang tercermin dari banyaknya kebutuhan yangdihadapkan pada keterbatasan sumber-sumber pendapatan daerah. Dengan demikian,prioritas belanja dan perencanaan yang baik dapat menjadi kunci untuk menyiasatikendala penganggaran. Terkait dengan hal tersebut, melalui analisis keuangan APBDdiharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dalam memotret kondisikeuangan APBD baik dari sisi pendapatan dan belanja.
Disisi pendapatan, analisis kesehatan keuangan APBD akan melihat aspekkemandirian daerah dan ruang fiskal (fiscal space), sementara dari sisi belanja daerahakan meliputi rasio belanja pegawai terhadap total belanja, rasio belanja pegawai tidaklangsung terhadap total belanja, rasio belanja modal per total belanja, dan rasio belanjamodal per jumlah penduduk. Semua rasio tersebut menunjukkan kecenderungan polabelanja daerah, apakah suatu daerah cenderung mengalokasikan dananya untuk belanjayang terkait erat dengan upaya peningkatan ekonomi, seperti belanja modal, atau untukbelanja yang sifatnya untuk pendanaan aparatur, seperti belanja pegawai tidak langsung.Analisis dari sisi pendapatan, meliputi analisis rasio kemandirian daerah, Tax Effort,Pajak perkapita, serta ruang fiskal (fiscal space).
5.1.1. Rasio Kemandirian DaerahRasio kemandirian ditunjukkan oleh rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap total pendapatan. Semakin besar angka rasio PAD, maka kemandirian daerahsemakin besar, dan sekaligus memiliki rasio transfer yang rendah. Penghitungannyadilakukan dengan menjumlahkan PAD seluruh pemda pada satu daerah kemudianmembaginya dengan total pendapatan untuk wilayah yang sama.
52 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Pemerintah Provinsi
Perkembangan rasio PAD dibandingkan dengan total pendapatan pada tahun 2012secara umum menunjukkan peningkatan dibanding dengan Rasio PAD pada tahun 2008,kecuali untuk Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua, Maluku Utara, Aceh, NTT,Kepulauan Riau, NTB, Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, JawaBarat dan Lampung. Rasio PAD tertinggi dicapai oleh pemerintah provinsi Jawa Timursebesar 78,70 persen dan terendah dimiliki oleh pemda provinsi Papua Barat sebesar 3,45persen. Sementara itu Rasio PAD terhadap total Pendapatan antarprovinsi yang berada diatas rata-rata antarprovinsi 37,09 Persen, meliputi sebanyak 16 provinsi. Data tersebutditunjukkan pada Gambar 5-1.
Gambar 5-1.Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Pemerintah Provinsi Tahun 2008 dan 2012.
Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten dan Kota Se – Provinsi
Perkembangan rasio PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten dan Kota Se – Provinsipada tahun 2008 dibandingkan dengan total pendapatan pada tahun 2012 secara umummenunjukkan peningkatan, kecuali untuk Provinsi Aceh, Riau, dan Kepulauan Riau.Rasio PAD tertinggi dicapai oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta sebesar 60,98 persendan terendah dimiliki oleh pemda provinsi Papua Barat sebesar 3,33 persen. Sementaraitu Rasio PAD terhadap total Pendapatan yang berada di atas rata-rata kabupaten/kota se-provinsi (15,88 persen), meliputi sebanyak 12 provinsi. Data tersebut ditunjukkan padaGambar 5-2.
3,45
78,70
37,09
- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Pap
ua B
arat
Pap
ua M
aluk
u U
tara
Aceh
Sul
awes
i Bar
at M
aluk
uN
TT G
oron
talo
Sul
awes
i Ten
gah
Kep
ulau
an R
iau
Sul
awes
i Ten
ggar
a B
angk
a Be
litun
g B
engk
ulu
Kal
iman
tan
Teng
ah S
ulaw
esi U
tara
NTB
Ria
u S
umat
era
Sela
tan
Kal
iman
tan
Bara
t Ja
mbi
DI Y
ogya
kart
a S
umat
era
Bara
t K
alim
anta
n Ti
mur
Sul
awes
i Sel
atan
Jaw
a Te
ngah
Bal
i S
umat
era
Uta
ra Ja
wa
Bara
t L
ampu
ng D
KI Ja
kart
a K
alim
anta
n Se
lata
n B
ante
n Ja
wa
Tim
ur
Rasio PAD thd Pendapatan Pemprov Rasio PAD thd Pendapatan Pemprov 2008Rasio PAD thd Pendapatan Pemprov Rasio PAD thdp pendapatan PemProv 2012Rasio PAD thd Pendapatan Pemprov Rata-rata Rasio PAD thdp Pendapatan PemProv2012
53ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Gambar 5-2:Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten dan Kota Se – Provinsi
Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Untuk Tingkat Kabupaten dan Kota
Rasio PAD terhadap Total Pendapatan untuk tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi diKabupaten Badung Provinsi Bali dengan nilai Rasio 68,25 persen, sementara rasioterendah di Kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat sebesar 0,14 persen dan KabupatenPuncak Provinsi Papua sebesar 0.19 persen. Berdasarkan pemeringkatan nilai Rasio PADpada 20 kabupaten/kota tertinggi, sebagian besar terdapat di kota-kota wilayah Jawa Balidan Sumatera. Sementara untuk Rasio PAD pada 20 kabupaten/kota terendah, sebagianbesar berada di kabupaten-kabupaten di Provinsi papua dan Papua Barat. Rincian untuk20 Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendah untuk Rasio PAD terhadaptotal pendapatan, dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel. 5.1:Kabupaten/Kota Menurut Dua Puluh (20) Peringkat Tertinggi dan Terendah untuk Rasio
PAD terhadap Total Pendapatan Tahun 2012.
No.
20 Peringkat Terendah Tingkat Kemandirian Daerah 20 Peringkat Tertinggi Tingkat KemandirianDaerah
Provinsi Kab/KotaPAD/
Pendapatan(%)
Provinsi Kab/KotaPAD/
Pendapatan(%)
1 Papua Barat Maybrat 0,14 Bali Badung 68,252 Papua Puncak 0,19 Jatim Kota Surabaya 51,10
3 Papua Mamberamo Tengah 0,22 Sumut Kota Medan 38,73
4 Papua Dogiyai 0,24 Bali Kota Denpasar 30,675 Maluku Buru Selatan 0,34 Jatim Sidoarjo 30,02
6 Papua Barat Tambrauw 0,38 Jateng Kota Semarang 29,97
7 Papua Intan Jaya 0,40 Jawa Barat Bogor 26,888 Papua Yalimo 0,48 DIY Kota Yogyakarta 26,81
3,33
60,98
15,88
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
Pap
ua B
arat
Pap
ua M
aluk
u S
ulaw
esi B
arat
Ace
h N
usa
Teng
gara
Tim
ur M
aluk
u U
tara
Sul
awes
i Ten
gah
Gor
onta
lo K
alim
anta
n Te
ngah
Sul
awes
i Uta
ra S
ulaw
esi T
engg
ara
Ben
gkul
u Ja
mbi
Ban
gka
Belit
ung
Ria
u K
alim
anta
n Ba
rat
Nus
a Te
ngga
ra B
arat
Sum
ater
a Ba
rat
Sum
ater
a Se
lata
n L
ampu
ng S
ulaw
esi S
elat
an K
epul
auan
Ria
u K
alim
anta
n Ti
mur
Jaw
a Te
ngah
Kal
iman
tan
Sela
tan
DI Y
ogya
kart
a S
umat
era
Uta
ra Ja
wa
Bara
t Ja
wa
Tim
ur B
ante
n B
ali
DKI
Jaka
rta
Rasio PAD thdp Pendapatan Se-Prov 2008
Rasio PAD thdp Pendapatan Se-Prov 2012
rata-rata Rasio PAD thdp Pendapatan Se-Prov 2012
54 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
9 Papua Deiyai 0,53 Kepri Kota Batam 26,70
10 Papua Sarmi 0,73 Jawa Barat Kota Depok 26,55
11 Papua Mamberamo Raya 0,88 Banten Kota TangerangSelatan
26,13
12 Papua Lanny Jaya 0,89 Banten Kota Cilegon 25,33
13 Papua Nduga 0,91 Jawa Barat Bekasi 24,04
14 Papua Supiori 0,94 Jawa Barat Kota Bekasi 23,8415 Maluku Utara Pulau Morotai 0,95 Kepri Karimun 23,19
16 Lampung Tulang Bawang Barat 1,02 Sumsel Kota Palembang 22,98
17 Sulut Minahasa Selatan 1,03 Banten Tangerang 22,8418 Papua Paniai 1,05 Jatim Gresik 22,46
19 Papua Pegunungan Bintang 1,07 Jawa Barat Kota Bandung 22,28
20 Papua Tolikara 1,10 Sulsel Kota Makassar 22,21
5.1.2. Rasio Pajak (Tax Ratio)
Tax Ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak suatu daerahterhadap pendapatan suatu output perekonomian atau produk Domestik Regional Bruto(PDRB). Terkait dengan rasio pajak, PDRB menggambarkan jumlah pendapatan potensialyang dapat dikenai pajak. PDRB juga menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakatyang jika berkembang dengan baik merupakan potensi yang baik bagi pengenaan pajak diwilayah tersebut. Oleh karena itu, mengetahui angka-angka rasio pajak di berbagaiwilayah di Indonesia akan membantu kita dalam menganalisis secara sederhana hubunganantara pajak daerah wilayah tersebut dengan PDRB-nya, mengetahui jenis-jenis pajak apasaja yang potensial serta sektor ekonomi yang terkait, dan menilai kondisi suatu daerahdengan membandingkannya dengan daerah lain.
Rasio Pajak Pemerintah ProvinsiPerkembangan Rasio Pajak pemerintah provinsi tahun 2012 secara umum
menunjukkan penurunan dibanding dengan Rasio Pajak pada tahun 2008. Rasio Pajaktertinggi dicapai oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan 10,00 persen dan terendahdimiliki oleh pemda provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,67 persen Tingginya angka rasiopajak tersebut disebabkan angka pembaginya, yaitu PDRB-nya rendah, kemudianrendahnya rasio tersebut disebabkan karena penerimaan pajak daerah yang sangat rendah.Sementara itu Rasio pajak antarprovinsi yang berada di atas rata-rata antarprovinsi (2,8persen) meliputi 14 provinsi. Data tersebut ditunjukkan pada Gambar 5-3.
55ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Gambar 5-3.Tax Rasio Pemerintah Provinsi Tahun 2008 dan 2012
Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi
Perkembangan Rasio Pajak pemerintah provinsi tahun 2012 secara umummenunjukkan peningkatan diseluruh provinsi dibanding dengan Rasio Pajak pada tahun2008. Rasio pajak pemkab dan pemkot se-Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan angkayang paling tinggi yaitu sebesar 12,52 persen. Penyebab tingginya rasio tersebut adalahtingginya pajak daerah pemkab dan pemkot se-provinsi tersebut berasal dari sektorpariwisata yang mencapai hingga 51 persen. Sementara itu, rasio pajak terendah terdapatpada pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi Sulawesi tengah, yaitu sebesar 0,82persen Rendahnya angka tersebut disebabkan oleh rendahnya potensi penerimaan pajakdaerah. Provinsi-provinsi yang memiliki Rasio pajak di atas rata-rata antarprovinsi (3,71persen), meliputi 11 provinsi. Data tersebut ditunjukkan pada Gambar 5-4.
Gambar 5-4:Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Tahun 2008 dan 2012.
0,67
10,00
2,80
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
Sul
awes
i Ten
gah
Pap
ua B
arat
Kep
ulau
an R
iau
Pap
ua R
iau
Sul
awes
i Bar
atAc
eh NTT
Sul
awes
i Ten
ggar
a Ja
wa
Tim
ur Ja
wa
Bara
t M
aluk
u U
tara
Jaw
a Te
ngah
Sul
awes
i Uta
ra S
umat
era
Sela
tan
Sum
ater
a Ba
rat
NTB
Sum
ater
a U
tara
Kal
iman
tan
Bara
t B
ante
n K
alim
anta
n Te
ngah
DI Y
ogya
kart
a K
alim
anta
n Ti
mur
Jam
bi B
angk
a Be
litun
g L
ampu
ng D
KI Ja
kart
a B
engk
ulu
Mal
uku
Gor
onta
lo K
alim
anta
n Se
lata
n B
ali
Sul
awes
i Sel
atan
Tax Ratio PROVINSI Rasio Pajak thdp PDRB Pemprov 2008Tax Ratio PROVINSI Rasio Pajak thdp PDRB PemProv 2012Tax Ratio PROVINSI Rasio Pajak thdp rata-rata PDRB PemProv2012
0,82
12,52
3,71
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Sul
awes
i Ten
gah
Pap
ua B
arat
Ria
u S
ulaw
esi B
arat
Pap
uaAc
eh S
ulaw
esi T
engg
ara
Kep
ulau
an R
iau
NTT
Jaw
a Ti
mur
Jaw
a Te
ngah
Jaw
a Ba
rat
Sum
ater
a Ba
rat
Sum
ater
a Se
lata
n S
ulaw
esi U
tara
Kal
iman
tan
Teng
ah K
alim
anta
n Ti
mur
NTB
Mal
uku
Uta
ra D
KI Ja
kart
a Ja
mbi
Kal
iman
tan
Bara
t L
ampu
ng S
umat
era
Uta
ra B
angk
a Be
litun
g B
ante
n D
I Yog
yaka
rta
Ben
gkul
u K
alim
anta
n Se
lata
n M
aluk
u G
oron
talo
Bal
i S
ulaw
esi S
elat
an
Tax Ratio Rasio Pajak thdp PDRB Se-Prov 2008Tax Ratio Rasio Pajak thdp PDRB Se-Prov 2012Tax Ratio Rasio Pajak thdp rata-rata PDRB Se-Prov 2012
56 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Rasio Pajak Pemerintah Kabupaten dan Kota
Rasio Pajak untuk tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di Kabupaten BadungProvinsi Bali dengan nilai Rasio 15,94 persen dan Kota Tomohon Provinsi SulawesiUtara sebesar 14,28 persen, sementara rasio terendah di Kabupaten Puncak ProvinsiPapua sebesar 0,004 persen, Kabupaten Sorong Provinsi Papua dan Kabupaten MesujiProvinsi Lampung sebesar 0,03 persen. Tingginya kontribusi pajak di Kabupaten Badungsebagian besar bersumber dari Pajak Hotel dan Restoran yang mencapai 84 persen daritotal pajak yang diterima daerah. Sementara relatif tingginya Rasio pajak di KotaTomohon lebih disebabkan oleh rendahnya nilai PDRB kota tersebut. Berdasarkanpemeringkatan nilai Rasio pajak pada 20 kabupaten/kota tertinggi, sebagian besar terdapatdi kota-kota wilayah Jawa Bali dan Sulawesi. Sementara untuk Rasio Pajak pada 20kabupaten/kota terendah, sebagian besar berada di kabupaten-kabupaten di wilayahKalimantan dan Papua. Rincian untuk dua puluh (20) Kabupaten/Kota menurut peringkattertinggi dan terendah untuk Rasio Pajak, dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel. 5.2Rasio Pajak Kabupaten/Kota Menurut Dua Puluh (20) Peringkat Tertinggi dan
Terendah, Tahun 201120Kab/KotadenganRasioPajaktertinggi 20Kab/KotadenganRasioPajakterendah
No Provinsi kabupaten/kota
(%) Provinsi kabupaten/kota
(%)
1 Bali Badung 15.94 Papua Puncak 0.002 SulawesiUtara KotaTomohon 14.28 PapuaBarat Sorong 0.033 KepulauanRiau Karimun 6.76 Lampung Mesuji 0.034 SulawesiTenggara ButonUtara 4.27 SumateraUtara NiasUtara 0.045 Banten KotaTangerangSelatan 3.96 KalimantanTimur KutaiTimur 0.046 Bali KotaDenpasar 3.79 SumateraUtara Nias 0.057 KepulauanRiau KepulauanRiau 3.23 KalimantanTimur Pasir 0.068 NusaTenggaraBarat LombokBarat 3.00 KalimantanTimur Kutai 0.069 Bali Gianyar 2.85 KalimantanSelatan Balangan 0.0710 JawaBarat KotaBogor 2.57 Papua Deiyai 0.0711 Gorontalo KotaGorontalo 2.41 SulawesiUtara Manado 0.0712 SulawesiSelatan Maros 2.36 Jambi TanjungJabungTimur 0.0713 MalukuUtara KotaTernate 2.14 SumateraUtara BatuBara 0.0714 JawaBarat KotaDepok 2.10 Riau RokanHilir 0.0815 JawaBarat KotaBekasi 2.02 JawaTimur KotaKediri 0.0816 JawaTimur KotaSurabaya 1.93 Papua Dogiyai 0.0817 KalimantanBarat KayongUtara 1.82 KalimantanTimur KotaBontang 0.0818 DIYogyakarta KotaYogyakarta 1.81 Papua Waropen 0.0919 Maluku MalukuTenggara 1.79 KalimantanBarat Bengkayang 0.0920 DIYogyakarta Sleman 1.78 SulawesiTenggara KonaweUtara 0.09
5.1.3. Ruang Fiskal Daerah
Perencanaan dan penganggaran yang dituangkan dalam APBD suatu daerahmemegang peranan sangat penting. Pemerintah daerah diharapkan memiliki terobosanuntuk memanfaatkan ruang fiskal yang ada guna memacu pertumbuhan ekonomi. Ruangfiskal diperoleh dari pendapatan umum setelah dikurang pendapatan yang sudah
57ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
ditentukan penggunaannya (earmarked) serta belanja yang sifatnya mengikat sepertibelanja pegawai dan belanja bunga. Efektivitas penggunaan anggaran di suatu daerah jugamenunjang terciptanya ruang fiskal yang cukup memberi ruang dalam pembangunansuatu daerah.
Ruang fiskal antarprovinsi, menunjukkan Pemprov. Papua Barat memiliki ruangfiskal yang tertinggi yaitu sebesar 93,8 persen hal ini dapat disebabkan dana transfer yangbesar yang dialokasikan oleh pemerintah pusat, sedangkan Pemprov. Gorontalomempunyai ruang fiskal yang terendah yaitu sebesar 38,7 persen. Hal ini dapatdisebabkan karena pendapatan daerah yang rendah, disisi lain pendapatan Dana AlokasiUmum (DAU) sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai. Gambaran selengkapnyatentang ruang fiskal masing-masing Pemerintah provinsi di Indonesia dapat dilihat padaGambar 5-5.
Gambar 5-5.Ruang Fiskal Pemerintah Provinsi, Tahun 2012.
Rata-rata Ruang fiskal seluruh pemkab dan pemkot pada suatu provinsi dapatdigambarkan pada Gambar 5-6. Dari hasil analisis ini, rata-rata ruang fiskal tertinggiuntuk kabupaten dan kota terdapat di Provinsi Riau yaitu sebesar 85,1 persen Adapunruang fiskal terendah terdapat pada kabupaten dan kota yang berada di Provinsi DIYogyakarta, yaitu sebesar 36,2 persen.
38,7
93,8
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0
100,0
Goro
ntal
oSu
law
esi U
tara
Beng
kulu
Mal
uku
Sula
wes
i Ten
ggar
aDI
Yog
yaka
rta
Jam
biBa
liSu
law
esi T
enga
hNu
sa T
engg
ara
Tim
urN
usa
Teng
gara
Bar
atSu
mat
era
Bara
tKa
liman
tan
Sela
tan
Lam
pung
Mal
uku
Uta
raKe
p. B
angk
a Be
litun
gKa
liman
tan
Teng
ahKa
liman
tan
Bara
tSu
law
esi B
arat
Sula
wes
i Sel
atan
Riau
Jaw
a Ti
mur
Sum
ater
a Se
lata
nJa
wa
Teng
ahJa
wa
Bara
tAc
ehKe
pula
uan
Riau
Kalim
anta
n Ti
mur
Papu
aSu
mat
era
Uta
raBa
nten
Papu
a Ba
rat
Ruang Fiskal (Realisasi) Tahun 2012
58 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Gambar 5-6.Rata-rata Ruang Fiskal Kabupaten dan Kota Menurut Provinsi, Tahun 2012.
Ruang Fiskal Kabupaten dan Kota
Ruang fiskal untuk tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di KabupatenMembramo Raya Provinsi Papua dengan Ruang Fiskal sebesar 89,3 persen , dan Ruangfiskal terendah di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 26,4 persen, danKabupaten Karanganyar Provinsi Bali sebesar 28,2 persen. Berdasarkan pemeringkatannilai Ruang Fiskal pada 20 kabupaten/kota tertinggi, sebagian besar terdapat dikabupaten-kabupaten di wilayah Provinsi Papua, Papua Barat dan Kalimantan Timur.Sementara untuk Tax Ratio pada 20 kabupaten/kota terendah, sebagian besar berada dikabupaten-kabupaten di wilayah Jawa-Bali dan sebagian Sumatera. Rincian untuk 20Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendah untuk Tax Ratio, dapat dilihatpada Tabel 5.4.
Tabel 5.4.20 Kabupaten/Kota tertinggi dan 20 Kabupaten/Kota Terendah Menurut Ruang Fiskal
No. RUANG FISKAL TERENDAH RUANG FISKAL TERTINGGI
Provinsi Kabupaten/Kota RuangFiskal
Provinsi Kabupaten/Kota RuangFiskal
1 Sulawesi Tenggara Kota Kendari 26,4 Papua Mamberamo Raya 89,32 Bali Karanganyar 28,2 Papua Barat Tambrauw 86,83 Jawa Tengah Klaten 28,3 Papua Barat Kaimana 84,14 Jawa Timur Ngawi 29,9 Papua Puncak 83,75 Sumatera Utara Kota Tebing Tinggi 30,0 Papua Barat Teluk Bintuni 83,16 Maluku Kota Ambon 30,0 Papua Sarmi 82,47 Jawa Barat Kuningan 30,3 Papua Intan Jaya 82,0
36,2
85,1
54,21
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0
DI Y
ogya
kart
aBa
liJa
wa
Teng
ahN
usa
Teng
gara
Bar
atJa
wa
Tim
urSu
law
esi S
elat
anJa
wa
Bara
tLa
mpu
ngSu
law
esi T
enga
hSu
law
esi U
tara
Sum
ater
a U
tara
Sula
wes
i Bar
atKa
liman
tan
Sela
tan
Nusa
Ten
ggar
a Ti
mur
Sula
wes
i Ten
ggar
aSu
mat
era
Bara
tBa
nten
Goro
ntal
oAc
ehM
aluk
uKa
liman
tan
Bara
tBe
ngku
luKa
liman
tan
Teng
ahJa
mbi
Sum
ater
a Se
lata
nM
aluk
u U
tara
Kepu
laua
n Ri
auKe
p. B
angk
a Be
litun
gKa
liman
tan
Tim
urPa
pua
Papu
a Ba
rat
Riau
Rata-rata Ruang Fiskal (realisasi) Kab/Kota per Prov 2012
Rata-rata Ruang Fiskal (Realisasi) Kab/Kota 2012
59ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
8 Sumatera Barat Agam 30,7 Papua Waropen 81,99 Jawa Tengah Purworejo 30,7 Papua Mamberamo Tengah 81,8
10 Jawa Tengah Sragen 31,0 Kalimantan Timur Penajam Paser Utara 81,211 Jawa Barat Ciamis 31,4 Kalimantan Timur Tana Tidung 81,012 Jawa Tengah Wonogiri 31,6 Kalimantan Timur Kutai Barat 80,513 Sumatera Barat Tanah Datar 31,6 Papua Boven Digoel 80,514 Jawa Barat Tasikmalaya 31,7 Kepulauan Riau Natuna 79,915 Maluku Maluku Tengah 31,8 Papua Keerom 79,216 Sumatera Barat Padang Pariaman 32,2 Papua Mappi 78,817 Sumatera Barat Solok 32,2 Papua Barat Teluk Wondama 77,818 DI Yogyakarta Bantul 32,9 Kalimantan Timur Kutai Timur 77,619 Aceh Aceh Barat 33,0 Papua Supiori 77,320 Jawa Timur Magetan 33,0 Kalimantan Timur Kota Bontang 77,3
5.2. Analisis Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan gambaran alokasi anggaran untuk melaksanakanprogram/kegiatan dan pembiayaan Pembangunan. Pembangunan dimaksud meliputiberbagai program untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pembangunan diberbagai sektor, termasuk untuk mendanai penyelenggaraan layanan publik dalam jumlahyang mencukupi dan juga berkualitas. Dengan demikian, belanja yang berkualitasdiharapkan dapat menjadi injeksi bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraanmasyarakat.
Melalui Profil Belanja daerah ini diharapkan dapat memberikan gambaran kualitasbelanja berdasarkan pendekatan rasio antar beberapa komponen penting belanja daerah.Komponen penting tersebut akan dilihat dari indikator sebagai berikut:
1. Rasio belanja pegawai terhadap total belanja.2. Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja.3. Rasio belanja pegawai terhadap jumlah penduduk.4. Rasio belanja modal terhadap total belanja.5. Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk.
5.2.1. Rasio belanja pegawai terhadap total belanja
Rasio belanja pegawai terhadap total belanja dapat memberikan indikasi terhadapporsi belanja pegawai atau di luar belanja pegawai yang khususnya untuk mendukungpertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi angka rasionya maka semakin besar proporsiAPBD yang dialokasikan untuk belanja pegawai dan begitu sebaliknya semakin kecilangka rasio belanja pegawai maka semakin kecil pula proporsi APBD yang dialokasikanuntuk belanja pegawai APBD. Belanja pegawai yang dihitung dalam rasio ini melipuibelanja pegawai langsung dan belanja pegawai tidak langsung.
60 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Rasio belanja pegawai terhadap total belanja Pemerintah Provinsi.
Rasio belanja pegawai pemerintah provinsi di Indonesia pada tahun 2008 rata-ratasebesar 27,33 persen, menurun menjadi sebesar 21,05 persen pada tahun 2012. Padatahun 2012, sebanyak 15 provinsi memiliki rasio belanja pegawai yang lebih rendahdibandingkan rata-rata rasio provinsi tersebut dan sedangkan 18 provinsi lainnya di atasrata-rata. Dengan demikian, sebagian besar pemerintah provinsi masih memiliki rasiobelanja pegawai relatif tinggi. Pemerintah provinsi yang memiliki rasio belanja pegawaiterbesar adalah Pemprov DKI Jakarta dengan rasio sebesar 33,72 persen, sedangkanpemerintah provinsi yang memiliki rasio belanja pegawai terkecil adalah Pemprov PapuaBarat yang sebesar 9,17 persen. Perbaikan rasio belanja pegawai tidak langsung selamaperiode 2008-2012 diperlihatkan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yangmenurun tajam dari 69,63 persen pada tahun 2008 menjadi 18,90 persen pada tahun 2012.Gambaran selengkapnya tentang rasio belanja pegawai terhadap total belanja masing-masing Pemerintah provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5-7.
Gambar 5-7.Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Masing-Masing Pemerintah
Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.
Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Pemerintah Kabupaten Dan KotaSe-Provinsi.
Rasio belanja pegawai pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi di Indonesiapada tahun 2008 rata-rata sebesar 40,13 persen, meningkat menjadi sebesar 43,32 persenpada tahun 2012. Pada tahun 2012, sebanyak 13 Provinsi memiliki rasio belanja pegawaiyang lebih rendah dibandingkan rata-rata rasio Provinsi tersebut dan sedangkan 20Provinsi lainnya di atas rata-rata. Dengan demikian, sebagian besar pemerintah kabupaten
9,17
33,72
21,05
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
Pap
ua B
arat
Sum
ater
a U
tara
Kal
iman
tan
Tim
ur B
ante
n P
apua
Jaw
a Ba
rat
Aceh
Jaw
a Te
ngah
Sum
ater
a Se
lata
n K
epul
auan
Ria
u R
iau
Sul
awes
i Sel
atan
Kal
iman
tan
Bara
t K
alim
anta
n Te
ngah
Ban
gka
Belit
ung
Sum
ater
a Ba
rat
Jaw
a Ti
mur
Mal
uku
Uta
ra K
alim
anta
n Se
lata
n B
ali
Lam
pung
Sul
awes
i Bar
atN
TB S
ulaw
esi T
enga
h Ja
mbi
Sul
awes
i Ten
ggar
aN
TT D
I Yog
yaka
rta
Gor
onta
lo S
ulaw
esi U
tara
Ben
gkul
u M
aluk
u D
KI Ja
kart
a
Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Pemprov 2008
Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Pemprov 2012
Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Rata-rata Pemprov 2012
61ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
dan kota se-Provinsi masih memiliki rasio belanja pegawai relatif tinggi. Pemerintahkabupaten dan kota se-Provinsi yang memiliki rasio belanja pegawai terbesar adalah DI.Yogyakarta dengan rasio sebesar 56,41 persen, sedangkan rasio belanja pegawai terkeciladalah pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi Kalimantan Timur sebesar 25,64persen. Gambaran selengkapnya tentang rasio belanja pegawai terhadap total belanjamasing-masing pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi di Indonesia dapat dilihat padaGambar 5-8.
Gambar 5-8.Rasio Belanja Pegawai Kabupaten Dan Kota Se-Provinsi Terhadap Total Belanja
Pemerintah Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.
Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Pemerintah Kabupaten dan Kota.
Rasio belanja pegawai untuk tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di KotaLangsa Provinsi Aceh dengan Rasio Belanja sebesar 76,69 persen , dan Rasio Belanjaterendah di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat sebesar 14,66 persen.Berdasarkan pemeringkatan Rasio Belanja pada 20 kabupaten/kota tertinggi, sebagianbesar terdapat di kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa dan Sumatera. Sementara untukRasio belanja pada 20 kabupaten/kota terendah, sebagian besar berada di kabupaten-kabupaten di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya di Provinsi Papua dan PapuaBarat. Distribusi kabupaten-kabupaten dengan rasio belanja pegawai tinggi tersebut,umumnya dipengaruhi oleh banyaknya pagawai, sejalan dengan banyaknya jumlahpenduduk. Sementara kondisi sebaliknya untuk di wilayah Papua yang berpenduduksedikit. Rincian untuk 20 Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendahuntuk Rasio belanja, dapat dilihat pada Tabel 5.5
56,41
25,64
43,32
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
DI Y
ogya
kart
a A
ceh
Jaw
a Te
ngah
Bal
i S
ulaw
esi S
elat
an Ja
wa
Bara
t Ja
wa
Tim
ur N
usa
Teng
gara
Bar
at M
aluk
u G
oron
talo
Sum
ater
a U
tara
Kep
ulau
an R
iau
Sum
ater
a Ba
rat
Sul
awes
i Ten
gah
Ben
gkul
u N
usa
Teng
gara
Tim
ur S
ulaw
esi B
arat
Lam
pung
Sul
awes
i Ten
ggar
a S
ulaw
esi U
tara
Kal
iman
tan
Sela
tan
Kal
iman
tan
Bara
t B
angk
a Be
litun
g B
ante
n P
apua
Kal
iman
tan
Teng
ah S
umat
era
Sela
tan
Pap
ua B
arat
Jam
bi R
iau
Mal
uku
Uta
ra D
KI Ja
kart
a K
alim
anta
n Ti
mur
Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Se-Prov 2008Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Se-Prov 2012Rasio Belanja Pegawai (langsung+tidak langsung) Rata-rata Se-Prov 2012
62 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 5.5:Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Kabupaten dan Kota Menurut 20 Peringkat
Tertinggi dan Terendah.
No. 20 Peringkat Terendah Rasio Belanja Pegawai(langsung+tidak langsung)
20 Peringkat Tertinggi Rasio Belanja Pegawai(langsung+tidak langsung)
Provinsi Kabupaten/Kota (%)2012
Provinsi Kabupaten/Kota (%)2012
1 Papua Barat Kab. Tambrauw 14,66 Aceh Kota Langsa 76,692 Kaltim Kab. Tana Tidung 15,03 Jawa Barat Kab. Kuningan 73,993 Papua Kab. Mamberamo Tengah 16,31 Maluku Kota Ambon 73,394 Papua Kab. Mamberamo Raya 16,77 Jatim Kab. Ngawi 72,975 Papua Kab. Puncak 16,87 DIY Kab. Bantul 71,946 Kaltim Kab. Penajam Paser Utara 21,37 Aceh Kab. Bireuen 71,817 Papua Kab. Supiori 22,10 Jateng Kab. Klaten 71,618 Papua Kab. Intan Jaya 22,42 Aceh Kab. Aceh Barat 70,939 Kaltim Kab. Malinau 23,07 Gorontalo Kota Gorontalo 70,31
10 Papua Kab. Yalimo 23,83 Jateng Kab. Karanganyar 70,1211 Papua Kab. Boven Digoel 24,07 Sumut Kota Padang Sidimpuan 70,0012 Kepri Kab. Natuna 24,09 NTB Kab. Lombok Tengah 69,8213 Papua Kab. Nduga 24,24 Jawa Barat Kab. Ciamis 69,4514 Papua Barat Kab. Teluk Bintuni 24,65 Sulteng Kota Palu 69,3115 Riau Kab. Bengkalis 25,05 Bengkulu Kota Bengkulu 68,9316 Papua Barat Kab. Teluk Wondama 25,20 Sumut Kota Pematang Siantar 68,6617 Papua Barat Kab. Kaimana 26,07 Jateng Kab. Purworejo 68,5818 Kaltim Kab. Kutai Kartanegara 26,65 Aceh Kab. Pidie 68,5219 Kaltim Kab. Kutai Timur 26,72 NTT Kota Kupang 68,3920 Papua Kab. Keerom 27,10 Jateng Kab. Sragen 67,98
5.2.2. Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja.
Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja. Rasio belanjapegawai tidak langsung terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanjadaerah terhadap pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD). Semakin besarrasionya maka semakin besar belanja daerah yang dibelanjakan untuk membayar gajipegawai daerah dan sebaliknya, semakin kecil angka rasionya maka semakin kecilbelanja daerah yang dipergunakan untuk membayar gaji pegawai daerah.
Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja PemerintahProvinsi
Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap belanja daerah pemerintah Provinsimemperlihatkan bahwa secara rata-rata rasio belanja pegawai tidak langsung pada tahun2008 sebesar 21,14 persen, menurun menjadi 17.15 persen pada tahun 2012. Berdasarkanangka rata-rata rasio belanja pegawai tidak langsung pada tahun 2012, sebanyak 16
63ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Provinsi memiliki rasio yang lebih kecil dari angka tersebut, dan 17 Provinsi memilikirasio yang lebih besar. Dengan demikian, sebagian besar pemerintah Provinsi masihmemiliki rasio belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) relatif tinggi. DKI Jakartamemiliki rasio tertinggi sebesar 29.69 persen, sedangkan yang terendah, adalah PemprovPapua Barat, memiliki rasio sebesar 6,01 persen. Perbaikan rasio belanja pegawai tidaklangsung selama periode 2008-2012 diperlihatkan oleh pemerintah Provinsi SulawesiSelatan yang menurun tajam dari 65,30 persen pada tahun 2008 menjadi 15,51 persenpada tahun 2012. Gambaran selengkapnya tentang rasio belanja pegawai tidak langsungterhadap total belanja masing-masing Pemerintah Provinsi di Indonesia dapat dilihat padaGambar 5.9.
Gambar 5-9.Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja Masing-Masing
Pemerintah Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.
Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja PemerintahKabupaten Dan Kota Se-Provinsi.
Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap belanja daerah pemerintahkabupaten dan kota se-Provinsi memperlihatkan bahwa secara rata-rata rasio belanjapegawai tidak langsung pada tahun 2008 sebesar 33,57 persen, meningkat menjadi 38,45persen pada tahun 2012. Berdasarkan angka rata-rata rasio belanja pegawai tidak langsungpada tahun 2012, sebanyak 22 Provinsi memiliki rasio yang lebih kecil dari angkatersebut, dan 11 Provinsi memiliki rasio yang lebih besar. Dengan demikian, sebagianbesar pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi telah memiliki rasio belanja PegawaiNegeri Sipil Daerah (PNSD) yang relatif rendah. Kabupaten dan kota se-Provinsi DI.Yogyakarta memiliki rasio tertinggi sebesar 51,02 persen, sedangkan yang terendah,adalah Kabupaten dan kota se-Provinsi Kalimantan Timur, memiliki rasio sebesar 19,37persen. Peningkatan rasio belanja pegawai tidak langsung selama periode 2008-2012
6,01
29,69
17,15
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
Pap
ua B
arat
Sum
ater
a U
tara
Kal
iman
tan
Tim
ur B
ante
n P
apua
Jaw
a Ba
rat
Aceh
Jaw
a Te
ngah
Sum
ater
a Se
lata
n K
epul
auan
Ria
u R
iau
Sul
awes
i Sel
atan
Kal
iman
tan
Bara
t K
alim
anta
n Te
ngah
Ban
gka
Belit
ung
Sum
ater
a Ba
rat
Jaw
a Ti
mur
Mal
uku
Uta
ra K
alim
anta
n Se
lata
n B
ali
Lam
pung
Sul
awes
i Bar
atN
TB S
ulaw
esi T
enga
h Ja
mbi
Sul
awes
i Ten
ggar
aN
TT D
I Yog
yaka
rta
Gor
onta
lo S
ulaw
esi U
tara
Ben
gkul
u M
aluk
u D
KI Ja
kart
a
Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Pemprov 2008Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Pemprov 2012Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Rata-rata Pemprov 2012
64 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
diperlihatkan oleh setiap Provinsi. Gambaran selengkapnya tentang rasio belanja pegawaitidak langsung terhadap total belanja masing-masing Pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5-10.
Gambar 5-10.Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung Terhadap Total Belanja Masing-MasingPemerintah Kabupaten Dan Kota Se-Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.
Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung (PNSD) Terhadap Total BelanjaPemerintah Kabupaten dan Kota.
Rasio belanja pegawai tidak langsung atau untuk Pegawai Negeri Sipil Daerah(PNSD) pada tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di Kota Ambon dengan Rasio Belanjasebesar 71,11 persen , dan Rasio Belanja terendah di Kabupaten Memberamo RayaProvinsi Papua sebesar 10,29 persen. Berdasarkan pemeringkatan Rasio Belanja pada 20kabupaten/kota tertinggi, belanja untuk PNSD sebagian besar terdapat di kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa dan Sumatera. Sementara untuk Rasio belanja terendahsebagian besar berada di kabupaten-kabupaten di wilayah Indonesia bagian timur,khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat. Distribusi kabupaten-kabupaten denganrasio belanja PNSD tinggi tersebut, umumnya dipengaruhi oleh banyaknya PNSD, sejalandengan banyaknya jumlah penduduk. Sementara kondisi sebaliknya untuk di wilayahPapua yang berpenduduk sedikit memiliki jumlah PNSD yang sedikit pula. Rincian untuk20 Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendah untuk Belanja PNSD, dapatdilihat pada Tabel 5.6.
51,02
19,37
38,45
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
DI Y
ogya
kart
a A
ceh
Jaw
a Te
ngah
Bal
i S
ulaw
esi S
elat
an Ja
wa
Bara
t Ja
wa
Tim
ur N
usa
Teng
gara
Bar
at M
aluk
u G
oron
talo
Sum
ater
a U
tara
Kep
ulau
an R
iau
Sum
ater
a Ba
rat
Sul
awes
i Ten
gah
Ben
gkul
u N
usa
Teng
gara
Tim
ur S
ulaw
esi B
arat
Lam
pung
Sul
awes
i Ten
ggar
a S
ulaw
esi U
tara
Kal
iman
tan
Sela
tan
Kal
iman
tan
Bara
t B
angk
a Be
litun
g B
ante
n P
apua
Kal
iman
tan
Teng
ah S
umat
era
Sela
tan
Pap
ua B
arat
Jam
bi R
iau
Mal
uku
Uta
ra D
KI Ja
kart
a K
alim
anta
n Ti
mur
Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Se-Prov 2008Rasio Belanja Pegawai tidak langsung seProv 2012Rasio Belanja Pegawai tidak langsung Rata-rata Se-Prov 2012
65ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel 5.6:Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung (PNSD) Terhadap Total Belanja Kabupaten
dan Kota Tahun 2012.
No.20 Peringkat Terendah Rasio Belanja Pegawai tidak
langsung20 Peringkat Tertinggi Rasio Belanja Pegawai
tidak langsungProvinsi Kabupaten/Kota (%) Provinsi Kabupaten/Kota (%)
1 Papua Kab. Mamberamo Raya 10,29 Maluku Kota Ambon 71,112 Papua Kab. Puncak 11,21 Jatim Kab. Ngawi 70,433 Papua Kab. Mamberamo Tengah 11,24 Jateng Kab. Klaten 70,414 Kaltim Kab. Tana Tidung 11,90 Jawa Barat Kab. Kuningan 68,935 Papua Barat Kab. Tambrauw 12,35 Jateng Kab. Karanganyar 66,976 Papua Barat Kab. Kaimana 15,88 DIY Kab. Bantul 66,967 Kaltim Kab. Penajam Paser Utara 16,19 Jawa Barat Kab. Ciamis 66,588 Papua Barat Kab. Teluk Bintuni 16,38 Aceh Kab. Aceh Barat 66,399 Kepri Kab. Natuna 16,61 NTB Kab. Lombok Tengah 66,23
10 Kaltim Kab. Malinau 17,05 Jateng Kab. Sragen 66,1411 Papua Kab. Sarmi 17,21 Aceh Kab. Bireuen 65,8412 Papua Kab. Waropen 17,60 Jateng Kab. Purworejo 65,6613 Papua Kab. Intan Jaya 18,03 Aceh Kab. Pidie 65,6214 Papua Kab. Supiori 18,09 Maluku Kab. Maluku Tengah 64,9415 Papua Kab. Boven Digoel 18,43 Sumut Kota Padang Sidimpuan 64,6716 Kepri Kab. Lingga 19,50 Sulut Kab. Minahasa 64,3317 Kaltim Kab. Kutai Barat 19,83 Sumbar Kab. Agam 64,3318 Kaltim Kab. Kutai Timur 20,16 Jawa Barat Kab. Tasikmalaya 64,1219 Papua Kab. Yalimo 20,24 Sumut Kota Tebing Tinggi 64,1220 Kaltim Kota Bontang 20,28 Sumbar Kab. Padang Pariaman 64,06
5.2.3. Rasio Belanja Modal Per Total Belanja
Rasio belanja modal terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanjadaerah yang dibelanjakan untuk belanja modal. Belanja Modal merupakan belanjapemerintah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatudaerah selain dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Oleh karena itu, semakintinggi angka rasionya, semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin buruk pengaruhnya terhadappertumbuhan ekonomi
Rasio Belanja Modal Per Total Belanja Pemerintah Provinsi
Rasio belanja modal pemerintah Provinsi terhadap total belanja daerahnya padatahun 2008 sebesar 25,35 persen menurun menjadi 17,44 persen. Berdasarkan angka rata-rata rasio belanja modal pada tahun 2012, sebanyak 18 Provinsi memiliki rasio yang lebihkecil dari angka tersebut, dan 15 Provinsi memiliki rasio yang lebih besar. Dengandemikian, sebagian besar pemerintah Provinsi masih memiliki rasio belanja modal relatifrendah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki rasio tertinggi sebesar 32,35 persen,sedangkan yang terendah, adalah Pemprov Jawa Tengah memiliki rasio sebesar 5,88persen. Selama periode 2008-2012, sebagian besar pemerintah Provinsi mengalami
66 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
penurunan rasio modal dibanding total belanja. Gambaran selengkapnya tentang rasiobelanja modal terhadap total belanja masing-masing Pemerintah Provinsi di Indonesiadapat dilihat pada Gambar 5-11.
Gambar 5-11:Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Masing-Masing Pemerintah Provinsi
Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.
Rasio Belanja Modal Per Total Belanja Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi
Rasio belanja modal pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi terhadap totalbelanja daerahnya pada tahun 2008 sebesar 29,99 persen menurun menjadi 22,68 persenpada tahun 2012. Berdasarkan angka rata-rata rasio belanja modal pada tahun 2011,Sebanyak 16 Provinsi memiliki rasio belanja modal lebih besar dari rata-rata, sedangkan21 Provinsi memiliki rasio belanja modal terhadap belanja pegawai yang lebih kecil darirata-rata. Pemerintah kabupaten dan kota di Prov. Kalimantan Timur memiliki rasiobelanja modal yang terbesar yaitu sebesar 36,27 persen, sedangkan pemerintah kabupatendan kota di Prov. DI Yogyakarta memiliki rasio terkecil yaitu 11,70 persen. Selamaperiode 2008-2012, sebagian besar pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi mengalamipenurunan rasio modal terhadap total belanja. Gambaran selengkapnya tentang rasiobelanja modal terhadap total belanja masing-masing Pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5-12.
5,88
32,35
17,44
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Jaw
a Te
ngah
Sul
awes
i Sel
atan
Jaw
a Ba
rat
Jaw
a Ti
mur
NTT
DI Y
ogya
kart
aAc
eh M
aluk
u S
umat
era
Uta
ra B
ali
Kal
iman
tan
Bara
t K
epul
auan
Ria
u P
apua
Sul
awes
i Bar
at S
ulaw
esi T
enga
h G
oron
talo
Kal
iman
tan
Sela
tan
NTB
Sul
awes
i Uta
ra S
ulaw
esi T
engg
ara
Ben
gkul
u P
apua
Bar
at S
umat
era
Sela
tan
Ban
gka
Belit
ung
Kal
iman
tan
Teng
ah S
umat
era
Bara
t R
iau
Ban
ten
Jam
bi K
alim
anta
n Ti
mur
Lam
pung
Mal
uku
Uta
ra D
KI Ja
kart
a
Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja PemProv 2008Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja PemProv 2012Rata-rata Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja PemProv 2012
67ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Gambar 5-12.Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Masing-Masing Pemerintah
Kabupaten Dan Kota Se-Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 dan 2012.
Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Pemerintah Kabupaten danKota
Rasio belanja modal pada tingkat Kabupaten dan Kota, tertinggi di KabupatenTana Tidung Provinsi Kalimantan Timur dengan Rasio Belanja sebesar 63,32 persen , danRasio Belanja terendah di Kota Tebing tinggi Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp 5,88persen. Berdasarkan pemeringkatan Rasio Belanja pada 20 kabupaten/kota tertinggi,persentase belanja modal tertinggi sebagian besar terdapat di kabupaten-kabupaten diwilayah Indonesia Timur. Sementara untuk Rasio belanja modal terendah sebagian besarberada di kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa dan Bali. Distribusi kabupaten-kabupatendengan rasio belanja modal tinggi tersebut, berbanding terbalik dengan rasio belanjapegawai. Rincian untuk 20 Kabupaten/Kota menurut peringkat tertinggi dan terendahuntuk Belanja modal, dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7.Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Kabupaten dan Kota Tahun 2012.
No. 20 Peringkat Terendah Rasio Belanja ModalThdp Total Belanja
20 Peringkat Terendah Rasio Belanja Modal ThdpTotal Belanja
Provinsi Kabupaten/Kota (%) Provinsi Kabupaten/Kota (%)
1 Sumut Kota Tebing Tinggi 5,88 Kaltim Kab. Tana Tidung 63,322 Jawa Barat Kota Tasikmalaya 7,82 Papua Barat Kab. Tambrauw 57,943 Jawa Barat Kab. Sukabumi 7,97 Kaltim Kab. Penajam Paser Utara 56,894 Aceh Kab. Aceh Barat 8,89 Papua Kab. Mamberamo Tengah 54,605 Jateng Kab. Karanganyar 9,06 Maluku Utara Kab. Kepulauan Sula 49,27
11,70
36,27
22,68
0,005,00
10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,0050,00
DI Y
ogya
kart
a A
ceh
Jaw
a Te
ngah
Bal
i S
ulaw
esi S
elat
an Ja
wa
Bara
t Ja
wa
Tim
ur N
usa
Teng
gara
Bar
at M
aluk
u G
oron
talo
Sum
ater
a U
tara
Kep
ulau
an R
iau
Sum
ater
a Ba
rat
Sul
awes
i Ten
gah
Ben
gkul
u N
usa
Teng
gara
Tim
ur S
ulaw
esi B
arat
Lam
pung
Sul
awes
i Ten
ggar
a S
ulaw
esi U
tara
Kal
iman
tan
Sela
tan
Kal
iman
tan
Bara
t B
angk
a Be
litun
g B
ante
n P
apua
Kal
iman
tan
Teng
ah S
umat
era
Sela
tan
Pap
ua B
arat
Jam
bi R
iau
Mal
uku
Uta
ra D
KI Ja
kart
a K
alim
anta
n Ti
mur
Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja Se-Prov 2008Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja Se-Prov 2012Rata-rata Rasio Belanja Modal Thdp Total Belanja Se-Prov 2012
68 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
6 DIY Kab. Sleman 9,07 Riau Kab. Rokan Hilir 48,117 DIY Kota Yogyakarta 9,11 Papua Kab. Intan Jaya 45,938 Aceh Kab. Aceh Besar 9,40 Papua Kab. Mamberamo Raya 45,839 Aceh Kota Banda Aceh 9,45 Sumut Kab. Nias Barat 45,74
10 Jawa Barat Kab. Kuningan 10,28 Papua Kab. Puncak 45,4311 Bengkulu Kota Bengkulu 10,29 Sumsel Kab. Musi Banyuasin 44,5612 Jatim Kab. Ngawi 10,30 Papua Barat Kab. Teluk Bintuni 44,5013 Jawa Barat Kota Sukabumi 10,40 Sultra Kab. Buton Utara 44,3914 Sumut Kota Padang Sidimpuan 10,53 Kaltim Kota Tarakan 44,2915 Jawa Barat Kota Cirebon 10,57 Papua Kab. Yalimo 43,8116 DIY Kab. Bantul 10,61 Kaltim Kab. Kutai Kartanegara 42,6317 Bali Kab. Buleleng 10,73 Papua Kab. Supiori 42,1918 Jateng Kab. Temanggung 10,86 Kaltim Kab. Malinau 42,0519 NTT Kota Kupang 11,08 NTT Kab. Sabu Raijua 41,8320 Jateng Kab. Purbalingga 11,51 Sumut Kab. Nias 41,78
5.3. Perimbangan Kondisi Keuangan Daerah Dengan Kondisi SosialMasyarakat
Infomasi perimbangan kondisi keuangan daerah dengan kondisi sosial ekonomimasyarakat dapat memberikan indikasi keberpihakan alokasi anggaran dan kinerjakemampuan keuangan daerah terhadap peningkatan kondisi sosial masyarakat. Gambaranterhadap kondisi sosial masyarakat ini akan dijelaskan dari aspek pendidikan dankesehatan, yaitu dengan berdasarkan indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan UmurHarapan Hidup (UHH). Untuk melihat kondisi keuangan daerah dapat diperkirakandengan menggunakan struktur APBD menurut urusan, yaitu untuk sektor pendidikan dankesehatan.
Pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang tersedia, yaitu untuk indikatorkesehatan dan pendidikan menggunakan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik(BPS), dan data struktur APBD yang bersumber dari Direktorat Jenderal PerimbanganKeuangan (Kementerian Keuangan). Rata-rata belanja untuk urusan pendidikan dankesehatan dihitung dari total belanja dari pemerintah Provinsi ditambah dengan belanjadari pemerintah kabupaten dan kota se-Provinsi. Dengan demikian, informasi ini akanmenggambarkan kondisi perimbangan pada agregat Provinsi.
Pada Gambar 5.13, tampak perimbangan Umur Harapan Hidup dengan belanjapemerintah urusan kesehatan. Pada Kuadran I, sebanyak 5 Provinsi yang berada padakelompok Umur Harapan Hidup di atas rata-rata nasional dan dukungan belanjapemerintah urusan kesehatan juga berada di atas rata-rata nasional. Provinsi tersebutmeliputi: Provinsi Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,dan Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk kelima Provinsi tersebut sudah mengindikasikanadanya keberpihakan dalam alokasi anggaran untuk urusan kesehatan yang sudah beradadi atas rata-rata nasional.
69ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kondisi sebaliknya yang menunjukkan kurangnya keberpihakan alokasi belanja untukurusan kesehatan dapat ditunjukkan pada daerah yang menempati Kuadran III, yaitusebanyak 9 Provinsi. Rincian Provinsi dimaksud dapat dilihat pada Gambar 5-13. danTabel 5.8.
Gambar 5-13.Perimbangan Indeks Harapan Hidup dengan belanja pemerintah Urusan
kesehatan.
Keterangan:
Kuadran I : Rata-rata Belanja Menurut urusan Kesehatan pada periode 2007-2010 (Rp./Kapita) danUmur Harapan Hidup Provinsi berada di atas rata-rata Provinsi (Nasional). Memberikan indikasi adanyakeberpihakan alokasi anggaran urusan kesehatan terhadap kondisi kesehatan masyarakat.
Kuadran II : Rata-rata Belanja Menurut urusan Kesehatan pada periode 2007-2010 (Rp./Kapita) beradadi bawah rata-rata Provinsi dan Umur Harapan Hidup Provinsi berada di atas rata-rata Provinsi (Nasional).Memberikan indikasi keberpihakan alokasi anggaran urusan kesehatan masih belum optimal, walaupunkondisi kesehatan masyarakat sudah berada di atas rata nasional.
Kuadran III : Rata-rata Belanja Menurut urusan Kesehatan pada periode 2007-2010 (Rp./Kapita) danUmur Harapan Hidup Provinsi berada di bawah rata-rata Provinsi (Nasional). Memberikan indikasirendahnya keberpihakan alokasi anggaran urusan kesehatan terhadap kondisi kesehatan masyarakat yangmasih rendah.
Kuadran IV : Rata-rata Belanja Menurut urusan Kesehatan pada periode 2007-2010 (Rp./Kapita) beradadi atas rata-rata Provinsi dan Umur Harapan Hidup Provinsi berada di bawah rata-rata Provinsi (Nasional).Memberikan indikasi adanya keberpihakan alokasi anggaran urusan kesehatan untuk melakukan perbaikankondisi kesehatan masyarakat yang masih rendah.
800000.00600000.00400000.00200000.000.00
Rata-rata Belanja Urusan Kesehatan Perkapita, tahun 2007-2010 (Rp/Kapita)
74.00
72.00
70.00
68.00
66.00
64.00
62.00
Usia
Har
apan
Hid
up ta
hun
2010
(Tah
un)
PapuaPapua Barat
Maluku Utara
MalukuSulawesi Barat
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
NTT
NTB
Bali
Banten
Jawa Timur
Dl Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Kep. RiauKep. Bangka BelitungLampung
Bengkulu
Jambi
Riau
Sumatera BaratAceh
Kuadran IKuadran II
Kuadran III KuadranIV
70 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Tabel. 5.8.Hasil Analisis Kuadran Rata-rata Belanja Urusan Kesehatan Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/kota se-Provinsi dengan Kondisi Kesehatan Menurut UmurHarapan Hidup (UHH).
N0 PROVINSI Rata2 BelanjaMenurut urusan
Kesehatan ‘07-‘10(Rp./Kapita)
UHH 2010 kuadran(1) Vs (2)
(0) (1) (2) (3)1 Aceh 476.997 68,70 IV2 Sumatera Utara 146.788 69,50 II3 Sumatera Barat 248.397 69,50 II4 Riau 244.418 71,40 II5 Jambi 246.600 69,10 III6 Sumatera Selatan 204.723 69,60 II7 Bengkulu 382.845 69,90 I8 Lampung 111.088 69,50 II9 Kep. Bangka Belitung 674.055 68,90 IV10 Kep. Riau 418.179 69,80 I11 DKI Jakarta 294.043 73,20 II12 Jawa Barat 82.103 68,20 III13 Jawa Tengah 126.808 71,40 II14 Dl Yogyakarta 154.236 73,22 II15 Jawa Timur 136.283 69,60 II16 Banten 94.821 64,90 III17 Bali 240.110 70,72 II18 Nusa Tenggara Barat 155.998 62,11 III19 Nusa Tenggara Timur 206.306 67,50 III20 Kalimantan Barat 228.628 66,60 III21 Kalimantan Tengah 373.238 71,20 I22 Kalimantan Selatan 336.147 63,81 IV23 Kalimantan Timur 650.860 71,20 I24 Sulawesi Utara 220.171 72,22 II25 Sulawesi Tengah 180.550 66,60 III26 Sulawesi Selatan 435.456 70,00 I27 Sulawesi Tenggara 461.125 67,80 IV28 Gorontalo 216.813 66,81 III29 Sulawesi Barat 210.231 67,80 III30 Maluku 320.034 67,40 IV31 Maluku Utara 363.805 66,01 IV32 Papua Barat 875.987 68,51 IV33 Papua 777.977 68,60 IV
RATA-RATA PROVINSI 311.995 69,43
Pada Gambar 5-14, menunjukkan perimbangan antara pencapaian Rata-rata lama sekolahdengan belanja pemerintah urusan pendidikan. Pada Kuadran I, sebanyak 11 Provinsiyang berada pada kelompok Rata-rata Lama Sekolah di atas rata-rata nasional dan
71ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
memiliki dukungan belanja pemerintah urusan pendidikan juga berada di atas rata-ratanasional. Untuk kelima Provinsi tersebut sudah mengindikasikan adanya keberpihakandalam alokasi anggaran untuk urusan pendidikan yang sudah berada di atas rata-ratanasional.
Kondisi sebaliknya yang menunjukkan kurangnya keberpihakan alokasi belanja untukurusan pendidikan dapat ditunjukkan pada daerah yang menempati Kuadran III, yaitusebanyak 8 Provinsi. Rincian Provinsi dimaksud dapat dilihat pada Gambar 5-14. danTabel 5.9
Gambar 5-14.Perimbangan Rata-rata Lama Sekolah dengan belanja pemerintah Urusan Pendidikan.
Keterangan:
Kuadran I : Rata-rata Belanja urusan pendidikan pada periode 2007-2011 (Rp./Kapita) danRata-rata Lama Sekolah (RLS) Provinsi berada di atas rata-rata Provinsi (Nasional). Memberikanindikasi adanya keberpihakan alokasi anggaran urusan pendidikan terhadap kondisi pendidikanmasyarakat.
Kuadran II : Rata-rata Belanja Menurut urusan pendidikan pada periode 2007-2011(Rp./Kapita) berada di bawah rata-rata Provinsi dan RLS Provinsi berada di atas rata-rata Provinsi(Nasional). Memberikan indikasi keberpihakan alokasi anggaran urusan pendidikan masih belumoptimal, walaupun kondisi pendidikan masyarakat sudah berada di atas rata nasional.
Kuadran III : Rata-rata Belanja Menurut urusan pendidikan pada periode 2007-2010(Rp./Kapita) dan RLS Provinsi berada di bawah rata-rata Provinsi (Nasional). Memberikan
1500000.001250000.001000000.00750000.00500000.00250000.00
Rata-rata Belanja Urusan Pendidikan Perkapita, tahun 2007-2011 (Rp/Kapita)
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
Rat
a-ra
ta L
ama
Sek
olah
(RLS
) tah
un 2
011
(Tah
un)
Papua
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi BaratGorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi SelatanSulawesi Tengah
Sulawesi UtaraKalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan BaratNTTNTB
Bali
Banten
Jawa Timur
Dl Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Kep. Riau
Kep. Bangka Belitung
LampungBengkulu
Jambi
Riau
Sumatera Barat
Sumatera UtaraAceh
Kuadran IKuadran II
Kuadran III Kuadran IV
72 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
indikasi rendahnya keberpihakan alokasi anggaran urusan pendidikan terhadap kondisi pendidikanmasyarakat yang masih rendah.
Kuadran IV : Rata-rata Belanja Menurut urusan pendidikan pada periode 2007-2010(Rp./Kapita) berada di atas rata-rata Provinsi dan RLS Provinsi berada di bawah rata-rata Provinsi(Nasional). Memberikan indikasi adanya keberpihakan alokasi anggaran urusan pendidikan untukmelakukan perbaikan kondisi pendidikan masyarakat yang masih rendah.
Tabel. 5.9.Hasil Analisis Kuadran Rata-rata Belanja Urusan Pendidikan Pemerintah Provinsidan Kabupaten/kota se-Provinsi dengan Kondisi Pendidikan Menurut Rata-Rata
Lama SekolahNo Provinsi Rata2Belanjaurusan
Pendidikan‘07-‘11(Rp./Kapita)
RLS2011 kuadran(1)Vs(2)
(0) (1) (2) (3)1 Aceh 1.111.010 8,80 I2 SumateraUtara 471.855 8,80 II3 SumateraBarat 760.279 8,40 I4 Riau 782.251 8,60 I5 Jambi 681.016 9,70 II6 SumateraSelatan 540.985 8,00 II7 Bengkulu 728.320 7,80 IV8 Lampung 422.716 7,50 III9 Kep.BangkaBelitung 1.151.102 8,30 I10 Kep.Riau 977.241 7,70 IV11 DKIJakarta 890.651 10,40 I12 JawaBarat 296.102 7,90 II13 JawaTengah 398.655 8,40 II14 DlYogyakarta 548.403 7,20 III15 JawaTimur 336.768 9,10 II16 Banten 273.519 7,30 III17 Bali 662.249 8,30 II18 NusaTenggaraBarat 451.006 6,90 III19 NusaTenggaraTimur 544.617 6,80 III20 KalimantanBarat 536.350 6,80 III21 KalimantanTengah 965.901 8,00 I22 KalimantanSelatan 738.733 7,60 IV23 KalimantanTimur 1.227.845 9,10 I24 SulawesiUtara 791.363 8,90 I25 SulawesiTengah 427.213 8,00 II26 SulawesiSelatan 1.181.944 7,70 IV27 SulawesiTenggara 1.085.702 8,20 I28 Gorontalo 534.202 7,30 III29 SulawesiBarat 531.094 7,00 III30 Maluku 799.672 8,70 I31 MalukuUtara 662.084 8,20 II32 PapuaBarat 1.415.724 8,80 I33 Papua 1.057.507 5,80 IV
RATA-RATAPROVINSI 726.790 7,90
73 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
LAMPIRAN: PDRB PERKAPITA ADHB MENURUT KABUPATEN/KOTA (RP. JUTA/JIWA) Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**1101 Simeulue 4.718 5.394 6.022 6.728 7.2041102 Aceh Singkil 5.557 5.972 6.430 6.984 7.6721103 Aceh Selatan 9.231 10.359 11.067 11.942 13.0991104 Aceh Tenggara 6.504 6.946 7.580 8.338 9.0921105 Aceh Timur 19.462 21.620 17.490 18.640 19.2021106 Aceh Tengah 11.898 12.732 13.934 15.300 16.7991107 Aceh Barat 12.898 14.696 15.967 17.321 18.4181108 Aceh Besar 12.078 13.399 14.848 16.353 17.7761109 Piddie 7.460 8.467 9.531 10.786 12.1071110 Bireuen 10.307 11.985 13.709 15.468 16.5811111 Aceh Utara 22.853 26.357 21.301 21.186 21.9401112 Aceh Barat Daya 8.178 9.391 10.588 11.807 13.0201113 Gayo Lues 7.953 9.095 9.922 10.766 11.3721114 Aceh Tamiang 7.840 8.484 8.572 9.255 9.7131115 Nagan Raya 14.639 16.712 17.382 18.208 19.3641116 Aceh Jaya 8.341 9.647 10.914 12.532 13.7791117 Bener Meriah 10.173 11.437 12.981 14.454 15.8831118 Pidie Jaya 7.061 7.820 8.554 9.303 10.1721171 Kota Banda Aceh 22.233 26.157 30.343 34.752 39.3421172 Kota Sabang 12.931 14.281 15.785 17.254 18.0601173 Kota Langsa 8.587 9.883 11.173 12.341 13.1161174 Kota Lhokseumawe 59.483 62.281 61.303 61.887 62.3361175 Subulussalam 4.155 4.502 4.893 5.336 5.8251100 Aceh 16.849 17.056 16.337 17.351 18.6061201 Nias 6.942 7.953 7.494 8.681 9.8011202 Mandailing Natal 6.585 7.554 8.422 9.181 10.1471203 Tapanuli Selatan 8.795 9.611 10.422 11.922 13.4191204 Tapanuli Tengah 5.540 6.034 6.548 7.348 8.1201205 Tapanuli Utara 10.076 11.418 12.263 13.635 14.7501206 Toba Samosir 14.069 15.939 17.702 19.810 22.0751207 Labuhan Batu 14.655 16.775 16.312 18.334 20.4071208 Asahan 12.512 14.433 15.724 17.855 20.2371209 Simalungun 9.291 10.241 11.313 12.671 14.0881210 Dairi 10.622 11.561 12.574 13.989 15.5051211 Karo 13.454 14.911 16.350 19.022 21.5511212 Deli Serdang 15.793 17.753 19.583 22.232 24.9701213 Langkat 11.951 13.769 15.330 17.759 20.2491214 Nias Selatan 5.989 6.506 7.007 7.749 8.3531215 Humbang Hasundutan 10.435 11.830 12.901 14.396 16.1141216 Pakpak Barat 6.051 6.644 7.300 8.193 9.1281217 Samosir 10.543 11.480 12.615 13.954 15.1971218 Serdang Bedegai 10.792 12.552 14.272 16.315 18.1781219 Batu Bara 31.073 35.551 38.857 44.137 50.066
74 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**1220 Padang Lawas Utara 5.327 5.689 6.145 7.093 8.1381221 Padang Lawas 5.393 5.918 6.494 7.718 8.6781222 Labuhan Batu Selatan 20.103 22.649 25.3391223 Labuhan Batu Utara 19.137 21.654 24.2501224 Nias Utara 7.883 8.914 10.0701225 Nias Barat 6.210 7.205 8.1521271 Kota Sibolga 12.717 14.609 16.104 18.274 19.9161272 Kota Tanjung Balai 14.344 16.440 18.097 20.444 22.1111273 Kota Pematang Siantar 13.315 14.855 16.008 1.774 19.1551274 Kota Tebing Tinggi 11.463 12.833 14.142 15.854 17.7951275 Kota Medan 26.909 31.479 34.813 39.719 44.2141276 Kota Binjai 13.873 15.832 17.672 20.091 22.9471277 Kota Padang Sidempuan 8.794 9.775 10.261 10.964 11.9181278 Gunung Sitoli 14.253 15.482 18.4641200 SUMATERA UTARA 14.442 16.813 18.331 21.237 23.9751301 Kepulauan Mentawai 12.770 15.052 16.889 18.894 21.1151302 Pesisir Selatan 7.364 8.496 9.602 10.761 12.0501303 Solok 10.031 11.765 13.396 15.233 17.2611304 Sawah Lunto/Sijunjung 10.841 12.414 13.581 15.045 16.7391305 Tanah Datar 11.357 12.996 14.345 16.023 17.7661306 Padang Pariaman 11.423 13.279 14.445 16.036 17.6371307 Agam 10.057 11.632 12.918 14.495 16.1041308 Limapuluh Koto 12.414 14.698 16.013 18.064 20.3031309 Pasaman 9.128 10.408 11.528 12.963 14.5981310 Solok Selatan 6.761 7.712 8.612 9.758 11.1171311 Dharmas Raya 10.188 11.671 12.597 13.989 15.8391312 Pasaman Barat 12.036 13.918 15.426 17.310 19.5371371 Kota Padang 21.767 24.864 26.556 29.496 32.6551372 Kota Solok 13.526 15.548 16.775 18.448 20.4131373 Kota Sawah Lunto 13.711 15.463 17.473 19.724 22.1421374 Kota Padang Panjang 13.844 15.466 17.466 19.549 21.8751375 Kota Bukit Tinggi 13.611 16.124 17.523 19.600 21.7011376 Kota Payakumbuh 11.649 13.274 14.395 16.144 18.2501377 Kota Pariaman 14.788 16.526 17.912 20.007 22.2931300 SUMATERA BARAT 12.808 15.002 18.022 17.995 20.1691401 Kuantan Sengingi 30.044 36.333 40.964 46.112 51.8741402 Indragiri Hulu 29.006 35.609 42.157 48.363 58.8841403 Indragiri Hilir 23.199 28.655 32.112 41.471 49.0901404 Pelalawan 40.708 47.229 52.025 56.070 61.6181405 Siak 101.297 128.910 120.668 119.460 135.6791406 Kampar 26.902 33.415 36.632 40.446 46.7831407 Rokan Hulu 19.287 21.739 23.229 24.798 30.8031408 Bengkalis 94.209 123.089 110.673 157.709 206.862
75 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**1409 Rokan Hilir 47.444 59.285 63.176 66.539 74.8401410 Kepulauan Meranti 45.038 51.1651471 Kota Pekan Baru 25.038 29.844 34.636 40.939 48.6521473 Kota Dumai 26.410 37.186 44.342 53.759 61.3411400 RIAU 41.958 53.335 55.387 62.412 72.0311501 Kerinci 9.920 11.454 11.604 13.377 14.9531502 Merangin 6.193 7.143 8.456 9.752 11.2971503 Sarolangun 11.133 11.529 13.536 16.412 18.4891504 Batanghari 10.183 12.372 13.556 16.059 19.0051505 Muara Jambi 8.123 9.687 10.547 11.677 13.1781506 Tanjung Jabung Timur 23.498 31.594 37.782 43.946 49.3891507 Tanjung Jabung Barat 15.425 19.373 20.762 24.152 27.4871508 Tebo 5.912 6.925 7.536 8.797 10.1401509 Bungo 8.030 10.253 11.304 13.308 15.3031571 Kota Jambi 11.642 13.582 15.025 17.124 19.3811572 Kota Sungai Penuh 15.740 18.451 20.6001500 JAMBI 11.151 13.922 14.597 17.404 19.9601601 Ogan Komering Ulu 14.062 16.176 16.263 17.949 20.2761602 Ogan Komering Hilir 6.982 7.934 8.608 9.550 10.7901603 Muara Enim (Liot) 21.792 25.951 25.451 28.461 31.9321604 Lahat 11.135 12.972 13.710 15.474 17.5091605 Musi Rawas 10.868 12.782 13.039 14.673 16.5461606 Musi Banyuasin 42.560 49.348 46.039 49.647 53.9051607 Banyuasin 11.379 13.565 14.057 15.893 17.6481608 Ogan Komiring Ulu Selatan 6.160 7.113 8.232 9.488 10.7371609 Ogan Komiring Ulu Timur 6.209 7.198 7.866 8.837 10.0181610 Ogan llir 6.976 7.914 8.635 9.815 11.1791611 Empat Lawang 6.634 7.655 8.441 9.432 10.4221671 Kota Palembang 24.854 30.023 31.756 36.016 39.5721672 Kota Prabumulih 14.116 16.387 16.434 13.299 20.8141673 Kota Pagar Alam 7.218 8.319 9.001 9.927 11.1781674 Kota Lubuk Linggau 7.730 8.563 9.470 10.642 12.0351600 SUMATERA SELATAN 15.541 18.565 18.736 21.145 23.9801701 Bengkulu Selatan 6.601 7.242 7.634 8.546 9.4971702 Rejang Lebong 10.568 11.735 12.898 14.755 16.4871703 Bengkulu Utara 5.480 5.872 6.155 6.627 7.3211704 Kaur 3.833 4.272 4.545 4.848 5.1871705 Seluma 3.435 3.819 4.099 4.540 4.9911706 Mukomuko 6.222 7.577 8.056 9.001 10.0441707 Lebong 8.290 9.127 9.836 10.835 11.8291708 Kepahiang 9.059 10.389 11.543 12.968 15.6061709 Bengkulu Tengah 6.827 7.584 8.832 9.9131771 Bengkulu 11.887 13.100 13.870 14.753 15.8581700 BENGKULU 7.866 8.967 9.693 10.871 12.141
76 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**1801 Lampung Barat 4.659 5.497 6.146 6.744 7.9811802 Tanggamus 5.465 6.625 7.533 8.978 10.2861803 Lampung Selatan 7.222 8.460 9.879 11.193 12.2021804 Lampung Timur 7.683 8.702 9.477 11.060 12.4121805 Lampung Tengah 8.073 9.648 11.750 14.222 18.3561806 Lampung Utara 8.515 9.694 11.401 13.950 17.6841807 Way Kanan 4.846 5.531 6.324 7.388 8.4311808 Tulang Bawang 9.984 12.609 12.113 14.269 18.1631809 Pesawaran 8.592 10.449 12.866 15.0001810 Pringsewu 8.110 3.9711811 Mesuji 15.704 17.0881812 Tulang Bawang Barat 12.841 15.6601871 Kota Bandar Lampung 12.487 15.921 19.630 22.043 25.0311872 Kota Metro 5.496 6.220 7.160 8.031 8.9761800 LAMPUNG 8.200 9.912 11.616 14.245 16.6961901 Bangka 13.007 14.706 15.563 17.208 18.9111902 Belitung 13.155 15.294 16.601 18.623 20.7121903 Bangka Barat 26.024 30.891 32.935 36.386 39.5171904 Bangka Tengah 15.438 17.811 18.491 20.452 22.1991905 Bangka Selatan 15.507 17.484 17.934 20.018 21.7281906 Belitung Timur 15.317 17.942 19.553 22.313 24.4381971 Kota Pangkal Pinang 13.320 15.027 16.160 18.614 20.7031900 KEP. BANGKA BELITUNG 15.989 18.564 19.331 21.716 23.9792101 Karimun 15.157 16.603 13.269 20.172 21.5482102 Kepulauan Riau 26.338 27.844 29.051 31.095 32.5962103 Natuna 59.464 60.855 57.525 60.044 60.2952104 Lingga 8.738 9.817 10.732 11.852 12.5322105 Kepulauan Anambas 68.995 72.296 70.5462171 Kota Batam 42.999 46.383 46.267 50.088 53.0362172 Kota Tanjung Pinang 19.927 22.634 24.882 27.632 29.2522100 KEPULAUAN RIAL) 35.485 38.230 39.753 42.649 45.4693101 Kep. Seribu 144.377 170.074 167.793 192.767 259.7263171 Kota Jakarta Selatan 65.017 75.769 83.154 92.508 103.6153172 Kota Jakarta Timur 38.537 44.702 48.964 54.509 60.7433173 Kota Jakarta Pusat 162.684 198.706 222.774 251.814 283.9853174 Kota Jakarta Barat 39.299 45.799 50.542 56.381 63.4823175 Kota Jakarta Utara 68.505 80.417 87.043 97.698 109.8473100 DKI JAKARTA 61.336 72.318 79.843 89.728 100.9853201 Bogor 11.731 12.959 14.232 15.466 17.0933202 Sukabumi 6.441 7.038 7.448 7.942 8.4593203 Cianjur 6.547 7.275 7.778 8.491 9.3083204 Bandung 11.257 12.619 13.273 14.501 15.8523205 Garut 7.699 3.715 9.391 10.334 11.234
77 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**3206 Tasikmalaya 5.760 6.376 7.177 7.622 3.1673207 Ciamis 8.323 9.529 10.370 11.466 12.4003208 Kuningan 5.956 6.858 7.926 8.818 9.5043209 Cirebon 6.362 7.613 8.324 9.274 9.9713210 Majalengka 6.270 7.153 7.730 8.708 9.2593211 Sumedang 8.537 9.622 10.334 11.216 12.1553212 Indramayu 20.981 25.125 25.296 27.895 31.3213213 Subang 8.491 9.398 10.159 10.848 11.4793214 Purwakarta 13.979 16.070 16.892 18.717 20.1603215 Karawang 17.824 20.589 23.035 26.911 29.3713216 Bekasi 32.289 34.376 35.542 37.077 39.8763217 Kab Bandung Barat 8.639 9.936 10.671 11.616 12.5893271 Kota Bogor 9.624 11.089 12.789 14.636 16.0093272 Kota Sukabumi 11.131 12.764 14.928 17.327 19.4743273 Kota Bandung 21.769 25.749 29.626 34.241 39.2203274 Kota Cirebon 26.482 30.578 33.551 36.882 40.1613275 Kota Bekasi 11.995 13.474 13.894 15.281 17.0523276 Kota Depok 6.877 7.807 8.400 9.286 10.1223277 Kota Cimahi 18.196 20.549 21.973 23.736 25.7123278 Kota Tasikmalaya 10.303 11.474 12.340 13.327 14.3383279 Kota Banjar 7.591 8.347 9.179 10.103 10.9293200 JAWA BARAT 12.895 15.235 16.293 17.922 19.6463301 Cilacap 39.839 49.937 51.918 56.681 62.3223302 Banyumas 4.749 5.424 5.940 6.649 7.3843303 Purbalingga 4.666 5.299 6.116 6.797 7.6723304 Banjarnegara 5.458 8.391 6.949 7.712 8.5573305 Kebumen 3.916 4.556 5.038 5.590 6.2063306 Purworejo 6.645 7.618 8.388 9.299 10.2573307 Wonosobo 3.937 4.422 4.752 5.203 5.7193308 Magelang 5.040 5.634 6.082 6.789 7.4123309 Boyolali 6.173 8.956 7.691 8.707 9.6893310 Klaten 7.393 8.402 9.167 9.975 10.7693311 Sukoharjo 8.674 9.842 10.868 12.025 13.3333312 Wonogiri 4.830 5.618 6.145 7.250 7.7123313 Karanganyar 8.626 9.541 10.353 11.343 12.6343314 Sragen 5.257 6.024 6.840 7.801 8.8193315 Grobogan 3.499 3.974 4.411 4.966 5.4493316 Blora 3.797 4.387 4.815 5.390 5.8603317 Rembang 6.176 6.929 7.562 8.404 9.1873318 Pati 5.675 6.495 7.054 7.880 8.7673319 Kudus 31.660 35.615 37.520 40.471 43.4543320 Jepara 6.087 6.939 7.554 8.310 9.2103321 Demak 4.133 4.730 5.083 5.620 6.165
78 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**3322 Semarang 9.034 10.160 10.913 11.896 13.2353323 Temanggung 5.226 5.883 6.385 7.154 7.8983324 Kendal 8.657 9.714 10.654 11.972 13.4473325 Batang 5.571 6.225 6.660 7.455 8.2873326 Pekalongan 6.135 7.038 7.698 8.622 9.5663327 Pemalang 4.559 5.197 5.676 6.312 7.0143328 Tegal 3.961 4.587 5.103 5.690 6.2993329 Brebes 5.518 6.428 7.231 8.438 9.4613371 Kota Magelang 12.584 14.174 15.741 17.807 19.6253372 Kota Surakarta 13.848 15.832 17.788 19.909 21.9853373 Kota Salatiga 8.239 9.230 9.842 10.857 11.9153374 Kota Semarang 20.360 22.750 25.011 27.891 31.1023375 Kota Pekalongan 10.811 11.579 12.415 13.516 14.8723376 Kota Tegal 7.818 8.937 9.970 10.999 11.8663300 JAWA TENGAH 9.739 11.407 12.323 13.732 15.3763401 Kulon Progo 6.955 7.872 8.481 9.121 9.8593402 Bantul 7.343 8.372 9.060 9.958 10.9833403 Gunung Kidul 7.214 8.146 8.865 9.809 10.6443404 Sleman 9.635 10.852 11.633 12.432 13.6933471 Kota Yogyakarta 21.947 25.095 27.220 30.306 33.0693400 D I YOGYAKARTA 9.798 11.229 12.084 13.196 14.8493501 Pacitan 4.321 4.976 5.532 6.200 6.8793502 Ponorogo 5.781 6.656 7.527 8.710 9.7723503 Trenggalek 5.969 6.903 7.728 8.704 9.8003504 Tulungagung 11.482 13.257 14.734 16.460 18.4163505 Blitar 7.836 8.970 9.899 11.023 12.2763506 Kediri 7.520 8.435 9.314 10.431 11.5903507 Malang 9.085 10.391 11.430 12.832 14.5023508 Lumajang 9.742 11.139 12.330 13.797 15.3973509 Jember 7.501 8.784 9.744 10.839 12.1023510 Banyuwangi 10.328 11.899 13.368 14.956 16.8503511 Bondowoso 6.790 7.762 8.537 9.488 10.5683512 Situbondo 9.079 10.344 11.447 12.776 14.2543513 Probolinggo 9.589 10.966 12.128 13.589 15.2053514 Pasuruan 7.243 8.305 9.154 10.301 11.6083515 Sidoarjo 21.670 24.113 26.328 29.105 33.0183516 Mojokerto 12.628 14.413 15.804 17.801 20.1373517 Jombang 8.240 9.508 10.468 11.694 13.1873518 Nganjuk 7.606 8.776 9.702 10.818 12.0323519 Madiun 7.377 8.440 9.257 10.417 11.6783520 Magetan 8.239 9.589 10.596 11.899 13.2683521 Ngawi 6.153 7.056 7.880 8.861 9.8693522 Bojonegoro 9.425 11.397 13.940 18.352 22.696
79 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**3523 Tuban 11.688 13.655 15.257 17.024 19.0543524 Lamongan 6.757 7.726 8.778 9.986 11.3533525 Gresik 21.623 24.805 28.644 32.300 36.6463526 Bangkalan 6.061 6.850 7.462 8.234 9.1923527 Sampang 5.015 5.589 6.077 6.517 7.2933528 Pamekasan 4.547 5.117 5.580 6.177 7.0153529 Sumenep 7.691 8.686 9.602 10.744 12.0373571 Kota Kediri 145.758 167.653 189.276 213.205 241.9173572 Kota Blitar 10.764 12.343 13.759 15.387 17.1303573 Kota Malang 25.858 30.388 33.344 37.553 41.4943574 Kota Probolinggo 15.616 17.881 19.704 21.966 24.3393575 Kota Pasuruan 10.084 11.528 12.687 14.203 15.8623576 Kota Mojokerto 16.285 18.639 20.566 23.287 26.5603577 Kota Madiun 19.901 23.113 25.707 29.225 33.0913578 Kota Surabaya 52.569 59.520 64.898 74.186 84.5133579 Kota Batu 11.734 13.578 15.157 17.119 19.3343500 JAWA TIMUR 14.629 16.807 18.446 20.775 23.4603601 Pandeglang 5.515 6.175 6.734 7.563 8.1433602 Lebak 5.229 5.770 6.333 6.993 7.5263603 Tangerang 8.977 9.758 11.286 12.279 13.7323604 Serang 7.295 7.858 8.301 9.012 9.8803671 Kota Tangerang 7.912 8.778 9.791 10.8503672 Kota Cilegon 23.872 25.306 28.184 31.648 34.5063673 Kota Serang 64.057 70.333 76.398 83.554 89.5793674 Kota Tangerang Selatan 8.182 9.002 10.0243600 BANTEN 12.500 13.852 14.707 16.148 17.5955101 Jembrana 9.768 11.283 12.649 13.775 14.7405102 Tabanan 8.475 9.784 10.838 12.008 12.8745103 Badung 18.428 20.988 24.673 27.473 29.5785104 Gianyar 10.653 12.268 13.878 15.617 16.9325105 Klungkung 11.036 12.766 14.423 16.115 17.3655106 Bangli 7.664 8.714 9.926 10.960 11.7375107 Karangasem 7.051 8.167 9.319 10.432 11.4545108 Buleleng 8.275 9.552 10.799 12.107 13.0115171 Kota Denpasar 11.264 12.832 14.123 15.848 17.2155100 BALI 12.018 13.886 15.794 17.141 18.5025201 Lombok Barat 4.844 5.453 6.019 6.580 7.2505202 Lombok Tengah 3.625 4.175 4.801 5.411 6.2085203 Lombok Timur 3.958 4.475 5.022 5.622 6.3235204 Sumbawa 8.509 7.405 8.373 9.540 11.0535205 Dompu 6.610 7.277 8.168 9.062 10.5595206 Bima 4.838 5.518 6.278 6.996 7.8015207 Sumbawa Barat 119.569 100.000 141.307 156.260 111.845
80 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**5208 Lombok Utara 6.372 7.029 7.7585271 Kota Mataram 8.077 9.323 10.461 11.988 13.5345272 Kota Bima 5.025 5.618 6.330 7.016 7.8225200 NUSA TENGGARA BARAT 7.697 8.017 9.881 11.013 10.7205301 Sumba Barat 4.613 5.164 5.781 6.494 7.2825302 Sumba Timur 4.650 5.342 5.834 6.471 7.2405303 Kupang 4.660 5.183 5.793 6.921 7.6645304 Timor Tengah Selatan 3.574 4.100 4.573 5.064 5.6515305 Timor Tengah Utara 3.039 3.341 3.678 4.064 4.4055306 Belu 4.168 4.435 4.842 5.291 5.6225307 Alor 3.379 3.574 3.925 4.399 4.8595308 Lembata 2.472 2.782 3.101 3.476 3.9605309 Flores Timur 4.802 4.939 5.437 6.068 7.7445310 Sikka 4.103 4.532 4.972 5.542 6.1055311 Ende 4.593 5.236 5.852 6.560 7.7065312 Ngada 4.725 5.400 5.963 6.696 7.3205313 Manggarai 2.817 3.444 3.848 4.185 4.4015314 Rote Nda 4.436 4.229 4.541 4.982 5.5535315 Manggarai Barat 3.525 3.944 4.263 4.581 4.9035316 Sumba Barat Daya 2.395 2.630 2.934 3.267 3.6885317 Sumba Tengah 3.212 3.716 4.201 4.750 5.2395318 Nageko 3.538 4.507 4.892 5.417 5.8595319 Manggarai Timur 2.796 3.036 3.428 3.8295320 Sabu Raijua 4.474 5.2635371 Kota Kupang 10.298 11.333 12.355 13.927 15.5975300 NUSA TENGGARA TIMUR 4.331 4.804 5.257 5.922 6.5336101 Sambas 8.497 9.513 10.634 11.900 13.3016102 Bengkayang 8.057 9.127 10.067 10.945 12.1866103 Landak 6.599 7.453 8.154 8.983 10.0136104 Pontianak 10.696 8.137 8.714 9.484 10.4496105 Sanggau 13.985 15.318 17.567 19.7746106 Ketapang 9.737 10.696 11.613 12.573 13.9546107 Sintang 10.139 11.654 12.126 13.830 15.7606108 Kapuas Hulu 7.679 8.627 9.608 10.732 12.0036109 Sekadau 7.740 8.845 9.686 10.682 11.7346110 Melawai 4.883 5.441 6.036 6.695 7.4656111 Kayong Utara 4.000 4.421 4.841 5.485 6.1336112 Kubu Raya 7.074 8.059 8.807 9.904 11.0926171 Kota Pontianak 15.433 17.424 20.321 22.654 24.8986172 Kota Singkawang 9.876 11.037 12.063 13.510 15.0956100 KALIMANTAN BARAT 10.158 11.363 12.445 13.763 15.0816201 Kotawaringin Barat 15.034 16.390 17.678 19.125 21.3946202 Kotawaringin Timur 14.535 16.545 18.636 21.267 24.310
81 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**6203 Kapuas 10.002 11.693 13.126 14.975 16.6756204 Barito Selatan 12.405 14.221 15.788 17.896 20.0936205 Barito Utara 14.051 15.545 17.263 19.365 21.8276206 Sukamara 19.987 20.640 21.285 23.298 25.8466207 Lamandau 13.525 14.460 15.248 17.135 19.1756208 Seruyan 14.179 14.969 15.749 17.683 19.7456209 Katingan 13.484 15.178 16.430 18.198 20.3886210 Pulang Pisau 7.762 8.639 9.538 10.780 12.0036211 Gunung Mas 10.068 11.015 11.667 13.148 14.7966212 Barito Timur 11.350 12.418 13.551 15.094 16.9146213 Murung Raya 15.863 17.147 19.230 21.672 24.9366271 Kota Palangka Raya 11.600 13.344 14.423 16.356 18.4306200 KALIMANTAN TENGAH 13.279 15.307 17.066 19.267 21.8186301 Tanah Laut 10.469 11.286 12.370 13.984 15.5886302 Kota Baru 24.569 27.038 29.688 33.308 36.9776303 Banjar 9.537 10.848 12.352 13.697 15.2386304 Barito Kuala 10.595 11.208 11.936 13.113 14.2206305 Tapin 9.568 10.989 12.088 13.230 14.1636306 Hulu Sungai Selatan 7.180 8.233 9.160 10.197 10.9696307 Hulu Sungai Tengah 5.922 6.861 7.909 8.821 9.9486308 Hulu Sungai Utara 5.030 5.642 6.425 7.493 8.3876309 Tabalong 16.656 17.712 20.738 28.036 31.8436310 Tanah Bumbu 16.961 18.906 21.616 24.179 26.8156311 Balangan 17.528 19.081 21.033 25.635 30.6086371 Kota Banjarmasin 11.232 12.380 14.218 15.556 17.6026372 Kota Banjar Baru 7.425 8.205 8.871 9.457 10.3286300 KALIMANTAN SELATAN 11.502 13.114 14.440 16.495 18.4666401 Pasir 29.685 40.468 44.752 57.344 69.7286402 Kutai Barat 25.427 66.060 36.341 41.375 47.1446403 Kutai 128.591 178.177 148.760 160.016 189.7126404 Kutai Timur 84.476 106.237 114.826 133.971 172.2986405 Berau 34.682 37.401 40.490 45.115 51.6526406 Malinau 19.423 23.189 26.215 32.263 39.3686407 Bulongan 19.884 21.446 21.794 22.694 23.1976408 Nunukan 21.516 25.099 24.809 27.288 31.8606409 Penajam Paser Utara 16.623 20.343 18.461 20.453 25.9026410 Tana Tidung 21.359 22.777 24.0386471 Kota Balikpapan 54.987 73.192 67.323 73.997 77.9236472 Kota Samarinda 24.070 27.456 29.841 33.147 36.2976473 Kota Tarakan 24.446 29.782 32.358 35.610 39.5676474 Kota Bontang 416.450 557.022 378.700 369.240 414.9426400 KALIMANTAN TIMUR 69.787 95.096 83.139 90.597 105.8497101 Bolaang Mongondow 6.425 7.639 8.254 9.170 10.396
82 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**7102 Minahasa 9.821 11.015 12.414 13.976 15.4927103 Kep.Sangihe Talaud 7.145 8.368 9.851 11.682 13.2207104 Kepulauan Talaud 7.061 7.528 8.269 9.189 10.4767105 Minahasa Selatan 9.125 10.434 11.728 13.255 15.1957106 Minahasa Utara 9.811 11.318 12.720 14.083 15.2367107 Bolaang Mongondow Utara 6.915 7.793 8.790 10.003 11.5977108 Minahasa Tenggara 11.725 13.327 15.215 17.027 19.4637109 Kep. Siau Tagulandang Biaro 5.803 6.805 7.900 9.293 11.4137110 Bolaang Mongondow Selatan 7.237 8.170 9.4807111 Bolaang Mongondow Timur 10.625 12.060 13.7167171 Manado 18.509 21.572 25.721 29.043 32.3937172 Kota Bitung 16.328 17.827 19.167 20.587 22.3037173 Kota Tomohon 10.729 12.389 13.444 14.475 16.0027174 Kota Kotamobago 5.920 6.943 8.023 9.247 10.3507100 SULAWESI UTARA 10.993 12.939 14.712 16.256 18.0757201 Banggai Kepulauan 5.700 6.788 7.675 8.708 9.8347202 Banggai 7.669 9.076 10.705 12.765 15.2187203 Morowali 11.040 13.583 14.720 18.011 21.8467204 Poso 8.162 8.882 9.467 10.189 11.5527205 Donggala 9.070 10.789 11.721 13.485 15.5957206 Toli‐Toli 8.249 9.789 11.193 12.754 14.4097207 Buol 6.679 7.874 8.783 9.881 11.1677208 Parigi Moutong 10.287 12.142 13.554 15.344 17.2047209 Tojo Una‐Una 5.265 6.625 7.719 8.719 9.8047210 Sigi 12.961 14.602 16.2357271 Kodya Palu 11.897 14.257 16.074 18.261 30.7467200 SULAWESI TENGAH 9.309 11.302 12.533 14.163 16.5147301 Selayar 5.437 6.471 7.601 9.273 11.2437302 Bulukumba 5.699 6.967 8.305 9.537 10.7557303 Bantaeng 5.946 7.140 8.728 10.367 12.2097304 Jeneponto 3.843 4.611 5.493 6.634 7.7317305 Takalar 4.914 5.885 6.891 7.623 8.6967306 Gowa 4.639 5.530 6.723 7.784 8.9947307 Sinjai 7.125 8.763 10.536 12.294 13.9957308 Maros 4.896 5.730 6.823 8.144 9.4327309 Pangkajene Kepulauan 10.646 12.777 15.188 17.595 20.7677310 Barru 6.184 7.460 8.723 10.037 11.3597311 Bone 6.263 7.541 8.985 10.493 12.1897312 Soppeng 7.130 8.719 10.360 12.190 14.1967313 Wajo 8.565 10.258 12.149 14.047 17.1117314 Sidenreng Rappang 7.463 9.057 10.949 12.382 15.3507315 Pinrang 8.888 10.810 12.891 15.068 17.5297316 Enrekang 6.119 7.210 8.558 10.099 11.926
83 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**7317 Luwu 6.979 8.265 9.698 11.181 12.9567318 Tana Toraja 4.155 5.172 5.729 6.658 8.0547322 Luwu Utara 6.676 8.254 9.400 10.674 12.2987325 Luwu Timur 28.831 30.056 27.014 34.123 39.3877326 Toraja Utara 5.869 6.917 8.3197371 Kota Makasar 16.301 20.066 23.690 27.645 32.1187372 Kota Pare Pare 3.565 10.316 11.901 13.894 15.8827373 Kota Palopo 8.461 9.926 11.410 13.160 15.2917300 SULAWESI SELATAN 8.907 10.825 12.567 14.669 16.9297401 Buton 4.689 5.801 6.796 7.535 8.6337402 Muna 6.486 7.958 9.122 9.736 10.6507403 Konawe/Kab Kendari 6.858 8.348 9.728 10.465 11.3947404 Kolaka 14.820 17.008 17.563 19.706 22.5857405 Konawe Selatan 6.029 7.534 8.962 9.951 10.9627406 Bombana 5.437 6.700 7.483 8.075 8.8467407 Wakatobi 4.983 6.137 7.608 8.673 9.8197408 Kolaka Utara 11.194 12.970 14.474 15.546 17.2457409 Konawe Utara 10.047 12.234 14.231 15.486 17.1737410 Buton Utara 12.713 15.519 18.207 19.935 22.0047471 Kota Kendari 10.849 13.360 15.387 16.730 18.6017472 Kota Bau‐Bau 9.778 11.880 13.985 15.204 16.7427400 SULAWESI TENGGARA 8.528 10.335 11.705 12.707 14.0687501 Boalemo 4.431 5.121 5.658 6.150 6.7137502 Gorontalo 3.511 4.493 5.923 6.755 7.3997503 Pokuwato 6.065 7.330 8.284 9.367 10.8367504 Bone Bolango 4.570 5.271 5.944 6.455 7.0307505 Gorontalo Utara 3.032 3.740 4.295 5.086 6.0317571 Kota Gorontalo 5.910 6.814 7.620 8.854 9.9867500 GORONTALO 4.878 5.921 6.933 7.745 8.6127601 Majene 5.655 6.747 7.549 9.720 9.7207602 Polewali Mamasa 4.759 5.683 6.543 9.587 9.5877603 Mamasa 5.066 6.550 7.586 9.555 9.5557604 Mamuju 6.458 7.898 8.803 11.293 11.2937605 Mamuju Utara 7.164 9.116 10.192 14.956 14.9567600 SULAWESI BARAT 5.765 7.525 8.311 9.482 10.8448101 Maluku Tenggara Barat 3.917 4.279 4.708 5.140 5.7618102 Maluku Tenggara 3.257 3.545 3.867 4.327 5.0088103 Maluku Tengah 2.416 2.648 2.929 3.282 3.7918104 Buru 2.861 3.018 2.825 3.035 3.4548105 Kepulauan Am 3.791 4.106 4.435 4.806 5.3068106 Seram Bagian Barat 2.733 2.990 3.276 3.619 4.1128107 Seram Bagian Timur 2.220 2.405 2.592 2.789 3.1938108 Maluku Barat Daya 4.679 5.245 5.855
84 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**8109 Buru Selatan 4.040 4.341 4.9328171 Kota Ambon 3.887 4.132 4.407 4.819 5.5138172 Kota Tual 8.244 8.928 9.523 10.390 12.2768100 MALUKU 4.022 4.307 4.726 5.272 6.0888201 Halmahera Barat 2.480 2.743 3.062 3.421 3.7628202 Halmahera Tengah 6.197 7.105 8.974 10.271 11.3958203 Kepulauan Sula 2.916 3.389 3.906 4.422 4.8948204 Halmahera Selatan 3.139 3.699 4.106 4.521 4.9338205 Halmahera Utara 3.058 3.438 4.139 4.910 5.4408206 Halmahera Timur 4.395 5.190 5.907 6.580 7.2328207 Pulau Morotai 3.898 4.2788271 Kota Ternate 3.296 3.935 4.609 5.341 6.0248272 Kota Tidore Kepulauan 3.329 3.888 4.384 4.935 5.3308200 MALUKU UTARA 3.264 3.895 4.619 5.192 5.6979101 Fak‐Fak 14.716 17.524 19.646 22.571 24.8629102 Kaimana 13.073 15.311 17.071 19.215 20.7599103 Teluk Wondama 8.790 12.098 14.221 14.978 16.9759104 Teluk Bintuni 15.139 18.557 38.401 165.485 277.9349105 Manokwari 9.953 12.466 14.122 15.697 17.1359106 Sorong Selatan 5.342 6.713 9.356 10.364 11.8089107 Sorong 44.882 63.008 82.118 87.309 93.3379108 Raja Ampat 20.016 23.048 25.386 26.383 27.1179109 Tambrauw 5.787 6.591 7.1459110 Maybrat 5.073 5.651 6.2159171 Kota Sorong 11.211 13.743 14.921 16.780 18.4319100 PAPUA BARAT 15.143 19.690 24.660 35.348 45.8439401 Merauke 12.852 14.278 16.415 18.677 19.7829402 Jayawijaya 2.554 2.773 5.167 5.783 6.2899403 Jayapura 10.790 12.425 14.643 17.265 18.9189404 Nabire 7.540 8.659 12.739 14.328 15.1559408 Yapen Waropen 6.733 7.638 8.165 9.288 9.3759409 Biak Namfor 9.016 9.929 10.930 12.280 12.6769410 Paniai 2.732 3.171 3.280 3.077 3.2389411 Puncak Jaya 3.440 4.384 5.706 6.120 6.1889412 Mimika 252.610 251.819 302.998 324.705 224.8619413 Boven Digoel 18.783 22.233 25.135 28.259 30.9059414 Mappi 5.243 6.659 8.254 9.254 10.2629415 Asmat 5.037 6.373 6.969 8.104 9.1989416 Yahukimo 1.117 1.542 1.960 2.469 2.9009417 Pegunungan Bintang 3.561 5.946 7.993 9.911 10.9069418 Tolikara 2.912 3.285 3.742 4.385 4.6829419 Sarmi 14.366 16.876 19.167 21.814 24.5169420 Keerom 11.136 12.633 14.909 17.321 18.837
85 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**9426 Waropen 6.904 8.030 9.718 12.035 14.2429427 Supiori 17.548 19.919 21.627 23.476 24.1309428 Membramo Raya 6.729 8.180 11.106 15.047 19.9429429 Nduga 1.536 1.921 2.5509430 Lanny Jaya 1.605 2.014 2.8119431 Mamberamo Tengah 2.778 3.967 5.4189432 Yalimo 2.137 2.964 3.8509433 Puncak 4.179 5.099 6.1219434 Dogiyai 5.365 6.484 7.1739435 Intan Jaya 4.633 5.7859436 Deiyai 3.657 4.2529471 Kota Jayapura 16.944 21.012 25.904 23.986 33.2679400 PAPUA 22.747 23.985 28.459 30.979 25.531
86 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
LAMPIRAN: PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007‐2011, (DALAM %).
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
1100 Aceh 26,65 23,55 21,8 20,98 19,481101 Simeulue 32,26 26,45 24,72 23,61 22,961102 Aceh Singkil 28,54 23,27 21,06 19,38 18,931103 Aceh Selatan 24,72 19,40 17,5 15,93 15,521104 Aceh Tenggara 21,60 18,51 16,77 16,78 16,391105 Aceh Timur 28,15 24,05 21,33 18,42 18,011106 Aceh Tengah 24,41 23,36 21,43 20,09 19,581107 Aceh Barat 32,63 29,96 27,09 24,42 23,811108 Aceh Besar 26,69 21,52 20,09 18,8 18,361109 Piddie 33,31 28,11 25,87 23,8 23,191110 Bireuen 27,18 23,27 21,65 19,5 19,061111 Aceh Utara 33,16 27,56 25,29 23,43 22,891112 Aceh Barat Daya 28,63 23,42 21,33 19,93 19,491113 Gayo Lues 32,31 26,57 24,22 23,9 23,381114 Aceh Tamiang 22,19 22,29 19,96 17,98 17,491115 Nagan Raya 33,61 28,11 26,22 24,06 23,381116 Aceh Jaya 29,28 23,86 21,86 20,17 19,801117 Bener Meriah 26,55 29,21 26,58 26,22 25,501118 Pidie Jaya 35,00 30,26 27,97 26,07 25,431171 Kota Banda Aceh 6,61 9,56 8,64 9,19 9,081172 Kota Sabang 27,13 25,72 23,89 21,68 21,311173 Kota Langsa 14,25 17,97 16,2 15,01 14,661174 Kota Lhokseumawe 12,75 15,87 15,08 14,07 13,731175 Kota Subulussalam 30,16 28,99 26,8 24,33 23,851200 SUMATERA UTARA 13,90 12,47 11,51 11,31 10,831201 Nias 31,74 25,19 22,57 19,97 19,111202 Mandailing Natal 18,74 14,46 13,02 12,6 11,981203 Tapanuli Selatan 20,33 13,77 12,67 11,96 11,401204 Tapanuli Tengah 27,47 19,35 17,83 16,73 15,961205 Tapanuli Utara 20,06 14,15 13,1 12,49 11,891206 Toba Samosir 15,28 11,62 10,07 10,15 9,671207 Labuhan Batu 12,33 10,76 9,85 10,67 10,151208 Asahan 13,77 12,89 12,09 11,42 10,851209 Simalungun 14,84 14,75 12,67 10,73 10,211210 Dairi 15,82 11,07 10,03 9,97 9,481211 Karo 14,47 12,86 11,42 11,02 10,491212 Deli Serdang 5,67 5,16 5,17 5,34 5,101213 Langkat 18,23 14,81 12,75 10,84 10,311214 Nias Selatan 33,84 24,36 22,19 20,72 19,711215 Humbang Hasundutan 18,84 12,99 11,31 10,6 10,091216 Pakpak Barat 22,42 15,02 13,99 13,78 13,16
87 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
1217 Samosir 27,76 18,76 17,55 16,5 15,671218 Serdang Bedegai 11,84 10,61 9,51 10,59 10,071219 Batu Bara 17,89 13,64 12,87 12,28 11,671220 Padang Lawas Utara 11,83 11,19 10,641221 Padang Lawas 11,9 11,13 10,561222 Labuhan Batu Selatan 0,0 15,58 14,861223 Labuhan Batu Utara 0,0 12,32 11,771224 Nias Utara 0,0 31,9 30,441225 Nias Barat 0,0 30,89 29,321271 Kota Sibolga 9,73 17,67 15,82 13,9 13,181272 Kota Tanjung Balai 11,52 18,35 17,1 16,31 15,521273 Kota Pematang Siantar 9,46 13,36 12,25 11,72 11,151274 Kota Tebing Tinggi 9,67 16,50 14,58 13,04 12,441275 Kota Medan 7,17 10,43 9,58 10,05 9,631276 Kota Binjai 5,72 8,12 7,04 7,33 7,001277 Kota Padang Sidempuan 10,92 11,61 9,77 10,53 10,081278 Kota Gunung Sitoli 0,0 33,86 32,121300 SUMATERA BARAT 11,90 10,57 9,54 9,5 8,991301 Kepulauan Mentawai 15,99 22,86 20,54 19,74 18,851302 Pesisir Selatan 13,21 11,36 10,56 10,22 9,751303 Solok 17,59 13,43 12,15 11,74 11,191304 Sawah Lunto/Sijunjung 15,35 11,51 9,8 10,45 9,941305 Tanah Datar 7,72 7,52 6,93 6,9 6,571306 Padang Pariaman 17,12 14,15 12,41 11,86 11,261307 Agam 12,59 11,20 9,86 9,84 9,391308 Limapuluh Koto 14,79 11,01 9,98 10,47 9,961309 Pasaman 17,920 14,44 12,47 10,96 10,421310 Solok Selatan 17,43 13,41 11,66 11,11 10,611311 Dharmas Raya 14,42 12,53 11,4 10,56 10,091312 Pasaman Barat 13,76 10,96 9,61 9,59 9,141371 Kota Padang 4,97 6,40 5,72 6,31 6,021372 Kota Solok 4,59 7,32 6,76 6,99 6,721373 Kota Sawah Lunto 2,25 1,94 2,42 2,47 2,341374 Kota Padang Panjang 5,19 8,24 7,58 7,6 7,251375 Kota Bukit Tinggi 5,23 7,20 6,19 6,82 6,491376 Kota Payakumbuh 7,77 10,96 10,15 10,58 10,091377 Kota Pariaman 5,87 5,33 5,48 5,9 5,661400 RIAU 11,20 10,79 9,48 8,65 8,171401 Kuantan Sengingi 19,03 16,51 14,42 12,57 10,191402 Indragiri Hulu 14,63 12,05 10,25 8,9 7,251403 Indragiri Hilir 14,57 13,19 11,11 9,41 7,651404 Pelalawan 18,07 18,63 16,71 14,51 11,93
88 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
1405 Siak 6,01 7,09 5,71 6,49 5,291406 Kampar 10,73 11,45 10,04 10,47 8,521407 Rokan Hulu 21,86 18,05 15,49 13,03 10,661408 Bengkalis 10,69 8,94 7,91 8,25 6,721409 Rokan Hilir 9,41 10,59 9,32 9,3 7,581410 Kepulauan Meranti 0,0 42,56 34,531471 Kota Pekan Baru 2,24 3,63 3,92 4,2 3,451473 Kota Dumai 6,28 7,42 6,08 6,45 5,271500 JAMBI 10,27 9,28 8,77 8,34 7,901501 Kerinci 11,30 7,71 7,25 7,83 7,361502 Merangin 12,10 9,50 8,65 8,07 7,681503 Sarolangun 16,11 11,69 9,85 9,66 9,101504 Batanghari 15,42 10,49 10,11 10,19 9,561505 Muaro Jambi 7,13 4,35 4,54 5,29 4,981506 Tanjung Jabung Timur 13,44 13,49 12,21 12,4 11,601507 Tanjung Jabung Barat 12,79 13,43 11,65 11,08 10,431508 Tebo 8,69 6,34 6,1 6,42 6,051509 Bungo 7,63 5,12 5,32 5,7 5,351571 Kota Jambi 5,04 11,63 10,54 9,9 9,271572 Kota Sungai Penuh 0,0 3,64 3,421600 SUMATERA SELATAN 19,15 17,67 16,28 15,47 13,951601 Ogan Komering Ulu 15,69 14,64 13,17 12,28 11,581602 Ogan Komering Ilir 22,50 17,67 16,17 15,98 15,061603 Muara Enim (Liot) 19,87 17,98 15,96 14,51 13,711604 Lahat 28,09 23,21 20,98 19,02 17,921605 Musi Rawas 32,93 24,27 21,4 19,38 18,251606 Musi Banyuasin 33,60 25,45 22,76 20,06 18,991607 Banyuasin 17,72 15,38 13,72 12,39 11,661608 Ogan Komering Ulu Selatan 18,96 14,56 12,73 11,53 10,841609 Ogan Komering Ulu Timur 16,03 12,12 9,95 9,81 9,231610 Ogan Ilir 21,57 17,78 15,65 13,97 13,181611 Empat Lawang 23,50 18,37 15,8 14,73 13,821671 Kota Palembang 8,98 16,66 14,75 15 14,131672 Kota Prabumulih 7,57 15,39 13,93 12,93 12,191673 Kota Pagar Alam 9,75 10,23 9,66 9,81 9,241674 Kota Lubuk Linggau 14,25 17,36 15,12 15,3 14,431700 BENGKULU 22,13 19,12 18,59 18,3 17,361701 Bengkulu Selatan 35,24 27,53 25,08 22,62 22,551702 Rejang Lebong 16,38 16,94 15,79 15,11 16,791703 Bengkulu Utara 22,74 16,43 16,1 14,75 14,401704 Kaur 38,18 26,01 23,49 21,22 22,261705 Seluma 36,45 24,74 23,07 20,81 20,90
89 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
1706 Mukomuko 20,06 15,76 15,39 14,06 13,281707 Lebong 18,08 14,33 13,94 13,01 12,431708 Kepahiang 17,55 17,03 16,6 14,78 15,021709 Bengkulu Tengah 0,0 6,42 6,491771 Kota Bengkulu 9,20 18,16 17,57 17,69 22,231800 LAMPUNG 22,19 20,93 20,22 18,94 16,581801 Lampung Barat 24,77 21,74 19,13 17,12 15,991802 Tanggamus 22,17 20,91 19,79 18,3 17,061803 Lampung Selatan 26,94 24,72 22,83 20,61 19,231804 Lampung Timur 27,21 23,35 20,86 21,06 19,661805 Lampung Tengah 22,06 19,89 18,67 16,88 15,761806 Lampung Utara 32,16 31,24 28,96 28,19 26,331807 Way Kanan 25,96 22,34 20,92 18,81 17,631808 Tulang Bawang 13,03 11,17 10,48 10,8 10,111809 Pesawaran 22,73 20,48 19,061810 Pringsewu 0,0 12,45 11,621811 Mesuji 0,0 8,65 8,071812 Tulang Bawang Barat 0,0 7,63 7,111871 Kota Bandar Lampung 9,44 15,41 14,39 14,58 13,611872 Kota Metro 11,53 15,91 15,07 13,77 12,901900 KEP. BANGKA BELITUNG 9,54 7,89 7,37 7,51 5,161901 Bangka 10,53 8,79 7,61 7,81 5,361902 Belitung 11,59 10,62 9,78 10,13 6,971903 Bangka Barat 6,71 5,18 5,22 5,25 3,591904 Bangka Tengah 10,36 8,52 7,84 8,07 5,561905 Bangka Selatan 7,41 5,60 6,04 6,18 4,231906 Belitung Timur 15,58 12,61 11,07 10,36 7,131971 Kota Pangkal Pinang 6,850 5,74 5,79 6,02 4,152100 KEPULAUAN RIAU 10,30 8,73 8,27 8,05 6,792101 Karimun 8,69 7,29 6,48 7,21 5,932102 Kabuapten Bintan 11,73 7,61 7,01 7,33 6,042103 Natuna 8,74 4,83 4,35 4,83 4,062104 Lingga 30,06 18,19 16,56 15,81 12,982105 Kepulauan Anambas 0,0 4,8 3,952171 Kota Batam 7,65 7,22 6,76 7,26 6,112172 Kota Tanjung Pinang 12,92 14,30 13,42 12,6 10,523100 DKI JAKARTA 4,61 3,86 3,8 4,04 3,643101 Kepulauan Seribu 15,12 13,56 12,66 13,01 11,533171 Kota Jakarta Selatan 3,74 3,41 3,52 3,8 3,433172 Kota Jakarta Timur 4,02 3,39 3,42 3,4 3,063173 Kota Jakarta Pusat 3,99 3,58 3,68 3,97 3,563174 Kota Jakarta Barat 4,04 3,41 3,44 3,81 3,44
90 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
3175 Kota Jakarta Utara 7,95 6,02 5,34 5,62 5,073200 JAWA BARAT 13,55 12,74 11,96 11,27 10,573201 Bogor 13,10 12,11 10,81 9,97 9,653202 Sukabumi 15,98 13,26 11,78 10,65 10,283203 Cianjur 18,49 15,38 14,14 14,32 13,823204 Bandung 13,14 9,42 8,29 9,29 8,993205 Garut 19,31 17,87 15,7 13,94 13,473206 Tasikmalaya 18,15 14,70 13,5 12,78 12,363207 Ciamis 13,94 12,32 11,23 10,34 9,983208 Kuningan 17,58 16,75 15,91 14,68 14,203209 Cirebon 19,07 20,25 18,22 16,12 15,563210 Majalengka 19,77 18,79 17,12 15,51 14,983211 Sumedang 15,63 15,18 13,69 12,94 12,483212 Indramayu 20,96 19,75 17,99 16,58 16,013213 Subang 16,84 15,15 14,13 13,54 13,063214 Purwakarta 14,70 11,61 10,48 10,57 10,223215 Karawang 14,83 14,00 12,9 12,21 11,803216 Bekasi 6,66 5,89 5,97 6,11 5,933217 Bandung Barat 18,70 17,61 16,03 14,68 14,223271 Kota Bogor 9,47 9,72 8,82 9,47 9,163272 Kota Sukabumi 7,26 10,41 9,16 9,24 8,953273 Kota Bandung 3,68 4,42 4,5 4,95 4,783274 Kota Cirebon 8,70 14,11 13,06 12 11,563275 Kota Bekasi 4,97 6,36 5,78 6,3 6,123276 Kota Depok 2,42 2,69 2,93 2,84 2,753277 Kota Cimahi 7,33 8,35 7,1 7,4 7,153278 Kota Tasikmalaya 9,30 26,08 23,55 20,71 19,983279 Kota Banjar 7,86 9,31 8,64 8,47 8,213300 JAWA TENGAH 20,43 18,99 11,96 11,27 16,213301 Cilacap 22,59 21,40 19,88 18,11 17,153302 Banyumas 22,46 22,93 21,52 20,2 21,113303 Purbalingga 30,24 27,12 24,97 24,57 23,063304 Banjarnegara 27,18 23,34 21,36 19,17 20,383305 Kebumen 30,25 27,87 25,73 22,7 24,063306 Purworejo 20,49 18,22 17,02 16,61 17,513307 Wonosobo 32,29 27,72 25,91 23,15 24,213308 Magelang 17,37 16,49 15,19 14,14 15,183309 Boyolali 18,06 17,08 15,96 13,72 14,973310 Klaten 22,27 21,72 19,68 17,47 17,953311 Sukoharjo 14,02 12,13 11,51 10,94 11,133312 Wonogiri 24,44 20,71 19,08 15,67 15,743313 Karanganyar 17,39 15,68 14,73 13,98 15,29
91 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
3314 Sragen 21,24 20,83 19,7 17,49 17,953315 Grobogan 25,14 19,84 18,68 17,86 17,383316 Blora 21,46 18,79 17,7 16,27 16,243317 Rembang 30,71 27,21 25,86 23,4 23,713318 Pati 19,79 17,90 15,92 14,48 14,693319 Kudus 10,73 12,58 10,8 9,01 9,453320 Jepara 10,44 11,05 9,6 10,18 10,323321 Demak 23,50 21,24 19,7 18,76 18,213322 Semarang 12,34 11,37 10,66 10,5 10,303323 Temanggung 16,55 16,39 15,05 13,46 13,383324 Kendal 20,70 17,87 16,02 14,47 14,263325 Batang 20,79 18,08 16,61 14,67 13,473326 Pekalongan 20,31 19,52 17,93 16,29 15,003327 Pemalang 22,79 23,92 22,17 19,96 20,683328 Tegal 18,50 15,78 13,98 13,11 11,543329 Brebes 27,93 25,98 24,39 23,01 22,723371 Kota Magelang 10,01 11,16 10,11 10,51 11,063372 Kota Surakarta 13,64 16,13 14,99 13,96 12,903373 Kota Salatiga 9,01 8,47 7,82 8,28 7,803374 Kota Semarang 5,26 6,00 4,84 5,12 5,683375 Kota Pekalongan 6,62 10,29 8,56 9,36 10,043376 Kota Tegal 9,36 11,28 9,88 10,62 10,813400 D I YOGYAKARTA 18,99 18,02 17,23 16,83 16,143401 Kulon Progo 28,61 26,85 24,65 23,15 23,623402 Bantul 19,43 18,54 17,64 16,09 17,283403 Gunung Kidul 28,90 25,96 24,44 22,05 23,033404 Sleman 12,56 12,34 11,45 10,7 10,613471 Kota Yogyakarta 9,78 10,81 10,05 9,75 9,623500 JAWA TIMUR 19,98 18,19 16,68 15,26 13,853501 Pacitan 23,31 21,17 19,01 19,5 18,133502 Ponorogo 18,23 16,62 14,63 13,22 12,293503 Trenggalek 22,79 20,64 18,27 15,98 14,903504 Tulungagung 17,83 12,41 10,6 10,64 9,903505 Blitar 16,47 14,53 13,19 12,13 11,293506 Kediri 18,98 18,85 17,05 15,52 14,443507 Malang 15,66 15,08 13,57 12,54 11,673508 Lumajang 20,09 18,17 15,83 13,98 13,013509 Jember 18,57 17,74 15,43 13,27 12,443510 Banyuwangi 15,33 13,91 12,16 11,25 10,473511 Bondowoso 24,23 22,23 20,18 17,89 16,663512 Situbondo 15,60 18,02 15,99 16,23 15,113513 Probolinggo 27,42 30,13 27,69 25,22 23,48
92 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
3514 Pasuruan 19,88 18,04 15,58 13,18 12,263515 Sidoarjo 13,05 8,35 6,91 7,45 6,973516 Mojokerto 14,86 14,61 13,24 12,23 11,383517 Jombang 21,21 16,46 14,46 13,84 12,883518 Nganjuk 23,79 19,77 17,22 14,91 13,883519 Madiun 20,98 18,50 16,97 15,45 14,373520 Magetan 16,87 15,67 13,97 12,94 12,013521 Ngawi 23,33 20,86 19,01 18,26 16,743522 Bojonegoro 26,37 23,87 21,27 18,78 17,473523 Tuban 28,51 25,84 23,01 20,19 18,783524 Lamongan 25,79 22,51 20,47 18,7 17,413525 Gresik 23,98 21,43 19,14 16,42 15,333526 Bangkalan 31,56 32,70 30,45 28,12 26,223527 Sampang 39,42 34,53 31,94 32,47 30,213528 Pamekasan 32,43 26,32 24,32 22,47 20,943529 Sumenep 32,98 29,46 26,89 24,61 23,103571 Kota Kediri 13,67 11,71 10,41 9,31 8,633572 Kota Blitar 12,02 9,34 7,56 7,63 7,123573 Kota Malang 7,19 7,22 5,6 5,9 5,503574 Kota Probolinggo 16,19 23,29 21,06 19,03 17,743575 Kota Pasuruan 12,61 11,20 9,34 9 8,393576 Kota Mojokerto 10,46 8,88 7,19 7,41 6,893577 Kota Madiun 7,07 6,69 5,9 6,1 5,663578 Kota Surabaya 7,98 8,23 6,72 7,07 6,583579 Kota Batu 9,71 6,18 4,81 5,1 4,743600 BANTEN 9,07 8,20 7,64 7,16 6,263601 Pandeglang 15,64 12,55 12,01 11,14 9,803602 Lebak 14,43 12,05 10,63 10,38 9,203603 Tangerang 7,18 7,41 6,55 7,18 6,423604 Serang 9,47 6,48 5,8 6,34 5,633671 Kota Tangerang 4,92 6,83 6,42 6,88 6,143672 Kota Cilegon 4,71 3,95 4,14 4,46 3,983673 Kota Serang 6,19 7,02 6,253674 Kota Tangerang Selatan 0,0 1,67 1,505100 BALI 6,63 5,85 5,13 4,88 4,595101 Jembrana 9,92 7,97 6,8 8,11 6,565102 Tabanan 7,46 6,92 4,99 6,96 5,625103 Badung 4,28 3,28 3,28 3,23 2,625104 Gianyar 5,98 6,61 5,76 6,68 5,405105 Klungkung 9,14 7,03 5,23 7,58 6,105106 Bangli 7,48 6,12 5,18 6,41 5,165107 Karangasem 8,95 7,67 6,37 7,95 6,43
93 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
5108 Buleleng 8,68 7,45 5,95 7,35 5,935171 Kota Denpasar 2,1 2,19 2,2 2,21 1,795200 NUSA TENGGARA BARAT 24,99 23,40 22,78 21,55 19,675201 Lombok Barat 28,97 25,97 24,02 21,59 19,705202 Lombok Tengah 25,74 22,32 20,94 19,92 18,145203 Lombok Timur 25,60 25,43 23,96 23,82 21,715204 Sumbawa 28,78 25,31 23,85 21,74 19,825205 Dompu 28,57 24,52 21,76 19,89 18,175206 Bima 25,12 21,79 20,42 19,41 17,665207 Sumbawa Barat 28,63 24,27 23,01 21,81 19,885208 Lombok Utara 0,0 43,12 39,275271 Kota Mataram 9,67 16,13 15,41 14,44 13,185272 Kota Bima 11,85 14,38 13,65 12,81 11,695300 NUSA TENGGARA TIMUR 27,51 25,68 23,31 23,03 20,485301 Sumba Barat 42,74 37,85 35,39 31,71 29,845302 Sumba Timur 39,08 37,14 34,68 32,41 30,635303 Kupang 31,32 26,95 24,16 20,78 19,545304 Timor Tengah Selatan 37,43 33,55 31,14 28,7 26,965305 Timor Tengah Utara 30,12 27,74 24,96 22,72 21,335306 Belu 21,02 19,69 17,47 15,48 14,615307 Alor 28,49 25,14 22,84 21,16 19,975308 Lembata 34,45 29,24 26,39 26,74 25,175309 Flores Timur 14,38 13,21 11,04 9,61 9,065310 Sikka 19,15 17,34 15,35 13,38 12,635311 Ende 20,33 24,87 23,01 21,64 20,375312 Ngada 17,28 15,49 13,54 12,05 11,365313 Manggarai 31,41 28,57 25,76 22,9 21,395314 Rote Ndao 28,26 36,58 34,09 32,78 30,995315 Manggarai Barat 27,96 25,05 22,96 20,39 19,275316 Sumba Barat Daya 42,96 36,45 34,27 34,02 32,105317 Sumba Tengah 43,05 38,65 35,83 29,87 27,935318 Nageko 16,05 14,53 13,03 12,7 12,015319 Manggarai Timur 25,51 25,93 24,525320 Sabu Raijua 0,0 41,13 39,495371 Kota Kupang 7,5 14,66 12,51 10,56 9,886100 KALIMANTAN BARAT 12,91 10,87 9,3 9,02 8,486101 Sambas 14,00 11,51 9,96 10,08 9,386102 Bengkayang 11,88 9,41 7,82 7,81 7,256103 Landak 24,95 18,65 15,48 14,05 13,136104 Pontianak 8,26 7,03 5,46 6,41 5,976105 Sanggau 7,97 6,25 4,62 5,02 4,676106 Ketapang 17,94 15,21 13,08 13,67 12,75
94 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
6107 Sintang 17,1 13,61 11,55 9,76 9,076108 Kapuas Hulu 15,05 11,44 9,93 11,39 10,616109 Sekadau 10,25 7,66 6,42 6,77 6,306110 Melawi 19,50 14,80 12,62 13,76 12,936111 Kayong Utara 18,90 14,50 12,43 11,68 10,916112 Kubu Raya 6,78 7,14 6,676171 Kota Pontianak 6,77 9,29 6,38 6,62 6,156172 Kota Singkawang 7,02 7,89 6,2 6,12 5,696200 KALIMANTAN TENGAH 9,38 8,36 7,02 6,77 6,646201 Kotawaringin Barat 8,66 7,76 6,87 6,97 6,196202 Kotawaringin Timur 11,33 10,40 8,21 8,36 7,436203 Kapuas 9,30 8,25 6,34 7,11 6,286204 Barito Selatan 10,43 9,25 8,14 8,57 7,566205 Barito Utara 8,61 7,56 6,43 7,18 6,336206 Sukamara 9,00 7,92 5,91 6,63 5,906207 Lamandau 7,76 6,97 5,57 5,81 5,186208 Seruyan 11,25 10,21 8,84 9,98 8,826209 Katingan 8,68 7,74 7 7,56 6,476210 Pulang Pisau 9,18 8,20 6,23 6,18 5,456211 Gunung Mas 9,29 8,32 7,43 8,06 7,126212 Barito Timur 12,34 11,09 9,24 10,5 9,276213 Murung Raya 8,91 7,95 6,94 7,05 6,306271 Kota Palangka Raya 5,75 4,64 4,76 5,31 4,696300 KALIMANTAN SELATAN 7,01 6,21 5,12 5,21 5,356301 Tanah Laut 7,62 6,06 5,11 5,12 4,856302 Kota Baru 8,61 6,75 5,55 5,45 5,186303 Banjar 4,24 3,68 3,69 3,34 3,176304 Barito Kuala 8,17 7,18 5,61 5,72 5,416305 Tapin 8,42 6,10 4,93 5,57 5,296306 Hulu Sungai Selatan 9,68 9,32 7,32 7,66 7,256307 Hulu Sungai Tengah 8,14 7,12 5,73 6,31 5,986308 Hulu Sungai Utara 11,16 8,53 7,29 7,76 7,316309 Tabalong 11,25 8,13 6,83 6,53 6,226310 Tanah Bumbu 8,22 5,79 5,89 6,48 6,176311 Balangan 11,35 7,75 7,22 7,74 7,316371 Kota Banjarmasin 2,90 4,77 4,8 5,04 4,776372 Kota Banjar Baru 4,08 6,07 5,2 5,98 5,686400 KALIMANTAN TIMUR 11,04 8,53 7,73 7,66 6,636401 Pasir 16,00 10,97 10,11 9,48 7,916402 Kutai Barat 14,04 10,60 8,97 9,9 8,256403 Kutai 12,59 9,29 8,03 8,68 7,216404 Kutai Timur 17,51 13,20 11,88 11,38 9,43
95 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
6405 Berau 9,27 5,81 5,9 6,6 5,466406 Malinau 23,60 18,24 16,55 15,29 12,676407 Bulongan 23,31 17,14 15,96 14,57 12,146408 Nunukan 20,02 14,96 13,47 12,45 10,386409 Penajam Paser Utara 17,59 12,99 11,38 10,46 8,676410 Tana Tidung 15,42 13,9 11,416471 Kota Balikpapan 3,74 3,49 3,58 4,07 3,396472 Kota Samarinda 6,60 4,67 4,84 5,21 4,316473 Kota Tarakan 9,54 10,99 9,65 10,23 8,416474 Kota Bontang 7,87 7,26 6,66 6,67 5,407100 SULAWESI UTARA 11,42 9,80 9,79 9,1 8,467101 Bolaang Mongondow 13,20 10,64 10,16 9,7 8,607102 Minahasa 10,31 9,00 8,47 8,99 7,937103 Sangihe Talaud 17,70 14,01 13,23 13,21 11,697104 Kepulauan Talaud 15,77 12,90 12,16 11,37 10,057105 Minahasa Selatan 13,61 11,66 11,13 10,74 9,487106 Minahasa Utara 10,14 8,35 7,98 8,38 7,387107 Bolaang Mongondow Utara 13,03 10,44 9,93 10,23 8,987108 Minahasa Tenggara 22,21 18,30 17,49 17,64 10,387109 Kep. Siau Tagulandang Biaro 16,14 12,68 12,11 11,79 15,357110 Bolaang Mongondow Selatan 0,0 18,81 16,577111 Bolaang Mongondow Timur 0,0 7,81 6,937171 Kota Manado 5,43 6,59 6,32 6,51 5,407172 Kota Bitung 11,14 9,33 8,93 9,52 8,467173 Kota Tomohon 8,65 7,53 7,19 7,4 6,567174 Kota Kotamobago 10,02 7,6 7,16 7,57 6,647200 SULAWESI TENGAH 22,42 20,61 18,98 18,07 16,047201 Banggai Kepulauan 27,92 24,66 21,99 19,47 18,087202 Banggai 17,28 16,70 14,6 12,06 11,257203 Morowali 28,27 25,10 22,53 20,27 18,857204 Poso 28,02 25,75 23,29 21,42 20,107205 Donggala 23,59 21,01 18,91 19,42 18,037206 Toli‐Toli 22,18 19,69 17,83 16,16 15,037207 Buol 25,50 23,11 20,68 18,67 17,407208 Parigi Moutong 23,69 21,73 19,72 20,11 18,707209 Tojo Una‐Una 30,22 28,48 26,23 24,06 22,377210 Sigi 0,0 15,09 14,037271 Kota Palu 9,73 10,10 9,19 9,98 9,247300 SULAWESI SELATAN 14,11 13,41 12,31 11,6 10,277301 Selayar 20,45 18,49 16,41 14,98 13,497302 Bulukumba 13,56 12,26 10,5 9,02 8,127303 Bantaeng 12,12 10,94 9,96 10,24 9,21
96 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
7304 Jeneponto 24,55 22,48 20,58 19,09 17,167305 Takalar 13,80 12,68 11,06 11,16 10,047306 Gowa 14,13 12,79 10,93 9,49 8,557307 Sinjai 13,87 12,73 11,37 10,68 9,637308 Maros 20,08 18,55 16,35 14,62 13,147309 Pangkajene Kepulauan 23,93 21,36 19,35 19,26 17,367310 Barru 14,73 13,49 11,43 10,68 9,597311 Bone 18,84 17,35 15,19 14,08 12,677312 Soppeng 5,45 11,22 9,95 10,41 9,367313 Wajo 11,36 10,16 8,93 8,96 8,067314 Sidenreng Rappang 8,05 7,64 6,73 6,99 6,297315 Pinrang 10,44 9,65 8,7 9,01 8,127316 Enrekang 22,79 20,51 18,1 16,84 15,187317 Luwu 21,24 19,44 16,96 15,43 13,937318 Tana Toraja 19,91 18,57 16,14 14,61 13,227322 Luwu Utara 14,03 18,38 16,4 16,24 14,647325 Luwu Timur 10,21 10,98 8,91 9,18 8,297326 Toraja Utara 0,0 19,08 17,067371 Kota Makasar 5,66 5,36 5,52 5,86 5,297372 Kota Pare Pare 7,65 7,10 6,52 6,53 5,917373 Kota Palopo 12,71 12,83 11,85 11,28 10,227400 SULAWESI TENGGARA 21,33 19,38 18,93 17,05 14,617401 Buton 22,94 22,93 20,16 17,95 16,647402 Muna 25,35 22,42 20,02 17,35 16,147403 Konawe/Kab Kendari 24,63 22,4 19,97 17,45 16,247404 Kolaka 25,35 22,46 20,46 18,9 17,627405 Konawe Selatan 18,31 16,74 15,17 13,49 12,577406 Bombana 20,51 18,25 16,63 15,7 14,687407 Wakatobi 24,51 22,53 20,42 18,49 17,107408 Kolaka Utara 26,29 24,08 21,88 20,04 18,767409 Konawe Utara 18,15 16,50 15,19 13,69 17,347410 Buton Utara 25,09 22,86 20,58 18,78 12,807471 Kota Kendari 10,15 8,53 7,88 8,02 7,467472 Kota Bau‐Bau 17,08 14,13 12,72 12,06 11,247500 GORONTALO 27,35 20,47 25,01 23,19 18,027501 Boalemo 29,21 23,17 20,74 19,82 21,907502 Gorontalo 32,07 24,10 21,48 18,87 21,317503 Pohuwato 29,74 23,28 21,15 18,73 21,587504 Bone Bolango 30,60 22,7 19,97 17,64 17,397505 Gorontalo Utara 33,18 23,94 21,5 19,58 19,227571 Kota Gorontalo 8,11 5,23 5,29 5,49 5,977600 SULAWESI BARAT 19,03 15,27 15,29 13,58 13,64
97 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
7601 Majene 23,55 18,44 18,09 18,41 17,067602 Polewali Mamasa 24,96 21,8 21,37 21,24 19,667603 Mamasa 25,51 18,06 17,87 16,24 15,047604 Mamuju 10,43 8,11 8,13 8,16 7,597605 Mamuju Utara 9,22 6,52 6,47 6,2 5,778100 MALUKU 31,14 29,24 28,23 27,74 22,458101 Maluku Tenggara Barat 44,15 40,17 37,23 33,93 30,138102 Maluku Tenggara 35,98 32,90 30,71 30,7 27,168103 Maluku Tengah 36,03 32,61 30,48 28,41 25,158104 Buru 31,34 29,17 27,57 24,82 22,008105 Kepulauan Aru 36,88 41,08 38,77 34,96 30,968106 Seram Bagian Barat 37,85 35,19 33,11 30,08 26,708107 Seram Bagian Timur 39,83 36,98 34,67 31,44 27,948108 Maluku Barat Daya 0,0 39,22 34,498109 Buru Selatan 0,0 21,82 19,338171 Kota Ambon 6,51 7,92 7,61 7,67 6,838172 Kota Tual 30,42 32,01 28,178200 MALUKU UTARA 11,97 11,51 10,36 9,42 10,008201 Halmahera Barat 16,19 16,12 14,34 13,3 12,938202 Halmahera Tengah 30,18 28,52 26,64 24,56 22,688203 Kepulauan Sula 14,07 13,71 11,51 8,98 10,428204 Halmahera Selatan 12,95 12,54 10,97 9,51 8,118205 Halmahera Utara 9,63 8,90 7,93 7,82 8,458206 Halmahera Timur 21,54 21,13 19,55 19,3 20,728207 Pulau Morotai 0,0 10,59 11,618271 Kota Ternate 4,26 4,15 4,22 4,53 5,168272 Kota Tidore Kepulauan 7,43 6,54 6,01 7,07 7,349100 PAPUA BARAT 39,31 33,49 35,71 34,88 28,539101 Fak‐Fak 39,57 37,55 35,29 33,07 33,189102 Kaimana 35,22 23,25 23,51 20,77 20,849103 Teluk Wondana 53,34 47,36 48,47 44,25 43,869104 Teluk Bintuni 51,37 50,39 51,91 47,59 47,449105 Manokwari 47,34 43,57 40,8 37,27 33,959106 Sorong Selatan 28,05 26,66 26,76 28,01 22,939107 Sorong 33,84 33,95 34,45 32,58 33,389108 Raja Ampat 30,07 23,76 23,71 23,58 23,509109 Tambrauw 44,71 43,779110 Maybrat 40,13 40,169171 Kota Sorong 35,71 14,93 15,12 14,02 14,049400 PAPUA 40,78 35,53 37,53 36,8 31,259401 Merauke 31,56 15,69 15,44 14,54 13,229402 Jayawijaya 50,31 48,15 46,3 41,84 39,03
98 ANALISIS KESENJANGAN ANTARWILAYAH 2013
Kode Provinsi/ kabupaten/kota Presentase Penduduk Miskin (%)2007 2008 2009 2010 2011
9403 Jayapura 30,91 21,80 20,77 18,64 17,309404 Nabire 45,56 37,56 35,69 33,68 30,869408 Yapen Waropen 43,54 37,31 36,13 33,54 30,769409 Biak Numfor 46,98 37,06 36,51 33,61 30,319410 Paniai 52,18 48,29 47,68 43,47 37,189411 Puncak Jaya 49,42 46,92 43,8 40,259412 Mimika 32,73 26,63 24,74 22,57 20,789413 Boven Digoel 29,52 27,49 27,01 25,79 23,529414 Mappi 34,04 36,23 34,94 33,11 30,149415 Asmat 33,49 39,77 38,69 35,4 32,389416 Yahukimo 48,34 50,63 49,61 46,21 42,499417 Pegunungan Bintang 45,81 43,77 40,08 36,239418 Tolikara 45,30 45,08 44,63 41,17 37,819419 Sarmi 31,20 24,52 22,63 21,09 19,429420 Keerom 27,07 27,19 25,57 24,12 21,989426 Waropen 46,93 44,50 44 39,88 36,239427 Supiori 53,25 50,92 50,66 45,75 42,739428 Membramo Raya 44,43 39,98 36,389429 Nduga 47,28 42,53 39,499430 Lanny Jaya 47,73 46,55 43,689431 Mamberamo Tengah 47,07 43,15 43,699432 Yalimo 47,76 44,13 40,659433 Puncak 49,2 44,65 40,779434 Dogiyai 36,57 33,96 30,409435 Intan Jaya 0,0 47,82 41,539436 Deiyai 0,0 49,58 45,769471 Kota Jayapura 25,30 18,67 17,87 17,31 16,03
Top Related