Tugas Penyusunan Proposal Penelitian

download Tugas Penyusunan Proposal Penelitian

of 23

Transcript of Tugas Penyusunan Proposal Penelitian

TUGAS PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIANANALISIS PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KONSEP ECO-LABELING DI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi prasyarat untuk menyelesaikan mata kuliah Metodologi Penelitian Disusun Oleh: Yessi Setiawan Santoso NIM: 09.30.0052

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS - PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2012

Rencana judul proposal penelitian saya : Pengaruh Eco-Labeling Terhadap Perilaku Mahasiswa Melalui Sistem Green Marketing / Analisis Persepsi Mahasiswa Di Semarang Terhadap Green Marketing Ditinjau Dari Faktor Eco-Labeling.

1. Latar Belakang Masalah Penetlitian:

Semenjak beberapa dekade terkahir, kesadaran dari masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat. Peningkatan ini terinspirasi dari adanya kekhawatiran besar terhadap kemungkinan terjadinya bencana lingkungan alam yang mengancam manusia, bukan hanya kesehatan, namun sampai pada kelangsungan hidup umat manusia. Terbentuknya kesadaran konsumen mengenai haknya untuk mendapatkan produk yang layak, aman dan ramah lingkungan semakin kuat, maka perusahaan menerapkan isu lingkungan sebagai salah satu strategi pemasarannya atau yang telah kita kenal sebagai green marketing. Sesuai dengan naiknya perhatian terhadap isu lingkungan oleh pembuat peraturan publik dapat dilihat sebagai indikasi lain bahwa kepedulian lingkungan merupakan area yang potensial sebagai strategi bisnis.

Dari semua aspek politik, ekonomi, dan revolusi sosial dari abad yang lalu, pada dasarnya sama sekali tidak ada nilai-nilai manusia dan perubahan perilaku lingkungan hidup sebagai sebuah revolusional. Salah satu masalah paling utama adalah untuk menghentikan degradasi lingkungan dengan perubahan pola konsumsi yang telah diubah dalam beberapa tahun terakhir ini. Sebagai titik sentral dari kehidupan di bumi, manusia memainkan peranan penting pada saat memilih produk mereka yang mempunyai nilai-nilai

environmental/lingkungan. Ecolabel tidak hanya memperoleh para konsumen untuk memiliki kehidupan yang lebih baik, tapi juga menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk ini sebuah planet kecil.

Ekolabel merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang akurat, verifiable dan tidak menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen atau kemasannya. Pemberian informasi tersebut pada umumnya bertujuan untuk mendorong permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan di pasar yang juga mendorong perbaikan lingkungan secara berkelanjutan.

Ekolabel dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang diterakan pada produk atau kemasan produk, atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan, publikasi, pemasaran, media internet. Selain itu, informasi yang disampaikan dapat pula lebih lengkap dan mengandung informasi kuantitatif untuk aspek lingkungan tertentu yang terkait dengan produk tersebut. Ekolabel dapat dibuat oleh produsen, importir, distributor, pengusaha retail atau pihak manapun yang mungkin memperoleh manfaat dari hal tersebut.

Ilmuwan dan pemerhati lingkungan menemukan bukti-bukti kerusakan lingkungan, seperti penipisan lapisan ozon (memperbesar prevelensi kanker kulit dan berpotensi mengacaukan iklim dunia) serta pemanasan global, memperkuat alasan kekhawatiran tersebut. Belum lagi masalah hujan asam, efek rumah kaca, polusi udara dan air yang sudah pada taraf berbahaya, kebakaran dan penggundulan hutan yang mengancam jumlah oksigen di atmosfir kita dan banjir di sejumlah kota. Bahkan sampah sekarang menjadi

masalah besar karena jumlah sampah yang semakin besar dan banyaknya sampah yang sulit di daur ulang. (Wibowo B., 2002).

Dalam situasi seperti itu akhirnya munculah apa yang disebut green consumerism. Green consumerism adalah kelanjutan dari gerakan

konsumerisme global yang dimulai dengan adanya kesadaran konsumen akan hak-haknya untuk mendapatkan produk yang layak, aman, dan produk yang ramah lingkungan (environment friendly) yang semakin kuat. Selanjutnya, produk yang diinginkan bukan yang benar-benar hijau, namun mengurangi tingkat kerusakan yang ditimbulkan. (Rudi Haryadi, 2009).

Perhatian terhadap isu-isu lingkungan ini ditandai dengan maraknya para pelaku bisnis dalam menerapkan standar internasional atau lebih dikenal dengan ISO-14000. ISO-14000 ini merupakan sistem manajemen lingkungan yang dapat memberikan jaminan (bukti) kepada produsen dan konsumen bahwa dengan memerapkan sistem tersebut produk yang dihasilkan / dikonsumsi baik limbah, produk bekas pakai, ataupun layanannya sudah melalui suatu proses yang memperhatikan kaidah-kaidah atau upaya-upaya pengelolaan lingkungan. International Organization for Standardization (ISO) mengembangkan suatu seri standar internasional untuk ekolabel (ISO 14020 ISO 14024). Ekolabel (eco-labelling) diartikan sebagai kegiatan pemberian label yang berupa simbol, atribut atau bentuk lain terhadap suatu produk dan jasa. Label ini akan memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk/jasa yang dikonsumsi tersebut sudah melalui proses yang

memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan. (Rudi Haryadi, 2009).

Berdasarkan uraian yang ada, suatu hal yang sangat menarik, bilamana kita dapat mengetahui bagaimana persepsi konsumen, terutama untuk kalangan

mahasiswa, yang mana notabene merupakan masa penjajagan sebelum menuju tahap kedewasaan, dimana dapat kita temukan sebenarnya, perlu atau tidak kah Eco-Labeling dan Green Marketing itu dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan variabel green marketing, eco-labeling dan variabel para mahasiswa di Semarang berkaitan dengan persepsi mereka. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KONSEP ECOLABELING DI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pemahaman mahasiswa terhadap green product? 2. Bagaimanakah persepsi mahasiswa terhadap green product ditinjau dari faktor Eco-Labelling? 3. Bagaimanakah peluang pasar green product menurut mahasiswa? 4. Produk mana yang benar-benar membutuhkan eco label? 5. Apakah aspek keberlangsungan dapat dijelaskan secara singkat dalam produk tersebut? 6. Seberapa banyak ongkos yang dibutuhkan untuk mewujudkan produk dengan eco label? 7. Apakah konsumen peduli terhadap eco label?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian: 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pemahaman mahasiswa terhadap green product. 2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap green product ditinjau dari faktor Eco-Labeling. 3. Untuk mengetahui peluang pasar green product menurut mahasiswa. 4. Untuk mengetahui produk mana yang benar-benar membutuhkan eco-label. 5. Untuk mengetahui aspek keberlangsungan dapat dijelaskan secara singkat dalam produk tersebut atau tidak. 6. Untuk mengetahui ongkos yang dibutuhkan untuk mewujudkan produk dengan eco-label. 7. Untuk mengetahui konsumen peduli atau tidak terhadap eco-label.

2 . Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan konstribusi bagi ilmu manajemen dalam mendalami hubungan antara bauran pemasaran dalam perusahaan, pengetahuan, dan demografik yang dilakukan oleh perusahaan yang melakuka strategi green marketing dan pilihan pelanggan. 2. Dipraktekkan dan bahan pertimbangan bagi praktisi dan perusahaan yang akan mengambil kebijakan strategi manajemen lingkungan dan green marketing sebagai strategi pertumbuhan korporasi dalam meningkatkan kinerja perusahaan dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif. 3. Bagi Penulis / Mahasiswa

Hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan bagi mahasiswa tentang persepsi mahasiswa sendiri terhadap green product. 4. Bagi Masyarakat Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai persepsi mahasiswa terhadap green product. 4. Bagi Perusahaan Untuk memberikan perkembangan / masukan perusahaan yang akan mengembangkan produknya menjadi suatu produk hijau. 5. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan/referensi untuk penelitian baru atau menindaklanjuti penelitian yang sudah ada.

4. Landasan Teori

1 Pengertian dan Konsep Perilaku Konsumen Menurut Shiffman (2007:G-13) Perilaku konsumen adalah merupakan perilaku yang ditunjukan dalam mencari, membeli, menggunakan menilai, dan menentukan produk jasa dan gagasan. Sedangkan menurutBilson Simamora (2002:2) Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Faktor Sosial a. Group Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua,

meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).

b. Family Influence Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.204).

c. Roles and Status Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulanperkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).

Faktor Personal a. Economic Situation Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).

b. Lifestyle Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas,

ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)

c. Personality and Self Concept Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).

d. Age and Life Cycle Stage Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)

e. Occupation Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering

yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).

Faktor Psychological

a. Motivation Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).

b. Perception Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).

c. Learning Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan

dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).

d. Beliefs and Attitude Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145).

Faktor Cultural Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).

a. Subculture Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003,

p.202).

b. Social Class Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).

Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.

2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display

produk

3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001, pp.127-128)

Pengertian Mahasiswa Pengertian Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.

Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Pengertian Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978) adalah merupakan insane-insan calon sarjana yang dalam

keterlibatannyadengan perguruan tinggi ( yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-clon intelektual.

Konsep Produk Hijau (Green Product), Konsumen Hijau (Green Consumer), Pemasaran Hijau (Green Marketing) dan Eko Label (EcoLabel)

Kasali (2005) mendefinisikan, produk hijau (green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Selanjutnya Nugrahadi (2002) mengemukakan, produk hijau (green product) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsianya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang. Nugrahadi (2002) mengemukakan, konsumen hijau adalah konsumen yang peduli lingkungan hidup. Elkington (1991) dalam Harsiwi (2004) mengemukakan, konsumen hijau merupakan jargon pemasaran yang

relatif kecil, tetapi cukup mempengaruhi dan mengembangkan suatu kelompok konsumen yang menggunakan kriteria lingkungan dalam memilih barang-barang konsumsi. Konsumen hijau berkontribusi dalam mengurangi semaksimal mungkin penggunaan produk yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Konsumen hijau mempunyai pandangan terhadap prinsip-prinsip green consumerism (konsumerisme hijau). Konsumerisme hijau adalah sebuah fenomena baru yang saat ini telah berkembang terutama di negara-negara maju, seperti jerman, Inggris, Amerika, jepang dan lain-lain. Smith (1998) dalam Wibowo (2002) menguraikan, konsumen hijau memiliki keyakinan bahwa: (a) Ada problem lingkungan yang nyata, (b) Problem tersebut harus ditangani

dengan serius dan disikapi dengan cara yang aktif, (c) Mereka merasa mendapatkan informasi yang cukup dalam keseharian hidup mereka, (d) Setiap individu dapat dan harus memberikan kontribusi dalam menyelamatkan bumi dari bencana lingkungan yang menakutkan.

Ketika green marketing menjadi dikenal pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, ternyata hal ini telah didiskusikan lebih awal. The American Marketing Associate (AMA) pada tahun 1975 mengadakan seminar pertama tentang ecological marketing, seminar ini menghasilkan buku pertama tentang green marketing berjudul Ecological Marketing (Henion and Kinnear, 1978) sejak saat itu banyak buku tentang topik tersebut dipublikasikan (Charter 1992, Coddington 1993, Ottman 1993). Ada Beberapa alasan mengapa perusahaan meningkatkan pemakaian green marketing salah satu alasan tersebut adalah, organisasi menerima environmental marketing menjadi suatu kesempatan yang dapa digunakan untuk meraih tujuan-tujuannya (Keller 1987, Shearer 1990). Mintu & Lozada (1993) dalam Lozada (2000) mendefinisikan green marketing sebagai aplikasi dari alat pemasaran untuk memfasilitasi perubahan yang memberikan kepuasan organisasi dan tujuan individual dalam melakukan pemeliharaan, perlindungan, dan konservasi pada lingkungan fisik. Aktivitas green marketing membutuhkan lebih dari sekedar pengembangan citra (Henion & Kinnear, 1976; Lozada & Mintu Wimsatt,1998). Sedangkan Pride dan Farrel (1993) mendefinisikan greemarketing sebagai sebuah upaya orang mendisain, mempromosikan, dan mendistribusikan produk yang tidak merusak lingkungan. Charter (1992) memberikan definisi green marketing merupakan holistik, tanggung jawab strategik proses manajemen yang mengidentifikasi, mengantisipasi, memuaskan dan memenuhi kebutuhan stakeholders untuk

memberi penghargaan yang wajar, yang tidak menimbulkan kerugian kepada manusia atau kesehatan lingkungan alam.

Ekolabel merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang akurat, verifiable dan tidak menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen atau kemasannya. Pemberian informasi tersebut pada umumnya bertujuan untuk mendorong permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan di pasar yang juga mendorong perbaikan lingkungan secara

berkelanjutan.Ekolabel dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang diterakan pada produk atau kemasan produk, atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan, publikasi, pemasaran, media internet. Selain itu, informasi yang disampaikan dapat pula lebih lengkap dan mengandung informasi kuantitatif untuk aspek lingkungan tertentu yang terkait dengan produk tersebut. Ekolabel dapat dibuat oleh produsen, importir, distributor, pengusaha retail atau pihak manapun yang mungkin memperoleh manfaat dari hal tersebut.

Karakteristik Produk Hijau Karakteristik produk yang dianggap sebagai produk hijau (Herbig, 1999 dalam Lanasier, 2002), adalah (a) Produk tidak mengandung toxic, (b) Produk lebih tahan lama, (c) Produk menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang, dan (d) Produk menggunakan bahan baku dari bahan daur ulang. Karakteristik lain mengenai produk hijau sebagaimana dikemukakan oleh US Federal Trade Commision dalam Lanasier (2002) adalah (a) Produk yang menggunakan bahan non toxic, (b) Produk tidak mengandung bahan yang dapat merusak lingkungan, (c) Tidak melakukan uji produk yang melibatkan binatang apabila tidak betul-betul diperlukan,

(d) Selama penggunaanya tidak merusak lingkungan, (e) Menggunakan kemasan yang sederhana atau menyediakan produk isi ulang, (f) Memiliki daya tahan penggunaan yang lama dan (g) Mudah diproses ulang setelah pemakaian. Elkington dan kawan-kawan (1990) dalam Moisander (1996) merumuskan karakteristik dari produk hijau, yaitu (a) Tidak

membahayakan bagi kesehatan manusia dan hewan, (b) Tidak merusak lingkungan pada berbagai tingkat kehidupan, termasuk dalam memproses, penggunaan, dan penjualan, (c) Tidak menghabiskan bayak energi dan sumber daya lainya selama memproses, penggunaan, dan penjualan, (d) Tidak menghasilkan sampah yang tidak berguna akibat kemasan dalam jangka waktu yang singkat, (e) Tidak melibatkan binatang jika tidak penting yang mengakibatkan kekejaman pada binatang dan (f) Tidak menggunakan bahan baku yang dapat mengancam spesies atau lingkungan. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat kita buat suatu kesimpulan tentang karakteristik produk hijau, yaitu (a) Produk tidak mengandung toxic, (b) Produk lebih tahan lama, (c) Produk menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang, (d) Produk menggunakan bahan baku dari bahan daur ulang, (e) Produk tidak menggunakan bahan yang dapat merusak lingkungan, (f) Tidak melibatkan uji produk yang melibatkan binatang apabila tidak betul-betul diperlukan, (g) Selama penggunaan tidak merusak lingkungan, (h) Menggunakan kemasan yang sederhana dan menyediakan produk isi ulang, (i)Tidak membahayakan bagi kesehatan manusia dan hewan, (j) Tidak menghabiskan banyak energi dan sumberdaya lainya selama pemrosesan, penggunaan, dan penjualan, (k) Tidak menghasilkan sampah yang tidak berguna akibat kemasan dalam jangka waktu yang singkat (Herri, Nidya P, dan Jon K., 2006).

5 Kerangka Pikir ANALISIS PERSEPSI TERHADAP GREEN PRODUCT

Mahasiswa - Berdomisili di Semarang - Khususnya Unika

RUMUSAN MASALAH : - Bagaimanakah pemahaman mahasiswa terhadap green product? Bagaimanakah persepsi mahasiswa terhadap green product ditinjau dari faktor EcoLabelling? Bagaimanakah peluang pasar green product menurut mahasiswa? Produk mana yang benar-benar membutuhkan eco label? Apakah aspek keberlangsungan dapat dijelaskan secara singkat dalam produk tersebut? - Seberapa banyak ongkos yang dibutuhkan untuk mewujudkan produk dengan eco . METODE PENELITIAN label? 7.1 Obyek dan Lokasi Penelitian - Apakah konsumen peduli terhadap eco label? Pada penelitian ini, obyeknya adalah para mahasiswa, tidak bekerja, dan berdomisili di Semarang. Penelitian dilakukan di Semarang.

6. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

7.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Secara garis besar, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian konsumen. Keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses yang mengarah pada kepuasan konsumen. b. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi : 1. Faktor budaya 2. Faktor sosial 3. Faktor pribadi 4. Faktor psikologis

8. Metode Penelitian Obyek dan Lokasi Penelitian Pada penelitian ini, obyeknya adalah mahasiswa Universitas Katolik

Soegijapranata, tidak bekerja, yang berdomisili di Semarang. Penelitian dilakukan di Semarang

Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa yang berdomisili di Semarang. Peneliti menggunakan teknik sampling purposive sampling yang dilakukan di kampus Unika Soegijapranata di Semarang dengan penetapan jumlah responden minimal 3 responden tergantung kedalaman hasil wawancara.

Responden ditentukan dengan karakteristik sebagai berikut : a. Sample berupa mahasiswa yang tidak bekerja di luar rumah b. Mahasiswa yang secara akademis telah mencapai tingkat tahun ke 3 sampai tahun ke 4

Pengumpulan Data a. Jenis dan Sumber Data Jenis data pada penelitian ini merupakan data primer dimana data tersebut diperoleh dari jawaban para mahasiswa yang mengisi kuesioner mengenai persepsi terhadap green product yang dibuat oleh peneliti. Sumber data langsung (data primer) berasal dari responden penelitian, yang merupakan mahasiswa yang berkuliah di Universitaas Katolik

Soegijapranata Semarang.

b. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan komunikasi yaitu :

1.) Teknik wawancara Wawancara telah diakui sebagai teknik pengumpulan data atau informasi yang penting dan banyak dilakukan dalam pengembangan sistem informasi.

Wawancara adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan format tanya jawab yang terencana. Wawancara memungkinkan analis sistem mendengar tujuan-

tujuan,perasaan, pendapat dan prosedur-prosedur informal dalam wawancara dengan para pembuat keputusan organisasional. Analis sistem menggunakan wawancara untuk mengembangkan hubungan mereka dengan klien, mengobservasi tempat kerja, serta untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi. Meskipun e-mail dapat digunakan untuk menyiapkan orang yang diwawancarai dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan temuan, namun akan lebih baik bilawawancara dijalankan secara personal bukan elektronis. 2.) Observasi Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Melalui observasi penganalisis dapat memperoleh

pandanganpandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan, melihat langsung keterkaitan diantara para pembuat keputusan di dalam organisasi, memahami pengaruh latar belakang fisik terhadap para pembuat keputusan, menafsirkan pesan-pesan yang dikirim oleh pembuat keputusan lewat tata letak kantor, serta memahami pengaruh para pembuat keputusan terhadap pembuat keputusan lainnya.

c. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian adalah : 1.) Pedoman wawancara 2.) Pedoman observasi

Uji Validitas dan Reliabilitas

Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan observasi. Data yang diperoleh dengan teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap.

b. Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif

Dalam penelitian ini, langkah-langkah metode analisis yang akan digunakan adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Mengkategorikan data yang diperlukan. Menghubungkan dengan landasan teori Menarik kesimpulan

Ketika menganalisis transkripsi wawancara atau catatan lapangan, perlu memberi kode secara konsisten untuk fenomena yang sama (koding). Koding dimaksudkan untuk dapat memudahkan identifikasi fenomena, memudahkan penghitungan frekuensi kemunculan fenomena, frekuensi kemunculan kode menunjukkan kecenderungan temuan, dan membantu menyusun kategori dan subkategori (Alwasilah, 2003, h.159)

Alat Analisis

Pengujian Hipotesis/Perhitungan

Daftar Pustaka

Alwasilah, AC. 2003. Pokoknya Kualitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya Haryadi, Rudi. 2009. Pengaruh Strategi Green Marketing Terhadap Pilihan Konsumen Melalui Pendekatan Marketing Mix. Tesis Universitas Diponegoro Semarang Schiffman, Leon G and Leslie Lazar Kanuk. Perilaku Konsumen, edisi ketujuh. Jakarta : Indeks, 2007. Simamora, Bilson. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Edisi 1. P.T Gramedia Pustaka Utama : Jakarta 2002. Wibowo, Buddi. 2002. Green Consumerism dan Green Marketing : Perkembangan Perilaku Konsumen dan Pendekatan Pemasaran. Usahawan, No. 6 Th XXXI Juni, pp : 12-15. http://bonteng.wordpress.com/2009/11/16/keputusan-pembelian/ http://definisipengertian.com/2011/pengertian-mahasiswa/ http://ekonomi.kompasiana.com/marketing/2012/02/28/eco-labelperlukah/ http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang mempengaruhi.html http://www.lei.or.id/ http://www.menlh.go.id/ekolabel-indonesia/ http://manajemenlingkungan.com/ekolabel/