Tugas Pengemasan Edit

download Tugas Pengemasan Edit

of 46

Transcript of Tugas Pengemasan Edit

TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI MANAJEMEN PENGEMASAN

Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Agensy Nurmaydha Athifatul Izza Jazzuliatuddiyanah Oktaviani Nurwidanti Lulu ul Maknunah Rifki Mustofa Rodhi Sheila Gresnantya Teny Sylvia Thoriqul Abrori NIM. 0911030002 NIM. 0911030009 NIM. 0911030099 NIM. 0911030046 NIM. 0911030101 NIM. 0911030115 NIM. 0911030119 NIM. 0911030123 NIM. 0911030124

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG MARET, 2012

BAB I PENDAHULUAN

Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan plastik semakin meningkat. Sebagai kemasan, plastik memiliki banyak keunggulan. Plastik cenderung lebih ringan dibanding dengan bahan lain, tidak berkarat, mudah dibentuk, murah dan tidak mudah pecah. Hampir semua pusat perbelanjaan masih menggunakan kantong plastik bagi konsumen. Sebagai contoh, kantong belanja di hipermarket, supermarket, dan minimarket masih berupa kantong plastik. Demikian pula di toko-toko lain, seperti toko buku, bahkan di pasar tradisional. Menurut Prasetyo (2008) plastik yang dikonsumsi masyarakat Indonesia mencapai 1,5 juta ton atau tujuh kilogram per kapita. Plastik-plastik tersebut kemudian hanya dibuang setelah sekali dipakai. Bahkan, sebagian plastik tersebut dibuang di tanah begitu saja. Plastik yang beredar di pasaran pada umumnya berasal dari polimer sintetis yang tidak dapat diuraikan. Menumpuknya sampah plastik di permukaan tanah menyebabkan tertutupnya pori-pori tanah sehingga air tidak dapat diserap ke dalam tanah. Dengan tidak terserapnya air ke dalam tanah, dalam jangka panjang dapat menyebabkan banjir. Bukan hanya di darat, di laut pun, sampah plastik menyebabkan matinya ribuan hewan laut. Untuk mengatasi hal itu, hingga kini plastik diolah dengan cara daur ulang. Namun, plastik hasil daur ulang tersebut memiliki kualitas yang tidak terlalu bagus sehingga berdampak semakin banyaknya penggunaan plastik daur ulang untuk menjamin keamanan barang yang dikemas. Seringkali plastik daur ulang digunakan berlapis untuk meningkatkan kekuatannya dan menjamin keamanan barang terkemas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Plastik Plastik merupakan salah satu produk polimer. Industri plastik mulai berkembang pada tahun 1968. Seorang Amerika yang bernama John Wesley Hyatt menemukan cellulose nitrate yang terbentuk dari reaksi asam nitrat pada temperatur dan tekanan tertentu. Percobaan ini menghasilkan zat yang dapat dicetak untuk dibentuk. Ia menyebutnya dengan celluloid. Selanjutnya, seorang warganegara Jerman, Adolph Spitteler, menemukan plastik dengan mencampur susu asam dengan formaldehyde sehingga dihasilkan casein plastic. Pada tahun 1909, seorang Amerika yang bernama Dr. Leo Baekeland mencoba untuk memproduksi resin sintetik dengan mencampur phenol dengan formaldehyde pada kondisi tertentu sehingga dihasilkan resin sintetik untuk pertama kalinya. Plastik baru ini dikenal dengan nama Bakelite. Industri plastik baru berkembang dengan pesat sejak ditemukannya Bakelite.

2.2. Pengertian Plastik dan Komponen Penyusunnya Plastik adalah polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik, namun ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Crompton, 1979). Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa

monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al.., 1989). Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi (Nurminah, 2002). Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras. Beberapa contoh polimer yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya plastik, karet, serat, nilon, polisakarida, protein, dan asam nukleat (Flinn dan Trojan, 1975)

2.3. Karakteristik Polimerisasi Polimer memiliki beberapa karakteristik untuk menggambarkan sifat fisik dan sifat kimianya. Sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi aplikasi penggunaan polimer tersebut. Karakteristik polimer antara lain (Nurminah, 2002) : 1. Crystallinity (kristalinitas) Struktur polimer yang tidak tersusun secara teratur umumnya memiliki warna transparan. Karakteristik ini membuat polimer dapat digunakan untuk berbagai aplikasi seperti pembungkus makanan, kontak lensa dan sebagainya.

Semakin tinggi derajat kristalisasinya, semakin sedikit cahaya yang dapat melewati polimer tersebut. 2. Thermosetting dan Thermoplastic (Daya tahan terhadap panas) Berdasarkan ketahanannya terhadap panas, polimer dibedakan menjadi polimer thermoplastic dan thermosetting. Polimer thermoplastic dapat

melunak bila dipanaskan, sehingga jenis polimer ini dapat dibentuk ulang. Sedangkan polimer thermosetting setelah dipanaskan tidak dapat dibentuk ulang. Ketahanan polimer terhadap panas ini membuatnya dapat digunakan pada berbagai aplikasi antara lain untuk insulasi listrik, insulasi panas, penyimpanan bahan kimia dan sebagainya. 3. Branching (percabangan) Semakin banyak cabang pada rantai polimer maka densitasnya akan semakin kecil. Hal ini akan membuat titik leleh polimer berkurang dan elastisitasnya bertambah karena gaya ikatan intermolekularnya semakin lemah. 4. Tacticity (taktisitas) Taktisitas menggambarkan susunan isomerik gugus fungsional dari rantai karbon. Ada tiga jenis taktisitas yaitu isotaktik dimana gugus-gugus subtituennya terletak pada satu sisi yang sama, sindiotaktik dimana gugusgugus subtituennya lebih teratur, dan ataktik dimana gugus-gugus subtituennya terletak pada sisi yang acak.

2.4. Jenis dan Sifat Plastik Menurut jenis dan sifatnya, plastic dibagi menjadi (Sulchan, 2007): A. Plastik Termoset Jenis plastik ini mengalami perubahan yang bersifat ir-reversible. Pada suhu tinggi jenis plastik termoset berubahmenjadi arang. Hal ini disebabkan struktur kimianya bersifat 3 dimensi dan cukup kompleks. Pemakaian termoset dalamindustri pangan terutama untuk membuat tutup botol. Plastiktidak akan kontrak langsung dengan produk karena tutupselalu diberi lapisan perapat yang sekaligus berfungsi sebagai pelindung.

B.

Jenis termoplastik Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemasatau kontak dengan bahan makanan adalah jenis termoplastik. Plastik ini dapat menjadi lunak jika dipanaskan dan mengeras lagi setelah dingin. Hal ini dapat terjadi berulang-ulang tanpa terjadi perubahan khusus. Termoplastik termasuk turunanetilena (CH2 = CH2). Dinamakan plastik vynil karenamengandung gugus vynil (CHz = CHz) atau polyolefin. 1. Politen atau Polietilen (PE) Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu 110o C. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1970). Jenis plastik ini paling banyak digunakan dalam industri, karena memiliki sifat mudah dibentuk, tahan bahan kimia, jernih dan mudah dilaminasi. PE banyak digunakan untuk mengemas buahbuahan dan sayuran segar, roti, produk pangan beku dan tekstil (Dwiari, 2008). Menurut Syarief et al (1989), polietilen memiliki sifat: a. Penampakan bervariasi, dari transparan hingga keruh. b. Mudah dibentuk, lemas dan mudah ditarik. c. Daya rentang tinggi tanpa sobek. d. Meleleh pada suhu 1200o C, sehingga banyak digunakan untuk laminasi dengan bahan lain. e. Tidak cocok untuk digunakan mengemas bahan berlemak ata mengandung minyak. f. Tidak cocok untuk mengemas produk beraroma karena transmisi gas cukup tinggi.

g. Tahan terhadap asam, basa, alkohol dan deterjen. h. Dapat digunakan untuk menyimpan bahan pada suhu pembekuan hingga 500 o C. i. Kedap air dan uap air.

2. Poliester atau Polietilen treptalat (PET) PET banyak digunakan dalam laminasi (pelapisan), terutama untuk bagian luar suatu kemasan sehingga kemasan memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap kikisan dan sobekan. PET banyak digunakan sebagai kantong makanan yang memerlukan perlindungan, seperti buah kering, makanan beku dan permen. PET memiliki sifat (Dwiari, 2008) : a. Transparan (tembus pandang), bersih dan jernih. b. Memiliki sifat beradaptasi terhadap suhu tinggi (3000 C) yang sangat baik. c. Permeabilitas uap air dan gas sangat rendah. d. Tahan terhadap pelarut organik, seperti asam-asam dari buah-buahan, sehingga dapat digunakan untuk mengemas produk sari buah. e. Tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzyl alkohol. f. Kuat, tidak mudah sobek. Botol plastik yang menggunakan PET mampu menahan tekanan yang berasal dari minuman berkarbonat.

3. Polipropilen (PP) Polipropilen termasuk kelompok olefin, bersifat lebih keras dan titik lunaknya lebih tinggi daripada PEDT, lebih kenyal tetapi mempunyai daya tahan terhadap kejutan lebih rendah. Tidak mengalami stress cracking oleh perubahan kondisi lingkungan, tahan terhadap sebagian besar (Suchan, 2007). Polipropilen memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Dwiari, 2008): a. Ringan, mudah dibentuk, transpasan dan jernih dalam bentuk film. Tetapi dalam bentuk kemasan kaku maka PP tidak transparan. b. Kekuatan terhadap tarikan lebih besar dibandingkan PE. c. Pada suhu rendah akan rapuh.

d.

Dalam bentuk murni pada suhu -300C mudah pecah sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan.

e. Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku. f. Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga dalam penanganan dan distribusi. g. Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang. h. Tidak baik untuk mengemas produk yang peka terhadap oksigen. i. Tahan terhadap suhu tinggi sampai 1500 C, sehingga dapat digunakan untuk mengemas produk pangan yang memerlukan proses sterilisasi. j. Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak. k. Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzene, silken, toluene, terpentin asam nitrat kuat.

4. Polistiren (PS) Polistiren banyak digunakan untuk mengemas buah-buahan dan sayuran karena memiliki permiabilitas yang tinggi terhadap air dan gas. PS memiliki sifat umum sebagai berikut (Dwiari, 2008): a. Lentur dan tidak mudah sobek b. Titik lebur 880C, akan melunak pada suhu 90 - 950C. c. Tahan terhadap asam dan basa, kecuali asam pengoksidasi. d. Akan terurai dengan ester, keton, hidrokarbon aromatik, klorin dan alkoohol dengan konsentrasi yang tinggi. e. Memiliki permeabilitas yang sangat tinggi terhadap gas dan uap air, sehingga sanagt sesuai untuk mengemas bahan-bahan segar. f. Memiliki afinitas yang tinggi terhadap debu. g. Baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium).

5. Polivinil Khlorida (PVC) PVC banyak digunakan untuk mengemas mentega, margarine, dan minyak goreng karena tahan terhadap minyak dan memiliki permeabilitas yang rendah

terhadap air dan gas. PVC juga digunakan untuk mengemas perangkat keras (hardware), kosmetik, dan obat-obatan. Sifat lain dari PVC, yaitu: tembus pandang, meskipun ada juga yang memiliki permukaaan keruh, tidak mudah sobek dan memiliki kekuatan tarik yang tinggi (Dwiari, 2008).

6. Poliviniliden Khlorida (PVDC) PVDC ini sifat permeabilitasnya terhadap air dan gas rendah. Sering digunakan untuk mengemas (wrapping) produk ternak, ham atau produk yang sejenis termasuk keju. Dapat di-seal (direkatkan) dengan panas akan tetapi tidak stabil bila dipanaskan pada suhu >600C (Dwiari, 2008).

2.5 Plastik Sebagai Kemasan Makanan Atau Minuman Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkanbersama. Kombinasi ini disebut laminasi. Sifat-sifat yang dihasilkan oleh kemasan laminasi dua atau lebih film dapat memiliki sifat yang unik. Contohnya kemasan yang terdiri dari lapisan kertas/polietilen/aluminium foil/polipropilen baik sekali untuk kemasan makanan kering. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan yang ekonomis dan murah. Polietilen berfungsi sebagai perekat antara aluminium foil dengan kertas, sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi, masingmasing lapisan saling menutupi kekurangannya menghasilkan lembar kemasan yang bermutu tinggi (Suchan, 2007). Selain mempunyai banyak keunggulan, ternyata kemasan plastik menyimpan kelemahan yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok dengan kemasan atau wadah penyim-pannya. Pada makanan yang dikemas dalam kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak mungkin dapat dicegah 100% (terutama jika plastik yang digunakan tidak cocok dengan jenis

makanannya). Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Semakin lama kontak antara makanan tersebut dengan kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi (Nurminah, 2002).

BAB III ISI

3.1. Teknik dan metode pembuatan pengemasan Proses pengerjaan bahan plastik banyak ragamnya, tetapi pengerjaan tersebut belum tentu bisa masuk pada jenis plastik yaitu thermosetting atau thermoplastik. Jadi pada prinsipnya ada pengerjaan hanya untuk thermosetting, pengerjaan hanya untuk jenis thermoplastik dan adapula yang bisa digunakan oleh keduanya. Metode-metode yang digunakan untuk mengkonversi bahan plastik dalam bentuk pellet, butiran, serbuk, lembaran, cairan, atau dibentuk preforms ke bentuk atau bagian. Bahan plastik mungkin mengandung berbagai zat aditif yang mempengaruhi sifat serta processability dari plastik. Setelah membentuk, bagian tadi dapat dilanjutkan untuk berbagai operasi tambahan seperti pengelasan, perekat ikatan, permesinan, dan permukaan dekorasi (lukisan, Metallizing). Beberapa proses pengerjaan untuk bahan plastik adalah sebagai berikut: Proses pengerjaan untuk Thermoplastik a) Pengerjaan Permesinan Pada prinsipnya pengerjaan plastik dengan permesinan dapat dikerjakan dengan pengerjaan logam/kayu yang biasa, hanya harus mengadakan perubahan pada alat potong. Hal yang harus diperhatikan adalah sifat plastik yang sensitif terhadap panas dibanding logam. Dapat melakukan proses pemotongan sedikit-sedikit dengan kecepatan potong yang tinggi dan pemakanan rendah. Beberapa pengerjaan yang termasuk pengerjaan permesinan yaitu Menggores dan memotong, Kikir, Bor, Gergaji, Pembuatan ulir, Gerinda dan poles, Bubut, Frais. b) Pengelasan Pada prinsipnya hanya thermoplastik yang dapat di las, itupun harus bahan yang sama, ini karena setiap jenis plastik mempunyai berat molekul yang

berbeda. Adapun bahan thermoplastik yang dapat dikerjakan dengan las adalah : PVC keras PVC lunak HDPE LDPE SAN ABS POM PC PP PMMA

Jenis-jenis Pengelasan Pengelasan panas Pengelasan dengan gas panas c) Pengeleman Pengeleman adalah suatu sistem penyambungan modern. Dengan pengeleman bahan yang akan disambung tidak perlu dilelehkan seperti pada pengelasan, oleh karena itu pengeleman lebih baik beberapa segi dari pengelasan. Pengeleman bisa dipakai untuk menyambung plastik yang tidak bisa atau tidak baik untuk di las. Misal : acrylglass Pengeleman bisa dipakai untuk penyambungan bahan yang berbeda-beda, yang mana hanya dengan pengeleman saja bisa dibuatnya. Misal pengerjaan teknik anti korosi Pengeleman juga sangat ekonomis untuk pekerjaan assembling. Misal penyambungan pipa. d) Calendering / Pembuatan roll Calendaring adalah sebuah proses dimana lembaran lembaran dari material thermoplastik dibuat dengan cara melewatkan polimer halus yang dipanaskan diantara dua buah rol atau lebih. Biasanya roll untuk pengerjaan lembaran ini terdiri dari 4 5 roll utama. Susunan roll tersebut ada bermacam-macam yaitu susunan I,L,F, dan Z. Dalam proses calendering, plastik dibuat menjadi gulungan antara dua rol yang membuatnya ke sebuah yang kemudian lewat sekitar satu atau lebih dengan elemen Las gesek Las frekuensi tinggi Las ultrasonic

tambahan gulungan sebelum melepas sebagai film berkelanjutan. Kain atau kertas dapat diberi umpan melalui gulungan yang terakhir, sehingga mereka menjadi diresapi dengan plastik. Prinsip kerja mesin Roll Thermoplastik dilelehkan pada ekstruder kemudian di ekstruksi keluar. Plastik dalam keadaan leleh ditempatkan diantara bantalan rol dan dirol untuk membentuk menjadi lembaran. Plastik yang diektrusi ini dipindahkan pada ban berjalan dan di roll awal. Bantalan rol tersebut dalam keadaan panas, dan menjaga keadaan plastik dalam keadaan bentuk yang semi-leleh sehingga memungkinkan untuk di rol dalam bentuk yang lebih tipis sebagaimana dihasilkan dari roller tersebut yang posisinya semakin dekat dan semakin dekat satu sama lainnya. Dari roll ini dipindahkan pada ban berjalan lagi, dibawa pada alat pengaduk, keluar dari alat ini, dipindahkan lagi dengan ban berjalan ke mesin rollnya. Di mesin ini thermoplastik di roll sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan dilakukan pada roll penarik. . Apabila ketebalan lembaran sudah sesuai dengan kriteria, kemudian didinginkan pada roll pendingin dan kemudian digulung. Contoh Produk dengan proses Calendering : Pembuatan lembaran untuk jas hujan; lembaran palstik untuk alas tidur bayi ; lembaran plastic yang digunakan di rumah-rumah; cover seat plastik e) Ekstrusi Ekstrusion moulding adalah suatu proses pembuatan plastik (termoplastik) yang berbentuk profil atau bentukan yang sama dengan ukuran panjangnya yang cukup besar. Proses ini digunakan untuk membuat pipa, selang, sedotan, dsb. Teknik ini merupakan metode tertua dalam pencetakan plastik, dan saat ini masih digunakan untuk mencetak plastik termoset. Dalam proses ini, plastik atau butiran yang homogen, dan dengan terusmenerus terbentuk. Produk yang dibuat dengan cara ini termasuk tabung, pipa, lembaran, kawat dan substrat pelapisan, dan bentuk profil. Proses ini digunakan untuk membentuk bentuk yang sangat panjang dengan jumlah

besar, lalu dapat dipotong-potong dengan bentuk menjadi kecil-kecil. Ekstrusi dapat menghasilkan tingkat output tertinggi dari setiap proses plastik misalnya, pipa telah dibentuk di tekanan 2000 lb / h (900 kg / jam).

Prinsip kerja mesin Ekstrusi 1) Thermoplastik baik berupa tepung atau granula dilelehkan pada ekstruder. 2) Kemudian diinjeksikan melalui cetakan 3) Setelah keluar dari cetakan yang sesuai dengan profil yang diinginkan dimasukkan dalam alat kalibrasi. 4) Keluar dari alat kalibrasi masuk ke tangki air untuk didinginkan. 5) Setelah dingin dimasukkan ke ban penarik 6) Kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diminta pada alat potong dan kemudian disusun pada alat penyusun. Bahan baku yang sering digunakan untuk proses Cetak Ekstrusi adalah : Polyvinylchlorid (PVC) Polyethylene (PE) Polypropylene (PP) Polystyrene (PS)

Contoh Produk dengan proses Ektrusi : Pipa ; Batang ; Cetakan Bantalan ekstrusi; Kanvas; Ram; Roda gigi ; tangki air ; Profil U,L ; Rangka Pintu.

f) Injeksi Proses pembentukan produk berbahan plastik dengan cara menginjeksikan atau menyuntikan plastik cair kedalam sebuah rongga cetak yang kemudian didinginkan dan dikeluarkan dari rongga cetak. Material dari proses ini adalah plastik dengan bentuk granula ( butiran kecil ), powder ataupun larutan. Pengerjaan ini menggunakan cetakan tertutup.

Injection unit terdiri dari beberapa bagian, yaitu : - motor dan transmission gear unitbagian ini berfungsi untuk menghasilkan daya yang digunakan untuk memutar screw pada barel, sedangkan transmisi unit berfungsi untuk memindahkan daya dari putaran motor ke dalam secrew, selain itu transmission unit juga berfungsi untuk mengatur tenaga yang di salurkan sehingga tidak pembebanan yang terlalu besar.

- Cylinder screw ram bagian ini berfungsi untuk mempermudah gerakan screw dengan menggunakan momen enersia sekaligus menjaga perputaran screw tetap konstan, sehingga di dapat di hasilkan kecepatan dan tekanan yang konstan saat proses injeksi plastik dilakukan. - Hopper adalah tempat untuk menempatkan material plastik, sebelum masuk ke barel, biasanya untuk menjaga kelembapan material plastik, digunakan tempat penyimpanan khusus yang dapat mengatur kelembapan, sebab apabila kandungan air terlalu besar pada udara, dapat menyebabkan hasil injeksi yang tidak bagus. - Barrel adalah tempat screw, dan selubung yang menjaga aliran plastik ketika di panasi oleh heater, pada bagian ini juga terdapat heater untuk memanaskan plastik sebelum masuk ke nozzle. - Screw reciprocating screw berfungsi untuk mengalirkan plastik dari hopper ke nozzle, ketika screw berputar material dari hopper akan tertarik mengisi screw yang selanjutnya di panasi lalu di dorong ke arah nozzle. - Nonreturn valve valve ini berfungsi untuk menjaga aliran plastik yang telah meleleh agar tidak kembali saat screw berhenti berputar. - Injection Process Mechanism perhatikan gambar diatas, bahan baku untuk plastik injeksi berupa plastik raw material yang berupa butiran butiran kecil plastik tersebut di masukkan dalam hopper, setelah pressure, kecepatan dan parameter lainya di setting, plastik raw material (material kasar) akan di panaskan dalam barrel, selanjutnya screw berputar dan mengalirkan plastik yang mulai meleleh, saat plastic akan di injeksikan oleh nozzle, molding unit di tutup oleh clamping unit, setelah di tutup dan di tekan oleh clamping unit plastik di masukkan ke dalam mold unit melalui nozzle. Setelah plastik di

masukkan ke dalam molding unit, screw berhenti berputar, lalu clamping unit menarik core mold, sehingga mold terbuka, di lanjutkan dengan melepas produk plastik yang telah di cetak dengan menekan ejektor pada molding unit. - Mold Unit mold unit adalah bagian terpenting untuk mencetak plastik, bentuk benda plastik sangat tergantung dari bentuk mold, karena setelah plastik masuk ke dalam mold, di dinginkan maka terbentuklah bentuk plastik sesuai dengan bentuk mold, ada berbagai tipe mold, di sesuaikan dengan bentuk benda yang akan dibuat, untuk mengenal lebih jauh tentang mold perlu pembahasan tersendiri. Mold yang paling simple atau biasa di sebut dengan stadrad mold, secara umum terdiri dari : - Sprue dan runner system bagian ini yang menerima plastik dari nozzle lalu oleh runner akan di masukkan ke dalam cavity mold. - Cavity side bagian ini merupakan salah satu sisi yang membentuk bentuk plastik, cavity side terletak pada stationary plate, yaitu plate yang tidak bergerak saat prosses ejecting produk plastik. - Core side bagian ini juga merupakan bagian yang ikut andil memberikan bentuk pada produk plastik yang di cetak, bedanya core side berada pada moving plate, dan bagian ini selalu di hubungkan dengan ejektor. Secara umum dua bagian inilah yang membentuk produk plastik. - Ejector system setiap jenis mold selalu mempunyai sistem untuk melepas produk yang selesai di cetak dari cavity mold, bagian inilah yang disebut dengan ejektor, walau jenis ejektor bermacam-macam.

g) Blowing Blow molding atau blow forming adalah suatu proses pembuatan plastik (termoplastik) yang bentuknya memiliki rongga rongga pada bagian tengah dari produk. Plastik cair pada proses ini berbentuk pipa kemudian dimasukan kedalam cetakan lalu ditiup hingga menempel pada dinding cetakan. Pada hasil cetakanya, proses ini cenderung memiliki ketebalan dinding yang tidak merata dan umumnya produk berupa silinder. Proses ini terdiri dari pembentukan sebuah tabung (disebut parison) dan memasukkan udara atau gas lain yang menyebabkan tabung tersebut mengembang menjadi berongga, tertiup bebas sesuai cetakan untuk membentuk menjadi produk dengan ukuran dan bentuk tertentu. Parison secara tradisional dibuat oleh proses ekstrusi. Prinsip kerja mesin Blowing Untuk pengerjaan blowing dibutuhkan mesin ekstruksi dan cetakan. Melalui mesin ekstruksi ini thermoplastic diekstruksi menjadi sebuah pipa seperti selang ( dalam kondisi panas ), selang dijepit dengan cetakan dan dipotong. Cetakan ini bisa bergerak dari mulut ekstruksi ke mulut peniup. Setelah selang panas ada dalam cetakan, cetakan ini bergerak ke tempat mulut peniup untuk ditiup dengan udara bertekanan. Tekanan ini akan menekan plastic hingga membentuk sesuai dengan bentuk cetakan. Pengerjaan blowing biasanya digunakan untuk membuat botol-botol kemasan dan eirigen atau tangki air dari kapasitas kecil sampai besar. Contoh Produk dengan proses Blowing : Botol-botol minuman; segala produk yang berbentuk botol/silinder.

h) Thermoforming / Vacum Forming Thermoforming adalah salah satu metode dan banyak dipakai dalam memproses material plastik. Produk dari proses Vacuum Forming sangat banyak dan memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Thermoforming adalah pembentukan lembaran plastik menjadi bagian-bagian melalui aplikasi panas dan tekanan. Tooling untuk proses ini adalah yang paling murah dibandingkan dengan proses plastik lainnya. Juga dapat menampung bagian lembaran yang sangat besar serta bagian-bagian kecil.

Prinsip kerja mesin Thermoforming Dengan memanaskan plastik berbentuk lembaran (sheet) hingga melunak / soft lalu meletakannya diatas mold. Lalu Vacuum mulai menyedot material tersebut ke dalam mold / cetakan. Lalu material tadi dikeluarkan dari mold. Pada pembentukkan singkat ini, proses Vacuum Forming memanfaatkan pneumatic, hydraulic dan pengontrol panas yang memungkinkan lebih singkatnya waktu produksi. Contoh Produk dengan proses Thermoforming : Baths & Shower Trays Tempat minuman (Gelas plastik) Tempat cetakan agar-agar Plastik untuk mengepak mainan anak-anak Wadah tempat makanan.

i) Pengerjaan bahan plastik dengan penguat serat. Plastik dengan penguat serat ini adalah resin dengan rambahan penguat dari serat, contohnya resin polyster dan Resin Epoxid, sedang penguatnya dari seart gelas. Dimana untuk memprosesnya ada beberapa cara antara lain: o Laminasi dengan tangan o Pengerjaan serat semprot o Press dingin o Press panas o Laminasi kotinyu o Sentrifugal o Pengerjaan Elektrostatik

j) Rotate casting Rotational Molding Process adalah salah satu proses pembentukan plastic. Biasa juga disebut rotomoulding biasanya menggunakan temperature yang tinggi, tekanan rendah (low pressure) dalam metode manufakturingnya yang mengkombinasikan panas dan perputaran bi-axial (bi-axial rotation).

Dalam proses ini, bubuk digilas halus dan dipanaskan dalam cetakan yang berputar sampai meleleh. Jika bahan cair yang digunakan, proses ini sering disebut lumpur salju molding. Resin yang melebur akan seragam dalam melapisi permukaan dalam cetakan.

Tujuan dari Rotational Molding Process adalah untuk mengurangi ongkos produksi dan membuat design possibilities yang lebih luas / tak terbatas. Hal ini memberikan kesempatan bagi seorang designer untuk membuat parts dengan ketebalan dinding yang sama dan bentuk yang rumit. Proses ini dapat menjadi alternative bagi proses blow molding, thermoforming dan plastic injection molding. Keuntungan dari proses pembuatan plastic memakai Rotational Molding Process adalah : Lebih hemat ongkos produksi. Memberikan flexibility yang lebih baik dalam mendesain produk. Ketebalan dinding produk yang dihasilkan akan seragam. Produk tidak ada parting line .

Contoh produk dengan Rotating Molding : Bola plastic dengan permukaan yang tidak keras / lunak. Pompa pada alat deteksi tekanan darah / tensimeter.

k) Expanding foming Dalam proses expanding/foaming matrial plastik dapat dikembangkan/

diperpanjang/ dipeluas. Campuran resin yang mengandung katalis dan bahan

kimia yang dapat membantu proses perpanjangan (expanding) ditempatkan pada sebuah cetakn dimana ia akan memanjang kestruktur yang berbentuk sel. Polyurethanes, polyethers, ureaformaldehida, polyvinys, dan phenoliks adalah bahan-bahan yang sering dikerjakan dengan cara ini. Perlengkapan flotasi, spoges, kasur-kasur, dan bantalan pengamanan adalah contoh dari yang sering dibuat dengan cara ini.

l) Spinning Spining dari plastic bisa dipanaskan dimulurkan, ditark, menjadi serabut, kemudian dipintal menjadi benang bisa lebih kuat. Contoh: kain tas, jaring, gelasan,jala ikan

m) Blow film Proses blown film adalah proses pembentukan plastik berongga dengan cara meniupkan udara bertekanan ke material plastik hasil ekstrusi melalui cincin udara (air ring). Material plastik yang digunakan biasanya adalah PE (LDPE & HDPE).

Proses Pengerjaan Plastik Thermosetting Proses pengerjaan untuk Thermosetting : Hand lay up, RIM (Reaction Injection Moulding), Compression molding, Transfer moulding, Spraying, Casting. a) Hand Lay Up Hand Lay Up adalah proses pengerjaan plastic secara manual dengan mold sebagai cetakkan dibentuk sedemikian rupa, lalu dilapisi lapisan pemisah (release agent) sehingga cairan resin dan cetakkan tidak menempel, lalu dilapisi cairan resin. Setelah itu cairan resin ditambahkan bahan penguat (reinforcement) seperti serat. Lalu cairan resin tersebut diratakan dengan menggunakan koas atau roller agar permukaannya rata dan rapi. Menuang resin dengan tangan kedalam serat berbentuk anyaman, rajuan atau kain, kemudian memberi takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol atau kuas. Proses tersebut dilakukan berulang-ulang hingga ketebalan yang

diinginkan tercapai. Membiarkannya mengeras pada kondisi atmosfir standar. Aplikasi : pembuatan kapal, bodi kendaraan, bilah turbin angin

Contoh produk : Bak plastic, Body motor pada modifikasi, Bumper mobil pada modifikasi Proses pembuatan ini merupakan teknik yang pertama sekali dipraktikkan dalam industri pembuatan berasaskan bahan polimer komposit. Kaedah ini masih digunakan sehingga kini dikebanyakan industri pembuatan berdasarkan kepada faktor cost yang tidak begitu mahal. Proses pembuatan ini biasanya digunakan untuk menghasilkan struktur produk seperti bot dan tangki penyimpanan air. Proses ini menghasilkan produk pada volume rendah (low volume production), proses ini merupakan yang paling efektif. Pada asasnya, proses ini tidak memerlukan peralatan atau alat pertukangan yang canggih dan mahal. Secara bandingan, acuan (mould) yang diperlukan tidak mahal atau memerlukan cost yang tinggi dalam proses pembuatannya. Biasanya, mould dibuat dari bahan seperti kayu, plaster, atau dari bahan komposit itu sendiri. Dalam proses ini, hanya satu permukaan yang akan licin (luar) , sementara permukaan dalam kasar. Untuk menghasilkan mutu produk yang berkualitas, permukaan yang licin perlu dipoles dengan baik dan ini hanya dapat dicapai dengan menggunakan bahan pemoles (abrasive) yang ada di pasaran seperti penggilap logam (metal polish) atau perekat pemotong yang halus (fine cutting paste). Kelemahan dan Keuntungan dalam Penggunaan proses Hand Lay-Up Kelemahan : Proses pembuatan cukup lama.

Penggunaan tenaga operator yang tinggi. Hanya satu permukaan licin saja yang dapat dihasilkan. Kualitas bergantung kepada kemahiran pekerja.

Keuntungan : Teknik yang mudah. Nilai pelaburan yang rendah. Berupaya untuk menghasilkan komponen besar dan komplek. Dapat membuat bentuk yang murah dan mudah.

b) Reaction Injection Molding Proses ini mencampurkan beberapa bahan plastik dan ditambah additive agent di dalam mix head sebelum aliran memasuki mold. Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan proses ini adalah : Dapat memperkecil ongkos tool Memberi kebebasan dalam mendesain Memperbaiki atau bahkan mengeliminasi opersai kedua Tidak meninggalkan tanda bekas penekanan Berat bisa menjadi lebih kecil Stabilitas pada dimensi produk Produk bersifat heat resistance

Parts yang dapat dibuat dengan teknologi RIM antara lain adalah : Car bumpers Dashboard mobil Papan ski es Footwear Alat-alat olahraga Peralatan Medis Furniture Boneka Pajangan

c) Compression Mold Compression mold adalah suatu metoda pembentukan plastic dengan cara memanaskan cavity terlebih dahulu. Ada 4 tahap pada compression mold,pertama letakan bahan plastic pada cavity yang sudah dipanaskan, ditekan, dimampatkan, dan kemudian dikeluarkan. Kontruksi utamanya adalah punch(cavity), core(inti),dan system ejection.

Contoh produk dari proses ini adalah : Sakelar , batu gerinda, stop kontak.

d) Transfer Molding Seperti compression mold, dimana pada proses ini jumlah material (pada umumnya thermoset plastik) terukur dan dimasukkan sebelum molding beroprasi(saat cavity terbuka). Material dipanaskan dulu kemudian disimpan pada pot. Kemudian material ditekan dan keluar melalui sprue dan runner,material mengisi Cavity. Pada saat material(produk)

dikeluarkan(ejector) scrap bekas sprue dan runner lepas dari produk.

e) Casting Casting adalah proses pembentukan produk plastik dengan cara memasukan plastik panas kedalam cetakan kemudian cetakan diberikan tekanan. Tetapi berbeda dengan proses injeksi. Material plastik yang biasa digunakan adalah PE,PVC,ataupun PP.

Contoh produk :proses pembuatan press tool, JF, moulding f) Spraying Proses spraying adalah proses penyemprotan material plastik yang biasanya pasa logam, agar material logam dapat lebih tahan terhadap korosi dan terlihat lebih bagus.

Kaedah semburan pada dasarnya, mempunyai ciri-ciri pengendalian yang sarna dengan Kaedah Hand Lay Out, hanya yang membedakan adalah material plastiknya. Kaedah pembuatan ini adalah sesuai digunakan untuk menghasilkan volume produk yang besar dan mementingkan faktor masa, ciri produk nya adalah luas permukaan yang besar. Jenis plastik digunakan adalah berbentuk benang

(continuous roving). Dalam proses semburan, bahan material akan keluar dari muncung nozel masing-masing. Gel perlu disembur terlebih dahulu pada permukaan acuan seperti proses yang terdapat pada kaedah Hand lay up. Contoh produk yang diproses spraying adalah rak piring yang sering kontak dengan air dari piring basah.

3.2.Contoh produk tertulis Simbol atau kode itu dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry sejak tahun 1988 di Amerika Serikat dan telah diadopsi oleh lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standardization). Secara umum tanda pengenal plastik tersebut : - Berada atau terletak di bagian dasar. - Berbentuk segi tiga. - Di dalam segitiga akan terdapat angka. - Serta nama jenis plastik di bawah segitiga.

Contoh produk dan penjelasannya adalah sebagai berikut: PET atau Polyethylene Terephthalate. Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET di bawah segitiga. Sifat PETE atau PET antara lain: liat, tidak mudah pecah, tahan terhadap bahan kimia dan gas. Simbol itu biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang. Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 persen), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 persen). Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Alasannya, bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker. Contoh brand produk yang menggunakan kemasan jenis PETE atau PET adalah listerine untuk kumur, dettol hand sanitizer, parfum pucelle, minyak kayu putih cap lang, galon Aqua, sunlight kemasan botol, rapika, saus tomat ABC kemasan botol, sirup Markisa.

Gambar Produk dengan kemasan No.1 dettol hand sanitizer, parfum pucelle, dan Listerine

Gambar Produk dengan Kemasan No.1 galon Aqua, sunlight kemasan botol, rapika, saus tomat ABC kemasan botol, dan sirup Markisa.

HDPE atau High Density Polyethylene. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Contoh brand produk yang menggunakan kemasan jenis HDPE adalah harpic pembersih kloset, lotion (nivea, cussons baby, citra), shampoo (head &

shoulders, lifebuoy, sunsilk, LOREAL), sabun cair (Lux, biore, lifebuoy), Soffell.

Gambar Produk dengan Kemasan dengan No.2 harpic pembersih kloset, lotion (nivea, cussons baby, citra), shampoo (head & shoulders, lifebuoy, sunsilk, LOREAL), sabun cair (Lux, biore, lifebuoy), Soffell.

Ketiga, V atau. Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V yang berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC, saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut. Karena DEHA bisa lumer pada suhu 150 derajat celcius. Sifat PVC atau

V adalah kuat, bersih, mudah pecah kecuali kalau dicampur dengan plasticizer. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. Plastik jenis PVC atau V diperuntukkan untuk koper, pipa, selang, bagian-bagian mobil. Contoh brand produk yang menggunakan kemasan jenis PVC atau V adalah plastic pembungkus sandal jepit, botol minuman, kantung kresek, dan lainlain yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar Produk dengan Kemasan No.3

LDPE atau Low Density Polyethylene. Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE, yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi. Biasanya LDPE dipergunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. Sifat

mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60 derajat celsius sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini. Contoh brand produk yang menggunakan kemasan jenis LDPE adalah hair shampoo (Dove), botol obat, dan lain-lain.

Gambar Produk dengan Kemasan No.4

PP atau Polypropylene. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk produk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting

botol minum untuk bayi. Karakteristik berupa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Contoh produk yang menggunakan kemasan jenis PP adalah tupperware, gayung, gelas, margarine (blueband), laundry bascet, ceret, tempat minum mc donald.

Gambar Produk dengan Kemasan No.5

PS atau Polystyrene. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. Polystyrene ditemukan pada tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman secara tidak sengaja. PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Bahan tersebut harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang

berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf. Bahan itu juga sulit didaur ulang. Jika harus didaur ulang, PS memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. PS dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga. Contoh produk yang menggunakan kemasan jenis PS adalah lip care (NIVEA).

Gambar Produk dengan Kemasan No.6

Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER. Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 macam, yaitu: 1. SAN styrene acrylonitrile, 2. ABS acrylonitrile butadiene styrene, 3. PC polycarbonate, 4. Nylon Dapat dtemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat rumah tangga, komputer, alat elektronik dan plastik kemasan. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia n suhu, kekuatan, kekakuan dan tingkat kekerasan yg telah ditingkatkan. Biasanya SAN terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi dan sikat gigi. Sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. Bahan-bahan ini merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman. PC (polycarbonate) dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat dan kaleng kemasan makanan serta minuman, termasuk kaleng susu formula. Bahan ini dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan n minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Pemakaian dianjurkan tidak digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman. Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan. Entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave atau dituangi air panas. Contoh produk yang menggunakan kemasan jenis OTHER adalah sunlight refill, rexona roll, hair conditioner (Dove).

Gambar Produk dengan Kemasan No.7

3.3. Analisis Kemasan dalam Label Secara internasional telah diatur kode untuk kemasan plastik, yang mungkin bagi kita yang awam sangat perlu untuk diketahui, karena tanda tersebut berkaitan dengan jenis bahan serta cara dan dampak pemanfaatannya bagi manusia. Kode ini dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada tahun 1988 di Amerika Serikat dan diadopsi pula oleh lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standardization).

Secara umum tanda tersebut berada di dasar, berbentuk segi tiga, di dalam segitiga akan terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga, dengan contoh dan penjelasan sebagai berikut: 1. PET Polyethylene Terephthalate Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 %) Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI1. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan bermigrasi. 2. HDPE High Density Polyethylene Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring dengan waktu 3. V Polyvinyl Chloride Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada

plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. PVC mengandung DEHA (di-2-etil-heksil-adipat) yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu -15oC. 4. LDPE Low Density Polyethylene Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat

(thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini. 5. PP Polypropylene Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. 6. PS Polystyrene Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja.

PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.

7. OTHER Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER Platik yang termasuk Other antara lain SAN styrene acrylonitrile, ABS acrylonitrile butadiene styrene, PC - polycarbonate,dan Nylon. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Dapat

mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu

sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan. No. 1 JENIS POLIMER Polietilen tereftalat (PET) KODE SIFAT Jernih, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu 80 oc PENGGUNAAN Botol minuman, minyak goreng, selai peanut butter, kecap dan sambal, tray biskuit Botol susu cair dan juice, tutup plastik, kantong belanja dan wadah es krim

2

High Density Polyethylene (HDPE)

3

Polivinil klorida (PV

Keras hingga semi fleksibel, tahan terhadap bahan kimia dan kelembaban, permeabel terhadap gas, permukaan berlilin (waxy), buram (opaque), mudah diwarnai, diproses dan dibentuk, melunak pada suhu 75 o Kuat, keras, bisa jernih, bentuk dapat diubah dgn pelarut, melunak pada suhu 80oC

4

Low Density Polyethylene (LDPE

Mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air,

Botol jus, air mineral, minyak sayur, kecap, sambal, pembungkus makanan (food wrap) Pot yoghurt, kantong belanja (kresek),

permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, melunak pada suhu 70oC 5 Polipropilen (PP) Keras tapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140o C Jernih seperti kaca, kaku, getas, buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, melunak pada suhu 95oC Bentuk busa, ringan, getas, kaku, biasanya berwarna puti Keras, jernih, tahan pana

kantong roti dan makanan segar, botol yang dapat ditekan

Pembungkus biskuit, kantong chips kentang, krat serealia, pita perekat kemasan dan sedotan

6

Polistiren (PS)

Wadah makanan beku, sendok, garpu

7

8

Polistiren busa (EPS stryofoam Other Lainnya (misalnya Polikarbonat) Melaminformaldehid (MF)

Wadah makanan siap saji, cup kopi Galon air mineral, botol susu bayi

Tidak dapat didaur ulang (termoset)

Keras, kuat, mudah diwarnai, bebas rasa dan bau, tahan terhadap pelarut dan noda, kurang tahan terhadap asam dan alkali

Peralatan makan: gelas, mangkok, sendok, dan pirin

3.4. Kekurangan dan Kelebihan Plastik Kelebihan plastik antara lain adalah, bahan tersebut jauh lebih ringan dibandingkan gelas atau logam dan tidak mudah pecah. Plastik juga bisa dibentuk lembaran sehingga dapat dibuat kantong. Sebaliknya, plastik juga bisa dibuat kaku sehingga bisa dibentuk sesuai desain dan ukuran yang diinginkan. Plastik memang

mempunyai beberapa keunggulan sifat antara lain : ia kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat termoplastis,yaitu dapat direkat menggunakan panas, serta dapat diberi label atau cetakan dengan berbagai kreasi. Selain itu plastik juga mudah untuk diubah bentuk. Sedangkan kelemahan plastik yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya.

3.5. Tips Menghindari Bahaya Kemasan Plastik Kemasan plastik yang food grade (untuk pangan) sebenarnya relatif aman digunakan, asal digunakan dengan tepat. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menghindari bahaya kemasan plastik. 1. Hindari menggunakan kemasan plastik untuk makanan atau minuman yang panas.Termasuk memanaskan makanan dengan microwave Meski ada yang relatif resiten terhadap panas, tetap akan terjadi migrasi monomer plastik sekecil apapun. 2. Kalau terpaksa menggunakan menggunakan wadah plastik untuk pangan yg panas, segera pindahkan ke wadah yg lebih aman yang terbuat dari gelas atau stainlestil. 3. Ibu-ibu yang memberikan minuman susu dengan botol dari plastik, sebaiknya membuat susu dalam gelas, kemudian setelah dingin baru dipindahkan ke dalam botol. 4. Bila tersedia, lebih baik menggunakan kemasan yang lebih aman misalnya daun pisang, daun jati, dan sejenisnya atau wadah jenis gelas dan stainlestil. 5. Bila menggunakan plastik pilih dengan kode 4 atau 5, yang relatif lebih aman.

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan Polimer ( plastik ) merupakan struktur makro yang tersusun dari monomer dalam jumlah ratusan sampai puluhan ribu molekul. Etilen salah satu monomer yang banyak dipakai dalam pembuatan plastik. Selain unsur C dan H yang utama, unsur O. N, F, dan Si dapat disubstitusikan pada polimer. Sifatnya yang viskoelastis memungkinkan dapat dibuat berbagai bentuk, harganya murah dan ringan. Produk plastik banyak menggeser fungsi peralatan logam untuk beban yang tidak terlalu berat. Namun kelemahannya tidak tahan panas dan mudah bereaksi dengan bahan kimia. Dilihat dari jenis plastik yang ada di pasaran yang paling aman untuk digunakan untuk produk pangan adalah Polipropilen (PP).

4.2. Saran Penggunaan plastik pada era ini merupakan permintaan yang tinggi karena hampir didominasi kemasan produk yang beredar menggunakan plastik. Kemasan plastik ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, tetapi kemasan plastik tersebut terdapat kode untuk penggunaan pada produk. Dengan hal tersebut maka makalah yang kami sampaikan mempunyai saran agar memperhatikan kode kemasan yang tertera pada produk untuk menjaga kesehatan serta mulai membuat inovasi kemasan plastik yang organik atau berbentuk edible.

DAFTAR PUSTAKA

Crompton, T.R. 1979. Additif Migration from Plastik into Food. Pergamon Press. Flieger MM, Kantorova A, Prell T. 2003. Biodegradable plastics from renewable sources. J Folia Microbiol 48910: 22-44. Dwiari, S. 2008. Teknologi Pangan. Departeman Pendidikan Nasional. Jakarta. Flin R.A. and P.K. Trojan. 1975. Engineering Aplications. HonhTonMifflinCo.Boston. Materials and Their

Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan yang Dikemas. Repository USU. Medan. Suchan, M dan Endang N. W. 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Vol. 57 No.2 Februari 2007. UI. Jakarta. Syarief. R, S. dkk. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.