Tugas Maternitas Buk Ismarrr
description
Transcript of Tugas Maternitas Buk Ismarrr
TUGAS MATERNITAS BUK ISMAR
1. Tuliskan 50 istilah yang berhubungan dengan BBL ?
2. Jelaskan adaptasi respiratori pada BBL ?
3. Jelaskan dan tuliskan diagnosa keperawatan berhubungan dengan respiratori ?
4. Jelaskan dan tuliskan sirkulasi
5. Jelaskan dan tuliskan diagnosa yang berhubungan dengan sirkulasi
6. Jelaskan dan tuliskan termoregulasi
7. Jelaskan dan tuliskan diagnosa termoregulasi
8. Jelaskan kronologis cool stres bisa menyebabkan kematian pada BBL
9. Jelaskan bagaimana sistem fungsi neurologi pada BBL
10. Masalah yang bisa muncul akibat belum sempurna fungsi neurologis ini
11. Jelaskan 2 tindakan propilaksis pada BBL
Jawab :
http://rifaaprillia-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-49968-Umum Asuhan%20Keperawatan
%20pada%20Pasien%20Gangguan%20Sistem%20Pernapasan.html
(2) Adaptasi Respiratori pada BBL
Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika mengalami
perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai segera mulai
bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin lahir
adalah placenta. Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
1. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II
dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2. Adaptasi paru
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal melalui paru
maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi
yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin
melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan
mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh
dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini
meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan
hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan
menuju duktus toraksis (Myles, 2009).
3. Awal adanya napas
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim ke
dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat melakukan transisi
hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi adaptif dikembangkan
untuk mengakomodasi perubahan drastis dari lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan
diluar kandungan (Myles, 2009).
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
c. Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah
dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan
janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernapasan janin.
d. Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
4. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan(lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
5. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi
yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan
dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali
tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di
paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
6. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka
guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru.
Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe
dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi luar rahim.
7. Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem pulmonal sesuai dengan usia
kehamilan
Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan
setelah bayi lahir, pertukan gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
1. Tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak disinus
karotikus (stimulasi kimiawi).
3. Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam uterus (stimulasi
sensorik).
4. Refleks deflasi Hering Breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah
lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alfeoli, selain karena adanya
surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan merintih sehingga
udara bisa tertahan didalam. Cara neonatus bernafas dengan cara bernafas difragmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernafas belum teratur. Apabila
surfakantan berkurang, maka alfeoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi
atelektasis dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih dapat mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.
(3) Diagnosa Keperawatan Respiratori
1. Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien.Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland & mc Farlane, 1997)
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:
1. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, social kultural, dan spiritual yang bisa
mempengaruhi status kesehatannya.
2. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini
bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat
suatu database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama
berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon, 1994)
3. Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
4. Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting
dan catatan kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu
pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Bandman dan
Bandman, 1995). Metode pengumpulan data meliputi berikut ini :
1. Melakukan wawancara.
2. Riwayat kesehatan/keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik.
4. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan
kesehatan (rekam medik)
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :
1. a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.Perawat juga
mengkaji keadaan pasien dan keluarganya.Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinik
keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari biografi
pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan adalah
usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.
1) Keluhan Utama
Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan pasien
tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul antara lain :
a) Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan.
Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk dan bagaimana hal tersebut timbul dengan
waktu yang spesifik atau hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan apakah batuk
produktif atau non produktif.
b) Peningkatan Produksi Sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan
tenggorokan. Percabangan trakheobronkial secara normal memproduksi sekitar 3ons mukus
setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal. Produksi sputum akibat
batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari
sputum. Jika terjadi infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu dan
jernih. Pada keadaan edema paru-paru, sputum berwarna merah muda karena mengandung
darah dengan jumlah yang banyak.
c) Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan merupakan
perasaan subjektif pasien.Perawat mengkaji tentang kemampuan pasien saat melakukan
aktivitas.
d) Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk. Perawat mengkaji apakah
darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari
paru-paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru-paru distimulasi segera
oleh reflek batuk.
e) Chest Pain
Nyeri dada dapat berhubungan dengan dengan masalah jantung dan paru-
paru.Gambaran lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri
pada pleura, muskuloskeletal, kardiak dan gastrointestinal.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat penyakit pernapasan adalah:
a) Riwayat merokok
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, emfisemia, dan bronkitis
kronis.Semua keadaan itu sangat jarang menimpa. Anamnesis harus mencangkup usia
mulainya merokok secara rutin, rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari, dan usia
menghentikan kebiasaan merokok.
b) Pengobatan saat ini dan masa lalu
c) Alergi
d) Tempat tinggal
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru ada tiga hal yaitu:
a) Penyakit infeksi
Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain. Manfaat
menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber
penularannya.
b) Kelainan alergi
Contohnya asma bronkial
c) Pasien bronkitis kronis
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk
membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respons aktual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya (Carlson et al, 1991; Carpenito, 1995). Setelah merumuskan diagnosa
keperawatan spesifik, perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menetapkan
prioritas diagnosa dengan membuat peringkat dalam urutan kepentingannya.Prioritas
ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan ketika klien mempunyai
masalah atau perubahan multiple (Carpenito, 1995). Proses diagnosa keperawatan dibagi
menjadi kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan
itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat yaitu
mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang aktual, risiko, dan
potensial dalam diagnosa keperawatan.
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
1) Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran
pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih.
2) Hasil yang Disarankan NOC
a) Status Pernapasan ; Pertukaran Gas.
Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.
b) Status Pernapasan ; Ventilasi.
Yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-paru.
c) Perilaku Mengontrol Gejala
Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan yang didapat
pada fungsi fisik dan emosi.
d) Perilaku Perawatan : Penyakit atau Cidera
Yaitu tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan patologi.
b. Ketidakefektifan Pola Nafas
1.Definisi
Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika individu mengalami penurunan
ventilasi yang adekuat, actual atau potensial, karena perubahan pola nafas.
c. Gangguan Pertukaran Gas
1.Definisi
Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida dimembrane
kapiler-alveolar.Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran
pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih.
d. Fungsi Pernafasan, Resiko Ketidakefektifan
1.Definisi
Risiko ketidakefektifan pernapasan (ARF) merupakan kondisi ketika individu berisiko
mengalami ancaman pada jalan masuk udara menuju saluran pernapasan dan/ ancaman pada
pertukaran gas (O2-CO2) antara paru-paru dan system vaskuler.
e. Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator
1.Definisi:
Disfungsi respon penyapihan ventilator (DRPV) merupakan suatu keadaan ketika
individu tidak dapat menyesuaikan terhadap tingkat terendah dukungan ventilator mekanik
sehingga mengganggu dan memeperpanjang proses penyapihan.
f. Resiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator
1.Definisi
Risiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator adalah keadaan ketika individu beresiko
untuk mengalami suatu ketidakmampuan penyesuaian terhadap dukungan ventilator mekanik
tingkat rendah selama proses penyapihan, yang berhubungan dengan ketidaksiapan fisik dan
atau psikologis terhadap penyapihan.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi dilakukan untuk
membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.Intervensi disebut juga
implementasi yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan (Griffith & Christensen, 1986).
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.Pengkualifikasian seperti
bagaimana, kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari aktivitas yang
direncanakan.Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu mandiri yaitu dilakukan
oleh perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya.
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :
1. Intervensi Pernafasan, Resiko Gangguan
Intervansi Generik
1) Kaji adanya penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihan atau depresi
pernapasan yang minimal
2) Beri semangat untuk melakukan ambulasi segera setelah konsisten dengan rencana
perawatan medis
3) Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur duduk
di kursi beberapa kali sehari (misalnya, 1 jam setelah makan dan 1 jam sebelum tidur)
4) Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan
meningkat dan dispnea akan menurun dengan melakukan latihan
Intervensi Pediatrik
1) Observasi terhadap pernapasan cuping hidung, retraksi, atau sianosis
2) Izinkan anak untuk memilih warna air dalam botol tiup
3) Pantau masukan, keluaran, dan berta jenis urine
4) Beri penjelasan sesuai usia untuk latihan napas dalam
2. Intervensi Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator
Intervensi Generik
1) Jika memungkinkan, kaji faktor penyebab ketidakberhasilan upaya penyapihan
sebelumnya
a) Ketidakadekutan substrat energi: oksigen nutrisi dan istirahat
b) Status kenyamanan takadekuat
c) Kebutuhan aktivitas berlebihan
d) Penurunan harga diri, rasa percaya diri, kontrol pernapasan
4. Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-
LeFevre, 1994).Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya (Griffith &
Christensen, 1986). Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang
telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat
diterima. Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan
kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus
diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu
hasil yang ingin dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh,
1988).
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses
evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan,
termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal
terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan. Evaluasi
disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehingga
dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan
yang sebelumnya tidak berhasil.
Pasien mempertahankan patensi jalan napas yang ditunjukkan dengan:
1. Peningkatan jalan napas
2. Frekuaensi dan kedalaman napas sesuai
3. Gas-gas darah dalam batasan normal
Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif, frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan normal, penurunan dispnea, gas-gas darah batas normal.
(11) 2 Tindakan propilaksis
A. pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir
http://www.smallcrab.com/anak-anak/1070-pemberian-vitamin-k1-pada-bayi-baru-
lahir
Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
a.Cara Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
1. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
2. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi dalam
sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
3. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml, kemudian
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg
dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0 (uniject),
dengan selang waktu 1-2 jam.
4. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang sama.
5. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada
kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
6. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.
( 4 ) Adaptasi Sirkulasi
Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru lahir terjadi dua perubahan besar :
a. Penutupan foramren ovale pada atrium jantung
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh
tubuh. Oksigenasi menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa
yang mengubah tekanan dalam system pembuluh darah adalah :
a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
sedikit terbukanya system pembuluh darah paru-paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan
peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale
secara fungsional akan menutup.
( 6 ) Termoregulasi
Bayi belum lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cepat mengalami
stress dikarenakan adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin mengakibatkan air ketuban
menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Cara Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Normal
1. Pencegahan Kehilangan Panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat
kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
2. Mekanisme Kehilangan Panas
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas karena menguapkan cairan ketuban pada
permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Bayi diletakkan di atas meja, timbangan atau tempat tidur.
c. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara
sekitar yang lebih dingin. Adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin.
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi ditempatkan
dekat jendela yang terbuka.
(7) diagnosa yang berhungan dengan termoregulasi
Diagnosis Medis Diagnosis Keperawatan
Fokus: Faktor-faktor pengobatan penyakitFokus: respon klien, tindakan medis,
dan faktor lain
Orientasi: keadaan patologis Orientasi: Kebutuhan dasar manusia
Cenderung tetap selama klien mengalami
perawatan di RSBerubah sesuai perubahan respon klien
Mengarah tindakan medis yang sebagian
dilimpahkan kepada perawatMengarah pada fungsi mandiri perawat
Diagnosis medis melengkapi diagnosis
keperawatan
Diagnosis keperawatan melengkapi
diagnosis medis
Proses diagnostik ini mencakup tiga hal, yaitu analisis dan interpretasi data pengkajian,
identifikasi masalah, dan merumuskan diagnosis keperawatan.
1. Analisis dan Interpretasi Data
Selama pengkajian, data dikumpulkan dari berbagai sumber, data di validasi, dan
setelah itu data dikelompokkan membentuk pola. Pengelompokkan data terdiri atas batasan
karakteristik. Batasan karakteristik adalah kriteria klinis yang mendukung adanya kategori
diagnostic. Kriteria klinis adalah tanda dan gejala objektif atau subjektif atau faktor risiko
(Carpenito, 1995). Dengan tidak adanya batasan karakteristik ini, diagnosis harus ditolak.
Selanjutnya, batasan karakteristik yang berada di luar norma sehat membentuk dasar untuk
identifikasi masalah. Selama langkah menganalisis dan menginterpretasi data, perawat
menggunakan pengetahuan dan pengalaman, menganalisis dan menginterpretasi, dan menarik
konklusi tentang kelompok dan pola data (Benner, 1984; Carnevali et al, 1984; Carlson et al,
1991; Bandman, 1995).
2. Identifikasi Masalah Klien
Sebelum merumuskan diagnosa keperawatan, perawat harus terlebih dahulu
mengidentifikasi masalah perawatan kesehatan umum klien. Ketika mengidentifikasi masalah
ini, perawat mempertimbangkan semua data pengkajian. Langkah identifikasi masalah akan
membawa perawat lebih dekat untuk membentuk diagnosa keperawatan. Dengan membuat
analisis umum dari data yang dikelompokkan membantu perawat dalam mengenali masalah
spesifik dan kemudian membuat diagnosa keperawatan.