TUGAS MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI … fileTUGAS MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN : Dr....
Transcript of TUGAS MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI … fileTUGAS MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN : Dr....
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
JANUARI 2014
TUGAS MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
DOSEN : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS)
DISUSUN OLEH : MAULIA EKA R (P056132852.49)
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang...................................................................................................... 3
I.2 Perumusan Masalah...............................................................................................3
I.3 Tujuan....................................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Informasi..................................................................................................4
II.2 Manfaat Sistem Informasi Bagi Perusahaan........................................................5
II.3 Pengembangan Sistem Informasi........................................................................7
II.4 Definisi Insourcing dan Outsourcing..................................................................8
III. PEMBAHASAN
III.1 Kelebihan dan Kekurangan In-Sourcinng dalam pengembangan SI...............11
III.2 Kelebihan dan Kekurangan Out-Sourcinng dalam pengembangan SI.............13
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi saat ini, perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam segala hal, agar tetap
bisa bertahan dan terus berkembang. Sistem informasi adalah salah satu cara yang digunakan banyak
perusahaan untuk memperbaiki sistem internal dan meningkatkan daya saing. Walaupun dengan sistem
informasi perusahaan harus banyak berinvestasi, namun hal ini tidak bisa dibandingkan dengan nilai tambah
yang akan didapat perusahaan bila sistem informasi tersebut dapat dengan sukses di implementasikan.
Perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya dengan mengembangkan sistem informasi sesuai
dengan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sistem informasi merupakan seperangkat
alat, data, dan prosedur yang bekerja secara bersama-sama untuk memberikan hasil berupa informasi yang
berguna. Informasi yang berguna adalah informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan valid sehingga dalam
pengambilan yang didukung oleh informasi tersebut didapatkan keputusan yang tepat yang dapat mencapai
sasaran yang telah direncanakan.
Pentingnya peran SI dalam sebuah perusahaan membuat setiap perusahan harus memiliki system
informasi yang baik agar dapat mendukung bisnis dari perusahaan tersebut, tetapi tidak semua perusahaan
melakukan pengembangan system informasinya sendiri, karena berbagai alasan. Pada
dasarnya pengembangan system informasi sebuah perusahaan dapat melakukannya melalui beberapa metode
yaitu insourcing, outsourcing dan co-sourcing. Metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing dalam membangun system informasi sebuah perusahaan, yang menjadi alasan pemilihan metode
pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan yang juga harus memperhatikan kebutuhan dan kondisi
perusahaannnya.
I.2 PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang dirumuskan adalah, bagaimana kelebihan dan kekurangan yang menjadi alasan
perusahaan dalam pemilihan metode pengembangan system informasinya, yaitu In-Sourcing atau Out Sourcing.
I.3 TUJUAN
Makalah ini disusun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah tersebut diatas yaitu
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang menjadi alasan perusahaan dalam pemilihan metode
pengembangan system informasinya, yaitu In-Sourcing atau Out Sourcing.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
II. 1 SISTEM INFORMASI
Sistem Informasi merupakan suatu kombinasi antara manusia, hardware, software, jaringan,
sumber data dan kebijakan serta prosedur dalam
aktifitas pengumpulan dan penyimpanan data lalu
mengolahnya sehingga bisa dengan mudah untuk
dikonsumsi dan lebih mudah dalam hal
penyebarannya untuk mencapai tujuan utama yakni
mendukung operasi bisnis, berkompetisi dan
pengambilan keputusan manajerial (O’Brien dan
Marakas 2010)
Terdapat tiga peran utama sistem informasi dalam bisnis
yaitu mendukung proses bisnis dan operasional,
mendukung pengambilan keputusan dan mndukung
strategi untuk keunggulan kompetitif . Penerapan sistem
informasi bertujuan untuk menyediakan informasi yang
dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa,
produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
menyediakan informasi yang dipergunakan dalam
perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan
perbaikan berkelanjutan. Dan menyediakan informasi
untuk pengambilan keputusan.
Menurut O’Brien, terdapat beberapa tipe sistem informasi, yaitu:
1. Sistem Informasi Penunjang Kegiatan Operasional (Operation Support System).
Sistem informasi ini akan memproses data yang dihasilkan dalam setiap kegiatan operasional dan
menggunakan informasi yang dihasilkannya untuk menunjang kegiatan operasional itu pula.
Sistem informasi ini menghasilkan berbagai produk informasi yang digunakan untuk kepentingan
internal dan eksternal. Berikut ini peran yang dilakukan oleh sistem informasi di tingkat ini:
a. Sistem Pengolahan Transaksi (Transaction Processing System) :
b. Sistem Pengendalian Proses (Process Control System) :
c. Sistem Otomatisasi Kantor (Office Automation System)
Gambar 2 Tiga Peran Utama Sistem Informasi
Gambar 1 Ruang Lingkup Sistem Informasi
5
2. Sistem Informasi Pengambilan Keputusan (Management Support System).
Sistem ini dalam pemrosesan informasi bisnis menekankan orientasi pada manajemen, karena
tujuan utamanya adalah menunjang pengambilan keputusan oleh manajemen. Sistem ini juga
menggarisbawahi pentingnya kerangka sistem yang digunakan sebagian dasar pengorganisasian
sistem informasi. Management Support System dapat digolongkan dalam sub sistem-sub sistem
tertentu sesuai dengan tujuannya sebagai berikut :
a. Sistem Informasi Pelaporan (Management Information System) :
b. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System) :
c. Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System) :
Sistem informasi terdiri dari komponenkomponen yang disebut blok bangunan (building blok),
yang terdiri dari komponen input, komponen model, komponen output, komponen teknologi,
komponen hardware, komponen software, komponen basis
data, dan komponen kontrol. Semua komponen tersebut
saling berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu
kesatuan untuk mencapai sasaran.
1. Komponen input
2. Komponen model
3. Komponen output
4. Komponen teknologi
5. Komponen hardware
6. Komponen software.
7. Komponen basis data
8. Komponen kontrol
9. Komponen Jaringan
II.2 MANFAAT SISTEM INFORMASI BAGI PERUSAHAAN
Sistem informasi sangat berperan untuk memadukan semua unsur-unsur yang saling
berhubungan sehingga sistem informasi tersebut harus dipandang sebagai suatu sistem tunggal, namun
cukup kompleks sehingga perlu diuraikan menjadi subsistem-subsistem untuk perencanaan dan
pengendalian pengembangannya serta untuk mengendalikan operasinya. Pemanfaatan teknologi
informasi manjadi suatu keharusan yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap perusahaan yang ingin
menempatkan dirinya pada posisi paling depan dalam suatu industri. Terkait dengan hal ini,
pengelolaan sumber daya informasi memegang peranan yang sangat penting untuk menunjang
suksesnya sebuah bisnis. Manfaat sistem informasi bagi perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan Efisiensi Operasional
Investasi di dalam teknologi sistem informasi dapat menolong operasi perusahaan menjadi
lebih efisien. Efisiensi operasional membuat perusahaan dapat menjalankan strategi keunggulan
biaya low-cost leadership. Dengan menanamkan investasi pada teknologi sistem informasi,
perusahaan juga dapat menanamkan rintangan untuk memasuki industri tersebut (barriers to
entry) dengan jalan meningkatkan besarnya investasi atau kerumitan teknologi yang diperlukan
untuk memasuki persaingan pasar. Selain itu, cara lain yang dapat ditempuh adalah mengikat (lock
Gambar 3 Komponen Sistim Informasi
6
in) konsumen dan pemasok dengan cara membangun hubungan baru yang lebih bernilai dengan
mereka.
2. Memperkenalkan Inovasi Dalam Bisnis
Penggunaan ATM. automated teller machine dalam perbankan merupakan contoh yang baik
dari inovasi teknologi sistem informasi. Dengan adanya ATM, bank-bank besar dapat memperoleh
keuntungan strategis melebihi pesaing mereka yang berlangsung beberapa tahun. Penekanan utama
dalam sistem informasi strategis adalah membangun biaya pertukaran (switching costs) ke dalam
hubungan antara perusahaan dengan konsumen atau pemasoknya. Sebuah contoh yang bagus dari
hal ini adalah sistem reservasi penerbangan terkomputerisasi yang ditawarkan kepada agen
perjalanan oleh perusahaan penerbangan besar. Bila sebuah agen perjalanan telah menjalankan
sistem reservasi terkomputerisasi tersebut, maka mereka akan segan untuk menggunakan sistem
reservasi dari penerbangan lain.
3. Membangun Sumber-Sumber Informasi Strategis
Teknologi sistem informasi memampukan perusahaan untuk membangun sumber informasi
strategis sehingga mendapat kesempatan dalam keuntungan strategis. Hal ini berarti memperoleh
perangkat keras dan perangkat lunak, mengembangkan jaringan telekomunikasi, menyewa spesialis
sistem informasi, dan melatih end users. istem informasi memungkinkan perusahaan untuk
membuat basis informasi strategis (strategic information base) yang dapat menyediakan informasi
untuk mendukung strategi bersaing perusahaan. Informasi ini merupakan aset yang sangat berharga
dalam meningkatkan operasi yang efisien dan manajemen yang efektif dari perusahaan. Sebagai
contoh, banyak usaha yang menggunakan informasi berbasis komputer tentang konsumen mereka
untuk membantu merancang kampanye pemasaran untuk menjual produk baru kepada konsumen.
Fungsi dari sistem informasi tidak lagi hanya memproses transaksi, penyedia informasi, atau
alat untuk pengambilan keputusan. Sekarang sistem informasi dapat berfungsi untuk menolong end
user manajerial membangun senjata yang menggunakan teknologi sistem informasi untuk
menghadapi tantangan dari persaingan yang ketat. Penggunaan yang efektif dari sistem informasi
strategis menyajikan end usersmanajerial dengan tantangan manajerial yang besar.
Kualitas suatu informasi perlu diperhatikan agar keputusan yang dihasilkan dapat efektif.
Kualitas informasi (quality of information) sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal, yaitu :
1. Relevancy (relevan), Setiap informasi harus memberikan manfaat bagi pemakainya.
Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
2. Accuracy (akurat), Informasi yang akurat berarti informasi harus terlepas dari kesalahan-
kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan, dan harus jelas mencerminkan maksudnya.
Ketidakakuratan dapat terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau
kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut.
3. Timeliness (tepat waktu), Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan tidak boleh terlambat
(usang). Informasi yang usang tidak mempunyai nilai yang baik sehingga kalau digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan berakibat fatal atau kesalahan dalam
keputusan dan tindakan. Kondisi demikian menyebabkan mahalnya nilai suatu informasi,
sehingga kecepatan untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya memerlukan
teknologi-teknologi terbaru.
7
II.3 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
Menurut Nugroho Adi, 2005, Pengembangan sistem (System Devploment) dapat berarti
menyusun suatu sistem informasi yang benar-benar baru atau yang lebih sering terjadi,
menyempurnakan sistem yang telah ada. Konsep siklus hidup sistem merupakan bagian dari langkah
pengembangan. Siklus hidup sistem merupakan penerapan pendekatan sistem untuk tugas
mengembangkan dan menggunakan sistem berbasis komputer dilakukan dengan motivasi untuk
memanfaatkan komputer sebagai alat bantu yang dikenal sebagai alat yang cepat, akurat, tidak cepat
lelah, serta tidak mengenal kata bosan, untuk melaksanakan instruksi-instruksi pengguna.
Ada berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam proses pengembangan sistem
informasi ini, diantaranya :
1. System Development Life Cycle (SDLC)
Digunakan untuk menjelaskan siklus kehidupan suatu sistem informasi. Proses pengembangan
suatu sistem informasi dimulai dari proses pembuatan rencana kerja yang akan dilakukan,
melakukan analisis terhadap rencana sistem yang akan dibuat, mendesain sistem, dan
mengimplementasikan sistem yang telah disusun serta melakukan evaluasi terhadap jalannya sistem
yang telah disusun
2. Prototyping
Sistem dapat dikembangkan lebih sempurna karena adanya hubungan kerjasama yang erat antara
analis dengan pemakai sedangkan kelemahan teknik ini adalah tidak begitu mudah untuk
dilaksanakan pada sistem yang relatif besar.
3. Rapid Application Developmen
Pendekatan ini memerlukan keikutsertaan user dalam proses desain sehingga mudah untuk
melakukan implementasi. Kelemahannya, sistem mungkin terlalu sulit untuk dibuat dalam waktu
yang singkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan kualitas sistem yang dihasilkan menjadi
rendah.
4. Object Oriented Analysis and Development
Integrasi data dan pemrosesan selama dalam proses desain sistem akan menghasilkan sistem yang
memiliki kualitas yang lebih baik serta mudah untuk dimodifikasi. Namun, metode ini sulit untuk
mendidik analis dan programmer sistem dengan menggunakan pendekatan object oriented serta
penggunaan modul yang sangat terbatas.
5. End User Development
Tahapan didalam proses pengembangan sistem informasi adalah suatu set kegiatan yang akan
membawa suatu proyek kepada suatu kondisi dimana keputusan manajemen dibutuhkan untuk
melanjutkan atau tidaknya proyek tersebut. Setiap kegiatan akan masuk dalam tahapan tertentu dan
dapat dilaksanakan secara paralel atau bersamaan dengan kegiatan lainnya.
Adapun tahapan dalam pengembangan sistem informasi adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan Sistem (System Planning)
Tahap Perencanaan yaitu menyangkut studi kelayakan baik secara teknis maupun secara teknologi
serta penjadualan pengembangan suatu proyek sistem informasi dan atau perngkat lunak.
2. Tahap Analisis Sistem (System Analysis
Tahap Analisis yaitu dimana kita berusaha mengenali segenap permasalahan yang muncul pada
pengguna dengan mendekomposisikan use case diagram lebih lanjut, mengenali komponen-
komponen sistem, obyek-obyek, hubungan antar obyek, dan sebagainya.
8
3. Tahap Perancangan (System )
Tahap perancangan lebih menekankan pada platform apa hasil dari tahap analisis kelak akan
diimplementasikan serta tahap dimana kita melakukan penghalusan (Refinement) kelas-kelas yang
didapat pada tahap analisis serta jika perlu menambahkan dan memodifikasi kelas-kelas yang akan
lebih mengefesienkan serta mengefektifkan sistem/perangkat lunak yang akan kita kembangkan.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi dimana kita mengimplementasikan perancangan sistem ke situasi yang nyata.
Di sini kita mulai berurusan dengan pemilihan perangkat keras, penyusunan perangkat keras
aplikasi (pengkodean/coding).
5. Tahap Pengujian (Testing).
Pada tahap ini apakah sistem yang kita buat sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna atau belum.
6. Pemeliharaan (Maintenance)
Tahap pemeliharaan merupakan bentuk evaluasi untuk memantau supaya sistem informasi yang
dioperasikan dapat berjalan secara optimal dan sesuai dengan harapan pemakai maupun organisasi
yang menggunakan sistem tersebut. Memelihara sistem sehingga sistem tersebut memberikan
dukungan yang diperlukan. Pemiliharaan sistem dilaksanakan untuk tiga alasan, yakni memperbaiki
kesalahan, menjaga kemutakhiran sistem, meningkatkan sistem.
Dalam mengembangkan sebuah sistem informasi, permasalahan dan tantangan yang sering
muncul adalah siapa yang akan melaksanakan proses pengembangan tersebut. Di sini, pihak
perusahaan dihadapkan pada beberapa alternatif yaitu :
a. Merancang/membuat sendiri sistem informasi yang dibutuhkan dan menentukan pelaksana
sistem informasi (Insourcing)
b. Perusahaan membeli paket sistem informasi yang sudah jadi. Pihak perusahaan cukup
membeli beberapa paket sistem aplikasi yang siap pakai, karena paket aplikasi tersebut dibuat
oleh vendor yang memiliki spesialisasi dibidang sistem aplikasi.
c. Meminta orang lain untuk melaksanakan proses pengembangan sisteminformasi (Outsourcing)
termasuk pelaksana sistem informasi. Pihak perusahaan menyerahkan tugas pengembangan
dan pelaksanaan serta maintanance sistem kepada pihak ketiga. Beberapa faktor yang
menyebabkan perlunya outsourcing diantaranya
II.4 DEFINISI INSOURCING DAN OUSOURCING
In-sourcing adalah suatu model pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang
dilakukan oleh para pekerja di suatu area fungsional dalam organisasi (misalnya Akunting, Keuangan,
dan Produksi) dengan sedikit bantuan dari pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali.
Model ini dikenal juga dengan istilah end-user computing atau end-user development. Pengembangan
ini dilakukan oleh para spesialis sistem informasi yang berada dalam departemen EDP (Electronic
Data Processing), IT (Information Technology), atau IS (Information System). Pengembangan sistem
umumnya dilakukan dengan menggunakan SDLC (Systems Development Life Cycle) atau daur hidup
pengembangan sistem
Outsourcing berasal dari bahasa Inggris yang berarti “alih daya”. Nama lain Outsourcing
adalah “contracting out” merupakan sebuah pemindahan operasi dari satu perusahaan ke tempat lain.
Hal ini biasanya dilakukan untuk memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian
kepada hal lain.
9
Menurut O’Brien dan Marakas (2010) dalam bukunya “Introduction to Information Systems”,
istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah barang atau jasa yang semula dapat
dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai
pihak ketiga. Dalam kaitannya dengan TI, outsorcing digunakan untuk menjangkau fungsi TI secara
luas dengan mengontrak penyedia layangan eksternal. Outsourcing TI juga dapat diterjemahkan
sebagai penyediaan tenaga ahli yang profesional di bidang TI untuk mendukung dan memberikan
solusi guna meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini karena sering kali suatu perusahaan mengalami
kesulitan untuk menyediakan tenaga TI yang berkompeten dalam mengatasi kendala-kendala TI
maupun operasional kantor sehari-hari. Jadi, outsourcing adalah pemberian sebagian pekerjaan yang
tidak bersifat rutin (temporer) dan bukan inti perkerjaan di sebuah organisasi/perusahaan ke pihak lain
atau pihak ketiga.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Semakin banyaknya organisasi yang mengimplementasikan IT (information technology) di
lingkungan internalnya merupakan salah satu tolok-ukur meningkatnya kesadaran lembaga atas
kemajuan. efisiensi maupun efektifitasnya. Banyak strategi yang sudah ditempuh oleh organisasi
tersebut. Mulai dari yang sifatnya try and error hingga menerapkan framework menurut best-
practices yang sudah disusun oleh berbagai kalangan menurut kebutuhannya masing-masing. Pola
umum yang digunakan oleh setiap organisasi tersebut dalam strateginya adalah melakukan alih-
sumberdaya (outsourcing), mengelolanya secara mandiri dengan tim internal maupun kombinasi di
antara kedua pola tersebut. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum
memutuskan alternatif mana yang akan digunakan :
1. Dinamika Organisasi, Setiap organisasi selalu memiliki dinamika. Dinamika tersebut merupakan
sebuah kelaziman bahkan keharusan bagi organisasi tersebut. Dengan demikian strategi organisasi
pun harus mampu beradaptasi dengan dinamika tersebut agar selalu mampu memenangi kompetisi
atau minimalnya bertahan. Salah satu strategi paling umum dalam beradaptasi dengan dinamika
tersebut adalah membuat sistem yang mampu dieksekusi secara efisien, efektif dan tidak
bergantung kepada pihak manapun. Manajemen harus bisa menghitung berapa biaya yang harus
dikeluarkan baik secara finansial maupun nonfinansial yang terkait dengan efisiensi dan efektifitas
dan ketidakbergantungan tersebut. Semakin organisasi tidak bergantung kepada individu ataupun
pihak-pihak tertentu maka dapat kematangan sistem yang beroperasi di dalamnya semakin teruji.
2. Manajemen Perubahan Organisasi, Perubahan dalam organisasi harus dapat dimanfaatkan
sebesar - besarnya agar memberikan keuntungan. Upaya pemanfaatan tersebut harus dikelola
dengan sebuah sistem manajemen perubahan supaya setiap individu di dalam organisasi mampu
beradaptasi secara proporsional. Pemanfaatan IT harus dikelola dalam sebuah sistem manajemen
perubahan tersebut. Hal ini tentu saja kembali lagi pada kalkulasi yang kita lakukan.
Kalkulasi yang terkait dengan efisiensi, efektifitas dan ketidakbergantungan atas sumber daya
individual maupun eksternal.
3. Ketersediaan Sumber Daya, Setiap strategi selalu bergantung dari daya dukung sumber daya yang
dimilikinya. Strategi terbaik adalah perencanaan yang disusun dengan berbasiskan sumber daya
yang dimiliki dan kemampuan untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin. Kemampuan untuk
bersikap realistis terhadap ketersediaan sumber daya merupakan hal penting dalam implementasi IT
di dalam organisasi. Jika berdasarkan perhitungan sumber daya yang tersedia tidak dapat
mendukung strategi organisasi maka pilihannya adalah melakukan alih-
sumberdaya (outsourcing) atau mengubah strategi tersebut menjadi mengikuti kemampuan daya
dukung sumber daya yang tersedia.
4. Keterkaitan dengan Pihak-Pihak Eksternal, Seluruh organisasi selalu memiliki hubungan dan
keterkaitan dengan pihak di luar organisasi dengan berbagai tujuan serta kebutuhan.
Pihak eksternal tersebut memiliki kontribusi dalam membesarkan atau mungkin sebaliknya.
11
5. Dinamika dan Perubahan di Bidang Teknologi, Saat ini teknologi berubah sangat cepat
pemutakhirannya. Namun kita jangan terjebak dengan dinamika dan perubahan teknologi tersebut.
Hal terpenting yang harus diingat adalah kenyataan bahwa teknologi hanya sekedar alat.
Secanggih apapun alat yang Anda gunakan, tidak akan memberikan manfaat apapun jika tidak
digunakan secara tepat-guna dan berdaya-guna. Namun kita juga tetap harus fokus pada tujuan
terpenting organisasi mengenai efisiensi, efektifitas dan ketidakbergantungan terhadap pihak lain.
III.1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN INSOURCING DALAM PENGEMBANGAN SI
In-sourcing adalah suatu model pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang
dilakukan oleh para pekerja di suatu area fungsional dalam organisasi (misalnya Akunting, Keuangan,
dan Produksi) dengan sedikit bantuan dari pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali.
Model ini dikenal juga dengan istilah end-user computing atau end-user development. Pengembangan
ini dilakukan oleh para spesialis sistem informasi yang berada dalam departemen EDP (Electronic
Data Processing), IT (Information Technology), atau IS (Information System).
Pengembangan sistem umumnya dilakukan dengan menggunakan SDLC (Systems Development Life
Cycle) atau daur hidup pengembangan sistem. Dengan menggunakan SDLC ini, organisasi akan
mengikuti 6 langkah penting, yang mencakup berbagai tahapan berikut :
1. Perencanaan, yaitu membentuk rencana pengembangan sistem informasi yang memenuhi
rencana-rencana strategis dalam organisasi.
2. Penentuan lingkup, yaitu menentukan lingkup sistem yang diusulkan untuk dibangun.
3. Analisis, yaitu menentukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang diusulkan.
4. Desain, yaitu merancang sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh pada
tahapan analisis.
5. Implementasi, yaitu membuat sistem dan menyiapkan infrastruktur untuk sistem.
6. Pemeliharaan, yaitu mendukung sistem yang telah berjalan.
Gambar berikut ini adalaha aliran perancangan sistem dengan menggunakan metode atau
pendekatan In-sourcing, dimana terjadi perulangan pada proses revise & enhance yang merupakan
proses perbaikan dan penyempurnaan sistem informasi sesuai dengan keinginan client atau dalam hal
ini pihak perusahaan.
Gambar 4 . Aliran perancangan sistem metode insourcing
12
Tabel 1 . Kelebihan dan Keurangan Insourcing
KELEBIHAN KEKURANGAN
Sistem dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
dari perusahaan.
Sistem dapat diintegrasikan dengan lebih baik
terhadap sistem yang sudah ada.
Dokumentasi menjadi lebih lengkap.
Proses pengembangan sistem dapat dikelola
dan dikontrol oleh perusahaan.
User dalam perusahaan dapat mengendalikan
pembuatan sistem.
Mengembangkan sistem sendiri dapat
dijadikan sebagai keunggulan kompetitif
perusahaan.
Biaya pengembangannya relatif lebih murah
karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera
direalisasikan dan dapat segera dilakukan
perbaikan untuk menyempurnakan sistem
tersebut.
Rasa ikut memiliki yang dimiliki oleh pihak
karyawan sehingga dapat mendukung
pengembangan sistem yang sedang dijalankan
dan tidak adanya konflik kepentingan bila
dibandingkan dengan outsourcing.
Cocok untuk pengembangan sistem dan proyek
yang kompleks. Kedekatan departemen yang
mengelola sistem informasi dengan end-
user sehingga akan mempermudah dalam
mengembangkan sistem sesuai dengan
harapan.
Pengambilan keputusan yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan sendiri tanpa
adanya intervensi dari pihak luar
Membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk mengembangkan sistem karena harus
dimulai dari awal.
Adanya kemungkinan program mengandung
bug yang sangat besar.
Terdapat kesulitan para user dalam
menyatakan kebutuhan dan kesukaran
pengembang memahami user dan seringkali
hal tersebut membuat para pengembang
merasa putus asa.
Memerlukan sumber daya manusia yang ahli
dalam bidang sistem informasi dan
teknologi informasi. Jika masih terbatas,
maka sangat memerlukan diadakannya
pelatihan.
Pengembangan sistem informasi
membutuhkan waktu yang lama karena
konsentrasi karyawan harus terbagi dengan
pekerjaan rutin sehari-hari sehingga
pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan
efisien.
Perubahan dalam teknologi informasi terjadi
secara cepat dan belum tentu perusahaan
mampu melakukan adaptasi dengan cepat
sehingga ada peluang teknologi yang
digunakan kurang canggih (tidak up to date)
Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang
sistem informasi dapat menyebabkan
kesalahan persepsi dalam pengembangan
distem dan kesalahan/resiko yang terjadi
menjadi tanggung jawab perusahaan
(ditanggung sendiri).
Batasan biaya dan waktu yang tidak jelas
karena tidak adanya target yang ditetapkan
sehingga sulit untuk diprediksi oleh
perusahaan
Perubahan budaya yang sulit jika diatur oleh
karyawannya sendiri.
13
III.1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OUTSOURCING DALAM PENGEMBANGAN SI
Outsourcing berasal dari bahasa Inggris yang berarti “alih daya”. Outsourcing mempunyai
nama lain yaitu “contracting out” merupakan sebuah pemindahan operasi dari satu perusahaan ke
tempat lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan
perhatian kepada hal lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam outsourcing
Menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem informasi dengan hati-hati.
Sebaiknya, pihak luar yang dipilih memang benar-benar telah berpengalaman
Menandatangani kontrak. Kontrak dimaksudkan sebagai pengikat tanggung jawab dan dapat
dijadikan sebagai pegangan dalam melanjutkan atau menghentikan proyek jika terjadi masalah
selama masa pengembangan
Merencanakan dan memonitor setiap langkah dalam pengembangan agar keberhasilan proyek
benar-benar tercapai. Kontrol perlu diterapkan pada setiap aktivitas dengan maksud agar
pemantauan dapat dilakukan dengan mudah
Menjaga komunikasi yang efektif antara personil dalam perusahaan dengan pihak pengembang
dengan tujuan agar tidak terjadi konflik atau hambatan selama proyek berlangsung
Mengendalikan biaya dengan tepat dengan misalnya memperhatikan proporsi pembayaran
berdasarkan persentasi tingkat penyelesaian proyek.
Melalui out-sourcing, perusahaan dapat membeli sistem informasi yang sudah tersedia, atau sudah
dikembangkan oleh perusahaan outsource. Perusahaan juga dapat meminta
perusahaan outsource untuk memodifikasi sistem yang sudah ada. Perusahaan juga dapat
membeli software dan meminta perusahaan outsource untuk memodifikasi software tersebut sesuai
keinginan perusahaan. Dan juga lewat out-sourcing perusahaan dapat meminta untuk mengembangkan
sistem informasi yang benar-benar baru atau pengembangan dari dasar.
Gambar berikut ini adalah aliran perancangan sistem dengan menggunakan metode atau
pendekatan Out-sourcing.
Gambar 5 . Aliran perancangan sistem metode outsourcing
14
Aplikasi IT outsourcing di suatu perusahaan antara lain mencakup layanan sebagai berikut:
Pemeliharaan aplikasi (Applications maintenance)
Pengembangan dan implementasi aplikasi (Application development and implementation)
Data centre operations
End-user support
Help desk
Dukungan teknis (Technical support)
Perancangan dan desain jaringan
Network operations
Systems analysis and design
Business analysis
Systems and technical strategy
Tabel 2 . Kelebihan dan Keurangan Outsourcing
KELEBIHAN KEKURANGAN
Perusahaan dapat berkonsentrasi pada bisnis
yang ditangani
Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kas
dalam aset perusahaan karena tidak perlunya
aset untuk teknologi informasi
Outsourcer yang telah ahli dibidang
pengembangan sistem dapat memberikan jasa
yang lebih berkualitas dibandingkan
dikerjakan sendiri oleh pihak internal
perusahaan.
Mendapatkan kepakaran yang lebih baik dan
teknologi yang lebih maju
Lebih menghemat biaya dan mengurangi
risiko kegagalan investasi yang mahal.
Waktu pengembangan lebih cepat
Menghilangkan penyediaan sarana saat beban
puncak terjadi dan cukup melakukan
pengeluaran biaya sesuai dengan tambahan
layanan yang diberikan pihak luar.
Memfasilitasi downsizing sehingga perusahaan
tidak perlu lagi memikirkan pengurangan
pegawai.
Kehilangan kendali terhadap sistem dan
data karena bisa saja pihak outsourcer
menjual data ke pesaing.
Mengurangi keunggulan kompetitif karena
pihak outsourcer tidak dapat diharapkan
untuk menyediakannya karena outsourcer
juga harus memikirkan klien lain.
Menjadi sangat tergantung pada pihak luar
sehingga sangat sulit bagi perusahaan untuk
mengambil alih kembali sistem yang sedang
berjalan.
Proses pembelajaran pelaksana sistem
informasi membutuhkan jangka waktu yang
cukup lama.
Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja
setelah bekerja cukup lama dan terampil.
Jika terjadi gangguan pada sistem, maka
perusahaan akan menanggung risiko
keterlambatan penanganan karena kendali
ada pada outsourcer yang harus dihubungi
terlebih dahulu.
Jika kekuatan menawar ada pada
outsourcer, maka perusahaan akan
kehilangan kendali dalam memutuskan
sesuatu apalagi terdapat konflik antara
perusahaan dan outsourcer.
15
BAB IV
KESIMPULAN
1. Antara Insourcing dan Outsourcing memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Sebenarnya tidak bisa dikatakan mana yang lebih baik dan mana yang buruk, tapi kebijakan
memilih pendekatan itu tergantung pada situasi perusahaan. Ada pula perusahaan yang tidak
hanya menggunakan satu pendekatan, namun dua pendekatan sekaligus.
2. Keputusan melakukan insoursing/outsourcing merupakan sesuatu yang penting untuk kesuksesan
ekonomi perusahaan karena keputusan tersebut mencerminkan batas kemampuan ekonomi dan
karakteristik kompetitif dari sebuah perusahaan. Keputusan Melakukan Insourcing/ Outsourcing
merupakan strategi perusahaan melalui investasi terhadap kapabilitasnya.
3. Jika suatu perusahaan kekurangan pekerja, kemudian tidak memiliki waktu dan tenaga untuk
mengembangkan aplikasi secara internal, maka out-sourcing dapat menjadi pilihan bagi
perusahaan tersebut dalam mengembangkan proyek atau operasional perusahaannya. Out-
sourcing dalam hal ini akan membantu perusahaan untuk mengurangi waktu, effort atau usaha
yang dilakukan, dan juga mengurangi penggunaan tenaga kerja, dan juga memberikan hasil bagi
perusahaan.
4. Jika perusahaan memerlukan jasa yang membutuhkan keahlian pada area tertentu yang bukan
merupakan core competency dari perusahaan, maka out-sourcing juga dapat dijadikan, karena
dengan out-sourcing dapat memberikan akses pada jasa keahlian, dan juga dapat mengurangi
biaya, dan lebih cepat mendapatkan hasil dari proyek atau operasional perusahaan yang dilempar
ke pihak ketiga atau perusahaan outsource.
5. Jika suatu operasional perusahaan yang akan dikerjakan meliputi proses produksi, maka in-
sourcing yang menjadi pilihan, karena akan menghemat biaya transportasi dan perusahaan
memiliki kontrol lebih terhadap proyeknya.
6. Outsourcing menjadi salah satu solusi yang paling sering digunakan untuk mengembangkan suatu
sistem informasi pada suatu perusahaan karena dengan outsourcing suatu perusahaan akan lebih
fokus pada bisnis inti.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Adi nugroho, Analisis dan perancangan sistem informasi dengen metodologi berorientasi objek,
Bnadung Informatika, 2005
2. Indrajit RE. Djokopranoto R. 2003. Proses Bisnis Outsourcing. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
3. O’Brien, J. A. and G. M. Marakas. 2010. Introduction to Information Systems, fifteenth
edition. The McGraw-Hill Companies, Inc
4. McLeod, R. 1983. Manajemen Information System (2nd
Ed.). Chicago. Science Reseaerch
Associates Inc.
5. Setiabudi, 2010, Pemanfaatan IT: “Dilema Outsourcing atau Internal Development”
http://www.setiabudi.name/archives/1141 diakses pada 27 Januari 2014
6. Pasaribu, F.T.P. 2010. Outsourcing, Insourcing, dan Sel fsourcing.
http://ferry1002.blog.binusian.org/ diakses pada 27 Januari 2014