TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di...

20
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT PULAU ENGGANO SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN OLEH PARPEN SIREGAR *) *) Progam Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu I. Pendahuluan Pulau Enggano merupakan suatu kawasan pulau-pulau kecil yang secara geografis terletak di perairan Samudera Hindia dan secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi Bengkulu. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 Pulau Enggano termasuk salah satu dari 92 pulau terluar dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu Pulau Enggano memiliki posisi yang strategis dalam bidang sosial, ekonomis, pertahanan dan keamanan. Pemerintah Propinsi Bengkulu juga mulai memperhatikan pengembangan Pulau Enggano melalui Surat Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor 408 Tahun 2003 tanggal 23 April 2003 tentang Program Pengembangan Pulau Enggano Secara Terpadu dan Berkelanjutan (Bapedalda Propinsi Bengkulu, 2006). Hasil kajian studi daya dukung lingkungan, pemanfaatan dan pengembangan Pulau Enggano hendaknya berupa pembangunan yang berwawasan lingkungan, mengingat pulau ini merupakan ekosistem yang unik dan rentan 1

Transcript of TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di...

Page 1: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT PULAU ENGGANO SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN

OLEH

PARPEN SIREGAR *)

*) Progam Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan LingkunganFakultas Pertanian Universitas Bengkulu

I. Pendahuluan

Pulau Enggano merupakan suatu kawasan pulau-pulau kecil yang secara

geografis terletak di perairan Samudera Hindia dan secara administratif merupakan

bagian dari wilayah Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi Bengkulu. Berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 Pulau Enggano termasuk salah satu dari

92 pulau terluar dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena

itu Pulau Enggano memiliki posisi yang strategis dalam bidang sosial, ekonomis,

pertahanan dan keamanan. Pemerintah Propinsi Bengkulu juga mulai

memperhatikan pengembangan Pulau Enggano melalui Surat Keputusan Gubernur

Bengkulu Nomor 408 Tahun 2003 tanggal 23 April 2003 tentang Program

Pengembangan Pulau Enggano Secara Terpadu dan Berkelanjutan (Bapedalda

Propinsi Bengkulu, 2006).

Hasil kajian studi daya dukung lingkungan, pemanfaatan dan pengembangan

Pulau Enggano hendaknya berupa pembangunan yang berwawasan lingkungan,

mengingat pulau ini merupakan ekosistem yang unik dan rentan terhadap gangguan.

Kegiatan yang memungkinkan dilakukan dalam pengembangan Pulau Enggano

adalah kegiatan pariwisata, perikanan, pertanian dan perkebunan, dan kegiatan

industri lainnya. Dalam rangka pemanfaatan wilayah pesisir dan laut Pulau

Enggano, maka arahan kegiatan pariwisata meliputi pariwisata pantai dan pariwisata

bahari, sedangkan arahan kegiatan perikanan tangkap (Bapedalda Propinsi Bengkulu

dan P2L UNIB, 2005).

Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut akan dapat berhasil jika dikelola

secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM). Unsur utama IZCM

adalah integrasi (intergration) dan koordinasi. Pengelolaan atau pemanfaatan

kawasan pesisir yang dilakukan secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et al., 1996).

1

Page 2: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

Selain itu pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut seharusnya dilakukan dengan

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam

rangka mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut

Pulau Enggano secara terpadu dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu

pengelolaan (strategic plan) yang mengintegrasikan setiap kepentingan dalam

keseimbangan (proporsionality) antar dimensi ekologis, dimensi sosial, antar

sektoral, disiplin ilmu dan segenap pelaku pembangunan (stakeholders).

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa, menyusun strategi,

dan membantu memberikan solusi dalam pengelolaan kawasan pesisir dan laut

Pulau Enggano secara terpadu dan berkelanjutan, berdasarkan analisis terhadap

sejumlah isu dan permasalahan serta karakteristik wilayah pesisir dan laut Pulau

Enggano.

II. Potensi Pengembangan Pesisir dan Laut Pulau Enggano

Secara geografis Pulau Enggano berada di wilayah perairan Samudera Hindia

dan terletak pada posisi 102,050 hingga 102,250 BT dan 5,170 sampai 5,310 LS

dengan luas daratan ± 40.060 hektar. Secara administratif Pulau Enggano adalah

sebuah kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.

Sebagai sebuah kecamatan, Pulau Enggano terdiri dari 6 (enam) desa yaitu Desa

Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana, dan Kahyapu. Sebagai suatu

kepulauan, Pulau Enggano memiliki pulau-pulau kecil di sekitarnya yaitu Pulau

Dua, Pulau Satu, Pulau Merbau, dan Pulau Bangkai. Berikut ini adalah beberapa

potensi Pulau Enggano dalam bidang pesisr dan laut.

1. Perikanan Laut. Perikanan laut merupakan salah satu sub sektor

yang banyak menyerap tenaga kerja. Potensi perikanan laut sangat tinggi karena

kelimpahan stok ikan. Stok Sumberdaya Ikan (SDI) di Pantai Barat Sumatera

kaya akan ikan pelagis, khususnya ikan tuna (Hartono, 2009). Potensi

sumberdaya ikan wilayah perairan laut Pulau Enggano sebesar 16.035,2 ton

(sekitar 35% dari potensi ikan laut di Propinsi Bengkulu). Sementara itu

produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau

2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi Bengkulu atau 4,78% dari

potensi yang ada (Bappeda Propinsi Bengkulu, 2004). Hal ini disebabkan

rendahnya produktivitas penangkapan ikan nelayan karena jumlah armada

2

Page 3: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

penangkapan yang masih terbatas dan jenis armada penangkapan berupa perahu

tanpa motor (sampan) (31,4%) dan motor tempel (68.65%).

Gambar 1. Sampan (perahu tradisonal) yang digunakan untuk menangkap ikan

2. Terumbu Karang (Coral Reefs). Ekosistem terumbu karang

merupakan ekosistem yang produktif, memiliki keanekaragaman biota yang

tinggi, dan ekosistem yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Bapedalda Propinsi Bengkulu (2006) melaporkan pada kedalama 5 m terumbu

karang didominasi oleh DCA (40,00%), Abiotik (37,33%), Karang Non

Acropora (8,33%), dan Fauna (2,00%) dengan persentase penutupan karang

hidup 20,67%. Sedangkan pada kedalaman 10 m didominasi oleh DCA

(51,12%), Abiotik (27,52%), Karang Non Acropora (5,22%), Acropora

(11,78%), dan Fauna (4,36%) dengan persentase penutupan karang hidup

17,00%.

3. Padang Lamun (Seagrass). Ekosistem padang lamun memiliki

kemampuan menyuplai nutrien dan oksigen yang tinggi, sehingga memiliki

produktivitas yang tinggi. Jenis lamun yang ditemukan adalah species

Cymodocea sp. dengan kerapatan keseluruhan 362 m2. Kualitas air padang

lamun adalah sebagai berikut pH 6,9, suhu 30 0C, salinitas 37 ppm, kecerahan

100%, DHL 49,900 μ dan TDS 25000 μ (Bapedalda Propinsi Bengkulu, 2006).

4. Hutan Mangrove. Hutan mangrove memiliki peranan penting dalam

melindungi pantai dari angin, gelombang, dan badai. Hutan mangrove yang di

3

Page 4: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

Pulau Enggano merupaka yang terluas di Propinsi Bengkulu yang mencapai

2.500 hektar. Hutan ini tersebar di bagian pantai sebelah timur Pulau Enggano

seperti di Cagar Alam Teluk Klowe, Cagar Alam Sungai Bahewo, dan Taman

Buru Gunung Nanua. Sebagian lagi di sebelah barat Pulau Enggano yaitu di

Cagar Alam Tanjung Laksaha dan secara spot-spot di Kawasan Cagar Alam

Kiyoyo. Potensi hutan mangrove sekitar 320 m2 per hektar dengan jumlah pohon

350 batang per hektar. Ekosistem mangrove di Pulau Enggano relatif masih

utuh. Secara umum pola zonasi hutan mangrove di Pulau Enggano terdiri atas 4

zonasi (Bapedalda Propinsi Bengkulu, 2006) sebagai berikut.

a. Zona A (Depan), merupakan zona yang letaknya ke arah pantai.

Pada zona ini didominasi oleh Rhizophora mucronata, tapi juga ditemukan

Rhizophora apiculata dan Bruguiera gymnorrhiza satu-satu. Substrat

berlumpur dalam sampai sedang (10-30 cm). Kondisi habitat dipengaruhi

oleh pasang naik dan pasang surut. Panjang zona ini 100-200 m.

b. Zona B, pada zona ini didominasi oleh Bruguiera gymnorrhiza

tapi juga ditemukan Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, Lumnitzera

litorea. Kondisi substrat berlumpur kedalaman 10-45 cm. Substrat

dipengaruhi oleh pasang (tergenang). Tinggi tegakan pohon 30-40 m.

Panjang zona ini 100-200 m setelah zona A.

c. Zona C, merupakan zona campuran dimana disusun oleh

Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Lumnitzera littorea.

d. Zona D, merupakan zona yang letaknya di darat yang disusun

oleh jenis Carbera manghas, Baringtonia asiatica, Ficus sp., Pongamia

pinnata. Panjang zona ini berkisar 5-15 km. Kondisi tanah kering dan

substrat tidak dipengaruhi oleh pasang kecuali pasang tinggi saat bulan

purnama.

4

Page 5: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

Gambar 2. Ekosistem mangrove di Pulau Enggano

5. Pariwisata Pantai dan Bahari. Berdasarkan laporan Bapedalda

Propinsi Bengkulu (2006) pengembangan pariwisata di Pulau Enggano terdiri

atas pariwisata pantai dan pariwisata bahari. Kawasan yang sangat sesuai

dikembangkan untuk pariwisata pantai adalah Pantai Sebelah Utara Pulau

Enggano (mulai dari pantai di Desa Kaana sampai pantai di Desa Banjarsari).

Penilaian tersebut berdasarkan perhitungan dari indikator kedalaman dasar

perairan, material dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, tipe pantai,

penutupan lahan pantai, dan jarak ketersediaan air tawar. Aktivitas pariwisata

pantai yang dapat dilakukan antara lain berjemur, bermain pasir, olahraga

pantai, bermain air, berenang maupun berperahu di sekitar pantai. Sementara itu

lokasi pariwisata bahari terdapat di kawasan Kahyapu, yang meliputi gugusan

tiga pulau kecil yaitu Pulau Dua, Pulau Satu, dan Pulau Merbau. Perhitungan

kesesuaian pariwisata bahari berdasarkan indikator kecerahan pantai, tutupan

karang hidup, jenis karang, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman

dasar perairan. Aktivitas pariwisata bahari meliputi aktivitas berenang,

menyelam, memancing, diving, dan snorkling (Senoaji, 2009).

Gambar 3. Kondisi Pantai di Pulau Enggano

III. Permasalahan Pengembangan Pesisir dan Laut Pulau Enggano

Pengembangan pesisir dan laut Pulau Enggano dihadapkan pada berbagai isu

dan permasalahan. Beberapa isu dan permasalahan tersebut adalah :

5

Page 6: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

1. Belum optimalnya pemanfaatan perikanan tangkap dan budidaya.

Hal ini diindikasikan dengan adanya kegiatan illegal fishing oleh nelayan luar

(baik luar Propinsi Bengkulu maupun nelayan asin) di perairan Pulau Enggano,

tingkat pemanfaatan potensi perikanan tangkap yang belum optimal karena

terbatasnya armada penangkapan, pemanfaatan potensi budidaya perikanan juga

masih rendah, dan belum danya investasi baik PMA maupun PMDN yang

masuk dalam bidang kelautan dan perikanan.

2. Potensi obyek pariwisata pantai dan pariwisata bahari yang belum

dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan belum tersedianya infrastrur

dasar yang memadai dan sarana prasarana pariwisata lainnya. Selian itu juga

belum dilakukan prmosi terhadap potensi pariwisata di Pulau Enggano.

3. Rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik masyarakat maupun

sumberdaya pada instansi pemerintah daerah. Rendahnya kualitas sumber daya

manusia erat kaitannya dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat baik

pendidikan formal maupun non-formal. Meskipun sarana prasarana pendidikan

sudah cukup memadai, namun kurangnya tenaga pengajar menyebabkan tidak

optimalnya proses belajar mengajar di sekolah.

4. Minimnya sarana dan prasarana transportasi, pendidikan, kesehatan,

dan penerangan (listrik). Terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan

antar wilayah dalam Pulau Enggano maupun antara Pulau Enggano dengan

wilayah luar mengakibatkan. Jalan dalam wilayah Pulau Enggano hanya

sepanjang 5 km yang telah diaspal, sedangkan selebihnya kondisinya cukup

memprihatinkan. Sedangkan transportasi ke luar Pulau Enggano menggunakan

transportasi laut (KMP. Raja Enggano atau Perintis) dua kali dalam seminggu

dengan waktu tempuh 12-14 jam dan sangat tergantung kondisi alam. Meskipun

keterdsediaan sarana pendidikan dan kesehatan cukupmemadai, namun

permasalahannya pada tenaga pendidik dan tenaga medis yang bertugas.

Sedangkan untuk sarana penerangan (listrik) belum terdapat di Pulau Enggano.

Listrik terbatas pada kepemilikan genset secara pribadi dan fasilitasi pemerintah

berupa listrik tenaga surya.

5. Permasalahan kependudukan berupa rendahnya tingkat

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, kepadatan penduduk relatif rendah

dan tersebar. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan (49,7%) dan

petani (47,2%). Tingkat pengangguran 23,9% dari angkatan kerja. Tingkat

6

Page 7: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

kesejahteraan masyarakat Pulau Enggano dapat dikategorikan rendah, hal ini

terbukti bahwa 44,5-58,5% dari jumlah penduduk dikategorikan rawan sosial.

Tingkat kepadatan penduduk Pulau Enggano hanya 21,15 jiwa km-1 dengan

penyebaran yang tidak merata (Bapedalda Propinsi Bengkulu, 2006).

6. Belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh

pemerintah daerah karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan asli daerah

(PAD) secara langsung. Dengan demikian dukungan antar sektor terkait untuk

pengembangan Pulau Enggano belum optimal.

7. Belum berkembangnya sistem informasi yang dapat memberikan

akses pada informasi produk unggulan, pasar, dan teknologi. Keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan dalam penggunaan teknologi ini menjadi salah

satu kendala dan pemicu adanya eksploitasi sumberdaya yang merusak potensi

lestari dan berdampak negatif bagi lingkungan. Salah satu contohnya adalah

destructive fishing seperti trawl, penggunaan bom ikan, dan potasium sianida

untuk menangkap jenis-jenis ikan dengan nilai ekonomis tinggi (seperti ikan

kerapu) di habitat terumbu karang telah merusak dan menimbulkan pencemaran

lingkungan yang parah.

8. Belum tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen yang belum

terkelola baik untuk pengelolaan pengembangan kawasan yang terpadu, dan

berkelanjutan, dalam memberikan dukungan kepada peningkatan daya saing

produk dan kawasan yang dikembangkannya.

9. Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,

dan perairan sekitarnya. Saat ini Pulau Enggano Pulau Enggano menjadi salah

satu fokus perhatian dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

dalam rangka percepatan pembangunan pulau kecil dan pusat pertumbuhan

ekonomi di koridor barat Sumatera yang ditetapkan oleh Departemen

Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kementrian Pekerjaan Umum). Selain

Pulau Nasi di Kabupaten Aceh Besar, Pulau Tanahmasa/Tanahbela di

Kabupaten Nias Selatan, dan Pulau Natuna di Kabupaten Kepulauan Natuna.

Dengan adanya RDTR, maka pemanfaatan wilayah pesisir akan semakin

optimal karena tidak terjadi konflik kepentingan pemanfaatan wilayah pesisir.

10. Terjadinya kenaikan muka air laut (sea level rise) sebagai akibat

fenomena pemanasan global (global warming) memberikan dampak yang serius

terhadap wilayah pesisir yang perlu diantisipasi penanganannya. Secara umum

7

Page 8: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

kenaikan muka air laut akan dapat mengakibatkan perubahan arus laut dan

berpotensi meluasnya kerusakan mangrove, meluasnya interusi air laut, ancaman

terhadap sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan berkuarangnya luas daratan dan

hilangnya pulau-pulau kecil.

11. Pulau Enggano merupakan daerah yang rawan bencana alam

terutama gempa bumi karena terletak di daerah patahan bumi.

IV. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Pesisir dan Laut Pulau Enggano

Besarnya potensi sumberdaya pesisir dan laut di Pulau Enggano sudah

sepatutnya dijadikan pertimbangan utama dalam pengelolaan Pulau Enggano. Oleh

karena itu pembangunan Pulau Enggano harus mengedepankan pengelolaan

sumberdaya pesisir dan laut sebagai penghidupan yang lestari. Upaya tersebut

dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumberdaya untuk mendorong

pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat,

optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dan ruang, dengan memperhatikan prinsip-

prinsip konservasi.

Kebijakan pengelolaan dan pembangunan Pulau Enggano harus dilakukan

dengan Co-Management melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment based

management) baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang bekerja

sama dengan masyarakat lokal (community based management) dan investor

(private sector) yang berwawasan lingkungan (Rudyanto, 2004). Pemanfaatan

wilayah pesisir dan laut harus dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan daya

dukung lingkungan (carrying capasity) wilayah tersebut. Konsep pengelolaan

kawasan pesisir dan laut disajikan pada Gambar 4.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka beberapa kebijakan dan strategi harus

berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-

hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola, (2) kondisi

ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat, dan (3) kebutuhan saat ini dan yang

akan datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir (Rahmawaty,

2004). Berikut ini diuraikan upaya pengelolaan pesisir dan laut Pulau Enggano

secara terpadu dan berkelanjutan.

8

Page 9: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

Gambar 4. Konsep Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut (Rahmawaty, 2004)

1. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Masyarakat Pesisir.

Pendekatan pengelolaan Co-Management, masyarakat memegang peranan

penting dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut. Oleh karena itu

masayarakat merupakan basis (community based management) dari kegiatan

pengelolaan wilayah pesisir dan laut Pulau Enggano. Dengan demikian

diperlukan kualitas sumberdaya manusia masyarakat yang baik. Dalam rangka

peningkatan kualitas sumberdaya manusia, maka strategi yang dilakukan adalah

(1) peningkatan taraf pendidikan formal dan non-formal masyarakat, (2)

9

Kawasan Pesisir dan Laut

Perikanan

Kependudukan

Energi Kelautan

Perhubungan Laut

Pariwisata Bahari Dll

Isu, Permasalahan, Peluang, dan Tantangan

Integrated Coastal Zone Management

Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut

Secara Terpadu dan Berkelanjutan

4. EVALUASI - Analisis kemajuan dan permasalahan - Redefinisi ruang lingkup untuk pengelolaan pesisir dan laut

3. IMPLEMENTASI - Kegiatan pembangunan - Penegakan kebijakan dan peraturan - Pemantauan

1. PENATAAN DAN PERENCANAAN - Identifikasi dan analisis permasalahan - Pendefinisian tujuan dan sasaran - Pemilihan strategi - Pemilihan strktur implementasi2. IMPLEMENTASI - Mengadopsi program secara formal - Pengamanan dana untuk implementasi

Tahapan Pengelolaan

Page 10: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat, dan (3) peningkatan partisipasi aktif

masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Peningkatan

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir dilakukan peningkatan

kapasitas masyarakat (capasity building). Capasity building masyarakat dapat

dilakukan dengan fasilitasi pemerintah, Perguruan Tinggi, penggiat Lembaga

Swadaya Masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab

masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir.

2. Pengembangan Pariwisata Pantai dan Bahari.

Pariwisata pantai dan bahari merupakan salah satu potensi unggulan Pulau

Enggano yang sampai saat ini belum dimanfaatkan. Dalam rangka

pengembangan pariwisata pantai dan bahari, maka upaya yang dilakukan adalah

(1) peningkatan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan, (2) penyediaan

sistem informasi terpadu tentang kepariwisataan, (3) pengembangan obyek

wisata pantai dan bahari yang berwawasan lingkungan dan berciri lokal, dan (4)

peningkatan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan obyek

wisata pantai dan bahari. Industri pariwisata terlihat dari jumlah wisatawan yang

mengunjungi suatu obyek wisata. Jumlah wisatawan akan dipengaruhi oleh

pertumbuhan wisatawan dan daya tarik suatu obyek wisata. Daya tarik wisata

akan ditentukan oleh keindahan alam obyek wisata, kondisi akomodasi, dan

transportasi. Kegiatan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana dasar

kepariwisataan baik akomodasi (penginapan, rumah makan, hiburan, dll) dan

transportasi mutlak diperlukan agar industri pariwisata dapat berkembang.

Kegiatan penyediaan sistem informasi terpadu tentang kepariwisataan dilakukan

dengan menyusun dan mengembangkan basis data dan jaringan informasi

kepariwisataan dan mengembangkan pusat-pusat informasi, promosi, dan

pemasaran pariwisata. Kegiatan pengembangan obyek wisata pantai dan bahari

yang berwawasan lingkungan dan berciri lokal dilakukan dengan

mengembangkan ciri lokal Pulau Enggano sebagai daya tarik kunjungan wisata

pantai dan bahari dengan mengembangka jenis usaha-usaha ekonomi produktif

dalam bidang ekowisata bahari (seperti pembuatan kerajinan tangan khas Pulau

Enggano yang mencerminkan kebaharian dan keindahan Pulau Enggano yang

spesifik). Kegiatan peningkatan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan obyek wisata pantai dan bahari dilakukan dengan meningkatkan

10

Page 11: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

kualitas penyuluhan dan pelatihan pariwisata bahari bagi masyarakat. Kemajuan

industri pariwisata akan mempengaruhi PDRB dan penyerapan tenaga kerja.

3. Optimalisasi Pemanfaatan Perikanan Tangkap.

Optimalisasi pemanfaatan perikanan tangkap dilakukan untuk meningkatkan

produksi perikanan tangkap. Upaya ini dilakukan dengan (1) penyediaan sarana

dan prasarana perikanan tangkap dan budidaya, (2) peningkatan pendapatan

hasil usaha perikanan, dan (3) koordinasi antar instansi dalam pengelolaan usaha

perikanan. Kegiatan penyediaan sarana dan prasarana perikanan dilakukan

dengan pengadaan sarana dan prasarana perikanan berupa perbaikan atau

peningkatan kualitas alat tangkap untuk meningkatkan produktivitas nelayan.

Dengan tingginya produksi perikanan harus diiringi dengan pembangunan

industri perikanan sehingga akan memberikan nilai tambah yang tinggi.

Pembangunan indstri perikanan dilakukan oleh investor swasta dengan suplai

ikan dari nelayan Enggano. Simulasi penelitian Hartono (2009) mengemukakan

pembangunan industri perikanan di Pulau Enggano akan mengalami kemajuan

yang sangat baik dan ditandai dengan jumlah unit kapal motor yang meningkat.

Selain itu peningkatan sarana dan prasarana perikanan juga dapat dilakukan

dengan mengembangkan skim-skim perkreditan usaha perikanan yang mudah

diakses nelayan. Kegiatan peningkatan pendapatan hasil usaha perikanan

membina usaha produksi perikana yang berorientasi pasar, membina manajemen

usaha perikanan skala rumah tangga, dan mengembangkan sistem pengolahan

hasil perikanan yang hiegienis untuk meningkatkan nilai tambah. Sementara itu

kegiatan koordinasi antar instansi dalam pengelolaan usaha perikanan dilakukan

dengan mengembangkan sistem informasi pasar dan mengembangkan wadah

komunikasi antar stake holder dalam pengelolaan perikanan.

4. Konservasi Ekosistem Pesisir dan Laut.

Kelestarian ekosistem pesisir dan laut sangat penting demi keberlanjutan

pengelolaan sumberdaya. Meskipun secara umum ekosistem mangrove dan

padang lamun di Pulau Enggano masih cukup baik, namun tetap diperlukan

upaya-upaya pengembangan program konservasi bagi ekosistem tersebut dengan

melakukan sosialisasi dan edukasi akan pentingnya ekosistem tersebut.

Sementara itu untuk ekosistem terumbu karang harus dilakukan pengelolaan

yang lebih baik, karena keadaan ekosistem tutupan terumbu karang saat ini

dikategorikan jelek/buruk. Meskipun belum diketahui penyebab buruknya

11

Page 12: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

terumbu karang di Pulau Enggano apakah karena alam atau perbuatan manusia.

Namun tindakan nyata yang dapat dilakunya misalnya dengan pengendalian

pemanfaatan terumbu karang sebagai bahan bangunan baik untuk perumahan,

jalan, dan keperuan lainnya. Selain itu juga dilakukan dengan peningkatan

partisipasi stake holder dalam program konservasi untuk menjaga kelestarian

ekosistem, penataan dan penegakan hukum (law enforcement).

5. Peningkatan Sarana Prasarana Transportasi, Pendidikan, Kesehatan, dan Penerangan.

Ketersediaan sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang kelancaran

pelaksanaan suatu kegiatan. Upaya yang dilakukan adalah penyediaan tersedia

sarana transportasi antar desa yang memadai dengan peningkatan kualitas jalan

menjadi jalan aspal, sedangkan transportasi ke luar pulau selain menggunakan

transportasi laut juga diharapkan dapat menggunakan transportasi udara. Selain

itu juga dilakukan peningkatan kelengkapan sarana pendidikan dan kesehatan,

serta penerangan (listrik). Untuk sektor pendidikan dan kesehatan hendaknya

penempatan tenaga guru dan tenaga medis disesuaikan dengan rasio guru-siswa

dan rasio tenaga medis-jumlah penduduk.

V. Penutup

Pengelolaan pesisir dan laut Pulau Enggano harus dilakukan dengan dimensi

keterpaduan ekologis, sektoral, displin ilmu, serta keterpaduan antar stakeholders,

sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai yaitu pertumbuhan

ekonomi berupa peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat,

perbaikan kualitas lingkungan serta adanya kepedulian antar generasi. Kegiatan

yang potensial dilakukan dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan laut Pulau

Enggano adalah kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata pantai dan bahari.

Kolaborasi antara seluruh stake holder (pemerintah, masyarakat, dan swasta)

mamegang peranan penting dalam percepatan pembangunan Pulau Enggano.

Referensi

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Bengkulu dan Pusat Penelitian Lingkungan Universitas Bengkulu. 2005. Studi Daya Dukung Lingkungan Pulau Enggano. Bengkulu.

12

Page 13: TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN · Web viewSementara itu produksi perikanan tangkap di Pulau Enggano sekitar 765,8 ton tahun-1 atau 2,5% dari produksi perikanan tangkap propinsi

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Bengkulu. 2006. Laporan Kegiatan Studi Daya Dukung Pemanfaatan dan Pengembangan Kepulauan Enggano. Bengkulu.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu. 2004. Pengembangan Pulau Enggano sebagai Pusat Industri Berbasis Maritim dan Pariwisata di Propinsi Bengkulu. Bengkulu.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Hartono, D. 2009. Model Pembangunan Pulau Enggano dengan Pendekatan System Dinamics. Jurnal Mitra Bahari 3(2) : 51-68.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar.

Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan secara Terpadu dan Berkelanjutan. e-USU Repisotory Universitas Sumatera Utara.

Rudyanto, A. 2004. Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut. Makalah disampaikan pada Sosialisasi Nasional Program MFCDP 22 September 2004.

Senoaji, G. 2009. Daya Dukung Lingkungan dan Kesesuaian Lahan dalam Pengembangan Pulau Enggano Bengkulu. Jurnal. Bumi Lestari 9(2) : 159-166.

13