2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap ....

39
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut atau perairan umum secara bebas. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen (elemen) atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya disebut dengan agribisnis perikanan. Pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan azas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan. Menurut UU Perikanan No 31 tahun 2004 bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Dalam kaitan dengan pengelolaan perikanan tangkap perlu adanya pengelolaan secara arif, bijaksana dan terintegrasi karena kompleksitasnya permasalahan. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen atas elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya disebut dengan bisnis perikanan. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen atas elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya yang disebut dengan bisnis perikanan. Menurut Kesteven (1973) yang diacu oleh Monintja (2000) bahwa komponen-komponen perikanan tangkap terdiri dari (Gambar 2): (1) Sarana produksi Sarana produksi merupakan salah satu fasilitas yang menunjang berlangsungnya kegiatan perikanan. Sarana produksi tersebut antara lain penyediaan alat tangkap, pabrik es, galangan, instalasi, air tawar, instalasi listrik, dan pendidikan pelatihan tenaga kerja (Kesteven 1973).

Transcript of 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap ....

Page 1: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup

penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut

atau perairan umum secara bebas. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem

yang terdiri dari beberapa komponen (elemen) atau subsistem yang saling

berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya disebut dengan

agribisnis perikanan.

Pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan azas manfaat, keadilan,

kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian

yang berkelanjutan. Menurut UU Perikanan No 31 tahun 2004 bahwa

pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi

dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan

keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum

dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh

pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan

produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.

Dalam kaitan dengan pengelolaan perikanan tangkap perlu adanya pengelolaan

secara arif, bijaksana dan terintegrasi karena kompleksitasnya permasalahan.

Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen atas elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

satu dengan yang lainnya disebut dengan bisnis perikanan.

Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen atas elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

satu sama lainnya yang disebut dengan bisnis perikanan. Menurut Kesteven

(1973) yang diacu oleh Monintja (2000) bahwa komponen-komponen perikanan

tangkap terdiri dari (Gambar 2):

(1) Sarana produksi

Sarana produksi merupakan salah satu fasilitas yang menunjang

berlangsungnya kegiatan perikanan. Sarana produksi tersebut antara lain

penyediaan alat tangkap, pabrik es, galangan, instalasi, air tawar, instalasi

listrik, dan pendidikan pelatihan tenaga kerja (Kesteven 1973).

Page 2: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

10

(2) Usaha penangkapan

Usaha penangkapan terdiri dari unit penangkapan, aspek legal dan unit

sumber daya. Unit penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu

operasi penangkapan yang terdiri dari kapal, alat tangkap dan nelayan.

Aspek legal menyangkut sistem informasi dan perijinan. Unit sumberdaya

terdiri dari spesies, habitat seperti mangrove, terumbu karang dan padang

lamun serta musim.

(3) Prasarana pelabuhan

Pembangunan pelabuhan perikanan di Indonesia merupakan tanggung

jawab pemerintah. Pelabuhan perikanan berfungsi sebagai sarana

penunjang untuk meningkatkan produksi. Pelabuhan perikanan berfungsi

sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh kapal

perikanan, tempat pendaratan ikan hasil perikanan, pusat pemasaran dan

distribusi ikan hasil tangkapan, pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil

perikanan serta pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data.

(4) Unit pengolahan

Unit pengolahan termasuk didalamnya pengawetan yang bertujuan untuk

mempertahankan mutu dengan cara penanganan yang tepat agar ikan tetap

sempurna segar atau dalam wujud olahan, secara ekonomi nilai tambah

produk juga meningkat. Pengolahan tersebut dapat dilakukan secara

tradisional misalnya penggaraman, pengeringan dan pengasapan ataupun

dengan cara modern (Moeljanto 1996).

(5) Unit pemasaran

Hanafiah dan Saefuddin (1983) menyebutkan bahwa pemasaran merupakan

tindakan yang berkaitan dengan pergerakan barang-barang dan jasa dari

produsen ke tangan konsumen.

(6) Unit pembinaan

Pembinaan merupakan suatu proses untuk peningkatan produksi dan

produktivitas perikanan yang merupakan salah satu tujuan pembangunan

sektor perikanan. Pembinaan tersebut terdiri dari pembinaan usaha

perikanan dan pembinaan mutu hasil perikanan. Pembinaan usaha

perikanan bertujuan untuk pengembangan usaha dibidang perikanan yang

merupakan bagian dari dunia usaha pada umumnya. Pembinaan usaha

Page 3: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

11

perikanan terdiri dari pembinaan kelembagaan usaha perikanan, perkreditan

dan permodalan dan pembinaan perijinan usaha perikanan.

Gambar 2 Sistem agribisnis perikanan tangkap (Kesteven 1973 dimodifikasi oleh Monintja 2001).

Monintja (2001) mengemukakan ada beberapa faktor atau alasan

mengapa perikanan tangkap perlu dikelola secara benar dan tepat, sebagai

berikut :

(1) Perikanan tangkap berbasis pada sumberdaya hayati yang dapat

diperbaharui (renewable), namun dapat mengalami depresi atau

kepunahan. Sumberdaya ikan memiliki kelimpahan yang terbatas, sesuai

daya dukung (carrying capacity) habitatnya;

(2) Sumberdaya ikan dikenal sebagai sumberdaya milik bersama (common

property) yang rawan terhadap tangkap lebih (over fishing);

(3) Pemanfaatan sumberdaya ikan dapat merupakan sumber konflik (di daerah

penangkapan maupun dalam pemasaran hasil tangkapan);

Sistem Informasi

Page 4: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

12

(4) Usaha penangkapan haruslah menguntungkan dan mampu memberikan

kehidupan yang layak bagi para nelayan dan pengusahaannya, jumlah

nelayan yang melebihi kapasitas akan menimbulkan kemiskinan para

nelayan;

(5) Kemampuan modal, teknologi dan akses informasi yang berbeda antar

nelayan menimbulkan kesenjangan dan konflik; dan

(6) Usaha penangkapan ikan dapat menimbulkan konflik dengan subsektor

lainnya, khususnya dalam zona atau tata ruang pesisir dan laut.

FAO (1995) diacu dalam Monintja (2001), menyatakan bahwa

pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap haruslah menunjukkan

karakteristik penangkapan yang berkelanjutan, yaitu :

(1) Proses penangkapan yang ramah lingkungan meliputi : 1) selektivitas tinggi;

2) hasil tangkapan yang terbuang minim; 3) tidak membahayakan

keanekaragaman hayati; 4) tidak menangkap jenis ikan yang dilindungi; 5)

tidak membahayakan habitat; 6) tidak membahayakan kelestarian

sumberdaya ikan target; 7) tidak membahayakan keselamatan nelayan; dan

8) memenuhi ketentuan yang berlaku;

(2) Volume produksi tidak berfluktuasi drastis (suplai tetap)

(3) Pasar tetap atau terjamin

(4) Usaha penangkapan masih menguntungkan

(5) Tidak menimbulkan friksi sosial dan

(6) Memenuhi persyaratan legal.

Apabila pengembangan perikanan di suatu wilayah perairan ditekankan

pada perluasan kesempatan kerja, maka teknologi yang perlu dikembangkan

adalah jenis unit penangkapan ikan yang relatif dapat menyerap tenaga kerja

banyak, dengan pendapatan per nelayan memadai (Monintja 1987). Selanjutnya

menurut Monintja (1987), dalam kaitannya dengan penyediaan protein untuk

masyarakat Indonesia, maka dipilih unit penangkapan ikan yang memiliki

produktivitas nelayan per tahun yang tinggi, namun masih dapat

dipertanggungjawabkan secara biologis dan ekonomis.

Kaitan pengembangan perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti

yang diungkapkan oleh Soemokaryo (2001) bahwa pengembangan sub sektor

perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia yang sangat

Page 5: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

13

memungkinkan. Hal tersebut didasarkan pada : (1) potensi sumberdaya

perikanan tersedia cukup besar dan belum sepenuhnya dimanfaatkan; (2)

sebagai bahan baku protein hewani dan bahan baku industri domestik belum

sepenuhnya dimanfaatkan; (3) beberapa komoditas perikanan mempunyai daya

keunggulan komparatif di pasar Internasional; dan (4) kemampuannya menyerap

tenaga kerja, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat.

Menurut Monintja (2001) sistem agribisnis perikanan tangkap meliputi :

(1) Sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi,

(2) Sub sistem prasarana,

(3) Sub sistem usaha penangkapan,

(4) Sub sistem pengolahan/agroindustri,

(5) Sub sistem pembinaan, dan

(6) Sub sistem pemasaran.

Adapun tantangan, permasalahan dan solusi pengembangan perikanan

tangkap adalah sebagai berikut (Monintja 2001) :

(1) Tantangan

1) Permintaan suplai ikan yang semakin meningkat,

2) Penyediaan lapangan kerja,

3) Peningkatan devisa, dan

4) Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(2) Permasalahan

1) Stock sumber daya ikan yang tetap atau menurun,

2) Jumlah nelayan yang banyak,

3) Keterbatasan modal,

4) Kelangkaan informasi,

5) Konflik antar nelayan, dan

6) Konflik nelayan dengan sektor lain

(3) Solusi

1) Partisipasi masyarakat nelayan dalam perencanaan

pengembangan pengelolaan perikanan / pesisir,

2) Profesionalisasi usaha penangkapan ikan,

3) Penyediaan sistem dan substansi informasi perikanan yang tepat

waktu dan mudah diakses, dan

4) Penyediaan sistem permodalan khusus perikanan tangkap.

Page 6: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

14

Hubungan komponen-komponen dalam suatu kompleks penangkapan

ikan yang saling berkaitan antara satu elemen dengan elemen lainnya antara lain

(Monintja 2001) :

(1) Analisis aspek pemasaran meliputi :

1) Demand masa kini dan lampau (trend volume penjualan, harga dan

pembeli),

2) Permintaan dan harga dimasa datang (pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan pendapatan, elastisitas pendapatan dan komonitas

substitusi),

3) Persaingan pasar (lokal, nasional dan internasional), dan

4) Rencana kebijakan pemasaran.

(2) Analisis sumberdaya ikan (SDI) meliputi :

1) Deskripsi daerah penangkapan ikan,

2) Estimasi hasil tangkapan maksimum lestari (MSY),

3) Hasil tangkapan spesies terkait selama 5 tahun sampai 10 tahun terakhir,

4) Kecenderungan catch per unit effort,

5) Distribusi (sebaran) ikan menurut daerah penangkapan dan musim,

6) Mobilitas ikan (ruaya dan migrasi),

7) Karakteristik komersial dari ikan (ukuran),

8) Proyeksi hasil tangkapan tahunan dari proyek, dan

9) Peluang pengembangan produksi.

(3) Analisis aspek teknis menyangkut operasi penangkapan ikan meliputi :

1) Kapal penangkapan ikan,

2) Alat penangkapan ikan,

3) Tenaga kerja / nelayan,

4) Bahan untuk operasi penangkapan,

5) Kondisi lingkungan fisik daerah penangkapan,

6) Pola operasi (lama 1 trip, hari navigasi, hari operasi, hari darat/pelabuhan,

hari dok, jumlah trip per tahun, variasi daerah penangkapan dan variasi

musim),

7) Hasil tangkapan (komponen spesies, ukuran, kualitas, HT per hari, HT

per trip, HT per tahun),

8) Penanganan hasil tangkapan di kapal,

9) Pengangkutan hasil tangkapan ke pelabuhan, dan

Page 7: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

15

10) Fasilitas pendaratan ikan.

(4) Analisis finansial meliputi :

1) Biaya investasi, biaya operasional, aliran uang tunai,

2) Pembiayaan proyek,

3) Kriteria investasi (NPV, IRR, B/C Ratio), dan

4) Analisis sensitivitas.

(5) Analisis dampak ekonomi meliputi :

1) Analisis ekonomis,

2) Suplai protein,

3) Penyerapan tenaga kerja,

4) Peningkatan pendapatan nelayan,

5) Devisa,

6) Pembangunan daerah,

7) Pendapatan negara / daerah (PAD), dan

8) Manfaat lainnya.

(6) Analisis aspek lingkungan dan sosial meliputi :

1) Pengaruh terhadap sumberdaya ikan,

2) Tingkat selektivitas alat penangkapan,

3) Kemungkinan terjadinya friksi sosial,

4) Pengaruh volume produksi terhadap pasar lokal,

5) Pengaruh kegiatan proyek terhadap lingkungan pemukiman,

6) Jenis limbah, volume dan perkiraan akibatnya, dan

7) Pencegahan dan treatment yang direncanakan.

(7) Aspek organisasi dan manajemen meliputi :

1) Aspek legal perusahaan,

2) Aspek legal proyek,

3) Struktur organisasi yang ada,

4) Rencana struktur organisasi proyek,

5) Kaitan dengan perusahaan, instansi dan lembaga lain,

6) Struktur manajemen per komponen,

7) Uraian tugas setiap personel,

8) Uraian tanggung jawab dan kewenangan,

9) Pendapatan dan insentif karyawan / personel armada penangkapan ikan,

Page 8: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

16

10) Fasilitas dan kemudahan untuk para karyawan,

11) Kualifikasi dan pengalaman personel yang ada, dan

12) Kualifikasi dan sumber personel yang akan direkrut.

(8) Analisis kepekaan

1) Penurunan produksi (5–25%) tergantung pada pola musim ikan, kondisi

fisik daerah penangkapan dan CPUE), dan

2) Penurunan harga produk (trend harga runtun tahun).

Pilihan terhadap alternatif manajemen sangat bergantung pada kekhasan,

situasi dan kondisi perikanan yang dikelola serta tujuan pengelolaan atau

pembangunan perikanan. Meski demikian, setiap pilihan sebaiknya berdasarkan

kriteria-kriteria sebagai berikut (Nikijuluw 2002) :

1) Diterima nelayan,

2) Diimplementasi secara gradual,

3) Fleksibilitas,

4) Implementasinya didorong efisiensi dan inovasi,

5) Pengetahun yang sempurna tentang peraturan serta biaya yang

dikeluarkan untuk mengikuti peraturan tersebut, dan

6) Ada implikasi terhadap tenaga kerja, pengangguran dan keadilan.

2.2 Sumberdaya Ikan 2.2.1 Sifat sumberdaya ikan

Ikan adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat renewable

atau mempunyai sifat dapat pulih atau dapat memperbaharui diri. Disamping sifat

dapat memperbaharui diri, menurut Widodo dan Nurhakim (2002), sumberdaya

ikan pada umumnya dianggap bersifat open access dan common property yang

artinya pemanfaatan bersifat terbuka oleh siapa saja dan kepemilikannya bersifat

umum. Sifat sumberdaya seperti ini menimbulkan beberapa konsekuensi, antara

lain :

(1) Tanpa adanya pengelolaan akan menimbulkan gejala eksploitasi berlebihan

(over exploitation), investasi berlebihan (over investment) dan tenaga kerja

berlebihan (over employement).

Page 9: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

17

(2) Perlu adanya hak kepemilikan (property rights), misalnya oleh Negara (state

property rights), oleh masyarakat (community property rights) atau oleh

swasta/perorangan (private property rights).

Sifat-sifat sumberdaya seperti di atas menjadikan sumberdaya ikan

bersifat unik, dan setiap orang seakan-akan mempunyai hak untuk

memanfaatkan sumberdaya tersebut dalam batas-batas kewenangan hukum

suatu Negara. Dengan demikian, kondisi ini memungkinkan bagi setiap orang

atau perusahaan dapat dengan bebas masuk dan mengambil manfaatnya.

Selanjutnya, dengan adanya orang atau perusahaan yang berdesakan karena

mereka bebas masuk, maka akan terjadi interaksi yang tidak menguntungkan

dan secara kuantitatif berupa biaya tambahan yang harus diderita oleh masing-

masing orang atau perusahaan, sebagai akibat keadaan yang berdesakan

tersebut. Nikijuluw (2002) mengemukakan adanya 3 (tiga) sifat khusus yang

dimiliki oleh sumberdaya yang bersifat milik bersama tersebut. Ketiga sifat

khusus tersebut adalah :

(1) Ekskludabilitas

Sifat ini berkaitan dengan upaya pengendalian dan pengawasan terhadap

akses ke sumberdaya bagi stakeholder tertentu. Upaya pengendalian dan

pengawasan ini menjadi sulit dan sangat mahal oleh karena sifat fisik

sumberdaya ikan yang dapat bergerak, disamping lautan yang cukup luas.

Dalam kaitan ini, orang akan dengan mudah memasuki area perairan untuk

memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada didalamnya, sementara disisi lain

otoritas manajemen sangat sulit untuk mengetahui serta memaksa mereka

untuk keluar.

(2) Substraktabilitas

Substraktabilitas adalah suatu situasi dimana seseorang mampu dan dapat

menarik sebagian atau seluruh manfaat dan keuntungan yang dimiliki oleh

orang lain. Dalam kaitan ini, meskipun para pengguna sumberdaya

melakukan kerjasama dalam pengelolaan, akan tetapi kegiatan seseorang

didalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia akan selalu berpengaruh

secara negatif pada kemampuan orang lain didalam memanfaatkan

sumberdaya yang sama. Dengan demikian, sifat ini pada dasarnya akan

Page 10: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

18

menimbulkan persaingan yang dapat mengarah pada munculnya konflik

antara rasionalitas individu dan kolektif.

(3) Indivisibilitas

Sifat ini pada hakekatnya menunjukkan fakta bahwa sumberdaya milik

bersama adalah sangat sulit untuk dibagi atau dipisahkan, walaupun secara

administratif pembagian maupun pemisahan ini dapat dilakukan oleh otoritas

manajemen.

2.2.2 Pengelolaan sumberdaya ikan

Pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu proses yang terintegrasi

mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,

pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya, dalam rangka

menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan (FAO

1995). Sementara Widodo dan Nurhakim (2002) mengemukakan bahwa secara

umum, tujuan utama pengelolaan sumberdaya ikan adalah untuk :

(1) Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi serta

tindakan perbaikan (enhancement).

(2) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial para nelayan.

(3) Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut.

Pengelolaan sumberdaya ikan sendiri pada hakekatnya mencari

kemungkinan tindakan yang tepat secara biologi disuatu sisi, dan kegiatan

penangkapan ikan yang mampu memberikan keuntungan ekonomi disisi lain.

Dengan kata lain, pengelolaan sumberdaya ikan haruslah mampu mencegah

terjadinya konflik antara kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk tujuan

ekonomi termasuk adanya keadilan didalam distribusi manfaat yang dihasilkan

oleh sumberdaya ikan tersebut, serta upaya konservasi sumberdaya ikan untuk

kepentingan generasi mendatang. Dalam kaitan ini, Lawson (1984)

mengemukakan adanya 4 (empat) strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai

tujuan tersebut, yaitu :

(1) Mencegah terjadinya lebih tangkap (over exploitation), dengan melakukan

pengendalian terhadap kegiatan penangkapan.

Page 11: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

19

(2) Memperbaiki kualitas ikan yang akan dijual kepada konsumen, dengan jalan

melakukan penanganan yang baik serta mengurangi kerusakan ikan setelah

proses penangkapan.

(3) Mengembangkan pemanfaatan sumberdaya perikanan ini, seperti kegiatan

budidaya.

(4) Mengembangkan sistem pemasaran dengan berorientasi pada spesies-

spesies yang dapat diterima oleh konsumen.

Sementara Tai (1995) mengembangkan model sistem pengelolaan

perikanan yang didasarkan pada 3 (tiga) komponen utama sebagai sub model,

yaitu sub model biologi, sub model sosial dan ekonomi serta sub model

manajemen. Ketiga komponen tersebut beserta parameter antaranya dapat

dilihat melalui Gambar 3.

Gambar 3 Model sistem pengelolaan perikanan (Tai 1995).

Page 12: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

20

Pada sub model biologi digambarkan dinamika populasi dalam perikanan,

dan berhubungan erat dengan sub model ekonomi melalui kegiatan

penangkapan. Sementara sub model sosial-ekonomi menggambarkan adanya

manfaat dan biaya didalam kegiatan penangkapan ikan. Dalam hal ini, harga

memainkan peranan penting didalam menentukan penerimaan dan keuntungan.

Pada Gambar 3 juga dapat dilihat adanya hubungan antara sub model sosial-

ekonomi dan manajemen melalui beberapa parameter seperti keuntungan sosial,

konsumen surplus, pendapatan individu nelayan serta tenaga kerja yang

terserap. Parameter-parameter ini dapat digunakan sebagai alat ukur untuk

melihat dampak dari berbagai kebijakan pengelolaan perikanan yang ada.

Disamping itu, hubungan juga digambarkan antara sub model manajemen dan

biologi yang berkaitan dengan alternatif kebijakan dari upaya penangkapan.

Pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya didasarkan pada konsep

hasil maksimum yang lestari (Maximum Sustainable Yield) disingkat dengan

MSY. Inti dari konsep ini adalah menjaga keseimbangan biologi dari sumberdaya

ikan, agar dapat dimanfaatkan secara maksimum dalam waktu yang panjang.

Dengan kata lain, pendekatan yang dipergunakan dalam konsep ini hanya

mempertimbangkan faktor biologi semata. Pendekatan konsep ini berangkat dari

dinamika suatu stok ikan yang dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu

tambahan individu ikan (recruitment), pertumbuhan individu ikan (growth) dan

kematian ikan (mortalitas). Kematian ikan sendiri pada stok ikan yang

diupayakan atau dieksploitasi, dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu

kematian ikan karena penangkapan (fishing mortality) dan kematian ikan secara

alami (natural mortality).

Page 13: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

21

Gambar 4 Dinamika stok ikan yang dieksploitasi (Pauly 1984).

Berdasarkan Gambar 4, dapat dijelaskan bahwa pada kondisi alami (stok

ikan tidak diupayakan), pertumbuhan stok ikan dipengaruhi oleh pertumbuhan

ikan dan rekruitmen, serta dikurangi oleh mortalitas alami. Dalam hal ini,

pertumbuhan dan rekruitmen stok ikan akan cenderung ke titik nol, dimana

besarnya pertumbuhan dan rekruitmen stok ikan akan sama dengan jumlah ikan

yang mati secara alami. Oleh karena itu, stok ikan disuatu perairan akan

terkendali secara alami melalui interaksi antara faktor lingkungan dan

karakteristik pertumbuhan ikan itu sendiri. Dengan kata lain, stok ikan secara

alami akan cenderung stabil pada kondisi lingkungan tertentu, dengan ukuran

stok ikan tertentu. Kecenderungan ini dikenal dengan gejala density-dependent

process (Muhammad 2002). Perubahan kondisi lingkungan akan berpengaruh

terhadap besarnya daya dukung (carrying capacity) perairan bagi sumber daya

ikan. Dalam hal ini, perubahan kondisi lingkungan akan berpengaruh pada faktor

biologi utama seperti tambahan individu ikan, pertumbuhan dan mortalitas.

Secara biologis, pertumbuhan populasi ikan pada periode tertentu di

suatu daerah terbatas, adalah merupakan fungsi dari jumlah awal populasi

tersebut. Ini artinya perubahan stok ikan pada periode waktu tertentu ditentukan

oleh populasi pada awal periode. Analisis ini didasarkan pada konsep produksi

biologi kuadratik yang dikembangkan oleh Verhulst pada tahun 1883, dan

kemudian diterapkan untuk perikanan oleh seorang ahli biologi perikanan yang

bernama Schaefer pada tahun 1954. Penerapan konsep produksi kuadratik untuk

perikanan ini menggambarkan hubungan linier antara produksi (yield) dengan

Faktor penentu meningkatnya ukuran stok ikan

Faktor penentu meningkatnya ukuran stok ikan

Recruitmen Growth

Fishing Mortality

Natural Mortality

Exploited Stock

feeding

reproduction

Page 14: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

22

upaya (effort) yang kurvanya berbentuk simetris. Hubungan ini kemudian dikenal

dengan Model Pertumbuhan Schaefer (Lawson 1984) atau disebut juga dengan

kurva produksi lestari (Fauzi 2004), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Model pertumbuhan Schaefer (kurva produksi lestari).

Gambar 5 menunjukkan bahwa pada kondisi tidak ada aktivitas

penangkapan ikan (tidak ada upaya), maka produksi ikan juga sama dengan nol.

Akan tetapi apabila upaya ditingkatkan sampai mencapai titik Emsy, maka akan

diperoleh produksi yang maksimum atau lebih dikenal dengan sebutan MSY.

Mengingat sifat dari kurva produksi lestari yang berbentuk kuadratik, maka

peningkatan upaya yang dilakukan secara terus-menerus setelah melampaui titik

MSY, tidak akan dibarengi dengan peningkatan produksi lestari. Dengan kata

lain, produksi akan turun kembali dan mencapai nol pada titik upaya maksimum

(Emax

Pendekatan ini pula yang dipergunakan sebagai kriteria oleh Bailey et al.,

(1987) dan FAO (1995), didalam menentukan status pemanfaatan sumberdaya

ikan di suatu perairan dengan mengelompokkannya menjadi 6 (enam) kelompok,

yaitu :

).

(1) Unexploited,

Stok sumberdaya ikan berada pada posisi belum tereksploitasi, sehingga

aktivitas penangkapan ikan sangat dianjurkan di perairan ini guna

mendapatkan keuntungan dari produksi.

MSY

Yield

Upaya (effort)

Pro

duks

i les

tari

hmsy

Emsy Emax 0

Page 15: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

23

(2) Lightly exploited,

Stok sumberdaya ikan baru tereksploitasi dalam jumlah sedikit (kurang dari

25 persen MSY). Pada kondisi ini, peningkatan jumlah upaya penangkapan

sangat dianjurkan karena tidak mengganggu kelestarian sumberdaya ikan

dan hasil tangkapan per unit upaya (catch per unit effort-CPUE) masih

memungkinkan meningkat.

(3) Moderately exploited,

Stok sumberdaya ikan sudah terekploitasi setengah dari MSY. Pada kondisi

ini, peningkatan jumlah upaya penangkapan masih, dianjurkan tanpa

mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, akan tetapi hasil tangkapan per

unit upaya mungkin mulai menurun.

(4) Fully exploited,

Stok sumberdaya ikan sudah tereksploitasi mendekati nilai MSY. Disini

peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat tidak dianjurkan, walaupun

hasil tangkapan masih dapat meningkat. Peningkatan upaya penangkapan

akan mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, dan hasil tangkapan per

unit upaya pasti menurun.

(5) Over exploited,

Stok sumberdaya ikan sudah menurun, karena terekploitasi melebihi nilai

MSY. Pada kondisi ini, upaya penangkapan harus diturunkan agar

kelestarian sumberdaya ikan tidak terganggu.

(6) Depleted,

Stok sumberdaya ikan dari tahun ke tahun jumlahnya mengalami penurunan

secara drastis, dan upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk dihentikan.

Hal ini berkaitan dengan sumberdaya ikan yang sudah terancam.

Pengelolaan sumberdaya ikan seperti ini lebih berorientasi pada

sumberdaya (resource oriented) yang lebih ditujukan untuk melestarikan

sumberdaya dan memperoleh hasil tangkapan maksimum yang dapat dihasilkan

dari sumberdaya tersebut. Dengan kata lain, pengelolaan seperti ini belum

berorientasi pada perikanan secara keseluruhan (fisheries oriented), apalagi

berorientasi pada manusia (sosial oriented). Oleh karena itu, pengelolaan

sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan MSY telah mendapat

Page 16: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

24

tantangan cukup keras, terutama dari para ahli ekonomi yang berpendapat

bahwa tujuan pengelolaan sumberdaya ikan pada dasarnya adalah untuk

menghasilkan pendapatan dan bukan semata-mata untuk menghasilkan ikan

(Widodo dan Nurhakim 2002). Dengan kata lain, pencapaian yield yang

maksimum pada dasarnya tidak mempunyai arti secara ekonomi. Hal ini

berangkat dari adanya masalah pertambahan yang semakin berkurang

(diminishing return) yang menunjukkan bahwa kenaikan yield akan berlangsung

semakin lambat dengan adanya penambahan effort (Lawson, 1984). Lebih lanjut

Clark (1985) mengemukakan adanya beberapa kelemahan dalam pendekatan

MSY antara lain :

(1) Tidak bersifat stabil, karena perkiraan stok ikan yang meleset sedikit saja

bisa mengarah ke pengurasan stok (stock depletion).

(2) Didasarkan pada konsep keseimbangan semata, sehingga pendekatan ini

tidak berlaku pada kondisi ketidakseimbangan.

(3) Tidak memperhitungkan nilai ekonomis, apabila stok ikan tidak dipanen atau

tidak diekploitasi.

(4) Mengabaikan aspek interdependensi dari sumberdaya, dan

(5) Sulit diterapkan pada kondisi dimana perikanan memiliki ciri jenis yang

beragam (multi-species).

Dengan memperhatikan adanya kelemahan-kelemahan tersebut, maka

mulailah dikembangkan pendekatan ekonomi didalam pengelolaan sumberdaya

ikan. Pendekatan ini berangkat dari pemikiran Gordon yang menyatakan bahwa

sumberdaya ikan pada umumnya bersifat open acces, artinya siapa saja dapat

berpartisipasi untuk memanfaatkannya tanpa perlu memilikinya. Kondisi ini

cenderung menjadi tidak terkontrol, dan akan mengarah pada perikanan lebih

tangkap baik secara biologi maupun ekonomi. Dalam pendekatannya, Gordon

memanfaatkan kurva produksi lestari, dimana kurva pertumbuhan berada dalam

kondisi keseimbangan jangka panjang. Dari sinilah selanjutnya dikenal teori

Gordon-Schaefer, yang banyak dipergunakan oleh ahli perikanan didalam

melakukan analisis pengelolaan sumberdaya ikan (Fauzi 2004).

Pemikiran dengan memasukkan unsur ekonomi di dalam pengelolaan

sumberdaya ikan, telah menghasilkan pendekatan baru yang dikenal dengan

Maximum Economic Yield atau lebih popular dengan sebutan MEY. Dalam

Page 17: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

25

pendekatan ini dipergunakan beberapa asumsi (Andenson 1977; Lawson 1984;

Fauzi 2002), yaitu :

(1) Harga per satuan ikan (output) adalah konstan.

(2) Biaya per satuan upaya dianggap konstan.

(3) Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal (single species)

(4) Struktur pasar bersifat kompetitif.

(5) Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan (tidak memasukkan faktor

pascapanen dan lain sebagainya).

Selanjutnya secara lebih detail, pendekatan konsep ini dapat dilihat

melalui Gambar 6.

Gambar 6 Model ekonomi statis pada perikanan (Lawson 1984; Cunningham SMRD and Whitmarsh D. 1985).

Dari Gambar 6, dapat dilihat bahwa kurva penerimaan total (total

revenue) adalah sama dengan kurva produksi lestari, sebab harga ikan

diasumsikan konstan dan penerimaan total akan ditentukan langsung oleh hasil

tangkapan ikan. Kurva biaya total (total cost) berbentuk garis lurus, yang

mengindikasikan bahwa besarnya biaya adalah meningkat secara proporsional

dengan meningkatnya effort (Anderson 1977; Lawson 1984). Dengan demikian,

keuntungan maksimum dari pengelolaan sumberdaya ikan pada hakekatnya

tercapai sebelum tingkat produksi MSY yaitu pada tingkat penggunaan effort E3.

Titik E2, dikenal dengan tingkat upaya penangkapan pada saat terjadinya

Rp

MSY MEY Total cost

Total Revenue

Upaya (effort) E2 E1 E3 0

π max

Bia

ya,

Pen

erim

aan

Page 18: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

26

keseimbangan open-access (Open-Access Equilibrium). Dengan kata lain pada

setiap effort yang lebih rendah dari E2, maka penerimaan total (total revenue)

akan melebihi biaya total (total cost), sehingga pelaku penangkapan (nelayan)

akan lebih banyak tertarik untuk menangkap ikan. Dalam kondisi akses yang

tidak dibatasi, hal ini akan mengakibatkan bertambahnya pelaku masuk ke

industri perikanan. Sebaliknya pada tingkat effort yang lebih tinggi dari E2

Hasil kompromi kedua pendekatan diatas kemudian melahirkan konsep

Optimum Sustainable Yield (OSY), sebagaimana dikemukakan oleh Cunningham

et al. (1985). Secara umum konsep ini dimodifikasi dari konsep MSY, sehingga

menjadi relevan baik dilihat dari sisi ekonomi, sosial, lingkungan dan faktor

lainnya. Besaran dari OSY adalah lebih kecil dari MSY dan besaran dari konsep

inilah yang kemudian menjadi dasar didalam menetapkan total allowable catch

(TAC). Konsep pendekatan ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

dengan MSY, diantaranya adalah :

, maka

biaya total akan melebihi penerimaan total, sehingga banyak pelaku perikanan

akan keluar dari perikanan.

(1) Berkurangnya resiko terjadinya depresi dari stok ikan.

(2) Jumlah tangkapan per unit effort akan menjadi semakin besar.

(3) Fluktuasi TAC juga akan menjadi semakin kecil dari waktu ke waktu.

Dalam kegiatan perikanan yang bersifat open access dimana didalamnya

terjadi persaingan sempurna serta industri perikanan berlangsung dalam jangka

panjang (long run), maka keseimbangan open access menggambarkan bahwa

seluruh usaha penangkapan ingin memaksimumkan keuntungannya dengan

beroperasi pada tingkat dimana biaya marjinal (marginal cost) adalah sama

dengan pendapatan rata-rata (average revenue). Ini juga berarti bahwa pada

kondisi ini akan lebih banyak upaya penangkapan yang ingin masuk untuk

memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada. Disisi lain, tingkat produksi harus

dipertahankan pada titik maximum sustainable yield, agar sumberdaya ikan yang

ada terpelihara. Sementara titik maximum economic yield adalah perbedaan

terbesar antara biaya total (total cost) dan pendapatan total (total revenue) yang

diinginkan oleh masing-masingunit penangkapan.

Dengan asumsi bahwa pemerintah sepenuhnya dapat mengendalikan

kondisi lebih tangkap dan jumlah nelayan (upaya), maka menurut Lawson (1984)

pemerintah dapat mengambil beberapa bentuk kebijakan dalam rangka

Page 19: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

27

pengelolaan sumberdaya perikanan. Kebijakan dimaksud berkaitan dengan

metoda pendekatan sebagai berikut :

(1) Pengelolaan langsung

Metoda ini pada hakekatnya adalah kebijakan yang dapat diambil oleh

pemerintah dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikanan, dan bentuknya

adalah berupa kebijakan-kebijakan sebagai berikut :

1) Pembatasan alat tangkap (restriction on gears)

Kebijakan ini pada dasarnya ditujukan untuk melindungi sumberdaya ikan dari

penggunaan alat tangkap yang bersifat merusak atau destruktif. Disamping

itu, kebijakan ini juga dapat dilakukan dengan alasan sosial politik untuk

melindungi nelayan yang menggunakan alat tangkap yang kurang atau tidak

efisien.

2) Penutupan musim (closed season)

Penutupan musim penangkapan ikan merupakan pendekatan pengelolaan

sumberdaya perikanan, yang umumnya dilakukan di Negara dimana sistem

penegakan hukumnya sudah maju. Pelaksanaan pendekatan ini didasarkan

pada sifat sumberdaya ikan yang sangat tergantung pada musim, dan sering

kali hanya ditujukan pada satu spesies saja dalam kegiatan perikanan yang

bersifat multi spesies. Beddington and Ratting (1983) yang dikutip Nikijuluw

(2002) mengemukakan adanya dua bentuk penutupan musim, yaitu :

(i) Penutupan musim penangkapan ikan pada waktu tertentu, untuk

memungkinkan ikan melakukan aktivitas pemijahan dan berkembang

biak.

(ii) Penutupan kegiatan penangkapan ikan dengan alasan sumberdaya ikan

telah mengalami degradasi dan ikan yang ditangkap semakin sedikit. Oleh

karena itu, dilakukan kebijakan ini untuk membuka peluang pada

sumberdaya ikan yang masih tersisa memperbaiki populasinya.

3) Penutupan area (closed area)

Kebijakan ini pada dasarnya mempunyai pengertian menghentikan kegiatan

penangkapan ikan di suatu perairan. Kebijakan ini dapat bersifat permanen,

atau dapat juga berlaku dalam kurun waktu tertentu. Dampak dari kebijakan

ini relatif sama dengan kebijakan penutupan musim. Dalam hal ini terdapat

Page 20: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

28

beberapa Negara menerapkan kebijakan ini untuk kapal ikan dengan ukuran

tertentu dan atau alat tangkap tertentu.

4) Kuota penangkapan

Kebijakan ini pada dasarnya adalah pemberian hak kepada industri atau

perusahaan perikanan untuk menangkap atau mengambil sejumlah ikan

tertentu di perairan. Dengan kata lain, kuota adalah alokasi dari hasil

tangkapan yang diperbolehkan diantara unit individu dari effort yang ada.

Berdasarkan ketentuan ini, instansi pemerintah yang berwenang mengatur

pengelolaan sumberdaya perikanan mengeluarkan hak kepada perusahaan

atau industri bukan saja dalam hal ijin menangkap ikan, akan tetapi juga hak

untuk menangkap ikan dalam jumlah tertentu (kuota). Hak kuota ini dapat

berupa jumlah ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap (TAC), yang dapat

dibagi per nelayan, per kapal atau per armada perikanan. Hak kuota tersebut

pada hakekatnya juga dapat dialihkan atau ditransfer kepada nelayan lain.

5) Pembatasan ukuran ikan yang didaratkan

Bentuk kebijakan ini pada hakekatnya lebih ditujukan untuk mencapai atau

mempertahankan struktur umum yang paling produktif dari stok ikan. Hal ini

dilakukan dalam rangka member kesempatan pada ikan yang masih muda

untuk tumbuh, dan bertambah nilai ekonominya serta kemungkinan

berproduksi sebelum ikan tersebut ditangkap. Kebijakan ini akan berdampak

pada komposisi dari hasil tangkapan dan ukuran individu ikan yang

tertangkap. Penerapan kebijakan ini secara tunggal (tidak diikuti oleh

kebijakan lain), akan mengakibatkan tidak terkontrolnya jumlah hasil

tangkapan, karena jumlah kapal yang melakukan penangkapan tidak

terkontrol.

(2) Pengelolaan tidak langsung

Disamping metode langsung sebagaimana telah dikemukakan diatas,

pemerintah didalam mengelola sumberdaya perikanan dapat pula mengambil

kebijakan-kebijakan yang bersifat tidak langsung. Kebijakan ini pada umumnya

berkaitan erat dengan biaya dan harga, diantaranya adalah sebagai berikut :

(i) Penetapan pajak dan subsidi

Page 21: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

29

Penerapan pajak maupun subsidi pada hakekatnya adalah kebijakan yang

dapat diambil oleh pemerintah, dan akan berpengaruh pada struktur biaya

produksi. Pencabutan atau penurunan pajak serta pemberian subsidi akan

memberikan pengaruh pada semakin rendahnya biaya produksi, dan ini

tentunya diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan pada

tingkat produksi yang sama. Sebaliknya, pengenaan pajak serta pencabutan

subsidi ini akan berdampak pada meningkatnya biaya produksi, dan tentunya

kondisi ini tidak menguntungkan bagi kesejahteraan nelayan, termasuk

kelestarian sumberdaya perikanan.

(ii) Strategi harga dan pemasaran

Kebijakan ini adalah bentuk lain dari upaya yang dapat dilakukan oleh

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan. Sistem

pemasaran serta harga yang baik akan memberikan dampak peningkatan

pada kesejahteraan nelayan, dan pada akhirnya diharapkan akan berdampak

pula pada semakin ringannya tekanan terhadap sumberdaya ikan yang ada.

Hal ini disebabkan oleh karena dengan strategi harga dan pemasaran yang

tepat, maka nelayan akan memperoleh harga ikan yang optimal dan pada

akhirnya akan memberikan pendapatan yang optimal pula.

Dalam pelaksanaannya di Indonesia, pemerintah mempunyai peranan

sangat penting untuk mengelola sumberdaya ikan, sebagaimana diamanatkan

oleh Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 33) maupun Undang-Undang No. 9

tahun 1985 tentang perikanan yang telah diamandemen melalui Undang-Undang

No. 31 tahun 2004. Intinya adalah memberikan mandat kepada pemerintah

dalam mengelola sumberdaya alam, khususnya sumberdaya ikan untuk

kesejahteraan rakyat. Keterlibatan pemerintah didalam pengelolaan sumberdaya

ikan ini, menurut Nikijuluw (2002) diwujudkan dalam 3 (tiga) fungsi yaitu :

(1) Fungsi alokasi, yang dijalankan melalui regulasi untuk mengimbangi

sumberdaya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

(2) Fungsi distribusi, dijalankan oleh pemerintah agar terwujud keadilan dan

kewajaran sesuai pengorbanan dan biaya yang dipikul oleh setiap orang,

disamping adanya keberpihakan pemerintah kepada mereka yang tersisih

atau lebih lemah.

Page 22: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

30

(3) Fungsi stabilisasi, diwujudkan agar kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan

tidak berpotensi menimbulkan instabilitas yang dapat merusak dan

menghancurkan tatanan sosial ekonomi masyarakat.

Di Indonesia pada dasarnya pengelolaan perikanan lebih berkaitan

dengan masalah manusia (people problem) dari pada masalah sumberdaya

(resources problem). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa lebih dari

60% produksi perikanan Indonesia dihasilkan oleh perikanan skala kecil, yang

banyak menyerap tenaga kerja atau lebih dikenal dengan sebutan nelayan.

Kaiser dan Forsberg (2001) memberikan beberapa hal yang harus

dipertimbangkan didalam pengelolaan perikanan yaitu :

(1) Jumlah stakeholder perikanan adalah banyak.

(2) Kebijakan pengelolaan harus dapat diterima oleh semua stakeholder.

(3) Hormati sebanyak mungkin nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.

(4) Kebijakan harus mempertimbangkan aspek sosial, politik dan ekonomi.

Cara pandang pengelolaan sumberdaya perikanan seperti ini pada

hakekatnya telah dipahami oleh sebagian besar masyarakat perikanan

Indonesia. Hanya saja pada saat ini sebagian besar daerah di Indonesia

pengelolaan sumberdaya perikanan lautnya masih berbasis pada pemerintah

pusat (Government Based Management), walaupun sejak lahirnya Undang-

Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian

diperbaharui melalui Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, sebagian kewenangan pemerintah pusat dalam hal pengelolaan

sumberdaya perikanan telah diserahkan ke pemerintah daerah.

Dalam pengelolaan seperti ini, pemerintah bertindak sebagai pelaksana

mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasan. Sedangkan

kelompok masyarakat pengguna hanya menerima informasi tentang produk-

produk kebijakan dari pemerintah. Menurut Satria et al. (2002), pengelolaan

perikanan seperti ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah :

(1) Aturan-aturan yang dibuat menjadi kurang terinternalisasi didalam

masyarakat, sehingga menjadi sulit untuk ditegakkan.

(2) Biaya transaksi yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan dan pengawasan

adalah sangat besar, sehingga menyebabkan lemahnya penegakan hukum.

Page 23: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

31

Hasil pengkajian terakhir yang telah dilakukan terhadap sumberdaya ikan

Indonesia, menunjukkan bahwa jumlah potensi lestari adalah sebesar 6,409 juta

ton ikan/tahun, dengan tingkat eksploitasi pada tahun terakhir mencapai angka

4,069 juta ton ikan/tahun atau sekitar 63,49% dari potensi lestari (Ditjen

Perikanan Tangkap 2004). Ini artinya, masih ada cukup peluang untuk

meningkatkan produksi perikanan nasional melalui kegiatan usaha penangkapan

ikan. Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah adanya beberapa wilayah

pengelolaan perikanan yang kondisi sumberdaya ikannya cukup memprihatinkan

dan sudah melampaui potensi lestarinya (over fishing), seperti halnya di perairan

Selat Malaka dan perairan Laut Jawa. Di kedua perairan tersebut, terdapat

beberapa kelompok ikan (ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil di Selat

Malaka serta ikan demersal di Laut Jawa) yang masih mungkin untuk

dikembangkan eksploitasinya.

Sementara di 7 (tujuh) zona penangkapan lainnya, sekalipun tingkat

pemanfaatan sumberdaya ikannya secara keseluruhan masih berada dibawah

potensi lestari, akan tetapi untuk beberapa kelompok ikan sudah berada pada

posisi over fishing. Sebagai contoh, udang dan lobster di perairan Laut Cina

Selatan, ikan demersal; udang dan cumi-cumi di perairan Selat Makasar dan

Laut Flores. Oleh karena itu, pada beberapa perairan yang kondisi pemanfaatan

sumberdaya ikannya telah mendekati atau melampaui potensi lestarinya, maka

perlu mendapatkan perlakuan khusus agar sumberdaya ikan yang ada tidak

collapse.

Informasi yang berkaitan dengan potensi dan penyebaran sumberdaya

ikan laut di perairan Indonesia, telah dipublikasikan oleh Komisi Nasional

Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut pada tahun 1998. Dalam publikasi

tersebut, wilayah perairan Indonesia dibagi menjadi 9 (Sembilan) zona atau

wilayah pengelolaan perikanan, yaitu Selat Malaka; Laut Cina Selatan; Laut

Jawa; Selat Makassar dan Laut Flores; Laut Banda; Laut Seram dan Teluk

Tomini; Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik; Laut Arafura serta Samudera

Hindia. Saat ini WPP RI telah mengalami perubahan menjadi 11 WPP meliputi

WPP 571 yaitu Selat Malaka danLaut Andaman, WPP 572 yaitu Samudera

Hindia Sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda, WPP 573 yaitu Samudera

Hindia Sebelah Selatan Jawa hingga Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan

Laut Timor bagian Barat, WPP 711 yaitu Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut

Cina Selayan, WPP 712 yaitu Laut Jawa, WPP 713 yaitu Selat Makassar, Teluk

Page 24: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

32

Bone, Laut Flores dan Laut Bali, WPP 714 yaitu Laut Banda, WPP 715 yaitu Laut

Aru, Laut Arafuru, Laut Timor , WPP 716 yaitu Laut Maluku, Teluk Tomini dan

Laut Seram, WPP 717 yaitu Laut Sulawesi dan Laut Halmahera dan WPP 718

yaitu Samudera Pasifik (www.brkp.dkp.go.id).

2.3 Upaya Penangkapan

Upaya penangkapan ikan dalam kajian-kajian stok sumberdaya ikan

sering diasumsikan mempunyai hubungan yang proporsional dengan mortalitas

penangkapan ikan. Asumsi ini tidak selamanya benar, sehingga kita harus

memilih dengan jeli upaya penangkapan yang benar-benar berhubungan

langsung dengan mortalitas penangkapan. Suatu alat tangkap (baik jenis

maupun ukuran) yang dipilih adalah yang mempunyai hubungan linier dengan

laju tangkapan (Spare and Venema 1999). Selanjutnya dinyatakan bahwa

pengukuran upaya penangkapan ikan di daerah tropis lebih rumit dibandingkan di

daerah temperate. Banyaknya jenis dan ukuran alat tangkap yang

mengusahakan suatu jenis ikan (multigear) menyebabkan pembakuan suatu alat

tangkap lebih rumit dan kompleks.

Oleh karena perikanan sumberdaya semua orang bebas-masuk, dimana

pengguna boleh masuk secara tak terbatas untuk bersaing yang bisa

mengantarkan pada keadaan overfishing atau overeksploitasi dan penggunaan

sumberdaya yang tidak efisien (Subade and Abdullah 1993). Oleh karena itu

nelayan tidak mampu memaksimumkan keuntungannya sesuai dengan usaha

penangkapan ikan yang dilakukannya (Panayotou 1982; Anderson 1977).

Menurut Anderson (1977), hal ini disebabkan karena nelayan dalam

perikanan yang bersifat akses terbuka akan tetap bertahan selama biaya rata-

ratanya sama dengan pendapatan rata-rata. Secara industri, ini berarti bahwa

keseimbangan akses terbuka dicapai dimana biaya total sama dengan

penerimaan total. Perilaku industri seperti ini tidak berarti bahwa nelayan secara

individu tidak ada yang mengalami keuntungan.

Dalam pengelolaan sumberdaya ikan, tentunya ada faktor lain yang harus

diperhatikan yaitu pengendalian upaya penangkapan yang merupakan salah satu

pendekatan pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkaitan dengan

pembatasan kapasitas penangkapan atau jumlah alat tangkap ikan. Tujuannya,

meningkatkan hasil ikan yang ditangkap serta meningkatkan kinerja ekonomi

Page 25: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

33

industri perikanan melalui pengurangan upaya atau kapasitas penangkapan ikan

yang berlebihan (Nikijuluw 2002).

Selanjutnya Nikijuluw (2002) menyatakan bahwa kapasitas upaya

penangkapan adalah suatu variabel yang keberadaannya ditentukan beberapa

variabel lain; seperti ukuran mesin kapal, ukuran kapal, ukuran alat penangkapan

dan teknologi alat bantu untuk mendeteksi, menemukan dan mengumpulkan

ikan. Oleh karena itu, membatasi kapasitas upaya penangkapan harus dilakukan

secara tidak langsung melalui pembatasan variabel-variabel penentu ini. Jika

hanya salah satu variabel yang dibatasi, nelayan mungkin akan menggantinya

dengan variabel yang tidak dibatasi. Akibatnya, kapasitas upaya penangkapan

justru bertambah. Meskipun yang ideal adalah membatasi semua variabel

penentu kapasitas upaya penangkapan, namun pada kenyataannya hal tersebut

sulit dilaksanakan.

2.3.1 Upaya relatif

Model perhitungan upaya relatif didasarkan pada nilai hasil tangkapan per

upaya penangkapan (CPUE) dari satu jenis alat tangkap. Nilai ini akan digunakan

sebagai pembandingan antar alat tangkap. Agar beberapa unit alat tangkap yang

berbeda saling bersesuaian maka setiap unit harus dikonversikan ke dalam

CPUE yang selanjutnya dikonversikan ke dalam CPUE relatif. Metode ini tidak

memerlukan perbandingan langsung dari jenis-jenis kapal yang berbeda.

2.3.2 Daya tangkap relatif

Metode yang lebih langsung untuk standardisasi upaya adalah yang

diusulkan oleh Robson diacu dalam Gulland (1991). Metode ini bekerja

berdasarkan konsep daya tangkap relatif. Bila dua kapal melakukan

penangkapan terhadap sumberdaya yang sama dan dalam kondisi yang sama,

maka daya tangkap relatif merupakan perbandingan antara CPUE kapal A dan

CPUE pada kapal B.

2.4 Surplus Produksi

Pertambahan biomassa suatu stok ikan dalam waktu tertentu di suatu

wilayah adalah suatu parameter populasi yang disebut produksi. Biomassa yang

Page 26: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

34

diproduksi ini diinginkan untuk mengganti biomassa yang hilang akibat kematian,

karena faktor alami atau maupun penangkapan. Produksi yang berlebih dari

kebutuhan penggantian dianggap sebagai surplus yang selanjutnya dapat di

panen. Apabila kuantitas biomassa yang diambil persis sama dengan surplus

yang diproduksi, maka perikanan tersebut berada dalam keadaan seimbang

(Aziz, 1989).

Coppola dan Pascoe (1996) menyatakan bahwa, parameter persamaan

surplus produksi tersusun atas beberapa konstanta biologi, lingkungan dan

teknologi yang kemudian digunakan untuk menduga konstanta persamaan

surplus produksi. Pendugaan parameter tersebut dilakukan melalui model

pendekatan yang paling tepat ”the best fit” dari keempat model yaitu Equilibrium

Schaefer, Disequilibrium Schaefer, Schnute dan Walter-Hilborn.

Untuk menjaga keseimbangan biologis ikan, maka usaha penangkapan

ikan adalah menangkap surplus pertumbuhan ikan bukan menangkap populasi

ikan. Dengan demikian tujuan penangkapan ikan adalah memaksimumkan

pendapatan jangka panjang dengan tetap mempertahankan hasil maksimum

lestari (Maksimum Sustainable Yield = MSY) dari perikanan (Schaefer 1954;

Schaefer 1957; O’Rourke 1971 vide Soemokaryo (2001).

2.5 Komoditas Unggulan

Penetapan komoditas unggulan merupakan langkah penting dalam upaya

membangun sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai struktur yang kuat

dan tangguh dalam bersaing. Struktur yang kuat dapat diperoleh melalui

keterkaitan dengan sektor hulu, sedangkan keunggulan kompetitif harus

dikembangkan berdasarkan keunggulan kompetitif. Suatu komoditas unggul

mempunyai basis hulu yang kuat dan daya saing pasar tangguh. Dengan

demikian komoditas unggulan ditetapkan berdasarkan peluang pasar

(permintaan) dan kemampuan produksi/penawaran (Bantacut et al. 1998).

Secara umum, suatu komoditas dianggap unggul jika komoditas tersebut :

(1) dapat dihasilkan (diproduksi) secara terus menerus (berkesinambungan)

pada tingkat produktivitas dan mutu yang baik serta (2) diminta atau diserap oleh

pasar pada jumlah dan tingkat harga yang wajar. Ini terdapat pada dua sisi yang

harus dipertimbangkan dalam penetapan komoditas unggulan yaitu sisi

Page 27: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

35

permintaan dan sisi penawaran (Sailah 1998). Pendekatan untuk penetapan

komoditas dan agroindustri unggulan ditunjukkan pada Gambar 7.

Sisi penawaran mencerminkan kemampuan suatu wilayah untuk

menghasilkan komoditas tersebut. Kemampuan ini meliputi kemampuan SDM,

tingkat penerapan teknologi (application of technology), karakteristik biofisik

wilayah (competitive commodity characteristic) dan produktivitas (yield).

Sedangkan sisi permintaan menggambarkan kemampuan pasar untuk

menyerap produk perikanan yang diolah dari komoditas yang ditawarkan.

Kemampuan ini meliputi volume permintaan dengan tingkat mutu yang

disyaratkan, perkembangan harga, sistem tata niaga dan tingkat persaingan

antara pelaku pasar.

Hasil kajian dari sisi penawaran dan permintaan akan dihasilkan daftar

komoditas unggulan dan daftar produk perikanan unggulan. Hal ini berarti bahwa

komoditas dan produk tersebut mempunyai pasar (riil dan potensial) dan dapat

dihasilkan secara berkesinambungan pada tingkat produktivitas yang

menguntungkan. Komoditas dari sisi penawaran unggul tetapi tidak diminati oleh

pasar dapat dikelompokkan sebagai komoditas potensial. Demikian juga untuk

komoditas dan produk yang diminati oleh pasar tetapi tidak dapat dihasilkan jika

ditinjau dari karakteristik wilayah.

- SDM dan Teknologi- Karakteristik Biofisik Wilayah

Komoditas(Penawaran)

PendekatanPenawaran dan Permintaan

Komoditas(Permintaan)

Pasar

Komoditas Unggulan

KomoditasPotensial Agroindustri

Potensial

Agroindustri Unggulan

PendekatanPenawaran dan Permintaan

Agroindustri(Penawaran)

Agroinduatri(Permintaan)

Sisi Penawaran Sisi Permintaan

Gambar 7 Pendekatan dalam penetapan komoditas dan agroindustri unggulan (Sailah 1998).

Page 28: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

36

2.6 Armada Perikanan

2.6.1 Konsep

Suatu armada merupakan sekelompok kapal-kapal yang terorganisasi

untuk melakukan beberapa hal secara bersama-sama seperti kegiatan

penangkapan ikan (Ditjen Perikanan Tangkap 2002), dengan kata lain armada

perikanan adalah sekelompok kapal-kapal yang akan melakukan kegiatan

penangkapan ikan di suatu daerah perairan (fishing ground). Monintja (2000)

menyatakan armada penangkapan terdiri dari beberapa unit penangkapan ikan,

yang terdiri dari kapal, alat tangkap dan nelayan. Ditjen Perikanan Tangkap

(2002) mendefinisikan unit penangkapan merupakan kesatuan teknis dalam

suatu operasi penangkapan yang biasa terdiri dari perahu/kapal penangkap dan

alat penangkap yang digunakan. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan, mendefinisikan kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung

operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,

pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan.

Strategi pengelolaan perikanan yang memperhatikan armada perikanan

sebagai faktor input adalah (Cochrane 2002) :

(1) Pembatasan jumlah dan ukuran armada perikanan tangkap (fishing capacity

controls)

(2) Jumlah trip penangkapan ikan (fishing usage controls)

(3) Kapasitas produksi yang digunakan (fishing effort controls)

2.6.2 Klasifikasi

Menurut Ditjen Perikanan Tangkap (2002) bahwa secara umum di

Indonesia perahu atau kapal penangkap diklasifikasikan sebagai berikut :

(1) Perahu tidak bermotor

1) Jukung

2) Perahu ((kecil (panjangnya kurang dari 7 m), sedang (panjangnya 7-10

m), besar (panjangnya 10 m atau lebih))

(2) Perahu motor tempel

(3) Kapal motor

Kurang dari 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 30-50 GT, 50-100 GT, 100-

200 GT dan 200 GT lebih.

Page 29: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

37

Tipe kapal ikan secara umum terdiri dari 2 (dua) kelompok tipe yaitu :

(1) Tipe kapal ikan yang menggunakan alat tangkap pancing.

(2) Tipe kapal ikan yang menggunakan alat tangkap jaring/net.

Pengklasifikasian perikanan yang selektif di Indonesia terdiri dari 2 (dua)

kategori yaitu (Ditjen Perikanan Tangkap 2002) :

(1) Perikanan skala kecil

Menggunakan mesin luar < 10 HP atau < 5 GT (daerah operasinya pada

zona I atau jalur I yaitu 4 mil dari garis pantai dan yang menggunakan mesin

luar < 50 HP atau < 25 GT dengan jalur operasinya pada zona II atau jalur II

yaitu 4-8 mil dari garis pantai.

(2) Perikanan skala besar

Merupakan perikanan skala industri yang menggunakan mesin dalam

dengan kekuatan < 200 HP atau 100 GT dan jalur operasinya pada jalur 3

dan 4 (8-12 mil dan atau > 12 mil).

2.6.3 Nelayan

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam

operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya. Ahli mesin dan juru masak yang

bekerja diatas kapal penangkapan dikategorikan nelayan meskipun tidak

melakukan aktivitas penangkapan (Ditjen Perikanan Tangkap 2002). Dalam

Undang-Undang Perikanan Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

mendefinisikan nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan

penangkapan ikan.

Pada dasarnya penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan dapat

ditinjau dari 3 (tiga) sudut pandang yaitu :

(1) Dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu,

jaring dan perlengkapan lain), struktur masyarakat nelayan terbagi dalam

kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan

buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan dalam kegiatan produksi sebuah

unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya dengan

memperoleh hak-hak yang sangat terbatas.

(2) Ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat

nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil. Nelayan

besar merupakan nelayan yang menginvestasikan jumlah modalnya dalam

Page 30: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

38

usaha perikanan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil justru

sebaliknya.

(3) Dipandang dari tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan,

masyarakat nelayan terbagi dalam nelayan modern dan nelayan tradisional.

Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih

canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional.

Secara resmi di Indonesia berdasarkan waktu yang digunakan untuk

melakukan pekerjaan operasional penangkapan ikan, nelayan diklasifikasikan ke

dalam (DJPT 2002) :

(1) Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk

melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.

(2) Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya

digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan. Selain

penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama, nelayan kategori ini dapat pula

mempunyai pekerjaan lain.

(3) Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya

digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.

2.7 Pendekatan Sistem

Sistem didefinisikan sebagai seperangkat elemen atau sekumpulan entity

yang saling berkaitan, yang dirancang dan diorganisir untuk mencapai satu atau

beberapa tujuan (Manetsch and Park 1977). Sistem dapat merupakan suatu

proses yang sangat rumit yang ditandai oleh sejumlah lintasan sebab akibat.

Menurut Eriyatno (2003) sistem adalah totalitas himpunan hubungan yang

mempunyai struktur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama

dimensi ruang dan waktu. Pada dasarnya ada dua sifat dari sistem, yaitu

berkaitan dengan aspek perilaku dan aspek struktur, sehingga permasalahan

yang berkaitan dengan sistem akan menyangkut pada perilaku sistem dan

struktur sistem. Perilaku sistem berkaitan dengan input dan output, dan struktur

sistem berkaitan dengan susunan dari rangkaian di antara elemen-elemen

sistem.

Pola pikir kesisteman merupakan pendekatan ilmiah untuk pengkajian

yang memerlukan telaah berbagai hubungan yang relevan, komplementer dan

terpercaya. Sistem adalah sekumpulan entiti atau komponen yang saling

Page 31: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

39

berhubungan dan terorganisasi membentuk satu kesatuan untuk mencapai suatu

atau kelompok tujuan (Manetsch and Park 1977). Selanjutnya sistem diartikan

sebagai totalitas hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta

matra dimentional terutama dimensi ruang dan waktu (Eriyatno 1996).

Pendekatan sistem adalah metodologi yang bersifat rasional sampai

bersifat intuitif untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu.

Permasalahan yang sebaiknya menggunakan pendekatan sistem dalam

pengkajian harus memiliki karakteristik : (1) kompleks, (2) dinamis dan (3)

probabilistik. Terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan pokok dalam

menganalisis permasalahan dengan pendekatan sistem, yaitu : (1) sibemetik

(cybemetic), artinya berorientasi kepada tujuan, dan (2) holistik (holistic), yaitu

cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem.

Jika diklasifikasikan masalah sistem secara garis besarnya ada tiga

(Gaspersz 1992), yaitu :

(1) Untuk sistem yang belum ada, strukturnya dirancang untuk merealisasikan

rancangan yang memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan;

(2) Untuk sistem yang sudah ada (dalam kenyataan atau hanya sebagai suatu

rancangan) dan strukturnya diketahui, maka prilaku ditentukan pada basis

dari struktur yang diketahui itu (persoalan analisis sistem); dan

(3) Untuk sistem yang sudah ada (dalam kenyataan) tetapi tidak mengenalnya

serta strukturnya tidak dapat ditentukan secara langsung, maka

permasalahannya adalah mengetahui perilaku dari sistem itu serta

strukturnya (persoalan black box/kotak hitam).

Menurut Eriyatno (2003) dalam transformasi input menjadi output, perlu

dibedakan antara elemen (entity) dari suatu sistem dengan sub sistem dari

sistem itu sendiri. Sub sistem dikelompokkan dari bagian sistem yang masih

berhubungan satu dengan lainnya pada tingkat resolusi yang tertinggi,

sedangkan elemen dari sistem adalah pemisahan bagian sistem pada tingkat

resolusi yang rendah. Masing-masing sub sistem saling berinteraksi untuk

mencapai tujuan sistem. Interaksi antara sub sistem (disebut juga interface)

terjadi karena output dari suatu sistem dapat menjadi input dari sistem lain. Jika

interface antara sub sistem terganggu maka proses transformasi pada sistem

secara keseluruhan akan terganggu juga sehingga akan menghasilkan bias pada

tujuan yang hendak dicapai.

Page 32: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

40

Proses transformasi yang dilakukan oleh suatu elemen dalam sistem

dapat berupa fungsi matematik, operasi logik, dan proses operasi yang dalam

ilmu sistem dikenal dengan konsep kotak gelap (black box). Kotak gelap adalah

sebuah sistem dari rincian tidak terhingga yang mencakup struktur-struktur

terkecil paling mikro. Dengan demikian karakter kotak gelap adalah behavioristic

(tinjauan sikap). Kotak gelap digunakan untuk mengobservasi apa yang terjadi,

bukan mengetahui tentang bagaimana transformasi terjadi. Untuk mengetahui

transformasi yang terjadi dalam kotak gelap dapat dilakukan melalui tiga cara,

yaitu : (1) spesifikasi; (2) analog, kesepadanan dan modifikasi; dan (3) observasi

dan percobaan (Eriyatno 2003).

2.8 Kebijakan Pembangunan Perikanan

Pada dasarnya kebijakan dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu

kebijakan privat dan kebijakan publik (Simatupang, 2001). Kebijakan privat

adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga swasta dan tidak

bersifat memaksa kepada orang atau lembaga lain. Kebijakan publik adalah

tindakan kolektif yang diwujudkan melalui kewenangan pemerintah yang

legitimate untuk mendorong, menghambat, melarang atau mengatur tindakan

privat (individu maupun lembaga swasta).

Berangkat dari pemahaman di atas, maka kebijakan pembangunan

perikanan dapat dikelompokkan ke dalam kebijakan publik, yaitu semua

keputusan dan tindakan pemerintah untuk mengarahkan, mendorong,

mengendalikan dan mengatur pembangunan perikanan, guna mewujudkan

tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan

perikanan termasuk didalamnya pembangunan perikanan tangkap, merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional.

Dalam pembangunan perikanan, keberadaan sumberdaya ikan menjadi

sangat penting, karena sumberdaya lingkungan dan sumberdaya buatan

manusia termasuk manusianya merupakan unsur-unsur yang ada dalam

sumberdaya perikanan. Dengan demikian, pengelolaan sumberdaya perikanan

meliputi penataan pemanfaatan sumberdaya ikan, pengelolaan lingkungan serta

pengelolaan kegiatan manusia (Nikijuluw 2002). Lebih lanjut dapat dikemukakan

bahwa, upaya mengelola sumberdaya perikanan pada dasarnya secara implisit

merupakan tindakan menyusun langkah-langkah untuk membangun perikanan.

Page 33: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

41

Hal ini pula yang menyebabkan, sering kali tujuan pengelolaan sumberdaya

perikanan sama dengan tujuan pembangunan perikanan.

Tujuan pembangunan perikanan sebagaimana diamanatkan dalam

Undang-Undang Repubik Indonesia No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan,

adalah sebagai berikut :

(1) Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil.

(2) Meningkatkan penerimaan dan devisa negara.

(3) Mendorong perluasan dan kesempatan kerja.

(4) Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein hewani.

(5) Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan.

(6) Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing.

(7) Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan.

(8) Mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan

lingkungan sumberdaya ikan secara optimal.

(9) Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan tata

ruang.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, kebijakan pembangunan

perikanan Indonesia ke depan lebih ditekankan pada pengendalian perikanan

tangkap, pengembangan budidaya perikanan dan peningkatan nilai tambah

melalui perbaikan mutu dan pengembangan produk yang mengarah pada

pengembangan industri kelautan dan perikanan yang terpadu berbasis

masyarakat. Strategi yang ditempuh adalah melalui peningkatan daya saing

komoditas perikanan yang didukung dengan peningkatan sumberdaya manusia

serta pemberian akses dan kesempatan yang sama pada seluruh perilaku usaha

di bidang perikanan, sehingga mampu menghadapi persaingan global di tengah

peningkatan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dengan berbagai dimensi.

Berkaitan dengan uraian diatas, maka telah dirumuskan strategi kebijakan

pembangunan perikanan tangkap sebagaimana tercantum dalam dokumen

program jangka pendek dan program strategis perikanan tangkap 2006-2009

(DJPT 2006). Adapun kebijakan pembangunan yang dijalankan lebih diarahkan

pada upaya-upaya sebagai berikut :

(1) Menjadikan perikanan tangkap sebagai salah satu andalan perekonomian

dengan membangkitkan industri perikanan nasional.

Page 34: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

42

(2) Rasionalisasi, nasionalisasi dan modernisasi armada perikanan tangkap

secara bertahap, dalam rangka menghidupkan industri dalam negeri dan

keberpihakan kepada nelayan lokal dan perusahaan nasional.

(3) Penerapan pengelolaan perikanan (fisheries management) secara bertahap

berorientasi kepada kelestarian lingkungan dan terwujudnya keadilan.

(4) Mendorong Pemerintah Daerah untuk pro aktif mengoptimalkan seluruh

potensi sumberdaya di wilayahnya secara berkesinambungan.

(5) Rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah yang terkena bencana alam.

Kelima arah kebijakan pembangunan perikanan tangkap tersebut pada

hakekatnya mempunyai 4 (empat) tujuan utama, yaitu :

(1) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ikan secara berkelanjutan, guna

menyediakan ikan untuk konsumsi dalam negeri dan bahan baku industri.

(2) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.

(3) Meningkatkan lapangan kerja.

(4) Meningkatkan peran perikanan tangkap terhadap pembangunan perikanan

nasional.

2.9 Analisis Kebijakan Pengembangan Berkelanjutan

2.9.1 Analisis kebijakan pengembangan

Analisis pengembangan adalah analisis yang disusun berdasarkan

analisis-analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya dinyatakan

bahwa dalam analisis pengembangan ini akan terlihat sejumlah alternatif yang

ditawarkan dan dipilih mana saja yang memungkinkan untuk dikembangkan

(Rumajar et al. 2002).

Proses pengambilan keputusan atau pemilikan alternatif kebijakan dalam

suatu proses pengembangan digunakan metode Analitical Hierarchi Process

(AHP). AHP merupakan suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan

untuk menemukan skala rasio baik perbandingan pasangan yang diskrit maupun

kontinyu (Mulyono 1996).

AHP merupakan suatu metode yang sederhana dan fleksibel yang

menampung kreativitas dalam perancangan terhadap suatu masalah. Metode

menstruktur masalah dalam bentuk hierarki dan memasukkan pertimbangan-

pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. AHP dapat berfungsi

Page 35: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

43

dengan baik selama pemakai memiliki pemahaman yang baik mengenai masalah

yang dihadapi. Selanjutnya dinyatakan bahwa, kekuatan AHP terletak pada

struktur hierarki yang memungkinkan memasukkannya semua faktor penting dan

mengaturnya sampai ke tingkat alternatif. Setiap masalah dapat dirumuskan

sebagai keputusan berbentuk hierarki, kadang-kadang dengan ketergantungan

untuk mewujudkan bahwa beberapa elemen bergantung pada yang lain dan

pada saat yang sama elemen yang lain bergantung padanya. Elemen pada

setiap tingkat digunakan sebagai sifat bersama untuk membandingkan elemen-

elemen yang berada setingkat di bawahnya (Saaty 1993).

Selanjutnya Saaty (1993) menyatakan pula bahwa, AHP memberikan

kerangka yang memungkinkan untuk mengambil keputusan yang efektif untuk

persoalan yang kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempercepat

pengambilan keputusan. Pada dasarnya, metode AHP memecah suatu situasi

yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam bagian komponennya, menata

bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberi pertimbangan

numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel

dan mensitesa berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel yang memiliki

prioritas relatif yang lebih tinggi.

Penetapan prioritas berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif

dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di

atasnya. Langkah pertama untuk menyusun prioritas adalah membandingkan

kepentingan relatif dari masing-masing unsur dan menduga prioritas untuk

subfaktornya. Sintesis prioritas dilakukan untuk mendapatkan prioritas

menyeluruh subsektor dan langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan

menyeluruh untuk masing-masing faktor (Mulyono 1996).

2.9.2 Pengembangan perikanan berkelanjutan

Pengembangan berkelanjutan dapat juga diartikan sebagai laju

pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tidak melampaui

kemampuan pulih dan resultan dampak negatif yang ditimbulkan tidak melebihi

kemampuan kawasan pesisir/laut untuk menetralisirnya (Dahuri 2000).

Pengembangan perikanan tangkap juga tidak terlepas dari lingkungan

dan penggunaan teknologi alat tangkap yang berwawasan lingkungan. Menurut

Martasuganda (2002) bahwa lingkungan adalah ”lingkungan hidup” dimana arti

Page 36: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

44

dari lingkungan hidup itu sendiri adalah ”kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lainnya”, sedangkan yang dimaksud dengan

teknologi penangkapan ikan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan

berencana dalam menggunakan alat tangkap untuk mengelola sumberdaya

secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk

meningkatkan mutu hidup tanpa mempengaruhi atau mengganggu kualitas dari

lingkungan hidup.

Fauzi dan Anna (2002) menyatakan bahwa pendekatan MSY dalam

mengevaluasi pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan masih

menghadapi banyak keterbatasan, namun dapat dipakai sebagai indikator dari

status sumberdaya dan signal early warning bagi terlampaunya tingkat ekstraksi

dari yang seharusnya.

Selanjutnya juga dikatakan bahwa walaupun konsep keberlanjutan dalam

perikanan mulai dipahami, namun sampai saat ini masih menghadapi kesulitan

dalam mengevaluasi keberlanjutan pembangunan perikanan itu sendiri.

Khususnya ketika kita dihadapkan pada permasalahan mengintegrasikan

informasi dari keseluruhan aspek yang mempengaruhi keberlanjutan

sumberdaya perikanan tersebut, baik aspek ekologi, sosial, ekonomi maupun etik

secara holistik (Fauzi dan Anna 2002).

Suatu kawasan pembangunan perikanan secara ekonomis dianggap

berkelanjutan jika kawasan tersebut mampu menghasilkan barang dan jasa

secara berkesinambungan serta menghindarkan ketidakseimbangan yang

ekstrim antar sektor yang dapat mengakibatkan kehancuran produksi.

Pembangunan perikanan secara ekologis manakala basis ketersediaan stok

sumberdayanya dapat dipulihkan secara stabil dan tidak terjadi eksploitasi

berlebihan terhadap sumberdaya yang dapat diperbaharui. Pembangunan

perikanan secara sosial berkelanjutan apabila seluruh kebutuhan dasar bagi

semua penduduk terpenuhi, terjadi distribusi pendapatan, tumbuhnya

kesempatan berusaha secara adil, kesetaraan gender, dan akuntabilitas serta

partisipasi politik (Dahuri, 2002).

Muhammad (2002) juga menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya

perikanan secara berkelanjutan didasarkan pada tingkat ekologi (ecological

sustainability) dan keberlanjutan sosio-ekonomi (socioeconomic sustainability).

Page 37: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

45

Keberlanjutan ekologi didasarkan pada upaya memelihara keberlanjutan biologi

cadangan ikan (biomassa) sehingga tidak melewati daya dukungnya, yaitu

pemanfaatan sumberdaya perikanan pada tingkat Total Allowable Catch (TAC)

sebesar 80 % dari MSY. Keberlanjutan sosio-ekonomi didasarkan pada

keberlanjutan ekonomi dengan memperhatikan kesejahteraan pelaku perikanan

pada tingkat ekonomi rumah tangga nelayan.

Kegiatan produksi untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan secara

berkelanjutan memiliki tiga komponen yaitu (1) komponen biologis, (2)

pengelolaan sumberdaya dan (3) sosial-ekonomi perikanan. Ketiga komponen

tersebut saling berkaitan satu sama lainnya. Komponen biologis menjelaskan

dinamika stok ikan, komponen pengelolaan sumberdaya menjelaskan dinamika

kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, pengaturan armada

penangkapan ikan (fishing effort) dan komponen sosial-ekonomi menjelaskan

dinamika biaya dan keuntungan juragan pemilik aset dan pendapatan ABK (anak

buah kapal) dalam operasi penangkapan ikan. Kalau ketiga komponen tersebut

dapat terkontrol dengan baik, maka pengembangan usaha perikanan tangkap

dapat dilakukan secara berkelanjutan (Fauzi dan Anna 2002).

2.10 Kerangka Kerja Kelembagaan

Lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah juga mewarnai perubahan kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir

dan laut di Indonesia. Semangat otonomi, yang terkandung dalam undang-

undang tersebut melalui desentralisasi pengelolaan wilayah pesisir dan laut

kepada wilayah otonom. Sebagaimana yang dituangkan dalam undang-undang

tersebut, wilayah otonom dalam hal ini provinsi dan kabupaten/kota memiliki

otonomi dalam pengelolaan wilayah laut sejauh 12 mil dan 1/3-nya merupakan

kewenangan kabupaten/kota (Pasal 3). Kewenangan pengelolaan bagi daerah

otonom di wilayah laut tersebut lebih lanjut diuraikan dalam Pasal 10 Ayat 2,

yang meliputi (Darmawan 2002) :

(1) Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut

sebatas 12 mil laut,

(2) Pengaturan kepentingan administratif,

(3) Pengaturan tata ruang,

Page 38: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

46

(4) Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan pemerintah

daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah, dan

(5) Bantuan penegakkan keamanan dan kedaulatan negara khususnya di

laut.

Implikasi dari UU No. 22 Tahun 1999 terhadap pengelolaan sumberdaya

pesisir secara berkelanjutan dapat bersifat sinergis, namun dapat pula bersifat

sebaliknya. Implikasi akan bersifat sinergis apabila setiap pemerintah dan

masyarakat di wilayah otonom menyadari arti penting dari pengelolaan

sumberdaya pesisir secara berkelanjutan, sehingga pemanfaatan sumber daya

alam pesisir dilakukan secara bijaksana dengan menerapkan kaidah-kaidah

pembangunan berkelanjutan. Implikasi negatif akan muncul apabila setiap

daerah berlomba-lomba mengeksploitasi sumberdaya pesisir tanpa

memperhatikan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan (Darmawan 2002).

Menurut Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO 1995), Pasal

10-integrasi perikanan ke dalam pengelolaan wilayah pesisir mengenai kerangka

kerja kelembagaan terdiri dari :

(1) Negara-negara harus menjamin suatu kerangka kebijakan, hukum dan

kelembagaan yang tepat, diadopsi untuk mencapai pemanfaatan

sumberdaya yang lestari dan terpadu dengan memperhatikan

kerentanan ekosistem pesisir dan sifat terbatasnya sumber daya

alamnya serta keperluan komunitas pesisir,

(2) Mengingat sifat multiguna kawasan pesisir, negara harus memastikan

bahwa wakil sektor perikanan dan komunitas penangkapan dimintakan

pendapat dalam proses pengambilan keputusan dan dilibatkan dalam

kegiatan lainnya yang berkaitan dengan perencanaan pengelolaan dan

pembangunan kawasan pesisir,

(3) Negara-negara harus mengembangkan kerangka kelembagaan dan

hukum seperlunya dalam rangka menetapkan pemanfaatan yang

mungkin menyangkut sumberdaya pesisir dan mengatur akses ke

sumber daya tersebut dengan memperhatikan hak nelayan pesisir dan

praktek turun temurun yang serasi dengan pembangunan yang

berkelanjutan,

Page 39: 2 TINJAUAN PUSTAKA · 2015-09-03 · 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengelolaan Perikanan Tangkap . Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan

47

(4) Negara-negara harus memberikan kemudahan pengadopsian praktek

perikanan yang menghindari sengketa di antara para pengguna

sumberdaya perikanan dan di antara mereka serta para pengguna

lainnya dari kawasan pesisir, dan

(5) Negara-negara harus menggiatkan penetapan prosedur dan mekanisme

pada tingkat administratif yang tepat untuk menyelesaikan sengketa

yang timbul di dalam lingkup sektor perikanan dan di antara para

pengguna sumberdaya perikanan dengan para pengguna kawasan

pesisir lainnya.