Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

25
vTugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains D I S U S U N OLEH : KELOMPOK : III (Tiga) NAMA / NIM : ANDRIAN SINULINGGA 409321005 ATIKA FEBRINA SIANTURI 409321011 HERMANTO 409321026 IRDES HIDAYANA SIREGAR 409321030 JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA EKSTENSI 2009 MATA KULIAH : MANAJEMENT PEMBELAJARAN SAINS

description

Kepemimpinan Tenaga Pembelajaran

Transcript of Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

Page 1: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

vTugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

KELOMPOK : III (Tiga)

NAMA / NIM : ANDRIAN SINULINGGA 409321005

ATIKA FEBRINA SIANTURI 409321011

HERMANTO 409321026

IRDES HIDAYANA SIREGAR 409321030

JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA EKSTENSI 2009

MATA KULIAH : MANAJEMENT PEMBELAJARAN SAINS

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2013

Page 2: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

KEPEMIMPINAN TENAGA PEMBELAJARAN

A. KONSEP KEPEMIMPINAN

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang

yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Untuk mendapatkan gambaran tentang

arti kepemimpinan, berikut ini dikemukakan beberapa defenisi kepemimpinan menurut para

ahli yaitu :

D.E. McFarland (1978), mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

suatu proses di mana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau

pengaruh, bimbingan atau proses memengaruhi pekerjaan orang lain

dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

J.M. Pfiffner (1980), mengemukakan bahwa kepemimpinan seni

mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Oteng Sutisna (1983), mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi social untuk menciptakan

bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan

dengan berbuat begitu membangkitkan kerja sama kea rah tercapainya

tujuan.

Soepardi (1988), mendefenisikan kepemimpinan sebagai “kemapuan

untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak,

mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah,

melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan

maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam

rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien”.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup

tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karateristiknya,

Page 3: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut

berinteraksi.

2. Ciri-ciri Pemimpin

Seorang pemimpin memiliki ciri-ciri yang dimana kelima ciri di bawah ini

merupakan hal yang sangat penting, sedangkan enam ciri berikutnya meski tidak terlalu

penting, akan tetapi ciri tersebut dapat menunjang keberhasilan seorang pemimpin. Pemimpin

yang memiliki 11 ciri di atas secara total dapat menggerakkan dan mengarahkan kelompok

lebih berkembang dan dinamis. Ciri-ciri seorang pemimpin tersebut adalah :

1. Mempunyai sifat empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi diri

pada kedudukan orang lain. Ini penting, terutama dalam berkomunikasi, sebab bila

empati kecil akan terjadi barier atau rintangan yang besar. Umumnya jika seorang

pemimpin punya egoisme tinggi, empatinya akan rendah.

2. Pemimpin harus menjadi bagian dari kelompoknya, artinya bahwa keberadaan

pemimpin dalam kelompok harus ditandai oleh pengakuan  dari para anggotanya.

3. Arif, bijaksana, dan penuh pertimbangan, artinya pemimpin harus

mempertimbangkan kebutuhan, perasaan orang lain, dan peduli terhadap masalah

orang lain. Penuh pertimbangan terhadap aktifitas anggotanya, dan

mempertimbangkan segala sesuatunya harus berpihak pada anggota , bukan pada

dirinya, akan tetapi juga bukan berarti banyak kebijaksanaan.

4. Lincah (surgency), dalam arti bahwa pemimpin harus selalu gembira, antusias, senang

bicara, dinamis, dan ringan kaki atau ringan langkah.

5. Emosi yang stabil, yaitu ditandai dengan emosi yang tidak berfluktuasi atau tidak

meledak-ledak. Artinya, pola emosi atau temperamen yang mantap, misalnya tidak

mudah marah, tidak mudah tersinggung, sehingga dapat dijadikan pedoman perilaku

oleh para anggotanya.

6. Ambisi untuk memimpin, artinya bahwa ambisi merupakan sumber motifasi dari

dalam diri seseorang, yang jika ditambah dengan dorongan dari luar akan memperkuat

hasrat sendiri untuk memberikan layanan dan pengabdian diri pada kepentingan orang

banyak.

7. Berkompeten, artinya mampu untuk menjadi pemimpin, becus, bisa diandalkan dalam

melaksanakan tugas.

Page 4: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

8. Mempunyai kecerdasan tinggi, yaitu bisa memecahkan masalah dengan cepat dan

tepat. Bukan IQ yang tinggi, karena tidak selalu mampu dengan cepat memecahkan

masalah. Mungkin EQ dan SQ juga diperlukan untuk melengkapi.

9. Mempunyai sifat konsisten, artinya bahwa seorang pemimpin cara berfikir dan

bertindaknya harus konsisten. Antara ucapan dan tindakannya sama.

10. Mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, tidak cepat bingung dalam  menghadapi

masalah, mempunyai keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan semua

perilaku yang dikerjakan, tahu ke mana dengan persis arah yang hendak dituju, serta

pasti memberikan manfaat pada diri sendiri maupun bagi anggotanya.

11. Mempunyai kemampuan berbagi kepemimpinan, artinya (1) bahwa pemimpin punya

kemampuan untuk mendelegasikan kewenangan secara proporsional pada

bawahannya atau distribusi kewenangan merata (polymorphic), dan tidak boleh hanya

memusat kewenangan itu hanya pada pucuk pimpinan atau monomorphic.

3. Persyaratan atau Sifat Pemimpin

Menurut Sudarwan Danin, seseorang yang menjalankan fungsi kepemimpinan

setidaknya memiliki persayaratan atau sifat-sifat sebagai berikut:

1) Berdakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2) Memiliki inteligensi yang tinggi

3) Memiliki fisik yang kuat

4) Berpengetahuan luas

5) Percaya diri

6) Dapat menjadi anggota kelompok

7) Adil dan bijaksana

8) Tegas dan berinisiatif

9) Berkapasitas membuat keputusan

10) Memiliki kestabilan emosi

11) Sehat jasmani dan rohani

12) Bersifat prospektif

B. GAYA KEPEMIMPINAN DAN PENERAPANNYA

1. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi

para pengikutnya. Menurut Thoha (1995) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku

Page 5: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang

lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi di antara orang yang

akan mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting

kedudukannya.

Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilkau seorang pemimpin yang khas

pada saat mempengaruhi anak buahnnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan,

cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya

kepemimpinannya. Secara teoritis telah banyak dikenal gaya kepemimpinan, namun gaya

mana yang terbaik tidak mudah untuk ditentukan. Untuk memahami gaya kepemimpinan,

sedikitnya dapat dikaji dari tiga pendekatan utama, yaitu pendekatan sifat, perilaku, dan

situasional.

a. Pendekatan Sifat

Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil.

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa individu merupakan pusat kepemimpinan.

Kepemimpinan dipandang sebagai sesuatu yang mengandung lebih banyak unsur individu,

terutama pada sifat-sifat individu. Penganut pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan

sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil.

Menurut Sutisna (1993), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat tertentu,

seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial, pada kepemimpinan yang efektif. Sifat-

sifat pribadi yang tak terpisahkan ini seperti inteligensi, dianggap bisa dialihkan dari satu

situasi ke situasi yang lain. Karena tidak semua orang memiliki sifat-sifat ini, hanyalah

mereka ynag memiliki ini yang bisa dipertimbangkan untuk menenpati kedudukan

kepemimpinan.

Dengan demikian, ada seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat bawaan yang

membedakannya dari yang bukan pemimpin. Pendekatan ini menyarankan beberapa syarat

yang harus dimiliki pemimpin yaitu :

1) Kekuatan fisik dan susunan syaraf.

2) Penghayatan terhadap arah dan tujuan.

3) Antusiasme.

4) Keramah-tamahan.

5) Integritas.

6) Keaahlian teknis.

7) Kemampuan mengambil keputusan.

Page 6: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

8) Intelegensi.

9) Keterampilan memimpin.

10) Kepercayaan (Tead, 1963).

Pendekatan sifat tampaknya tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan di sekitar

kepemimpinan. Sebagai contoh, adakah kombinasi optimal dari sifat kepribadian dalam

menentukan keberhasilan pemimpin. Adakah sifat-sifat kepribadian itu mampu

mengindikasikan kepemimpinan yang potensial? Adakah karateristik itu dapat dipelajari atau

telah ada sejak seseorang lahir? Ketidakmampuan pendekatan ini dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut menyebabkab banyak kritik yang yang dating dari berbagai

pihak.

b. Pendekatan Perilaku

Setelah pendekatan sifat kepribadian tidak mampu memberikan jawaban yang

memuaskan, perhatian para pakar berbalik dan mengarahkan studi mereka kepada perilaku

pemimpin. Studi ini memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin

dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain (pengikut). Pendekatan perilaku kepemimpinan

banyakmembahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin.

c. Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku keduanya menyoroti

perilaku kepemimpinan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan

fungsi situasi daripada sebagai kualitas pribadi, dan merupakan suatu kualitas yang timbul

karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu.

Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari beberapa variabel

yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan menentukan gaya kepemimpinan yang

paling cocok. Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepmimpinan yang paling

efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Ada beberapa studi kepemimpinan yang

menggunakan pendekatan ini.

Teori Kepemimpinan Kontingensi

Teori ini dikembangkan oleh Fiedler and Chemers, berdasarkan hasil penelitiannya

tahun 1950, disimpulkan bahwa seseorang menjadi pemimpin bukan saja karena faktor

kepribadian yang dimiliki tetapi juga karena berbagai faktor situasi dan saling hubungan

antara pemimpin dengan situasi. Keberhasilan pemimpin bergantung baik dari diri pemimpin

maupun kepada keadaan organisasi. Menueurt Fiedler tak ada gaya kepemimpinan yang

cocok untuk semua situasi, serta ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu hubungan

antara pemimpin dan bawahan, struktur tugas serta kekuasaan yang berasal dari organisasi.

Page 7: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

Ketiga faktor tesebut sesungguhnya merupakan tiga dimensi dalam situasi yang

mempengaruhi gaya kepemimpinan.

1) Hubungan antara pemimpin dengan bawahan.

Hubungan ini sangat penting bagi pemimpin, karena hal ini menentukan

bagaimana pemimpin diterima oleh anak buah. Pada umumnya hal inididasarkan

pada persepsi pemimpin mengenai suasana kelompok.

2) Struktur tugas.

Dimensi ini berhubungan dengan seberapa jauh tugas merupakan pekerjaan rutin

atau tidak. Apabila stuktur tugas cukup jelas maka prestasi setiap orang lebih

mudah diawasi, serta tanggung jawab setiap orang lebih pasti.

3) Kekuasaan yang berasal dari organisasi.

Dimendi ini menunjukkan sampai sejauh mana pemimpin mendapat kepatuhan

anak buahnya, dengan menggunakan kekuasaan yang bersumber dari organisasi.

Pemimpin yang menerima kekuasaan yang jelas dari organisasi akan mendapat

kepatuhan lebih dari bawahan.

Berdasarkan tiga dimensi tersebut, Fiedler menentukan dua jenis gaya

kepemimpinan dan dua tingkat yang menyenangkan.

Pertama, gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas, yaitu ketika pemimpin

merasa puas jika tugas bisa dilaksanakan.

Kedua, gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan kemanusiaan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung pada

tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kondisi yang

menyenangkan dalam situasu tertentu.

Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi

Teori ini dikemukakan oleh Reddin, seorang guru besar Universitas New Runswick,

Canada. Menurutnya ada tiga dimensi yang dapat dipakai untuk menentukan gaya

kepemimpinan, yaitu perhatian pada produksi atau tugas, perhatian pada orang, dan dimensi

efektivitas. Gaya kepemimpinan Reddin sama dengan jaringan manajemen, memiliki empat

gaya dasar kepemimpinan, yaitu integrated, related, separated, dan dedicated. Reddin

mengatakan bahwa keempat gaya tersebut dapat menjadi efektif atau tidak efektif, tergantung

pada situasi. Keempat gaya dasar tersebut jika dilihat dari segi efektif akan menjadi tujuh

gaya kepemimpinan.

Ketujuh gaya tersebut adalah gaya dasar integrated yang jika diekspresikan dalam

situasi yang efektif akan menjadi gaya eksekutif; gaya dasar integrated jika diekspresikan

Page 8: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

dalam situasi yang tidak efektif akan menjadi gaya compromiser; gaya dasar separated jika

diekspresikan dalam situasi yang efektif akan menjadi gaya bureaucrat; gaya dasar separated

jika diekspresikan dalam situasi yang tidak efektif akan menjadi gaya deserter; gaya dasar

dedicated, bisa diekspresikan dalam situasi yang efektif akan menjadi gaya benevolent

autrocrat; gaya dasar related jika diekspresikan dalam situasi yang efektif akan menjadi gaya

developer; dan gaya dasar related jika diekspresikan dalam situasi yang tidak efektif akan

menjadi gaya missionary.

Gaya kepemimpinan tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam gaya efektif dan

tidak efektif sebagai berikut.

1. Gaya Efektif

Executive; gaya ini menunjukkan adanya perhatian baik kepada tugas maupun kepada

hubungan kerja dalam kelompok. Pimpinan berusaha memotivasi anggota dan menetapkan

standar kerja yang tinggi serta mau mengerti perbedaan individu, dan menenmpatkan

individu sebagai manusia.

Developer;

Gaya ini memberikan perhatian yang cukup tinggi terhadap hubungan kerja dalam

kelompok dan perhatian minimum terhadap tugas pekerjaan. Pimpinan yang menganut gaya

ini sangat memperhatikan pengembangan individu.

Benevolent Authocrat;

Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap tugas dan rendah dalam

hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini mengetahui secara tepat apa yang ia

inginkan dan bagaimana memperoleh yang diinginkan tersebut tanpa menyebabkan

ketidakseganan di pihak lain.

Birokrat;

Gaya ini memberikan perhatian yang rendah terhadap tugas maupun terhadap

hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini menerima setiap peraturan dan berusaha

memeliharanya dan melaksanakannya.

2. Gaya yang tidak Efektif

Compromiser;

Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi pada tugas maupun pada hubungan kerja.

Pemimpin yang menganut gaya ini merupakan pembuat keputusan yang tidak efektif dan

sering menemui hambatan dan masalah.

Missionary;

Page 9: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

Gaya ini member perhatian yang tinggi pada hubungan kerja dan rendah pada tugas.

Pemimpin yang menganut gaya ini hanya tertarik pada keharmonisan dan tidak bersedia

mengontrol hubungan meskipun tujuan tidak tercapai.

Autocrat;

Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi pada tugas dan rendah pada hubungan.

Pemimpin yang menganut gaya ini selalu menetapkan kebijaksanaan dan keputusan sendiri.

Deserter;

Gaya ini member perhatian yang rendah pada tugas dan hubungan kerja. Pemimpin

yang menganut gaya ini hanya mau memberikan dukungan dan memberikan struktur yang

jelas serta tanggung jawab, hanya pada waktu yang dibutuhkan.

Teori Kepemimpinan Situasional

Teori ini merupakan pengembangan dari model kepemimpinan tiga dimensi, yang

didasarkan pada hubungan antara tiga faktor yaitu, perilaku tugas (Task behavior), perilaku

hubungan (Relationship behavior), dan kematangan (Maturity). Perilaku tugas merupakan

pemberian petunjuk oleh pemimpin terhadap anak buah meliputi penjelasan tertentu, apa

yang harus dikerjakan, bilamana, dan bagaimana mengerjakannya, serta mengawasi mereka

secara ketat. Perilaku hubungan merupakan ajakan yang disampaikan oleh pemimpin melalui

komunikasi dua arah yang meliputi mendengar dan melibatkan anak buah dalam pemecahan

masalah. Adapun kematangan adalah kemampuan dan kemauan anak buah dalam

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya. Dari ketiga faktor

tersebut, tingkat kematangan anak buah merupakam faktor yang paling dominan. Karena itu,

tekanan utama dari teori ini terletak pada perilaku pemimpin dalam hubungannya dengan

anak buah.

Menurut teori ini gaya kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat

kematangan anak buah, makin matang anak buah, pemimpin harus mengurangi perilaku tugas

dan menambah perilaku hubungan. Selanjutnya, pada saat anak buah mencapai tingkat

kematngan penuh dan sudah dapat mandiri, pemimpin sudah dapat mendelegasikan

wewenang kepada anak buah.

Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat kematangan

anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan adalah

sebagai berikut :

1. Gaya Mendikte (Telling)

Page 10: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah, dan

memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas. Gaya ini disebut mendikte karena

pemimpin dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan di mana tugas dilakukan.

Gaya ini menekankan pada tugas, sedangkan hubungan hanya dilakukan sekedarnya saja.

2. Gaya Menjual (Selling)

Gaya ini diterapkan apabila kondisi anak buah dalam taraf rendah sampai moderat.

Mereka telah memiliki kemauan untuk melakukan tugas, tetapi belum didukung oleh

kemampuan yang memadai. Gaya ini disebut menjual karena pemimpin selalu memberikan

petunjuk yang banyak. Dalam tingkat kematangan anak buah seperti ini diperlukan tugas

serta hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan meningkatkan kemauan yang telah

dimiliki.

3. Gaya Melibatkan (Participating)

Gaya ini diterapkan apabila tingkat kematangan anak buah berada pada taraf

kematangan moderat sampai tinggi. Mereka mempunyai kemampuan, tetapi kurang memiliki

kemauan kerja dan kepercayaan diri. Gay ini disebut mengikut sertakan karena pemimpin

dengan anak buah bersama-sama berperan di dalam proses pengambilan keputusan. Dalam

kematangan seperti ini, upaya tugas tidak diperlukan, namun upaya hubungan perlu

ditingkatkan dengan membuka komunikasi dua arah.

4. Gaya Mendelegasikan (Delegating)

Gaya ini diterapkan jika kemampuan dan kemauan anak buah telah tinggi. Gaya ini

disebut mendelegasikan karena anak buah dibiarkan melaksanakan kegiatan sendiri, melalui

pengawasan umum. Hal biasa dilakukan jika anaka buah berada pada tingkat kedewasaan

yang tinggi. Dalam tingkat kematangan seperti ini upaya tugas hanya diperlukan sekedarnya

saja, demikian pula upaya hubungan.

Secara rinci Siagian (1994: 27) membagi lima gaya kepemimpinan yang secara luas

dikenal dewasa ini, yaitu :

1. Tipe Otokratik

Pemimpin yang otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang dapat dipandang

sebagai karakteristik yang negatif. Di lihat dari persepsinya, seorang pemimpin yang

otokratik adalah seorang yang sangat egois. Sikap egoisme tersebut akan memberi tekanan

kepada bawahannya. Sehingga kedisiplinan yang tertanam berdasarkan rasa ketakutan, bukan

disiplin yang sudah semestinya dijalankan.

Kepemimpinan otokratik mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak

harus dipatuhi. Pemimpinnya sangat berambisi untuk merajai situasi, setiap perintah dan

Page 11: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

bijakan ditetapkan tanpa konsultasi dengan bawahan. Meski pemimpin otokratik selalu

berdiri jauh dari kelompoknya, jadi ada sikap menyisihkan diri dan eksklusivisme. Pemimpin

otokratik senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal, dan merajai keadaan.Dalam Veithzal

Rivai, sikap-sikap pemimpin otokrat dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Kurang mempercayai anggota kelompoknya

2) Otoriter

3) Hanya dengan imbalan materi sajalah yang mampu mendorong orang untuk

bertindak.

4) Kurang toleransi terhadap kesalahan yang dilakukan anggota kelompok

5) Peka terhadap perbedaan kekuasaan

6) Kurang perhatian kepada anggota kelompoknya

7) Memberikan kesan seolah-olah demokratis

8)Mendengarkan pendapat anggota kelompoknya semata-mata hanya untuk

menyenangkan

9) Senantiasa membuat keputusan sendiri.

Dengan persepsi, nilai-nilai, sikap dan perilaku demikian, seorang pemimpin yang

otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan yang :

1) Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya

2) Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan

3) Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi

4) Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh

bawahan

Harus diakui, bahwa hanya efektifitas semata-mata yang diharapkan dari seorang

pemimpin dalam mengemudikan jalannya organisasi, tipe otokratik mungkin mampu

menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinannya dengan baik.Akan tetapi yang

dipermasalahkan di sini adalah tekanan yang dirasakan oleh para bawahan, sehingga disiplin

ketat berjalan karena rasa takut dari paksaan atasan bukan karena berdasarkan keyakinan

bahwa tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai.

Maka dari itu, kepemimpinan yang otokratik sangat dikaitkan dengan kekuasaan

mengambil tindakan yang punitif. Biasanya, apabila kekuasaan mengambil tindakan punitif

itu tidak lagi dimilikinya, ketaatan para bawahan segera mengendor dan disiplin kerjapun

segera mengendor.

2. Tipe Paternalistik

Page 12: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

Gaya paternalistik adalah gaya kepemimpinan dari pemimpin yang bersifat

tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,

seperti:

1) Kuatnya ikatan primordial,

2) Sistem kekeluargaan,

3) Kehidupan masyarakat yang komunalistik,

4) Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat,

5) Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota

masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya.

Salah satu ciri utama dari masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang

ditujukan oleh para anggota kepada seseorang yang dituakan.Orang yang dituakan, dihormati

terutama karena orang yang demikian biasanya memproyeksikan sifat-sifat dan gaya hidup

yang pantas dijadikan teladan atau panutan oleh para anggota masyarakat lainnya. Biasanya

orang yang dituakan terdiri dari tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru.

Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternialistik,

mempunyai sifat tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap

kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Akan tetapi, legitimasi kepemimpinannya berarti

penerimaan atas perannya yang dominan dalam kehidupan organisasional.Selain dari itu,

Kartini Kartono juga mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan ini merupakan tipe yang

kebapakan, dengan sifat-sifat :

1) Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau

anak sendiri yang perlu dikembangkan

2) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective)

3) Jarang bisa memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan

sendiri

4) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

berinisiatif

5) Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan

pada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan karya kreatifitas

mereka sendiri

6) Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.

Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan.

Akan tetapi ditinjau dari segi sifat-sifat negatifnya pemimpin paternalistis kurang

menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.

Page 13: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

3. Tipe Kharismatik

Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang pemimpin yang dikagumi oleh

banyak pengikut, meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara

konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.Pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan

energi, daya tarik, dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga

ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa

dipercaya.

Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab

mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti

ini mempunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat

besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin

seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab karena kurangnya seorang pemimpin yang

karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan

kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan,

profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin

karismatis.

4. Tipe Laissez Faire

Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “Ketua Dewan” yang

sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggungjawab serta

pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya.

Seorang pemimpin yang Laissez Faire melihat perannya sebagai “polisi lalu lintas”

dengan anggapan para anggota organisasi mengetahui dan cukup dewasa untuk taat kepada

peraturan permainan yang berlaku. Seorang pemimpin yang Laissez Faire cenderung memilih

peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa

banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan.Ada beberapa ciri

yang terdapat dalam diri pemimpin tersebut:

1) Tidak yakin pada kemampuan sendiri

2) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok

3) Tidak berani menanggung resiko

4) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok

Dapat juga diartikan bahwa pemimpin laissez faire bukanlah seorang pemimpin dalam

pengertian yang sebenarnya. Semua anggota yang dipimpinnya bersikap santai-santai, dan

bermoto “lebih baik tidak usah bekerja saja”. Mereka menunjukkan sikap acuh tak acuh.

Sehingga kelompok tersebut praktis menjadi tidak terbimbing dan tidak terkontrol.

Page 14: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

5. Tipe Demokratik

Tipe kepemimpinan demokratis dapat juga disebut sebagai pemimpin yang

partisipatif, selalu berkomunikasi dengan kelompok mengenai masalah-masalah yang

menarik perhatian mereka dan mereka dapat menyumbangkan sesuatu untuk

menyelesaikannya serta ikut serta dalam penetapan sasaran.

Pemimpin tipe ini, menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan

sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota

kelompok bukan sebagai majikan dan buruh, tetapi sebagai saudara tua di antara teman-

temannya atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya, ia selalu berpangkal pada

kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta

kemampuan kelompoknya.

Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan mengharapkan saran-saran dari

kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggota diterimanya sebagai

umpan balik dan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya. Adapun ciri

pemimpin yang demokrat meliputi :

1) Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok

2) Selalu menjelaskan sebab-sebab keputusan yang dibuat sendiri kepada kelompok

3) Feed back dijadikan sebagai salah satu masukan yang berharga

4) Mengkritik dan memuji secara obyektif.

Jika model kepemimpinan dapat disinonimkan dengan tipe, dari sini dapat dijelaskan

sendiri mengenai gaya kepemimpinan, yakni :

a. Pencari kegembiraan

Adalah orang-orang yang mengambil resiko, ketika marah menjadi agresif atau pasif,

adalah pendiri dan pencipta, memiliki artikulasi verbal dan banyak bicara, antusias,

termotivasi dan suka akan kesenangan, suka menghibur, bersemangat menolong orang lain,

terkadang sulit diorganisir dan suka melompat-lompat dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

b. Pencari rinci/detail

Adalah orang-orang yang menanyakan bagaimana, akan menanyakan detail secara

spesifik, mengukur banyak waktu yang anda gunakan dalam proyek, sensitif dan akurat,

perfeksionis, berkonsentrasi pada detail, mengecek keakuratan, mengikuti petunjuk dan

standar, menyukai struktur dan pemikir praktis, mematuhi otoritas, bekerja pelan tapi pasti.

c. Pencari hasil

Adalah orang-orang yang bertanya tentang apa dan kapan, membuat pernyataan,

memberitahukan orang lain tentang apa yang harus dilakukan, tidak mentolerir kesalahan,

Page 15: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

tidak memiliki perasaan pada orang lain, menyepelekan saran dari orang lain, berani

menghadapi resiko, sanggup berkompetensi, bermain untuk menang, menerima tantangan,

percaya diri, terkontrol, tidak suka kelambanan, dan mandiri.

d. Pencari keharmonisan

Adalah orang bertanya mengapa, mempertahankan hubungan, tipe pembimbing/tipe

keibuan, memiliki masalah-masalah dunia, kalem (calm), tidak suka mengambil inisiatif,

loyal, penuh perhatian, posesif, suka orang lain, tetap tinggal pada satu tempat, penyabar, dan

memiliki kehangatan, konsentrasi pada tujuan, pendengar yang baik, pengambil keputusan

yang lamban, tidak suka konflik interpersonal, takut akan ketidakharmonisan dan takut salah.

2. Penerapan Tipe Kepemimpinan

Dalam penerapannya, kepemimpinan yang baik justru tidak dihasilkan oleh satu

macam tipe kepemimpinan tertentu melainkan oleh kemampuan untuk tahu "kapan"

menggunakan tipe kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang diperlukan.

Semakin terbiasa seorang mengambil posisi play maker, semakin matang gaya

kepemimpinannya. Dulu kepemimpinan seseorang terbentuk secara pasif dan alamiah melalui

proses panjang. Namun saat ini hal tersebut dapat di konstruksi secara sengaja, apabila

diinginkan.

Daniel Goleman, ahli di bidang EQ, melakukan penelitian tentang tipe-tipe

kepemimpinan dan menemukan ada 6 (enam) tipe kepemimpinan. Penelitian itu

membuktikan pengaruh dari masing-masing tipe terhadap iklim kerja perusahaan, kelompok,

divisi serta prestasi keuangan perusahaan. Namun hasil penelitian itu juga menunjukkan,

hasil kepemimpinan yang terbaik tidak dihasilkan dari satu macam tipe. Yang paling baik

justru jika seorang pemimpin dapat mengkombinasikan beberapa tipe tersebut secara

fleksibel dalam suatu waktu tertentu dan yang sesuai dengan bisnis yang sedang dijalankan.

Memang, hanya sedikit jumlah pemimpin yang memiliki enam tipe tersebut dalam

diri mereka. Pada umumnya hanya memiliki 2 (dua) atau beberapa saja. Penelitian yang

dilakukan terhadap para pemimpin tersebut juga menghasilkan data, bahwa pemimpin yang

paling berprestasi ternyata menilai diri mereka memiliki kecerdasan emosional yang lebih

rendah dari yang sebenarnya. Pada umumnya mereka menilai bahwa dirinya hanya memiliki

satu atau dua kemampuan kecerdasan emosional. Namun yang paling ironi adalah pemimpin

yang payah justru menilai diri mereka secara “lebih” berlebihan dengan menganggap bahwa

mereka punya 4 (empat) atau lebih kemampuan kecerdasan emosional.

Page 16: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

Dilihat dari kacamata psikologis, bahwa orang yang gemar bermain kuasa pada

umumnya dahulu di masa kecilnya terlalu dimanja atau terlalu tertekan. Maka setelah

dewasa, ketika orang tersebut menjadi pemimpin tidak mampu membuang traumanya.

Suasana manja dan tertekan dan sistem resistansinya kemudian menyusup ke bawah sadarnya

menjadi program pengontrol bagi sikapnya sehari-hari di kala mereka dewasa. Bentuknya

antara lain kompensasi semu, merasa paling bagus, paling hebat, tidak mau disaingi,

temperamennya cepat marah, dan sifat-sifat negatif lainnya. Untuk menjaga kehebatannya,

jika ada serangan terhadap dirinya, maka serangan itu harus dihancurkan. Dan jika tidak

mampu, jangan ditanggapi bahkan pura-pura tidak tahu, supaya kehebatannya tidak

tertandingi.

Daftar Pustaka

Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi Ke Lembaga

Akademik. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Page 17: Tugas Makalah Manajemen Pembelajaran Sains 4

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Siagian, Sindang P. 1994.Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

http://makalah-ibnu.blogspot.com/2010/01/modelgaya-kepemimpinan-dan-

penerapannya.html)

http://den-ayu23.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-kepemimpinan.html)