Tugas Makalah Karet

19
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH TEKNOLOGI SERAT, KARET, GUM DAN RESIN TEKNOLOGI PENGOLAHAN CRUMB RUBBER Dosen: Dr Endang Warsiki, STP, MT Oleh : Kelompok 7 Rizky R. Febrinda F34120095 Dillan Guciasamano F34120098 Icha Pebriyanti F34120108 Annizsa Winneta P. F34120109 Amanda D. Gebrina F34120110

description

Teknologi Pengolahan Crumb Rubber

Transcript of Tugas Makalah Karet

Page 1: Tugas Makalah Karet

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH TEKNOLOGI SERAT, KARET, GUM DAN RESIN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN CRUMB RUBBER

Dosen: Dr Endang Warsiki, STP, MT

Oleh :

Kelompok 7

Rizky R. Febrinda F34120095Dillan Guciasamano F34120098Icha Pebriyanti F34120108 Annizsa Winneta P. F34120109Amanda D. Gebrina F34120110

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2015

Page 2: Tugas Makalah Karet
Page 3: Tugas Makalah Karet

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara produsen karet alam kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Karet alam termasuk salah satu komoditas agroindustri strategis karena berperan sebagai penghasil devisa Indonesia pada sub-sektor perkebunan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pada tahun 2006, produksi karet alam mencapai 2,64 juta ton, lebih dari 90% nya (2,45 juta ton) adalah jenis Crumb Rubber yang dihasilkan oleh sekitar 115 pabrik Crumb Rubber di seluruh Indonesia. Industri Crumb Rubber (karet remah) memiliki arti yang sangat penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Sebagai gambaran pada tahun 2006, industri crumb rubber berhasil meraup devisa ekspor senilai US$ 3,77 Milyar, hampir 50% dari nilai ekspor produk pertanian. Tenaga kerja yang terserap di bidang produksi crumb rubber mencapai + 100.000, sedangkan dibidang penyediaan bahan baku (petani karet) lebih dari 6 juta orang, belum termasuk para pedagang pengumpul. Luas areal tanaman karet di Indonesia pada saat ini 3,309 juta ha, dimana 84,49% (2,796 ha) merupakan perkebunan rakyat. Oleh karena itu, maju mundurnya kinerja industri karet alam di dalam negeri akan memberikan dampak yang cukup luas bagi kesejahteraan rakyat.

Dengan karakteristik sebagian besar karet alam Indonesia dihasilkan dari perkebunan rakyat, ekspor karet alam Indonesia didominasi oleh karet remah (crumb rubber) yakni sebesar 95.63%, sisanya diekspor dalam bentuk RSS (Rubber Smoke Sheet), lateks pekat dan lainnya berturut turut sebesar 3.87%, 0.46%, dan 0.04%. Crumb rubber adalah karet kering yang proses pengolahannya melalui tahap peremahan. Bahan baku berasal dari lateks yang diolah menjadi koagulum dan dari lump. Bahan baku yang paling dominan adalah lump karena pengolahan crumb rubber bertujuan untuk mengangkat derajat bahan baku mutu rendah menjadi produk yang lebih bermutu.

Menurut data International Rubber Study Group (2007), dalam kurun waktu 5 tahun terakhir konsumsi karet alam di dalam negeri meningkat rata-rata sebesar 10,98 % per tahun, sedangkan di dunia internasional meningkat rata-rata 4,72 % per tahun. Peningkatan harga minyak bumi yang sangat tajam di pasaran internasional, menyebabkan permintaan terhadap karet alam naik pesat, karena karet sintetis yang bahan bakunya berasal dari fraksi minyak bumi harganya ikut meningkat tajam. Terkait dengan hal itu beberapa lembaga perkaretan internasional memprediksi permintaan karet alam dunia ke depan akan meningkat lebih tinggi yaitu pada tahun 2007 diperkirakan sebesar 6,2 % dan tahun 2008 sebesar 7,5 %.

Peluang yang cerah bagi perkaretan nasional tentunya hanya bisa diraih jika Indonesia mampu meningkatkan kinerja agroindustri karetnya, antara lain melalui peningkatan mutu crumb rubber. Terkait dengan itu, akhir-akhir ini banyak muncul keluhan (complaint) dari beberapa pihak pengimport karet alam (terutama pabrik ban) terhadap mutu Crumb Rubber asal Indonesia, karena disinyalir mengandung kontaminan kimiawi yang sangat berpengaruh terhadap mutu produk karet hilirnya.

Page 4: Tugas Makalah Karet

Tujuan

Tujuan pembuatan makalah teknologi pengolahan crumb rubber ini adalah mengetahui produk olahan karet berupa crumb rubber, mengetahui proses produksi crumb rubber, mengetahui dampak pembuatan produk crumb rubber terhadap lingkungan, dan aplikasi crumb rubber di Indonesia.

PEMBAHASAN

Karet

Karet (Hevea brasilliensis) termasuk dalam genus Hevea dan famili Euphorbiaceae. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan lateks. Karet merupakan tumbuhan tripoliat di mana setiap tangkai mempunyai tiga helai daun yang memiliki bentuk hampir lonjong hingga lonjong. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun 3-10 cm. Daun karet membentuk suatu susunan yang disebut payung. Pertumbuhan karet akan berhenti untuk sementara waktu bila telah terbentuk satu susunan payung.

Dalam satu pohon, karet memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Tanaman dewasa dapat menghasilkan 2000 biji per pohon setiap tahu, dan diduga 1500 biji merupakan hasil penyerbukan silang. Ukuran biji besar dengan kulit keras, warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.

Tanaman karet dimanfaatkan getahnya sebagai lateks yang dapat digunakan untuk berbagai bahan olahan karet. Dalam Tim Penulis Penebar Swadaya (1999), terdapat beberapa macam karet alam yang dikenal, di antaranya bahan olahan. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah:

a. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar)b. Lateks pekatc. Karet bongkah atau block rubberd. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pole crepe,

estate brown crepe, compo crepe, thin brown crepe remills, thick blanket crepe ambers, flat bark crepe, pure smoke blanket crepe dan off crepe

e. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubberf. Karet siap olah atau tyre rubber dan karet reklim atau reclaimed rubber

Crumb Rubber

Crumb rubber (karet remah) merupakan karet yang berasal dari karet alam dan banyak diantaranya adalah kopolimer, yaitu polimer yang mengandung lebih

Page 5: Tugas Makalah Karet

dari satu monomer. Crumb rubber adalah bahan yang 100 % dibuat dari nabati alami, dimana dalam pengolahannya digunakan dua golongan bahan baku, yaitu lateks kebun dan lump atau gumpalan mutu rendah. Crumb rubber ini dapat diolah menjadi aneka ragam barang yang sangat luas penggunaannya, aneka ragam tersebut antara lain ban (untuk sepeda, sepeda motor, dan mobil), sepatu karet, karpet berlapis karet, pembungkus logam, dan lain-lain. Produk ini merupakan salahsatu produk turunan dari karet alam selain lateks pekat, karet sit asap dan karet krep. Crumb rubber (karet remah) digolongkan sebagai karet spesifikasi teknis (TSR=Technical Spesified Rubber), karena penilaian mutunya tidak dilakukan secara visual, namun dengan cara menganalisis sifat – sifat fisika kimianya seperti kadar abu, kadar kotoran, kadar N, Plastisitas Wallace dan Viscositas Mooney. Crumb rubber produksi Indonesia dikenal dengan nama SIR (Standard Indonesian Rubber). Pada awalnya sebagian besar karet alam Indonesia diperdagangkan dalam bentuk karet lembaran yakni karet sit asap (RSS = ribbed smoked sheet), Namun sejak diperkenalkan teknologi karet remah (crumb rubber) pada tahun 1968, produksi karet sit secara dramastis menurun, beralih ke karet remah, tidak kurang dari 90% produksi karet alam nasional setiap tahunnya merupakan karet remah (Setyamidjaja 1993).

Proses Produksi Crumb Rubber

Menurut SNI 1903-2011, crumb rubber atau Karet berspesifikasi Teknis adalah karet alam yang diperoleh dari pengolahan lateks, koagulum karet atau bahan olahan karet yang berasal dari getah pohon Hevea brasiliensis baik secara mekanis maupun secara mekanis-kimia. Bentuk karet berupa karet remah (Crumb rubber) dan karet bongkahan (Block rubber) yang mutunya berdasarkan spesifikasi teknis. Crumb rubber atau karet spesifikasi teknis merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga mutu teknisnya terjamin. Karet dikemas dalam bentuk bongkahan kecil dengan berat dan ukuran yang seragam, dibungkus dengan lembar lastik polythene serta dengan sertifikat uji coba laboratorium. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan kagulum lateks, yaitu slab dimulai dari penyortiran terlebih dahulu. Bahan selanjutnya masuk ke tangki-tangki air pembersih. Pencucian lalu dilanjutkan di dalam hammermill. Pada mesin ini pencucian diiringi dengan pemotongan lalu digiling dalam mesin penggiling crepe. Hasil penggilingan lalu masuk ke palletiser atau mesin denggan pisau berputar. Setelah pembutiran dilakukan, bahan melalui perlakuan kimiawi dengan penambaan asam fosfat atau asam amino denggan perendaman. Bahan yang telah direndam dikerngkan, lalu siap untuk dikemas (Wulandari dan Bahar 2012).

Crumb rubber adalah karet mentah berbentuk remah (butiran) yang dipres dalam bentuk bongkah serta dengan mutu yang telah ditentukan secara teknis atau berdasarkan sifat kimia dan fisiknya. Crumb rubber berbeda dengan karet konvensinal lainnya dalam segi ukuran. Ukuran bendela crumb rubber lebih kecil sehingga memudahkan pengerjaan serta dilapisi polietilen pada tiap bendela untuk menghindari pengotoran. Penggolongan mutu dari crumb rubbertidak berdasarkan penampakan visual seperti pada penggolongan karet konvensional (Ali 1993).

Pengolahan crumb rubber lebih singkat dan dengan hasil yang seragam. Mutu penggunaan crumb rubber lebih terjamin. Bahan karet yang bermutu rendah dapat ditingkatkan dengan pengolahan menjadi crumb rubber (Ali 1993).

Page 6: Tugas Makalah Karet

Pembuatan crumb rubber dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara mekanis dan cara mekanis-kimia. Cara mekanis tidak memerlukan bahan kimia dalam pembentukan butiran karet. Cara mekanis-kimia hanya memerlukan mesin pembutir sederhana yang sama seperti gilinngan crepe (Ali 1993).

Proses pembuatan karet remah di Indonesia menggunakan proses dynat. Bahan pembuatan crumb rubber dapat dibedakan menjadi lateks kebun dan bahan baku gupalan yang bermutu rendah. Prinsip pembuatan crumb rubber yaitu penyaringan lateks, penggumpalan dengan asam secara biologis, pencacahan (peremahan) dengan mesin pisau berputar (rotary cutter) dan pencucian dengan air, peremahan dengan palletiser, pengeringan, pengempaan dengan mesin press dan pembungkusan (Ali 1993).

Pengolahan crumb rubber dari lateks kebun dilakukan dengan proses guthrie, umumnya lateks digumpalkan dengan asam atau secara biologis. Penggumpalan dengan mengkombinasi keduanya akan lebih optimum. Cara penggumpalan yaitu dengan menambahkan 0.36% tetes dari berat kering ke 1% asam formiat ke dalam lateks yang dapat menghasilkan gumpalan kare kokoh dan berpori dalam waktu 18-24 jam (Ali 1993).

Gumpalan selanjutnya dimasukkan ke dalam rotary cutter yang dilengkapi saringan dengan ukuran 1.6 atau 1.9 cm. koagulum dipotong menjadi potongan-potonggan kecil. Potongan kecil koagulum masuk ke dalam kotak pengering dan dikerigkan pada suhu 100oC dalam waktu 6 jam. Karet yang telah kering. pengempaan sebaiknya dilakukan pada saat karet masih panas sehingga diperoleh bongkahan yang baik dalam waktu pengempaan yang singkat. Berat akhir bemdela ditimbang agar seragam (Ali 1993). Ukuran bendela diantaranya (28x14x7) inci, atau sekitar (72x36x18) cm, dan (22.5x15x7.5) inci atau sekitar (58x38x19) cm. bobot tiap bendela yaitu 75 lb atau 33 1/3 Kg (Tim Penulis PS 2008).

Bongkahan selanjutnya dikemas dengan plastik polietilen. Pembungkusan ini dilakukan setengah jam setelah bongkahan dikeluarkan dari mesin pengempa. Jika ongkahan masih terlalu panas, maka akan membentuk kumpulan embun air di dalam plastik. Ketebalan polietilen 0.03 mm dengan titik cair 108oC dan berat jenis 0.92 serta warna transparan. Kemasan disertai dengan tanda jenis mutu, tanda pengenal SIR dan pengenal pabrik yang memproduksinya (tim penuulis PS 2008).

Pembuatan crumb rubber dari gumpalan karet mutu rendah dilakukan dengan melakukan perendaman dengan air, digiling dengan penggiling lunak (macerator) atau scrap washer disertai dengan pencucian secara bersamaan, diremahkan dengan rotary cutter dan palletiser lalu dikeringkan, dikempa dan dibungkus. Bahan yang digunakan yaitu slab, lump kebun, lump mangkok dan scrap (Ali 1993).

Perendaman dengan air dimaksudkan untuk mengendapkan kotoran pada permukaan gumpalan. Perendaman ini sekurang-kurangnya dilakukan dalm waktu 48 jam. Pencucian masih berlanjut ketika dilakukan pengecilan ukuran dengan menggunakan gilingan pelunak atau gilingan pencuci scrap atau hammermill. Bahan yang telah bersih diambil dan dialirkan melalui saluran air ke sabuk pengangkut lalu dibawa ke mesin rotary cutter. Saringan lubang yang dipakai berukuran 2.5 cm. pada pengolahan crumb rubber dari bahan bermutu rendah ini perlu dilakukan pengecilan ukuran lebih lanjut di dalam pembutir atau palletiser

Page 7: Tugas Makalah Karet

untuk menyeragamkan ukuran butiran karet yang ukurannya relatif besar (Ali 1993).

Menurut SNI 1903-2011 SIR dibedakan dalam 9 golongan, yaitu SIR 3 CV (constant viscocity), SIR 3L (light), SIR 3 WF (whole field), SIR LoV (low viscocity), SIR 5, SIR 10, SIR 10 CV/VK (constant viscocity), SIR 20, dan SIR 20 CV/VK. constant viscocity merupakan karet alam dengan viskositas mantap yang viskositasnya dikendalikan dengan penambahan bahan kimia untuk memantapkan viskositas sebelum atau ssudah pengeringan dan dinyatakan dalam viskositas mooney. Berdasarkan bahan baku pengolahannya SIR dibedakan menjadi 3 yaitu dari lateks kebun (SIR 3 CV, SIR 3L, SIR 3 WF, dan SIR LoV), dari karet lembaran atau koagulum segar (SIR 5), dan dari koagulum lapangan (SIR 10, SIR 10 CV/VK, SIR 20, dan SIR 20 CV/VK).

Gambar 1 Proses Pengolahan SIR 3 CV, SIR 3 L dan SIR 3 WF (Siregar dan Suhendry 2013)

Gambar 2 Proses Pengolahan SIR-5 (Siregar dan Suhendry 2013)

Lateks kebun Pencampuran

Pengeringan

Penggumpalan

Peremahan

Penggilingan

Pengepakan

SIR 3 CV, SIR 3L, dan SIR 3 WF siap ekspor

Koagulan Sortasi Pembersihan

PengeringanPeremahanPenggilingan

Pengepakan SIR-5 siap ekspor

Page 8: Tugas Makalah Karet

Gambar 3 Proses pengolahan SIR-10 (Siregar dan Suhendry 2013)

Gambar 4 Proses pengolahan SIR-20 (Siregar dan Suhendry 2013)

Perbedaan pengolahan SIR-3 terletak pada perbedaan bahan yang digunakan sebelum penggumpalan (koagulasi) dilakukan. Pada pembuatan SIR-3CV digunakan Hidroksilamin neutral sulfat 5-10% dan amonia sebanyak 0.3% dengan dosis 0.10-0.15 % (b/b). pda pembuatan SIR-3L digunakan Natrium metabisulfit 5-10% atau asam borat 10% dengan dosis 0.03-0.05% (b/b). Pada pembuatan SIR-3W tidak ada penambahan bahan kimia sebelum koagulasi dilakukan. Pada saat koagulasi sebaiknya lateks diaduk agar homogen. Homogenisasi dapat berjalan dengan lebih baik dengan pencampuran antioksidan yang merata apabila dilakukan pengenceran lateks hingga KKK lateks mencapai 20-25%. Pengenceran ini juga dapat memberikan warna karet yang lebih cerah (Siregar dan Suhendry 2013).

Koagulan

Sortasi

Pembersihan pendahuluanPengecilan ukuran

Penyatuan koagulanhomogenisasi

Penggilingan

Pre-drying

Maturasi Penggilingan

Peremahan pengeringan

pengemasanSIR-10 siap ekspor

homogenisasi

Pembeberan

Koagulan Sortasi Pembersihan pendahuluan

Pengecilan ukuran

PencucianPencampuran Penggilingan

Pre-drying Peremahan Pengeringan Pengepakan

SIR-20 siap ekspor

Page 9: Tugas Makalah Karet

Lateks yang diterima pabrik disaring dengan saringan 40-60 mesh lalu ditambah 2-5% asam format secara bertahap. Hal yang perlu diperhatikan pada saat penggumpalan yaitu pH penggumpalan. Ukuran pH optimum untuk pembuatan SIR-3CV yaitu 4.5-5.5, sedangkan SIR-3L adalah 5.2. Nilai pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan warna SIR menjadi semakin gelap (Siregar dan Suhendry 2013).

Pada pengolahan SIR-5, koagulum yang digunakan tidak boleh berumur lebih dari 3 hari. Hal ini mempengaruhi penurunan Po dan PRI. Nilai PRI adalah ukuran dari besarnya sifat plastisitas (keliatan/kekenyalan) karet yang masih tersimpan, bila karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140 derajat Celcius. Pengujian nilai PRI dilakukan dengan mengukur degradasi (penurunan) ketahanan karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi. Nilai lebih dari 80% menunjukkan bahwa ketahanan karet mentah terhadap oksidasi adalah besar. nilai PRI dapat diperkirakan mudah tidaknya karet menjadi lunak dan lengket-lengket jika lama disimpan atau dipanaskan.

Standar Spesifikasi SIR

Spesifikasi SIR5 SIR20 SIR35 SIR50

Kadar kotoran (%)Kadar Abu (%)

Kadar zat menguap (%)

0.050.501.00

0.200.751.00

0.351.001.00

0.501.251.00

Bahan olah disortir terlebih dahulu berdasarkan asal dan jenis bahan olah, KKK, umur dan tingkat kebersihannya. Penggilingan dilakukan dengan mesin macerator dan crepper dalam 8-9 kali giling (Siregar dan Suhendry 2013).

Pengolahan SIR-10 tergantung pada kebersihan dan keberagaman bahan yang ada. Jika bahan olah bersih, seragam dan berumur kurang ari 11 hari maka pengolahan tidak melalu predrying. Bahan olah SIR-10 berupa sit angin tidak melalui sortasi dan pembersihan pendahuluan. Proses pengecilan ukuran dilakukan bersamaan dengan penghilangan kotoran. Kotoran yang dihasilkan dapat mencapai 25-50% (Siregar dan Suhendry 2013).

Bahan olah untuk SIR-5 di antaranya sleb, lamp mangkok, screp bersih dan bermutu baik serta tidak tercampur. Bahan olah untuk SIR-10 yaitu campuran sleb, lamp mangkok, skrep dan kadang-kadang getah tanah yang berasal dari karet rakyat. Bahan olah yan digunakan untuk SIR-20 yaitu campuran sleb, ojol, skrep, getah tanah dan bahan olahan lain yang bermutu rendah. Bahan olah ini biasanya berasal dari karet rakyat (bokar) (Siregar dan Suhendry 2013).

Alat yang diperlukan dalam pengolahan lateks di pabrik karet yaitu mesin penggilingan, tangki koagulasi, dan ruang pengering. Bahan yang diperlukan yaitu bahan kimia yang terdiri dari bahan pembeku, bahan pengelantang, bahan vulkanisasi, bahan pemercepat reaksi, antioksidan dan antiozonan, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan peniup, bahan pencegah vulkanisasi dan pewangi. Bahan non-kimia yang biasa digunakan yaitu air dan kayu bakar. Tangki koagulasi berfungsi menggumpalkan lateks dan berbahan alumminium. Ukuran tangki bervariasi, yaitu 10x3x16 kaki yang disekat menjadi 76 atau 91 ruangan yang lebih kecil. Ukuran 300x70x40 cm yang disekat menjadi 75 hingga 90 ruang kecil (Setiawan dan Andoko 2005).

Page 10: Tugas Makalah Karet

Bahan pembeku berfungsi membekukan lateks. Bahan pembeku di antaranya asam format atau asam semut, asam asetat atau asam cuka. Bahan pengelantang digunakan untuk mendapatkan warna karet yang diinginkan karena warna alami lateks agak kuning hingga kuning. Bahan vulkanisasi digunakan untuk mempercepat kematangan kompon karet. Bahan vulkanisasi yaitu peroksida organik dan damar fenolik. Bahan pemercepat reaksi yaitu sulfenamida, dithiokarbonat, tiuransulfida dan tiazol. Fungsi penggunaan bahan ini yaitu untuk mempercepat proses vulkanisasi. Bahan antioksidan dan antiozonan berfungsi melindungi karet dari oksigen dan ozon. Antioksidan juga melindungi karet dari suhu tinggi, keretakan, dan kelenturan. Bahan antioksidan ini dapat diperoleh dari golongan turunan difenil amina seperti Nonox OD, golongan fenil naftilamin seperti PAN dan PBN, golongan kondensat keton seperti agrite resin. Bahan pelunak seperti minyak nabati digunakan untuk memudahkan pembuatan dan pembentukan bahan. Bahan pewangi digunakan untuk menyamarkan aroma karet yang secara alami khas dan kurang enak. Air sebagai omponen industri karet digunakan untuk pengenceran lateks, pembuatan larutan kimia, pencucian alat dan pendinginan mesin (Setiawan dan Andoko 2005).

Dampak Pengolahan Crumb Rubber terhadap Lingkungan

Dampak yang dihasilkan pada industri pengolahan menjadi kompensasi yang harus diterima oleh masyarakat dan lingkungan sekitar. Pada kasus pabrik pengolahan karet remah, dampak yang ditanggung masyarakat adalah pabrik karet remah yang menghasilkan bau yang dapat mengganggu kenyamanan selain itu dapat menganggu kesehatan akibat terakumulasi zat pencemar tertentu dalam tubuh. Social cost merupakan aplikasi dari prinsip pencemar membayar atau polluter pays principle berupa pengenaan pungutan atau pajak lingkungan yang merupakan kenyataan bahwa suatu barang seharusnya mencerminkan seluruh biaya produksi termasuk penggunaan sumberdaya lingkungan dan mengakomodasikan biaya eksternal atau lingkungan (Suparmoko dan Suparmoko, 2000). Berdasarkan diskusi dengan pakar maka social-cost yang dikeluarkan oleh pabrik dapat berupa pengecekan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar pabrik atau membangun sarana sosial yang dapat digunakan oleh masyarakat sekitar.

Pada kondisi yang lain yaitu lokasi-pabrik is di pemukiman, masyarakat menolak cemaran dan proses-pengolahan menggunakan pre-drying menghasilkan kriteria kontrol limbah yang ketat. Selanjutnya dengan kriteria kontrol limbah yang ketat tetapi dana pengolahan limbah yang dimiliki berlebih dan fasilitas pengolahan limbah cair yang dimiliki sedang menghasilkan rekomendasi akhir berupa perusahaan menerapkan unit pengolahan limbah gas dan mengeluarkan social cost kepada masyarakat sekitar. Dana yang dibutuhkan untuk penanganan limbah gas pabrik karet remah berdasarkan diskusi dengan pakar dapat dikatakan cukup besar karena dengan teknik penanganan limbah gas menggunakan scrubber akan menghasilkan limbah dalam bentuk lain yaitu limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan dari unit scrubber diduga memiliki kesamaan karakteristik dengan limbah cair proses pengolahan lateks kebun menjadi produk karet setengah jadi seperti RSS,lateks pekat, dan karet remah.

Masalah utama yang terjadi yang terjadi dalam bokar (bahan olah karet) yang dihasilkan oleh petani karet untuk diolah menjadi karet remah jenis SIR 20

Page 11: Tugas Makalah Karet

adalah mutu bokar yang rendah dan bau busuk yang menyengat sejak dari kebun. Mutu bokar yang rendah disebabkan petani menggunakan bahan pembeku lateks (getah karet) yang tidak dianjurkan dan merendam bokar di dalam kolam/sungai selama 7-14 hari. Hal ini akan memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami di dalam bokar, sehingga nilai plastisitas awal (Po) dan plastisitas setelah dipanaskan selama 30 omenit pada suhu 140C (PRI) menjadi rendah

Bau busuk menyengat terjadi juga karena pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida. Kedua hal tersebut terjadi karena bahan pembeku lateks yang digunakan saat ini tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kemudian bau busuk tersebut di bawa terus sampai ke pabrik karet remah dan di pabrik yang menjadi sumber bau busuk tersebut adalah berasal dari tempat penyimpanan bokar, kamar gantung angin (pre drying room), dan mesin pengering (dryer).

Aplikasi Crumb Rubber di Indonesia

Beberapa aplikasi crumb rubber adalah sebagai berikut:

Sebagai bahan campuran rumput sintetis yang terdapat di lapangan bermainAdanya crumb rubber yang tersebar di antara rumput sintetis di lapangan

bermain (antara lain lapangan futsal, lapangan bermain anak-anak, dll),  memberikan tambahan bantalan dan sifat pegas/kelentingan yang disukai anak-anak atau para atlit. Crumb rubber tidak terpengaruh dengan cuaca, karena sifatnya yang tidak menyerap air, dia dapat kering dengan sangat cepat, dan mengurangi debu dan lumpur, lapangan anda akan selalu siap setiap saat. Crumb rubber menjaga anak-anak atau para atlit tetap aman sambil membantu mereka bermain lebih baik.

Crumb rubber tidak beracun dan bersih, sangat ekonomis bisa dipakai dalam jangka waktu sangat lama, tersedia dalam berbagai ukuran, tidak akan membusuk, mengurangi kerumunan serangga, tidak akan terbang karena angin atau hujan (Loo 1973).

Sebagai bahan campuran pada sol sepatuTujuan utama pencampuran karet daur ulang pada sol sepatu adalah untuk

menurunkan biaya produksi.

Sebagai bahan campuran pada aspalAspal yang dimodifikasi dengan karet telah lama dikenal untuk

memperbaiki sifat reologi pada suhu rendah dan tinggi dan membuat daya tahan lebih lama 3 kali lipat dibandingkan dengan aspal konvensional. Meskipun harga aspal yang dimodifikasi dengan karet tersebut jauh lebih tinggi daripada aspal konvensional, keuntungan yang diperoleh dengan penambahan umur asphalt modifikasi tersebut menjadikan total harga yang lebih murah.

Produksi aspal yang dimodifikasi dengan karet dilakukan dengan cara tradisional yang sederhana yaitu mencampur aspal yang dipanaskan lebih dari 200°C dengan 15-25% berat crumb rubber. Produk yang dihasilkan mempunyai kekentalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan aspal konvensional pada

Page 12: Tugas Makalah Karet

rentang suhu yang cukup luas. Keuntungan lain adalah meningkatkan sifat impermeabilitas/tidak tembus. Tetapi perlu dipertimbangkan juga kekurangannya yaitu hal yang berkaitan dengan proses persiapan selama penyimpanan campuran panas. Crumb rubber dan aspal akan memisah menjadi 2 fase atau lebih, dikarenakan interaksi yang lemah antara permukaan partikel karet dan aspal. Pemisahan yang terjadi pada asphalt biasa terjadi antara  2 sampai 4 %  saat campuran panas disimpan. Aspal yang dimodifikasi dengan karet menghasilkan campuran tidak homogen sampai 25 % pemisahan. Keadaan tidak homogen ini mengurangi reliabilitas produk tersebut. Pemisahan ini mengurangi umur yang diharapkan dari aspal yang dimodifikasi dengan karet ini (Setyamidjaja 1993).

Beberapa studi menunjukkan bahwa penambahan bahan kimia dapat mengikat karet dan aspal sehingga mengurangi pemisahan dan menghasilkan produk homogen yang lebih tahan lama. Pemisahan yang terjadi menurun drastis menjadi hanya 5–7 %. Hal ini dikarenakan terjadinya ikatan kimia bukan hanya campuran fisik. Peningkatan stabilitas campuran dan sifat yang lebih homogen mengurangi biaya penyimpanan dan meningkatkan umur dari jalan yang di aspal.

Sifat baik lain yang muncul adalah meningkatkan sifat reologi pada suhu rendah dan tinggi. Umumnya dengan penambahan kimia, biaya akan meningkat 60 % lebih tinggi tanpa adanya penambahan bahan kimia. Tetapi biaya penyimpanan akan berkurang (Tim Penulis PS 1999).

SIMPULAN

Karet alam termasuk salah satu komoditas agroindustri strategis karena berperan sebagai penghasil devisa Indonesia pada sub-sektor perkebunan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Salah satu olahan karet alam yaitu crumb rubber. Crumb rubber (karet remah) merupakan karet yang berasal dari karet alam dan banyak diantaranya adalah kopolimer, yaitu polimer yang mengandung lebih dari satu monomer. Crumb rubber adalah bahan yang 100 % dibuat dari nabati alami, dimana dalam pengolahannya digunakan dua golongan bahan baku, yaitu lateks kebun dan lump atau gumpalan mutu rendah. Crumb rubber (karet remah) digolongkan sebagai karet spesifikasi teknis (TSR=Technical Spesified Rubber), karena penilaian mutunya tidak dilakukan secara visual, namun dengan cara menganalisis sifat – sifat fisika kimianya seperti kadar abu, kadar kotoran, kadar N, Plastisitas Wallace dan Viscositas Mooney. Crumb rubber produksi Indonesia dikenal dengan nama SIR (Standard Indonesian Rubber). Karet dikemas dalam bentuk bongkahan kecil dengan berat dan ukuran yang seragam, dibungkus dengan lembar lastik polythene serta dengan sertifikat uji coba laboratorium. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan kagulum lateks, yaitu slab dimulai dari penyortiran terlebih dahulu. Bahan selanjutnya masuk ke tangki-tangki air pembersih. Pencucian lalu dilanjutkan di dalam hammermill. Pada mesin ini pencucian diiringi dengan pemotongan lalu digiling dalam mesin penggiling crepe. Hasil penggilingan lalu masuk ke palletiser atau mesin denggan pisau berputar. Setelah pembutiran dilakukan, bahan melalui perlakuan kimiawi dengan penambaan asam fosfat atau asam amino denggan perendaman. Bahan yang telah direndam dikerngkan, lalu siap untuk dikemas. Pembuatan crumb rubber dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara mekanis dan cara mekanis-kimia. Cara mekanis tidak memerlukan bahan kimia dalam pembentukan butiran karet. Cara

Page 13: Tugas Makalah Karet

mekanis-kimia hanya memerlukan mesin pembutir sederhana yang sama seperti gilinngan crepe

DAFTAR PUSTAKA

Ali NBV. 1993. Kajian Keseragaman Kualitas Crumb Rubber di Pabrik Pengolahan Karet Alam PTP XII Perkebunan Cikumpay, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. [SKRIPSI]. Bogor (ID) : IPB.

Loo TG. 1973. Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet. Jakarta(ID) : PT. Kinta.Setiawan DH dan Andoko A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet.

Tangerang (ID) : Agromedia Pustaka.Setyamidjaja D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta (ID): Pnerbit

Kanisius.Siregar THS dan Suhendry I. 2013. Budi Daya dan Teknologi Karet. Jakarta (ID) :

Penebar Swadaya.SNI 1903-2011 – Karet Spesifikasi TeknisSuparmoko M dan Suparmoko MR. 2000. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta

(ID): BPFE.Tim Penulis PS. 1999. KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan    

Pengolahan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.Tim penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Jakarta (ID) : Penebar SwadayaWulandari ES dan Bahar S. 2012. Perangkat Lunak (Software) bantu Pengolahan

Data Produksi Crumb Rubber pada PT Badja Baru Palembang. Teknmatika. 2(3):216-236