Tugas Karet Luri Ipas
-
Upload
herypasc-hara -
Category
Documents
-
view
56 -
download
1
Transcript of Tugas Karet Luri Ipas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian
Indonesia. Banyak penduduk yang mengandalkan komoditi penghasil getah ini.
Karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang
memiliki areal mencapai ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh rakyat dan
swasta (Tim Penulis PS, 1999).
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik bahwa untuk luas areal perkebunan karet,
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terbesar di dunia dengan luas
3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar.
Meski memiliki lahan terluas, produksi karet Indonesia pada tahun 2010 tercatat
sebesar 2,4 juta ton atau dibawah produksi Thailand yang mencapau 3,1 juta ton,
sedangkan produksi karet Malaysia 951 ribu ton per tahun.
Banyak barang atau peralatan yang dapat dibuat dengan bahan baku karet alam,
misalnya ban mobil, peralatan kendaraan, sepatu, alat kedokteran, alat-alat olahraga,
dan lain-lain. Hal ini menyebabkan peningkatan konsumsi karet dunia meningkat
setiap tahunnya. Menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
melaporkan bahwa pada tahun 2009 konsumsi karet dunia sebesar 9,277 juta ton,
untuk tahun 2010 naik menjadi 10,644 juta ton. Sementara produksi karet mentah
dunia pada tahun 2009 sebesar 9,702 juta ton dan tahun 2010 sebesar 10,219 juta ton.
Jumlah ini dapat dikatakan kurang dari konsumsi yang dibutuhkan.
Selain karet alam, ada lagi yang dinamakan karet sintetis. Sejak Perang Dunia II
penelitian mengenai karet sintetis dilakukan secara intensif oleh beberapa negara
maju. Selanjutnya, karet buatan yang bahan bakunya dari lapisan minyak bumi ini
diproduksi secara besar-besaran. Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan karet
sintetis adalah 1:2 (Tim Penulis PS, 2009). Pada tahun 2008, produksi karet dunia
sebesar 22.727 juta ton yang terdiri dari karet alam dunia sebesar 9.942 juta ton
(43,7%) dan karet sintetis sebesar 12.785 juta (56,3%) (Departemen Kehutanan,
2009). Walaupun jumlah produksi karet alam lebih rendah, tetapi diperkirakan
permintaan karet sintetis akan mencatat pertumbuhan sedikit lebih lambat bila
dibandingkan permintaan karet alam sampai 2013, dapat dilihat bahwa konsumsi
karet alam lebih diminati (PT Rimba Karet, 2010).
1.2 Perumusan Masalah
Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang lateks, jenis-jenis
dan karakteristik dari karet alam dan karet sintetis tersebut, kelebihan dan
kekurangan karet alam dan karet sintetis, serta aplikasi dari penggunaan karet alam
dan karet sintetis.
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang lateks, jenis-jenis dan karakteristik dari karet alam dan
karet sintetis tersebut, kelebihan dan kekurangan karet alam dan karet sintetis, serta
aplikasi dari penggunaan karet alam dan karet sintetis.
BAB II
ISI
2.1 Lateks
Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa
jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Lateks yang sering
kita kenal adalah lateks dari pohon karet. Beberapa tumbuhan lain yang juga
menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti
anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawi-sawoan (misalnya getah perca dan
sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion (Syahbana dan Dimyati,
2011).
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Dalam dunia
tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut:
- Divisi : Spermatophyta
- Subdivisi : Angiospermae
- Kelas : Dicotyledonae
- Ordo : Euphorbiales
- Famili : Euphorbiaceae
- Genus : Hevea
- Spesies : Hevea brasiliensis
(Tim Penulis PS, 2009)
Karet alam diperoleh dengan cara menyadap pohon karet berupa cairan yang
disebut lateks (karet mentah) (Tim Penulis PS, 2009). Lateks merupakan suatu sistem
koloid dimana terdapat partikel karet yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid yang
terdispersi di dalam serum. Pada tahun 1844, Charles Goodyear telah menemukan
bahwa lateks dari pohon karet yang dipanaskan dengan belerang dapat membentuk
ikatan silang antara rantai-rantai hidrokarbon di dalam lateks cair (Azizah, 2009).
Gambar 2.1 Lateks dari Pohon Karet
Lateks sebagai bahan baku barang jadi karet, harus memiliki kualitas yang baik.
Adapun beberapa faktor yang mempengruhi kualitas lateks, diantaranya adalah:
1. Faktor kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon dan lain-lain)
2. Iklim (musim dingin mendorong terjadinya prokoagulasi, musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari alumunium dan baja tahan karat)
4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangku, jarak dan jangka waktu
5. Kualitas air dalam pengolahan
6. Bahan-bahan kimia yang digunakan dan komposisi lateks
7. Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh
8. Tidak terdapat kotoran atau benda lain seperti daun atau kayu
9. Tidak bercampur dengan bubur lateks, air ataupun serum lateks
10. Warna putih dan berbau segar lateks
Komposisi kimia lateks sangat kompleks. Secara umum komponen kimiawi lateks
adalah sebagai berikut:
Komponen Persentase (%)Karet 30-35Resin 0,5-1,5Protein 1,5-2,0Abu 0,3-0,7Gula 0,3-0,7Air 55-60
(Hani, 2009)
Walaupun jumlahnya sedikit, partikel non karet ini cukup berpengaruh terhadap
sifat-sifat lateks. Misalnya lateks mengandung antioksidan alami berupa protein,
asam amino, asam askorbat, fosfoaminolipid, dan betain tocotrienol. Lateks juga
mengandung beberapa enzim, antara lain enzim peroksidase, oksidase, esterase yang
menyrang ester dari asam lemak, katalase, dan tirosinase. Sementara itu, di dalam
lateks juga mengandung 26 jenis bakteri yang dapat menguraikan lateks dngan
memproduksi asam secara simultan (Hani, 2009).
2.2 Karet Alam
Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai
dijasikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang
cukup panjang. Apalagi setelah ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan
barang dari bahan baku karet, maka ikut berkembang pula industri yang mengolah
getah karet menjadi bahan yang berguna untuk kehidupan manusia.
Sejarah mengenai karet alam bermula ketika Michele de Cuneo menemukannya
pada tahun 1493. Kegunaannya mulai dikenal manuasi ketika Goodyear dan
Hancock menemukan proses vulkanisasi dalam tahun 1840. Terdapat lebih dari 2000
spesies tumbuhan yang menghasilkan lateks yang mengandung poliisoprena, tetapi
hanya tumbuhan karet (Hevea brasiliensis) saja yang bernilai komersil. Hevea
basiliensis berasal dari Lembah Amazon di Amerika Selaan, lalu diperkenalkan ke
Asia Tenggara dalam tahun 1877. Kebutuhan karet meningkat sejak tahun 1900-an
karena penggunan ban pneumatik pada kendaraan bermotor (Tim Penulis PS, 2009).
Karet alam diperoleh dari lateks yang berasal dari pohon Hevea brasiliensis
dengan cara penyadapan. Karet alam terdapat sebagai suspensi koloid dari berbagai
artikel karet yang sangat kecil dalam cairan putih seperti susu disebut lateks. Masing-
masing butir karet diselubungi oleh protein dan lipid. Karet alam yang umum dikenal
adalah poli-cis-1,4-isopren.
Gambar 2.2 Struktur Kimia cis-1,4-poliisopren (Karet Alam)
(Fessenden, 1990)
Sifat-Sifat Karet Alam
Warnanya agak kecoklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya dengan
berat jenis 0,91-0,93 kg/L. Sifat mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi,
sehingga dapat dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonit.
Temperatur penggunaan yang paling tinggi 99oC, melunak pada suhu 130oC. Sifat
isolasi listriknya berbeda karena perbandingan pencampuran aditif.
Namun demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi adalah jelek. Sifat
kimianya jelek terhadap ketahanan minyak dan ketahanan pelarut. Zat tersebut dapat
larut dalam hidrokarbon, ester asam asetat, dan sebagainya. Karet yang kenyal agak
mudah didegradasi oleh sinar UV dan ozon. Karet alam digunakan secara luas untuk
ban mobil, engemas karet, penutup isolasi listrik, sol sepatu dan sebagainya.
Sifat-sifat karet yang terpenting untuk menjamin mutunya adalah:
1. Viskositasnya harus rendah
2. Ketahanan oksidasi harus cukup tinggi
3. Sifat-sifat pematangan harus cepat matang tanpa penyaluran terlalu cepat
4. Kadar zat tambahan dan kotoran harus serendah mungkin
2.2.1 Jenis-Jenis dan Karakteristik Karet Alam
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang
diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang
dikenal luas antara lain:
- Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar)
- Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe estate
brown crepe, thin brown remills, thick blanket crepe ambers, flat bark crepe,
pure smoke blanket crepe dan off crepe)
- Lateks pekat
- Karet bongkah atau block rubber
- Karet spesifikasi teknik atau crumb rubber
- Karet siap olah atau tyre rubber
- Karet reklim atau reeclameid rubber
a. Bahan Olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh
dari pohon karet (Hevea brasiliensis). Menurut pengolahannya bahan olah karet
dibagi menjadi 4 macam:
1. Lateks kebun
Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon
karet. Cairan ini belum mengalami penggumpalan dengan tambahan atau tanpa
bahan pemantap (zat antikoagulan). Lateks kebun yang baik harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
- Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh
- Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun dan kayu.
- Tidak bercampur dengan bubur lateks, air, ataupun serum lateks.
- Warna putih dan berbau karet segar
- Lateks kebun mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun
mutu 2 mempunyai kadar kare kering 20%.
2. Sheet angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah
disaring dan digumpalkan dengan asam semut (asam format), berupa karet sheet
yang sudah digiling tetapi belum jadi. Sheet angin yang baik harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
- Harus ada penggilingan pada gumpalan lateks untuk mengeluarkan air atau
serumnya
- Gilingan kembang diguakan sebagai gilingan akhir
- Kotoran tidak terlihat
- Dalam penyimpanan tidak boleh terkena air atau sinar matahari langsung
- Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan sheet angin mutu
2 mempunyai kadar karet kering 80%
- Tingkat ketebalan pertama 3 mm dan tingkat ketebalan kedua 5 mm
3. Slab tipis
Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut (asam format). Slab tipis yang baik harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Tidak terdapat campuran gumpalan yang tidak segar
- Air atau serum harus dikeluarkan entah dengan cara digiling atau dikempa
- Tidak terlihat adanya kotoran
- Selama disimpan tidka boleh terendam air atau terkena sinar matahari
langsung
- Slab tipis mutu 1 mempunyai kadar karet kering 70% dan slab tipis mutu 2
mempunyai kadar karet kering 60%
- Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan tingkat ketebalan kedua 40 mm
4. Lump segar
Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. Lump segar yang baik
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Tidak terlihat adanya kotoran
- Selama penyimpanan tidak boleh terendam air atau terkena sinar matahari
langsung
- Lump segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu
2 mempunyai kadar karet kering 50%
- Tingkat ketebalan pertama 40 mm dan tingkat ketebalan 60 mm
(Tim Penulis PS, 2009)
b. Karet Alam Konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis
ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe.
1. Ribbed smoked sheet (RSS)
Ribbed Smoked Sheet (RSS) merupakan salah satu produk karet alam olahan,
berupa lembaran-lembaran (sheet) dari lateks yang digunakan sebagai bahan baku
industri karet.
RSS diproses melalui pengasapan dengan baik terlebih dahulu. Ketentuan
utama adalah karet harus benar-benar kering, bersih, kuat, warna merata, tidak
ditemukan noda atau bekas karet. Mutu karet RSS terdiri dari berbagai mutu
mulai dari yang paling baik yaitu X RSS, RSS1, RSS2, RSS3, RSS4 dan RSS5.
Dari semua produk RSS, produk olahan RSS1 mempunyai kualitas terbaik dan
mudah untuk dipasarkan baik di dalam maupun di luar negeri (Elizabet, 2009).
Produk olahan X RSS memang yang paling baik, tetapi sekarang sangat jarang
pihak pengolah yang membuat kelas X RSS karena ada permasalahan harga
pembelian yang kurang sesuai (Tim Penulis PS, 2009).
2. White crepe dan pale crepe
Jenis ini merupakan crepe yang berwarna putih atau muda. White crepe dan
pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.
3. Estate brown crepe
Estate brown crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna cokelat.
Disebut estate brown crepe karena banyak dihasilkan oleh perkebunan-
perkebunan besar atau estate. Jenis ini juga dibuat dari bahan yang kurang baik
atau jelek seperti yang digunakan untuk pembuatan off crepe serta dari sisa lateks.
Brown crepe yang tebal disebut thick brown crepe dan yang tipis disebut thin
brown crepe.
4. Thin brown crepe remilis
Thin brown crepe remilis, jenis ini merupakan crepe cokelat yang tipis karena
digiling ulang. Bahan pembuat crepe ini sama dengan bentuk crepe lain, tetepi
digiling lagi untuk menghasilkan crepe yang tebalnya sesuai dengan yang telah
ditentukan.
5. Combo crepe
Combo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon,
potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.
6. Thick blanket crepes ambers
Thick blanket crepes ambers, jenis ini merupakan crepe blanket yang tebal
dan berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses
pengasapan, dan lump serta scrap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik
mutunya.
7. Flat bark crepe
Flat bark crepe, sebenarnya jenis ini merupakan karet tanah atau earth
rubber, yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah,
termasuk scrap tanah yang berwarna hitam.
8. Pure smoked blanket crepe
Pure smoked blanket crepe jenis ini merupakan crepe yang diperoleh dari
penggilingan karet asap yang khusus berasal dari ribbed smoked sheet, termasuk
juga block sheet atau sheet bongkah atau dari sisa potongan ribbed smoked sheet.
9. Off crepe
Jenis ini merupakan crepe yang tidak tergolong bentuk baku atau standar.
Biasanya tidak dibuat melalui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang
masih segar, melainkan dari contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering,
lembaran-lembaran RSS yang tidak bagus penggilingannya sebelum diasapi, serta
bahn-bahan lain yang jelek. Karena dibuat dari bahan sisa yang bermutu jelek,
maka off crepe memiliki nilai dan kegunaan yang rendah. Para pembeli karet jenis
ini biasanya tidak peduli pada standar karena jenis ini memang kurang atau tidak
memenuhi kriteria (Tim Penulis PS, 2009).
c. Lateks Pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dijual di pasaran ada yang dibuat
melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau
centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-
bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi seperti sarung tangan karet untuk
kesehatan.
Tabel 2.1 Standar Mutu Lateks Pekat
Kriteria Creamed Latex Centrifuged LatexJumlah padatan (total solids) minimum 64,0% 61,5%Kadar karet kering minimum 62% 60%Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum 2% 2%Kadar amoniak (berdasar jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum
1,6% 1,6%
Viskositas maksimum pada suhu 25oC 50 cP 50 CpEndapan (sludge) dari berat basah maksimum
0,10% 0,10%
Warna Tidak biru, tidak kelabu
Tidak biru, tidak kelabu
Bau setelah dinetralkan dengan asa borat Tidak boleh berbau busuk
Tidak boleh berbau busuk
(Tim Penulis PS, 2009)
d. Karet Bongkah atau Block Rubber
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi
bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang
berwarna muda dan setiap kelanya mempunyai kode warna tersendiri. Standar karet
bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standar Indonesian Rubber).
Tabel 2.2 Standard Indonesian Rubber (SIR) Karet Bongkah
SIR 5L SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50Kadar kotoran 0,05% 0,05% 0,10% 0,20% 0,50%Kadar abu maksimum 0,50% 0,50% 0,75% 1,00% 1,50%Kadar zat atsiri maksimum 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 1,0%PRI maksimum 60 60 50 40 30Plastisitas-Po minimum 30 30 30 30 30Limit warna maksimum 6 - - - -Kode warna Hijau hijau merah kuning
(Tim Penulis PS, 2009)
e. Karet Spesifikasi Teknis atau Crumb Rubber
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin
mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet spesifikasi teknis juga didasarkan pada
sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan
golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku
untuk jenis karet yang satu ini. Persaingan antara karet alam dan karet sintetis
merupakan penyebab timbulnya karet spesifikasi teknis (Tim Penulis PS, 2009).
f. Karet Siap Olah atau Tyre Rubber
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang
setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan
ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber
sudah dibuat di Malaysia sejak tahun 1972. Pembuatannya dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintetis.
Dibanding dengan karet konvensional, tyre rubber adalah bahan pembuat yang
lebih baik untuk ban atau produk karet lain. Tyre rubber juga memiliki kelebihan
yaitu daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan karet sintetis (Tim
Penulis PS, 2009).
g. Karet Reklim atau Reclaimed Rubber
Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang bekas karet,
terutama ban-ban mobil dan bekas ban-ban berjalan. Oleh karena itu, karet reklim
adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir.
Alexander Parkes adalah orang pertama yang mengusahakan karet ini pada tahun
1846. Sampai sekarang ternyata karet reklim tetap dibutuhkan, bahkan dalam jumlah
besar. Biasanya karet reklim digunakan sebagai bahan campuran sebab bersifat
mudah mengambil bentuk dalan acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik.
Produk yang dihasilkan lebih kukuh dan tahan lama dipakai. Daya tahan karet
reklim terhadap bensin atau minyak pelumas lebih besar dari karet alam yang baru
dibuat. Ebonit juga bisa dibuat dari karet reklim. Kelemahan karet reklim adalah
kurang kenyal dan kurang tahn gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet bekas
pakai. Oleh sebab itu, karet ini jurang baik digunakan untuk membuat ban (Tim
Penulis PS, 2009).
2.2.2 Aplikasi dari Penggunaan Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri berang. Umumnya alat-alat
yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun
dalam industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet
alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga
pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa
karet, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam (Tim Penulis PS, 2009).
Industri ban, karet alam mempunyai peranan yang sangat penting yaitu pembuatan
ban kendaraan (sepeda, motor, mobil, pesawat). Beberapa jenis ban seperti ban
radial walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis, tetapi
jumlah karet alam yang digunakan tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen
karet alam untuk pembuatan ban non-radial. Jenis-jenis ban yang besar kurag baik
bila dibuat dari bahan karet sintetis yang lebih banyak. Porsi karet alam yang
dibutuhkan untuk ban berukuran besar adalah jauh lebih besar. Ban pesawat
terbang hampir semuanya dari bahan karet alam (Tim Penulis PS, 2009).
Gambar 2.2 Ban yang di Produksi dari Karet Alam
Bantalan Karet, karet dapat digunakan untuk bantalan jembatan. Bantalan
jembatan merupakan unsur enting karena mempunyai tugas yang cukup berat,
yaitu menahan tekanan yang sangat besar. Selain itu karet juga digunakan sebagai
bantalan dermaga yang berfungsi menghindarkan benturan antara kapal dengan
dinding pelabuhan pada waktu kapal merapat (Tim Penulis PS, 2009)
Gambar 2.3 Bantalan Karet untuk Jembatan
(Gada Bina Usaha, 2010)
Penggunaan karet alam dalam bidang konstruksi selain sebagai perletakan
elastomer jembatan juga sebagai perletakan untuk pondasi pada struktur gedung.
kegunaan karet pondasi pada gedung adalah sebagai peredam getaran bumi
(gempa). Getaran tersebut dapat menimbulkan gaya reaksi yang besar, bahkan
pada puncak bangunan dapat berlipat hingga mendekati dua kalinya. Oleh sebab
itu apabila gaya yang sampai pada bangunan tersebut lebih besar dari kekuatan
struktur maka bangunan tersebut akan rusak. Gaya reaksi yang sampai bangunan
dapat dikurangi melalui penggunaan bantalan karet tahan gempa. Pada dasarnya
cara perlindungan bangunan oleh bantalan karet tahan gempa dicapai melalui
pengurangan getaran gempa bumi kearah horizontal dan memungkinkan
bangunan untuk begerak bebas saat berlangsung gempa bumi tanpa tertahan oleh
pondasi. Bantalan karet alam tersebut dapat mengurangi daya reaksi hingga 70% ,
karena secara alami karet alam memiliki sifat fleksibilitas dan menyerap Bantalan
yang digunakan untuk melindungi gempa bumi dibuat dari kombinasi lempengan
Karet Alam dan Lempeng Baja (Gada Bina Usaha, 2010).
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Seismic Rubber Bearing Pads dan (b) Karet Pondasi Gedung
(Gada Bina Usaha, 2010)
Lantai yang dibuat dari campuran bahan karet telah banyak digunakan untuk
lantai senam, olahraga bela diri, dan sebagainya. Dengan berkembangnya
teknologi perkaretan penggunaannya menjadi semakin luas ntuk lantai kamar
tidur, lantai rumah sakit dan sebagainya (Tim Penulis PS, 2009).
Tambang-tambang besar yang mengolah bijih besi dan batubara menggunakan
belt (sabuk pengangkut) yang sangat panjang untuk pengangkutnnya. Belt ini pun
terbuat dari karet. Pabrik-pabrik juga menggunakan belt untuk power transmission
belt, pengangkutan hasil dan keperluan lain. Dengan menggunakan belt tenaga
kerja dapat diperkecil dan waktu yang digunakan menjadi lebih singkat (Tim
Penulis PS, 2009).
Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air,
kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghaspu menggunakan
jasa karet sebagai bahan pembuat. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-
macam bola maupun peralatan permainan juga menggunakan bahan karet (Tim
Penulis PS, 2009).
Peralatan dan kendaraan perang banyak bagian-bagiannya yang di buat dari karet,
misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar dn jeep.
Dengan demikian, secara tidak langsung karet berjasa dalam keamanan da
pertahanan suatu negara. Tidak heran bila banyak pemerintah negara yang
menimbun karet alat seperti di beberapa negara maju (Tim Penulis PS, 2009).
Selain itu, karet alam dapat dimanfaatkan sebagai pembungkus kawat listrik dan
telepon, sepatu karet, alat kedokteran dan lain-lain.
2.3 Karet Sintetis
Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis, sehingga
produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan karet dunia. Karet sintetis sebagian
besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Perkembangan karet
sintetis secara besar-besaran dilakukan sejak zaman Perang Dunia II. Ini berdasarkan
anggapan yang terjadi selama dan sesudah perang bahwa kenyataannya jumlah
persediaan karet alam tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan dunia akan karet.
Hal ini mendorong negara-negara Barat untuk melakukan serangkaan penelitian dan
produksi karet sintetis.Sekarang banyak karet sintetis yang dikenal, biasanya tiap
jenis memiliki sifat tersendiriyang khas (Tim Penulis PS, 2009).
2.3.1 Jenis-Jenis dan Karakteristik Karet Sintetis
a. Karet Sintetis Untuk Kegunaan Umum
1. Karet Stirena Butadiena
Karet Stirena Butadiena adalah karet sintetik yang paling populer,
merupakan kopolimer acak dari butadiena dan stirena (25% stirena dan 75%
butadiene) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi.
Dibanding karet alam, karet Stirena Butadiena memiliki beberapa
kelebihan, seperti: tidak memerlukan proses mastikasi, lebih toleran
terhadap extender oil tanpa menyebabkan terjadinya penurunan sifat
(deteoriozation in properties), dan ketahanan terhadap penuaan dan abrasi.
Seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga tidak tahan terhadap
minyak dan api Karena gugus sisi (stirena) yang besar, maka karet Stirena
Butadiena merupakan polimer amorfus yang tidak menguat sendiri (self
reinforced rubber), sehingga perlu penambahan pengisi penguat saat
komponding.
Seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga divulkanisasi dengan
menggunakan sistim vulkanisasi sulfur terakselerasi, oleh karena ikatan
gandanya lebih sedikit dibandingkan karet alam maka jumlah hidrogen allilik
juga lebih sedikit, sehingga jumlah sulfur yang dipakai tidak sebanyak yang
digunakan untuk karet alam, tetapi bahan pencepat digunakan lebih banyak.
2. Karet Polibutadiena (Butadiene Rubber/BR)
Dibuat dengan cara polimerisasi emulsi dan larutan. Polimerisasi larutan
menghasilkan karet BR yang stereo regular, untuk keperluan pembuatan ban
yang lebih tahan terhadap abrasi jalan raya, lebih lentur dan resilien dibanding
karet alam.
Polimerisasi emulsi menghasilkan polimer campuran yang acak (cis dan trans
poli butadiene). Kegunaan utama adalah sebagai bahan untuk pembuat
ban, karena dapat meningkatan ketahanan abrasi. Digunakan secara adonan
(campuran) dengan karet SBR maupun karet alam.Kelebihan terutama dalam
mengurangi terjadinya pemanasan dalam (hysteresis) pada produk ban.
3. Karet Isobutilena-Isoprena (Isobutylene-Isoprena Rubber/IIR)
Karet Butil (IIR) terdiri dari kopolimer isobutilena dan isoprena. Merupakan
karet yang tidak tahan terhadap minyak dan api, tidak berkutub(nonpolar)
tapi sangat tahan terhadap beberapa pelarut polar seperti ester fosfat.
Karet yang dapat mengkristal sehingga mempunyai kekuatan gum
(vulkanisasi tanpa pengisi penguat) yang tinggi. Disebabkan tulang belakang
polimer ini hampir jenuh, ia sangat tahan terhadap pengoksida dan ozon serta
memiliki resistansi yang sangat baik terhadap panas.
Gambar Karet Isobutilena- Isoprena
4. Karet Etilena – Propilena (EPM/EPDM)
Elastomer etilena-propilena adalah karet hidrokarbon yang banyak digunakan
dalam barangan mekanik dan hose. Elastomer ini mempunyai ketahanan
terhadap ozon dan panas yang baik serta mempunyai sifat-sifat elektrik
yang baik, tahan kepada iklim sekitar dan mempunyai sifat-sifat fisikal
yang tinggi. Kelebihan ini menyebabkan dapat digunakan dalam industri
automobil, pembinaan dan barangan pengguna yang tidak memerlukan rintangan
minyak.
Polimer etilena propilena terdiri dari pada dua kelas, yaitu dwipolimer
etilena- propilena (EPM) yang tidak mengandung gugus tak jenuh dan tidak
dimatangkan dengan sulfur, dan terpolimer etilena-propilena (EPDM) yang
mengandung gugus tak jenuh yang dimatangkan dengan sulfur.
Gugus tak jenuh dibuatkan secara polimerisasi bersama etilena dan
propilena dengan monomer ketiga, yaitu diena bukan konjugat. Oleh sebab
EPDM tidak menguat sendiri, beberapa pengisi penguat perlu digunakan.
Apabila rintangan set dan panas yang maksimum diperlukan pematangan
menggunakan peroksida dapat digunakan. EPDM juga dapat dimatangkan
menggunakan sulfur dan tiazol atau sulfenamida tetapi biasanya bahan pencepat
yang lebih cepat.
b. Karet Untuk Kegunaan Khusus
1. Karet Akrilonitril Butadiena (NBR)
Disebut juga dengan karet nitril. Seperti karet stirena butadiena, diproduksi
dengan cara polimerisasi emulsi. Karet nitril terdiri dari kopolimer
butadiena dan akrilonitril. Jenis karet nitril bergantung kepada kandungan
akrilonitril (25 s/d 50%), gugus akrilonitril (AcN) menyebabkab karet ini
berkutub serta tahan terhadap bahan yang tidak berkutub seperti minyak
bumi/minyak mineral, dan gugus akrilonitril pada sisi tulang belakang
molekul karet ini menghalangi terjadinya penghabluran atau penguatan
sendiri. Semakin meningkat kadar akrilonitril, maka semakin baik ketahanan
pengembangan rantai molekul (swelling resistance), suhu peralihan glass (Tg),
kekerasan, kekuatan tarik. Semakin buruk resiliens, sifat-sifat elastisitas
(terutama suhu rendah). Karena sifatnya yang tahan terhadap minyak dan
pelarut, banyak digunakan dalam pembuatan gasket, kedap air berputar,
gegendang pompa tahan api, kegunaan dalam industri minyak dan pembuatan
hose yang membawa minyak dan bahan api serta hose hidraulik automotif
Oleh karena molekul karet nitril memiliki rantai molekul tak jenuh, maka
karet ini sensitif terhadap serangan ozon dan oksigen, sehingga perlu
ditambahkan bahan anti pengozon dan anti pengoksida sewaktu komponding.
Karet nitril dapat dimodifikasi untuk meningkatkan ketahanan terhadap bahan
kimia dan kondisi lingkungan, yaitu dengan merekayasa sisi ketidak jenuhan
dari rantai tulang belakangnya. Karet nitril, seperti karet alam, dapat
divulkanisasi dengan menggunakan sistim vulkanisasi sulfur terakselerasi,
dan dapat dikompon dengan carbon black.
2. Karet Polikloroprena (CR)
Polikloroprena terdiri dari 88-92 persen gugus-gugus trans-1,4-kloro-2-
butenilena,7-12 persen cis-1, 4 dan penambahan 1, 2 yaitu 1,5 persen dan
penambahan 3, 4, 1 persen. Kehadiran atom klorin yang bermuatan negatif
menjadikan polimer ini berkutub dan tahan terhadap serangan minyak.
Kebanyakan kloroprena mempolimer dalam konfigurasi trans. Akibatnya suatu
polimer yang menguat sendiri dihasilkan. CR banyak digunakan karena
sifatnya yang tahan terhadap serangan ozon, minyak, panas, dan lentur. Ia
juga mempunyai ketahanan kepada cuaca sekitaran. Sifat-sifat dinamik yang
amat baik, rintangan api dan juga rintangan lelasan.
Antara kegunaan CR dalam industri ialah dalam pembuatan hose
tube, hose hidraulik, tube dan penutup untuk kegunaan industri. Dalam
automotif untuk pembuatan tube, barangan teracuan dan tali sawat
berprestasi tinggi. Dalam industri pembinaan-pipa gasket, gasket pelabuhan
dan filem untuk bumbung bangunan. Dalam penebatan voltan rendah,
penutup kabel tahan minyak, pelapik tangki dan bahagian yang bersentuh
dengan minyak.
3. Elastomer Uretana
Uretana dihasilkan dengan mereaksikan bahan-bahan yang mengandung
hidroksil dengan bahagian yang bersentuhan dengan bahan organik isosianat.
Dengan pemilihan isosianat, poliol dan bahan pematangan yang sesuai,
resin penyalutan, busa uretana, polimer cair dan polimer gam dapat dihasilkan
Polimer gam yang digunakan dalam industri karet dibuat dengan mereaksikan
poliol yang berlebih sedikit dengan isosianat. Untuk pematangan dengan sulfur,
sedikit monomer tak jenuh digunakan. Polimer yang terhasil adalah tahan kepada
ozon dan mempunyai sifat-sifat penuaan yang baik. Ia juga tahan kepada minyak
dan mempunyai kekuatan tensil, koyak yang tinggi seta rintangan lelasan
yang amat baik.
4. Elastomer Polisulfida
Elastomer polisulfida juga dinamakan “Thiokol” oleh Thiokol
Chemical Corporation. Thiokol digunakan dalam pembuatan barangan
mekanik dan hose karena sifat kebolehtelapannya yang rendah dan ketahanannya
kepada pelarut keton dan ester. Ia juga digunakan dalam sektor pembinaan dan
marina karena ketahanan cuaca persekitaran yang baik, merupakan polimer
yang stabil dan tahan kepada bahan kimia serta untuk membuat bahan tampal.
Polimer polisulfida disediakan dengan reaksi kimia kondensasi dengan
mereaksikan dihalida organik dengan larutan cairan natrium polisulfida dalam
kehadiran agen penyebaran dan pembahasan. Hasil ini kemudian dibasuh
untuk menyingkirkan garam terlarut dan seterusnya digumpalkan dengan
asam. Reaksi kimia seperti ditunjukkan di bawah
ClCH2CH2CL + Na2S4 (CH2CH2S4)11 + 2NaCl
Dua jenis Thiokol dihasilkan. Thiokol jenis FA ialah polimer linier dengan
gugus hidroksil pada ujung rantai. Jenis ST pula mempunyai struktur bercabang.
Ia perlu dilakukan reaksi kimia seterusnya untuk membelah ikatan disulfida dan
menghasilkan gugus tiol pada hujung rantaian serta memungkinkan tiokol jenis
ini mudah diproses.
5. Elastomer Termoplastik (TPE)
Elastomer termoplastik bersifat termoplastik dan karet. Ia mempunyai
system dua fasa. Satu fasa terdiri dari pada polimer keras dan tidak mengalir
pada suhu bilik tetapi menjadi bendalir apabila dipanaskan. Fasa satu lagi
ialah polimer lembut berkaret. TPE banyak digunakan dalam pembuatan kasut,
penebatan dawai dan perekat.
Lima jenis TPE yang didapati secara komersil ialah,
a) Kopolimer blok polistirena/elastomer
b) Kopolimer blok poliesters
c) Kopolimer blok poliuretana
d) Kopolimer blok poliamida
e) Adunan kopolimer polipropilena/EP
6. Klorosulfonat Polietilena (CSM)
Klorosulfonat polietilena mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan CR
tetapi lebih baik dari segi ketahanannya kepada asam, pelarut, ozon,
pengoksidaan dan mempunyai kestabilan warna yang lebih baik. Ia mempunyai
sifat-sifat rintangan api dan rintangan lelasan yang baik serta ketahanan
yang amat baik terhadap cuaca, ozon, cahaya matahari, pengoksida, asam dan
alkali serta rintangan yang sederhana kepada minyak dan gasolin.
Walau bagaimanapun, CSM mempunyai rintangan yang tidak berapa baik
terhadap pelarut aromatik, kebolehlenturan terhadap suhu rendah dan
mempunyai resiliens dan set mampatan yang sederhana.
7. Karet Polisiloksana (MQ)
Karet silikon terkenal karena sifatnya yang sangat tahan kepada panas dan
sangat mudah lentur pada suhu rendah. Ia boleh digunakan dalam julat suhu
yang luas, yaitu dari pada -65 hingga 2600C. Karet silicon hanya digunakan
apabila produk karet yang dihasilkan digunakan pada suhu yang tinggi. Hal ini
karena harganya mahal.
Karet silikon juga digunakan karena ia merupakan penebat panas yang amat
baik dan sangat tahan kepada cuaca, ozon, cahaya matahari dan pengoksidaan
serta mempunyai kestabilan warna yang tinggi
Bagaimanapun, karet silikon mempunyai beberapa keburukan, yaitu,
a) Rintangan yang tidak berapa baik terhadap lelasan dan cabikan.
b) Kekuatan tensil yang rendah.
c) Rintangan yang lemah terhadap minyak, gasolin dan pelarut.
d) Rintangan yang lemah terhadap asid dan alkali.
2.3.2 Aplikasi dari Pengunaan Karet Sintetis
Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh kare alam, maka
dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintetis.
Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) yang memiliki ketahanan tinggi terhadap
minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak,
membran, seal, gasket, serta barang lain yang banyak dipakai untuk pealatan
kendaraan bermotor atau industri gas.
Jenis CR (Chloroprene Rubber) yang tahan terhadap nyala api banyak digunakan
dalam pembuatan pipa karet, seal, gasket, dan sabuk pengangkut. Perekat kadang-
kadang dibuat dengan menggunakan jenis CR tertentu.
Sifat kedap terhadap gas yang dimiliki oleh jenis IIR (Isobutene Isoprene Rubber)
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, juga pembawat
kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan lemak atau minyak.
Jenis EPR (Ethylene Propylene Rubber) juga dimanfaatkan untuk pembuatan
kabel listrik.
(Tim Penulis PS, 2009)
2.4 Keunggulan dan Kekurangan Karet Alam dan Karet Sintetis
Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan karet sintetis adalah 1:2 walaupun
karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet
sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat
digantikan oleh karet sintetis (Tim Penulis PS, 2009).
Keunggulan Karet Alam
Adapun beberapa keunggulan yang dimiliki karet alam dibandingkan karet
sintetis adalah:
1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna
2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
3. Mempunyai daya aus yang tinggi
4. Tidak mudah panas (low heat build up)
5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance)
6. Karet alam lebih mudah diolah dibandingkan karet sintetis
(Tim Penulis PS, 2009; Syahbana dan Dimyati, 2011 )
Kekurangan Karet Alam
Karet alam diperoleh dari pengolahan lateks yang dihasilkan dari pohon karet.
Sehingga produksi karet alam setiap tahunnya tidak menentu, kadang mengalami
penurunan ataupun peningkatan. Menurut data Gabungan Perusahaan Karet
Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan
hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai
11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton.
Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan
terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras yang
disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut telah
mengganggu proses penyadapan karet. Kemudian di Thailand asosiasi natural
rubber producing countries di Thailand memperkirakan produk karet alam pada
musim dingin yang berlangsung mulai Februari-Mei berdampak pada menurunnya
produk karet hingga 50 persen. Hal ini akan mempengaruhi harga dari karet alam
tersebut dipasaran. Harga dan pasokan karet alam yang selalu mengalami perubahan
ini merupakan salah satu kelemahan dari karet alam tersebut, dibandingkan dengan
karet sintetis yang mempunyai harga lebih stabil.
Selain itu karet alam juga tidak tahan terhadap panas dan minyak, dan juga tidak
tahan terhadap berbagai zat kimia.
Keunggulan Karet Sintetis
Adapun beberapa keunggulan yang dimiliki karet sintetis adalah:
1. Karet sintetis tidak melarut dalam minyak tanah, bensin dan sebagainya. Oleh
karena itu banyak pipa untuk mengalirkan bensin, minyak pelumas dan sebagainya
dibuat dari karet sintetis karena pipa dari logam tidak baik berhubungan dengan
getaran yang dialami dalam pemakaiannya misalnya pada motor (mesin).
2. Karet sintetis lebih tahan terhadap panas, sinar matahari, zat asam dan lebih sukar
ditembus gas serta cairan, dan ban dalam yang dibuat karet sintetis sukar ditambal
kalau bocor, tidak seperti ban dalam dari karet alam.
3. Harganya relatif lebih murah dan cenderung stabil.
4. Pemesanan dalam jumlah tertentu jarang mengalami kesulitan.
Kekurangan Karet Sintetis
Kekurangan karet sintetis dibandingkan karet alam antara lain, karet sintetis lebih
sulit diolah dan lebih sukar koyak (Syahbana dan Dimyati, 2011).
Terdapat kelebihan dan kekurangan antara karet alam dan karet sintetis. Kedua
bahan ini terus bersaing, yang mana bagian terpentingnya sangat tergantung pada
faktor ekonomis dan teknologi, atau harus saling membutuhkan (Syahbana dan
Dimyati, 2011). Dunia industri masih tetap memerlukan kedua jenis karet ini,
sesungguhnya karet alam dan karet sintetis tidak saling mematikan atau bersaing
penuh. Keduanya mempunyai sifat saling melengkapi atau komplementer (Tim
Penulis PS, 2009).
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Lateks merupakan getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Lateks yang dihasilkan dari
pohon karet dinamakan lateks karet alam.
2. Karet alam diperoleh dari lateks yang berasal dari pohon Hevea brasiliensis
dengan cara penyadapan.
3. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas antara lain: bahan olah karet (lateks
kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar), karet konvensional (ribbed smoked
sheet, white crepes dan pale crepe estate brown crepe, thin brown remills, thick
blanket crepe ambers, flat bark crepe, pure smoke blanket crepe dan off crepe),
lateks pekat, karet bongkah atau block rubber, karet spesifikasi teknik atau crumb
rubber, karet siap olah atau tyre rubber, karet reklim atau reeclameid rubber.
4. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari
sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk
penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, isolator dan bahan-bahan
pembungkus logam.
5. Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak
bumi.
6. Kedua jenis karet ini, sesungguhnya karet alam dan karet sintetis tidak saling
mematikan atau bersaing penuh. Keduanya mempunyai sifat saling melengkapi
atau komplementer
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Utiya. 2009. Bentuk Polimer : Elastomer (Karet). www.chem-is-try.org.
Diakses pada 16 Maret 2013.
Elizabeth, Juneva. 2009. Optimalisasi Produksi Karet Olahan Ribbed Smoked Sheet.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Gada Bina Usaha. 2010. Metal and Rubber Product.
http://gadainausaha.indonetwork.co.id. Diakses pada 16 Maret 2013.
Hani. 2009. Lateks Karet Alam. www.haniblogger.com. Diakses pada 16 Maret
2013.
PT. Rimba Karet. 2010. Karet Alam. www.karetalam.com. Diakses pada 16 Maret
2013.
Syahbana, Adang Karyana dan Dimyati, Ahmad. 2011. Modul Teknik Pemeriksaan
Barang Plastik dan Karet Sintetik. Pusdiklat Bea dan Cukai. Jakarta.
Tim Penulis PS. 1999. Karet. PT. Penebar Swadaya: Jakarta.
101
111
121