MAKALAH MATRAS KARET

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman hayati baik agraris dan maritim yang sangat melimpah. Keanekaragaman tersebut dapat terlihat pada produk hulu yaitu berupa karet. Karet memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia karena dalam segala aspek manusia secara tidak sadar bergantung pada barang-barang yang berasal dari pohon karet. Lateks adalah suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh protein dan fosfolipid. Protein ini akan memberikan muatan neggatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah terjadinya interaksi antara sesame partikel karet, dengan demikian sistem koloid karet akan tetap stabil. Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein yang terdapat dalam partikel karet akan rusak dan terjadilah interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan. Dalam dunia perdagangan, produksi karet alam di Indonesia sangatlah pesat dan merupakan penyuplai karet –karet alam didunia. Seperti pada bulan Juni 2001 Indonesia pernah tercatat sebagai produsen karet alam nomor dua di dunia setelah negara Thailand dengan total

description

TEKNOLOGI HILIR KARET

Transcript of MAKALAH MATRAS KARET

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman hayati baik agraris dan maritim yang sangat melimpah. Keanekaragaman tersebut dapat terlihat pada produk hulu yaitu berupa karet. Karet memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia karena dalam segala aspek manusia secara tidak sadar bergantung pada barang-barang yang berasal dari pohon karet. Lateks adalah suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh protein dan fosfolipid. Protein ini akan memberikan muatan neggatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah terjadinya interaksi antara sesame partikel karet, dengan demikian sistem koloid karet akan tetap stabil. Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein yang terdapat dalam partikel karet akan rusak dan terjadilah interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan.Dalam dunia perdagangan, produksi karet alam di Indonesia sangatlah pesat dan merupakan penyuplai karet karet alam didunia. Seperti pada bulan Juni 2001 Indonesia pernah tercatat sebagai produsen karet alam nomor dua di dunia setelah negara Thailand dengan total produksi 119,5 ton dan total ekspor 110,0 ton. Sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat. Namun, petani rakyat ini sebagian besar tidak menentukan besarnya pengeluaran dalam pengusahaan karet, padahal karet alam memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan, apalagi jika harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa dipertahankan supaya tetap stabil .Penggunaan karet alam terbesar adalah untuk pembuatan ban kendaraan, yaitu sekitar 80% dan sisanya untuk pembuatan barang mekanik seperti konveyer, paking, sarung tangan, alat kontrasepsi, selang karet dan lain sebagianya.Pengolahan lateks salah satunya adalah dengan menggunakan metode irradiasi. Metode irradiasi adalah cara membuat/memproduksi barang-barang karet dari lateks alam iradiasi yakni dengan memancarkan energi dengan radiasi gamma berintensitas tinggi. Saat ini ada lima cara membuat barang-barang karet dari lateks alam iradiasi, yakni dengan cara celup, tuang, semprot, pelapisan dan dengan cara pembusaan. Salah satu produk olahan karet adalah matras (metode tuang).Matras merupakan produk olahan karet yang biasanya diaplikasikan dalam bidang olahraga pada saat perkemahan yaitu berupa lembaran karet tebal sehingga penggunaannya dapat sebagai alas tidur, sarana pertandingan beberapa cabang olahraga. Pembuatan matras dilakukan dengan metode tuang yakni lateks alam iradiasi dituangkan ke dalam cetakan, kemudian setelah lateks yang melekat pada cetakan kering, dilepas.Penggunaan produk olahan hilir karet sangat beragam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, makalah Pengolahan Matras sebagai Produk Hilir Karet dengan Menggunakan Metode Tuang bertujuan untuk mengetahui teknologi pengolahan hilir lateks, untuk mengetahui metode irradiasi dalam pengolahan lateks, dan untuk mengetahui teknologi pengolahan matras sebagai produk hilir lateks.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah Pengolahan Karet Hilir dengan produk Matras adalah sebagai berikut:1. Apakah yang dimaksud dengan lateks dan teknologi pengolahan lateks?2. Bagaimana teknologi pengolahan lateks dengan metode irradiasi?3. Bagaimana pengolahan matras berbahan dasar lateks?

1.3 TujuanTujuan dari penyusunan makalah Matras sebagai produk hilir karet adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui teknologi pengolahan hilir lateks;2. Untuk mengetahui metode irradiasi dalam pengolahan lateks;3. Untuk mengetahui teknologi pengolahan matras sebagai produk hilir lateks.

1.4 ManfaatManfaat dari penyusunan makalah Matras sebagai produk hilir lateks adalah sebagai berikut:1. Mahasiswa dapat mengetahui teknologi pengolahan hilir lateks dengan menggunakan metode irradiasi;2. Mahasiswa dapat mengetahui teknologi pengolahan Matras sebagai produk hilir lateks.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Lateks dan Pertumbuhan Karet di Indonesia2.1.1 LateksLateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning (Djumarti, 2012). Lateks diperoleh dari getah tanaman karet (Hevea brasiliensis) dan biasa disebut dengan nama karet mentah. Lateks dapat disebut dengan istilah latek segar. Umumnya, lateks digunakan sebagai bahan baku karet. Lateks didapat dengan cara menyadap pohon karet. Kulit karet digores sehingga getah keluar dan ditampung. Selain pada bagian batang, lateks juga terdapat di bagian daun dan biji (Nazaruddin dan Paimin, 1998). Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim, dan lain-lain termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein (Gunawan, 1970).Rumus molekul karet adalah suatu Cis 1,4 polyisoprene sebagai berikut:

Gambar 1. Rumus Molekul KaretDimana n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Nilai n dapat berkisar antara 3000-15000. Fase dispersi di dalam serum terdiri dari partikel-partikel karet yang diselubungi oleh lapisan phospholipoprotein, sedangkan pada lapisan protein (phospholipoprotein) yang menyelubungi setiap partikel karet mengakibatkan kestabilan dan lateks bersifat koloidal (Gunawan, 1970).Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah: 1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon,dan lain-lain)2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil)3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari alumunium atau baja tahan karat)4. Pengangkutan (gunjangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu)5. Kualitas air dalam pengolahan (Setyamidjaja, 1993).2.2.1 Lateks Karet AlamLateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbiaceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan sebelum di bawa ke benualain. Lateks yang berasal dari pohon hevea brasiliensis ini dalam kimia disebut dengan poliisoprena (Budiman, 2005). Lateks karet alam yang berasal dari lateks Hevea Brasiliensis adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penorehan batang pohon karet. Cairan ini terdiri dari 30-40% partikel hidrokarbon yang terkandung di dalam serum juga mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-komposisi organik serta bukan organik (De Boer, 1952). Lateks karet alam mengandung karet dan partikel bukan karet yang terdapat dalam serum. Agar lateks karet alam tetap dalam bentuk emulsi untuk pembuatan produk jadi, maka ditambahkan bahan pengemulsi asam lemak berantai panjang. Kandungan karet dalam lateks segar biasanya ditingkatkan menjadi 60% kandungan karet kering melalui proses pemekatan sebelum digunakan untuk membuat produk. Faktor-faktor seperti jenis pohon karet, cara menoreh, keadaan tanah dan juga cuaca mempengaruhi kandungan karet kering dalam pohon yang ditoreh (Nazaruddin dan Paimin, 1998).Proses pengawetan dikebun dilakukan dengan menambahkan amonia 0,2%. Amonia dengan kepekatan tinggi digunakan untuk pengawetan lateks pekat dalam jangka panjang. Lateks pekat dengan penambahan amonia minimal 1.6% disebut amonia tinggi (HA lateks) dan lateks pekat yang mengandung maksimal 0,8% disebut amonia rendah (LA) (Nazaruddin dan Paimin, 1998).Lateks segar cenderung mengalami perubahan kimia setelah ditoreh dan setelah proses penambahan amonia. Lateks karet alam mempunyai densitas antara 0.975-0.980 gm-3dengan pH 6.0-7.0 dan tegangan permukaan 40-45 mJm-2 (Blackley,1997). Tg bagi lateks karet alam adalah -70 oC dan mengandung sedikitasam lemak serta bahan protein yang dapat divulkanisasi dengan sulfur (Budiman, 2005). Komposisi lateks Hevea Bransiliensis bila disentrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm adalah sebagai berikut : 1. Fraksi karet (37%); karet (isoprena), protein, lipida dan ion logam. 2. Fraksi Frey Wyssling (1-3%); karotinoid, lipida air, karbohidrat dan inositol, protein dan turunannya. 3. Fraksi serum (48%); senyawa nitrogen, asam nukleat dan nukleotida, senyawa organik, ion anorganik dan logam.4. Fraksi dasar (14%); fraksi ini mengandung partikel disebut lutoid. Lutoid ini mempunyai dinding semi permiabel. Cairandalam lutoid ini (serum B) mengandung protein, lipida dan logam (Budiman, 2005). 2.1.2 Lateks PekatLateks pekat diperoleh dengan memekatkan lateks kebun. Pembuatan lateks pekat bertujuan meningkatkan kadar karet kering (KKK). Lateks kebun pekat dengan kadar karet kering (KKK) 60 % akan lebih seragam mutunya dan lebih sesuai untuk pengolahan barang jadi karet. Pembuatan lateks pekat dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu sentrifuse (pemusingan), pendadihan, penguapan, dan elektrodekantasi. Metode yang paling sering digunakan adalah metode sentrifuse (pemusingan) karena menghasilkan kapasitas produksi yang besar, viskositas lateks lebih rendah Lipida 9 (tidak kental), dan hasil lateks lebih murni (tidak tercampur endapan dan kotoran) (Solichin, 1991).Lateks pekat merupakan produk olahan lateks kebun yang dibuat dengan proses tertentu. Metode proses pemekatan sudah banyak dikembangkan menjadi beberapa jenis, namun sampai saat ini hanya ada dua mertode yang masih digunakan, yaitu metode sentrifugasi dan pendadihan. Pada umumnya, pengolahan lateks pekat di Indonesia menggunakan cara pemusingan (sentrifuse) karena kapasitasnya tinggi dan pemeliharaannya lebih mudah (Solichin, 1991). Lateks kebun dengan kadar karet kering (KKK) 28-35 % dipusingkan pada kecepatan 5000-7000 rpm, sehingga pada bagian atas alat akan diperoleh lateks pekat dengan kadar karet kering (KKK) 60 % dan berat jenis 0,94, sedangkan di bagian bawah akan dihasilkan skim yang masih mengandung 4-8 % karet dengan berat jenis 1,02 (Goutara, et al., 1985). Berbagai Persyaratan Lateks Pekat :a. Dapat disaring dengan saringan 40 mesh;b. Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu;c. Tidak bercampur dengan bubur lateks, air atau serum lateks;d. Berwarna putih dan berbau karet segar;e. Mempunyai kadar karet kering berkisar antara 60-62% (Goutara, et al., 1985). Lateks pekat umumnya bersifat tidak stabil atau cepat mengalami penggumpalan. Lateks dikatakan stabil apabila sistem koloidnya stabil yaitu tidak terjadi flokulasi atau penggumpalan selama penyimpanan. Kestabilan lateks yaitu tidak terjadinya penggumpalan pada kondisi yang diinginkan (Goutara, et al., 1985). Dewasa ini karet alam diproduksi dalam berbagai jenis, yakni lateks pekat, karet sit asap, karet krep dan crumb rubber. a. Lateks pekat diolah langsung dari lateks kebun melalui proses pemekatan yang umumnya secara sentrifugasi sehingga kadar airnya turun dari sekitar 70% menjadi 40-45%. Lateks pekat banyak dikonsumsi untuk bahan baku sarung tangan, kondom, benang karet, balon, kateter, dan barang jadi lateks lainnya. Mutu lateks pekat dibedakan berdasarkan analisis kimia antara lain kadar karet kering, kadar NaOH, Nitrogen, MST dan analisis kimia lainnya. b. Karet sit asap atau dikenal dengan nama RSS (Ribbed Smoked Sheet) dan karet krep (creep) digolongkan sebagai karet konvensional, juga dibuat langsung dari lateks kebun, terlebih dulu menggumpalkannya kemudian digiling menjadi lembaran-lembaran tipis, dan dikeringkan dengan cara pengasapan untuk karet sit asap, dan dengan cara pengeringan menggunakan udara panas untuk karet krep. Mutu karet konvensional dinilai berdasarkan analisis visual permukaan lembaran karet. Mutu karet akani makin tinggi bila permukaannya makin serag, tidak ada gelembung, tidak mulur, dan tidak ada kotoran serta teksturnya makin kekar/kokoh. c. Crumb rubber (karet remah) digolongkan sebagai karet spesifikasi teknis (TSR= Technical Spesified Rubber), penilaian mutunya tidak dilakukan secara visual, namun dengan cara menganalisis sifat-sifat fisiko-kimianya seperti kadar abu, kadar kotoran, kadar N, plastisitas Wallace dan viskositas Mooney. Crumb rubber produksi Indonesia dikenal dengan nama SIR (Standard Indonesian Rubber). Disebabkan bahan bakunya kotor, maka proses pengolahan dipabrik crumb rubber melibatkan berbagai peralatan pengecilan ukuran (size reduction) dan pencucian. Komposisi lateks segar dari kebun (lateks segar) dan karet kering disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Komponen lateks segar dan karet keringKomponenLateks segar (%)Lateks kering (%)

Karet Hidrokarbon3692-94

Protein1,42,5-3,5

Karbohidrat1,6-

Lipida1,62,5-3,2

Persenyawaan organik lain0,4-

Persenyawaan anorganik0,50,1-0,5

Air58,50,3-1,0

Sumber : Surya (2006)2.1.2 Perkebunan Karet di Indonesia Karet memiliki berbagai peranan penting bagi Indonesia, antara lain: (a) Sumber pendapatan dan lapangan kerja penduduk; (b) Sumber devisa negara dari ekspor non-migas; (c) Mendorong tumbuhnya agro-industri di bidang perkebunan; dan (d) Sumber daya hayati dan pelestarian lingkungan. Luas areal tanaman karet pada tahun 2006 sekitar 3,31 juta hektar, dengan produksi 2,64 juta ton atau 27,3% produksi karet alam dunia (9.2 juta ton), menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil karet alam terbesar kedua setelah Thailand (IRSG, 2007).Disamping sebagai penghasil devisa ekspor, perkebunan karet sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan rata-rata luas kepemilikan relatip kecil, tetapi merupakan sumber mata penghasilan bagi berjuta-juta keluarga petani karet. Pada tahun 2006, luas areal perkebunan rakyat mencapai tidak kurang dari 85%, sisanya merupakan perkebunan Negara dan Swasta. Dari total produksi, hampir 76% nya berasal dari perkebunan rakyat.Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki luas areal perkebunan karet terbesar adalah kabupaten Jember. Dari data statistika perkebunan karet di Indonesia Jember memiliki luas perkebunan karet sekitar 10 Ha dengan status perkebunan rakyat. Sedangkan perkebunan karet dengan status Milik pribadi adalah seluas kurang lebih 4 Ha. Berikut jumlah perkembangan karet di Indonesia.Tabel 2. Jumlah Area Perkebunan Karet Tahun 2005 2011

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur*) = angka sementara

2.2 Proses Pembuatan Karet dengan Metode irradiasiTeknologi pengolahan lateks alam dewasa ini semakin berkembang demi menghasilkan produk karet yang berkualitas. Salah satu yang berkembang adalah teknologi vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses pembentukan ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, yang dapat meningkatkan elastisitas dan menurunkan plastisitas. Vulkanisasi merupakan salah satu proses polimerisasi lateks, namun dengan menggunakan cara sederhana dengan menambahkan bahan kimia. Namun saat ini vulkanisasi digantikan dengan proses irradiasi atau biasa dikenal dengan polimerisasi lateks secara irradiasi. Proses pembuatan karet alam pekat iradiasi dapat dilakukan dengan tahap berikut:Gambar 2. Pengolahan Karet Alam Pekat IrradiasiLateks pekat dalam drum (A2) dituangkan ke dalam tanki pencampur (A3) dengan menggunakan pompa tekan (A1) lalu dibubuhi monomer vinil (A4 atau A5) sebagai bahan pemekat pada kadar tertentu, diumpankan ke dalam wadah (A6) lalu diiradiasi denga sinar- (A7) pada dosis tertentu pula, maka terjadilah lateks alam polimerisasi hasil irradiasi. Dan hasil karet alam iradiasi diletakkan pada wadah A8 dan siap untuk diproses lebih lanjut.Secara visual antara lateks alam proses belerang dengan lateks alam iradiasi tidak dapat dibedakan, baik warna, bau maupun bentuknya sama, yaitu berupa cairan berwarna putih susu atau berbau amonia . Perbedaannya tampak bila dilihat dengan Scanning Electron Microscope. Perbedaannya antara lain : Diameter rata-rata partikel karet lateks alam iradiasi lebih kecil dari pada karet lateks alam non iradiasi. Berdasarkan hasil uji fisik dan mekaniknya yaitu modulus dan tegangan putus, film karet lateks alam iradiasi lebih kuat, ulet dan elastis dari pada karet lateks alam non radiasi. Daya simpan lateks alam iradiasi lebih tahan lama yakni dapat disimpan sampai 6 bulan, sedang untuk lateks alam vulkanisasi belerang hanya mampu disimpan sekitar 3 minggu. Lateks alam iradiasi bebas nitrosamin (bahan penyebab kanker) dan rendah protein, sehingga bila digunakan untuk barang karet tidak menyebabkan penyakit kanker atau alergi. Hemat bahan kimia hanya 2 jenis bahan kimia yang digunakan, hemat energi panas karena menggunakan sinar radiasi. Lebih mudah didegradasi oleh alam, karena energi aktivitasnya lebih rendah, sehingga produk karet dari lateks alam iradiasi tidak mencemari dan akrab dengan lingkunganMenurut Goutara, (1975) polimerisasi radiasi adalah suatu teknik modifikasi bahan/polimer dengan menggunakan radiasi sinar gamma atau berkas elektron untuk mendapatkan bahan baru dengan sifat yang dikehendaki. Teknologi iradiasi untuk polimerisasi lateks dalam proses produksi barang karet terbukti lebih ramah lingkungan dan menghasilkan produk barang jadi karet yang lebih aman untuk dipergunakan, karena bebas senyawa karsinogenik dan Nitrosamin. Berikut merupakan diagram alir pemgolahan karet.Lateks pekat, KKK 60%

Penuangan dalam tangki

Pencampuran dengan monomer vinil

Penyinaran dengan sinar Co-60Lateks pekat iradiasi

Gambar 3.Diagram Alir Proses Pembuatan Karet Pekat IradiasiLateks alam yang didapatkan dari kebun ditambah bahan pemekat kemudian di irradiasi dengan sinar gamma cobalt-60. Penambahan bahan pemekat harus memperhatikan 2 hal yaitu dapat masuk kedalam partikel karet alam dan harus memiliki nilai G lebih rendah dari standart yang teah ditetapkan. Nilai G adalah jumlah radikal bebas yang terjadi akibat bahan mendapatkan energi 100 eV. Jenis bahan pemeka yang digunakan ada beberapa macam, namun berdasarkan penelitian terdahulu bahan pemeka yang sering digunakan adalah monomer monofungsional yaitu menemer vinil, yang memiliki sifat tidak toksik, tidak karsinogenik, dan tidak alergenik (Utama, 2008).Teknologi Lateks Alam Iradiasi adalah suatu teknologi membuat/memproduksi barang-barang karet dari lateks alam iradiasi. Dalam teknologi pengolahan lateks alam irradiasi ada lima cara membuat barang-barang karet dari lateks alam iradiasi, yaitu dengan cara celup, cara tuang, cara semprot, cara pelapisan dan dengan cara pembusaan. Secara rinci pembuatan karet alam irradiasi adalah sebagai berikut:a. Pembuatan barang karet dengan cara celup. Cetakan dimasukkan ke dalam lateks alam iradiasi, kemudian lateks yang menempel pada cetakan dikeringkan, selanjutnya dilepas dari cetakannya. Barang-barang karet yang dihasilkan dengan cara celup ini mempunyai ketebalan di bawah 0,5 mm. Barang karet tersebut adalah sarung tangan, balon, kondom, dll.b. Pembuatan barang karet dengan cara tuang. Lateks alam iradiasi dituangkan ke dalam cetakan, kemudian setelah lateks yang melekat pada cetakan kering, dilepas. Barang-barang karet yang dihasilkan dengan cara tuang ini mempunyai ketebalan di atas 0,5 mm, misalnya topeng, perlak bayi.c. Pembuatan barang karet dengan cara semprot. Lateks alam iradiasi disemprotkan melalui lubang kecil, kemudian lateks yang keluar dari lubang kecil tersebut digumpalkan, dicuci dan dikeringkan. Cara ini hanya bisa dikerjakan oleh industri menengah atau besar, karena biasanya menggunakan peralatan yang serba otomatis. Barang karet yang dihasilkan berupa benang karet.d. Proses pelapisan dengan lateks alam iradiasi. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk melapisi suatu benda, yaitu dengan cara mengulaskan lateks alam iradiasi. Dan yang lain dengan cara menyemprotkan lateks ke permukaan benda. Cara pertama dapat dilakukan di industri tekstil, yaitu pelapisan kain.e. Pembuatan barang karet dengan cara pembusaan. Lateks alam iradiasi diberi bahan pembusa kemudian diaduk sampai lateks tersebut berbentuk busa, lalu dalam keadaan berbusa lateks digumpalkan. Barang karet yang dihasilkan adalah karet busa.Berikut merupakan Spesifikasi karet alam irradiasi berdaasarkan ISO 2004, dan lateks alam polomerisasi tipe PV :Tabel 3. Spesifikasi Karet Alam Menurut ISO 2004SifatISO 2004Lateks alam polimerisasi tipe PV

Kadar karet kering (KKK) %60,0*56

Kadar jumlah padatan 61,5*57,5

KJP-KKK2**1,5

Kadar Amonia, % berat karet0,6*0,6

Bilangan VFA0,20**0,039

Bilangan MST650*1800

Ph-10-11

Kadar MG++, %0,08**0,03

Bilangan KOH, %-60-90

Kekentalan Cp1-220-24

Tegangan putus film karet24-28b

*nilai minimum **nilai maksimum- : tidak dipersyaratkanb: film karet vulkanisasi belerang.

2.3 Proses Pembuatan MatrasMatras merupakan produk olahan karet yang biasanya diaplikasikan dalam bidang olahraga berupa lembaran karet tebal sehingga penggunaannya dapat sebagai alas tidur, sarana pertandingan beberapa cabang olahraga. Pembuatan matras dilakukan dengan metode tuang yakni lateks alam iradiasi dituangkan ke dalam cetakan, kemudian setelah lateks yang melekat pada cetakan kering, dilepas. Proses pembuatan matras menggunakan metode tuang meliputi beberapa proses yakni mixing, pouring, molding, freezing, heating, wash cycle, drying, dan quality testing. 2.3.1 Mixing (Pencampuran)Bahan utama lateks alam, adalah karet yang diekstraksi dari pohon Hevea brasiliensis tropis dengan cara yang sama getah diekstrak dari pohon maple. Karet ini dikombinasikan dengan bahan lain yang secara alami biodegradable yang berasal dari sumber daya terbarukan dan Air. Bahan-bahan tersebut dicampur pada suhu terkontrol di dalam tanki baja.2.3.2 Pouring (Penuangan)Bahan yang telah di mixing atau dicampur, dituangkan kedalam cetakan matras, sehingga bahan yang terbentuk sesuai dengan bentuk cetakan. Lateks alam iradiasi dituangkan ke dalam cetakan, kemudian setelah lateks yang melekat pada cetakan kering, dilepas. Barang-brang karet yang dihasilkan dengan cara tuang ini mempunyai ketebalan di atas 0,5 mm. 2.3.3 MoldingCampuran dimasukkan ke pencetak dan dikocok sehingga menjadi buih kemudian disuntikkan ke dalam cetakan pin aluminium. Pin tersebut membuat struktur sel yang unik yang secara alami menyebabkan meningkatnya sirkulasi udara. Cetakan ditutup dan di vakumkan sehingga cetakan benar-benar terisi oleh Material Latex (busa). Busa ini kemudian didinginkan pada suhu -20 derajat. Proses pembekuan bertujuan mencegah partikel menetap dan memastikan struktur sel konsisten, dan kualitas kekenyalan terjaga. Gas CO2 digunakan dalam proses ini. Selanjutnya busa dipanaskan pada suhu 220 oF untuk mengembalikan sifat busa menjadi padat. 2.3.4 PencucianLateks alam ini kemudian dikeluarkan dari cetakan dan melalui lima tahap proses pencucian untuk menghilangkan sisa sabun dan dibilas menggunakan air segar.2.3.5 PengeringanLateks kemudian diproses ke dua jalur pengeringan untuk menghilangkan sisa-sisa proses dan menghilangkan kelembaban.2.3.6 Pengujian KualitasSetelah kering, setiap inti lateks mengalami sembilan poin tes konsistensi untuk memastikan semua lempengan Latex memenuhi standar kualitas.2.3.7 FabrikasiLempengan Lateks dipotong untuk memenuhi permintaan. Berikut ini merupakan proses pengolahan matras dengan bahan baku lateks.Lateks pekat

+ Air+ Bahan Tambahan

Mixing

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan MatrasMatrasFabrikasiQuality TestingPengeringanWashingMolding (Vacum)Penuangan

BAB 3. PENUTUP

3.1 KesimpulanBerdasarkan hasil pembahasan Pembuatan Matras sebagai Produk Hilir Karet adalah sebagai berikut:a. Lateks pekat diolah langsung dari lateks kebun melalui proses pemekatan yang umumnya secara sentrifugasi sehingga kadar airnya turun dari sekitar 70% menjadi 40-45%;b. Polimerisasi radiasi adalah suatu teknik modifikasi bahan/polimer dengan menggunakan radiasi sinar gamma atau berkas elektron untuk mendapatkan bahan baru dengan sifat yang dikehendaki;c. Proses pembuatan matras menggunakan metode tuang meliputi beberapa proses yakni mixing, pouring, molding, freezing, heating, wash cycle, drying, dan quality testing.

3.2 SaranProses pengolahan karet dengan metode radiasi cukup mahal, perlu dikembangkan metode pengolahan lain yang dapat di daur ulang sehingga memberikan dampak baik bagi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistika Nasional. 2012. Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia. Jakarta :BPS.Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. 2012. Luas Areal Perkebunan Karet. Surabaya : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.Djumarti. 2012. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan Lateks. Jember : FTP-THP UJ.Goutara dan Wijadi. 1975. Dasar Pengolahan Karet I. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor.Utama, Marga dkk. 2008. Produksi Lateks Alam Polimerisasi dan Sarung Tangannya dalam Skala Industri. Serpong : PT. Laksindo Utama.Irfan, M. 2009. Pengeringan karet busa alam. Bogor, Balai Penelitian Tanaman Karet.