tugas makalah 1.3.doc
Transcript of tugas makalah 1.3.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum tidak hanya berdasarkan
pada kekuasaan belaka, selain itu juga berdasarkan Pancasila dan
Undang Undang Dasar 1945. Hal ini berarti Negara Indonesia menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan menjamin warga negaranya bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung
tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa ada kecualinya. Pernyataan
bahwa Indonesia merupakan negara hukum juga mempunyai
konsekuensi, bahwa Negara Indonesia menerapkan hukum sebagai
ideologi untuk menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta
kesejahteraan bagi warga negara, sehingga hukum itu bersifat mengikat
bagi setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negaranya. Negara
hukum harus memenuhi beberapa unsur, antara lain pemerintah dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, harus berdasar hukum atau
peraturan perundang-undangan, adanya jaminan terhadap hak asasi
manusia, adanya pembagian kekuasaan dalam negara, adanya
pengawasan dari badan-badan peradilan.
Berkaitan dengan unsur di atas, adanya jaminan terhadap hak
asasi manusia (HAM), dapat diartikan bahwa di dalam setiap konstitusi
selalu ditemukan adanya jaminan terhadap hak asasi manusia (warga
negara). Pada UUD 1945 perlindungan konstitusi terhadap hak asasi
manusia tersebut tercantum dalam Pasal 28.
Setiap negara memiliki kewajiban untuk menjamin dan
menghormati hak asasi manusia, melindungi dan menegakkannya di
negara masing-masing. Oleh karena itu, sebagaimana ditegaskan dalam
Mukadimah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia/DUHAM, HAM perlu
dilindungi dengan merumuskannya dalam instrumen hukum.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat dirumuskan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana definisi dan konsepsi negara hukum?
2. Apa saja ciri-ciri dan asas-asas negara hukum?
3. Apa pengertian HAM ?
4. Sebutkan macam- macam HAM ?
5. Sebutkan undang-undang mengenai HAM ?
6. Apa saja Lembaga penegak HAM di Indonesia ?
7. Bagaimana hubungan Negara hukum dan HAM ?
8. Sebutkan berbagai macam pelanggaran HAM yang terjadi di negara
hukum ?
9. Studi kasus
1.3 Manfaat dan Tujuan
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah memberikan
pengetahuan dan informasi mengenai negara hukum dan HAM kepada
pembaca. Dan tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang negara hukum dan HAM, serta mampu menerapkan
undang-undang HAM di lingkungan masyarakat agar mereka menjadi
kritis terhadap kejadian yang sedang terjadi di masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Definisi dan Konsepsi Negara Hukum
2.1.1 Definisi Negara Hukum
Dalam penjelasan UUD 1945 bagian pertama tentang sistem
pemerintahan negara Republik Indonesia disebutkan bahwa “Indonesia
adalah Negara yang berdasarkan atas hukum”. Adapun pengertian negara
hukum menurut pendapat beberapa ahli, yaitu:
a. Aristoteles
Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada
warga negaranya.
b. Hugo Krabbe
Bahwa Negara seharusnya Negara Hukum (rechtsstaat) dan setiap
tindakan Negara harus didasarkan pada hukum atau harus dapat
dipertanggungjawabkan pada hukum.
c. F.R. Bothlingk
De staat, waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt door
grenzen van recht” (negara, dimana kebebasan kehendak
pemegang kekuasaan dibatasi oleh ketentuan hukum).
d. Wirjono Prodjodikoro
a. Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya alat-alat
perlengkapan dari pemerintah dalam tindakannya baik terhadap
para warga negara maupun dalam negara saling berhubungan
masing-masing, tidak boleh sewenang-wenang, melainkan
harus memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku;
b. Semua orang (penduduk) dalam hubungan kemasyarakatan
harus tunduk pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
3
e. Prof. R. Djokosutomo, SH
Negara Hukum menurut UUD 1945 adalah berdasarkan pada
kedaulatan hukum. Hukumlah yang berdaulat. Negara adalah
merupakan subjek hukum, dalam arti rechtstaat (badan hukum
republik). Karena negara itu dipandang sebagai subjek hukum,
maka jika ia bersalah dapat dituntut didepan pengadilan karena
perbuatan melanggar hukum.
f. Prof. Dr. Ismail Suny, SH., M. CL
dalam brosur beliau “Mekanisme Demokrasi Pancasila”
mengatakan, bahwa negara hukum Indonesia memuat unsur-
unsur:
1. Menjunjung tinggi hukum
2. Adanya pembagian kekuasaan
3. Adanya perlinduungan terhadap hak-hak asasi manusia serta
remedi-remedi prosedural untuk mempertahankannya
4. Dimungkinkan adanya peradilan administrasi
g. Sudargo Gautama
Dalam negara hukum terdapat pembatasan kekuasaan negara
terhadap perseorangan. Kekuasaan negara tidak absolute atau
tidak sewenang-wenang, segala tindakan negara dibatasi hokum
h. Prof.Dr. Djoko Soetono, S.H.
Negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara yang
berdasarkan pada kedaulatan hukum.
i. Prof.Dr. Padmo Wahyono, S.H.
Negara hukum yang ideal pada abad ke-20 adalah jika segala
tindakan penguasa selalu dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.
4
2.1.2 Konsepsi Negara Hukum
Secara historis, gagasan tentang konsepsi negara hukum terus
bergulir sejalan dengan arus perkembangan sejarah. Mulai dari konsepsi
negara hukum liberal (nachwachter staat/ negara sebagai penjaga malam)
ke negara hukum formal (formele rechtsstaat) kemudian menjadi negara
hukum materiil (materiele rechtsstaat) hingga pada ide negara
kemakmuran (welvarstaat) atau negara yang mengabdi kepada
kepentingan umum (social service state atau sociale verzorgingsstaat).
Negara hukum liberal atau yang sering disebut sebagai negara
hukum dalam arti sempit adalah konsepsi yang diberikan oleh Immanuel
Kant (1724 – 1804 SM), yang kemunculannya bersamaan dengan lahirnya
paham liberalisme yang menentang kekuasaan absolut dari para raja
pada masa itu. Menurut paham liberalisme negara justru harus
melepaskan dirinya dari campur tangan urusan kepentingan rakyatnya,
yang berarti sikap negara harus pasif (staatsonthouding). Kant
berangapan bahwa negera hukum yang baik ialah Negara hokum yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (rust en order) karena itu,
ide Negara hokum versi kant ini lebih dikenal dengan nama Negara “jaga
malam” (nachtwakerstaat).
Negara hukum formal merupakan konsepsi negara hukum yang
ditawarkan oleh Frederich Julius Stahl melalui tulisanya yang berjudul
philosophie des rechts yang dipublikasikan pada tahun 1878. Hal yang
melatarbelakangi tercetusnya konsepsi Negara hukum formal yaitu
sebagai reaksi atas konsepsi Negara hukum liberal yang kurang
melindungi rakyat kecil. Konsep Negara hukum formal Frederich Julius
Stahlbertujuan untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap hak
asasi manusia sekaligus membatasi penyelengaraan kekuasaan. Tetapi
wujud negara hukum formal hanya membawa perubahan pada aspek
social dan politik saja. Tidak membawa perubahan dalam aspek ekonomi
5
yang berkaitan dengan peningkatan kesejahtraan rakyat. Urusan ekonomi
diserahkan pada warganya dengan dalil laissez faire, laissez aller Pada
akhirnya terdapat kesenjangan yang sangat besar dalam masyarakat.
Selain itu, dalam Negara hukum formal dalam seluruh penyelengaraan
kekuasaan harus berdasarkan pada peraturan hukum yang tertuis. Hal ini
menyebabbkan perwujudan Negara hukum formal lebih mengedepankan
aspek formal dibandingkan aspek matrialnya. Pada giliranya,
penyelengaraan kekuasaan dan pemerintah menjadi kaku karena seluruh
tidakanya harus berdasaarkan peraturan hukum yang berlaku.
Negara hukum materiil atau yang disebut welvarstaat yaitu konsep
Negara hukum yang membuat negara harus bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan seluruh warganya. Dengan landasan dan semangat Negara
hukum dalam arti materiil itu, setiap tindakan Negara haruslah
mempertimbangkan dua kepentingan atau landasan, ialah kegunaannya
(doelmatigheid) dan landasan hukumnya (rechmatighed). Negara hukum
materiil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari Negara
hukum formil. Pada Negara hukum formil tindakan penguasa harus
berdasarkan undang-undang aatau berlaku asas legalitas. Tapi dalam
Negara hukum materiil tinndakan dari penguasa dalam hal mendesak
demi kepentingan warga negar dibenarkan bertindak menyimpang dari
undang undang atau berlaku asas opportunitas. Dalam hal ini
pemerintahanya memiliki keluasan untuk turut campur tangan dalam
urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertangungjawab
terhadap kesejahtraan rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam
upaya membangun kesejahtraan rakyat.
Dalam bernegara, umat manusia memang tidak mengenal adanya
konsep Negara Ekonomi atau pun Negara Politik. Yang ada adalah doktrin
mengenai Negara Hukum. Negara kita diimpikan oleh ‘the founding
leaders’ sebagai Negara Hukum atau ‘Rechtsstaat’ menurut tradisi Eropa
Kontinental atau pun ‘The Rule of Law’, menurut tradisi Anglo-Amerika.
6
Negara Indonesia ialah ‘rechtsstaat’, bukan ‘machtsstaat’ (negara
kekuasaan) atau pun korporatokrasi.
Persaman antara konsep rechtsstaat dengan konsep rule of law,
yaitu pada dasarnya kedua konsep itu mengarahkan dirinya pada satu
sasaran yang utama, yakni pengakuan dan perlindungan terhadap hak-
hak asasi manusia.
Sedangkan perbedaan antara konsep rechsstaat dengan konsep
rule of law, yaitu:
a. Konsep rechsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang
absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep rule
of law berkembang secara evolusioner.
b. Konsep rechsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental yang
disebut civil law, sedangkan konsep rule of law bertumpu atas
sistem hukum yang disebut common law. Karakteristik civil law
adalah administratif, tapi karakteristik common law adalah judicial.
Menurut Mahfud MD (dalam Imamuddin, 2011), perbedaan
konsepsi antara rechtsstaat dengan rule of law sebenarnya lebih terletak
pada operasionalisasi atas substansi yang sama yaitu perlindungan atas
hak-hak asasi manusia.
Perbedaan yang menonjol antara konsep rechtsstaat dan rule of
law ialah pada konsep rechtsstat peradilan administrasi negara
merupakan suatu sarana yang sangat penting dan sekaligus pula ciri yang
menonjol pada rechtsstaat itu sendiri. Sebaliknya pada rule of law,
peradilan administrasi tidak diterapkan, karena kepercayaan masyarakat
yang besar kepada peradilan umum. Ciri yang menonjol pada konsep rule
of law ialah ditegakkannya hukum yang adil dan tepat (just law).
7
Menurut Prof. Jimly Asshiddiqie prinsip pokok Negara Hukum yang
berlaku di zaman sekarang ini merupakan pilar utama yang menyangga
berdiri tegaknya suatu negara sehingga dapat disebut sebagai Negara
Hukum dalam arti yang sebenarnya. Di samping itu, jika konsep Negara
Hukum itu dikaitkan pula dengan paham negara yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa seperti Indonesia, maka keduabelas prinsip tersebut patut
pula ditambah satu prinsip lagi, yaitu: Prinsip Berke-Tuhanan Yang Maha
Esa sebagai prinsip kesebelas gagasan Negara Hukum modern. Prinsip
pokok negara hukum menurut Jimly Asshiddiqie adalah sebagai berikut :
1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law):
Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi
hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum
sebagai pedoman tertinggi. Dalam perspektif supremasi hukum
(supremacy of law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang
sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang
mencerminkan hukum yang tertinggi. Pengakuan normative atas
supremasi hukum tercermin dalam perumusan hukum dan/atau
konstitusi, sedangkan pengakuan empirik tercermin dalam perilaku
sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu memang
‘supreme’. Bahkan, dalam republik yang menganut sistem presidential
yang bersifat murni, konstitusi itulah yang sebenarnya lebih tepat untuk
disebut sebagai ‘kepala negara’. Itu sebabnya, dalam sistem
pemerintahan presidential, tidak dikenal pembedaan antara kepala
Negara dan kepala pemerintahan seperti dalam sistem pemerintahan
parlementer.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law):
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
pemerintahan, yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara
empirik. Dalam rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan
8
tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui
sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-tindakan
yang bersifat khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative
actions’ guna mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat
tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar
kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan yang sama dan
setara dengan kelompok masyarakat kebanyakan yang sudah jauh
lebih maju. Kelompok masyarakat tertentu yang dapat diberikan
perlakuan khusus melalui ‘affirmative actions’ yang tidak termasuk
pengertian diskriminasi itu misalnya adalah kelompok masyarakat suku
terasing atau kelompok masyarakat hukum adapt tertentu yang
kondisinya terbelakang. Sedangkan kelompok warga masyarakat
tertentu yang dapat diberi perlakuan khusus yang bukan bersifat
diskriminatif, misalnya, adalah kaum wanita ataupun anak-anak
terlantar.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law):
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas
dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu segala tindakan
pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan
yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan tertulis harus
ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan
administrasi yang dilakukan. Dengan demikian, setiap perbuatan atau
tindakan administrasi harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and
procedures’ (regels). Prinsip normatif demikian nampaknya sangat
kaku dan dapat menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Karena itu,
untuk menjamin ruang gerak para pejabat administrasi negara dalam
menjalankan tugasnya, maka sebagai pengimbang, diakui pula adanya
prinsip ‘frijsermessen’ yang memungkinkan para pejabat administrasi
negara mengembangkan dan menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ atau
‘policy rules’ yang berlaku internal secara bebas dan mandiri dalam
9
rangka menjalankan tugas jabatan yang dibebankan oleh peraturan
yang sah.
4. Pembatasan Kekuasaan:
Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara
dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara
vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal. Sesuai dengan
hukum besi kekuasaan, setiap kekuasaan pasti memiliki
kecenderungan untuk berkembang menjadi sewenang-wenang, seperti
dikemukakan oleh Lord Acton: “Power tends to corrupt, and absolute
power corrupts absolutely”. Karena itu, kekuasaan selalu harus
dibatasi dengan cara memisah-misahkan kekuasaan ke dalam
cabang-cabang yang bersifat ‘checks and balances’ dalam kedudukan
yang sederajat dan saling mengimbangi dan mengendalikan satu
sama lain. Pembatasan kekuasaan juga dilakukan dengan membagi-
bagi kekuasaan itu ke dalam beberapa organ yang tersusun secara
vertical. Dengan demikian, kekuasaan tidak tersentralisasi dan
terkonsentrasi dalam satu organ atau satu tangan yang memungkinkan
terjadinya kesewenang-wenangan.
5. Organ-Organ Eksekutif Yang Bersifat Independen:
Dalam rangka pembatasan kekuasaan tersebut, tidak lagi cukup
bahwa kekuasaan Pemerintah dipisah dan dibagi-bagikan ke dalam
beberapa organ seperti selama ini. Untuk meningkatkan kualitas
demokrasi dan demokratisasi, terutama sejak akhir abad ke 20,
kekuasaan pemerintahan juga semakin dikurangi dengan dibentuknya
berbagai ‘independent body’ seperti Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (KOMNASHAM), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan bahkan
lembaga tradisional yang sebelumnya melekat sebagai bagian tak
terpisahkan dari fungsi eksekutif, juga dikembangkan menjadi
10
independent seperti Bank Central, Organisasi Tentara, Kepolisian, dan
bahkan di beberapa Negara juga Kejaksaan dibuat independent,
sehingga dalam menjalankan tugas utamanya tidak dipengaruhi oleh
kepentingan politik memereka yang menduduki jabatan politik di
pemerintahan. Di hamper semua negara demokrasi, gejala
pertumbuhan badan-badan independen semacam itu merupakan
sesuatu yang niscaya. Di Amerika Serikat sendiri, lebih dari 30-an
badan semacam ini dikembangkan selama abad ke 20, dan biasa
disebut sebagai ‘independent auxiliary state organs’ (lembaga-
lembaga negara yang independent dan bersifat penunjang). Beberapa
di antaranya diberi kewenangan regulatoris sehingga biasa disebut
sebagai ‘self regulatory body’. Di Indonesia, dapat disebut beberapa di
antaranya, misalnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPTPK), dan sebagainya.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak:
Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and
impartial judiciary). Peradilan bebas dan tidak memihak ini mutlak
harus ada dalam setiap Negara Hukum. Dalam menjalankan tugas
judisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun juga, baik
karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang
(ekonomi). Untuk menjamin keadilan dan kebenaran, tidak
diperkenankan adanya intervensi ke dalam proses pengambilan
putusan keadilan oleh hakim, baik intervensi dari lingkungan
kekuasaan eksekutif maupun legislative ataupun dari kalangan
masyarakat dan media massa. Dalam menjalankan tugasnya, hakim
tidak boleh memihak kepada siapapun juga kecuali hanya kepada
kebenaran dan keadilan. Namun demikian, dalam menjalankan
tugasnya, proses pemeriksaan perkara oleh hakim juga harus bersifat
terbuka, dan dalam menentukan penilaian dan menjatuhkan putusan,
hakim harus menghayati nilai-nilai keadilan yang hidup di tengah-
11
tengah masyarakat. Hakim tidak hanya bertindak sebagai ‘mulut’
undang-undang atau peraturan perundang-undangan, melainkan juga
‘mulut’ keadilan yang menyuarakan perasaan keadilan yang hidup di
tengah-tengah masyarakat.
7. Peradilan Tata Usaha Negara:
Meskipun peradilan tata usaha negara juga menyangkut prinsip
peradilan bebas dan tidak memihak, tetapi penyebutannya secara
khusus sebagai pilar utama Negara Hukum tetap perlu ditegaskan
tersendiri. Dalam setiap Negara Hukum, harus terbuka kesempatan
bagi tiap-tiap warga negara untuk menggugat keputusan pejabat
administrasi Negara dan dijalankannya putusan hakim tata usaha
negara (administrative court) oleh pejabat administrasi negara.
Pengadilan Tata Usaha Negara ini penting disebut tersendiri, karena
dialah yang menjamin agar warga negara tidak didzalimi oleh
keputusan-keputusan para pejabat administrasi negara sebagai pihak
yang berkuasa. Jika hal itu terjadi, maka harus ada pengadilan yang
menyelesaikan tuntutan keadilan itu bagi warga Negara, dan harus
ada jaminan bahwa putusan hakim tata usaha Negara itu benar-benar
djalankan oleh para pejabat tata usaha Negara yang bersangkutan.
Sudah tentu, keberadaan hakim peradilan tata usaha negara itu sendiri
harus pula dijamin bebas dan tidak memihak sesuai prinsip
‘independent and impartial judiciary’ tersebut di atas.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court):
Di samping adanya Pengadilan Administrasi Negara atau Pengadilan
Tata Usaha Negara (verwaltungsgericht), di lingkungan negara-negara
yang menganut tradisi ‘civil law’, sejak tahun 1920, juga berkembang
adanya Pengadilan Tata Negara (verfassungsgericht). Jika pengadilan
tata usaha negara dapat disebut sebagai fenomena abad ke-19 dan
12
karena itu dianggap sebagai salah satu ciri penting konsep
‘rechtsstaat’ abad ke-19, maka dengan berkembangnya pengadilan
tata negara pada abad ke-20, adalah wajar pula jika keberadaannya
organ baru ini, baik keberadaan kelembagaannya yang berdiri sendiri
ataupun setidaknya dari segi fungsinya sebagai pengawal konstitusi
sebagaimana yang dikaitkan dengan fungsi Mahkamah Agung
Amerika Serikat, juga sebagai ciri konsep negara hukum modern. Jika
suatu negara mengklaim menganut paham Negara Hukum, tetapi tidak
tersedia mekanisme untuk mengontrol konstitusionalitas pembuatan
undang-undang ataupun konstitusionalitas penyelenggaraan
demokrasi, maka negara yang bersangkutan tidak sempurna untuk
disebut sebagai Negara Hukum yang demokratis (democratische
rechtsstaat) ataupun negara demokrasi yang berdasar atas hukum
(constitutional democracy).
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia:
Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia
dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses
yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut
dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan
penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
sebagai ciri yang penting suatu Negara Hukum yang demokratis.
Setiap manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang bersifat bebas dan asasi. Terbentuknya
Negara dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu Negara
tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi
kemanusiaan itu. Karena itu, adanya perlindungan dan penghormatan
terhadap hak-hak asasi manusia itu merupakan pilar yang sangat
penting dalam setiap Negara yang disebut sebagai Negara Hukum.
Jika dalam suatu Negara, hak asasi manusia terabaikan atau dilanggar
dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak dapat
13
diatasi secara adil, maka Negara yang bersangkutan tidak dapat
disebut sebagai Negara Hukum dalam arti yang sesungguhnya.
10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat):
Dalam setiap Negara Hukum, dianut dan dipraktekkan adanya prinsip
demokrasi atau kedaulatan rakyat yang menjamin peranserta
masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan.
Dengan adanya peranserta masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan tersebut, setiap peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan dan ditegakkan dapat diharapkan benar-benar
mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah masyarakat.
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh
ditetapkan dan diterapkan secara sepihak oleh dan/atau hanya untuk
kepentingan penguasa secara bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Karena hukum memang tidak dimaksudkan untuk hanya
menjamin kepentingan segelintir orang yang berkuasa, melainkan
menjamin kepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa kecuali.
Artinya, negara hukum (rechtsstaat) yang dikembangkan bukanlah
‘absolute rechtsstaat’, melainkan ‘democratische rechtsstaat’ atau
negara hukum yang demokratis. Dengan perkataan lain, dalam setiap
Negara Hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya
demokrasi, sebagaimana di dalam setiap Negara Demokrasi harus
dijamin penyelenggaraannya berdasar atas hukum.
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Kesejahteraan
(Welfare Rechtsstaat):
Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan
bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan melalui
gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan
melalaui gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk
14
meningkatkan kesejahteraan umum. Bahkan sebagaimana cita-cita
nasional Indonesia yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945,
tujuan bangsa Indonesia bernegara adalah dalam rangka melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social. Negara Hukum berfungsi
sebagai sarana untuk mewujudkan dan mencapai keempat tujuan
negara Indonesia tersebut. Dengan demikian, pembangunan negara
Indonesia tidak akan terjebak menjadi sekedar ‘rule-driven’, melainkan
tetap ‘mission driven’, tetapi ‘mission driven’ yang tetap didasarkan
atas aturan.
12. Transparansi dan Kontrol Sosial:
Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap
proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan
kekurangan yang terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi
dapat dilengkapi secara komplementer oleh peranserta masyarakat
secara langsung (partisipasi langsung) dalam rangka menjamin
keadilan dan kebenaran. Adanya partisipasi langsung ini penting
karena sistem perwakilan rakyat melalui parlemen tidak pernah dapat
diandalkan sebagai satu-satunya saluran aspirasi rakyat. Karena
itulah, prinsip ‘representation in ideas’ dibedakan dari ‘representation in
presence’, karena perwakilan fisik saja belum tentu mencerminkan
keterwakilan gagasan atau aspirasi. Demikian pula dalam penegakan
hukum yang dijalankan oleh aparatur kepolisian, kejaksaan,
pengacara, hakim, dan pejabat lembaga pemasyarakatan, semuanya
memerlukan kontrol sosial agar dapat bekerja dengan efektif, efisien
serta menjamin keadilan dan kebenaran.
13. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa:
15
Negara modern biasanya mengaitkan diri dengan paham sekularisme
yang memisahkan diri dari urusan-urusan keagamaan dan ketuhanan
sama sekali. Negara modern mengaku (claim) mampu bersikap netral
dalam urusan-urusan agama dan keagamaan. Karena itu, dimensi-
dimensi ketuhanan lazimnya berada di luar jangkauan kajian
kenegaraan. Akan tetapi, Negara Hukum Indonesia adalah negara
hukum yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa. Karena setiap produk
hukum Indonesia di samping harus dibuat dan ditetapkan secara
demokratis serta ditegakkan tanpa melanggar hak-hak asasi manusia,
juga mempersyaratkan adanya persesuaiannya dengan ataupun
terbebas dari kemungkinan bertentangan dengan norma-norma agama
yang diyakini oleh para subjek warganegara Indonesia. Hukum
Indonesia juga tidak boleh ditegakkan dengan semena-mena dengan
tanpa mempertimbangkan nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
konteks kehidupan umat beragama dalam negara Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila.
Idealitas negara berdasarkan hukum ini pada dataran implementasi
memiliki karakteristik yang beragam, sesuai dengan muatan lokal, falsafah
bangsa, ideologi negara, dan latar belakang historis masing-masing
negara. Oleh karena itu, secara historis dan praktis, konsep negara
hukum muncul dalam berbagai model seperti negara hukum menurut
Qur’an dan Sunnah atau nomokrasi Islam, negara hukum menurut konsep
Eropa Kontinental yang dinamakan rechtsstaat, negara hukum menurut
konsep Anglo-Saxon (rule of law), konsep socialist legality, dan konsep
negara hukum Pancasila.
Menurut Philipus M. Hadjon, karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia, yaitu
sebagai berikut :
16
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan
asas kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan
kekuasaan negara;
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana ter-akhir;
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Berdasarkan penelitian Tahir Azhary, negara hukum Indonesia memiliki
Unsur-unsur sebagai berkut :
1) Ada hubungan yang erat antara agama dan negara;
2) Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;
3) Kebebasan beragama dalam arti positip;
4) Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;
5) Asas kekeluargaan dan kerukunan.
Meskipun antara hasil penelitian Hadjon dan Tahir Azhary terdapat
perbedaan, karena terdapat titik pandang yang berbeda. Tahir Azhary
melihatnya dari titik pandang hubungan antara agama dengan negara,
sedangkan Philipus memandangnya dari aspek perlindungan hukum bagi
rakyat. Namun sesungguhnya unsur-unsur yang dikemukakan oleh kedua
pakar hukum ini terdapat dalam negara hukum Indonesia. Artinya unsur-
unsur yang dikemukakan ini saling melengkapi.
2.2 Ciri-Ciri dan Asas-Asas Negara Hukum
2.2.1 Ciri-ciri Negara Hukum
17
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule
of Law. Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental
memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut.
1) Hak asasi manusia.
2) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi
manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika.
3) Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4) Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri
Rule of Law sebagai berikut.
1) Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan,
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2) Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa
maupun bagi pejabat.
3) Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh
konsep negara hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari
pencirian di atas terlihat bahwa peranan pemerintah hanya sedikit karena
ada dalil bahwa “Pemerintah yang sedikit adalah pemerintah yang baik”.
Dengan munculnya konsep negara hukum materiil pada abad ke-20 maka
perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh Stahl
dan Dicey di atas kemudian ditinjau lagi sehingga dapat menggambarkan
perluasan tugas pemerintahan yang tidak boleh lagi bersifat pasif.
Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam International Comunition
of Jurits pada konferensi Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri
18
pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis. Ciri-
ciri tersebut adalah:
1) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selai daripada
menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara procedural
untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
2) Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3) Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
4) Pemilihan umum yang bebas;
5) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi;
6) Pendidikan civics (kewarganegaraan)
Frans Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri negara
hukum sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi. Kelima ciri negara
hukum tersebut adalah sebagai berikut.
1) Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan
sesuai dengan ketetapan sebuah undang-undang dasar.
2) Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling
penting. Karena tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana
penindasan. Jaminan hak asasi manusia memastikan bahwa
pemerintah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk tindakan yang
tidak adil atau tercela.
3) Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu
dan hanya taat pada dasar hukum yang berlaku.
4) Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke
pengadilan dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.
5) Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.
2.2.2 Asas-Asas Negara Hukum
19
Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 Negara Indonesia
merupakan negara hukum (The Rule Of Law State). Didalam berpraktik
sebagai negara hukum maka kita perlu mengetahui tentang asas-asas
negara hukum. Sebagaimana dijelaskan olehArief Sidharta dan Scheltema
merumuskan pandangannya tentang unsur-unsur dan asas-asas negara
hukum secara baru, yaitu meliputi 5 (lima) hal sebagai berikut:
1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia
yang berakar dalam penghormatan atas martabat manusia (human
dignity).
2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara hukum untuk bertujuan
menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat.
Asas-asas yang terkandung dalam asas kepastian hukum itu
adalah:
a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum;
b. Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat
peraturan tentang cara pemerintah dan para pejabatnya
melakukan tindakan pemerintahan;
c. Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat
undang-undang harus lebih dulu diundangkan dan
diumumkan secara layak;
d. Asas peradilan bebas, independent, imparial, dan objektif,
rasional, adil dan manusiawi;
e. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena
alasan undang-undangnya tidak ada atau tidak jelas;
f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin
perlindungannya dalam undang-undang atau UUD.
3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the
Law). Di dalam prinsip ini, terkandung (a) adanya jaminan
persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan
20
pemerintahan, dan (b) tersedianya mekanisme untuk menuntut
perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
4. Asas demokrasi di mana setiap orang mempunyai hak dan
kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau
untuk mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintahan. Untuk itu
asas demokrasi itu diwujudkan melalui beberapa prinsip, yaitu:
a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik
tertentu yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil yang diselenggarakan secara berkala;
b. Pemerintah bertanggung jawab dan dapat dimintai
pertanggungjawaban oleh badan perwakilan rakyat;
c. Semua warga negara memiliki kemungkinan dan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan politik dan mengontrol pemerintah;
d. Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian
rasional oleh semua pihak;
e. Kebebasan berpendapat/ berkeyakinan dan menyatakan
pendapat;
f. Kebebasan pers dan lalu lintas informasi;
g. Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk
memungkinkan partisipasi rakyat secara efektif.
5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan
masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan tujuan bernegara yang bersangkutan. Dalam asas
ini terkandung hal-hal sebagai berikut:
a. Asas-asas umum pemerintahan yang layak;
21
b. Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang
bermartabat manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam
aturan perundang-undangan, khususnya dalam konstitusi;
c. Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya,
memiliki tujuan yang jelas dan berhasil guna (doelmatig).
2.3 Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki manusia,
sesuai dengan kodratnya. Menurut ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1988
bahwa hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri
manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki manusia
sejak manusia itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak
yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak
tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh
manusia semata- mata karena ia manusia, bukan karena pemberian
masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak
tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara
lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat
yang tinggi. Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia.
Oleh karena itu, bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk
siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan
manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga
digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan
dengan sesama manusia.
22
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak
asasi manusia, ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang
harus dilaksanakan demi terlaksana atau tegaknya hak asasi manusia
(HAM). Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia, kita wajib untuk
memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga
dimiliki oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan
martabat kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal
itu disebabkan oleh hak – hak kemanusiaan yang sudah ada sejak
manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada diri
manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai
suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia
. Beberapa ahli menjelaskan pengertian HAM menurut
pendapatnya, yaitu yang pertama John Locke menyatakan bahwa individu
dikaruniai oleh alam, hak yang inheren atas kehidupan, kebebasan, dan
harta yang merupakan milik mereka sendiri, dan tidak dapat dipindahkan
atau dicabut oleh negara. Kemudian Maurice Cranston mengatakan Hak-
Hak Asasi Manusia adalah sesuatu yang melekat pada semua orang
setiap saat. Yang ketiga A. Gunawan Setiardjo memberikan pengertian
tentang Hak Asasi Manusia, yakni hak-hak yang melekat pada manusia
berdasarkan kodratnya. Dan yang terakhir Darwin Prinst memberikan
rumusan HAM sebagai hak yang melekat Tuhan Yang Maha Esa dengan
memberi manusia kemampuan membedakan yang baik dengan yang
buruk (akal budi).
Secara umum, apa yang dinamakan HAM adalah hak pokok atau
hak dasar, yaitu hak yang bersifat fundamental, sehingga keberadaannya
merupakan suatu keharusan, tidak dapat diganggu gugat, bahkan harus
dilindungi, dihormati, dan dipertahankan dari segala macam ancaman,
hambatan, dan gangguan dari manusia lainnya. Istilah hak asasi manusia
merupakan terjemahan dari istilah droits de l’homme dalam bahasa
23
Perancis yang berarti “hak manusia”, atau dalam bahasa Inggrisnya
human rights, yang dalam bahasa Belanda disebut menselijke rechten. Di
Indonesia umumnya dipergunakan istilah “hak-hak asasi”, yang
merupakan terjemahan dari basic rights dalam bahasa Inggris dan
grondrechten dalam bahasa Belanda. Dalam pengertian universal, HAM
diartikan sebagai hak kebebasan dasar manusia yang secara alamiah
melekat pada diri manusia, dan tanpa itu manusia tidak dapat hidup
secara wajar sebagai manusia. Dalam buku “ABC, Teaching of Human
Rights”, HAM didefinisikan sebagai hak-hak yang melekat secara kodrati
pada manusia, dan tanpa itu tidak dapat hidup layaknya seorang manusia
(those rights which are inherent in our nature and without which we cannot
live a human being).
b.3.1 Sejarah perkembangan dan Perumusan Hak Asasi Manusia di
dunia
Perkembangan atas pengakuan hak asasi manusia ini berjalan
secara perlahan dan beraneka ragam. Perkembangan tersebut antara lain
dapat ditelusuri sebagai berikut.
b.3.1.1 Hak Asasi Manusia di Yunani
Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato
(428-348 SM) meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan
diakuinya hak-hak asasi manusia. Konsepsinya menganjurkan
masyarakat untuk melakukan sosial kontrol kepada penguasa yang
zalim dan tidak mengakui nilai-nilai keadilan dan kebenaran.
Aristoteles (348-322 SM) mengajarkan pemerintah harus
mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan kehendak warga
negaranya.
24
b.3.1.2 Hak Asasi Manusia di Inggris
Inggris sering disebut-sebut sebagai negara pertama di
dunia yang memperjuangkan hak asasi manusia. Tonggak
pertama bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di Inggris.
Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai dokumen
kenegaraan yang berhasil disusun dan disahkan. Dokumen-
dokumen tersebut adalah sebagai berikut :
a. MAGNA CHARTA
Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan
bijaksana telah diganti oleh Raja John Lackland yang bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat dan para bangsawan.
Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan
rasa tidak puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil
mengajak Raja John untuk membuat suatu perjanjian yang
disebut Magna Charta atau Piagam Agung.
Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip
dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi
manusia lebih penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun
dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta
kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas
hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam
Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab
hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh
pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya
perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan
bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi
daripada kekuasaan raja.
25
Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :
1) Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati
kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris.
2) Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk
memberikan hak-hak sebagi berikut :
1) Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan
menghormati hak-hak penduduk.
2) Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa
bukti dan saksi yang sah.
3) Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap,
dinyatakan bersalah tanpa perlindungan negara dan tanpa
alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
4) Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur
ditahan, raja berjanji akan mengoreksi kesalahannya.
b. PETITION OF RIGHTS
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-
pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi
ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di depan parlemen
pada tahun 1628. Isinya secara garis besar menuntut hak-hak
sebagai berikut :
1) Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
2) Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di
rumahnya.
3) Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam
keadaan damai.
26
c. HOBEAS CORPUS ACT
Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur
tentang penahanan seseorang dibuat pada tahun 1679. Isinya
adalah sebagai berikut :
1) Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari
setelah penahanan.
2) Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah
menurut hukum.
d. BILL OF RIGHTS
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan
tahun 1689 dan diterima parlemen Inggris, yang isinya mengatur
tentang :
1) Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
2) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
3) Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus
seizin parlemen.
4) Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut
kepercayaan masing-masing
5) Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
b.3.1.3 Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan
hak-hak alam,seperti hak atas hidup, kebebasan, dan milik (life,
liberty, and property) mengilhami sekaligus menjadi pegangan
bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa
Inggris pada tahun 1776. Pemikiran John Locke mengenai hak-
hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika
Serikat yang dikenal dengan DECLARATION OF
INDEPENDENCE OF THE UNITED STATES.
27
Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya
tanggal 4 Juli 1776, suatu deklarasi kemerdekaan yang
diumumkan secara aklamasi oleh 13 negara bagian, merupakan
pula piagam hak-hak asasi manusia karena mengandung
pernyataan “Bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan
sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia
dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan
kebebasan untuk menikmati kebahagiaan”.
John Locke menggambarkan keadaan status naturalis,
ketika manusia telah memiliki hak-hak dasar secara perorangan.
Dalam keadaan bersama-sama, John Locke berpendapat
manusia yang berkedudukan sebagai warga negara hak-hak
dasarnya dilindungi oleh negara.
Declaration of Independence di Amerika Serikat
menempatkan Amerika sebagai negara yang memberi
perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia dalam
konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah
lebih dulu memulainya sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas
jasa presiden Thomas Jefferson presiden Amerika Serikat lainnya
yang terkenal sebagai “pendekar” hak asasi manusia adalah
Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy Carter.
Amanat Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang “empat
kebebasan” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika
Serikat tanggal 6 Januari 1941 yakni :
1. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran
(freedom of speech and expression).
2. Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya (freedom of religion).
3. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).
4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from
want).
28
Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan
sebagai kebalikan dari kekejaman dan penindasan melawan
fasisme di bawah totalitarisme Hitler (Jerman), Jepang, dan Italia.
Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan hak
(kebebasan) bagi umat manusia untuk mencapai perdamaian dan
kemerdekaan yang abadi. Empat kebebasan Roosevelt ini pada
hakikatnya merupakan tiang penyangga hak-hak asasi manusia
yang paling pokok dan mendasar.
b.3.1.4 Hak Asasi Manusia di Prancis
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan
dalam suatu naskah pada awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu
dilakukan untuk melawan kesewenang-wenangan rezim lama.
Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES DROITS
DE L’HOMME ET DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-
hak manusia dan warga negara. Pernyataan yang dicetuskan
pada tahun 1789 ini mencanangkan hak atas kebebasan,
kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte,
egalite, fraternite).
Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi
manusia masyarakat Prancis yang berada di Amerika ketika
Revolusi Amerika meletus dan mengakibatkan tersusunnya
Declaration des Droits de I’homme et du Citoyen. Kemudian di
tahun 1791, semua hak-hak asasi manusia dicantumkan
seluruhnya di dalam konstitusi Prancis yang kemudian ditambah
dan diperluas lagi pada tahun 1793 dan 1848. Juga dalam
konstitusi tahun 1793 dan 1795. revolusi ini diprakarsai pemikir-
pemikir besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire, serta Montesquieu.
Hak Asasi yang tersimpul dalam deklarasi itu antara lain :
1. Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.
29
2. Manusia mempunyai hak yang sama.
3. Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak
lain.
4. Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai
kedudukan serta pekerjaan umum.
5. Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut
undang-undang.
6. Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.
7. Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
8. Adanya kemerdekaan surat kabar.
9. Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.
10.Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
11.Adanya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan melaksanakan
kerajinan.
12.Adanya kemerdekaan rumah tangga.
13.Adanya kemerdekaan hak milik.
14.Adanya kemedekaan lalu lintas.
15.Adanya hak hidup dan mencari nafkah.
b.3.1.5 Hak Asasi Manusia oleh PBB
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946,
disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh
organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak
asasi manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai
pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor
Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948
30
Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris
menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa
UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau
Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia, yang terdiri
dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang umum
tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara
abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap
tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara lain
mencantumkan, Bahwa setiap orang mempunyai Hak :
1. Hidup
2. Kemerdekaan dan keamanan badan
3. Diakui kepribadiannya
4. Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain
menurut hukum untuk mendapat jaminan hokum dalam
perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak
bersalah kecuali ada bukti yang sah
1. Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
2. Mendapatkan asylum
3. Mendapatkan suatu kebangsaan
4. Mendapatkan hak milik atas benda
5. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
6. Bebas memeluk agama
7. Mengeluarkan pendapat
8. Berapat dan berkumpul
9. Mendapat jaminan sosial
10.Mendapatkan pekerjaan
11.Berdagang
12.Mendapatkan pendidikan
31
13.Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam
masyarakat
14.Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan
keilmuan
Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia
tentang Hak Asasi Manusia itu sebagai tolak ukur umum hasil
usaha sebagai rakyat dan bangsa dan menyerukan semua
anggota dan semua bangsa agar memajukan dan menjamin
pengakuan dan pematuhan hak-hak dan kebebasan- kebebasan
yang termasuk dalam pernyataan tersebut. Meskipun bukan
merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB secara moral
berkewajiban menerapkannya.
b.3.1.6 Hak Asasi Manusia di Indonesia
Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan
bermuara pada pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia
mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila.
Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak
asasi manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang
telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa
Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti
melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam
pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini
disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak yang dapat
dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain.
Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika
dalam melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan hak orang
lain,maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
32
Negara Republik Indonesia mengakui dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak
terpisah dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan
ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusisan,
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki
Negara Republik Indonesia,yakni:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang
Hak Asasi Manusia
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak
asasi manusia itu dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :
a. Hak-hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk
agama, dan kebebasan bergerak.
b. Hak-hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi
hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan
menjual serta memanfaatkannya.
c. Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut
serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih
dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.
d. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal equality).
b. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and
culture rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan
dan hak untukmengembangkan kebudayaan.
33
c. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara
peradilan dan perlindungan (procedural rights). Misalnya
peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,
penggeledahan, dan peradilan.
Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan
dalam Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan
Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998.
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang, di Indonesia
telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, antara lain :
1. Periode 18 agustus 1945 sampai 27 desember 1949 berlaku UUD
1945.
2. Periode 27 desember 1949 sampai 17 agustus 1950 berlaku konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
3. Periode 17 agustus 1950 sampai tahun 1959 berlaku UUDS 1950.
4. Periode 5 juli 1959 sampai sekarang berlaku UUD 1945.
Dalam UUD 1945 butir-buti hak asasi manusia hanya tercantum
beberapa saja. Sementara konstitusi RIS 1945 dan UUDS 1950 hampir
bulat-bulat mencantumkan isi deklarasi HAM dari PBB.
Pada awal orde baru, salah satu tujuan pemerintah adalah
melaksanakan hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945 serta
berusaha untuk melengkapinya. Tugas untuk melengkapi HAM ini
ditangani oleh panitia MPRS yang kemudian menyusun rancangan
piagam hak asasi manusia serta hak dan kewajiban warga negara yang
dibahas dalam sidang MPRS tahun 1968.
Pada awal reformasi itu diselenggarakan pula sidang istimewa
MPR (1998) yang salah satu ketetapannya berisi piagam HAM
34
2.4 Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM)
1.1.1 Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)
Hak Asasi Pribadi adalah hak yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan
bergerak, kebabasan dalam untuk aktif setiap organisasi atau
perkumpulan dan sebagainya.
Contohnya :
a. Hak Kebebasan dalam mengutarakan atau menyampaikan
pendapat.
b. Hak Kebebasan dalam menjalankan kepercayaan dan
memeluk atau memilih agama.
c. Hak Kebabasan dalam berpergian, berkunjung, dan berpindah-
pindah tempat.
d. Hak Kebabasan dalam memilih, menentukan organisasi dan
aktif dalam organisasi tersebut.
1.1.2 Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan
menjual, serta memanfaatkan sesuatu.
Contohnya :
a. Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam membeli.
b. Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam mengadakan
dan melakukan perjanjian Kontrak
c. Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki sesuatu
d. Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam memiliki
pekerjaan yang layak.
e. Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam melakukan
transaksi
35
f. Hak Asasi Ekonomi dalam bekerja
1.1.3 Hak Asasi Politik (Politik Rights)
Hak Asasi Politik adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak
pilih maksunya hak untuk dipilih contohnya : mencalonkan sebagai
Bupati , dan memilih dalam suatu pemilu contohnya memilih Bupati
atau Presiden), hak untuk mendirikan parpol, dan sebagainya.
Contohnya :
a. Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan
contohnya pemilihan presiden dan kepala daerah
b. Hak Asasi Politik dalam Dipilih dalam pemilihan contohnya
pemilihan bupati atau presiden
c. Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam
kegiatan pemerintahan
d. Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik
e. Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi pada
bidang politik
f. Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau
pendapat yang berupa usulan petisi.
1.1.4 Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)
Hak Asasi Hukum adalah hak untuk mendapatkan perlakukan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan.
Contohnya :
a. Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum
b. Hak dalam mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum
pada peradilan.
c. Hak yang sama dalam proses hukum
36
d. Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum
1.1.5 Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)
Hak Asasi Sosial dan Budaya adalah hak yang menyangkut dalam
masyarkat yakni untuk memilih pendidikan, hak untuk
mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
Contohnya :
a. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak
b. Hak untuk mendapat pelajaran
c. Hak untuk memilih, menentukan pendidikan
d. Hak untuk mengembangkan bakat dan minat
e. Hak untuk mengembangkan Hobi
f. Hak untuk berkreasi
1.1.6 Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan perlakuan
tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights), misalnya
peraturan dalam hal penahanan, penangkapan dan
penggeledahan.
Contohnya :
a. Hak mendapatkan perlakukan yang adil dalam hukum
b. Hak mendapatkan pembelaan dalam hukum
37
c. Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya
proses hukum baik itu penyelidikan, penggeledahan,
penangkapan, dan penahanan
b.5 Isi Undang-Undang HAM
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap orang semata-mata
karena dia adalah manusia. HAM didasarkan pada prinsip bahwa setiap
orang dilahirkan setara dalam harkat dan hak-haknya. Semua HAM sama
pentingnya dan mereka tidak dapat dicabut dalam keadaan apapun. HAM
penting karena mereka melindungi hak kita untuk hidup dengan harga diri,
yang meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan dan keamanan. Hidup
dengan harga diri berarti bahwa kita harus memiliki sesuatu seperti tempat
yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup. Ini berarti bahwa kita
harus dapat berpartisipasi dalam masyarakat, untuk menerima
pendidikan, bekerja, dan mempraktekkan agama kita, berbicara dalam
bahasa kita sendiri, dan hidup dengan damai
HAM mengembangkan saling menghargai antara manusia. HAM
mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk
menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar. Misalnya, kita
memiliki hak untuk hidup bebas dari segala bentuk diskriminasi, tapi di
saat yang sama, kita memiliki tanggung jawab untuk tidak mendiskriminasi
orang lain. Deklarasi Universal HAM (DUHAM) adalah dokumen dasar
dari HAM. Diadopsi pada tanggal 10 Desember 1948 oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa, DUHAM merupakan referensi umum di seluruh dunia
dan menentukan standar bersama untuk pencapaian HAM. Meskipun
DUHAM tidak memiliki kekuatan resmi secara hukum, prinsip-prinsip
dasarnya telah menjadi standar internasional di seluruh dunia dan banyak
38
negara memandangnya sebagai hukum internasional. HAM telah
dimodifikasi dalam berbagai dokumen hukum di tingkat internasional,
nasional, provinsi, dan kota/kabupaten. Di Kanada, HAM didefinisikan
dalam Piagam HAM dan Kebebasan Kanada serta dalam perundangan
dan peraturan yang diadopsi di tingkat provinsi. Sementara di Indonesia,
HAM didefinisikan dalam piagam HAM yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU 39/1999). Adapun
pelaksanannya harus sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta Deklarasi
Universal HAM (DUHAM)
pembahasan HAM menurut UU HAM No 39 tahun 1999 BAB I sebagai
berikut:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
2. Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang
apabila hak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan
tegaknya hak asasi manusia.
3. Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada
pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekomomi, jenis kelamin, bahasa,
39
keyakinan politik. yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak
asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik
individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi. hukum,
sosial, budaya. dan aspek kehidupan lainnya.
4. Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang
hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseorang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari
orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang
lelah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau
orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau
orang ketiga. atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap
bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut
ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau
sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik.
5. Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan
belas) tahun dan belum menikah, terrnasuk anak yang masih
dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya.
6. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
7. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut
Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya
setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi
40
melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan,
dan mediasi hak asasi manusia.
UU HAM No 39 tahun 1999 ini terdiri dari 11 BAB yang didalamnya
terdpat 106 pasl yang mengatur tentang HAM di Indonesia. UU ini
juga digunakan sebagai acuan dalam penegakan HAM di Indonesia
b.6 Lembaga Penegak Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia
Pembentukan lembaga penegakan hak asasi manusia merupakan
tindak lanjut dari kebijakan penegakan HAM di Indonesia. Berikut
lembaga-lembaga penegakan HAM di Indonesia.
b.6.1 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Komnas HAM pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 50 tahun 1993 tanggal 7 Juni 1993 atas
rekomendasi Lokakarya I Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan
oleh Departemen Luar Negeri RI dengan sponsor Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).
Berdasarkan UU No.39 tahun 1999, lembaga tersebut telah
dikuatkan kedudukan dan fungsinya sebagai lembaga mandiri yang
kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya dan
berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Komisi Penyelidik
Pelanggaran (KPP) HAM dapat dibentuk oleh Komnas HAM untuk
kasus-kasus tertentu.
Keberadaan Komnas HAM diatur dalam Pasal 75 sampai dengan
Pasal 99 UU No. 39 tahun 1999. Pembentukan Komnas HAM
bertujuan untuk:
41
1) meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
guna mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya
dan memampukannya berpartisipasi dalam berbagai bidang
kehidupan;
2) mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Dalam melaksanakan tugasnya Komnas HAM dipimpin oleh
seorang ketua yang dibantu oleh 2 orang wakil ketua. Anggota
Komnas HAM terdiri dari 35 orang dengan masa jabatan 5 tahun
dan setelah berakhir dapat diangkat kembali untuk satu kali masa
jabatan lagi. Anggota Komnas HAM dipilih oleh DPR berdasarkan
usulan dari Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden selaku
Kepala Negara.
Selain itu Komnas HAM mempunyai subkomisi-subkomisi.
Subkomisi adalah kelengkapan Komnas HAM yang bertugas
melaksanakan fungsi Komnas HAM. Subkomisi tersebut adalah:
1) Subkomisi Hak Sipil dan Politik
2) Subkomisi Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
3) Subkomisi Perlindungan Kelompok Khusus
Komnas HAM melaksanakan empat fungsi, yaitu pengkajian,
penelitian, penyuluhan, dan mediasi tentang hak asasi manusia.
Keempat fungsi tersebut selanjutnya dirinci menjadi 22 tugas dan
kewenangan. Lebih lanjut tugas dan kewenangan tersebut dapat
dibaca dalam UU No. 39 tahun 1999 Pasal 89.
Komnas HAM berkedudukan di ibukota negara RI. Anggota
42
Komnas HAM terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat yang profesional,
berdedikasi dan berintegritas tinggi, menghayati cita-cita negara
hukum dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan,
menghormati hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia.
Tujuan komnasHAM adalah:
1) Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan HAM
2) Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuan partisipasi dalam berbagai bisang kehidupan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Komnas HAM menjalankan
fungsinya sebagai berikut:
1) Pengkajian dan Penelitian
Meliputi; mengkaji dan meneliti instrument internasional HAM
(kemungkinan aksesi dan ratifikasi) dan instrument nasional HAM
(rekomendasi pembentukan, perubahan dan pencabutan per-
UUan)
2) Penyuluhan
Meliputi; menyebarluaskan wawasan HAM kepada masyarakat,
peningkatan kesadaran HAM dalam lembaga formal dan non-
formal, dan kerjasama dengan organisasi lain dalam bidang HAM
3) Pemantauan
Meliputi; pengamatan dan penyusunan laporan hasil pengamatan
terhadap pelaksanaan HAM, penyelidikan dan pemeriksaan
peristiwa pelanggaran HAM dalam masyarakat, pemanggilan
43
kepada pelapor atau korban atau atau saksi atau yang diadukan
terkait pelanggaran HAM, peninjauan lokasi pelanggaran HAM,
pemanggilan pihak terkait dan pemeriksaan setempat terhadap
suatu tempat atau bangunan yang dimiliki pihak tertentu dengan
izin pengadilan dan pemberian pendapat erdasar persetujuan ketua
pengadilan dalam kasus HAM
4) Mediasi
Meliputi; perdamaian, penyelesaian perkara, pemberian saran
untuk menempuah jalan pengadilan, penyampaian rekomendasi
kepada pemerintah DPR RI untuk ditindaklanjuti
Peranan Komnas HAM dalam penegakkan HAM antara lain
sebagai berikut:
1) sebagai salah satu lembaga penggerak dalam menjalankan
perlindungan HAM
2) sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan kajian tentang
HAM
3) sebagai salah satu lembaga yang turut serta secara aktif dalam
menegakkan HAM
4) sebagai salah satu lembaga yang bergerak sebagai media
(perantara) bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan HAM
b.6.2 Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan UU No. 26 tahun 2000,
adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat
yang meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan sebagaimana diatur dalam pasal 7, 8, dan 9 UU No.
26 tahun 2000. Berdasarkan peraturan tersebut pelanggaran HAM
yang berat meliputi:
44
1) Kejahatan Genosida
Adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan
cara:
a. membunuh anggota kelompok,
b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat
terhadap anggota kelompok,
c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagian,
d. melaksanakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran di dalam kelompok,
e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu
ke kelompok lain.
2) Kejahatan terhadap kemanusiaan
Adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahui bahwa
serangan tersebut secara langsung terhadap penduduk sipil,
berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran,
perkosaan, penganiayaan, penghilangan orang secara
paksa/penculikan, kejahatan apartheid.
Tugas dan wewenang Pengadilan HAM adalah:
1) Memutus perkara pelanggaran HAM berat
2) Memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat yang
dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara RI oleh WNI
3) Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutuskan
pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh seseorang yang
berumur dibawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.
45
Sanksi bagi pelanggar HAM:
1) Kejahatan Genosida, dipidana dengan pidana:
a. pidana mati, atau
b. pidana penjara seumur hidup,
c. pidana paling lama 25 tahun
d. pidana paling singkat 10 tahun
2) Kejahatan terhadap kemanusiaan
a. Kejahatan pembunuhan, pemusnahan, pengusiran
perampasan kebebasan atau kejahatan apartheid dapat
dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup,
penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahun
b.Kejahatan perbudakan dapat dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 tahun atau paling singkat 5 tahun
c.Kejahatan penyiksaan dapat dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 tahun atau paling singkat 5 tahun
d.Kejahatan perkosaan, penganiayaan atau penculikan dapat
dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 tahun dan
paling singkat 10 tahun.
b.6.3 Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Komisi ini dibentuk berdasar kepres No. 181 tahun 1998 dengan
dasar pertimbangan sebagai upaya penghapusan tindak kekerasan
terhadap perempuan.
Tujuan komisi ini adalah:
1) Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan
terhadap perempuan
2) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan
kekerasan terhadap perempuan
46
3) Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala
bentuk kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi
perempuan.
Fungsi komisi ini antara lain:
1) Penyebarluasan pemahaman, pencegahan penanggulangan,
penghapusan kekerasan terhadap perempuan
2) Pengkajian dan penelitian terhadap instrument PBB terkait
perlindungan HAM terhadap perempuan
3) Pemantauan dan penelitian terhadap segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan
4) Penyebarluasan hasl pemantauan thd kekerasan terhadap
perempuan
5) Pelaksanaan kerjasama regionl dan internasional dalam
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap
perempuan
b.6.4 Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA) dan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
KNPA lahir berawal dari gerakan nasional perlindungan anak sejak
1997. Setelah reformasi, tanggung jawab tersebut diserahkan pada
masyarakat. KNPA melakukan perlindungan anak dari perlakuan
diskriminasi, eksploitasi, penelantaran, kekejaman, kekerasan,
penganiayaan, ketidakadilan dan perlkuan salah yang lain.
Ada juga KPAI yang dibentuk berdasar pasal 76 UU No, 23 tahun
2002. KPAI dibentuk dengan tujuan:
1) Melakukan sosialisasi per-UUan yang berkaitan dengan
perlindungan anak
47
2) Mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan
masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak
3) Member laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada
presiden dalm rangka perlindungan anak
b.6.5 Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
UU RI No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia menyatakan bahwa “Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertujuan untuk mewuhjudkan keamanan dalam negeri
yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegak hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik adalah
1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2) menegakkn hukum
3) memberikan pengayoman dan pelayanan pada masyarakat
4) membina ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi
HAM
b.6.6 Lembaga Bantuan Hukum
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) adalah lembaga independen yang
memberi bantuan dan pelayanan hukum kepada masyarakat.
Lembaga ini bersifat pengabdian dan profesional. LBH mempunyai
peran antara lain:
1. sebagai relawan membantu kepada pihak-pihak yang
membutuhkan bantuan hukum
48
2. sebagai pembela dalam menegakkan keadilan dan
kebenaran
3. sebagai pembela dan melindungi HAM
4. sebagai penyuluhdan penyebar informasi di bidang hukum
dan HAM
2.6.7 LSM Pro Demokrasi dan HAM
Merupakan organisasi non pemerintah (lembaga swadaya
masyarakat) yang berfokus pada pengembangan kehidupan
demokratis dan pengembangan HAM. Yang termasuk LSM ini
antara lain: YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia),
Kontras (Komisi untuk orang hilang dan korban kekerasan), Elsam
(lembaga studi dan advokasi masyarakat), PBHI (Perhimpunan
bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia) dan lain-lain. LSM
semacam ini kebanyakan lahir sebelum lahirnya KomnasHAM.
Dalam pelaksanaannya, LSM merupakan mitra kerja Komnas HAM
yang mendampingi korban pelanggaran HAM ke Komnas HAM.
2.6.8 Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan Tinggi
Tridaharma perguruan tinggi terdiri dari 3 macam pengabdian
perguruan tinggi; yaitu; pengembangan, penelitian dan pengabdian
masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pengabdian pada
masyarakat perguruan tinggi yang mempunyai fakultas hukum
membentuk biro konsultasi dan Bantuan Hukum. Biro ini antara lain
berperan sebagai:
1) kantor, pusat kegiatan untuk memberikan layanan kepada
semua pihak yang ingin berkonsultasi dan meminta bantuan di
bidang hukum dan HAM
49
2) Pelaksana program tridharma perguruan tinggi di bidang hukum
dan HAM
3) Pelatihan dalam pembelaan dan penegakkan hukum dan HAM
2.7 Perkembangan HAM di Indonesia
Indonesia tidak lepas dari perkembangan dan dilema HAM diatas.
Transisi politik sejak 1998 diyakin sebagai kemajuan demokrasi di
Indonesia. Tesisnya selalu diperbandingkan dengan masa orde baru yang
represif dan korup. Berbagai mekanisme hukum dan semi hukum dibidang
HAM bermunculan. Gawatnya, berbagai pelanggaran tetap saja terjadi,
dari mulai kejahatan terhadap kemanusiaan di Timor Timur pada 1999,
penembakan mahasiswa, kriminalisasi aktivis, pembunuhan Munir, hingga
hari ini berbagai rekayasa kasus oleh satuan-satuan kepolisian dan
pengambila allihan lahan untuk kepentingan bisnis dan pembangunan
semata, serta berbagai kasus lainnya.
Ukuran-ukuran kemajuan institusional sering dijadikan argumentasi
kemajuan HAM. Tren ini dilakukan oleh kementerian luar negeri Indonesia
jika membuat laporan perkembangan HAM di forum-forum PBB.
Kemajuan-kemajuan ini kerap dijadikan ruang bagi kelompok-kelompok
advokasi untuk menuntut penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM
yang terjadi, atau lebih jauh dari itu, mekanisme-mekanisme ini sering
dijadikan ruang rebut banyak kalangan untuk masuk menjadi komisioner
dalam mekanisme-mekanisme tersebut. Namun hasilnya dari semua itu
tetap sama, tidak memperbaiki kondisi kemanusiaan di Indonesia.
50
Terdapat sejumah situasi kontemporer yang melekat pada lembaga si
pemegang otoritas, utamanya negara. Pertama, Mekanisme pemilihan
langsung kepala daerah dan sejumlah pejabat negara berhasil melahirkan
pemimpin-pemimpin yang ‘didukung’ oleh publik. Namun demikian hal ini
tetap tidak menjamin keutuhan nilai kemanusiaan, keadilan dan
kesetaraan terjaga. Justru, sebaliknya, populisme bisa men-daku-kan si
pemimpin untuk sewenang-wenang dan seolah sudah disetujui oleh
pemilihnya.
Kedua, persoalan pragmatisme ‘gerak cepat’ yang kerap mengaburkan
mekanisme atau prosedur. Dalam konsep keadilan dikenal keadilan yang
substansial dan prosedural. Keduanya saling terkait. Dalam proses
terdapat nilai ‘pengakuan’ kepada si korban ketika dilibatkan secara
setara, informatif dan jujur. Hal ini yang disebut sebagai partisipasi. Gerak
cepat harus diimbangi dengan prosedur yang tepat, partisipatif, efesien
dan transparan. Pendekatan demokratis dan partisipatif tidak sama
dengan pendekatan bisnis, dimana semua orang hampir mirip dianggap
robot menjalankan tugasnya masing-masing, serta berada dalam
pengawasan kualitas produk semata tanpa ada ruang partisipasi dan
opini.
Ketiga, Ketidak pahaman konsep HAM. Negara, lewat berbagai pejabat
dan petingginya, sering diambil bagian-bagian yang pentingnya saja.
Misalnya, Ahok, melihat problem diskriminasi ketika FPI menolak
Gubernur dari warga negara keturunan tionghoa seperti Ahok, namun
disisi lain Ahok menyetujui praktek hukuman mati. Demikian pula dengan
mantan mitra kuasanya, Joko Widodo yang hari ini menjadi Presiden.
Joko Widodo menyetujui penambahan alat kelengkapan keamanan di
Papua, Komando Daerah Militer [KODAM] akan tetapi tidak membuat
kebijakan yang merubah situasi Papua menjadi lebih damai; Joko Widodo
memberikan Grasi bagi Eva Bande pejuang hak atas tanah dari Sulawesi
Tengah, namun membiarkan birokrasinya di Kementerian Hukum dan
51
HAM membebaskan secara bersyarat Pollycarpus pelaku pembunuhan
Munir.
Keempat, argumentasi HAM sering digunakan untuk menghukum yang
lemah. Berbagai tindakan cepat dilakukan oleh Polisi, selama yang
dianggap sebagai pelaku berasal dari ekonomi lemah, tidak memiliki
psikologi yang mumpuni dan tidak memiliki akses bantuan hukum. Bahkan
mereka kerap dapat perlakuan penyiksaan agar mengakui kesalahannya.
Berbeda dengan pelaku dengan ekonomi yang kuat, birokrasi,
purnawirawan militer, kalangan politisi atau kelompok yang menggunakan
justifikasi agama. Mereka diperlakukan dengan nyaman.
Kelima, last but not least, Hak asasi kerap dipinggirkan oleh argumentasi
kedaulatan negara atau nasionalisme. Tuntutan penyelesaian
pelanggaran hak asasi manusia sering dituduh sebagai agen asing. Hal ini
aneh karena tuntutan penyelesaian pelanggaran HAM adalah kebutuhan
atas pembunuhan yang dilakukan ke manusia-manusia Indonesia. HAM
sebagai kesepakatan global sering dianggap tidak pas dengan nilai
nasionalisme dan “budaya” Indonesia. Persoalannya kemudian, jika
menggunakan argumentasi kedaulatan, dalam konsep hukum kedaulatan
tidak sekedar dibatasi oleh batas fisik negara. Kedaulatan juga harus
dilihat dari nilai ideologi negara yang ditegakan, seperti kemanusiaan dan
keadilan. Maka tidak tepat jika pembela HAM dituduh agen asing karena
sesungguhnya pembela HAM adalah pelaksana Pancasila, Ideologi
negara. Justru sebaliknya, para penentang HAM adalah anti Pancasila.
Sementara menggunakan nilai Budaya pun, masih meninggalkan
pertanyaan, budaya yang mana, sesuai adat atau agama yang mana?
padahal Indonesia adalah negara yang paling beragam, dari sisi suku,
etnis dan agamanya, meskipun negara cenderung tidak mengakuinya.
Contoh-contoh dilema diatas hanya melahirkan praktek belah bambu,
menggunakan HAM secara diskriminatif belaka.
52
Prediksi
Kedepan, persoalan HAM di Indonesia akan menghadapi persoalan-
persoalan diatas, HAM hanya dianggap sebanyak ornamen [pajangan]
belaka. HAM akan diberlakukan secara potongan demi potongan tanpa
ada kohesi dan integrasi secara keseluruhan. Isu HAM akan direspon
selama memberikan perlindungan bagi kepentingan rejim politik dikursi
negara, bukan berbasis pada kasus-kasus yang dilaporkan dan endemik
ditengah masyarakat. HAM tidak dijadikan dasar dan konsep untuk
membangun peradaban dan pembangunan.
Rejim nasional hari ini akan menunjukan praktek seperti dugaan diatas.
Pada awalnya masyarakat yang menantikan harapan pemenuhan HAM
masih akan bersabar. Kesabaran ini dibungkus oleh akrobat politik
blusukan dan ‘sikap tegas-cepat’. Namun akan tiba saatnya deret
kekecewaan semakin panjang dan meletup tanpa konstruksi yang diluar
mekanisme yang ada. Ekspresi dan Solidaritas diantara warga akan
menjadi sasaran pengintaian dari kalangan instrumen-instrumen negara.
Bahkan dikriminalkan. Pertarungan bisa menjadi keras pada titik tertentu.
2.8 Hubungan Negara Hukum dan HAM
HAM dan Negara Hukum mempunyai kaitan yang amat erat, tanpa
kita sadari HAM dan negara hukum adalah dua sisi mata uang yang
berbeda, keduanya memang berbeda namun keberadaannya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Negara hukum adalah negara yang berdasar atas hukum
(Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan
pemerintahannya berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Negara hukum
dengan penegakan HAM ibarat dua sisi mata uang dengan sisi yang
berbeda. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia
53
sebagai Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999
yaitu Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Ayu, 2011).
2.9 Macam-Macam Pelanggaran HAM yang Terjadi di Negara Hukum
Menurut Sunarisasi (2008), mengenai bentuk-bentuk pelanggaran
HAM berat, antara lain dapat kita temukan pula di dalam Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, yaitu meliputi kejahatan
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Di samping persoalan
tentang pelanggaran HAM berat, sebenarnya ada satu kejahatan lagi yang
juga kemudian dibahas para ahli, yaitu kejahatan perang (war crime).
Meskipun kejahatan perang tidak termasuk yurisdiksi dari Pengadilan
HAM, namun masalah ini banyak dibicarakan karena hal ini diatur di
dalam Statuta International Criminal Court (ICC).
Menurut Muhamad (2013), pelanggaran HAM yang terjadi di negara
hukum salah satu contohnya adalah yang seperti terjadi di Indonesia,
antara lain sebagai berikut:
1. Menangkap seseorang yang mengkritik kebijakan presiden.
2. Membredel atau mencabut surat izin usaha sebuah surat kabar
yang memuat berita tentang dugaan korupsi yang dilakukan
pejabat negara.
3. Melarang warga negara untuk beraktivitas politik seperti
membentuk partai politik.
4. Membubarkan sebuah demonstrasi damai dengan cara
kekerasan seperti menembak dengan peluru tajam.
54
5. Membiarkan terjadinya tindak kejahatan di dalam masyarakat.
6. Mengeluarkan kebijakan yang diskriminatif, misalnya kebijakan
ketenagakerjaan yang lebih menguntungkan pihak pengusaha.
Sebagai negara hukum, kita patut mengusahakan penyelesaian secara
hukum terhadap setiap pelanggaran HAM yang pernah terjadi. Dengan
demikian, rasa keadilan dan supremasi hukum di negara kita dapat
semakin berkembang. Tekad ini tentu harus pula diiringi dengan sikap
rekonsiliasi dan kerjasama antarsesama warga negara Indonesia.
Dengan cara ini, kita akan dapat menata kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan lebih baik.
Menurut Wesly (2011), bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi
manusia terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pelanggaran hak asasi manusia terjadi bila hak-hak individu yang
melekat serta diakui dan dijamin dicabut, ditekan dan ditindas. Ini
berarti pelanggaran hak asasi manusia berada dalam hubungan
politik. Dalam hubungan ini hak asasi manusia terkait dengan
kekuasaan politik.
2. Pelanggaran Hak-Hak Sipil dan Politik
Pelanggaran hak-hak sipil dan politik adalah pelanggaran yang
dilakukan oleh negara atas hak-hak negatif (negative rights).
Pelanggaran hak-hak sipil dan politik adalah pelanggaran yang
dilakukan oleh negara atas hak-hak negatif (negative right).
3. Pelanggaran Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
Pelanggaran atau penyangkalan (denial) hak-hak ekonomi, sosial
dan budaya adalah pengabaian negara atas hak-hak positif
(positive rights). Pengabaian hak-hak ekonomi , sosial dan budaya
akan terjadi bila negara sangat kurang aatau kurang aktif
mengupayakann yang memungkinkan individu warganya dapat
55
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sebagai manusia (human
needs).
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat
Selain ada penggolongan pelanggaran hak-hak sipil dan politik
serta pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial dan budaya juga
terdapat dua kualifikasi pelanggaran manusia yaitu: (a)
pelanggaran hak asasi manusia yang berat (gross violation of
human rights), serta (b) bukan pelanggaran berat (non-grass).
2.10 Studi kasus
2.9.1 Kronologi Kasus
Jakarta - Pro kontra mengiringi pemblokiran sejumlah situs yang dituding
menyebarkan paham radikalisme. Banyak yang mempertanyakan, tak
sedikit pula yang mendukungnya. Ya, publik dibuat heboh, apalagi tak ada
sosialisasi.
Tak lama setelah pemblokiran itu terungkap ke publik, para pemangku
kepentingan langsung jadi sasaran konfirmasi oleh media. Mulai dari
Menkominfo Rudiantara, Pejabat di Kominfo, pengurus Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) sampai Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) coba dikonfirmasi Namun pada Senin
(30/3/2015) petang, mereka tak ada yang menjawab.
Sampai akhirnya satu per satu muncul ke permukaan untuk menjelaskan
duduk perkara sampai akhirnya keputusan pemblokiran itu diambil.
Ismail Cawidu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo
menjelaskan, situs-situs yang dituding radikal tersebut merupakan hasil
dari laporan BNPT. "Normatifnya sesuai aturan, semua pengaduan itu
berasal dari lembaga yang terkait bidang yang diadukan. Dimana dalam
56
hal ini BNPT memang punya lingkup terkait terorisme," kata Ismail saat
dikonfirmasi detikINET, Selasa (31/3/2015).
Awalnya, situs yang masuk daftar hitam BNPT ada 26. Ismail
mengungkapkan, ke 26 situs itu dianggap melanggar UU ITE Pasal 28
ayat 2. Dimana berbunyi, "Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)".
"Sebenarnya BNPT juga telah mendapat laporan dari masyarakat terkait
situs-situs ini, yang dianggap mengandung paham radikalisme dan
terorisme. Setelah dianalisa oleh BNPT dan disimpulkan betul dan
mengirimkan surat permintaan pemblokiran ke Kominfo," Imbuh Ismail.
Kominfo pun disebut tak asal langsung memblokir saat mendapat surat
permintaan BNPT. Kementerian yang dipimpin Menteri Rudiantara ini juga
melakukan cek dan ricek. Dimana hasilnya dari 26 situs yang dilaporkan
ternyata ada 4 situs yang sudah tidak aktif, 2 situs merupakan duplikasi
dan 1 situs sudah ditutup. Jadi total ada 19 situs yang diputuskan untuk
diblokir.
Surat perintah pemblokiran dari Kominfo kemudian dikirimkan kepada
para penyedia layanan internet (ISP/Internet Service Provider) melalui
Ditjen Aplikasi dan Telematika (Aptika).
"Tugas Kominfo hanya sebatas itu. Adapun soal indikator radikal itu
seperti apa sepenuhnya ada di tangan BNPT. Di surat permintaan
pemblokiran dari BNPT tidak secara detail dijelaskan hanya secara umum.
Seperti apa yang dilanggar, dan prosesnya bagaimana," ujar Ismail.
Alasan Pemblokiran
57
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Saud Usman Nasution mengatakan
usulan pemblokiran tersebut merupakan hasil pengaduan dari masyarakat
yang kemudian dikaji oleh Tim Media Cyber BNPT.
"Hasil penelitian tim kami menyimpulkan bahwa ada beberapa web yang
nyata-nyata mengajarkan jihad dan paham radikal dan menyebarkan isu
SARA," kata Saud saat berbincang dengan detikcom, Selasa (31/3/2015).
Menurut Saud sejumlah situs tersebut selain mengajarkan paham radikal
juga mengajak mengkafirkan orang yang tak sepaham. Terkadang judul
dan bagian awal dari artikel yang ditayangkan oleh situs tersebut adalah
hal-hal yang bagus.
Namun kemudian di bagian tengah diselipkan ajaran radikal yang
mengarah ke ajakan melakukan teror. "Ada ajakan melakukan jihad keras
sehingga kami usulkan untuk diblok," kata mantan Kepala Detasemen
Khusus Antiteror Markas Besar Kepolisian RI itu.
Menurut Saud pemblokiran terhadap situs tersebut dilakukan sebagai
upaya preventif untuk mencegah berkembangnya aksi terorisme. Dia
mengakui pemblokiran situs ini akan menimbulkan pro dan kontra di
masyarakat. Untuk itu dia pun mengaku siap menjelaskan kepada
masyarakat. Bahkan BNPT juga siap bila ada yang ingin menguji
kesimpulan atas usul pemblokiran tersebut. "Kami siap menjelaskan
kepada masyarakat," kata Saud.
Adapun 19 yang diblokir adalah:
1. arrahmah.com
2. voa-islam.com
3. ghur4ba.blogspot.com
58
4. panjimas.com
5. thoriquna.com
6. dakwatuna.com
7. kafilahmujahid.com
8. an-najah.net
9. muslimdaily.net
10. hidayatullah.com
11. salam-online.com
12. aqlislamiccenter.com
13. kiblat.net
14. dakwahmedia.com
15. muqawamah.com
16. lasdipo.com
17. gemaislam.com
18. eramuslim.com
19. daulahislam.com
Di beberapa layanan ISP, situs-situs ini memang ada yang masih bisa
diakses. Namun menurut Ismail, harusnya seluruh ISP mengikuti
rekomendasi pemblokiran yang dikeluarkan Kominfo.
Pemrkembangan Terkini
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia
(Kemenkominfo) akhirnya membuka blokir 12 situs yang dituduh
bermuatan radikal.
Pembukaan tersebut dilakukan berdasarkan keputusan rapat panel
Terosisme, SARA dan Kebencian dalam forum Penanganan Situs Internet
Bermuatan Negatif (PSIBN).
59
"10 situs telah hadir dan mengisi data diri, sedangkan dua situs
mengajukan pembukaan melalui surat," demikian tertulis dalam lampiran
rekomendasi tim panel, Kamis (9/4/2015).
Dua belas situs yang telah dibebaskan ini dapat diakses kembali, namun
tim panel memberikan catatan seluruhnya diberikan pengawasan. Daftar
lengkapnya adalah:
1. hidayatullah.com
2. salam-online.com
3. aqlislamiccenter.com
4. kiblat.net
5. gemaislam.com
6. panjimas.com
7. muslimdaily.net
8. voa-islam.com
9. dakwatuna.com
10. an-najah.net
11. eramuslim.com
12. arrahmah.com
Sebelumnya, terdapat 19 situs "radikal" yang diblokir Kemenkominfo.
Dengan dibukanya 12 situs ini, masih ada tujuh situs berikut ini yang
masih diblokir.
1. ghu4ba.blogspot.com
2. thoriquna.com
3. kafilahmujahid.com
4. lasdipo.com
5. muqawamah.com
6. daulahislam.com
7. dakwahmedia.com
60
Kepala Humas Kemenkominfo Ismail Cawidu mengatakan, tujuh situs
tersebut masih diblokir karena hingga saat ini Kementerian belum bisa
menemui pengelolanya.
Namun mereka masih memiliki kesempatan untuk membebaskan diri
dengan terlebih dahulu menghubungi kementerian.
"Karena kita tidak bisa komunikasi dengan pemilik situs dan dari mereka
juga tidak ada yang menghubungi Kominfo," pungkas Ismail dalam pesan
singkat kepada KompasTekno.
2.9.2 Analisa Kasus
Beberapa hari kemarin, masyarakat di hebohkan oleh Pemberitaan
mengenai beberapa Media Massa Islam yang di blokir oleh Kominfo atas
laporan BNPT karena diduga menyebarkan ajaran radikalisme Islam,
memelintir ayat Quran dan Sunnah, dan dicurigai sebagai media yang
terafiliasi terhadap gerakan terorisme.
Mendengar berita tersebut kelompok kami sempat membuktikan
sendiri, apakah betul atau sekedar hoax belaka, karena ternyata dari 19
media Islam yang di blokir ada salah satu media yang menjadi konsumsi
kami untuk meng-update berita Islam internasional, ternyata memang
betul media itu diblokir.
Kami menganggap pemblokiran tersebut mencederai hak asasi
manusia dan kebebasan menyampaikan pendapat. Terlebih lagi tuduhan
media tersebut mendukung gerakan terorisme adalah tidak berdasar, lebih
mengedepankan penilaian subyektif bahkan terkesan dipaksakan karena
tekanan dari pihak lain. Apalagi upaya pemblokiran tersebut tidak pernah
ada dialog, peringatan (jika diduga menyimpang), arahan dan teguran
terlebih dahulu.
61
Pada kasus ini pemerintah dan BNPT telah menghapuskan atau mblokir
19 situs yang diangap membahayakan Negara. pemblokiran tersebut tidak
pernah ada dialog. Hal itu mengakibatkan pemilik iatau institusi yang
memiliki situs situs tersebut mengajukan petisi terhadap pemerintah karna
telah menrampas hak berpendapat mereka.
Payung hukum BNPT adalah Peraturan Presiden (Perpres) No 46 tahun
2010 dan berikut beberapa penjelasan mengenai BNPT, Tugas dan
Wewenang nya, berdasarkan Perpres diatas:
Pasal 1
(1) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang selanjutnya disebut
BNPT adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian.
(2) BNPT berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(3) BNPT dipimpin oleh seorang Kepala.
Pasal 2
(1) BNPT mempunyai tugas :
1. Menyusun kebijakan, strategi,dan program nasional di bidang
penanggulangan terorisme.
2. Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan
dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme.
3. Melaksanakan kebijakan dibidang penanggulangan terorisme
dengan membentuk Satuan Tugas-Satuan Tugas yang terdiri dari
unsur-unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas,fungsi,
dan kewenangan masing-masing.
(2) Bidang penanggulangan terorisme sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi pencegahan, perlindungan, deradikalisasi, penindakan, dan
penyiapan kesiapsiagaan nasional.
Dalam Perpres di atas, ada 2 ayat yang mengatur mengenai tugas BNPT
lihat Pasal 2 di atas, ayat pertama menjelaskan bahwa BNPT bertugas
untuk menyusun kebijakan dan strategi untuk menanggulangi bahaya
62
terorisme, kemudian BNPT juga bertugas untuk berkoordinasi dengan
instansi pemerintah, terkait pelaksanaan kebijakan dalam
penanggulangan terorisme
Artinya BNPT tidak dapat bekerja sendiri dalam menanggulangi terorisme,
seperti contohnya kasus Pemblokiran Media Massa Islam, BNPT tidak
bisa memblokir situs-situs tersebut secara internal tanpa dikoordinasikan
dengan instansi pemerintahan terkait dalam hal ini adalah KemenKominfo,
Artinya BNPT tidak memiliki kewenangan memblokir situs-situs media
Islam, ini perlu disampaikan agar tidak terjadi misspresepsi yang
menyebutkan bahwa BNPT telah memblokir situs media Islam, karena
diberita banyak disebutkan bahwa BNPT blokir 22 situs Media Islam, atau
hal yang serupa yang menunjuk BNPT sebagai subjek yang memblokir
situs media Islam, padahal BNPT sama sekali tidak berwenang
melakukan hal tersebut.
Selanjutnya BNPT atas dasar melaksanakan tugas menanggulangi
bahaya terorisme seperti yang dijelaskan dalam pasal 2 Perpres No 46
tahun 2010 berkoordinasi bersama Kominfo terkait beberapa media
massa Islam yang diduga atas laporan masyarakat memuat ajaran
radikalisme Islam.
Yang harus dipertanyakan adalah, “Kapan Laporan BNPT masuk ke
KemenKominfo?” jika memang laporan itu bisa dibuktikan secara empiris
masuk ke bagian administrasi KemenKominfo, “Berapa lama
KemenKominfo melakukan kajian dan analisa terhadap data-data dalam
laporan BNPT atas tuduhan terhadap sebagian Media Islam yang
menyebarkan ajaran Radikalisme?
Sejauh ini kami sangat kesulitan untuk mendapatkan data-data bahwa
BNPT secara administratif telah telah memenuhi prosedur untuk
berkoordinasi bersama kominfo dalam hal memblokir situs-situs yang
dianggap telah mengajarkan radikalisme, karena keterbatasan kami
63
sebagai bagian dari masyarakat biasa, diluar petugas kedua instansi
tersebut. Disini BNPT tidak terbuka dalam mengumumkan data-data yang
mereka kumpulkan sebagai bukti otentik untuk mengajukan pemblokiran
kepada Kominfo.
Anggaplah bahwa benar adanya BNPT telah menyerahkan laporan berisi
data-data tentang media Islam yang mengajarkan radikalisme. Maka
berapa lama kominfo melakukan kajian dan analisa terhadap data-data
tersebut? atau pertanyaan yang mungkin lebih pas, Sudahkah kominfo
melakukan kajian terhadap data-data yang diberikan BNPT mengenai
beberapa media massa Islam yang dianggap telah mengajarkan
radikalisme?
Karena tadi, kami yakin bahwa kominfo tidak tepat sasaran terhadap
beberapa media massa Islam yang telah di blokir, karena salah satunya
adalah media Islam yang sering dbaca oleh angota kami, yang isinya
memuat tentang berita perkembangan Islam Internasional, pernah juga
memuat mengenai sejarah pahlawan muslim di Indonesia, menguak
kesesatan syi’ah, ahmadiah, JIL, dan lainnya yang sama sekali jauh dari
istilah terorisme.
Dalam kasus ini ada 2 instansi pemerintahan terkait yang melakukan
koordinasi, seperti yang diketahui pada pembahasan sebelumnya instansi
tersebut adalah BNPT dan Kominfo. BNPT sebagai instansi yang
bertanggung jawab atas penanggulangan terorisme dan KemenKominfo
yang bertanggung jawab atas jaringan media massa Nasional. Oleh
karena itu dalam kasus ini karena bersangkutan dengan Media, maka
BNPT melakukan koordinasi dengan KemenKominfo. Kedua Instansi ini
berada langsung dibawah presiden, artinya mereka diangkat oleh
presiden dan diberhentikan oleh presiden.
64
Sebetulnya kasus ini, menurut kami, tidak dapat dikaitkan dengan isu
bahwa kominfo melanggar UU Kebebasan Press, dan isu lainnya yang
berkaitan dengan kebebasan Press, karena di sini :
1. Tidak ada dampak pidana bagi para wartawan atau orang-orang
yang terkait pada media massa Islam yang diblokir tersebut.
2. Yang melaporkan di sini adalah BNPT dengan dasar “laporan dari
masyarakat terkait beberapa media Islam yang dianggap
menyebarkan ajaran radikalisme” artinya laporan di sini datang dari
masyarakat yang menandakan bahwa ada pihak yang dirugikan.
Coba baca secara teliti UUD 1945 pasal 28F, disana dijelaskan “Setiap
orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.”. Sedangkan dalam kasus ini menurut BNPT masyarakat
dirugikan berdasarkan laporan dari masyarakat itu sendri mengenai media
Islam yang memuat ajaran radikalisme.
Coba teman-teman renungkan, siapa orang terdekat yang dapat
mengendalikan 2 instansi pemerintah ini? orang tersebut punya kebijakan,
kekuatan, dan jabatan langsung di atas kedua instansi tersebut. Mari kita
review sedikit mengenai BNPT dan Kemenkominfo, lihat pasal 1 Perpres
No 46 tahun 2010, disana dikatakan bahwa BNPT berada langsung di
bawah presiden, maksudnya kepala BNPT itu dipilih dan diberhentikan
oleh presiden. Sama dengan posisi menteri, mereka di pilih berdasarkan
hak priogrative presiden, dan diberhentikan oleh presiden.
Jelas-jelas ini adalah sebuah pengalihan isu Presiden, dari kenaikan
harga BBM, Sembako, Supremasi hukum yang kacau balau, koruptor
yang dilepaskan, narkoba, dan lain sebagainya., dengan diblokirnya situs-
65
situs ini, tanpa disengaja pemerintah dapat keuntungan dari pengalihan
isu ini. Namun apabila hal ini benar maka pemerintah telah memanfaatkan
kekuasaanyan untuk kepentingan penguasa. hal ini sangat disayangkan
karna hal ini akan menciderai perasaan public. selain itu hal ini telah
melangar HAM tentang kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Terjadinya kasus pelanggaran hak berpendapat di atas telah melanggar
hak asasi manusia terhadap beberapa aturan hukum yang berlaku.
Hukum yang terkait dengan kasus tersebut adalah UUD tahun 1945 pasal
28 tentang kebebasan berpendapat
1. Pasal 28 E ayat (2), yang menyatakan, “Setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.”
2. Pasal 28 E ayat (3) menyatakan, “Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapa”.
3. Pasal 28F juga menyebutkan, “Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.”
4. Pasal 28 H ayat (4) mengatakan, “Setiap orang berhak
mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diammbil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.”
5. Serta Pasal 28 I ayat (2) yang menyatakan, “Setiap orang berhak
bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.”
66
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas
adalah sebagai berikut:
1. Negara hukum adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan
hukum, segala tindakan penguasa selalu dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum dan segala tindakan negara
dibatasi hukum.
2. Negara hukum memiliki 3 ciri-ciri, yaitu: Supremacy of Law, Equality
before the law, dan Due Process of Law. Negra hukum memiliki
beberapa konsep Mulai dari konsepsi negara hukum liberal
(nachwachter staat/ negara sebagai penjaga malam) ke negara
hukum formal (formele rechtsstaat) kemudian menjadi negara
hukum materiil (materiele rechtsstaat) hingga pada ide negara
kemakmuran (welvarstaat) atau negara yang mengabdi kepada
kepentingan umum (social service state atau sociale
verzorgingsstaat).
3. Hak asasi manusia adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang
sebagai manusia dan bersifat universal, serta tidak memandanng
apakah orang tersebut kaya atau miskin, atau laki-laki maupun
67
perempuan. HAM juga berarti hak-hak yang dimiliki manusia
semata-mata karena manusia.
4. 6 macam HAM : Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights), Hak Asasi
Ekonomi (Property Rights), Hak Asasi Politik (Politik Rights), Hak
Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality), Hak Asasi Sosial dan
Budaya (Social and Culture Rights), Hak Asasi Peradilan
(Procedural Rights)
5. UU HAM No 39 tahun 1999 ini terdiri dari 11 BAB yang didalamnya
terdpat 106 pasl yang mengatur tentang HAM di Indonesia.
6. Lembaga penegakan hak asasi manusia merupakan lembaga yang
mengurus tentang penegakan HAM. Indonesia memiliki embaga
penegakan HAM, yaitu:
Komnas HAM, Pengadilan HAM, Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan, Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA)
dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kepolisian
Negara Republik Indonesia (POLRI), Lembaga Bantuan Hukum,
LSM Pro Demokrasi dan HAM.
3.2 Saran
1. Disarankan kepada mahasiswa agar mencari lebih banyak lagi
informasi mengenai negara hukum dan HAM dari berbagai sumber
sehingga mahasiswa lebih paham negara hukum dan HAM.
2. Dianjurkan untuk mencari materi tidakhanya dari website saja tapi
juga dari buku serta jurnal-jurnal tentang negara hukum dan HAM.
3. Dianjurkan kepada mahasiswa agar lebih kritis lagi dalam
menganalisa sebuah kassus, tau hal sesunguhnya yang terjadi.
tidak hanya berhenti mencari informasi dari brita di TV saja. Karna
banyak media massa di TV saat ini yang tidak profesional dalam
menyajikan informasi
68