Tugas Kimia Forensik Odontologi

19
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya bencana massal yang menyebabkan kematian banyak orang. Selain itu kasus kejahatan yang memakan banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasus-kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai korban jiwa yang tidak dikenal sehingga perlu diidentifikasi. Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar. Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi adalah sebagai berikut, pertama karena gigi bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit

description

kimia forensik

Transcript of Tugas Kimia Forensik Odontologi

Page 1: Tugas Kimia Forensik Odontologi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya

bencana massal yang menyebabkan kematian banyak orang. Selain itu kasus

kejahatan yang memakan banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari

waktu ke waktu. Pada kasus-kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai korban jiwa

yang tidak dikenal sehingga perlu diidentifikasi.

Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu

yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini

bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai

ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah

material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung.

Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat

secara baik dan benar. Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat

dipakai sebagai sarana identifikasi adalah sebagai berikut, pertama karena gigi bagian

terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali

dan sebagian besar terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak

dalam rongga mulut yang terlindungi. Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan

bentuk yang jelas dan masing-masing mempunyai lima permukaan.

Berdasarkan pengalaman di lapangan, identifikasi korban meninggal massal

melalui gigi-geligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas

seseorang. Pada kasus Bom Bali I, dimana korban yang teridentifikasi berdasarkan

gigi-geligi mencapai 56%, korban kecelakaan lalu lintas di Situbondo mencapai 60%,

dan korban jatuhnya Pesawat Garuda di Jogyakarta mencapai 66,7%.

Identifikasi korban pada kasus-kasus ini diperlukan karena status kematian

korban memiliki dampak yang cukup besar pada berbagai aspek yang ditinggalkan.

Page 2: Tugas Kimia Forensik Odontologi

Identifikasi tersebut merupakan perwujudan HAM dan merupakan penghormatan

terhadap orang yang sudah meninggal.selain itu juga merupakan menentukan apakah

seseorang tersebut secara hukum sudah meninggal atau masih hidup.

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada

wilayah yang rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa

bumi, letusan gunung berapi, tsunami, banjir dan lain-lain, yang dapat memakan

banyak korban, dan salah satu cara mengidentifikasi korban adalah dengan metode

forensik odontologi. Oleh karena itu forensik odontologi sangat penting dipahami

peranannya dalam menangani korban bencana massal.

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Forensik Odontologi

Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan

odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi

yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara

evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.

Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu

yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini

bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai

ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah

Page 3: Tugas Kimia Forensik Odontologi

material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung.

Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat

secara baik dan benar.

B. Ruang Lingkup Odontologi Forensik

Ruang lingkup odontologi forensik sangat luas meliputi semua bidang

keahlian kedokteran gigi. Secara garis besar odontologi forensik membahas beberapa

topik sbb:

1. Identifikasi benda bukti manusia.

2. Penentuan umur dari gigi.

3. Penentuan jenis kelamin dari gigi.

4. Penentuan ras dari gigi.

5. Penentuan etnik dari gigi.

6. Analisis jejas gigit (bite marks).

7. Peran dokter gigi forensik dalam kecelanaan massal.

8. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.

C.    Keuntungan dan Kekurangan Gigi sebagai Objek Pemeriksaan

Terdapat beberapa hal yang menjadi keuntungan gigi menjadi objek

pemeriksaan, antara lain adalah

a. Gigi geligi merupakan rangkaian lengkungan secara anatomis, antropologis dan

morfologis mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi

sehingga apabila trauma mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.

b. Gigi geligi sukar untuk membusuk kecuali gigi tersebut sudah mengalami

nekrotik atau gangren, biarpun dikubur, umumnya organ-organ tubuh lain bahkan

tulang telah hancur tetapi gigi tidak (masih utuh).

c. Gigi geligi di dunia ini tidak ada yang sama karena menurut SIMS dan Furnes

bahwa gigi manusia kemungkinan sama adalah 1:1000000000.

Page 4: Tugas Kimia Forensik Odontologi

d. Gigi geligi mempunyai ciri-ciri yang khusus apabila ciri-ciri gigi tersebut rusak

atau berubah maka sesuai dengan pekerjaan dan kebiasaan menggunakan gigi

bahkan setiap ras mempunyai ciri yang berbeda.

e. Gigi-geligi tahan asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang dibunuh dan

direndam di dalam drum berisi asam pekat, jaringan ikatnya hancur sedangkan

giginya masih utuh.

f. Gigi geligi tahan panas, apabila terbakar sampai dengan suhu 4000C gigi tidak

akan hancur, kecuali dikremasi karena suhunya diatas 10000C. Gigi menjadi abu

sekitar suhu lebih dari 6490C. Apabila gigi tersebut ditambal menggunakan

amalgam maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu lebih dari 8710C,

sedangkan bila gigi tersebut memakai mahkota logam atau inlay alloy emas maka

bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu 871-10930C.

g. Gigi geligi dan tulang rahang secara roentgenografis, biarpun terdapat pecahan-

pecahan rahang pada roentgenogramnya dapat diinterpretasi kadang-kadang

terdapat anomali dari gigi dan komposisi tulang rahang yang khas.

h. Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umumnya ia memakai gigi palsu

dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu tersebut dapat ditelusuri

atau diidentifikasi. Gigi palsu akrilik akan terbakar menjadi abu pada suhu 5380C-

6490C. Bridge dari porselen akan menjadi abu pada suhu 10930C.

i. Gigi geligi merupakan sarana terakhir dalam identifikasi apabila sarana-sarana

lain atau organ lain tidak ditemukan.

Adapun Keterbatasan atau kekurangan dari odontologi forensik adalah

a. Rugae palatal tidak bisa digunakan pada kasus edentulus, ketika tidak ada data

antemortem, ketika ada patologi di palatal, dan jika korban terbakar, mengalami

dekomposisi, dan skeletonisasi karena rugae sering hancur.

b. Sidik bibir tidak bisa digunakan 20 jam setelah kematian, jika ada patologi di

bibir seperti mukokel, dan cleft, atau jika ada perubahan postoperaso dari bibir,

adascar, dan lain-lain.

Page 5: Tugas Kimia Forensik Odontologi

c. Bite mark tidak bisa digunakan 3 hari setelah kematian atau jika sudah

dekomposisi atau jika korban terbakar.

d. Bisa terjadi kesalahan ketika mengambil foto dan radiograf. Kesalahan dapat

terjadi saat pengambilan sampel, proses, dan interpretasi. Kontaminasi bakteri dan

DNA orang lain dapat mengubah interpretasi.

D. Peranan Forensik Odontologi dalam Menangani Bencana Massal

Kematian yang tidak wajar atau tidak terduga, atau dalam kondisi bencana

massal, kerusakan fisik yang direncanakan, dan keterlambatan dalam penemuan

jenazah, bisa mengganggu identifikasi. Dalam kondisi inilah forensik odontologi

diperlukan walaupun tubuh korban sudah tidak dikenali lagi.

Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah

kemanusiaan dan hukum. Masalah kemanusian menyangkut hak bagi yang

meninggal, dan adanya kepentingan untuk menentukan pemakaman berdasarkan

agama dan permintaan keluarga. Mengenai masalah hukum, seseorang yang tidak

teridentifiksi karena hilang, tidak dipersoalkan lagi apabila telah mencapai 7 tahun

atau lebih. Dengan demikian surat wasiat, asuransi, masalah pekerjaan dan hukum

yang perlu diselesaikan, serta masalah status pernikahan menjadi tidak berlaku lagi.

Sebelum sebab kematian ditemukan atau pemeriksa medis berhasil menentukan

jenazah yang sulit diidentifikasi, harus diingat bahwa kegagalan menemukan rekaman

gigi dapat mengakibatkan hambatan dalam identifikasi dan menghilangkan semua

harapan keluarga, sehingga sangat diperlukan rekaman gigi setiap orang sebelum dia

meninggal. Adapun bencana massal di Indonesia yang pernah dolakukannya

odontology forensic yakni bencana Bom Bali I (2002), Peledakan hotel JW Marriott

(2003), Tsunami Aceh dan Nias (2004), Bom di depan kedubes Australia (2004),

Bom Bali II (2005), Kecelakaan pesawat adam air, lion air, kecelakaan kapal, dan

Gempa bumi di Bantul Yogyakarta.

Page 6: Tugas Kimia Forensik Odontologi

E. Jenis Data Odontologi Forensik

1. Data Antemortem

Pencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidupnya, biasanya berisikan

Identitas pasien.

Keadaan umum pasien.

Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan).

Data perawatan kedokteran gigi.

Nama dokter gigi yang merawat.

Informed consent (hanya sedikit sekali dokter gigi di Indonesia yang

membuatinformed consent baik di praktik pribadi maupun di rumah sakit).

Menurut buku DEPKES tentang penulisan data gigi dan rongga mulut yang

berisikan standar baku mutu nasional antara lain:

Pencatatan identitas pasien mulai dari nomor file sampai dengan alamat pekerjaan

serta kelengkapan alat komunikasinya.

Keadaan umum pasien, berisi golongan darah, tekanan darah, kelainan-kelainan

darah, serta kelainan dari virus yang berkembang saat ini.

Odontogram. Data gigi dicatat dalam formulir odontogram dengan denah dan

nomenklatur yang baku nasional dengan lengkap.

Data perawatan kedokteran gigi, berisi waktu awal perawatan, runtut waktu

kunjungan, kelihan dan diagnosa, gigi yang dirawat, tindakan lain yang dilakukan

dokter gigi tersebut.

Roentgenogram, baik intraoral maupun ekstraoral.

Pencatatan status gigi dengan kode tertentu sesuai dengan standar interpol.

Formulir data antemortem dalam buku DEPKES ditulis dengan warna kertas

kuning. Di dalam formulir ini terdapat pula catatan data orang hilang.

2. Data Postmortem

Pencatatan data postmortem menurut formulir DEPKES berwarna merah

dengan catatan victim identification pada mayat. Yang pertama dilakukan adalah

fotografi kemudian proses pembukaan rahang untuk memperoleh data gigi dan

Page 7: Tugas Kimia Forensik Odontologi

rongga mulut, lalu dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Bila terjadi

kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas sehingga

lengkung rahang bebas untuk dilakukan pencetakan. Studi model rahang korban juga

merupakan barang bukti.

Dilakukan pencatatan gigi pada formulir odontogram sedangkan kelainan-

kelainan di rongga mulut dicatat pada kolom tertentu. Catatan ini adalah lampiran

dari visum et repertum korban. Lalu dilakukan pemeriksaan sementara dengan

formulir baku mutu nasional dan internasional, lalu dituliskan surat rujukan untuk

pemeriksaan laboratorium dengan formulir baku mutu nasional pula.

Setelah diperoleh hasil laboratorium maka dilakukan pencatatan ke dalam

formulir lengkap baru dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai KUHAP demi proses

peradilan. Visum yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran-lampirannya serta

barang buktu dapat diteruskan ke jaksa penuntut kemudian ke sidang acara hukum

pidana.

D. Identifikasi Forensik Secara Umum

Pada prinsipnya identifikasi adalah prosedur penentuan identitas individu,

baik hidup ataupun mati, yang dilakukan melalui pembandingan berbagai data dari

individu yang diperiksa dengan data dari orang yang disangka sebagai individu

tersebut. Identifikasi personal dilakukan dengan melakukan pemeriksaan berdasarkan

beberapa metode identifikasi. Kita mengenal ada 9 macam metode identifikasi umum

yaitu :

1. Visual

Identifikasi dilakukan dengan melihat tubuh atau bagian tubuh korban secara

visual, misalnya muka, tungkai dsb. Metode ini hanya dapat dilakukan jika tubuh atau

bagian tubuh tersebut masih utuh.

2. Perhiasan

Page 8: Tugas Kimia Forensik Odontologi

Beberapa perhiasan yang dipakai korban, seperti cincin, gelang, rantai, arloji,

liontin, dsb dapat mengarahkan kita kepada identitas korban tersebut. Perhiasan

mempunyai nilai yang lebih tinggi jika ia mempunyai ciri khas, seperti gravir nama,

foto dalam liontin, bentuk atau bahan yang khas dan sebagai berikut..

3. Pakaian

Pakaian luar dan dalam yang dipakai korban merupakan data yang amat berharga

untuk menunjukkan identitas si pemakainya, bentuknya yang unik atau yang

mempunyai label tertentu (label nama, penjahit, binatu atau merek) memiliki nilai

yang lebih karena dapat mempersempit kemungkinan tersangka.

4. Dokumen

Dokumen seperti SIM, KTP, Pasport dapat menunjukkan identitas orang yang

membawa dokumen tersebut, khususnya jika dokumen tersebut dibawa sendiri oleh

pemiliknya dan tidak palsu.

5. Identifikasi secara medis

Pemeriksaan medis dilakukan untuk mendapatkan data umum dan data khusus

individu berdasarkan pemeriksaan atas fisik individu tersebut. Pada pengumpulan

data umum dicari data yang umum diketahui dan dimiliki oleh setiap individu dan

mudah dikonfirmasi kepada keluarga, seperti data ras, jenis kelamin, umu, berat

badan, warna kulit, rambut, dsb. Data khusus adalah data yang belum tentu dimiliki

oleh setiap individu atau data yang tidak dengan mudah dikonfirmasi kepada

keluarganya, seperti data foto ronsen, data laboratorium, adanya tattoo, bekas operasi

atau jaringan parut, teknik superimposisi, tehnik rekonstruksi wajah, dsb.

6. Odontologi forensik

Pemeriksaan atas gigi geligi dan jaringan sekitarnya serta berbagai perubahan

akibat perawatan gigi dapat membantu menunjukkan identitas individu yang

bersangkutan.

7. Serologi forensik

Pada awalnya yang termasuk dalam kategori pemeriksaan serologi adalah

pemeriksaan terhadap polimorfisme protein yaitu pemeriksaan golongan darah dan

Page 9: Tugas Kimia Forensik Odontologi

golongan protein serum. Perkembangan ilmu kedokteran menyebabkan ruang lingkup

serologi diperluas dengan pemeriksaan polimorfisme protein lain yaitu pemeriksaan

terhadap enzim eritrosit serta pemeriksaan antigen Human Lymphocyte Antigen

(HLA). Pada saat ini dengan berkembangnya analisis polimorfisme DNA, bidang ini

menjadi lebih luas lagi karena bahan pemeriksaan bukan lagi darah, melainkan

hampir seluruh sel tubuh kita. Hal ini memberikan dampak kecenderungan

penggantian istilah serologi dengan istilah hemereologi yang mencakup semua hal

diatas.

8. Sidik jari

Telah lama diketahui bahwa sidikjari setiap orang didunia tidak ada yang sama

sehingga pemeriksaan sidikjari dapat digunakan untuk identifikasi individu.

9. Eksklusi

Dalam kecelakaan massal yang menyebabkan kematian sejumlah individu, yang

nama-namanya ada dalam daftar individu (data penumpang, data pegawai dsb), maka

jika (n-1) individu telah teridentifikasi, maka satu individu terakhir diputuskan tanpa

pemeriksaan (per ekslusionam) sebagai individu yang tersisa menurut daftar tersebut.

E. Isolasi DNA dari Gigi Pascamortem untuk Penentuan Jenis Kelamin dan

Analisis Forensik

Metode reaksi berantai polimerase (PCR) dapat digunakan untuk identifikasi

dan pembeda di antara individu yang DNA-nya sudah terdegradasi oleh proses

pembusukan dan atau dalam jumlah kecil. Penelitian ini bertujuan mencari metode

isolasi DNA tulang manusia yang cepat, mudah, dan murah menggunakan bahan

yang umum dan mudah didapat, mencari primer baru sehingga cukup diseparasi dan

divisualisasi dengan gel agarosa.

Pada tahap pertama dilakukan isolasi DNA tulang melalui beberapa tahapan.

Page 10: Tugas Kimia Forensik Odontologi

1. Pertama, tulang atau gigi dihancurkan sampai berupa bubukan halus dengan

mesin bor Makita dengan kecepatan tertentu sehingga diperoleh bubukan

tulang berukuran  100 µm.

2. Sebanyak 1 g bubuk tulang atau gigi didekalsifikasi dengan 10 ml EDTA 0.5

M (pH 7.5), selanjutnya divorteks, diinkubasi pada suhu 56°C dalam alat

ultrasonik selama 2 jam. Proses dekalsifikasi dipantau dengan menambahkan

larutan amonium oksalat pH 3.0 jenuh dan proses dekalsifikasi dihentikan

setelah larutan jernih.

3. Kedua, DNA diisolasi dari tulang atau gigi yang sudah didekalsifikasi

menggunakan 4 metode, yaitu metode Maxim (silika/guanidium tiosianat),

peranti (kit) DNAZol, piranti Ready AMP, dan ekstraksi menggunakan garam

dapur NaCl.

4. DNA dapat diisolasi dari semua contoh tulang dan gigi kontrol, semua tulang

dan gigi dengan perlakuan 3 bulan dipaparkan pada udara luar dan ditanam di

dalam tanah, tulang korban yang sudah membusuk, dan tulang korban yang

terendam di dalam air sungai selama 3 bulan.

DNA yang dihasilkan diukur menggunakan peranti DNA DipStick. Jumlah DNA

tulang kontrol yang diperoleh sebanyak lebih dari 10 ng/˜l dan jumlah DNA dari

tulang yang diteliti dan dari korban yang telah membusuk sebesar 5–10 ng/˜l. Semua

contoh gigi menghasilkan DNA lebih besar dari 10 ng/˜l. DNA dari korban yang telah

membusuk sekali pun masih dapat diisolasi, tetapi dalam kebanyakan kasus sudah

tidak sesuai untuk analisis RFLP.

Pada tahap kedua dilakukan visualisasi DNA pada gel agarosa konvensional

menggunakan metode pengecatan perak dan perancangan primer menggunakan

perangkat lunak pangkalan data (database) the Human Genebank dengan sekuen: 5-

CTGATGGTTGGCCTCAAGCCTGTG-3 (Indrasex1) dan 5-TAAAGAGA-

TTCATTAACTTGACTG-3 (Indrasex2) dari Genset Singapore Biotechnology Pte

Page 11: Tugas Kimia Forensik Odontologi

Ltd yang dapat menghasilkan produk PCR X-spesifik dan Y-spesifik menggunakan

gel agarosa biasa. Dari agarosa gel elektroforesis tampak pita khas pada 977 pb-X

spesifik dan 788 pb-Y spesifik. Jadi primer yang dirancang menghasilkan pita yang

cukup jelas separasinya, yaitu 189 pb (X-Y).

Metode preparasi tulang untuk isolasi DNA yang dihasilkan mempunyai keuntungan,

yaitu proses dekalsifikasi dipercepat dari 7 hari (metode konvensional) menjadi 2

jam. Sejumlah besar mata bor dapat pula disiapkan dan disterilkan terlebih dahulu

secara murah dan disimpan tanpa risiko kontaminasi. Metode baru pengecatan perak

pada gel agarosa biasa dapat digunakan karena separasinya lebih jelas. Kepekaannya

kira-kira 2.5 kali lebih baik dibandingkan dengan pewarna etidium bromida. Karena

kecepatan stabilitas dan kesederhanaannya, maka metode ini cocok untuk aplikasi

klinis rutin. Penggunaan poliakrilamida, etidium bromida yang karsinogen dan

transluminator ultraviolet dan film polaroid yang mahal juga dapat dihindari.

Page 12: Tugas Kimia Forensik Odontologi

Daftar pustaka

Sumber :     1.      Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry. Heidelberg: Springer. 2013.

p.1-2, 6.     2.      Senn DR, Stinson PG. Forensic Dentistry. 2nd Edition. USA: Taylor & Francis

Group. 2010. p.4    3.      Averkari EL. Progress in Challenges in Forensic Odontology, Faculty of Dentistry.

University of Indonesia. Jakarta. 2013    4.      Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Jilid 1. Jakarta: Sagung

Seto. p.1-2, 5-6, 45-6