tugas khusus.8
-
Upload
dewi-purnama-sari -
Category
Documents
-
view
101 -
download
0
Transcript of tugas khusus.8
Nama : Dewi Purnama Sari
Nim : 06101010034
Nama Assistant : Supadi
Shift : B (Selasa)
1. Fungsi Garam untuk Menurunkan Titik Beku pada Es
Hal ini dapat dijelaskan pada proses pembuatan es krim. Untuk itu perlu dibahas
terlebih dahulu mengenai sifat koligatif larutan, penurunan titik beku larutan beserta
penyebab dan defenisinya.
Sifat Koligatif Larutan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat. Adanya interaksi
antara zat terlarut dan pelarut dapat berakibat terjadinya perubahan sifat fisis dari
komponen-komponen penyusun larutan tersebut. Salah satu sifat yang diakibatkan oleh
adanya interaksi antara zat terlarut dengan pelarut adalah sifat koligatif larutan. Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat
terlarut di dalam larutan, dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut.
Hukum Raoult merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang disebut sifat
koligatif ( dari bahasa latin colligare, yang berarti “mengumpul bersama”) sebab sifat-sifat
itu tergantung pada efek kolektif jumlah partikel terlarut, bukannya pada sifat partikel yang
terlibat. Keempat sifat itu ialah :
1. Penurunan tekanan uap larutan relatif terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik (Oxtoby, David W : 2004 , 166)
Penurunan Titik Beku Larutan
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak
antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik
antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan
mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk
dapat lebih mendekatkan jarak antarmolekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Jadi titik
beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya. Perbedaan titik beku
akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku (∆T f). Penurunan
1
titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan
titik beku pelarut (Kf), dinyatakan dengan persamaan :
∆Tf = Kf m atau ∆Tf = Kf (n x 1000/p)
Dimana :
∆Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan
titik bekunya atau Tf = Tfo - ∆Tf. (Sudarmo, Unggul:2007,13)
Penyebab dan Definisi Penurunan Titik Beku Larutan
Apakah yang dimaksud dengan penurunan titik beku? Air murni membeku pada
suhu 0oC, dengan adanya zat terlarut misalnya saja di tambahkan gula ke dalam air tersebut
maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC, melainkan akan turun dibawah
0oC, inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.
Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut murninya. Sebagai contoh larutan garam dalam air akan memiliki titik beku yang
lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu air, atau larutan fenol dalam
alkohol akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya
yaitu alkohol.
Mengapa hal ini terjadi? Apakah zat terlarut menahan pelarut agar tidak
membeku? Penjelasan mengapa hal ini terjadi lebih mudah apabila dijelaskan dari sudut
pandang termodinamik sebagai berikut. Contoh, air murni pada suhu 0oC. Pada suhu ini
air berada pada kesetimbangan antara fasa cair dan fasa padat. Artinya kecepatan air
berubah wujud dari cair ke padat atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan
fasa cair dan fasa padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan
kata lain tingkat energi kedua fasa adalah sama.
Besarnya potensial kimia dipengaruhi oleh temperatur, jadi pada suhu tertentu
potensial kimia fasa padat atau fasa cair akan lebih rendah daripada yag lain, fasa yang
memiliki potensial kimia yang lebih rendah secara energi lebih disukai, misalnya pada
suhu 2oC fasa cair memiliki potensial kimia yang lebih rendah dibanding fasa padat
sehingga pada suhu ini maka air cenderung berada pada fasa cair, sebaliknya pada suhu -
2
1oC fasa padat memiliki potensial kimia yang lebih rendah sehingga pada suhu ini air
cenderung berada pada fasa padat.
Apabila ke dalam air murni kita larutkan garam dan kemudian suhunya kita
turunkan sedikit demi sedikit, maka dengan berjalannya waktu pendinginan maka
perlahan-lahan sebagian larutan akan berubah menjadi fasa padat hingga pada suhu
tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara keseluruhan. Pada umumnya zat terlarut
lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa padat, akibatnya pada saat
proses pendinginan berlangsung larutan akan mempertahankan fasanya dalam keadaan
cair, sebab secara energi larutan lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa
padat, hal ini menyebabkan potensial kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah
(turun) sedangkan potesnsial kimia pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh. Maka akan
lebih banyak energi yang diperlukan untuk mengubah larutan me
njadi fasa padat karena titik bekunya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut murninya. Inilah sebab mengapa adanya zat terlarut akan menurunkan titk beku
larutannya. Rumus untuk mencari penurunan titik beku larutan adalah sebagai berikut:
∆Tf = Kf . m . i
Keterangan:
∆Tf = Penuruan titik beku
∆m = molalitas larutan
Kf = Tetapan konstantat titik beku larutan
Jangan lupa untuk menambahkan faktor van hoff pada rumus diatas apabila larutan
yang ditanyakan adalah larutan elektrolit.
Penerapan Penurunan Titik Beku Larutan Dalam Pembuatan es krim
Bagaimana es krim dibuat?
Adonan es krim ditempatkan dalam bejana yang terendam es batu dan air yang
telah diberi garam dapur sambil diputar-putar untuk memperoleh suhu yang lebih rendah
dari 00C. Proses tersebut mengakibatkan adonan es krim membeku dengan titik beku es
beberapa derajat di bawah dibawah titik beku air murni. Hal ini terjadi karena proses
perpindahan kalor dari adonan es krim ke dalam campuran es batu, air, dan garam dapur.
Temperatur normal campuran es dan air adalah 00C. Akan tetapi itu tidak cukup
dingin untuk membekukan es krim. Temperatur yang diperlukan untuk membekukan es
krim adalah -3 oC atau lebih rendah. Untuk mencapai suhu tersebut perlu ditambahkan
3
garam dalam proses pembuatan es krim. Sebenarnya banyak bahan kimia lain yang dapat
digunakan tetapi garam relatif murah. Garam berfungsi menurunkan titik beku larutan.
Ketika es dicampur dengan garam, es mencair dan terlarut membentuk air garam serta
menurunkan temperaturnya. Proses ini memerlukan panas dari luar. Campuran itu
mendapatkan panas dari adonan es krim maka hasilnya adalah es krim padat dan lezat
seperti yang diinginkan.(Susilowati, Endang : 2004,16)
Es krim merupakan makanan dengan gizi tinggi. Hidangan yang sudah tersaji sejak
zaman Romawi atau 400 tahun SM itu ternyata mampu menyembuhkan influenza, serta
mengandung zat anti tumor. Pada tahun 1851 es krim dapat dikatakan jenis hidangan
paling populer di dunia. Pada tahun 2003, produksi es krim dunia mencapai lebih dari satu
miliar liter dan dikonsumsi oleh miliaran konsumen per tahun. Es krim adalah anggota
kelompok hidangan beku yang memiliki tekstur semi padat, Banyak fakta menyebutkan
bahwa es krim merupakan salah satu makanan bernilai gizi tinggi. Nilai gizi es krim sangat
tergantung pada nilai gizi bahan bakunya. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
es krim adalah lemak susu, padatan susu tanpa lemak (skim), gula pasir, bahan penstabil,
pengemulsi, dan pencita rasa. Proses pembuatan es krim terdiri dari pencampuran bahan,
pasteurisasi, homogenasi, aging di dalam refrigerator, pembekuan sekaligus pengadukan di
dalam votator, dan terakhir adalah pengerasan (hardening) di dalam freezer.
Temperatur normal campuran es dan air adalah 00C. Akan tetapi itu tidak cukup
dingin untuk membekukan es krim. Temperatur yang diperlukan untuk membekukan es
krim adalah -3 oC atau lebih rendah. Untuk mencapai suhu tersebut perlu ditambahkan
garam dalam proses pembuatan es krim. Garam berfungsi menurunkan titik beku larutan.
Ketika es dicampur dengan garam, es mencair dan terlarut membentuk air garam serta
menurunkan temperaturnya. Proses ini memerlukan panas dari luar. Campuran itu
mendapatkan panas dari adonan es krim maka hasilnya adalah es krim padat dan lezat
seperti yang diinginkan.
Garam juga digunakan pada proses pencairan salju di jalan raya. Hal ini bertujuan
untuk membersihkan salju dengan biaya minim dengan menggunakan garam dapur dan
urea (umumnya supaya terhindar dari tergelincir atau selipnya kendaraan). Garam dapur
dapat mencairkan salju, tumpukan salju di jalan di negara bermusim dingin mudah
dibersihkan dengan menambahkan garam. Sehingga menurunkan titik beku larutan, jadi
titik beku larutan (garam + salju ) akan lebih rendah dari pada titik beku salju.
4
Begitu juga pada percobaan kali ini, pemberian garam pada es batu bertujuan
untuk menurunkan titik beku air serta meningkatkan titik didih agar es tetap membeku
dalam waktu lebih lama. Butiran garam kering menyerap zat cair di sekelilingnya. Dengan
demikian garam akan menghambat air untuk membeku sehingga titik bekunya akan lebih
rendah dari air biasa (0 º Celsius). Maka es akan meleleh terus menerus selama kadar
garam masih mencukupi. Mencapai suhu lebih rendah dari 0 º C.
2. Pengaruh Temperatur, Volume, Tekanan dan Konsentrasi terhadap Kelarutan
Temperatur / Suhu
Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Bayangkan dalam gedung bioskop yang
banyak penonton sedang asyik menonton film dan tiba-tiba gedung tersebut terbakar. Pasti
keadaan orang-orang tersebut akan berbeda, dari keadaan tenang menjadi saling
berdesakan dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak
lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan
pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih
mudah larut pada suhu tinggi.
Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas
berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Ikan akan
mati dalam air panas karena kelarutan oksigen berkurang. Minuman akan mengandung
CO2 lebih banyak bila disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara terbuka.
Pengadukan Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut. Semakin banyak
jumlah pengadukan, maka zat terlarut umumnya menjadi lebih mudah larut.
Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat dipengaruhi juga oleh
luas permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas permukaan sentuhan zat terlarut
dapat di diperbesar melalui proses pengadukan atau penggerusan secara mekanis. Gula
halus lebih mudah larut daripada gula pasir. Hal ini karena luas bidang sentuh gula halus
lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih mudah berinteraksi dengan air.
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya
jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat
kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang
kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
5
Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena pengaruh suhu erat
hubungannya dengan panas kelarutan dari zat tersebut. Panas kelarutan
didefinisikan sebagai banyaknya panas yang dibebaskan atau diperlukan
apabila satu mol zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh (Martin dkk, 1993).
Volume
Misalkan kita melarutkan dua sendok makan gula dalam 100 mL air dan
melarutkan dua sendok makan gula dalam 5000 mL air, manakah yang lebih cepat larut ?
Gula dua sendok makan akan lebih cepat larut dalam 5000 mL air. Semakin besar volume
pelarut, maka jumlah partikel pelarut akan semakin banyak. Kondisi tersebut
memungkinkan lebih banyak terjadi tumbukan antara partikel zat terlarut dengan partikel
zat pelarut sehingga zat padat umumnya lebih mudah larut.
Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.
Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William
Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang
berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air
bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak
berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
Pada umumnya, tekanan mempunyai efek sangat kecil terhadap
kelarutan zat cair atau zat padat dalam pelarut zat cair. Namun apabila
terjadi perubahan tekanan dapat ditunjukkan dengan prinsip Le Chatelier
karena ia tergantung pada volume relatif larutan dan penyusun zat. Pada
umumnya perubahan volume larutan kecil dikarenakan tekanan, sehingga tekanan yang
diperlukan akan sangat besar untuk mengubah kelarutan zat (Osol, 1980).
Kelarutan dari semua gas naik jika tekanan saham dari gas yang terletak di atas
larutan dinaikkan. Secara kuantitatif, hal ini dinyatakn dalam hukum Henry, yang
menyatakan bahwa pada suhu tetap perbandingan dari tekanan saham dari solute gas dibagi
dengan mol fraksi dari gas dalam larutan adalah tetap.
Konsentrasi
6
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu
larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per
million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar
(M), molal (m) atau normal (N). Adapun beberapa defenisi konsentrasi :
Molaritas : Jumlah mol solut yang terlarut dalam 1 L larutan
Molalitas : Jumlah mol solut yang terlarut dalam 1000 g (1 kg) solven
Bagian per massa : jumlah massa solut per jumlah massa larutan
Bagian per volume : volume solut per volume larutan
Fraksi mol : rasio jumlah mol solut terhadap jumlah total mol (solut + solven)
Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam larutan
encer, massa larutan sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama
dengan massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan
konsentrasinya. Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan), yaitu:
a) Cairan- cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan “Like dissolver like” maknanya
zat- zat cair yang memiliki struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam
segala perbandingan. Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH dengan
C2H5- OH.
Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar
terhadap kelarutan. Contohnya: CH3Cl (polar) dengan CCl4 (non- polar).Larutan ini terjadi
karena terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi (peristiwa menyebarnya zat terlarut
di dalam zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi peristiwa soluasi, yaitu peristiwa partikel-
partikel pelarut menyelimuti (mengurung) partikel terlarut. Untuk kelarutan cairan- cairan
dipengaruhi juga oleh ikatan Hydrogen.
b) Padat- cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya
tarik antar molekul zat padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non-
polar (sedikit polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah.
Contohnya: DDT memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut di dalam non-
polar (contoh minyak kelapa), tidak mudah larut dalam air (polar).
c) Gas- cairan
Ada 2 prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan, yaitu:
7
Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar molekulnya.
Gas dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat
mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.
Titik didih gas mulia dari atas ke bawah dalam suatu sistem periodik, makin tinggi,
dan kelarutannya makin besar.
Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif, menggunakan
satuan- satuan konsentrasi:
1. Fraksi mol (X)
2. Persentase : a. Persentase berat per berat (% b/b)
b. Persentase berat per volume (% b/v)
c. Persentase volume per volume (% v/v)
3. Bagian per sejuta
4. Kemolaran atau molaritas (M)
5. Kemolalan atau molalitas (m)
3. Eksoterm dan Endoterm di dalam Kelarutan
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a. Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan
akan turun.
b. Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran
reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) terhadap kelarutan, yaitu peningkatan
temperatur menguntungkan proses endotermis, sebaliknya penurunan temperatur
menguntungkan proses eksotermis. Proses kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya
berlangsung endoterm akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan. Proses
kelarutan gas dalam cair berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan temparatur
menurunkan kelarutan.
Proses melarut dianggap proses kesetimbangan,
Solute + Solvent Larutan H = (eksoterm)
H = + (endoterm)
8
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan
ini dijelaskan dengan Hukum Henry, yaitu Cg = k . Pg (tekanan berbanding lurus dengan
konsentrasi).
Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/ panas yang diserap atau dilepaskan jika
suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut. Ada beberapa 3 tahap pada proses melarutkan
suatu zat, yaitu:
Tahap 1, yaitu: Baik zat terlarut maupun zat pelarut masih tetap molekul- molekulnya
berikatan masing- masing.
Tahap 2,yaitu:Molekul- molekul yang terdapat pada zat terlarut memisahkan diri sehingga
hanya terdiri dari 1 molekul tanpa adanya ikatan lagi dengan molekul- molekul yang
terdapat di dalamnya, begitu pula molekul- molekul yang terdapat pada zat pelarut.
Tahap 3, yaitu: Antara molekul pada zat terlarut akan mengalami ikatan dengan molekul
pada zat pelarut.
Pada umumnya: Tahap 1 memerlukan panas.Tahap 2 memerlukan panas. Tahap 3
menghasilkan panas.
Eksoterm: 1+2 < 3 dengan H = (eksoterm)
Endoterm: 1+2 > 3 dengan H = + (endoterm)
9