tugas kerajaan banten

22
TUGAS KERAJAAN BANTEN DISUSUN OLEH NAMA : DEVI SULISTYANINGRUM (07) KUSWINAHYU (12) WINDA PRADANA PUTRI (24) KELAS : X IPS 1 MADRASAH ALIYAH NEGERI KLATEN

Transcript of tugas kerajaan banten

TUGAS KERAJAAN BANTEN

DISUSUN OLEH

NAMA : DEVI SULISTYANINGRUM (07)

KUSWINAHYU (12)

WINDA PRADANA PUTRI (24)

KELAS : X IPS 1

MADRASAH ALIYAH NEGERI KLATEN

AWAL BERDIRINYA KERAJAAN BANTEN

Berdirinya kesultanan Banten diawali ketika kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke jawa barat. Pada tahun 1524, Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah bersama pasukan demak menaklukkan penguasa banten, dan mendirikan kesultanan banten yang berada di bawah pengaruh demak.Kota banten terletak di pesisir selat sunda, dan merupakan pintu gerbang yang menghubungkan Sumatra dan jawa. Posisi banten yang sangat strategis ini menarik perhatian Demak untuk menguasainya. Di tahun 1525 – 1526 pasukan demak bersama Sunan Gunung Jati berhasil menguasai baten. Sebelum banten berdiri sebagai kesultanan, wilayah ini termasuk bagian kerajaan pajajaran yang beragama hindu. Pada awal abad ke – 16, yang berkuasa di banten adala prabu Pucuk Umum dengan pusat pemerintahan kadipaten

di banten Girang. Adapun daerah Surasowan hanya berfungsi sebagai kota pelabuhan. Menurut berita Joad Barros (1616), wartawan Portugis, diantara pelabuhan yang tersebar di wilayah pajajaran, pelabuhan sunda kelapa dan banten merupakan dua pelabuhan terbesar yang dikungjungi para saudagar dalam dan luar negeri. Dari sanalah sebagian besar lada dana hasil negeri lainnya diekspor.Pada masa lalu, banten adalah semacam kota metropolitan. Ia menjadi pusat perkembangan pemerintahan kesultanan banten, yang sempat mengalami masa keemasan selama kurang lebih tiga abad. Menurut babad pajajaran, masuknya islam dibanten dimulai ketika Prabu Siliwangi sering melihat cahaya yang menyala-nyala di langit. untuk mencari tahu tentang arti itu, ia mengutus kian Santang, penasehat kerajaan pajajaran yang mengatakan bahwa cahaya di atas banten adalah cahaya islam. Kian Santang pun memeluk islam dan kembali ke pajajaran untuk mengislamkan masyarakat. Upaya kian santang hanya berhasil untuk beberapa orang saja, sedangkan yang lainnya menyingkirkan diri. Akibatnya, pajajaran menjadi berantakan.

Pada tahun 1526, gabungan pasukan Demak dan Cirebon bersama dengan laskar marinir maulana Hasanuddin (putra Syarif Hidayatullah) tidak banyak mengalami kesulitan dalam menguasai banten. Bahkan ada yang menyebutkan, Prabu Pucuk Umum menyerahkan banten dengan Sukarela. Pusat pemerintahan yang semula berkedudukan di Banten pun dipindahkan ke Surasowan. Pemindahan pusat pemerintahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara pesisir melalui selat sunda dan selat malaka. Hal ini berkaitan pula dengan situasi asia tenggara kala itu. perlu dingat, malaka telah dikuasi portugis, sehingga pedagang yang enggan

berhubungan dengan portugis mengalihkan rute niaga ke selat sunda.Sejak itu, pelabuhan banten semakin ramai. Atas penunjukkan Sultan Demak, pada tahun 1526 maulana Hasanuddin diangkat sebagai Adipati Banten. Di tahun 1552, banten diubah menjadi negara bagian Demak, tetap dengan Maulana Hasanuddin sebagai pemimpinnya. Pada waktu demak runtuh dan diganti Pajang (1568), Maulana Hasanuddin memproklamasikan banten sebagai Negara Merdeka.Sultan maulana Hasanuddin memerintah banten selama 18 tahun (1552 – 1570). Ia telah memberikan andil besar dalam meletakkan fondasi islam di Nusantara. Selain dengan mendirikan masjid dan pesantren, Maulana Hasanuddin juga mengirim ulama ke berbagai daerah yang telah dikuasainya. Usaha penyebarluasan Islam dan pembangunan Banten itu dilanjutkan oleh para penerusnya. Pada masa jayanya, wilayah kekuasaan Kesultanan Banten Meliputi Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tangeran.

kejayaan itu mulai berakhir pada masa sultan Ageng Tirtayasa. Kesultanan Banten mengalami kehancuran Akibat ulah anak kandung Sultan Ageng Sendiri, yaitu sultan Haji. Pada waktu itu, Sultan Haji diserahi amanat oleh ayahnya sebagai sultan muda yang berkedudukan di Surasowan. Namun, sultan haji berdekat-dekat dengan kompeni, bahkan memberi mereka keleluasaan untuk berdagang di pelabuhan banten. Hal itu sangat tidak disukai oleh Sultan Ageng. Hingga akhirnya Sultan Ageng menyerang Istana Surasowan pada 27 Februari 1682. terjadilah perang dasyat , Sultan Ageng Tirtayasa melawan kompeni yang mendukung Sultan Haji. Istana Surasowan mengalami kehancuran pertama akibat perang tersebut.Meskipun istana Surasowan dibangun kembali dengan megah oleh Sultan haji atas bantuan Arsitek Belanda, namun pemberontakan demi pembrontakan oleh rakyat banten tidak pernah surut. Sultan Ageng Tirtayasa memimpin perang gerilya bersama anaknya yang setia, Pangeran Purbaya, serta Syekh Yusuf, seorang ulama dari Makassar sekaligus menantunya. Akan tetapi, akhirnya Kompeni mengerahkan kekuatan penuh, dan Sultan Ageng dapat dikalahkan.Setelah kekalahan itu, para pengikut Sultan Ageng Tirtayasa menyebar ke berbagai daerah untuk berdakwah. Syekh Yusuf dibuang ke Srilanka, tempat ia memimpin gerakan perlawan lagi, sebelum akhirnya dibuang ke Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf menyebarkan Islam, sampai wafatnya.Sementara itu, banten jatuh menjadi boneka belanda. Daendels yang membangun jalan raya Anyer – Panarukan kemudian memindahkan pusat kekuasaan Baten ke Serang. Istana Surosowan ia bakar habis pada 1812. dapat dikatakan, pada tahun itulah Kesultanan Banten runtuh.

Keberadaan dan Kejayaan Kesultanan Banten pada masa lalu dapat dilihat dari peninggalan sejarah, seperti Masjid Agung Banten yang didirikan pada masa pemerintahakan Sultan Maulana Hasanuddin. Arsitektur masjid tersebut merupakan perpaduan antara arsitektur asing dan jawa. Bangunan lain yang membuktikan keberadaan Kesultanan Banten masa lampau adalah bekas istana Surasowan, yang letakkanya berdekatan dengan Masjid Agung Banten. Istana Surasowan yang kini tinggal puing-puing itu dikelilingi oleh tembok benteng yang tebal dengan luas kurang lebih 4 hektare, berbentuk persegi empat panjang. Benteng tersebut kini masih tegak berdiri, di samping beberapa bagian kecil yang telah runtuh.

MASA KEJAYAAN KERAJAAN MBANTEN

Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fath Abdul Fatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional, sehingga perekonomian  kesultanan itu maju pesat. Wilayah kekuasaannya pun semakin meluas,  meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Lampung. Kesultanan Banten mengadakan hubungan dengan negara-negara lain melalui jalur laut. Pengiriman pejabat ke berbagai negara seringkali dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Inilah masa keemasan

Kesultanan Banten.Sultan  Ageng Tirtayasa sempat mengirimkan dua orang utusannya ke Inggris sebagai duta besar yang ditugasi juga membeli senjata. Selain itu, sultan menggalang hubungan baik dengan Aceh, Makassar, India, Mongol, Turki, dan Arab. Para penguasa Banten yang pergi ke Arab untuk menunaikan haji dan ke Inggris untuk menunaikan tugas sebagai utusan, menggunakan kapal milik pedagang Inggris. Sebagai sultan ke-6, Sultan Ageng Tirtayasa, tegas menentang segala bentuk penjajahan bangsa asing atas negaranya. Ia tidak pernah berkeinginan untuk berkompromi dengan Belanda. Pada 1645 hubungan Banten dengan Belanda semakin panas. Pada 1656 pasukan Banten bergerilya di sekitar Batavia. Setahun kemudian, Belanda menawarkan perjanjian damai. Lantaran perjanjian itu hanya menguntungkan Belanda, sultan Banten menolaknya. Pada 1580 meletuslah perang besar antara Banten dan Belanda. 

Perang itu berakhir pada 10 Juli 1659 dengan ditandai penandatanganan perjanjian gencatan senjata. Sultan Ageng Tirtayasa memiliki putra mahkota yang bernama Abdul Kohar. Ia diangkat menjadi putra mahkota pada tanggal 16 Februari 1671 dengan gelar Sunan Abu'n Nasr Abdul Kohar yang dikenal sebagai Sultan Haji. Putra mahkota inilah yang menjadi jalan bagi Belanda untuk mengadu domba sultan dengan putranya sendiri. Sultan Haji menginginkan perdamaian dengan Belanda dengan mengirimkan surat pada  1680 dan menyatakan bahwa ia adalah penguasa Banten sepenuhnya, bukan lagi Sultan Ageng Tirtayasa.Pada 26 Februari 1682, Sultan Ageng Tirtayasa menyerbu Surosowan tempat Sultan Haji berkedudukan. Serangan tersebut berhasil, namun kemudian Surosowan direbut oleh Belanda di bawah pimpinan Kapten Tack. Pemerintahan Banten selanjutnya dipegang oleh Sultan Haji. Setelah  Sultan Haji meninggal, terjadilah perebutan kekuasaan di antara anak-anaknya, akibat campur tangan dari Belanda. Sejak saat itu terjadi gonta-ganti sultan dan Kesultanan Banten mulai mengalami kemunduran.Puncak kehancuran terjadi pada masa Kesultanan Banten diperintah oleh Sultan Muhammad Syarifuddin. Ia dipaksa turun tahta dan Kesultanan Banten dihapus oleh pemerintahan Inggris yang menggantikan Belanda di Banten di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Raffles. Sejak itulah Kesultanan Banten hilang dan hanya meninggalkan jejaknya. 

KERUNTUHAN KERAJAAN MBANTEN

kerajaan banten itu tidak pernah diserang oleh kerajaan sriwijaya bahkan sriwijaya sudah tidak ada, ketika kerajaan banten didirikan, oleh sunan gunung jati kemudian pemerintahannya diserahkan pada anaknya yang bernama HASANUDDIN (hasanudin yang aq maksud BUKAN raja dari makkasar itu, nama hasanuddin sendiri dalam sejarah memang ada 2, satu adalah anak sunan gunung jati dan satunya adalah raja dari makasar yang juga dijuluki AYAM JANTAN DARI TIMUR oleh belanda) lagipula kerajaan sriwijaya menganut agama hindhu-budha, sedangkan kerajaan banten sudah menganut agama islam, saat itu penganut agama islam sudah mulai meluas di jawa, sedangkan penganut hindhu hanya tinggal beberapa saja  keruntuhan kerajaan banten disebabkan karena hasanuddin berhasil dikalahkan oleh belanda sehingga harus menandatangani sebuah perjanjian. isinya antara lain adalah kerajaan banten harus dibagi menjadi 4 kerajaan kecil yaitu kerajaan cirebon,dll. karena mejadi kerajaan kecil maka di banten sering terjadi perang saudara sehingga kerajaan banten akhirnya runtuh 

PENINGGALAN KERAJAAN MBANTEN

Istana Keraton Kaibon

Istana Kaibon adalah sebuah Istana tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan Syaifuddin. Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja. Disampingnya ada sebuah Pohon besar dan sebuah Kanal. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebuah Istana yang sangat . Namun, Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya saat terjadi peperangan melawan Kerajaan Banten

Istana Keraton Surosowan

Tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah Situs Istana Surosoan yang merupakan Kediaman para Sultan Banten, dari Sultan Maulana Hasanudin hingga Sultan Haji yang pernah berkuasa pada tahun1672-1687, Istana ini dibangun pada tahun 1552. Dibanding Istana Kaibon yang terlihat masih berupa bangunan, Istana Surosoan, hanya tinggal berupa sisa-sisa bangunannya saja. Sisa bangunan megah ini berupa Benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas pemandian para putri termasuk Rara Denok. Dengan luas sekitar 4 hektare. Bangunan sejarah ini dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara KotaSerang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), pertama Kesultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati. Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima,

mirip pagoda China. Ini adalah karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama. Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya, yaitu Maulana Hasanuddin dengan Permaisurinya,Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah.

Vihara Avalokitesvara

Vihara ini merupakan salah satu Vihara tertua di Indonesia. Keberadaan Vihara ini diyakini merupakan bukti bahwa pada saat itu penganut Agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa Konflik yang berarti. Kondisi di dalam Vihara ini sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan terdapat tempat duduk yang nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan bangunan satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular Putih, yang dilukis dengan berwarna-warni sebagai elemen estetis.

Benteng Spellwijk

Lokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten, benteng ini dibangun sekitar tahun 1585 (menurut informasi lainnya tahun 1682). Dahulunya Benteng Spellwijk digunakan sebagai Menara Pemantau yang berhadapan langsung ke Selat Sunda dan sekali berfungsi sebagai penyimpanan meriam-meriam dan alat pertahanan lainnya. Di tempat ini juga terdapat sebuah Terowongan yang katanya terhubung dengan Keraton Surosowan.

Museum Kepurbakalaan Banten Lama

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.

Dari sekian banyak benda-benda purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut dibagi menjadi 5 kelompok besar.

Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini adalah Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu, dll.

Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal maupun Mata Uang asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.

Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur Rumah Adat Suku Baduy dan berbagai macam Senjata Tradisional dan juga senjata peninggalan Kolonial seperti Tombak, Keris, Golok, Meriam, Pistol, dll.

Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik. Keramik yang tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Burma, Vietnam, China, Jepang,Timur Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah tangga.

Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti Lukisan atau Sketsa. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi lukisan tetapi hampir keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.

Selain menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua Artefak yang disimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan juga alat penggilingan Lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya sekitar 2,5 meter ini merupakan bantuan dari Ottoman Turki. Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman belakangMuseum Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa bagian. Pada zaman dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada, itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai produksi lada

Danau Tasikardi

Danau ini terletak tidak jauh dari Istana Kaibon, Konon, Danau tersebut luasnya 5 Hektar dan bagian dasarnya dilapisi oleh Batu Bata, Pada masa itu danau ini dikenal dengan nama "Situ Kardi" yang memiliki sistem ganda, selain sebagai penampung air di Sungai Cibanten yang digunakan sebagai Pengairan Persawahan, danau ini juga dimanfaatkan sebagai pasokan Air bagi keluarga Keraton dan Masyarakat sekitarnya. Air dialirkan dari Pipa-Pipa yang terbuat dari Tanah Liat berdiameter 2-40 cm. Sebelum digunakan air danau harus disaring dan diendapkan ditempat penyaringan khusus yang dikenal dengan Pengindelan Abang atau Penyaringan Merah, Pengindelan Putih atauPenyeringan Putih, dan Pengeindelan Emas atau Penyaringan Emas.