Tugas Karya Akhir-Situs Parenting-101.net

download Tugas Karya Akhir-Situs Parenting-101.net

of 9

description

BAGIAN 1: ANALISIS SITUASI

Transcript of Tugas Karya Akhir-Situs Parenting-101.net

  • 1

    Universitas Indonesia

    BAGIAN 1

    ANALISIS SITUASI

    1.1 Latar Belakang 1.1.1 Parenting Sebagai Investasi bagi Generasi di Masa Depan Indonesia

    Anak adalah milik masa depan yang harus dipersiapkan secara matang

    sehingga dapat melahirkan generasi yang lebih baik daripada sebelumnya. Orang

    tua, sebagai sumber pengetahuan tentang pranata sosial pertama seorang anak

    diharapkan dapat mengantarkan anaknya agar tumbuh, berkembang, sehat, dan

    bahagia menuju masa dewasa yang berkualitas dan membangun keluarganya

    sendiri secara baik atau bahkan lebih baik (Rozamon, 2004).

    Mengasuh anak mungkin merupakan aktivitas yang paling menyenangkan

    dan menantang bagi orang tua (Brooks, 1991). Erik Erikson, peneliti psikologi

    perkembangan percaya bahwa orang dewasa memiliki kebutuhan untuk membuat

    dan membesarkan kehidupan baru (Erikson dalam Brooks, 1991). Jika mereka

    tidak melimpahkan rasa peduli dan kasih sayang mereka kepada seseorang atau

    sesuatu di luar kehidupan mereka, mereka menjadi stagnan dan tidak produktif.

    Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    (BKKBN), penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 250 juta jiwa pada

    2013, dengan pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun (Sasongko, 2013). Selain

    itu, berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah anak usia di bawah lima

    tahun mencapai 22.678.702 jiwa. Jumlah ini hampir mencapai 10% dari

    keseluruhan penduduk Indonesia.

    Saat ini, Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang ditandai

    dengan banyaknya penduduk usia muda dan produktif (Sasongko, 2013). Bonus

    demografis adalah bonus atau peluang yang dinikmati suatu negara sebagai akibat

    dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam

    evolusi kependudukan yang dialaminya. Di Indonesia, fenomena ini terjadi karena

    proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dipercepat

    oleh keberhasilan menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan,

  • 2

    Universitas Indonesia

    dan suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde Baru hingga

    sekarang (BKKBN, 2013).

    Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2035 yang berbasis sensus 2010,

    diketahui masa maksimum bonus demografi ini terjadi pada 2028, 2029, 2030,

    dan 2031. Selama itu, presentase penduduk usia muda dan produktif mencapai

    46,7 persen (Sasongko, 2013).

    Akan tetapi, jika kasus kenakalan anak dan remaja masih ramai hingga kini,

    bukan tak mungkin bonus demografi Indonesia ini akan menjadi bumerang. Alih-

    alih menjadi potensi sosial, ekonomi, dan budaya, malah menjadi tumpukan

    masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Kita tentu pernah lihat kasus kenakalan

    anak dan remaja akhir-akhir ini di media. Misalnya, kasus video asusila siswa

    SMP di Jakarta beberapa waktu lalu (Felisiani, 2013). Tindakan asusila dan

    penyebaran video tersebut seharusnya bisa dicegah.

    Menjawab tantangan tersebut, pembahasan parenting hadir sebagai alat

    bantu para orang tua dalam menyiapkan anaknya sebagai sumber daya manusia

    yang mumpuni di masa depan. Parenting merupakan kata yang relatif baru,

    berasal dari bahasa latin parere yang berarti to bring forth atau develop yang

    secara harfiah menunjukkan fungsi biologis orang tua dalam melakukan prokreasi

    dan menjaga keturunannya (Dwivedi, 2000).

    Beberapa ahli juga mengemukakan berbagai definisi parenting. Martin dan

    Colbert (1997) memberikan batasan yang bersifat psikologis, yakni parenting

    merupakan proses yang dilakukan oleh orang tua mulai dari merencanakan

    kelahiran, hingga menjaga, membimbing, dan mengarahkan anak-anaknya.

    Menurut Morrison (dalam Hamner & Turner, 1990) mendefinisikan

    parenting sebagai proses membangun dan menggunakan pengetahuan dan

    keterampilan yang sesuai untuk merencanakan kelahiran serta mengarahkan dan

    memberikan perhatian bagi keturunannya.

    Sedangkan Brooks (1991) mengemukakan bahwa parenting merupakan

    suatu proses membesarkan, menjaga, dan mengarahkan anak melalui tahapan

    perkembangan. Parenting merupakan suatu proses interaksi antara orang tua dan

    anak yang berkelanjutan dan interaksi ini mengubah keduanya, baik anak mau pun

    orang tua.

  • 3

    Universitas Indonesia

    Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli, pembahasan parenting

    mencakup interaksi dua arah antara orang tua dengan anak dengan tujuan

    mengasuh dan membesarkan anak agar mencapai pertumbuhan dan

    perkembangan yang optimal.

    Menurut Martin dan Colbert (1997), secara umum, tujuan parenting adalah

    a. Membantu anak agar dapat bertahan (survive) dan sehat secara fisik

    b. Agar anak memiliki berbagai kemampuan sehingga dapat mandiri secara

    ekonomi

    c. Agar anak dapat memenuhi tujuan-tujuan yang bersifat khusus yang

    berbeda-beda sesuai dengan budaya yang dimiliki. Tujuan ini berkaitan

    dengan prestasi, kepercayaan, agama, dan kepuasan personal.

    Orang tua ingin agar anak-anaknya berkembang menjadi manusia yang

    kompeten pada setiap tahap perkembangannya, serta memiliki kepercayaan diri

    yang kuat, mandiri, dan bertanggung jawab secara sosial (Martin dan Colbert,

    1997). Secara sadar atau tidak, usaha orang tua membesarkan anaknya adalah

    bentuk investasi mereka untuk mewujudkan generasi masa depan yang lebih baik.

    1.1.2 Pembelajaran oleh Orang Tua Melalui Parenting

    Terkadang, ada orang tua yang menganggap parenting sebagai cara mereka

    membesarkan anak seperti yang mereka inginkan. Anak dilihat sebagai objek

    yang dapat dibesarkan hanya dengan perintah dan larangan. Meski tujuan

    akhirnya adalah membesarkan anak, parenting tak melihat anak sebagai objek

    saja, tapi aktif menjadi sarana bagi orang tua untuk belajar dan ikut memperbaiki

    diri.

    Parenting mengakomodasi pertanyaan para orang tua tentang kebingungan

    mereka dalam mengasuh anaknya. Orang tua memiliki tanggung jawab kepada

    keturunannya (Baumrind & Thompson, 2002). Meskipun orang tua tidak

    bertanggung jawab sendirian terhadap kesejahteraan anak, tanggung jawab orang

    tua adalah yang utama. Kekuatan untuk membentuk karakter dan kompetensi anak

    adalah tanggung jawab yang mengagumkan yang memerlukan kesadaran penuh

    yang berkelanjutan dan komitmen sistematis oleh seorang pemberi kasih sayang

    (caregivers) yang berdedikasi (Baumrind & Thompson , 2002).

  • 4

    Universitas Indonesia

    Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua orang tua memahami penuh

    tanggung jawab membesarkan anak. Contohnya adalah pembunuhan terhadap

    anak oleh ibu kandungnya yang terjadi di Karawang, Jawa Barat (Gurning &

    Syaifullah, 2013). LRI, tersangka yang juga ibu korban mengakui kesalahannya

    setelah ditemukan adanya benturan benda tumpul di bagian belakang kepala

    korban. Awalnya, pukulan tersebut hanya dimaksudkan sebagai hukuman bagi

    sang anak. Namun setelah tidak terkendali, pukulan tersebut berujung kematian

    bagi si anak.

    Peristiwa semacam ini seharusnya bisa dicegah jika para orang tua mengerti

    bahwa dalam membesarkan anak, mereka pun belajar dan berubah sebagai

    individu. Pengondisian keadaan ini dapat dipelajari dan dipahami melalui

    informasi tentang parenting. Seperti yang dikemukakan oleh Brooks (1991),

    parenting merupakan suatu proses interaksi antara orang tua dan anak yang

    berkelanjutan dan mengubah keduanya. Meski tujuan besarnya adalah

    membesarkan anak, parenting menawarkan ide pola asuh anak yang sama-sama

    melibatkan orang tua dan anak secara aktif.

    1.1.3 Keseimbangan Konten untuk Ayah dan Ibu dalam Media Parenting

    Masih ada yang beranggapan bahwa mengasuh anak merupakan murni

    urusan para ibu, sementara ayah hanya berperan sebagai pencari nafkah. Di era

    ini, pemahaman tersebut tidak berlaku karena dalam pola asuh yang benar, ayah

    dan ibu sangat berperan untuk membentuk karakter anak (Readers Digest, 2013).

    Menurut Ratih Ibrahim, psikolog dari Personal Growth, dalam Readers

    Digest Edisi November 2013, anak-anak yang diasuh oleh ibu dengan pola asuh

    yang benar akan tumbuh sebagai anak dengan karakter yang bagus. Namun anak

    yang mendapatkan pengasuhan yang benar dari ibu dan ayah akan tumbuhh

    menjadi anak yang tangguh dan luar biasa.

    Setiap anak harus memiliki identifikasi kepada kedua orang tuanya untuk

    menyeimbangkan sifat maskulin dan femininnya. Baik anak laki-laki maupun

    perempuan, keduanya harus memiliki sifat maskulin dan feminin yang seimbang.

    Feminimitas dan maskulinitas atau identitas gender seseorang mengacu pada

    sejauh mana orang-orang melihat diri mereka sebagai maskulin atau feminin

    mengingat apa artinya menjadi seorang pria atau wanita dalam masyarakat (Burke

  • 5

    Universitas Indonesia

    & Stets, 1988). Seorang anak melakukan identifikasi gender tersebut dari ayah

    dan ibunya sebagai lingkungan pertamanya.

    Namun, berdasarkan pengamatan penulis terhadap berbagai media cetak dan

    online di Indonesia, konten yang ditujukan untuk ibu dan ayah belum berimbang.

    Konten untuk ibu lebih banyak dibandingkan untuk ayah. Oleh karena itu, adanya

    sumber informasi yang diperuntukkan bagi ayah, ibu, atau keduanya sebagai tim

    membesarkan anak dirasa penting bagi pelaksanaan parenting.

    1.1.4 Kemunculan Komunitas Parenting untuk Ayah

    Kesadaran pasangan suami istri untuk ikut melibatkan ayah secara aktif

    dalam proses parenting mulai tercermin dari munculnya beberapa komunitas

    parenting untuk ayah di Indonesia. Contohnya adalah Ayah ASI, New Parent

    Academy, dan Komunitas Ayah Edy. Komunitas ini masing-masing digagas dan

    dibentuk oleh para ayah agar dapat mengakomodasi pertanyaan ayah dalam fase-

    fase parenting anak-anaknya.

    1.1.4.1 Ayah ASI

    Ayah ASI adalah gerakan sosial yang muncul pada pertengahan 2011. Ayah

    ASI berisi para ayah yang peduli akan pemberian ASI eksklusif kepada anak-

    anaknya. Menyusui adalah fase parenting setelah melahirkan yang cukup penting.

    ASI mengandung nutrisi lengkap dan zat kekebalan bagi bayi (Parenting, 2013).

    Selain itu, pengeluaran ASI juga membuat sang ibu sehat (Revina, 2013).

    Ide Ayah ASI bermula dari keinginan untuk membuat buku oleh Shafiq

    Pontoh tentang pengalamannya membantu istri dalam proses menyusui. Setelah

    itu, terkumpulah beberapa ayah yang peduli terhadap proses menyusui istri dan

    anaknya. Ide membuat buku cerita ASI dari sudut pandang ayah ini disambut baik

    oleh pihak penerbit, namun mereka masih ragu dengan ide Ayah ASI karena

    umumnya, ASI hanya dibahas oleh ibu-ibu.

    Alhasil, mereka mencoba pre-test dengan melempar topik ini ke publik

    melalui akun twitter @ID_AyahASI pada 27 September 2011. Tanggapan publik

    ternyata positif. Baru dua hari aktif, followers akun twitternya mencapai 2.000.

    Tepat seminggu, jumlah followers menembus angka 3.000. Hingga tulisan ini

    dibuat, jumlah followersnya @ID_AyahASI adalah 106.780. Kegiatan akun ini

  • 6

    Universitas Indonesia

    pun beragam, mulai dari memberikan pendidikan dan informasi mengenai proses

    menyusui dan pentingnya ASI bagi bayi hingga berbagi pengalaman oleh para

    ayah tentang pengalaman mereka membantu istri dalam proses menyusui.

    1.1.4.2 New Parent Academy

    New Parent Academy (NPA) adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk

    memberikan edukasi parenting kepada orang tua baru. Pendiri NPA adalah

    Andhika Akbar. Gerakan ini berwujud sekolah yang berisi para orang tua yang

    ingin belajar bagaimana menjadi orang tua,

    Para pendiri NPA menganggap bahwa menjadi orang tua bukan suatu proses

    yang selalu alamiah. Banyak juga pasangan yang merasa tidak mengerti apa-apa

    tentang bagaimana menjadi orang tua. NPA tidak mengkhususkan untuk ibu saja,

    tapi juga turut melibatkan ayah dalam sekolahnya. Sampai tulisan ini dibuat, NPA

    telah memiliki satu angkatan sekolah orang tua dan follower Twitter NPA

    mencapai 6.277.

    1.1.4.3 Komunitas Ayah Edy

    Berawal dari mengisi seminar dan talkshow parenting, seorang ayah

    bernama Edy membentuk Komunitas Ayah Edy. Ia berbagi ilmu mengenai

    bagaimana menjadi ayah kepada para ayah lainnya. Lambat laun, komunitas ini

    berisi para orang tua, baik ayah maupun ibu yang ingin belajar parenting. Saat ini,

    Edy juga membuat lembaga konsultasi parenting. Ia juga sering mengisi acara

    parenting di media massa seperti radio dan televisi. Hingga saat tulisan ini dibuat,

    Komunitas Ayah Edy sudah mendapatkan 47.380 likes di page Facebook-nya.

    Kemunculan komunitas-komunitas ini dapat menjadi potensi bisnis karena

    memudahkan pemasaran produk kepada target khalayak.

    1.1.5 Situs Parenting di Indonesia

    Hingga saat ini, menurut Netcraft.com terdaftar 66 situs yang memiliki

    domain yang berhubungan dengan parenting di seluruh dunia. Media parenting di

    Indonesia dimulai dari media cetak, seperti tabloid dan majalah. Seiring

    berkembangnya teknologi, ekspansi medium pun dilakukan hingga merambah

    internet dengan membuat situs. Situs parenting yang ada saat ini di Indonesia ada

    yang merupakan pengembangan dari media cetak atau pun murni media online.

  • 7

    Universitas Indonesia

    Untuk situs parenting, informasi lebih banyak dikemas dalam bentuk

    artikel. Padahal penggunaan audio visual, contohnya video sebagai medium

    belajar lebih efektif dari tulisan. Menurut Computer Technology Research (CTR),

    orang hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari yang

    didengar. Tetapi orang dapat mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar, dan

    80% dari yang dilihat, didengar, dan dilakukan (Suheri, 2006).

    1.1.6 Pemanfaatan Media Baru sebagai Medium

    Pengguna internet di Indonesia menunjukkan tren positif pada 2013.

    Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (2013),

    jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta pada 2013. Angka ini

    akan menembus 100 juta jiwa di tahun 2015 (Marketeers, 2013).

    Angka yang semakin naik ini bisa menjadi potensi untuk bisnis yang

    menggunakan internet. Range umur populasi netizen saat ini sudah semakin

    meluas. Istilah netizen muncul dari gabungan dua kata, yakni internet dan citizen.

    Netizen adalah sebutan untuk para penduduk atau pengguna internet di. Hampir

    separuh dari netizen di Indonesia merupakan pengguna internet muda berusia di

    bawah 30 tahun , sedangkan 16% adalah para netizen berusia di atas 45 tahun.

    Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) RI

    menyebutkan pada 7 November 2013, 95% dari pengguna internet di Indonesia

    mengakses jejaring sosial. Indonesia menempati posisi keempat pengguna

    Facebook dan kelima pengguna Twitter terbesar di dunia. Pengguna aktif

    Facebook di Indonesia mencapai 65 juta orang dan 33 juta di antaranya aktif

    menggunakan Facebook setiap harinya. Sedangkan pengguna Twitter di Indonesia

    berjumlah 19,5 juta orang (Kemenkominfo RI, 2013). Hal ini dapat

    mempermudah promosi situs parenting-101.net kepada khalayak karena salah satu

    strategi promosinya melalui Facebook dan Twitter.

    1.2 Riset Khalayak Riset khalayak diperlukan untuk mencari informasi atau data tentang

    kebutuhan dan keinginan khalayak sasaran. Riset dilakukan dengan dua cara.

  • 8

    Universitas Indonesia

    Pertama, penulis menyebarkan kuesioner online melalui Google Docs

    kepada 55 khalayak sasaran Jabodetabek dan kota besar lainnya di Indonesia

    dalam kurun waktu satu bulan. Kuesioner online dipilih karena lebih efektif dan

    efisien dalam hal waktu, biaya, dan jarak. Penyebaran kuesioner dilakukan

    melalui Facebook, Twitter, Whatsapp, Line, dan Email kepada calon ibu (sedang

    hamil anak pertama) dan ibu berusia 21-35 tahun serta calon ayah (istrinya sedang

    hamil anak pertama) dan ayah berusia 25-35.

    Kedua, penulis melakukan wawancara mendalam dengan Luh Surini Yulia

    Savitri, Psikolog Perkembangan Anak dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas

    Indonesia. Sejak berpraktik sebagai psikolog perkembangan anak pada 2004, ia

    telah mengatasi masalah parenting dari banyak klien. Ia juga merupakan praktisi

    parenting yang diundang menjadi pembicara dalam berbagai seminar. Kini, ia

    berpraktik di Fakultas Psikologi UI. Wawancara ini dimaksudkan untuk

    mengetahui lebih lanjut masalah dan keadaan parenting terkini yang ada di

    lapangan. Pengalaman Savitri akan membantu penyusunan konsep dan isi

    prototype situs ini.

    1.2.1 Hasil Riset Khalayak Tabel 1.1 Hasil Riset Khalayak

    No. Pertanyaan Hasil Riset Khalayak

    1. Intensitas dalam mengakses internet

    51% responden mengakses internet lebih dari 12 kali dalam sehari. Ini menunjukkan intensitas responden yang merupakan target khalayak dalam mengakses internet tinggi.

    2. Keinginan untuk terlibat aktif dalam membesarkan anak

    98% responden menyatakan ingin terlibat aktif dalam membesarkan anaknya. Data ini membuktikan motivasi para orang tua untuk dapat terlibat aktif membesarkan anak mereka.

    3. Sumber pengetahuan parenting

    63% responden memilih mencari informasi tentang parenting di internet. Hal ini menunjukkan internet sudah dianggap sebagai salah satu sumber utama jika para orang tua kebingungan membesarkan anaknya.

    4. Bentuk konten yang diinginkan

    89% responden memilih artikel sebagai bentuk konten yang diinginkan, 62% memilih gambar, dan 50% memilih video. Ini menunjukkan minat responden terhadap konten multimedia mulai meningkat.

  • 9

    Universitas Indonesia

    1.2.2. Wawancara dengan Luh Surini Yulia Savitri

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Luh Surini Yulia Savitri, penulis

    menarik beberapa poin penting. Pertama, media parenting memudahkan para

    orang tua dalam membesarkan anaknya. Baik dalam perspektif klinis fisik,

    psikologis, maupun sosial. Ia juga sedang menginisiasi blog pribadi untuk

    menyampaikan pesan-pesan parenting yang selama ini sering ia jumpai. Kedua,

    parenting seharusnya ikut menyadarkan bahwa para orang tua juga harus ikut

    berubah dan belajar agar anaknya tidak bermasalah. Bukan berorientasi pada

    perubahan pada anak tanpa memikirkan perubahan pada orang tua dan lingkungan

    sekitar sang anak.

    Ketiga, perlu adanya sebuah situs parenting yang mengakomodasi lebih

    banyak lagi peran ayah dibandingkan situs yang sudah ada. Savitri menyatakan

    bahwa jika seorang anak harus mendapat identifikasi maskulin dan feminin yang

    seimbang dari ayah dan ibunya.

    Keempat, untuk menyelesaikan masalah parenting dibutuhkan

    pertimbangan berdasarkan riwayat orang tua. Parenting yang dilakukan seseorang

    dipengaruhi oleh gaya parenting yang diterimanya dari orang tua mereka.

    1.3 Pernyataan Kebutuhan Melihat adanya pesan parenting yang harus dibenahi, yakni keterlibatan

    ayah dan ibu sama pentingnya dalam proses parenting serta riset khalayak pada

    para calon ibu, calon ayah, ibu, dan ayah di Indonesia, dibutuhkan sebuah situs

    parenting di Indonesia yang dapat mengakomodasi ayah dan ibu. Selain itu, dapat

    ikut menjadi media pembelajaran parenting bagi orang tua, sesuai dengan tujuan

    parenting dan dikemas dengan multimedia, yakni teks, gambar, grafis, foto,

    animasi, video, dan audio.