Tugas Jiwa Ryan (Suicide)

download Tugas Jiwa Ryan (Suicide)

of 16

description

8

Transcript of Tugas Jiwa Ryan (Suicide)

A. DefinisiSuicide adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri.Bunuh diri seringkali dilakukan akibat putus asa, yang penyebabnya sering kali dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi, ganggguan bipolar, schizophrenia, ketergantungan alkohol/ alkoholisme, atau penyalahgunaan obat.(id.wikipedia.org/wiki/bunuh_diri).Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin suicidium, dengan sui yang berarti sendiri dan cidium yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh dirisebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yangbisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

B. Faktor PredisposisiBanyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress.2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.3. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Bunuh diri bukanlah merupakan satu hal tetapi terdiri dari banyak fenomena yang tumpang tindih. Oleh sebab itu, tidak ada satupun kasus bunuh diri yang memiliki etiologi yang sama (Maris dkk.,2000). Schneidman menyebut bunuh diri sebagai hasil dari psychache. Psychache merupakan rasa sakit dan derita yang tidak tertahankan dalam jiwa dan pikiran. Rasa sakit tersebut pada dasarnya berasal dari jiwa seseorang ketika merasakan secara berlebih rasa malu, rasa bersalah, penghinaan, kesepian, ketakutan, kemarahan, kesedihan karena menua, atau berada dalam keadaan sekarat (dalam Maris dkk., 2000). Di samping itu, Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh diri berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-sinapsis, dan pertanda biologis lainnya (dalam Maris dkk., 2000).Tidak ada faktor tunggal pada kasus bunuh diri, setiap faktor yang ada saling berinteraksi.Namun demikian, tidak berarti bahwa seorang individu yang melakukan bunuh diri memiliki semua karakteristik di bawah ini. Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (Maris, dalam Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008) :1. Major-depressive illness, affective disorder2. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh memiliki level alkohol dalam darah yang positif)3. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri4. Sejarah percobaan bunuh diri5. Sejarah bunuh diri dalam keluarga6. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan7. Hopelessness dan cognitive rigidity8. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan, seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan dengan kelompok teman yang suicidal)9. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas10. Rendahnya tingkat 5-HIAA11. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global, halusinasi perintah)12. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan bunuh diri)13. Akses pada media untuk melukai diri sendiri14. Penyakit fisik dan komplikasinya15. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas

C. Karakteristik Bunuh DiriMenurut Yayasan Harapan Permata Hati Kita (2003), karakteristik pemikiran dari orang yang yang ingin bunuh diri adalah :1. Ambivalensi Kebanyakan orang yang ingin bunuh diri memiliki perasaan yang campur aduk tentang bunuh diri itu sendiri. Keinginan untuk hidup dan mati beradu dalam orang tersebut, ada keinginan untuk lari dari rasa sakit dan ada juga hasrat untuk hidup. Kebanyakan dari mereka tidak ingin mati, mereka hanya tidak senang dengan hidup mereka.2. Impulsivitas Bunuh diri adalah merupakan tindakan impulsif, dan sama seperti tindakan impulsif lainnya, dorongan ini bisa bertahan lama atau hanya beberapa menit atau beberapa jam saja. Biasanya dipicu oleh kejadian-kejadian negatif.Menolak krisis-krisis tersebut dengan lebih banyak bermain dengan waktu, keinginan untuk bunuh diri dapat di kurangi atau dicegah.3. Rigiditas Apabila orang ingin bunuh diri, pemikiran, perasaan dan tindakan mereka terbatasi.Mereka berpikir untuk bunuh diri secara konstan dan tidak mampu menerima jalan keluar dari masalah.Cara berpikir mereka sangat ekstrim.

D. Penjelasan Bunuh Diri1. Penjelasan PsikologisLeenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa suicide is murder turned around 180 degrees, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi.2. Penjelasan BiologisBanyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri.3. Penjelasan SosiologisPenjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak dengan masyarakatnya. Berdasarkan hubungan tersebut, Durkheim (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) membagi bunuh diri menjadi 4 tipe yaitu :3.1. Egoistic SuicideInidividu yang bunuh diri di sini adalah individu yang terisolasi dengan masyarakatnya, dimana individu mengalami underinvolvement dan underintegration. Individu menemukan bahwa sumber daya yang dimilikinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, dia lebih beresiko melakukan perilaku bunuh diri.3.2. Altruistic SuicideIndividu di sini mengalami overinvolvement dan overintegration. Pada situasi demikian, hubungan yang menciptakan kesatuan antara individu dengan masyarakatnya begitu kuat sehingga mengakibatkan bunuh diri yang dilakukan demi kelompok. Identitas personal didapatkan dari identifikasi dengan kesejahteraan kelompok, dan individu menemukan makna hidupnya dari luar dirinya. Pada masyarakat yang sangat terintegrasi, bunuh diri demi kelompok dapat dipandang sebagai suatu tugas.3.3. Anomic SuicideBunuh diri ini didasarkan pada bagaimana masyarakat mengatur anggotanya. Masyarakat membantu individu mengatur hasratnya (misalnya hasrat terhadap materi, aktivitas seksual, dll.). Ketika masyarakat gagal membantu mengatur individu karena perubahan yang radikal, kondisi anomie (tanpa hukum atau norma) akan terbentuk. Individu yang tiba-tiba masuk dalam situasi ini dan mempersepsikannya sebagai kekacauan dan tidak dapat ditolerir cenderung akan melakukan bunuh diri. Misalnya remaja yang tidak mengharapkan akan ditolak oleh kelompok teman sebayanya.3.4. Fatalistic SuicideTipe bunuh diri ini merupakan kebalikan dari anomic suicide, dimana individu mendapat pengaturan yang berlebihan dari masayarakat.Misalnya ketika seseorang dipenjara atau menjadi budak.

E. Aspek-Aspek Bunuh DiriMenurut Gardner (2004, h. 76), seseorang yang berencana atau berniat melakukan bunuh diri memiliki aspek-aspek sebagai berikut : 1. Mengucapkan komentar semacam Aku ingin mati saja atau Saya ingin lenyap untuk selamanya. 2. Minat atau ketertarikan yang tiba-tiba dan menggebu-gebu terhadap senjata api, pisau, pil tidur, dan sarana-sarana pembunuh lainnya, maupun suatu obsesi mengenai orang yang telah mati akibat bunuh diri. 3. Menyerahkan kepada orang lain benda-benda istimewa miliknya tanpa sebab yang jelas, dan mengatakan bahwa hidupnya akan berakhir segera. 4. Kesedihannya amat mendalam dan tangisannya penuh duka dan kepedihan. 5. Selalu mengucilkan diri sendiri, padahal sebelumnya dia lebih suka bersama-sama dengan orang-orang di sekitarnya.6. Minat dan perhatiannya selalu terfokus pada musik dan lagu-lagu depresif (yang liriknya memuja kematian atau bunuh diri), juga buku-buku serta ilustrasi yang menonjolkan cerita kematian atau bunuh diri.7. Sekurang-kurangnya dalam dua minggu terakhir telah memperlihatkan lima atau lebih gejala-gejala berikut : 7.1. Perasaannya tertekan, 7.2. Tidak menaruh minat terhadap apapun, 7.3. Berat badannya turun drastis,7.4. Tidur terus-menerus atau tidak tidur terus-menerus, 7.5. Gerak-geriknya amat lamban atau sebaliknya serba cepat dan tergesa-gesa, 7.6. Selalu keletihan, 7.7. Bersikap menyerah atau merasa sangat bersalah, 7.8. dan tidak mampu mengkonsentrasikan pikirannya.

F. Rentang Respon Bunuh DiriMenurut Stuart, Gail W (2006 : 207), perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya adalah sebagai berikut :1. Suicidal IdeationPada tahap ini merupakan proses contemplasi dan suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan seseorang pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.2. Suicidal IntentPada tahap ini seseorang mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.3. Suicidal ThreatPada tahap ini seseorang mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.4. Suicidal GesturePada tahap ini seseorang menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya.Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati.Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering dinamakan Crying for help, sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu diselesaikan.5. Suicidal AttemptPada tahap ini perilaku destruktif seseorang yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya dengan minum obat yang mematikan.Walaupun demikian, banyak individu masih mengalami ambivalen dalam kehidupannya.

G. Kasus bunuh diri

Stres Urus Skripsi, Mahasiswa Bunuh DiriBANTUL -Sulitnya mencari dosen untuk keperluan penyusunan tugas akhir atau skripsi nampaknya benar-benar dirasakan Eko Prasetyo (25) mahasiswa PTS Yogyakarta. Saking pusingnya memikirkan skripsi tak kunjung rampung, warga GadingsariKetalo Kecamatan Sanden Bantul ini memutuskan bunuh diri.Korban ditemukan dalam keadaan sudah tewas gantung diri di dapur rumahnya, (Selasa 15/1/2008)sekitar pukul 09.00 WIB.Kabar tersebut pun menyebar ke warga dan membuat warga terperanjat mendengar kabar nekat ini. Aksi nekad Eko ini pertama kali ditemukan Suwarjo (53) tak lain bapaknya sendiri. Dalam keadaan tergantungan dari tali plastik di ruang dapur.Petugas Polres Bantul yang mendatangi lokasi kejadian bersama dengan tim medis dari Puskesmas setempat langsung memastikan penyebab tewasnya Eko murni gantung dari. Ini terlihat dari di temukan beberapa ciri gantung diri diantaranya, keluarnya cairan baik dari kelamin mapun anus. Bahkan luka jeratan di leher dengan sedikit lidah menjulur.Petugas gabungan polisi dan medis yang dipimpin langsung Kapolres Bantul AKBP Yusmanjaya SIK didampingi Kasat Reskrim AKP Teguh Wahono dan Ka SPK Ipda Probo SH ini tidak menemukan adanya tanda penganiayaan.Melihat beberapa ciri fisik korban, tim Unit Identifikasi di pimpin Bripka Sutono pun langsung menyerahkan jenazah korban ke pihak keluarga setelah langkah Otopsi dianggap tidak perlu dilakukan."Karena ciri fisik menguatkan. Kematian akibat gantung diri dan tidak ada tanda penganiayaan yang mencurigakan, maka kita serahkan pihak keluarga yang telah menerima hasil pemeriksaan kita dan tim medis," kata Kasat Reskrim Akp Teguh Wahono.Menurut keterangan yang berhasil dikumpulkan, diduga korban nekad melakukan aksi bunuh diri saat kondisi rumah kosong. Korban yang tercatat sebagai mahasiswa fakultas teknik elektro di sebuah PTS Yogykarta ini sebelumnya mengaku beberapa pekan sebelumnya menyatakan putus asa setelah berulang kali gagal menemui salah satu dosen pembimbingnya.( http://news.okezone.com/read/2008/01/16/1/75585/stres-urus-skripsi-mahasiswa-bunuh-diri ) Bunuh Diri Gara-Gara Skripsi Tidak Juga SelesaiTEMPOInteraktif,Jakarta:Polisi menyatakan bahwa Indrawan Winata, mahasiswa Universitas YAI yang tewas terjatuh dari lantai 13 gedung Universitas Atmajaya pada Senin (15/12), melakukan bunuh diri karena kesulitan menyelesaikan skripsi.

Kepala Kepolisian Sektor Setiabudi, Ajie Indra Dwiatna, kepada Tempo, Rabu (17/12), mengatakan mahasiswa Fakultas Ekonomi itu tertekan karena tidak juga menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana. Apalagi, tambah Ajie, orang tua sangat mengharapkan dirinya untuk segera lulus agar bisa meringankan ekonomi orang tua.

Merasa kesal dan frustrasi, Indrawan kemudian meninggalkan rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 7 Desember. "Dia menggelandang dan tidak pernah pulang," kata Ajie.

Klimaks frustrasi Indrawan kemudian terjadi dengan aksi nekatnya. Dia melompat terjun bebas dari gedung berlantai 13 gedung utama Universitas Atmajaya pada Senin lalu. Aksi itu dilakukan saat keadaan sepi karena kampus sedang dalam kondisi ujian.

Saat ditemukan, korban jatuh dengan jarak delapan meter dari tepi gedung bagian selatan. Dia tergeletak dengan posisi miring dengan kedua tangan menutup muka. Korban mengenakan jins hitam, kaos abu-abu. Dari kepala belakangnya keluar darah dan badan remuk namun tetap utuh.

Sesaat setelah jatuh, korban tewas seketika. Pihak Polsek Setiabudi membawa mayat Indrawan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. "Namun, pihak keluarga tidak mengizinkan polisi untuk melakukan otopsi," kata Ajie.

Hal itu membuat pihak kepolisian tidak mempunyai alat-alat bukti yang diharapkan bisa mengetahui lebih jauh penyebab kematian. Mau tidak mau, kata Ajie, secara teknis penyelidikan kasus bunuh diri itu dihentikan kepolisian. "Penyelidikan tidak bisa dilanjutkan karena tidak ada alat bukti yang dimiliki kepolisian," imbuh Ajie. Hal itu mengacu kepada Pasal 119 KUHP tentang barang bukti.( http://www.tempo.co/read/news/2008/12/17/064151493/Bunuh-Diri-Gara-Gara-Skripsi-Tidak-Juga-Selesai )

Nilai Kuliah Hancur Penyebab Mahasiswa Parahyangan Bunuh DiriBANDUNG- Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan Bandung, Gaya Bayu Firmansyah, tewas akibat terjun dari lantai tiga tempat kost rekannya di kawasan Bangbayang Cimbuleuit, Bandung.Berdasarkan dari informasi yang dikumpulkan, mahasiswa semester lima itu melompat dari lantai tiga lantaran depresi terkait pemberlakuan standard prestasi (IP) di Univesitas Parahyangan."Dosen pembimbing juga mengaku nilai mata kuliah korban sempat naik turun sebelum pria berusia 20 tahun itu nekad melakukan aksi bunuh diri. Pemberlakuan evaluasi terkait standar prestasi setiap empat semester diduga menjadi penyebab korban menderita depresi," ujar Herman Sucibo selaku rekan korban, Senin 1 Desember 2014.Sementara Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP Muhamad Ngajib mengaku, pihaknya masih mendalami motif bunuh diri korban yang nekat loncat dari lantai tiga. Polisi mengumpulkan bukti dengan melakukan pemeriksaan dari pihak keluarga serta dari rekan korban."Masih didalami petugas terkait kematian korban. Tiga orang rekan korban dan keluarga sudah dimintai keterangan sebagai saksi," jelas Ngajib.Dengan menggunakan pakaian serba hitam, ratusan rekan korban menggelar doa bersama di Aula Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan. Selain dihadiri ratusan rekan serta sahabat korban acara doa bersama ini juga dihadiri oleh dekan serta dosen pembimbing korban.Dalam acara doa bersama ini, rekan korban sempat memutar sebuah film dokumenter buatan korban yang menceritakan tentang kesulitan korban dalam menghadapi materi perkuliahan di kampus.Kepergian korban meninggalkan duka yang cukup mendalam bagi rekan-rekannya almarhum sempat berjanji bersama teman-temannya untuk lulus bersama(http://news.okezone.com/read/2014/12/02/340/1073285/nilai-kuliah-hancur-penyebab-mahasiswa-parahyangan-bunuh-diri )

Bunuh diri di menara BCATEMPO.CO,Jakarta- Sulaiman Tanudjaja, 46 tahun, pria yang ditemukan tewas setelah loncat dari lantai 56 Menara BCA, Jakarta Pusat, Selasa, 7 Oktober 2014, sering ditipu rekan bisnisnya. Hal ini diungkapkan Edi Santoso, sahabat Sulaiman sejak di bangku sekolah dasar.

"Dia sering meminjamkan uang ke rekan bisnisnya. Tapi beberapa kali tidak dikembalikan," tutur Edi yang ditemui pada Selasa, 7 Oktober 2014. Meski demikian, Sulaiman jarang menunjukkan emosi saat tahu sudah ditipu rekannya. Sulaiman, kata Edi, selalu berbesar hati dan mengikhlaskan kerugiannya itu. "Dia selalu bilang, kalau rezeki tidak akan ke mana," kata Edi.

Edi pun mengenang sahabatnya itu sebagai penganut Buddha yang taat. Pria berdarah Tionghoa itu pernah mengajari Edi tata cara persembahyangan yang benar.

Sulaiman Tanudjaja, kelahiran Medan, 27 Desember 1968. Ia merupakan karyawan swasta yang tinggal di Jalan F Blok K Nomor 11, RT 09 RW 010, Kelurahan Penjagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Ia merupakan direktur sebuah perusahaan percetakan di Cidadap, Tangerang. Menurut Edi, beberapa waktu lalu Sulaiman pernah bercerita ingin mengurus kredit di bank. "Mungkin itu alasan dia berada di Menara BCA," ujar Edi.( http://www.tempo.com )

Remaja gantung diri di Kebayoran Lama karena putus cinta

Merdeka.com -Rizki Alfian (18), warga Jalan Kebon Mangga 3 RT 9 RW 2, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di tangga rumahnya, lantaran putus cinta.

"Dia frustasi karena habis putus dengan pacarnya, Dina seminggu yang lalu," kata ibu kandung Rizki, Ida Rosida (43) saat ditemui di kediamannya, Jl Kebon Mangga 3, Kebayoran Lama, Kamis (15/11).

Ida mengisahkan, dirinya tidak mengetahui tekanan yang dialami anaknya. Sebab Rizki pagi hari kemarin masih terlihat ceria, dan tidak memperlihatkan tanda-tanda keanehan.

"Paginya Alfian mengantar saya ke pasar biasa-biasa saja, ceria tidak ada yang aneh," jelas Ida.

Merasa ada yang janggal dengan kematian anaknya, lantas Ida mengecek telepon seluler milik Rizki. Dalam pesan terakhir di handphone milik anaknya itu, Ida menemukan sebuah pesan yang ditujukan untuk pujaan hati anaknya.

Pesan yang Rabu sore itu baru dikiim Rizki kepada Dina bertuliskan. "Yaudah kalau gitu saya mau menyusul adik saya (Eza)," tulis Rizki dalam selulernya.

Ida menjelaskan bahwa Eza sendiri adalah anak ke-5 yang telah meninggal dunia November lalu saat berusia 3 tahun. Ada kemungkinan, pesan terakhir tersebut tersirat makna bahwa dia ingin menyusul adiknya, dan tidak mau menyusahkan orang tua.

"Meninggal bulan November, makanya Kiki ngomong gitu," papar Ida.

Jenazah Rizki dikebumikan oleh pihak keluarga di TPU Kebon Mangga. Keluarga juga telah mengiklaskan kepergihan Rizki, anak pertama dari lima bersaudara pasangan Ida Rosida dan Ahyar.(http://www.merdeka.com )

H. PembahasanBunuh diri merupakan hasil dari ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi cobaan hidup. Data World Health Organization (WHO) 2006 melaporkan bahwa setiap tahunnya di dunia terdapat 10-20 juta orang yang berupaya melakukan bunuh diri, 1 juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri. Menurut WHO angka ini sama dengan satu orang melakukan bunuh diri setiap menit dan satu orang mencoba bunuh diri setiap 3 detik. Selama 45 tahun terakhir angka bunuh diri meningkat sebanyak 60%, menjadikan bunuh diri sebagai penyebab kematian ketiga terbesar yang terjadi pada usia 15-44 tahun di luar kecelakaan yang tidak disengaja dan pembunuhan. Angka ini belum termasuk percobaan bunuh diri yang mencapai 20 kali lebih sering dari pada kejadian bunuh diri.Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sedang mengancam saat ini.Angka bunuh diri di negara-negara Eropa menempati urutan tertinggi.Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk.Republik Ceko, Selandia Baru, Austria, dan Swiss juga memiliki insiden yang tinggi.Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris rata-rata 23 orang per 100.000 penduduk.Berdasarkan laporan statistic Centers of Disease Control (CDC) 2007, angka bunuh diri secara keseluruhan di Amerika Serikat adalah sekitar 11,26 per 100.000 penduduk atau setara dengan 94 kasus bunuh diri per hari. Angka bunuh diri di Amerika Serikat yang terjadi di usia 12-20 tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, 376.306 anak-anak dan remaja dirawat di rumah sakit akibat upaya bunuh diri.Kini di negara tersebut dalam setiap 90 menit, seseorang anak meninggal akibat bunuh diri.Di Asia posisi tertinggi untuk kasus bunuh diri diduduki oleh Jepang dengan angka bunuh diri mencapai rata-rata 30 per 100.000 penduduk, diikuti oleh Cina dan India yang mencapai rata-rata 25 per 100.000 penduduk tiap tahunnya.Korea dan Sri Langka berada pada posisi tengah dengan isidensi rata-rata 20 per 100.000 penduduk. Australia, Malaysia, Selandia Baru dan Singapura juga menempati urutan tengah dengan insidensi rata-rata diantara 9,9 sampai 13,1 per 100.000 penduduk. Thailand menempati urutan terendah dengan rata-rata 7,3 per 100.000 penduduk diikuti oleh Pakistan dengan insidensi kurang dari 3 per 100.000 penduduk.Self Poisoning (meracuni diri) dengan berbagai zat mulai dari obat-obatan, pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia adalah metode paling umum yang dilakukan, dengan proporsi 70% di Sri Langka, 55% di Bangladesh, 47% di Indonesia, 37% di India, dan 23% di Thailand.Berdasarkan data dari Direktur WHO Bidang Kesehatan Mental dam Kekerasan tahun 2005 jumlah rata-rata penduduk Indonesia yang meninggal akibat bunuh diri mencapai 24 orang per 100.000 penduduk, angka ini hampir mengimbangi kejadian di China dan India. Insidensi ini cenderung meningkat setiap tahunnya.Berdasarkan laporan WHO 2006, metode yang paling sering digunakan di Indonesia untuk kasus bunuh diri yaitu dengan meracuni diri (47%), diikuti dengan menggantung diri (46%) dan melompat dari ketinggian (6%).Orang yang bunuh diri mempunyai persepsi yang salah yaitu persepsi bunuh diri sebagai jalan keluar yang sebenarnya bukanlah suatu tindakan yang patut dilakukan, karena justru akan menambah masalah yang telah ada.`Dari kasus yang ada di atas hampir rata-rata karena depresi berat akibat masalah yang di hadapinya tidak dapat di selesaikan karena mekanisme koping kurang baik sehingga mereka nekat untuk melakukan perilaku bunuh diri. Kurangnya rasa percaya kepada diri sendiri dan mudah menyerah atau patah semangat lah yang membuat mereka dapat melakukan hal itu tapi yang harus di ketahui bahwa orang dapat melakukan hal bunuh diri dapat di sebabkan beberapa factor salah satunya adalah pola asuh yang salah dalam keluarga. Karena kepibadian seseorang itu di bentuk dari dia lahir maka dari itu kita harus tau bagai mana cara kita masing-masing untuk menghilangkan stress karena setiap orang mekanisme kopingnya berbeda-beda.

I. Upaya Pencegahan Tindakan Bunuh DiriMaraknya tindakan bunuh diri yang dilakukan sangat diperlukan perhatian baik dari diri sendiri, masayarakat maupun pemerinitah. Tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara:

1. Untuk Diri Sendiria. Tanamkan pada diri bahwa bunuh diri adalah tindakan berdosa, tindakan yang putus asa, tindakan yang tidak berani menghadapi kenyataan, dll.b. Usahakan untuk mengekspresikan emosi dengan aktivitas yang berguna, seperti aktivitas seni, olahraga, rekreasi dan dialog.c. Adakan waktu untuk bekerja dan istirahat agar seimbangd. Adakan waktu merenung untuk mensyukuri segala sesuatu yang telah diterima2. Untuk Masyarakat a. Pihak KeluargaBerbagai upaya pencegahan bunuh diri bisa dilakukan oleh pihak keluarga. Upaya pencegahan itu dimaksudkan untukmeningkatkan faktor proteksi. Beberapa tindakan itu di antaranya: Mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak Membangun hubungan yang positif di dalam rumah dimana rumah diciptakan sebagai tempat untuk saling berbagi di antara anggota keluarga, Membangun kecerdasan emosional anak, dan Menanamkan pendidikan moral dan agama yang sebaik-baiknya.

b. Lingkungan Lingkungan jelas merupakan determinan penting dalam upaya prevensi. Beberapa hal yang semestinya disediakan lingkungan untuk mencegah terjadinya bunuh diri: Adanya tekanan sosial terhadap pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Tidak memberitakan secara berlebihan tentang kejadian bunuh diri agar tidak menjadi model bagi remaja. Menciptakan kegiatan yang positif di dalam lingkungan untuk para remaja.c. SekolahSekolah mencegah melalui berbagi program monitoring terhadap keadaan siswa. Bila siswa mengalami penurunan prestasi, terlihat mengalami depresi dan semacamnya, yang mengindikasikan adanya kemungkinan bunuh diri, pihak sekolah perlu melakukan tindakan yang cepat dan segera untuk mencegah. Misalnya berkonsultasi dengan pihak keluarga, melakukan bimbingan dan konseling, dan sebagainya. Hal yang tidak kurang pentingnya dalam upaya mencegah adalah menciptakan sekolah yang menyenangkan dan menggembirakan. Tapi lebih dari itu, pendidikan yang meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual harus diperkuat.

Daftar PustakaCaptain, C. (2008).Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6, Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia.Corr, Charless A, Clyde Nabe, Clyde M. Nabe, Donna M. Corr. (2003). Death and Dying, Life and Living.Brooks : ColeMaris, Ronald W, Alan L Berman dan Morton M. Silverman. (2000). Comprehensive Textbook of Suicidology. New York: The Guilford Press.Stuart GW & Laraia, (2005).Principles and practice of psychiatric nursing, Elsevier Mosby, Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia.http://www.who.int/mental_health/prevention/en/ (Diakses pada : Minggu, 1 Juni 2014, pukul : 01.25 WIB)http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nininghaia-6277-2-babii.pdf (Diakses pada : Minggu, 1 Juni 2014 2014, pukul : 01.30 WIB)http://intothelightid.wordpress.com/category/what-is-suicide/suicide-and-youth/ (Diakses pada : Minggu, 1 Juni 2014, pukul 03.00 WIB)