Tugas Hukum Perlindungan Konsumen.docx

7
Nama : Laila Ike Latifah NIM : 120412403005 Kelas : PADP/ HH HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN 1. Posisi Kasus: Pelanggaran PT. Telkom terhadap UU Perlindungan Konsumen Sebagai penyedia fasilitas telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT. Telkom meningkatkan layanan dan fiturnya agar jumlah pelanggan terus meningkat. Namun di tengah gencarnya promosi ternyata banyak terjadi keluhan dari konsumen karena layanan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Sering dijumpai keluhan dari konsumen di berbagai media cetak maupun elektronik yang berisi keluhan terhadap layanan telekomunikasi yang disediakan. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama ini telah melakukan pelanggaran terkait adanya monopoli dan manipulasi dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini mengakibatkan hampir seluruh konsumen merasa resah. Kasus manipulasi jaringan PTSN dalam layanan akses internet yang dilakukan oleh PT. Telkom telah terbukti bahwa produk layanan akses internet TelkomNet Instant bebasis dial- up adalah produk sampah (used junkies) bagi seluruh pelanggan internet PT. Telkom. Pemakai atau pengguna TelkomNet Instant telah mengalami perlambatan dan penurunan drastis kecepatan

description

Pelanggaran terhadap Hukum UU Konsumen

Transcript of Tugas Hukum Perlindungan Konsumen.docx

Page 1: Tugas Hukum Perlindungan Konsumen.docx

Nama : Laila Ike Latifah

NIM : 120412403005

Kelas : PADP/ HH

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

1. Posisi Kasus:

Pelanggaran PT. Telkom terhadap UU Perlindungan Konsumen

Sebagai penyedia fasilitas telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT. Telkom

meningkatkan layanan dan fiturnya agar jumlah pelanggan terus meningkat. Namun di

tengah gencarnya promosi ternyata banyak terjadi keluhan dari konsumen karena layanan

yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Sering dijumpai keluhan dari

konsumen di berbagai media cetak maupun elektronik yang berisi keluhan terhadap

layanan telekomunikasi yang disediakan. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama ini

telah melakukan pelanggaran terkait adanya monopoli dan manipulasi dalam

menjalankan bisnisnya. Hal ini mengakibatkan hampir seluruh konsumen merasa resah.

Kasus manipulasi jaringan PTSN dalam layanan akses internet yang dilakukan

oleh PT. Telkom telah terbukti bahwa produk layanan akses internet TelkomNet Instant

bebasis dial-up adalah produk sampah (used junkies) bagi seluruh pelanggan internet PT.

Telkom. Pemakai atau pengguna TelkomNet Instant telah mengalami perlambatan dan

penurunan drastis kecepatan akses (bandwitch). Seperti diketahui bahwa tarif TelkomNet

Instant permenitnya adalah Rp 165. Jika ada sekitar 2 juta pelanggan yang mengakses

dial-up TelkomNet Instant selama 2 jam (1 jam efektif, 1 jam macet/lambat) maka PT

Telkom akan mendapatkan dana panas dalam setahun kalkulasinya adalah Rp 165 X 60

menit X 365 hari X 2 juta = Rp 7,227 triliun. Data elektronik yang didapat

memperlihatkan bahwa ada sekitar 2,78 juta lebih yang mengakses TelkomNet Instant

pada tahun 2002. Berarti lebih dari Rp 10 triliun dana panas yang didapatkan PT.

Telkom dari hasil manipulasi sistem jaringannya.

Di lain sisi, beberapa pelanggaran PT. Telkom semakin terungkap. Diantaranya

adalah produk layanan Telkom Speedy yang dengan sengaja pihak PT. Telkom telah

Page 2: Tugas Hukum Perlindungan Konsumen.docx

mengetahui perkiraan kelebihan beban pengguna (keadaan Overload) pada awalnya,

sehingga menyebabkan kelambatan akses secara meluas. Dalam produk Telkom Speedy

ada beberapa kecurangan dari PT. Telkom, yaitu antara paket Eksekutif 2 Mbps seharga

Rp 1,2 juta/bulan, tetapi ternyata kecepatan asli yang di dapat hanya 270 kbps, setara

dengan paket Socilia yaitu senilai Rp 215.000/bulan. Hal ini sangat merugikan

konsumen. Indikasi monopoli dan manipulasi tersebut, menjadikan PT. Telkom dianggap

melanggar UU Perlindungan Konsumen. PT. Telkom juga melakukan kecurangan-

kecurangan atau pembohongan publik, seperti membuat iklan yang menjebak dengan

slogan bahwa Streaming, Game Online, dan download cepat tanpa batas yaitu “Speed

that you can trust”. Namun pada kenyataannya tidak seperti itu dan bertolak belakang

dengan yang dialami oleh pengguna.

2. Analisa kasus berdasarkan UU Perlindungan Konsumen

Hubungan hukum dan setiap transaksi antara pelaku usaha dan konsumen

seringkali diwujudkan melalui suatu perjanjian standar, yaitu perjanjian yang dibuat

secara sepihak oleh pelaku usaha atau produsen. Produsen dan konsumen memiliki posisi

yang tidak seimbang dalam perjanjian suatu produk, dimana konsumen seringkali berada

pada posisi yang lemah. UUPK sendiri secara umum membuka kemungkinan pengajuan

gugatan oleh konsumen kepada pelaku usaha berdasarkan faktor penyalahgunaan

keadaan.

Dalam kasus pelanggaran Telkom Speedy sudah seharusnya mendapat tindakan

dari Pemerintah. Namun pada kenyataannya tidak satupun pihak berwenang atau terkait

menangani masalah ini. Karena pelanggaran Telkom Speedy sangat merugikan pihak

konsumen dan dampaknya akan mengganggu pada aktivitas akses internet. PT. Telkom

telah melanggar UUPK yakni yang tertera sebagai berikut:

1. Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:

mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan

harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang

dan/atau jasa;

memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang

dan/atau jasa;

Page 3: Tugas Hukum Perlindungan Konsumen.docx

melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai

periklanan.

2. Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar

ketentuan pada ayat 1.

Dalam kontrak berlangganan sambungan telekomunikasi masih harus disesuaikan

dengan peraturan Pasal 18 UUPK. Diantaranya dalam butir 1.1. Formulir Tel-2

dinyatakan "Pelanggan adalah badan hukum atau perorangan yang telah menandatangani

kontrak dengan Telkom untuk berlangganan sambungan telekomunikasi dan bertanggung

jawab atas segala akibat yang timbul padanya. Ketentuan ini bertentangan dengan Pasal

18 ayat (1) huruf a UUPK. Pasal 18 ayat (1) huruf a secara tegas menyatakan bahwa

klausula baku tidak boleh menyatakan pengalihan tanggung jawab. Dalam butir 1.1. yang

dinyatakan bahwa pelanggan bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari

berlangganan sambungan telekomunikasi. Dalam butir 5.1. Formulir Tel-2 dinyatakan

"kerusakan atau gangguan pada jaringan akses dan/atau jaringan telekomunikasi Telkom

dapat menimbulkan hak bagi pelanggan untuk mendapatkan ganti rugi dengan syarat

kerusakan atau gangguan tersebut telah dilaporkan secara lisan atau tertulis kepada

Telkom (unit pelayanan). Ketentuan butir 5.1 Formulir Tel-2 ini bertentangan dengan

ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf e UUPK yang menyatakan bahwa pelaku usaha

dilarang mencantumkan klausula baku apabila mengatur perihal pembuktian atas

hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen.

Dalam perjanjian berlangganan telekomunikasi PT. Telkom terdapat klausul baku

yang melanggar ketentuan UUPK baik yang berkaitan dengan isi perjanjian klausula

baku sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (1) maupun yang terkait dengan letak atau

bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya

sulit dimengerti sebagaimana diatur dalam ayat Pasal 18 ayat (2) UUPK. Dalam Formulir

TEL-2 tersebut, jelas terlihat butir-butir perjanjian yang merupakan klausula eksonerasi

yang secara tegas dilarang berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf a UUPK.

Page 4: Tugas Hukum Perlindungan Konsumen.docx

3. Solusi

Sebaiknya PT. Telkom dapat memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur

mengenai tarif dan kuota serta kecepatan pada produk layanan akes internet dalam

promosinya.

PT. Telkom hendaknya menjamin mutu jasa yang diperdagangkan berdasarkan

ketentuan standar mutu yang berlaku.

Seharusnya masalah ini juga menjadi tanggung-jawab Dirut PT Telkom serta para

direksinya terutama Direktur Jasa Bisnis dan Teknologi yang jelas mengetahui

aktivitas di dalam perusahaan tersebut. Mereka harus memastikan secara internal

mempunyai kapasitas SDM yang jujur dan bagian networking yang bermutu.

Pihak yang terkait atau pemerintah yang berwenang seharusnya segera menangani

kasus yang melibatkan PT. Telkom Indonesia ini yang dengan sengaja

mengetahui prediksi bahwa suatu ketika akan terjadi kelebihan

pengguna/overload dan justru memanfaatkan keadaan tersebut.

PT. Telkom harus mengubah klausula baku yang terdapat dalam kontrak

berlangganan sambungan telekomunikasi PT. Telkom yang bertentangan dengan

UUPK dan menyesuaikan dengan ketentuan UUPK tersebut.

Sebagai konsumen harus memastikan bahwa hak-hak kosumen telah di dapat.

Misalnya adalah menerima informasi yang jelas, benar dan jujur terkait beberapa

pun tagihan telepon yang keluar, yang harus dibayar oleh para konsumen.