Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

26
Ujian Kompetensi Dasar 1 Hukum Perlindungan Konsumen “ Dasar Hukum Perlindungan Konsumen ” Dimas Ari Yanto E0010113 Kelas D

description

tugas

Transcript of Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Page 1: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Ujian Kompetensi Dasar 1

Hukum Perlindungan Konsumen

“ Dasar Hukum Perlindungan Konsumen ”

Dimas Ari Yanto E0010113Kelas D

UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA

2013

Page 2: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Pada hakekatnya, terdapat dua instrumen hukum penting yang menjadi landasan

kebijakan perlindungan konsumen di Indonesia, yakni:

Pertama, Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum di

Indonesia, mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional diwujudkan melalui sistem

pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan

mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi oleh

masyarakat.

Kedua, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(UUPK). Lahirnya Undang-undang ini memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia,

untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan

jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen.

Tujuan Perlindungan Konsumen

Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen, tujuan dari

Perlindungan Konsumen adalah

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi

diri,

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari

ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa,

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut

hak-haknya sebagai konsumen,

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian

hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi,

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen

sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha,

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan

konsumen.

Page 3: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Azas Perlindungan Konsumen

1. Asas Manfaat

mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan

konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan,

2. Asas Keadilan

partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan

kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil,

3. Asas Keseimbangan

memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan

pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,

4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan;

5. Asas Kepastian Hukum

baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh

keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

kepastian hukum.

Hak-hak Konsumen

Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen adalah

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa

Page 4: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau

jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban Konsumen

Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen

adalah :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

PENGADUAN KONSUMEN

1. Konsumen mengadukan permasalahannya dalam lingkup perlindungan konsumen.

2. Konsumen dalam kapasitasnya sebagai konsumen akhir sesuai UUPK.

FASILITAS TERSEDIA

1. Melalui Telepon :

a. Penjelasan pokok permasalahan

Page 5: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Kewenangan Penanganan oleh DIrektorat Perlindungan Konsumen

Mendorong konsumen untuk bertindak langsung dengan bekal pemberian

advis kepada konsumen

Pengumpulan bukti pendukung

Pengaduan secara tertulis

Penjadwalan pertemuan dengan pejabat pelayanan pengaduan.

2. Datang Langsung :

Konsumen membawa permasalahannya langsung ke Subdit Pelayanan

Pengaduan di Direktorat Perlindungan Konsumen dengan terlebih dahulu melakukan :

.                    Pengisian Formulir Regristrasi Pengaduan

a. Menguraikan kronologis singkat permasalahan yang dihadapi

b. Petugas akan meng-croos cek dengan pendataan pengaduan dan bukti pendukung,

yang telah diisi oleh konsumen, dalam computer file.

c. Kelengkapan laporan akan ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pejabat

penerima pengaduan dan konsumen yang mengadu.

d. Laporan pengaduan konsumen menjadi dasar pembuatan surat klarifikasi kepada

pelaku usaha.

e. Setiap surat yang terkirim, konsumen akan memperoleh tembusan.

3. Media Massa :

Pengaduan dapat diterima oleh Subdit Pelayanan Pengaduan melalui Media

massa khususnya Surat Pembaca, untuk surat pembaca yang ditanggapi adalah:

.                    Memiliki data identitas lengkap

Page 6: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

a. Menimbulkan gejolak sosial

b. Berdampak pada kemanan, kenyamanan , dan keselamatan konsumen.

c. Atas pengaduan yang disampaikan melalui media cetak harus dikumpulkan dalam

kliping sebagai data awal yang akurat.

d. Mengundang kedua belah pihak antara pelaku usaha dan konsumen.

4. Internet :

Pengaduan dari internet akan ditindak lanjuti dengan cara :

.                    Klasifikasi permasalahan

a. Pengecekan identitas

b. Langsung ditanggapi via internet

BENTUK PENGADUAN

1. Tertulis

Pengaduan masyarakat dapat disampaikan dalam bentuk tertulis, dikirim

melalui surat dengan syarat :

a. Diketahui alamat dan identitasnya

Dapat disampaikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia

Masuk dalam kategori perlindungan konsumen

Selanjutnya diproses dalam register

Dikonfirmasi ulang

Proses selanjutnya mengikuti ketentuan diatas.

Page 7: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

2. Lisan

Pengaduan masyarakat dapat disampaikan dalam bentuk lisan, dikirim melalui

surat dengan syarat :

.                    Mengisi/ diisikan dalam formulir pendaftaran

a. Dapat disampaikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia

b. Masuk dalam kategori perlindungan konsumen

c. Selanjutnya diproses dalam register

d. Dikonfirmasi ulang

e. Proses selanjutnya mengikuti ketentuan diatas.

REGISTER

1. Proses register / regristrasi adalah proses dimana data dimasukkan dalam sistem

filling oleh petugas yang bersangkutan, sebagai berikut :

a. Pengelompokan komoditi pengaduan

Pembagian kasus kepada petugas yang bersangkutan

Pemberian nomor

Pendataan dalam filling

Pengolahan jawaban kasus

Pengiriman jawaban secara tertulis

2. Tujuan register ini adalah untuk menciptakan alur komunikasi yang mudah untuk

diakses oleh siapapun

3. Filling status kasus pada akhir penanganan perkara.

Page 8: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

MASALAH KONSUMEN

PRINSIP : Mudah, Murah dan Cepat

Penentuan Perkara /masalah konsumen merupakan kunci terpenting dalam penanganan

masalah selanjutnya, dengan menggunakan dasar sebagai berikut :

1. Permasalahan Konsumen :

a. Adakerugian konsumen

Konsumen adalah konsumen akhir

Ada pelaku usaha

Produk dapat terdiri atas barang dan atau jasa

2. Bukan Permasalahan Konsumen :

.                    Klarifikasi melalui surat

a. Pemberitahuan tugas, wewenang, serta fungsi

3. Dianggap selesai

KONFIRMASI

Proses pengecekan kebenaran materi pengaduan

1. Pengiriman surat untuk meminta konfirmasi kepada konsumen

2. Pemberitahuan kepada aparat/pejabat yang bersangkutan

3. Penentuan jadwal pertemuan dengan konsumen, pelaku usaha dan keduanya dengan

Pejabat Penerima Pelayanan Pengaduan

Page 9: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

4. Klarifikasi biasanya ditujukan kepada konsumen dan pengirim surat tembusan, serta

instansi/ dinas yang terkait.

5. Pejabat yang berwenang akan melakukan :

a. Penelusuran kebijakan dan peraturan pemerintah yang mendukung

Analisis permasalahan yang diadukan

b. Klarifikasi kepada konsumen, dengan melakukan :

Permintaan bukti pendukung

Kronologis kejadian secara akurat

KLARIFIKASI

Proses jawaban pengaduan dilakukan setelah ada konfirmasi atas posisi pengaduan yang

masuk kepada pelaku usaha, untuk selanjutnya pelaku usaha melakukan sanggahan atas

pengaduan yang diadukan konsumen dengan mempersiapkan :

1. Data, hasil uji, dll.

a. Kebijakan internal perusahaan

b. Peraturan per –UU an yang mendukung.

c. Persiapan pembuktian terbalik dari Pelaku Usaha

MEDIASI

Madiasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ke tiga

bersifat netral dengan tujuan membantu penyelesaian sengketa dan tidak memiliki

wewenang untuk membuat keputusan

Page 10: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

KONSILIASI

Konsiliasi adalah penyelesaian yang dilakukan sendiri oleh para pihak yang

bersengketa dengan didampingi pihak ke tiga yang bertindak pasif sebagai

Konsiliator. Sedangkan proses sepenuhnya diserahkan pada pihak yang bersengketa

yaitu Pelaku Usaha dan Konsumen baik menegani bentuk atau jumlah ganti ruginya.

Apabila kedua media ini tidak dapat menghasilkan satu bentuk keputusan maka dakan

ditempuh langkah tindak lanjut, berupa:

1. Pelimpahan ke BPSK

a. Ke jalur yuridis formil

Demikian mekanisme pelayanan pengaduan konsumen secara lengkap, hasil akhir akan

dipilih sendiri oleh para pihak untuk menyelesaikan permaslahannya tersebut.

Pelaku Usaha

Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha; berbentuk

badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri

maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam

berbagai bidang ekonomi.

Hak Pelaku Usaha

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi

dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad

tidak baik;

Page 11: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum

sengketa konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian

konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

Kewajiban Pelaku Usaha

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan

pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang

dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat

dan/atau yang diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa

yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Klausula Baku

Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang

telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha

Page 12: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan / atau perjanjian yang mengikat dan wajib

dipenuhi oleh konsumen.

Klausula Baku aturan sepihak yang dicantumkan dalam kwitansi, faktur /

bon, perjanjian atau dokumen lainnya dalam transaksi jual beli yang sangat merugikan

konsumen.

Dengan pencantuman Klausula Baku posisi konsumen sangat lemah / tidak

seimbang dalam menghadapi pelaku usaha.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen menetapkan bahwa Klausula Baku

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian dilarang bagi pelaku

usaha, apabila dalam pencantumannya mengadung unsur-unsur atau

pernyataan sebagai berikut :

1. Pengalihan tanggungjawab dari pelaku usaha kepada konsumen

2. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen

3. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan uang yang dibayarkan atas barang atau jasa

yang dibeli oleh konsumen

4. Pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan

barang yang dibeli secara angsuran

5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa

yang dibeli konsumen

Page 13: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi

harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa

7. Tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan atau

lanjutan dan / atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha

dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya

8. Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan,

hak gadai, hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

BATAL DEMI HUKUM

Setiap transaksi jual beli barang dan atau jasa yang mencantumkan Klausula Baku

yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

Konsumen dapat menggugat pelaku usaha yang mencantumkan Klausula Baku yang

dilarang dan pelaku usaha tersebut dapat dijatuhi sanksi pidana denda atau pidana

penjara;

Pencantuman Klusula Baku yang benar adalah yang tidak mengandung 8 unsur atau

pernyataan yang dilarang dalam Undang-Undang, bentuk dan pencantumannya

mudah terlihat dan dipahami;

Tata Cara Penyelesaian Sengketa

Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen, penyelesaian dari

permasalahan konsumen dapat dipecahkan melalui jalan peradilan maupun non-

peradilan. Mereka yang bermasalah harus memilih jalan untuk memecahkan

permasalahan mereka. Penyelesaian dengan cara non-peradilan bisa dilakukan melalui

Page 14: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Alternatif Resolusi Masalah (ARM) di BPSK, LPKSM, Direktorat Perlindungan

Konsumen atau lokasi-lokasi lain baik untuk kedua belah pihak yang telah disetujui.

Ketika kedua pihak telah memutuskan untuk melakukan penyelesaian non-

peradilan, nantinya ketika mereka akan pergi ke pengadilan (lembaga peradilan)

untuk masalah yang sama, mereka hanya dapat mengakhiri tuntutan mereka di

pengadilan jika penyelesaian non peradilan gagal.

ARM berdasarkan pertimbangan bahwa penyelesaian peradilan di Indonesia

memiliki kecenderungan proses yang sangat formal.

Penyelesaian melalui LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya

Masyarakat)

Proses penyelesaian sengketa melalui LPKSM menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen dapat dipilih dengan cara mediasi, konsiliasi dan arbitrase.

Dalam prosesnya para pihak yang bersengketa/bermasalah bersepakat memilih cara

penyelesaian tersebut. Hasil proses penyelesaiannya dituangkan dalam bentuk

kesepakatan (Agreement) secara tertulis, yang wajib ditaati oleh kedua belah pihak

dan peran LPKSM hanya sebagai mediator, konsiliator dan arbiter. Penentuan butir-

butir kesepakatan mengacu pada peraturan yang dimuat dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen serta undang-undang lainnya yang mendukung.

Penyelesaian melalui BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen)

BPSK adalah institusi non struktural yang memiliki fungsi sebagai “institusi

yang menyelesaikan permasalahan konsumen diluar pengadilan secara murah, cepat

dan sederhana”. Badan ini sangat penting dibutuhkan di daerah dan kota di seluruh

Page 15: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Indonesia. Anggota-anggotanya terdiri dari perwakilan aparatur pemerintah,

konsumen dan pelaku usaha.

Konsumen yang bermasalah terhadap produk yang dikonsumsi akan dapat

memperoleh haknya secara lebih mudah dan efisien melalui peranan BPSK. Selain itu

bisa juga menjadi sebuah akses untuk mendapatkan infomasi dan jaminan

perlindungan hukum yang sejajar baik untuk konsumen maupun pelaku usaha..

Dalam menangani dan mengatur permasalahan konsumen, BPSK memiliki

kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan dan keterangan

dari para pihak yang bersengketa.. Tagihan, hasil test lab dan bukti-bukti lain oleh

konsumen dan pengusaha dengan mengikat penyelesaian akhir.

Tugas-tugas utama BPSK :

1. Menangani permasalahan konsumen melalui mediasi, konsiliasi atau arbitrasi;

2. Konsultasi konsumen dalam hal perlindungan konsumen;

3. Mengontrol penambahan dari bagian-bagian standarisasi;

4. Memberikan sanksi administrasi terhadap pengusaha yang menyalahi aturan

Tata Cara Penyelesaian Sengketa melalui BPSK

1. Konsiliasi:

a. BPSK membentuk sebuah badan sebagai pasif fasilitator;

Page 16: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

b. Badan yang membiarkan yang bermasalah untuk menyelesaikan masalah

mereka secara menyeluruh oleh mereka sendiri untuk bentuk dan jumlah

kompensasi;

c. Ketika sebuah penyelesaian dicapai, itu akan dinyatakan sebagai persetujuan

rekonsiliasi yang diperkuat oleh keputusan BPSK;

d. Penyelesaian dilaksanakan paling lama 21 hari kerja.

2. Mediasi:

BPSK membentuk sebuah fungsi badan sebagai fasilitator yang aktif untuk

memberikan petunjuk, nasehat dan saran kepada yang bermasalah;

a. Badan ini membiarkan yang bermasalah menyelesaikan permasalahan mereka

secara menyeluruh untuk bentuk dan jumlah kompensasinya;

b. Ketika sebuah penyelesaian dicapai, itu akan diletakkan pada persetujuan

rekonsiliasi yang diperkuat oleh keputusan BPSK;

c. Penyelesaian dilaksanakan paling lama 21 hari kerja.

3. Arbitrasi:

Yang bermasalah memilih badan CDSB sebagai arbiter dalam menyelesaikan

masalah konsumen;

a. Kedua belah pihak seutuhnya membiarkan badan tersebut menyelesaikan

permasalahan mereka;

b. BPSK membuat sebuah penyelesaian final yang mengikat;

c. Penyelesaian harus diselesaikan dalam jangka waktu 21 hari kerja paling lama.

Page 17: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

d. Ketika kedua belah pihak tidak puas pada penyelesaian tersebut, kedua belah

pihak dapat mengajukan keluhan kepada pengadilan negeri dalam 14 hari

setelah penyelesaian di informasikan;

e. Tuntutan dari kedua belah pihak harus dipenuhi dengan persyaratan sebagai

berikut :

f. Pengadilan negeri dari badan peradilan berkewajiban memberikan

penyelesaian dalam 21 hari kerja;

g. Jika kedua belah pihak tidak puas pada keputusan pengadilan/penyelesaian,

mereka tetap memberikan kesempatan untuk mendapatkan sebuah kekuatan

hukum yang cepat kepada pengadilan tinggi dalam jangka waktu 14 hari.

h. Pengadilan Tinggi badan pengadilan berkewajiban memberikan penyelesaian

dalam jangka waktu 30 hari.

Surat atau dokumen yang diberikan ke pengadilan adalah diakui atau

dituntut salah/palsu;

Dokumen penting ditemukan dan di sembunyikan oleh lawan; atau;

Penyelesaian dilakukan melalui satu dari tipuan pihak dalam

investigasi permasalahan di pengadilan.

Sanksi Bagi Pelaku Usaha Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen

Sanksi Perdata :

1. Ganti rugi dalam bentuk :

2. Ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi

a. Pengembalian uang atau

Page 18: Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

b. Penggantian barang atau

c. Perawatan kesehatan, dan/atau

d. Pemberian santunan

Sanksi Administrasi :

maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), melalui BPSK jika

melanggar Pasal 19 ayat (2) dan (3), 20, 25.

Sanksi Pidana :

1. Kurungan :

a. Penjara, 5 tahun, atau denda Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah) (Pasal 8,

9, 10, 13 ayat (2), 15, 17 ayat (1) huruf a, b, c, dan e dan Pasal 18

b. Penjara, 2 tahun, atau denda Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) (Pasal 11,

12, 13 ayat (1), 14, 16 dan 17 ayat (1) huruf d dan f

2. Ketentuan pidana lain (di luar Undang-undang No. 8 Tahun. 1999 tentang

Perlindungan Konsumen) jika konsumen luka berat, sakit berat, cacat tetap atau

kematian

3. Hukuman tambahan , antara lain :

a. Pengumuman keputusan Hakim

b. Pencabuttan izin usaha;

c. Dilarang memperdagangkan barang dan jasa ;

d. Wajib menarik dari peredaran barang dan jasa;

e. Hasil Pengawasan disebarluaskan kepada masyarakat .