TUGAS HPK

20
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT DENGAN PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI PADA KARCIS PARKIR Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perlindungan Konsumen Disusun oleh: Nama : Nurviana Kusuma Dewi NIM : E0009254 Kelas : D

Transcript of TUGAS HPK

Page 1: TUGAS HPK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT DENGAN

PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI PADA KARCIS PARKIR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum Perlindungan Konsumen

Disusun oleh:

Nama : Nurviana Kusuma Dewi

NIM : E0009254

Kelas : D

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: TUGAS HPK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kendaraan bermotor merupakan saranan angkut dijalan yang

mempunyai peranan sangat penting untuk membantu manusia dalam menjalankan

aktivitasnya. Seiring pertumbuhan ekonomi, banyak masyarakat memiliki kendaraan

pribadi baik kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua. Saat bepergian

menggunakan kendaraan-kendaraan pribadi tersebut ketempat-tempat umum, seperti

tempat belanja, tempat wisata dan lain sebagainya, akan diperlukan tempat parkir atau

tempat pemberhenian sementara.

Kebutuhan akan fasilitas parkir bagi kendaraan akan terus meningkat sejalan

dengan meningkatnya jumlah kendaraan sehingga hal ini menjadi pendapatan atau

pemasukan tersendiri bagi pemilik gedung yang menyediakan fasilitas perparkiran baik

oleh pemerintah maupun swasta yang sebagian besar dalam pengelolaannya dilakukan

oleh suatu badan pengelola parkir swasta dalam bentuk kerjasama baik itu Guaranteed

Income atau pendapatan tetap bulanan dimana pengelola parkir membayar suatu jumlah

yang tetap setiap bulan untuk “menyewa” lahan parkir maupun dalam bentuk

Management Fee atau bagi hasil bulanan dimana pengelola mendapatkan persentase dari

pendapatan bersih atau seperti yang diperjanjikan, dan juga Technical Assistance dimana

pengelola parkir hanya membantu hal-hal teknis atau sebagai konsultan lapangan

(Tobing, 2007: 5).

Pengelola parkir dalam menjalankan usahanya mempunyai keharusan untuk

memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen parkir dan kendaraannya

sebagai timbal balik atas biaya tarif parkir yang telah dibayarkan oleh konsumen parkir.

Namun pada kenyataannya banyak pengelola parkir yang tidak beritikad baik dalam

menjalankan usahanya, yaitu dengan pencantuman klausula eksonerasi pada perjanjian

Page 3: TUGAS HPK

baku yang dibuat secara sepihak oleh pengelola parkir dalam sepotong kertas sebagai

bukti tanda masuk parkir (karcis parkir) yang biasanya berbunyi sebagai berikut “segala

kerusakan dan kehilangan barang dan/atau kendaraan bukanlah tanggungjawab pihak

pengelola parkir melainkan tanggungjawab pemilik kendaraan masing-masing” hal ini

sangat merugikan konsumen jika barang dan/ atau kendaraannya benar-benar mengalami

kerusakan atau bahkan hilang.

Klausula eksonerasi sebagaimana dicantumkan dalam perjanjian baku pada karcis

parkir bertujuan untuk mengalihkan tanggungjawabnya kepada konsumen

parkir.sehingga didalam perjanjian tersebut telah menempatkan konsumen dalam keadaan

yang tidak dapat menolak atau dengan kata lain konsumen berada dalam keadaan lemah.

Pencantuman klausula eksonerasi sebagai bentuk pengalihan tanggungjawab dari

pelaku usaha terhadap konsumennya dilarang oleh Undang-undang Perlindungan

Konsumen dalam Pasal 18 Ayat (1) huruf a. Namun pada kenyataannya pencantuman

klausula eksonerasi didalam karcis parkir semakin marak dilakukan. Padahal menurut

data setiap harinya sekitar 30 kendaraan hilang atau dicuri dari area parkir dan bahkan

setiap tahunnya mengalami peninngkatan dimana pada bulan Januari-Juni 2009 sekitar

4.123 kendaraan (776 Mobil dan 3.347 Motor) dan pada bulan Januari-Juni 2010 (813

Mobil dan 3.762 Motor) sekitar 4.575 kendaraan (The Jakarta Globe, 2010. Parking Fee

to Rise After Theft Ruling, Thursday, July 29, 2010 Edition, www.

www.thejakartaglobe.com, diakses tanggal 5 April 2012).

Terkait dengan data tersebut membuktikan bahwa kelalaian petugas parkir dan kurangya

sistem keamanan di dalam area parkir merupakan faktor pendukung terjadinya

kehilangan atau pencurian kendaraan didalam area parkir sehingga hal ini membuktikan

pula bahwa konsumen parkir telah banyak yang dirugikan. Namun demikan hanya

sebagian kecil saja dari seluruh konsumen parkir yang kehilangan kendaraannya didalam

area parkir yang berusaha dan berani menuntut pertanggungjawaban dari pengelola parkir

atas hilangnya kendaraan mereka dan hanya beberapa konsumen saja yang

menyelesaikan kasus mereka melalui jalur hukum atau pengadilan.

Page 4: TUGAS HPK

Berlatarbelakang dari hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis akan meninjau

pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen dan tanggungjawab pengelola parkir

terhadap konsumen parkir atas kehilangan kendaraan didalam area perparkiran dengan adanya

pencantuman klausula eksonerasi didalam karcis parkir ditinjau dari Undang-undang

Perlindungan Konsumen dalam bentuk makalah dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KONSUMEN TERKAIT DENGAN PENCANTUMAN KLAUSULA

EKSONERASI PADA KARCIS PARKIR”

B. PERMASALAHAN

1. Bagaimana perlindungan hokum terhadap konsumen parkir dengan adanya klausula

eksonerasi pada karcis parkir?

2. Bagaimana tanggung jawab pengelola parkir atas hilangnya kendaraan didalam area

perparkiran?

Page 5: TUGAS HPK

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Parkir dengan Adanya Klausula

Eksonerasi pada Karcis Parkir

Keberadaan klausula eksonerasi dalam perjanjian didasarkan pada asas kebebasan

berkontrak dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. Hakekat klausula eksonerasi dalam

perjanjian tidak lain adalah adanya pembagian beban resiko yang layak, namun dalam

praktik penerapan klausula eksonerasi sering disalahgunakan oleh mereka yang memiliki

kekuatan ekonomi yang lebih kuat dengan maksud untuk membebaskan diri dari beban

tanggung jawab, bahkan yang berlebihan juga sampai pada pengalihan tanggung jawab.

Hal tersebut hanya bertujuan untuk mengarah kepada perolehan keuntungan pihak yang

mempunyai keunggulan ekonomi, sehingga hak-hak konsumen menjadi terabaikan. Oleh

karena itu, perlu adanya pembatasan terhadap penggunaan klausula eksonerasi dalam

perjanjian.

Menanggapi keberadaan klausula eksonerasi dalam hubungannya dengan

perlindungan konsumen, Nik Ramlah Mahmood mengemukakan sebagai berikut

”Clauses in standard form contracts which exempt or limit a contracting party’s liability

for certain breaches of the expressed or implied terms of the contract or for the

commission of a tort, operate extremely harshly against, and to the detriment of,

consumers. Such clauses are found at the back of tickets of public transport, on receipt

and other types of standard form consumer contracts”. R.H.J. Engels menyebut adanya 3

(tiga) faktor dari perjanjian dengan klausula eksonerasi yaitu sebagai berikut :

a. Tanggungjawab untuk akibat-akibat hukum, karena kurang baik dalam melaksanakan

kewajiban-kewajiban perjanjian.

b. Kewajiban-kewajiban sendiri yang biasanya dibebankan kepada pihak untuk mana

syarat dibuat, dibatasi atau dihapuskan (misalnya, perjanjian keadaan darurat).

Page 6: TUGAS HPK

c. Kewajiban-kewajiban diciptakan (syarat-syarat pembebasan) oleh salah satu pihak

dibebankan dengan memikulkan tanggungjawab yang lain yang mungkin ada untuk

kerugian yang diderita pihak ketiga (ojomta.blogspot.com/2010/09/eksonerasi.html,

diakses tanggal 6 April 2012).

Pengertian klausula eksonerasi tidak sekedar mempersoalkan prosedur

pembuatannya, melainkan juga isinya yang bersifat mengalihkan kewajiban atau

tanggung jawab pelaku usaha. Pada umumnya didalam karcis parkir terdapat perjanjian

standar yang memuat klausula eksonerasi,yaitu seperti berikut ini :

“ Bahwa atas hilangnya kendaraan dan atau barang-barang yang berada di dalam

kendaraan atau rusaknya kendaraan selama berada di area parkir, bukan tanggung

jawab pihak pengelola parkir sehingga apabila terjadi peristiwa tersebut maka

merupakan tanggung jawab pemakai tempat parkir”.

Pengelola parkir yang mencantumkan perjanjian standar sebagaimana disebutkan

diatas merupakan perbuatan melanggar hukum karena secara tegas hal tersebut dilarang

oleh Pasal 18 ayat (1) huruf (a) UU Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa

pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk

diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap

dokumen dan/atau perjanjian jika menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

Terhadap klausula baku atau perjanjian standar yang memuat klausula eksonerasi

didalamnya dinyatakan batal demi hukum (Pasal 18 ayat (3) UU Perlindungan

Konsumen).

Sejak berlakunya UU Perlindungan Konsumen, pelaku usaha termasuk pengelola

parkir wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan UU Perlindungan

Konsumen. Dalam hal pelaku usaha tetap melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 UU Perlindungan Konsumen tersebut akan diberikan sanksi, baik sanksi

pidana penjara atau pidana denda sebagaimana diatur dalam Pasal 62 ayat (1) UU

Perlindungan Konsumen yang menyatakan :

“ Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,

Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,

Page 7: TUGAS HPK

huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar

rupiah)”

Sehubungan dengan pasal-pasal tersebut diatas, maka sudah seharusnya pengelola

parkir tidak lagi mencantumkan perjanjian standar dalam karcis parkir yang bertentangan

dengan UU Perlindungan Konsumen. Namun demikian hingga saat ini, masih sering

ditemukan beberapa karcis parkir yang diberikan oleh petugas parkir dalam area parkir

yang dikelola secara secure parking dan profesional memuat perjanjian standar yang

mengandung klausula eksonerasi. Hal ini membuktikan bahwa penegakan hukum

perlindungan konsumen masih belum sepenuhnyadilaksanakan dan kesadaran bagi pelaku

usaha terutama pengelola parkir untuk menghormati, mematuhi, dan melaksanakan

hukum masih berlaku minim. Namun salah satu kasus hilangnya kendaraan di area parkir

di daerah Jakarta di tahun 2000 antara Anny R Gultom (penggugat) dan PT.Securindo

Packatama Indonesia (tergugat) dimana kendaraan milik penggugat yang diparkir di area

perparkiran yang dikelola tergugat hilang, dapat dijadikan pedoman pada kasus-kasus

serupa lainnya. Dalam kasus tersebut, tergugat tidak mau bertanggung jawab dengan

dalih adanya klausula ekosonerasi, sehingga penggugat menggugat hal tersebut ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Nomor :

551/Pdt.G/2000/PN.JKT.PST yang dikuatkan dengan adanya Putusan Mahkamah Agung

tertanggal 21 April 2010 dengan didasarkan pada ketentuan di dalam KUHPerdata dan

UU Perlindungan Konsumen, penggugat (pihak konsumen parkir) dimenangkan dan

tergugat (pihak pengelola parkir) diwajibkan untuk membayar seluruh ganti rugi yang

diderita penggugat. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan yurisprudensi untuk kasus

selanjutnya dan berlaku pula secara umum bahwa terhadap kendaraan yang hilang di

dalam area perparkiran yang secure parking dan profesional merupakan tanggung jawab

pengelola parker.

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

klausulaeksonerasi pengalihan tanggung jawab yang dicantumkan dalam karcis parkir

merupakan perbuatan melanggar hukum dan dinyatakan batal demi hukum sebagaimana

ditegaskan dalam Pasal 18 UU Perlindungan Konsumen. Konsumen parkir yang melek

Page 8: TUGAS HPK

hukum akan merasa dilindungi oleh hukum dan akan menjadikan hukum tersebut sebagai

perisai dan pedang terhadap pengelola parkir yang beritikad baik dengan mengalihkan

sebagian atau seluruh tanggung jawabnya melalui klausula eksonerasi kepada konsumen

parkir dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan bagi

konsumen parkir yang buta hukum,dengan adanya kasus hilangnya kendaraan Anny

R.Gultom yang akhirnya dimenangkan oleh Anny R.Gultom (pihak konsumen)

berdasarkan putusan PN Jakarta Pusat dan Mahkamah Agung tersebut diharapkan selain

mereka melakukan kewajiban, terdapat juga hak-hak sebagai konsumen parkir yang telah

dilindungi oleh hukum, sehingga mereka dapat menuntut ganti rugi atas hilangnya

kendaraan. Sehingga apabila tercipta suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban akan

dapat pula tercipta suatu lingkup usaha yang sehat dan harmonis. Dan yang terpenting

dapat dibuktikan bahwa hukum telah melindungi konsumen parkir dari setiap perbuatan

pengelola parkir yang tidak bertanggung jawab.

B. Tanggung Jawab Pengelola Parkir atas Hilangnya Kendaraan di dalam Area

Perparkiran

Menurut Jimli Asshidique dan M. Ali Safa’at, suatu konsep terkait dengan konsep

kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum (legal liability). Seseorang

dikatakan secara hukum bertanggung jawab atas suatu perbuatan tertentu adalah bahwa

dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatan yang berlawanan (Asshiddiqie,

Jimli dan M. Ali Safa’at, 2006 : 45).

Tanggung jawab diatur dalam pasal 1365, Pasal 1366, dan Pasal 1367

KUHPerdata. Berikut adalah bunyi pasal-pasal tersebut:

Pasal 1365 KUHPerdata:

“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian ada orang lain mewajibkan

orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

Page 9: TUGAS HPK

Pasal 1366 KUHPerdata:

“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang

hati-hatinya.”

Pasal 1367 KUHPerdata:

“Seseorang tidak bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatnnya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-

orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di

bawah pengawasannya”.

Mengacu pada isi daripada Pasal 1365, Pasal 1366, dan Pasal 1367 KUHPerdata

diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang/pelaku wajib bertanggung jawab untuk

memberikan ganti rugi tidak hanya disebabkan oleh perbuatannya sendiri, akan tetapi

juga karena perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau

disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya seperti tanggung

jawab mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka

terhadap kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari pekerjaan yang dilakukan oleh

bawahan-bawahan mereka. Hal demikian juga terkait dengan sistem pengelolaan dalam

suatu area parkir, dimana jika terdapat kasus hilangnya kendaraan maka pengelola parkir

juga seharusnya bertanggung jawab atas hilangnya kendaraan tersebut.

Maka dari itu, untuk lebih melindungi konsumen dari sikap pelaku usaha yang

tidak bertanggung jawab, selain KUHPerdata, tanggung jawab pelaku usaha secara jelas

diatur juga dalam Bab VI Pasal 19 hingga Pasal 28 UU Perlindungan Konsumen adalah

untuk menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha yang bertanggung jawab, dan salah

satu tujuan perlindungan konsumen adalah menumbuhkan kesadaran pelaku usaha

mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha. Selain itu Pasal 18 UU Perlindungan Konsumen

secara tegas melarang sikap atau melarang pelaku usaha yang mengalihkan tanggung

jawabnya kepada konsumen.

Page 10: TUGAS HPK

Terkait dengan tanggung jawab pelaku usaha terhadap barang dan/atau jasa yang

dihasilkan atau diperdagangkannya, Pasal 19 UU Perlindungan Konsumen menegaskan

bahwa kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian yang dialami atau diderita oleh

konsumen sebagai akibat dari mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan oleh pelaku usaha maka dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari sejak

timbulnya kerugian konsumen tersebut pelaku usaha bertanggung jawab memberikan

ganti rugi bak berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang

sejenis atau setara nilainya, atau peraatan kesehatan dan/atau pemberinan santunan yang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila pelaku

usaha tidak memenuhi ganti rugi tersebut maka sebagaimana disebutkan dalam pasal 23

UU Perlindungan Konsumen, pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab terssebut dapat

digugat melalui BPSK atau melalui badan peradilan.

Sehubungan dengan hasil analisa terhadap kasus Putusan Pengadian Negeri

Jakarta Pusat Register Perkara Nomor: 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst, dalam

pertimbangannya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan bahwa

sesuai dengan Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, pengelola parkir harus

bertanggung jawab atas perbuatan melanggar hukum baik yang dilakukan sendiri maupun

yang dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi konsumen

parkir. Putusan tersebut telah diajukan PK (Peninjauan Kembali) oleh PT.SPI (pihak

pengelola parkir) melalui permohonan PK Nomor 124/PK/PDT/2007. Dan akhirnya pada

tanggal 21 April 2010 putusan Mahkamah Agung memenangkan Anny R.Gultom (pihak

konsumen) dalam perkara klausula baku ini, hal ini terungkap dari putusan peninjauan

kembali Mahakmah Agung Nomor 124/PK/PDT/2007 yang menolak permohonan PK

yang diajukan oleh PT.SPI tersebut yang tentu saja semakin menguatkan putusan

Pengadian Negeri Jakarta Pusat Nomor : 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst sehingga dalam hal

ini dapat dijadikan yurisprudensi dan berlaku pula secara umum bahwa terhadap

kendaraan yang hilang di dalam area perparkiran yang dikelola secara profesional dan

secure parking merupakan tanggung jawab pengelola parkir untuk memberikan ganti rugi

sejumlah uang yang senilai dengan kendaraan yang hilang.

Page 11: TUGAS HPK

Berdasarkan pada uraian mengenai tanggung jawab menurut KUHPerdata dan UU

Perindungan Konsumen diatas, dapat disimpulkan bahwa pada intinya dalam lingkup

perparkiran yang dikelola secara professional dan secure parking serta mengacu pada

pasal 19 UU Perlindungan Konsumen dan Pasal 1365, Pasal 1366 dan Pasal 1367

KUHPerdata, segala kerusakan, pencemaran kerugian, dan/atau kehilangan yang

timbu/terjadi sebagai akibat dari pemanfaatan jasa peparkiran oleh konsumen perparkiran

mutlak merupakan tanggung jawab pengelola parkir untuk memberikan ganti rugi baik

berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara

nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau jasa yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 12: TUGAS HPK

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pencantuman klausula eksonerasi pada karcis parkir merupakan salah satu bentuk

perjanjian baku sehingga pihak konsumen mempunyai kedudukan yang lebih lemah

dan hak-hak konsumen menjadi terabaikan dan dirugikan.

2. Pencantuman klausula eksonerasi pada karcis parkir merupakan kesepakatan yang

berat sebelah, karena pihak konsumen atau pihak pengendara menerima kesepakatan

tersebut dalam keadaan terpaksa karena tidak dapat ikut menentukan isi perjanjian.

3. Mengenai klausula eksonerasi tanpa adanya perundingan antara kedua belah pihak

dalam isi perjanjian merupakan perjanjian yang dilarang oleh UU Perlindungan

Konsumen, sehingga pencantuman klausula eksonerasi dalam karcis parkir dilarang.

4. Klausula eksonerasi pengalihan tanggung jawab yang dicantumkan dalam karcis

parkir merupakan perbuatan melanggar hukum dan dinyatakan batal demi hukum

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18 UU Perlindungan Konsumen, serta

KUHPerdata dan UU Perlindungan Konsumen mempunyai kekuatan yang telah

teruji untuk melindungi konsumen parkir dari tindakan pengelola parkir yang tidak

bertanggung jawab.

5. Bahwa dengan adanya suatu yurisprudensi putusan PN Jakarta Pusat No.

551/PDT.G/2000/PN.JKT.PST., Pasal 19 UU Perlindungan Konsumen dan Pasal

1365, Pasal 1366 dan Pasal 1367 KUHPerdata terhadap salah satu kasus hilangnya

kendaraan di daerah Jakarta tersebut , segala kerusakan, pencemaran kerugian,

dan/atau kehilangan yang timbul/terjadi sebagai akibat dari pemanfaatan jasa

peparkiran oleh konsumen perparkiran mutlak merupakan tanggung jawab pengelola

parkir untuk memberikan ganti rugi baik berupa pengembalian uang atau

penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga hal ini dapat

menjadi pedoman bagi pihak konsumen parkir lain jika mengalami hal serupa.

Page 13: TUGAS HPK

B. Saran

1. Dalam sistem pengelolaan area parkir diharapkan benar-benar dapat dikelola secara

secara profesional dan secure parking.

2. Pengelola parkir hendaknya tidak mencantumkan klausula eksonerasi yang

mengalihkan tanggung jawab kepada pihak konsumen yang dapat merugikan

konsumen atau pihak pengendara.

3. Dalam sistem pengelolaan parkir saat ini seharusnya diubah dengan mengharuskan

pihak pengelola parkir untuk ikut bertanggung jawab atas hilangnya kendaraan para

pihak konsumen parkir yang memanfaatkan jasa parkir.

4. Hak-hak konsumen parkir dalam bentuk kenyamanan, keamanan dan keselamatan

dalam menggunakan jasa parkir telah dilindungi oleh KUHPerdata dan UU

Perlindungan Konsumen, sehingga pihak konsumen tidak perlu ragu lagi untuk

menuntut ganti rugi atas kerugian kehilangan kendaraan dan atau barang-barang

berharga dalam kendaraan yang dialami kepada pihak pengelola parkir.

Page 14: TUGAS HPK

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

Tobing. 2007. Parkir dan Perlindungan Hukum Konsumen. Jakarta : Timpani Agung.

Asshiddiqie, Jimli dan M. Ali Safa’at. 2006. Teori Hans Kelsen tentang Hukum. Jakarta:

Konstitusi Press

The Jakarta Globe, 2010. Parking Fee to Rise After Theft Ruling, Thursday, July 29, 2010

Edition, www. www.thejakartaglobe.com, diakses tanggal 5 April 2012

Ojomta.blogspot.com/2010/09/eksonerasi.html, diakses tanggal 6 April 2012