TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
description
Transcript of TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
1/24
1
BAB I
PENDAHULUAN
Panas dari interior Bumi bisa ditransfer menuju lapisan tanah dasar laut (seabed)
melalui proses konduksi, konveksi dan radiasi. Namun, yang banyak berperan hanyalah
proses konduksi dan konveksi; sedangkan proses radiasi hampir tidak ada pengaruhnya untuk
suhu normal lantai dasar laut (seafloor). Dalam mempelajari aliran panas kita harus
mengukur baik proses konduksi maupun konveksi. Dikarenakan oleh kesulitan dalam praktek
pengukuran aliran panas dalam fluida, penentuan flux geotermal dilakukan berdasarkan
komponen konduktif Q, di mana menghasilkan gradien suhu , dengan z positif kebawah (menuju inti Bumi), dan konduktivitas termal K.
Tanda negatif mengindikasikan bahwa panas ditransfer ke arah negatif z. Q biasanya
dituliskan dalam satuan mili Watt per meter kuadrat (mWm -2). Rata-rata aliran panas di bumi
adalah 80 mWm-2, di mana menunjukkan bahwa panas yang hilang secara global adalah
4x1013W. Komponen konvektif dari aliran panas adalah daerah yang diestimasikan dari
perbedaan antara nilai diketahui Q dengan output panas dari struktur suatu geometri, seperti
lembaran pendingin dan silinder.
Sejak proses tektonik di lautan adalah dipengaruhi oleh aliran panas, pengukuran flux
geotermal membutuhkan kondisi batas-batas lempeng tertentu sebagai model yang dicari
untuk menjelaskan bagaimana suatu cekungan dengan perbatasannya telah berubah
berdasarkan waktu. Variasi regional pada kedalaman lantai samudra dalam diketahui
berhubungan sangat dekat dengan proses termal. Sebuah pengetahuan tentang aliran panas
memberikan penjelasan tentang elevasi yang naik akibat perubahan keseimbangan panas. Hal
ini bisa membuat kita memperkirakan suhu di dalam Bumi, dengan pusat pengetaghuan kita
ada dalam proses petrologi seperti metamorfis dasar lautan dan pembentukan generasi
magma. Aliran panas yang melewati batas-batas benua juga penting karena hubungannya
yang dekat dengan perkembangan cekungan sedimen dengan proses perpindahan
hidrokarbon.
Dalam bab ini akan dideskripsikan bagaimana flux geotermal terukur dalam laut dan
kemudian mencari faktor yang berpengaruh.
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
2/24
2
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
3/24
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGUKURAN ALIRAN PANAS DALAM LAUT
2.1.1 Penentuan Gradien Suhu
Gradien suhu di bawah lantai laut telah diukur pada lubang-lubang dalam hingga di
atas lubang ini sejauh beberapa meter. Pengukuran awal dilakukan dengan termocouple; di
mana saat ini telah digantikan dengan termistor dengan koefisien temperatur negatif yang
tinggi terhadap hambatan (-200 OhmoC-1). Probe hambatan silikon dengan stabilitas yang
lebih baik telah dikembangkan, tetapi kurang baik dalam sensitivitas. Gradien suhu yang
kecil telah diukur oleh dua buah instrument. Pertama adalah kembangan dari Sir Edward
Bullard (1954), dengan instrumen yang terdiri dari 2 elemen termal yang dipasang pada jarak
tertentu dalam probe stainless steel sepanjang 2-5 meter dengan diameter 20-40 mm yang
dipasang terhadap perekam dan diturunkan hingga ke lantai lautan. Nilai kesetimbangan
dihitung berdasarkan ekstrapolasi. Sebuah kapal kecil digunakan untuk menurunkan
instrumen, dengan waktu sekitar 40 menit untuk proses disipasi panas gesekan instrumen
dengan laut.
Gambar 2.1 Pengukuran Aliran Panas Lautan MenggunakanPiston Corer
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
4/24
4
Instrumen jenis kedua didesain oleh M.Ewing bersama para partnernya, di mana
mereka menggunakan termistor yang dipasang pada jarak tertentu dan terpisah dari pemicu
yang terikat pada barel dan gravity atau inti piston. Setiap termistor berjarak 100 mm dari
barel inti dan memproyeksikan 40 mm suhu di sekitar probe. Kesetimbangan termal tercapai
lebih cepat daripada probe Bullard. Termistor dengan sirkuit jembatan Wheatstone ini
dilengkapi dengan power supply dan perekam. Pada umumnya, gradienn ini diperoleh dalam
4 menit selama tidak terjadi penetrasi inti dan tidak ada gangguan dari luar instrumen.Sistem
instrumen buatan Ewing ini memiliki keuntungan tersendiri, di mana sedimen di sekitar
termistor tercover. Massa yang besar dari kepala inti juga mampu membuat instrumen
melakukan penetrasi (masuk) ke dalam seabed lebih dalam.
Untuk menghindari aliran panas di dalam probe kembali ke asal (setelah terjadi
kesetimbangan panas antara probe dengan lingkungan ada kemungkinan suhu probe kembali
ke asal), instrumen dengan sistem multi-penetrasi dibuat. Dalam satu bentuk, didesain untuk
pekerjaan laut dalam. Probe kasar dan kuat dengan panjang 3 m dan diameter 60 mm
dipasang pada perekam dan sirkuit telemetri. Sebuah kawat paralel sensor berjarak 60 mm
dari probe terpasang pada selimut penutup. Melalui instrumen ini, gangguan termal di sekitar
probe tebal ,setelah melakukan penetrasi, tidak akan mempengaruhi sensor untuk 20 menit.
Oleh karena itu, gradien suhu pada kondisi tunak bisa diperoleh, pada umumnya dalamwaktu 3-7 menit. Gradien termal diukur berdasarkan pemasangan instrumen pada 15 titik ini
menggunakan satu buah instrumen yang sama.
Sangat mungkin untuk menggunakan probe yang pendek di lautan dalam. Ini
disebabkan oleh faktor seabed yang pada umumnya suhunya telah setimbang.Beberapa ribu
kali penelitian terhadap kedalaman telah dilakukan dari kapal penelitian konvensional di
daerah di mana terdapat sedimen. Hasil yang diperoleh dari Laut Bering gambar 8.3. Di sini
gradien suhu rata-rata yang terekam adalah 63oCkm-1.
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
5/24
5
Gambar 2.2 Kompilasi pengukuran di Laut Bering
Gambar 2.3 (Kiri) InstrumenRatcliffe hot-plate method(Kanan) InstrumenBirch divided-barmethod.
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
6/24
6
Pengukuran juga pernah dilakukan di aliran es Arktik dan submersible. Sebagai salah
satu contoh investigasi submersible adalah eksperimen yang dilakukan pada tahun 1995 di
Juan de Fuca ridge, di mana Alvin(kapal) meletakkan sebuah selimut termal buatan dari
urethane pada aliran basalt yang memungkinkan untuk mengukur gradien temperatur pada
daerah yang sedikit akan sedimen. Banyak sekali gradien temperatur yang telah diukur pada
lubang hasil bor oleh kapal Glomar ChallengerdanJoides Resolution(Bab 11). Pada paparan
dan lereng benua, akses terhadap lubang bor dalam ini dianggap esensial sejak variasi jangka
pendek pada suhu air bawah dan pergerakan sedimen mengganggu gradien termal di sekitar
seabed, sehingga seabed dangkal tidak bergantung terhadap nilai yang menunjukkan transfer
panas pada suatu kedalaman.. Untungnya, suhu yang terukur pada sumur-sumur industri
dalam jumlah banyak ini sangatlah penting dalam evaluasi ketersediaan hidrokarbon.
2.1.2 Pengukuran Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal (K) dari batuan dan sedimen bisa ditentukan melalui beberapa cara.
2.1.2.1 Metode Lempeng Panas Ratcliffe
Dikembangkan oleh E.H. Ratcliffe (1960), teknik ini digunakan untuk mengukur
konduktivitas pada sedimen lunak. Sampel yang dibentuk seperti disk ini ditahan dalam
cincin ebonite yang diletakkan di antara lempeng lingkaran yang terbentuk atas pemanas
elektrik dan dua lempeng pendingin dari air, dengan rakitan yang tertutup oleh wool untuk
meminimalisir panas yang hilang di sekitar tepian alat. Suhu lempeng terukur dengan
termocouple kecil. Konduktivitas terhitung dari perbedaan suhu sepanjang sampel pada
kondisi tercapainya kesetimbangan suhu, sehingga koreksi sekecil apapun untuk panas yang
hilang di sepanjang cincin ebonite. Metode ini tergolong lambat, pada umumnya memerlukan
waktu lebih dari satu jam untuk satu buah sampel dengan gangguan pada sampel yang tak
dapat dihindarkan.
Konduktivitas termal pada sedimen lautan terukur oleh metode ini sesuai dengan tabel
8.1. Koreksi kecil pada suhu yang menurun dan pada tekanan yang naik pada seabed
diperlukan, di mana nilai laboratorium menggunakan reduksi hingga 4%. Sebuah suhu yang
berubah dari 250C hingga 4oC mengurangi K hingga sekitar 6%, sedangkan peningkatan
tekanan menambah nilai K sekitar 1% untuk setiap penambahan kedalaman 1800 m.
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
7/24
7
Gambar 2.4 Variasi Suhu Terhadap Waktu Dari Sedimen Menggunakan Jarum Probe
2.1.2.2 MetodeBirch divided-bar
Sebuah nilai konduktivitas termal pada inti batuan yang koherent dapat ditentukan
dengan alat dengan fungsi pembagi tekanan (divided-bar apparatus) seperti pada gambar
8.4b. Sebuah mesin dari batu berbentuk disk dengan diameter kira-kira 40 mm dengan
ketebalan batuan 6 mm, ini diletakkan di antara disk tembaga setebal 5 mm pada diameter
yang sama. Pada bagian atas dengan bagian bawah lapisan ini diletakkan kaca pyrex yang
konduktivitasnya telah diketahui sebagai penutup di bagian luar tembaga. Bagian atas dari
alat divided-bar ini dipanaskan, sedangkan bagian bawahnya didinginkan dengan air
sirkulasi. Seluruh unit ini tadi dirakit dalam penekan hidrolik untuk memberikan kontak
termal yang bagus dengan dikelilingi perisai yang dipanaskan dengan suhu kira-kira sama
dengan suhu batuan sampel. Termocouple mengukur perbedaan suhu sepanjang batu hingga
dua disk kaca pyrex. Dikarenakan perbandingan aliran panas yang melewati masing-masing
komponen lapisan memiliki nilai yang sama, rasio gradien suhu pada batu dan rata-rata
gradien sepanjang disk kaca ini adalah invers dari rasio konduktivitas termal Konduktivitas
termal basalt air dalam dan batuan lepas pantai yang telah diukur berdasarkan metode ini ada
pada tabel 8.2
2.1.2.3 Sass-Lachenbruch-Munroe aggregate cell
Jika pada formasi batuan yang menjadi objek observasi hanyalah fragmen-fragmen
kecil, rata-rata konduktivitas termal bisa dihitung dengan mengemas chip air jenuh ke dalamcell silinder. Pengukuran konduktivitas campuran batu-fluida dalam aparatus pembagi
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
8/24
8
tekanan, sebuah teknik yang dibentuk oleh J.M. Sass (1971). Dengan mengetahui
konduktivitas fluida, maka konduktivitas rata-rata batuan bisa dihitung.
2.1.2.4 Metode needle-probe
R. Von Herzen dan A.E. Maxwell (1959) memperkenalkan teknik untuk mengukur
konduktivitas termal sesaat setelah inti batuan diambil. Sebuah jarum hipodermik yang terdiri
dari sebuah termistor dan sebuah kabel loop yang terhubung dengan power supply. Inti
batuan ini direkam selama panas batuan terdisipasi pada kecepatan konstan melewati kawat
(Gambar 8.5). Metode pemanasan secara terus-menerus ini menghasilkan sedikit gangguan
pada inti material. Dengan menggunakan persamaan dari konduksi panas di sekitar silinder
berkonduksi sempurna, suhu dari probe T terhadap waktu t diberikan:
Di mana Q adalah input panas per satuan panjang per satuan waktu, K adalah
konduktivitas termal dari batu sampel, kadalah difusivitas termal dari sampel (K/[densitas x
panas spesifik]), r adalah radius probe dan Cr adalah konstanta. Suatu relasi yang
mengasumsikan sebuah probe adalah garis tak hingga pada medium tak berhingga dengan
t>>r2
/k.
Hampir semua jarum probe r2/k adalah 1 s. Untuk waktu yang lebih dari 10 s, plot
ln t-T adalah linear, nilainya inverse dari K. Hubungan linear ini bertahan hingga 10 menit, di
mana setelah jarak terbatas dari probe dan batasan dari sampel. Jarum probe dan pengukuran
mencapai 3-4%. Konduktivitas jarum probe ini merupakan nilai sedimen air dalam.
Dalam pengukuran jarum probe ini menggunakan variabel formasi yang terbentuk
untuk masing-masing unit litologi. Jika variabel ini memiliki ketebalan I1, I2,I3,... dankonduktivitas K1, K2, K3, ... , sehingga konduktivitas Kzturun searah dengan z adalah:
Di mana I1+I2+I3+ ...+In= z
J.G. Sclater (1969) mengukur konduktivitas termal in situsama seperti gradien suhu
dengan menggunakan instrumen seperti gambar 8.6. Probe untuk konduktivitas terdiri daritube stainless steel sepanjan 230 mm dan diameter 4 mm, membawa kawat pemanas dan
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
9/24
9
sebuah termistor yang terpasang di dekat titik tengah. Lima menit setelah pelepasan
pengambil inti sampel adalah saat di mana gesekan panas yang terbentuk selama penetrasi
telah terdisipasi, kemudian arus melewati kawat pemanas. Rangkaian jembatan mengukur
perbedaan hambatan dari termistor konduktivitas (Tu) dan termistor pencocok (Tw), yang
menghasilkan perbedaan suhu sehingga konduktivitas termal dapat dihitung. Semua variasi
suhu air (secara umum error pembacaan kurang dari 0.002oC). diperoleh dari perbedaan
hambatan antara hambatan bernilai tetap dan Tw. Karena probe perlu dibentuk lebih besar
dan lebih kuat daripada yang digunakan di laboratorium, kurva pemanasan untuk waktu
rekaman sekitar 8 menit tidak logaritmik. K diperoleh dengan menghitung difusivitas termal,
yang proporsional terhadap K, dengan sebuah metode berulang. Konduktivitas In situ dari
sedimen pada bagian timur samudra Pasifik diketahui sesuai dengan nilai jarum probe,
mencapai 2%. Suatu rata-rata dari pengukuran konduktivitas termal in situ menggunakan
teknik pemanasan getaran juga digunakan dalam multi-penetration probe aliran panas.
2.1.2.5 Pengukuran water-content
Konduktivitas termal dari sedimen yang belum terlitifikasi bisa dihitung
menggunakan hubungan empiris berikut antara hubungan timbal-balik konduktivitas,
resistivitas termal RT, dan konten air pada ruangan bersuhu dan bertekanan.
Di mana RTadalah cm
oC s cal-1(nilainya sama dengan 0.0024 moC W-1), w adalah konten air
yang dibagi dengan berat sedimen basah. Konduktivitas termal diperoleh independent dari
komposisi komponen individual dari sebuah sedimen. Pengukuran konduktivitas langsung
digunakan sebagai preferensi terhadap penentuan konten air.
2.2 TRANSFER PANAS DAN ALIRAN PANAS PERMUKAAN
Keadaan termal dari bagian Bumi yang padat pada daerah lepas pantai dapat
diinvestigasi melalui cara yang paling simpel dengan mengasumsikan bahwa konduksi
memiliki arti hanya mengantarkan panas menuju seabed. Untuk konduksi dalam tiga dimensi:
Di mana A adalah panas yang terbentuk dalam satuan volume per satuan waktu, k adalahdifusivitas termal yang memiliki arti nilai yang menunjukkan efektivitas transfer panas oleh
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
10/24
10
konduksi, dan Cpadalah panas spesifik masing-masing material. Jika kesetimbangan termal
tercapai, memiliki nilai = 0, maka
Solusi persamaan ini memberikan panjelasan profil suhu-kedalaman di bawah seafloor.
Anggap suatu kolom dari batuan samudra ada pada kondisi setimbang. Konduksi bisa
dijelaskan melalui persamaan satu dimensi
Jika suhu seabed adalah 0oC dan aliran panas yang diperoleh adalahQ0maka
Jika tidak ada panas internal yang terbentuk, maka A=0. Persamaannya menjadi:
Adalah suatu persamaan difusi panas. Hal ini menjelaskan bagaimana suhu suatu seafloor
yang berbatasan dengan padatan seragam setengah ruang berganti terhadap waktu. Hal ini
memberikan kondisi batasan-batasan, solusi dari persamaan bentuk satu dimensi.
Di mana error function didefinisikan dalam bentuk
Gradien suhu terhadap waktu t diperoleh dari menurunkan persamaan terhadap z
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
11/24
11
Dengan asumsi bahwa seafloor mendingin akibat dari konduksi tidak selalu valid
karena aliran panas pada beberapa area menunjukkan variasi yang besar dari jarak yang
pendek dari fluida yang bersirkulasi yang memiliki peranan penting dalam transfer panas.
Pendinginan suatu fluida panas dalam puncak dari sistem bubungan samudra yang luar biasa
ini mendemonstrasikan fenomena ini. Aliran panas, Q pada arah dari pergerakan fluida
diberikan
Di mana adalah densitas fluida, adalah panas spesifik, dan adalah flux massa.T1-T2 adalah perbedaan suhu dalam aliran. Persamaan ini secara umum dimodifikasikan
dalam akun untuk transfer panas dalam medium berpori di mana gradien suhu tidak linear.
2.3 VARIASI ALIRAN PANAS : PENGARUH LINGKUNGAN SEKITAR
2.3.1 Variabilitas Air Dalam
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menginvestigasi penyebab variasi
aliran panas adalah gangguan pada suhu air dalam. Jika bertambah (suhu), maka gradien
termal di bawah seafloor tereduksi sehingga aliran panasnya berkurang, begitupun
sebaliknya. Besarnya pengaruh dari peristiwa tersebut dapat diperkirakan dari persamaankonduksi panas yang dijelaskan pada bagian 8.3. Misalkan temperatur air dalam laut secara
mendadak berubah sebesarT, dan temperatur pada kedalamanzdibawah dasar laut diukur t
detik setelah terjadinya peristiwa tersebut. Perbedaan T(z)antara temperatur pada waktu tdan
temperatur equilibrium pada waktu yang tak hingga dinyatakan dalam :
T(z) =Terf Sehingga gradien termal akibat gangguan tersebut menjadi :
Dimana mendekati permukaan. Pengaruh dari penurunan temperatur
sebesar 2C pada laut dalam yang mempunyai gradien sebesar 0.005C ditunjukkan pada
gambar 8.7. Untuk jenis sedimen yang mempunyai difusivitas sebesar 2 x 10-7 hanya
mempunyai pengaruh yang kecil setelah 1000 tahun. Penurunan suhu air dalam akibat
perluasan kutub es yang diperkirakan terjadi sekitar 1800 tahun yang lalu memberikn
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
12/24
12
pengaruh yang dapat diabaikan pada suatu gradien termal. Variasi pada suhu air dalam yang
diketahui dari peristiwa berulang statisiun oceanographic tidak terlalu cukup untuk
menghasilkan gangguan panas pada lapisan sedimen. Kecuali jika terjadi pada landas
kontinen, lereng dan dekat batas-batas massa air di mana pencampuran dalam skala besar
menyebabkan suhu berubah dalam periode yang singkat, dan dekat dengan urat-urat
hidrotermal, di mana suhu air bawah dapat melebihi 300C. Pada masa lampau, aliran panas
di perbatasan cekungan seperti Mediterania dapat berfluktuasi lebih dari 30% ketika air laut
berkurang karena proses penguapan dan suhu pada bagian atas lapisan sedimen meningkat
lebih dari 20C.
Gambar 2.5 Pengaruh gradien termal akibat penurunan suhu secara mendadak sebesar 2C
pada dasar laut (Langseth,1967)
2.3.2 Sedimentasi dan Erosi
Lingkungan termal pada dasar laut dapat dipengaruhi oleh pengendapan sedimen
karena terdapat patikel-partikel yang hangat, lapisan air bagian atas dapat mengurangi nilai
gradien termal yang juga dapat berpengaruh pada aliran panas. Fluks panas akan turun jika
terjadi longsoran sediment. Apabila terjadi erosi, sedimen yang lebih panas bergerak
mendekati air dalam sehingga menyebabkan meningkatnya fluks panas permukaan.
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
13/24
13
Pengaruh termal dari proses sedimentasi dapat dianalisis dengan mempertimbangkan
pergerakan half-space yang seragam pada kecepatan konstan (v) dari permukaan (z=0).
Dimana cekungan berkurang akibat proses sedimentasi dan akan terjadi secara terus menerus,
v adalah kecepatan dari proses sedimentasi. Dengan mengansumsikan fluks panas Q0 dari
kedalaman yang sangat dalam, maka :
* +Dimana 4i2 erfcadalah integral kedua dari complementary error function (1-erf)dan
k adalah nilai diffusivitas termal dari half-space tersebut. Gambar 8.8 menunjukkan
penurunan aliran panas akibat proses sedimentasi sebagai fungsi waktu dan
.
Gambar 2.6 Penurunan gradien panas yang disebabkan oleh deposisi sedimen (Langseth et
al,1980). Diproduksi kembali oleh American Geophysical Union
Proses pengompakkan/pemadatan sedimen akan meningkatkan nilai k dan
mengurangi kecepatan dimana lapisan dasar akan bergerak menjauh dari permukaan. Tingkat
sedimentasi juga bervariasi bergantung pada waktu. Hutchison (1985) memperkirakan
tingkat adveksi dan sifat termal pada suatu kedalaman dari porositas sedimen dan
dimasukkan ke dalam solusi numerik dari persamaan aliran panas untuk menentukan
perubahan fluks panas di permukaan dalam waktu tertentu. Gambar 8.9 menunjukkan
akumulasi sediment pada 100 m Myr-1untuk 10 Myr, dan pada 500 m Myr-1untuk 10 Ma
selanjutnya sebelum proses pengedapan berhenti. Aliran panas pada permukaan merespon
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
14/24
14
dengan cepat terhadap perubahan tingkat sedimentasi. Ketika deposisi berhenti, aliran panas
akan kembali dengan waktu yang konstant dari setengah-ruang.
Gambar 2.7 Variasi aliran panas pada permukaan hasil dari perubahan kecepatan sedimentasi.
Tabel 1 Isotepes penghasil utama panas
Parent
Isotope
Daughter
Isotope
Present rate of heat
generation (W kg-1)
U Pb 5,7 x 10-
U Pb 9,4 x 10-
Th Pb 2,7 x 10-
K Ca, Ar 2,8 x 10-
2.3.3 Generasi Panas dalam Sedimen
Sedimen dalam laut mengandung sejumlah isotop radiogenik sehingga proses
peluruhan radioaktif ini memberikan pengaruh pada fluks panas permukaan. Penghasil panas
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
15/24
15
utama dari isotop radioaktif tersebut adalah 235U, 238U, 232Th dan 40K . Radioaktif yang
tergenerasi dalam suatu sedimen, Qr(W m-3) dapat diyatakan dalam :
Dimana adalah densitas (kg m-3), dan adalah konsentrasi berat dari U dan Th dan adalah persentase berat dari K . Berdasarkan pada konsentrasi rata-rata dari unsur-unsur di
sedimen laut, maka panas yang dapat dihasilkan adalah sekitar 10-3mWm-3. Aliran panas
pada permukaan untuk pengendapan lapisan serpih adalah pada 100,500 dan 100 m Myr-1,
dengan asumsi fluks panas seragam 50mW pada suatu kedalaman, ditunjukkan oleh gambar
8.10 Pada gambar tersebut juga diplotkan kurva untuk pemanasan material non-radiogenik.
Ukuran koreksi untuk pemanasan radiogenik bergantung pada latar belakang aliran panas.
Untuk nilai masukan sebesar 50mW pada suatu kedalaman, panas internal yang dihasilkan
mengimbangi panas yang hilang akibat sedimentasi hingga 40%
Oksidasi materi oraganik merupakan kemungkinan sumber lain dari panas internal.
Batas pengaruhnya dapat diperkirakan dengan mengasumsikan bahwa karbon organik
teroksidasi pada tingkat yang sama di mana ia dibawa ke dasar laut. Jika tingkat deposisi rata-
rata 5m Myr-1untuk sedimen dengan 1% karbon organik, panas yang dihasilkan oleh oksidasi
adalah 0.12mW m-2. Pelapukan kimia merupakan sumber panas ketiga akan tetapi
pengaruhnya juga kecil (Langseth, 1967).
2.3.4 Topografi dan Ketebalan dalam Sedimen
Temperatur pada dasar laut diperkirakan konstant sehingga isotermal terdistorsi pada
topografi bagian dalam kecuali pada area yang mempunyai relief tinggi. Gangguan utama
meluas menuju kedalaman sama dengan panjang gelombang dari topografi yang besarnya
bergantung pada amplitudo relief. Dimana saat panjang gelombang lebih besar dari
kedalaman probe, maka aliran panas yang terukur akan lebih besar dari rata-rata regional.
Apabila topografi tidak biasa, rata-rata fluks panas akan tereduksi karena ada aliran
panas yang menyebar secara horizontal dari permukaan yang tidak rata tersebut. Denga
menganggap permukaan S dengan luasan A yang diproyeksikan pada suatu bidang
horizontal yang mempunyai luasanA, maka aliran panas regional adalah
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
16/24
16
Aliran panas akan menunjukkan variasi spasial di atas dasar laut yang datar jika
dilapisi oleh sedimen. Panas akan merambat dari medium konduktivitas tinggi, dengan fluks
terbesar pada bagian dasar yang dangkal.
Gambar 2.8 Lokasi pengukuran di dekat Freen Deep pada pematang tengah samudera untuk
menginvestigasi pengaruh topografi dan variasi ketebalan sedimen pada aliran panas.
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
17/24
17
Gambar 2.9 (a) Variasi aliran panas permukaan pada struktur geometri sederhana. (b)
Observasi dan perhitungan aliran panas di Freen Deep, Mid-Atlantic Ridge sepanjang profil
A-A pada gambar 8.11
2.4 VARIASI ALIRAN PANAS REGIONAL
2.4.1 Model Pendinginan Dasar Laut
Jika kita mengasumsikan bahwa konduksi hanyalah satu-satunya mekanisme
perpindahan panas pada dasar laut maka distribusi suhu dapat dinyatakan dalam persamaan
(8.5), dengan syarat batas adalah model geologis wajar. Hal itu dapat berupa geometri
sederhana, sepeti setengah ruang yang seragam, lempengan atau silinder vertikal, sehingga
memungkinkan solusi analitis secara langsung . Struktur yang lebih kompleks dapat diselidiki
dengan pendekatan elemen-terbatas atau perbedaan-terbatas. Model yang paling banyak
digunakan untuk studi laut dalam adalah yang didasarkan padasea-floor spreading. Materialbasaltik cair yang membeku pada punggungan puncak laut dan ditambahkan ke bagian tepi
setengah-ruang atau lempeng, baik yang mempunyai ketebalan konstan ataupun bervariasi,
yang kemudian mendingin karena konduksi dan bergerak menjauh dengan kecepatan yang
sama dari sisi mengalami pertambahan tersebut. Panas ditransfer secara lateral oleh gerak
lempeng dan dengan konduksi baik secara vertikal ataupun horizontal.
Dengan mempertimbangkan setengah-ruang dengan konduktivitas jenis basaltik
basement. Jika pemanasan akibat peluruhan radioaktif diabaikan maka bentuk dua dimensi
dari persamaan konduksi adalah
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
18/24
18
Dimana adalah densitas dari half-space, adalah panas spesifik dan adalah
kecepatan pergerakan secara lateral. Jika pertambahan yang terjadi sebesar beberapa puluh
millimtres per tahun, maka kecepatan panas yang dikonduksi secara horizontal melalui half-
space jauh lebih kecil daripada kecepatan panas yang ditansferkan melalui gerakan horisontal
, sehingga :
atau
Proses pendinginan tersebut dinyatakan dalam persamaan difusi satu dimensi (lihat
persamaan 8.10 di atas,) dan kondisi termal dapat diartikan dengan mencari variasi suhu
dengan waktu tertentu dalam half-space stasioner.
Koreksi untuk pengendapan sedimen selama pergerakan dari sisi yang mengalami
perpindahan dapat dilakukan dengan cara yang ditunjukkan dalam bagian 8.4.2 Dalam 10
Myr bagian yang telah lama/tua dari dasar laut ditutupi oleh sedimen dengan kecepatan yang
sama yaitu 10 Myr -1 sehinnga aliran panas pada permukaan berkurang 5-10%.
Jika suatu kondisi termasuk ke dalam syarat batas tersebut, maka pada lokasi
pertambahan (x=0) temperatur, T=Ta dan pada z=0, T=0 maka dari persamaan di atas
()Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aliran panas berbanding terbalik dengan
akar kuadrat dari usia dasar laut.
Jika pada temperatur 0C dasar laut membatasi suatu lempeng yang mempunyai
ketebalan konstant L0 dengan mempertahankan temperatur pada bagian yang mengalami
pertambahan maka struktur temperatur dapat diperoleh dengan penyelesaian
Dengan syarat batas T=Tapada z=l0, T=0 pada z=0 dan T=Tapada t=0. Sehingga solusinya
adalah.
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
19/24
19
[ ]
Jika konduksi panad secara horizontal lebih kecil daripada kecepatan panas secara lateraloleh pergerakan lempeng maka :
{
* +}
Suku L02/2k adalah waktu konstant panas ntuk lempeng samudera.
Model pendinginan lempeng juga dapat dimodifikasi untuk memperhitungkan efek
suhu pada struktur kedalaman akibat pemanasan dari intrusi material panas (Von Herzen et
al, 1982)
Gambar 2.10 Generasi aliran panas oleh proses pertambahan yang berlangsung secara terus
menerus
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
20/24
20
2.4.2 Aliran Panas pada Rezim Pemuaian
Gaya dapat menyebabkan terjadinya pemuaian di atas permukaan bumi, yang
mengarah ke penurunan dan peningkatan material panas di bawah wilayah yang tipis. Proses
dari penarikan ini sangat penting dalam perkembangan batas kontinental. Pengaruhnya pada
aliran panas dapat diperkirakan dari konduksi pendiginan lempeng (McKenzie,1978). Pada
gambar 2.14, terdapat sebuah lempeng degan dasarnya dianggap isotermal T=Ta tertarik
secara cepat. Suatu bagian panjang x0mengalami pertambahan panjang dengan factor dan
diikuti oleh material bagian bawah pada temperatur Ta juga meningkat untuk menjaga
keseimbangan isostatik. Bagian lempeng yang di luar keseimbangan termal, akan terus
mendingin hingga mencapat ketebalan awalnya. Pergantial bagian lempengan dengan
material dari bawah yang lebih rapat menyebabkan penurunan awal S i, sedangkan pada
bagian lempeng yang lain akan mengalami pendinginan sehingga Sf dinyatakan sebagai
penurunan akhir.
Gambar 2.11 Penarikan yang terjadi pada lempeng yag sama (setelah
McKenzie,1978;Fowler,1990)
Struktur suhu pada lempeng dapat diturunkan dari persamaan satu dimensi dari difusifitas.
Setelah terjadi proses pemuaian akibat suhu, maka
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
21/24
21
Dimana z dihitung ke atas dari dasar lempeng sebelum mengalami penarikan. Syarat
batas untuk menyelesaikan persamaan ini adalah
Sehingga solusinya dapat diperoleh dengan menggunakan ekspansi Fourier. Suhu T
dinyatakan dalam :
adalah waktu konstant termal. Aliran panas pada permukaan dapat didapatkandari persamaan (8.31) dan dikalikan dengan konduktifitas termal, K {
}Perubahan aliran panas dalam waktu tertentu untuk berbagai macam nilai ditunjukkan oleh
gambar 2.15
Gambar 2.12 Variasi aliran panas setelah terjadinya penarikan secara tiba-tiba pada sebuah
lempeng
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
22/24
22
2.4.3 Konveksi Panas pada Pendinginan Lempeng
Aliran fluida adalah salah satu mekanisme yang penting dalam mentransfer panas dari
inti bumi menuju ke dasar laut dengan nilai variasi yang besar akibat adanya panas yang
hilang dalam jarak 5 km atau karena dekat dengan puncak punggung laut. Nilai-nilai aliran
panas yang sangat bervariasi ditunjukkan oleh gambar 8.16. Pengaruh dari sirkulasi fluida
dalam kondisi isotermal di bawah dasar laut ditunjukkan oleh gambar 8.17. Jika terdapat
lapisan penutup yang permeabel, gradients termal vertikal akan tinggi di atas bagian yang
alian fluidanya meningkat. Jika terdapat lubang yang aktif, maka gradient temperatur yang
kecil akan terjadi baik ke atas ataupun ke bawah. Skala vertikal dan horizontal konveksi di
bawah dasar laut adalah 5-10km sehingga model satu dimensi merupakan pendekatan yang
cukup baik untuk sebuh rezim termal yang dibatasi oleh gradien aliran panas yang diukur 10
pada dasar laut. Jika lapisan penutup sedimen diansumsikan memiliki permeabilitas dan
porositas yang sama, maka temperatur pada kedalaman z, T(z) di dapatkan dari :
masing-masing adalah temperatur di atas dan probes termal paling bawah LTadalah panjang bagian temperatur yang diukur dan Pnadalah angka Peclet yang dinyatakan
dalam :
Gambar 2.13 Penyebaran nilai aliran panas pada bagian yang mengalami pertambahan pada
sebuah lempeng
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
23/24
23
Gambar 2.14 Pengaruh sirkulasi fluida di bawah dasar laut pada aliran panas konduktif. Garis
putus-putus tersebut menunjukkan pergerakan fluida dan garis yang lain menunjukkan
kondisi isotermal.
-
5/19/2018 TUGAS GEOFISIKA KELAUTA1
24/24
24
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Panas yang dari dalam bumi ditransfer melalui tiga cara yaitu konduksi, konveksi dan
radiasi, panas tersebut dapat berasal dari sumber panas asli (panas yang terdapat dari dalam
bumi), energi potensial gravitasi dan peluruhan radioaktif. Pengukuran aliran panas di dalam
laut dilakukan dalam dua tahapan yaitu pengukuran gradien temperatur dan pengukuran
konduktivitas termal. Terjadinya variasi aliran panas akibat lingkungan sekitar dipengaruhi
oleh variabilitas air dalam, sedimentasi dan erosi, pembentukan kalor di dalam sedimen serta
topografi dan variasi ketebalan sedimen
4.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih aktif lagi dalam mencari sendiri informasi mengenai
aliran panas pada dasar laut. Karena materi ini berkaitan dengan laut sehingga akan sangat
sulit untuk menerapkannya secara langsung, sehingga mahasiswa hendaknya dapat lebih
banyak lagi menggali informasi mengenai materi ini.