Tugas Geofisika

24
Pemetaan Geologi Setempat Kegiatan ini merupakan pengamatan dan pengukuran langsung yang dilakukan di lapangan. Pemetaan Geologi Setempat ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi lokal daerah penelitian dengan melakukan pengukuran kedudukan lapisan batuan (strike / dip), melihat tingkat ketebalan soil dan pelapukan yang terjadi di daerah ini, serta memperhatikan kondisi struktur local (struktur mikro) maupun struktur geologi regional yang mengontrol daerah ini. Kondisi Geologi lokal tetap mengacu pada kondisi geologi regional yang dijelaskan pada Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Bone Bagian Barat, Sulawesi dengan skala 1 : 250.000, yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Kondisi geologi regional dan geologi lokal (setempat) daerah penelitian sangat menentukan dalam hal melihat potensi dan menghitung cadangan batubara yang ada daerah tersebut. Adapun metode pemetaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Penelusuran daerah-daerah yang memungkinkan didapat singkapan batuan, khususnya singkapan lapisan batubara,

description

oke

Transcript of Tugas Geofisika

Pemetaan Geologi Setempat Kegiatan ini merupakan pengamatan dan pengukuran langsung yang dilakukan di lapangan. Pemetaan Geologi Setempat ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi lokal daerah penelitian dengan melakukan pengukuran kedudukan lapisan batuan (strike / dip), melihat tingkat ketebalan soil dan pelapukan yang terjadi di daerah ini, serta memperhatikan kondisi struktur local (struktur mikro) maupun struktur geologi regional yang mengontrol daerah ini. Kondisi Geologi lokal tetap mengacu pada kondisi geologi regional yang dijelaskan pada Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Bone Bagian Barat, Sulawesi dengan skala 1 : 250.000, yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Kondisi geologi regional dan geologi lokal (setempat) daerah penelitian sangat menentukan dalam hal melihat potensi dan menghitung cadangan batubara yang ada daerah tersebut. Adapun metode pemetaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Penelusuran daerah-daerah yang memungkinkan didapat singkapan batuan, khususnya singkapan lapisan batubara, misalnya di lokasi sungai, jalan, lereng, lembah atau puncak -puncak bukit. Pengeplotan posisi singkapan di atas peta dasar yang berupa peta topografi berskala 1 : 25.000 sebagai hasil perbesaran peta topografi skala 1 : 50.000. Pendeskripsian terhadap unsur-unsur geologi, khususnya litologi yang berkaitan dengan lapisan penutup dan pembawa batubara serta lapisan batubara itu sendiri. Analisis kondisi bawah permukaan berdasarkan hubungan seluruh singkapan geologi (kedudukan batuan: strike/dip) dan pengaruh struktur geologi serta akan dinasabahkan dengan pemodelan dan penampang vertikal hasil pengukuran geolistrik resistivity.Pelaksanaan Pengukuran Geolistrik ResistivityPengukuran Geolistrik Resistivity yang dilakukan dalam penelitian di daerah ini menggunakan metode pengambilan data secara Schlumberger dengan ketentuan sebagai berikut: Pengukuran data lapangan diambil dengan system sounding sebanyak 7 titik duga (titik GL.14 sampai dengan titik GL.20), dengan panjang bentangan kabel (2 x 150 meter). Dari 7 titik sounding geolistrik, kemudian dibuat menjadi 6 penampang korelasi dari titik-titik sounding tersebut sepanjang lokasi yang mempunyai potensi lapisan batubara. Hasil perhitungan dan analisis software res2dinv kemudian dinasabahkan dengan data geologi lokal dan regional daerah penelitian, sehingga akurasi ketebalan dan keterdapatan lapisan batubara akurat.Pengolahan data hasil perhitungan pengukuran geolistrik resistivity : Data yang diperoleh dari pengukuran berupa harga besar arus (I) dan beda potensial (V) titik pengamatan. Harga resistivitas semu dihitung dari faktor konfigurasi pengukuran dan perbandingan harga beda potensial (V) dan kuat arus (I) pengukuran. Harga resistivitas semu yang telah didapatkan dari perhitungan lapangan dipetakan terhadap kedalaman semu, kemudian dimasukkan ke dala m program SURFER untuk melakukan konturing sehingga diperoleh penampang harga resistivitas semu terhadap semua kedalaman semu untuk setiap lintasan pengukuran di titik geolistrik tersebut. Penampang resisitivitas semu di atas digunakan untuk menginterpolasi data resisitivitas semu ideal dengan asumsi bahwa perlapisan bawah permukaan antar titik pengukuran saling berhubungan. Hasil interpolasi dijadikan input untuk memasukkan data ke dalam program RES2DINV untuk melakukan pemodelan lapisan resistivitas tanah bawah permukaan dengan bantuan komputer. Pemodelan resistivitas bawah permukaan dilakukan dengan menggunakan inversi metode sehingga untuk setiap lintasan akan diperoleh penampang model perlapisan resistivitas listrik bawah permukaan, dengan menentukan nilai resistivity lapisan batubara berdasarkan hasil pengukuran nilai resisitivity di atas lapisan batubara tersebut di lapangan. Penampang ini ditafsirkan untuk memprediksi kondisi nilai resistivity pada masing-masing lapisan, sehingga diperoleh gambaran kondisi lapisan batubara bawah permukaan di sepanjang lintasan pengukuran berdasarkan nilai resisitivity lapisan batubara yang sudah ditentukan dan hasil penasabahan data geologi lokal dan regional daerah penelitian. Setelah itu ditentukan kedalaman dan ketebalan lapisan batubara yang terekam dalam penampang lintasan pengukuran geolistrik resistivity di daerah tersebut.

Analisis Potensi dan Cadangan Batubara Berdasarkan hasil pemetaan geologi setempat yang mengacu pada kondisi geologi regional serta berdasarkan hasil pengukuran geolistrik resisitivity, maka langkah untuk menentukan potensi dan cadangan batubara di daerah penelitian adalah sebagai berikut: Mengukur kedudukan lapisan batuan (Strike/dip), khususnya lapisan batubara pada saat pemetaan geologi setempat yang mengacu pada kondisi geologi regional, sehingga penyebaran lapisan batubara dapat ditentukan arah dan perkiraan kedalamannya. Memperhatikan kondisi geologi struktur secara lokal dan regional yang mengontrol daerah penelitian, khusunya lapisan batubara, sehingga bias memprediksi kedalaman dan ketebalan lapisan batubara di daerah penelitian. Hasil pengukuran Geolistrik Resistivity yang sudah dinasabahkan dengan data geologi lokal dan regional akan menampilkan dalam bentuk penampang resistivity kondisi potensi lapisan batubara yang bias didapatkan di daerah penelitian. Menentukan kedalaman dan ketebalan lapisan batubara di daerah penelitian serta arah pelamparannya dalam menentukan luas dan persentase keterdapatan lapisan batubara untuk menghitung jumlah cadangan batubara yang terdapat di lokasi penelitian.Tabel 1. Hasil Pengukuran Tahanan Jenis Batubara di dalam Lempung dengan Konfigurasi Schlumberger

Batubara ditanam pada kedalaman 10 cm di bawah permukaan lempung (Azhar, 2001)Gambar 1. Lokasi Penelitian Potensi dan Cadangan Batubara di Daerah Massenrengpulu, Bone.Singkapan Batubara di Daerah MassenrengpuluSecara umum Daerah Desa Massenrengpulu Kecamatan Lamuru merupakan daerah yang memiliki banyak potensi bahan galian, diantaranya adalah batubara yang menjadi lokasi Penelitian di daerah ini, yang meliputi pemetaan geologi setempat dan pengukuran geolistrik resistivity pada lokasi pedataran bergelombang, alur-alur sungai kecil, punggungan perbukitan yang dijadikan sebagai lintasan geologi untuk mengamati litologi pada batuan yang tersingkap khususnya batubara. Lokasi-lokasi yang dijadikan lintasan pemetaan geologi setempat dan pengukuran geolistrik resistivity adalah di alur-alur lembah bukit, tepi jalan dan aliran sungai-sungai kecil yang menyebar di Daerah penelitian, khususnya pada daerah yang mempunyai singkapan batubara.Batubara di Daerah Massenrengpulu ini berdasarkan pengamatan pada singkapan di lapangan dan hasil deskripsi sampel batubara yang tersingkap menunjukkam ciri fisik batuan berdasarkan ciri stratigrafi adalah merupakan sisipan dalam batulempung karbonatan yang merupakan bagian dari Formasi Mallawa (Tem).Lokasi singkapan batubara yang terdapat di sekitar lokasi penelitian sebanyak 4 titik singkapan yang tersebar di daerah sekitar Desa Massenrengpulu, yang meliputi 2 titik singkapan di Desa Tenripakkua, 1 titik singkapan di Desa Patukku dan 1 titik singkapan di lokasi focus penelitian yaitu Desa Massenrengpulu. Keberadaan batubara tersebut secara umum dijumpai pada alur sungai-sungai kecil yang terdapat pada ketiga lokasi desa tersebut. Selain dialur-alur sungai, juga dijumpai pada di lereng bukit yang terkupas di Desa Tenripakkua. Sebaran batubara di Daerah Massenrengpulu melampar relatif barat laut tenggara, dengan kemiringan lapisan batubara sekitar antara 13 22 atau relatif melampar. Dengan adanya indikasi dan singkapan batubara di daerah tersebut maka kegiatan penelitian batubara dengan metode geolistrik resistivity difokuskan pada lokasi tersebut yaitu di Daerah Desa Massenrengpulu Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Potensi Batubara di Daerah Massenrengpulu Berdasarkan pengamatan singkapan di Daerah Massenrengpulu, yang terdapat di daerah penelitian memperlihatkan kedudukan jurus lapisan (strike/dip) batuan yang relatif melampar barat laut tenggara dan kemiringannya relatif melampar antara 15- 23. Lokasi titik singkapan batubara berada di alur sungai dan tebing sungai yang bagian atasnya sebelah kiri dan sebelah kanannya merupakan areal persawahan. Sebaran titik pendugaan dan lintasan pengukuran geolistrik resistivity di sekitar titik singkapan batubara yaitu meliputi titik pengukuran GL 15, GL 16, GL 17, GL 18, GL 19 dan titik pengukuran GL 20. Lokasi titik pendugaan dan pengukuran Geolistrik di daerah ini relatif di berada di sebelah utara singkapan barubara karena orientasi penyebaran batubara relatif berarah ke barat laut tenggara dengan kemiringan yang relatif melampar sehingga diharapkan pada topografi yang lebih rendah di sebelah utara lapisan penutup/over burden lebih tipis dan keberadaan batubara lebih dangkal. Titik pendugaan dan pengukuran geolistrik resistivity yang berada di sekitar singkapan batubara Daerah Massenrengpulu di wakili oleh titik pengukuran GL 14. Ketebalan lapisan batubara yang ditemukan di lokasi pengukuran ini agak tipis hanya berkisar antara 0,56 1,76 meter. Ciri-ciri batubara di lokasi ini berwarna kusam kehitaman, melapuk dan bayak pecah-pecah dengan pecahannya menyudut, sebagian konkoidal, mengandung oksida besi dan belerang.Pengukuran Geolistrik Resistivity di Daerah MassenrengpuluPelaksanaan pengukuran geolistrik resistivity di daerah Masserengpulu dilakukan sebanyak 7 titik sounding dengan menghasilkan 6 buah penampang resistivity yang disebar pada lokasi daerah singkapan batubara, sekitar lokasi singkapan dan daerah yang diperkirakan masih mempunyai potensi lapisan batubara.Hasil penampang resistivity berdasarkan pengolahan software Res2dinv dan penasabahan data geologi di daerah penelitian menghasilkan gambaran potensi lapisan batubara di daerah Massenrengpulu yang secara umum dapat dijelaskan secara detail untuk tiap lintasan pengukuran sebagai berikut.a. Lintasan 1 pada titik GL.14Titik GL.14 yang menghasilkan lintasan 1 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 3), lapisan batubara berada pada kedalaman antara 7.5 10 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan ketebalan rata-rata sekitar 2.5 meter yang tidak menerus tetapi diperkirakan terdapat hanya secara setempat-setempat.

Gambar 3 Penampang Lintasan 1 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-14 di Daerah MassenrengpuluTabel 2. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 1 titik GL.14

b. Lintasan 2 pada titik GL.15Titik GL.15 yang menghasilkan lintasan 2 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 4), lapisan batubara berada pada kedalaman antara 9.5 11 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan ketebalan rata-rata sekitar 2.5 meter yang tidak menerus tetapi diperkirakan terdapat secara setempat-setempat.

Gambar 4. Penampang Lintasan 2 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-15 di Daerah Massenrengpulu.Tabel 3. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 2 titik GL.15

c. Lintasan 3 pada titik GL.16Titik GL.16 yang menghasilkan lintasan 3 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh varia warna (Gambar 5), lapisan batubara berada pada kedalaman antara 5 6 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan ketebalan rata-rata sekitar 1 meter yang tidak menerus tetapi diperkirakan terdapat hanya secara setempat-setempat.

Gambar 5. Penampang Lintasan 3 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-16 di Daerah Massenrengpulu.Tabel 4. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 3 Titik GL. 16

d. Lintasan 4 pada titik GL.17Titik GL.17 yang menghasilkan lintasan 4 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 6), lapisan batubara berada pada kedalaman antara 22.5 meter dan 1215.5 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan kedalaman sekitar 7 meter di bawah lokasi pengukuran.

Gambar 6. Penampang Lintasan 4 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-17 di Daerah Massenrengpulu.Tabel 5. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 4 Titik GL.17

e. Lintasan 5 pada titik GL.18 dan titik GL.19Titik GL.18 dan Titik GL.19 yang menghasilkan lintasan 5 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh warna biru, biru muda, dan coklat-merah hingga ungu (lihat penampang Gambar 7), lapisan batubara berada pada kedalaman antara 13.5 15 meter di bawah permukaan (warna hitam) dengan ketebalan rata-rata sekitar 1.5 meter.

Gambar 7. Penampang Lintasan 5 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-18 dan GL.19 yang berada di Daerah Massenrengpulu.Tabel 6. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 5 Titik pengukuran Geolistrik GL.18 dan GL.19

f. Lintasan 6 pada titik GL.20Titik GL.20 yang menghasilkan lintasan 6 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitasbawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 8), tidak kelihatan adanya indikasi lapisan batubara. Tetapi pada kondisi kedalaman 10.5 13.5 meter di bawah permukaan terindikasi ada lapisan batulempung yang bagian bawahnya terindikasi terintrusi batuan andesit.

Gambar 8. Penampang Lintasan 6 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-20 berada di Daerah Massenrengpulu.Tabel 7. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 6 Titik GL.20

Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik resistivity dan penasabahan data geologi terlihat bahwa variasi nilai tahanan jenis batubara di Daerah Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru tergolong bernilai resistivitas rendah, yaitu berkisar antara ; 10 20 ohm.m, sehingga dapat digolongkan kedalam jenis Bituminus pada posisi hampir sejajar terhadap bidang perlapisan (Azhar, 2001). Namun pada lokasi topografi yang agak tinggi, maka nilai resistivitas batubara menjadi 30 75 ohm.m, hal ini dipengaruhi oleh saturasi air permukaan yang dapat mengakibatkan menurunnya nilai tahanan jenis (resistivitas semu) lapisan batuan, mengingat pada saat dilakukannya pengukuran daerah penelitian yang berada di areal persawahan yang sementara berisi air.Untuk mendapatkan hasil korelasi yang baik antara pengukuran geolistrik resistivity dan penasabahan data geologi dengan kondisi sebenarnya lapisan batubara di Daerah Massenrengpulu ini, maka perlu dilakukan kegiatan uji test pit (sumur uji, kedalaman terbatas) atau pengeboran (bisa mencapai kedalaman 20 meter) di beberapa titik dengan mengacu pada hasil pola penampang nilai resistivitas batubara dan pola kedudukan batuan yang memiliki jurus relatif baratlaut tenggara dengan sudut kemiringan batuan yang relatif landai berkisar antara 7 18 derajat. Pada beberapa lokasi yang mengalami struktur, kondisi kedudukan batuan berubah secara drastis terutama kemiringannya yang kadang mendekati tegak (vertikal) sekitar 80.Cadangan Batubara di Daerah MassenrengpuluLapisan batubara di Daerah Massenrengpulu ini ada dua lapisan yang dijumpai pada 2 titik, yaitu GL.14 dan GL.17, sedangkan yang satu lapisan terekam pada titik GL.15, GL.16, GL.18 dan GL.19. Dari hasil penasabahan data geologi menunjukkan bahwa secara umum daerah Massenrengpulu mempunyai 2 (dua) lapisan batubara, dimana lapisan pertama berada pada kedalaman 1,5 2,5 meter dengan ketebalan antara 0,5 1,0 meter. Lapisan kedua berada pada kedalaman 7,5 15.5 meter dengan ketebalan 1,0 2,0 meter. Berdasarkan hasil pemetaan geologi setempat diketahui luas areal pelamparan yang mempunyai sisipan lapaisan batubara sekitar 120 Ha dengan persentasi areal yang mengandung lapisan sekitar 15%. Ketebalan rata-rata lapisan batubara di Daerah ini dari total dua lapisan hanya sekitar 2,5 meter, dan berat jenis batubara itu sendiri adalah sebesar 1,3 ton/m3. Berdasarkan data luas penyebaran batubara (120 Ha x 15%) di kali dengan ketebalan rata-rata lapisan batubara (2,5 meter) serta berat jenis batubara, maka jumlah cadangan batubara di Daerah Massenrengpulu hanya sekitar 0,585 juta ton dengan kualitas secara pengamatan makro berupa bituminous.SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian Geolistrik Resistivity dan pemetaan geologi setempat di Daerah Massenrengpulu Kabupaten Bone, secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: Lapisan batubara yang terindikasi di Daerah Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone terdapat sebagai sisipan di batulempung pada Formasi Mallawa dengan ketebalan yang bervariasi. Singkapan batubara di Daerah Massenrengpulu kedudukan relatif barat laut tenggara dan kemiringannya 5 - 23, ketebalan agak tipis antara 0,56 1,76 meter, ciri-ciri batubara di lokasi ini berwarna kusam kehitaman, melapuk dan banyak pecah-pecah dengan pecahannya menyudut, sebagian konkoidal, mengandung oksida besi. Hasil pengukuran geolistrik resistivity dan penasabahan dengan data geologi dari 7 titik lokasi survei terindikasi ada penyebaran batubara pada titik GL.15, GL.16, GL.17, GL.18, dan titik GL.19, sedangkan pengukuran titik GL.14 dilakukan di atas lokasi singkapan batubara. Lapisan batubara di daerah ini secara umum 2 (dua) lapisan yaitu terdapat pada kedalaman 1,5 2,5 meter dan kedalaman sekitar 7.5 15 meter dengan tebal rata-rata total lapisan batubara sekitar 2,5 meter yang kondisi keterdapatannya setempat-setempat (lensa-lensa) dan sebagian terpotong oleh struktur geologi. Luas daerah penyebaran lapisan batubara di Daerah Massenrengpulu 120 Ha dengan persentasi sebaran sekitar 15%, dengan kualitas batubara berupa bituminous dan jumlah cadangan batubara di daerah ini sekitar 0,585 juta ton dengan.