Tugas Gabung Prof Mungin

34
BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Pendekatan Person Center Pendekatan nondirective Rogers berfokus pada refleksi dan mengklarifikasi temuan masing-masing klien. Rogers percaya bahwa melalui hubungan menerima klien mampu memperoleh peningkatan wawasan mereka dan kemudian mengambil tidakan konstruktif (membangun) berdasarkan pemahaman diri mereka yang baru. Tahun 1950 , Rogers mengembangkan dan menyempurnakan hipotesis untuk psikoterapi dan prinsip-prinsip ini kemudian diterapkan pada kelompok. Rogers mengembangkan teori sistematis kepribadian dan diterapkan dalam konseling individu yang disebut self teori , Rogers mengubah self teori menjadi pendekatan perpusat pada klien (person Center). Pendekatan Person Center adalahKonseling yang Berpusat pada Klien, pendekatan ini menitikberatkan kemampuan dan tanggungjawab klien untuk mengenali cara mengidentifikasikan dan cara menghadapi realitas secara lebih akurat.Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia, la memandang manusia tersosialisasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam (Gerald Corey, 2010:92). Manusia dapat membangun dirinya sendiri serta dapat

Transcript of Tugas Gabung Prof Mungin

Page 1: Tugas Gabung Prof Mungin

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pendekatan Person Center

Pendekatan nondirective Rogers berfokus pada refleksi dan

mengklarifikasi temuan masing-masing klien. Rogers percaya bahwa melalui

hubungan menerima klien mampu memperoleh peningkatan wawasan mereka dan

kemudian mengambil tidakan konstruktif (membangun) berdasarkan pemahaman

diri mereka yang baru. Tahun 1950 , Rogers mengembangkan dan

menyempurnakan hipotesis untuk psikoterapi dan prinsip-prinsip ini kemudian

diterapkan pada kelompok. Rogers mengembangkan teori sistematis kepribadian

dan diterapkan dalam konseling individu yang disebut self teori , Rogers

mengubah self teori menjadi pendekatan perpusat pada klien (person Center).

Pendekatan Person Center adalahKonseling yang Berpusat pada Klien,

pendekatan ini menitikberatkan kemampuan dan tanggungjawab klien untuk

mengenali cara mengidentifikasikan dan cara menghadapi realitas secara lebih

akurat.Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia, la

memandang manusia tersosialisasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk

berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam

(Gerald Corey, 2010:92). Manusia dapat membangun dirinya sendiri serta dapat

bekerja sama dengan orang lain. Tidak perlu ada pengendalian terhadap agresifitas

yang dimiliki manusia Pandangan tentang manusia yang positif ini memiliki

implikasi-implikasi yang berarti bagi praktik terapi client-centered.Berkat

pandangan filosfis bahwa individu memiliki kesanggupan yang inheren untuk

menjauhi maladjustment menuju keadaan psikologis yang sehat, terapis

meletakkan tanggung jawab utamanya bagi proses terapi pada klien (Gerald

Corey, 2010:92). Pendekatan client-centered menekankan bahwa manusia adalah

makhluk yang kreatif dan aktif sehingga dia mampu mengambil keputusan terbaik

bagi dirinya sendiri.

Pendekatan client-centered menitikberatkan kemampuan dan tanggung jawab

klien untuk mengenali cara pengidentifikasian dan cara menghadapi realitas

Page 2: Tugas Gabung Prof Mungin

secara lebih akurat. Semakin baik klien mengenali dirinya, semakin besar

kemampuan mereka mengidentifikasi perilaku yang paling tepat untuk

dirinya (Gibson & Mitchell, 2011:213)

B. Konsep Konseling Kelompok Person Center

1. Kepercayaan Dalam Proses Kelompok

Rogers (1986) menjelaskan bahwa pendekatan person center bertumpu pada

kepercayaan manusia untuk menyadari potensi diri manusia tersebut.Terapi

person center didasarkan pada rasa kepercayaan yang mendalam dalam

kemampuan kelompok untuk mengembangkan potensi diri agar dapat

berkembang lebih baik.Dinamika kelompok dapat tercipta dalam konseling

kelompok Person Center dimana setian anggota kelompok harus dapat

mengembangkan penerimaan dan kepercayaan di dalam kelompok, anggota

dapat menunjukkan aspek-aspek dari diri mereka sendiri biasanya anggota

menyembuyikan perilaku asli dan pindah ke perilaku barunya. Sebagai

contoh :

a. Anggota bermain peran untuk mengekspresikan diri lebih langsung

b. Anggota bergerak dari yang relative tertutup untuk pengalaman menjadi

terbuka

c. Anggota yang kurang percaya diri menjadi lebih terbuka dan ekspresif

dengan orang lain

Anggota mulai merasakan bahwa dengan berada di dalam kelompok mereka

adalah bagian dari kelompok dan bersedia untuk berpartisipasi dalam proses

kelompok

2. Kondisi Terapeutik Untuk Pertumbuhan

Inti dari proses terapeutik adalah hubungan yang dibangun antara konselor

dan klien. pentingnya sikap klien dalam konseling ditekankan kondisi

terapeutik meneliti sikap dari konselor sebagai variabel dalam hubungan dan

bagaimana hubungan itu digunakan untuk membantu klien. Hubungan itu

penting dalam konseling dan psikoterapi karena merupakan media utama

untuk memunculkan perasaan dan penanganan permasalahan yang bertujuan

mengubah perilaku klien.Dengan demikian, kualitas hubungan tidak hanya

Page 3: Tugas Gabung Prof Mungin

menentukan perubahan pada diri klien, tetapi juga meyakinkan klien untuk

melanjutkan konseling atau tidak.

Dalam hubungan konseling ada klien yang tidak bersedia melakukan

hubungan interpersonal yang efektif.Tugas dari para psikoterapis adalah

menciptakan hubungan yang baik dengan klien, sehingga antara keduanya

merasa nyaman.

3. Genuineness

Genuineness/Murni, adalah orang yang merasa nyaman dengan dirinya

sendiri (“at home”) sehingga dapat menjadi dirinya sendiri dalam setiap

interaksi. Ini berarti mereka tidak perlu berubah ketika bersama dengan orang

lain yang berbeda.Pemimpin kelompok dan anggota kelompok seharusnya

memiliki sikap genuineness yakni murni, asli menjadi diri sendiri tidak

menjadi orang lain (topeng) saat melakukan kegiatan kelompok.

4. Penerimaan Positif dan Tanpa Syarat

Penerimaan dan penghargaan dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah

apabila ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive

regard) dalam terapi.

5. Empati

Empati adalah respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres

emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan

keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan

masalah, dan mengambil perspektif orang lain

6. Rintangan Terhadap Efektivitas Terapi

Hambatan yang terjadi didalam konseling kelompok akan mempengaruhi

efektivitas terapi, misalnya anggota resisten terhadap kelompok.

C. Tahapan Konseling Kelompok Person Center

1. Karakteristik Kelompok

Memahami karakteristik kelompok merupakan tahapan yang utama

dalam Konseling kelompok Person Center.. Karakteristik kelompok

Page 4: Tugas Gabung Prof Mungin

meliputi keadaan psikis dan fisik anggota kelompok..Kegiatan ini

dilakukan agar pemimpin mampu memahami masing-masing karakter

karakteristik masing-masing kelomok sehingga pemimpin kelompok

dapat mengarahkan konseling kelompok dengan benar dan tujuan akhir

konseling kelompok dapat tercapai yakni masing-masing anggota

memiliki pengetahuan dan wawasan baru.

2. Keberlangsungan Proses Kelompok

a. Berkeliaran

Pemimpin kelompok dan anggota kelompok sering mengalami

kebingungan dan frustasi di awal pelaksanaan konseling kelompok.

b. Resistensi

Perlawanan terhadap usaha mengubah hal yang tidak disadari

menjadi hal yang disadari serta mobilisasi fungsi-fungsi

penindasan (represif) dan perlindungan (protektif) ego.

Sumber resistensi: internal (kekhawatiran pertumbuhan dan

ketidakmauan untuk mendiri), eksternal (akibat dari teknik yang

digunakan kurang tepat, kurangnya persiapan yang semestinya),

campuran (kelelahan, penyakit, kelelahan mental, hambatan bahas

asing, psikosis. Fungsi Positif resistensi: memberikan indikasi

kemajuan wawancara secara umum dan menjadi landasan bagi

perumusan diagnose dan prognosa dan petunjuk mengenai struktur

defensive klien yang menimbulkan, atau sebagai informasi bagi

konselor bahwa klien mau meneliti perasaan saat itu

c. Deskripsi perasaan masa lalu

Anggota kelompok masih ragu dan kurang percaya diri untuk

mengungkapkan pengalaman hidupnya dimasa lalu, anggota

kelompok merasa takut apabila rahasianya akan dibeberkan oleh

Page 5: Tugas Gabung Prof Mungin

anggota kelompok yang lain, sehingga anggota kelompok masih

bersikap resisten di dalam kegiatan konseling kelompok.

d. Ekspresi perasaan negative

Sebagian anggota kelompok menggunakan ekspresi perasaan

negative sebagai bentuk kritik dan keraguan kepada pemimpin

kelompok.Ekspresi perasaan negative misalnya dengan

mengacuhkan pimpinan kelompok, memainkan tangannya saat

pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan dan sebagainya.

e. Ekspresi dan eksplorasi pribadi

Apabila ekpresi perasaan negatef sebagai reaksi negative yang

diterima oleh kelompok, maka iklim kepercayaan terhadap anggota

kelompok akan muncul dan sebaliknya.

f. Ekspresi langsung dalam kelompok

Anggota kelompok cenderung melakukan ekspresi langsung

perasaan interpersonal di dalam kelompok, ini sebagai cara anggota

mengekspresikan perasaan di dalam kelompok.

g. Pengembangan penyembuhan dalam kelompok

Tujuan bimbingan kelompok salah satunya yakni kuratif

penyembuhan, artinya bahwa dari konseling kelompok diharapkan

anggota yang memiliki masalah dapat disembuhkan atau

mengurangi masalahnya yang ada di dalam kelompok.

h. Penerimaan

Anggota kelompok menerima pendapat, argument ,ide dari

masing-masing anggota kelompok secara utuh dan pemimpin

kelompok menerima masing-masing anggota secara utuh artinya

bahea pemimpin kelompok menerima keadaan anggota secara

keseluruhan baik karakteristiknya dan pendapatnya di dalam

kelompok.

i. Umpan Balik

Dalam proses menerima umpan balik, pemimpin harus dapat

mengelola dinamika kelompok sehingga anggota kelompok dapat

Page 6: Tugas Gabung Prof Mungin

interaktif di dalam proses kelompok. Pemimpin kelompok harus

dapat mengontrol anggota kelompok, misalnya anggota yang

introvert diberi kesempatan untuk menggungkapkan pendapatnya

sedangkan anggota yang ekstrovet lebih dapat menekan agar tidak

menampakkan ekspresi yang berlebihan.

j. Konfrontasi

Konfrontasi yaitu teknik yang menantang konseli untuk melihat

adanya inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau

bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan

kepedihan, dan sebagainya.

k. Membantu Hubungan di luar sesi grup

Melakukan tindak lanjut setelah bimbingan kelompok baik itu

dilanjutkan dengan konseling individu.

l. Ekspresi Perasaan Kedekatan

Ekspresi perasaan kedekatan sebagai bentuk ekspresi anggota

kelompok bahwa anggota sudah memasuki dinamika

kelompok.Dinamika kelompok sudah terwujud didalam kelompok.

m. Perilaku Perubahan Dalam Kelompok

Anggota mengalami perubahan peningkatan dalam

mengekspresikan perasaan dan perilaku dari yang semula negative

menjadi positive. Mereka cenderung bertindak secara terbuka

3. Beberapa Capaian Pengalaman Kelompok

a. Anggota menjadi lebih terbuka dan jujur

b. Anggota mampu memahami dan menerima diri dan anggota lain

c. Anggota lebih bisa menghargai diri sendiri dan anggota lain.

d. Anggota lebih percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya.

e. Anggota lebih kreatif karena mereka bersedia untuk menerima

keunikan masing-masing anggota.

f. Anggota menjadi lebih empatik dengan anggota lain

Page 7: Tugas Gabung Prof Mungin
Page 8: Tugas Gabung Prof Mungin

PENDEKATAN GESTALT UNTUK KONSELING KELOMPOK

LATAR BELAKANG PENDEKATAN GESTALT

KONSEP-KONSEP DASAR PENDEKATAN GESTALT

PROSEDUR KONSELING KELOMPOK BERDASARKAN

PENDEKATAN GESTALT (bu Us)

TEKNIK-TEKNIK KONSELING KELOMPOK

Terapi Gestalt menawarkan beragam intervensi yang didesain untuk mengintensif

apa yang anggota kelompok alami pada moment sekarang dengan tujuan untuk

meningkatkan kesadaran.

Melnick dan Nervis (2005) menyatakan bahwa metodologi Gestal

mengkombinasikan adat ketimuran berfokus pada kesadaran dan menyatu dalam

here dan now dengan kebaratan yang menekankan pada tindakan dan perilaku.

Gestalt mendorong pengalaman langsung dan tindakan dibanding pengungkapan

perasaan, konflik dan permasalahan. Dan untuk melaksanakan hal tersebut,

Gestalt menggunakan eksperimen yang perlu disesuaikan dengan masing-masing

individu dalam kelompok dengan aturan waktu, serta mewaspadai konteks yang

menawarkan kesimbangan antara dukungan dan resiko.

Peran Eksperimen (The Role of Experiments)

Sebelum membahas bagaimana peran eksperimen, perlu dipahami terlebih

dahulu penggunaan terminologi teknik dan ekperimen dalam pedekatan

terapi Gestalt.

Teknik merupakan latihan-latihan atau prosedur-prosedur yang

sering digunakan untuk membawa sebuah tindakan atau interaksi, kadang-

kadang ditentukan pencapaian dalam pikiran. Sedangkan eksperimen

didasarkan pada phenomenologikal, yang mengembangkan apa yang

muncul didalam diri anggota atau yang anggota alami di masa sekarang, dan

pencapaiannya tidak diketahui. Dalam eksperimen kelompok Gestalt,

anggota diundang untuk mencoba beberapa perilaku baru dan

memperhatikan apa yang mereka alami. Eksperimen tumbuh dalam

Page 9: Tugas Gabung Prof Mungin

hubungan terapi dan menyediakan konteks yang aman bagi anggota untuk

meningkatkan kesadaran mereka dan mencoba pemikiran dan perilaku

dengan cara yang baru.

Perlu pula dibedakan antara latiahn kelompok (group exercises)

dan eksperimen kelompok (group experiments). Pemimpin menyiapkan

latihan kelompok (group exercises) sebelum pertemuan kelompok. Anggota

mungkin diminta untuk mengambil bagian dan berbicara, atau sebuah

katalis yang mungkin bisa dikenalkan pada kelompok untuk menyediakan

fokus yang spesifik untuk bekerja selama sesi kelompok.

Sebaliknya, eksperimen kelompok (group experiments) adalah

kejadian yang diciptakan yang menumbuhkan pengalaman kelompok; yang

sebelumnya tidak dapat diketahui dan pencapainnya juga tidak dapat

diprediksi.

Tugas pemimpin kelompok dalam pelaksanaan group experiments

adalah mengobservasi apakah eksperiman yang muncul terlalu aman

ataukah terlalu beresiko. Eksperimen yang tersedia dalam terapi kelompok

Gestalt sangat beragam dan terapis bertugas untuk memilihkan mana yang

baik untuk klien, bersama dengan kesepatak klien.

Dikarenakan eksperimen yang dilakukan selama proses kelompok

memiliki tingkat safety hanya dalam situai kelompok, pemimpin kelompok

perlu memberikan pemahaman umum kepada anggota tentang peran

eksperimen dalam proses kelompok. Kalimat semacam : “mari kita lakukan

ini dan apakah ini cocok untukmu”, “cobalah ini dan kita lihat apa yang

akan kamu peroleh”, merupakan sikap eksperimental yang perlu dimiliki

oleh pemimpin kelompok. Pesan yang tersampaikan dari hal ini adalah

bahwa pemimpin kelompok tidak mencoba untuk membuktikan satu point

dan bahwa anggota bebas untuk mencoba sesuatu yang baru dan

menentukan untuk dirinya sendiri apakah ini bekerja untuknya.

Anggota kelompok juga perlu untuk mempersiapkan diri dalam

mengambil bagian pada eksperimen. Daripada mendorong mereka untuk

melakukan eksperimen, lebih baik berfokus pada penemuan sesuatu yang

Page 10: Tugas Gabung Prof Mungin

baru tentang diri mereka sendiri. Ini lebih esensial bahwa pemimpin

memulai dimana anggota kelompok berada. Dengan menggambar dukungan

di dalam anggota dan lingkungan kelompok, eksperimen dapat didesain

sehingga anggota dapat berpindah dalam upaya direction of becoming

daripada sekedar spontanitas.

Memberi perhatian pada Bahasa (Paying Attention to Language)

Pola bicara kita seringkali merupakan ekspresi perasaan, pikiran dan sikap

kita; dengan mengfokuskan pada kebiasaan berbicara, kita dapat

meningkatkan self-awareness kita (Passons, 1975; dalam Corey, 2010:304).

Terapi Gestalt memberikan perhatian pada bagaimana seseorang

berbicara dalam menggambarkan kepribadiannya. Hal ini mensyaratkan

pemimpin kelompok untuk memiliki ketrampilan dalam memperhatikan

pola bicara anggota kelompok, untuk kemudian diciptakan eksperimen apa

yang akan dilakukan oleh anggota untuk mengubah pola tersebut dan

meningkatkan kesadaran terhadap diri.

It. Penggunaan kata “it” berarti bahwa kita membuat jarak terhadap

pengalaman kita sendiri. Kalimat “Ini adalah hal yang menakutkan

bergabung dalam kelompok”, diubah dengan kalimat “Saya takut bergabung

dalam kelompok”. Penggunaan kata “Saya atau I” merupakan cara

pengasumsian tanggungjawab terhadap apa yang kita katakan.

You. Partisipan kelompok seringkali mengatakan “Kamu terluka

ketika seseorang menolakmu”. Penggunaan kata “You” atau “kamu”

membuat orang melepaskan diri mereka sendiri dari apapun yang mereka

rasakan. Kata “You” digantikan dengan kata “I” menyatakan pada diri kita

bahwa kita bertanggungjawab atas apa yang kita katakan, dan kata “you”

cenderung menempatkan yang lainnya pada defensive (pertahanan) dan

mengijinkan kita memungkiri pengalaman kita sendiri.

Questions/ pertanyaan. Dalam kelompok Gestalt, anggota

diminimalkan untuk mengajukan atau menggunakan pertanyaan. Pertanyaan

mengarahkan perhatian pada orang laian dan menjadi defens untuk dirinya

sendiri. Dan lagi dengan pertanyaan akan mengalihkan intrograsi terhadap

Page 11: Tugas Gabung Prof Mungin

dirinya. Ada beberapa cara bereksperimen untuk membantu anggota yang

cenderung bertanya, misalnya : (1) dibanding membuat pertanyaan,

membuat statemen langsung terhadap personal dan membagikan motivasi

diri terhadap pertanyaan anggota; (2) hindari kata tanya “mengapa” karena

akan menciptakan serangkaian “mengapa/karena” selanjutnya. Gunakan

“bagaimana” dan “apa”; (3) Mempraktikkan membuat statement “Saya”.

Dengan begitu, anggota akan bertanggungjawab atas posisi, opini dan

preference anggota.

Penilai dan Penyangkal. Pengunaan kalimat “Saya sering kali

merasa tertekan, tetapi saya tidak tahu apa yang dapat saya lakukan untuk

mengubah situasi”, menandakan bahwa anggota kelompok cenderung

menilai sendiri statement yang dkatakan. Kata “tetapi” memberikan diskon

atas kalimat yang mendahuluinya. Dengan memberikan perhatian pada

penggunakan kata “tetapi” dan menilai pernyataan apa yang dikatakan dapat

meningkatakn kesadaran mereka bagaimana mereka menguasai kekuatan

pesan mereka.

Statemen “can’t”/ tidak bisa. Kata “saya tidak bisa”

mengisyaratkan “saya tidak mau”. Artinya, bahwa seseorang tidak ingin

mengambil resiko dari apa yang tidak ingin ia lakukan. Pemimpin kelompok

secara konsisten dan lembut mendampingi anggota mengganti kata “saya

tidak bisa” menjadi “saya tidak ingin” untuk membantu dirinya sendiri dan

menerima kekuatan mereka untuk bertanggungjawab terhadap

keputusannya.

“Seharusnya” dan “Sebaiknya”. Menggunakan kata “seharusnya”

atau “sebaiknya” adalah tak terbatas pada kehidupan seseorang. Menyadari

seberapa sering kita menggunakan kalimat ini akan membawa awareness

terhadap apa yang dirasakan oleh anggota dan ketidakberdayaannya yang

menyertai penggunaan kata itu. Anggota dapat diarahkan untuk mengubah

kalimat tersebut dengan kata “Saya memilih untuk ...” dalam rangka

menyadari keterbatasan yang ia miliki.

Page 12: Tugas Gabung Prof Mungin

Bahasa Nonverbal (Nonverbal Language)

Ketrampilan yang perlu dimiliki konselor kelompok Gestalt tidak hanya

pada level komunikasi verbal, bahkan, makna pesan tersembunyi dari kata,

yang mana ditunjukkan pada voice tone, pitch, dan volume, kecepatan

menyampaikan dan lain sebagainya.

Seting kelompok menawarkan banyak peluang mengeksplorasi

makna pesan nonverbal. Beberapa eksplorasi dapat digunakan apabila

partisipan menunjukkan kebiasaan nonverbal yang tidak kongruen dengan

apa yang disampaikannya secara verbal. Pemimpin kelompok dapat

meminta anggota untuk berkeliling dari satu anggota ke anggota yang lain

dan menanyakan makna dari pesan nonverbal yang disampaikan oleh

tubuhnya.

Terapis yang kreatif dapat menawarkan banyak eksperimen yang

didesain untuk membantu partisipan menjadi meningkat secara

kesadarannya terhadap apa yang sedang mereka komunikasikan melalui

mata mereka, pola tubuh tertentu, gesture, nada suara, pergerakan tangan,

sama baiknya dengan keseluruhan badannya. Pemimpin kelompok perlu

menghindari melakukan interpretasi terhadap gesture atau pergerakan para

partisipan, karena beberapa budaya memiliki makna yang berbeda terhadap

beberapa gesture tubuh. Misalnya kontak mata langsung, dapat bermakna

sikap menentang untuk budaya tertentu, dapat pula menjadi sikap

memperhatikan oleh budaya lainnya.

Eksperimen dengan Dialog Internal (Experiments With Internal Dialogues)

Karena terapi Gestalt bertujuan untuk mencapai fungsi integral dan

penerimaan aspek kepribadian seseorang yang telah dipungkiri dan ditolak,

terapis memberikan perhatian untuk memisahkan dan polaritas dalam

fungsi-fungsi kepribadian. Dialog fantasi bermakna untuk mempromisikan

kesadaran internal memisah dan eventual integrasi kepribadian. Dialog ini

dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya dialog antara sisi yang

berkebalikan (seperti feminim dan maskulin, cinta dan kebencian, aktif dan

Page 13: Tugas Gabung Prof Mungin

pasif, berani dan takut), atau dialog dengan orang tua atau seseorang yang

signifikan, membayangkan yang lain atau obyek mati.

Eksperimen dialog merupakan metode kuat dalam menghubungkan

bagian-bagian alami dari kita yang telah bekerja keras menjaga rahasia

diantara diri kita sendiri dengan yang lain. Mencoba berbicara dengan sisi

maskulin dan feminim adalah salah satu cara untuk membawa ke

permukaan konflik terdalam yang bisa jadi kita memiliki polaritas.

Eksperimen dialog juga dilakukan untuk menyadari introyeksi dan proyeksi

yang dilakukan oleh seseorang.

Berkeliling (Making Arrounds)

Metode berkeliling dapat digunakan untuk membantu anggota kelompok

mengenali ketakutan yang tersembunyi. Anggota didorong untuk berkeliling

ke masing-masing anggota kelompok dan mengatakan sesuatu yang tidak

bisa ia katakan secara verbal. Pada anggota satu, anggota yang bersangkutan

mengungkapkan sebuah kalimat, kemudian berpindah pada anggota lain,

dan mengungkapkan satu kalimat yang berbeda tentang ketakutannya pada

sesuatu hal dan diujung ditambahi kalimat yang sama, misalnya “tapi saya

bisa melakukan hal itu sendiri” yang digunakan untuk menguatkan dirinya

dan menyadari ketakutan. Kemudian anggota tersebut yang akan

memutuskan, apakah ia akan bertahan pada ketakutannya atau melakukan

perubahan untuk menjadi individu yang independen.

Pendekatan Fantasi (Fantasy Approaches)

Eksperimen denagn fantasi yang beragam situasi dalam kelompok dapat

mengarahkan pada pertumbuhan yang signifikan. Fantasi dapat mendorong

persona awareness dalam sejumlah cara, sebagai berikut :

1. Fantasi dapat digunakan ketika anggota merasa terlalu terancam untuk

menghadapi permasalahan dalam terminologi yang kongkrit. Misal,

seseorang yang tidak asertif dapat membayangkan situasi dimana ia bisa

Page 14: Tugas Gabung Prof Mungin

bersikap asertif.Danmereka membandingkan rasanya berada pada posisi

tidak asertif dan posisi asertif.

2. Fantasi berguna dalam menghadapi ekspektasi negatif, yang seringkali

dihasilkan dalam sense of paralysis. Misal, seseorang yang takut

mengekspresikan apa yang meraka pikirkan dan rasakan kepada

seseorang dapat dibimbing melalui situasi fantasi diaman mereka dapat

mengatakan apapun yang mereka inginkan tapi tidak bisa diekspresikan.

3. Fantasi adalah cara yang berguna dan aman untuk mengeksplorasi

ketakutan anggota tentang keterlibatnnya dalam kelompok. Misal,

ketakutan anggota ditolak oleh kelompok, dapat diarahkan untuk

membayangkan bahwa kelompok menolak mereka semua, dan

kemudian mereka bekerja bersama asosiasi perasaan mereka dengan

fantasi.

Latihan berulang-ulang (Rehearsal)

Dengan melakukan partisipasi dalam rehearsal (latihan), mereka dapat

menyuarakan apa yang mereka pikir secara diam. Teknik ini secara spesial

dapat berguna ketika secara nyata anggota kelompok melakukan blocking

dan censoring dan ketika mereka mengatakan seperti secara hati-hati diukur

untuk efek yang nyata. Teknik ini perlu disesuaikan dengan waktu yang

tepat dan melihat situasi dimana anggota kuat untuk melakukan dalam

beberapa cara. Dalam kelompok Gestalt, partisipan membagikan

pengalaman latihan mereka satu dengan yang lain, menjadi lebih sadar

bahwa banyak yang harus dipersiapkan mereka untuk performansinya di

peran sosial.

Teknik Pernyataan yang dilebih-lebihkan (The Exaggeration Technique)

Teknik ini mengarahkan anggota menjadi sadar atas signal dan klue yang

ditunjukkan oleh bahasa tubuh. Anggota kelompok diminta untuk

mengulangi perilaku secara intensif yang bertujuan untuk membawa keluar

kesadaran emosional menuju kesadaran. Pergerakan, postur, dan gestur

Page 15: Tugas Gabung Prof Mungin

dinyatakan secara berlebih-lebih sehingga makna yang dikomunikasikan

menjadi lebih jelas. Dengan menyatakan berlebih-lebih pergerakan atau

gestur secara berulang, seseorang mengalami perasaan yang berkaitan

dengan perilaku lebih intensif dan menjadi lebih sadar makan terdalam dari

perilakunya. Misalnya, jika pemimpin kelompok memberi catatan bahwa

anggota kelompok yang sering kali menganggukkan kepalanya dalam cara

menyetujui apa yang dikatakan orang lain, pemimpin dapat meminta

anggota kelompok untuk melakukan pencatatan atau menuliskan kata

denagn tindakannya sewaktu ia menganggukkan kepalanya.

Mimpi dalam Kelompok (Dream Work In Group)

Mimpi dalam pendekatan Gestalt tidak diinterpretasi dan dianalisis sebagai

perwujudakan masa lalu yang menghalangi perkembangan seseorang.

Mimpi digunakan sebagai titik awal anggota kelompok melakukan atau

mewujudkan mimpi tersebut pada saat sekarang.

Anggota kelompok diminta untuk mengidentifikasi dan

menarasikan mimpi mereka dengan perspektif subyektifnya. Anggota

kelompok diminta untuk mentransformasikan elemen kunci dari mimpinya

dalam dialog dan menjadikan bagian-bagian dari mimpi. Bersama anggota

kelompok lainnya, mimpi ini dapat dimainkan ulang. Dengan membuat

daftar detail dari mimpi, berkaitan dengan masing-masing person yang ada

dalam mimpi, kejadiaan, perasaan/mood- dan mengakyingkan ulang

masing-masing bagian mimpi secara penuh sebisa mungkin dapat

meningkatkan kesadaran seseorang pada sisi sebaliknya dan dalam range

perasaan seseorang. Pecahan-pecahan mimp ini akan memunginkan

terjadinya konflik, namun mengantarkan naggota kelompok pada asimilasi

dan integrasi.

Identifikasi tone perasaan bisa menjadi kunci dalam menemukan

makna mimpi. Bekerja dengan mimpi Gestalt style, pemimpi dapat

difokuskan pada pertanyaan : apa yang saya lakukan d dalam mimpi?, apa

yang saya rasakan? Apa yang saya inginkan dalam mimpi? Apa hubungan

Page 16: Tugas Gabung Prof Mungin

saya dengan yang lain, obyek dan orang-orang didalam mimpi? Tindakan

apa yang akan saya abil sekarang? Dan apa yang diceritakan mimpi tentang

diri saya?

Pemeranan ulang dari mimipi salah satu anggota dapat menjadi

pendekatan yang dapat menyatukan dan menghubungkan pekerjaan satu

anggota degan yang lain. Bekerja denagn mimpi juga dapat menjadi sebuah

kesepakatan besar dalam mendealkan unfinished bussiness dengan anggota

kelompok yang lain.

PERANAN KONSELOR DALAM KONSELING KELOMPOK

Konselor sebagai pemimpin kelompok dalam pendekatan terapi Gestalt berperan

dalam mendorong pencapaian kesadaran para anggota kelompok dan

menperhatikan gaya mereka berhubungan (contact style). Pemimpin kelompok

mengambil peranan aktif dalam menciptakan eksperimen untuk membantu

anggota menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Pemimpin kelompok

berfokus pada kesadaran, contact dan eksperimen.

Model proses terapis terhadap penggunaan interaksi dengan mendekatkan

kesadaran dan pengalaman mereka. Pemimpin kelompok secara aktif melibatkan

diri dengan anggota kelompok dan bisa menggunakan self-disclosure sebagai cara

untuk membangun hubungan dan menciptakan sense of mutuality di dalam

kelompok. Pemimpin kelompok dapat membagikan pengalaman mereka dalam

kelompok tanpa banyak memperlihatkan dirinya sendiri diluar kelompok. Dengan

mengungkapakan reaksi personel yang dirasakan oleh pemimpin kelompok,

termasuk bagaimana mereka dipengaruhi oleh apa yang mereka dengar dan

observasi, secara khusus ini akan berguna.

Fungsi konselor sebagai pemimpin kelompok adalah (1) menciptakan

sebuah atmosper dan struktur diman kelompok itu sendiri secara kreatif dan

intensif dapat menyatu; Terapis Gestalt berasumsi bahwa peran aktifnya sebagai

pemimpin kelompok dengan memperkaryakan rentangan luasnya intervensi dan

pengalama akan membantu anggota membangun kesadaran dan pengalaman

internal mereka dan konflik eksternal secara penuh. Terapis Gestalt menggunakan

Page 17: Tugas Gabung Prof Mungin

dukungan hubungan terapeutik dan metode aktif untukmembantu anggota

menemukan bagaimana meraka memblock kesadaran dan personal function

mereka. Terapis Gestalt secara intensif mengundang anggota kelompok untuk

terlibat dalam eksperimen yang mengarahkan mereka pada pengalaman emosional

lebih fresh, dan insight baru.

Dan fungsi konselor sebagai pemimpin kelompok terapi Gestalt adalah

(2) sebagai guide dan catalys, yang mengarahkan eksperimen, dan membagi

observasi, yang merupakan dasar dari kerja eksplorasi yang dilakukan oleh klien.

Peran aktif untuk menciptakan sebuah klimaks dimana klien akan cukup bebas

untuk mencoba cara baru dalam menjadi (being) dan berperilaku.

Terapis yang kreatif memiliki latar belakang personal yang kaya,

membuka dirinya sendiri untuk merentangkan pengalaman kehidupannya dan

menjadi mampu merayakan kehidupannya dengan penuh (Zinker, 1978, 2008,

dalam Corey, 2012:299). Pendeknya, mereka mampu menggunakan dirinya

sendiri sama baiknya dengan mereka berfungsi sebagai terapis. Terapis yang

kreatif juga memiliki kapasitas yang pasti, kemmapuan dan ketrmapilan teknik.

Keluar dari bakat eksperimental, mereka menggunakan diri mereka sendiri,

anggota kelompok yang lain, dan objek serta kejadian dalam lingkungan

kelompok dalam pelayanan menemukan/ menciptakan sebuah misi bagi anggota

kelompok.

Dalam hubungan antara pemimpin kelompok dan anggotanya,

mensyaratkan pemimpin kelompok untuk memiliki latar belakang yang kuat.

Ketika pemimpin kelompok secara penuh terlibat dalam dunia anggota kelompok,

ini memungkinkan pemimpin kelompok menjadi larut dan kehilangan insightnya

sendiri. Hal ini yang perlu diwaspadai oleh pemimpin kelompok. Klien/anggota

kelompok akan menjadi autentik jika mereka berhadapan atau berhubungan

dengan terapis yang autentik pula. Terapis kontemporer menempatkan

peningkatan penekanan pada faktor berikut : kehadiran, dialog autentik,

kelembutan (gentleness), self-expression yang lebih dari terapis serta mengurangi

penggunaan stereotip latihan, kepercayaan yang besar terhadap pengalaman klien

dan minat yang penuh dalam menggunakan proses kelompok Gestalt.

Page 18: Tugas Gabung Prof Mungin

Eksperimen yang sebenarnya akan tercipta dari hubungan kepercayaan

yang pemimpin ciptakan. Pendekatan ini melibatkan ekperimental yang genuine

dan mengijinkan kesepatakan yang besar terhadap kreativitas pada bagian

pemimpin kelompok dan anggotanya. Praktik Gestalt lebih menekankan pada

relasi antara terapis dan klien dibanding teknik dipisahkan dari konteks encounter

ini.

Kritik Terhadap Pendekatan Gestalt Dalam Konseling Kelompok Di Sekolah

Kontribusi dan Kekuatan dari Pendekatan Gestalt

Pada dasarnya, Perls menggunakan pendekatan Gestalt in untuk diterapkan

pada individu, tetapi penerapan Gestalt terapi dilakukan dalam bentuk

kelompok tahun-tahun terakhir. Hasil surveyyang dilakuakan oleh Feder dan

Frew’s (2006) menunjukkan bahwa para terapis pendekatan Gestalt percaya

dengan sangat pada pendekatan ini bekerja dalam kelompok, dengan

aplikasi populer paling banyak dalam psikoterapi, pelatihan dan supervisi

grup.

Cain (2002, dalam Corey, 2012:316) mengindentifikasi kontribusi

paling signifikan pendekatan Gestalt :

a. Pentingnya kontak dengan diri sendiri, orang lain , dan lingkungan

b. Peran sentral hubungan otentik dan dialog dalam terapi

c. Penekanan pada area teori, fenomenologi, dan kesadaran

d. Fokus terapi pada saat ini, pengalaman here and now klien

e. Penggunaan kreatif dan spontan dari percobaan aktif sebagai jalur masuk

menuju eksperensial pembelajaran.

Salah satu kekuatan dari pendekatan ini adalah menekankan pada

integritas teori, praktik dan penelitian. Strumpfel dan Goldman (2002)

mencatat bahwa proses dan pencapaian studi memberikan kemajuan pada

teori dan praktik pada pendelatan Gestalt ini. Strumpfel dan Goldman

merangkumkan sejumlah penemuan berdasarkan pecapaian penelitian :

Page 19: Tugas Gabung Prof Mungin

1. Terapi Gestalt menunjukkan kesejajaran / equal atau keuntungan yang

lebih besar dibanding terapi-terapi lain untuk beragam gangguan

psikologis

2. Terapi Gestalt memiliki dmapak yang menguntungkan untuk orang

dengan gangguan kepribadian, permasalahan psikosomatis, dan kecandua

obat-obat kimia

3. Efek dari terapi Gestalt cenderung stabil dalam studi follow up 1 hingga

3 tahun setelah pemberian treatmen.

Terapi Gestalt adalah model yang humanis, eksistensial dan

holistik yang membawa prespektif kreatif dan segar untuk dipraktikkan

pada kelompok. Corey menemukan bahwa tema eksperimen dari

pendekatan Gestalt sangan kuat dan seringkali mengarahkan ekspesi emosi

dan mengekspresikan ulang perasaan yang sudah berlalu. Misalnya pada

teknik psikodramatis, metode present-centered (berfokus pada masa

sekarang) Gestalt untuk melakukan pengulangan terhadap pengalaman

hidup membawa vitalitas antara pekerjaan individu dan partisipan dalam

kelompok.

Tema lain dari terapi Gestalt yang juga memberi kontribusi dalam

praktik kelompok yaitu berpust pada tubuh, yang posture, pergerakan dan

pengalaman terkait body dapat digabungkan dalam praktik terapi Gestalt.

Apa yang terjadi pada tubuh (bodily experience) anggota kelompok

memberika banyak clue terhadap area yang anggota hindari, dan juga

menawarkan pada individu dalam melakukan kontak dengan kecemasan

yang dihadapinya. Apabila terapis memberitahu makna dari gesture, postus

dan simpton yang ditunjukkanoleh tubuh maka anggota akan mampu

bertahan pada apa yang mereka alami dan secara bertahap menemukan

makna dari diri mereka.

Keterbatasan Pendekatan Gestalt

Intervensi Gestalt secara frekuensi mendatangkan perasaan

partisipan, hal ini cenderung membuat pemimpin kelompok lebih memberi

Page 20: Tugas Gabung Prof Mungin

perhatian pada perasaan dan kurang memberikan perhatian pada faktor

kognisi. Membantu partisipan dalam menemukan makna terdalam dari

pengalaman emosionalnya merpakan faktor yang signifikan dalam

memproduksi perubahan kepribadian yang akan ditekankan dalam

kelompok. Versi terkini dari pendekatan terapi Gestalt juga memberikan

perhatian pada faktor kognisi dan menyatukan dimensi perasaan dan kognisi

terhadap pemngalaman manusia. Dan terapi Gestalt kontemporer lebih

berfokus juga pada hubungan dan mengurangi teknik yang digunakan.

Terapis Gestalt disyaratkan untuk memiliki karakteristik yang

disebutkan oleh Zinker (1978), yaitu sensitivity, timing, inventiveness,

emphaty, dan respect terhadap klien, yang itu semua membuat terapis untuk

aktif. Keaktifan konselor ini justru dapat menjadi boomerang, khususnya

dalam menentukan eksperimen apa yang akan dilakukan oleh klien. Klien

akan cemderung melakukan eksperimen sesuai dengan ide atau asumsi yang

disampaikan terapis dibandingkan eksperimen yang mestinya klien pilih dan

digagas sendiri. Sehingga, hal ini harus menjadi perhatian bahwa

eksperimen yang akan dilakukan oleh klien merupakan ciptaan dari

pemimpin kelompok dan anggotanya.

Dengan pendekatan yang berdampak kuat pada anggotanya, bisa

jadi konstruktif dan bisa jadi destruktif, etis dalam berpraktis mensyaratkan

pelatihan dan supervisi terhadap pemimpin kelompok. Keterbatasan paling

kuat dari terapi Gestalt adalah pada kemampuan, pengetahun, pelatihan dan

penilain terhadap terapis. Yontef (1995) mengatakan bahwa terapis yang

kurang dilatih seringkali yang menggunakan teknik tanpa mengetaui tujuan

dari terapi, yang berpusat pada pengalaman klien, dan pada alternatif

metode apa yang pas. Beberapa terpis yang mengasumsikan gaya

mempesona, memungkinkan penyalahgunaan kekuatan. Pemimpin

kelompok yang tampil mempesona terhadap anggota lebih tertarik pada apa

yang mereka mau daripada apa yang anggota mau dari diri pemimpin.

Dalam jangkauan gaya mempesona ini, pemimpin kelompok kurang

Page 21: Tugas Gabung Prof Mungin

memperhatikan pemahaman dan respect mereka terhadap pengalaman

anggota lalu mereka membuat sesuatu terjadi (Frew, 1992).

Terapis yang tidak layak menggunakan kekuatan intervensi untuk

mengaduk emosi dan membuka permasalahan yang anggota jaga dari

kesadaran penuh, hanya untuk melepaskan anggota suatu kali mereka

memanage katarsis dramatis. Beberapa pemimpin gagal membantu anggota

bekerja melalui apa yang mereka alami dan membawa beberapa penutupan

terhadap hal itu. Ini sangat penting bagi pemimpin untuk mampu tampil

secara psikologis ketika anggota mengekspresikan emosinya. Jika pemimpin

teranca denagn emosi decara intensif, mereka mungkin melepaskan anggota

yang mengalami emosi. Pemimpin perlu belajar memanage eksprei perasaan

dengan kuat.

Juga sangat mudah melihat miss-aplikasi terapi Gstalt yang

menempatkan terapis pada posisi untuk menyembunyikan respon

personalnya dan melupakan tentang tema hubungan I/Thou, khususnya

pemimpin kelompok yang mengadopsi gaya mempesona. Melalui

penggunaan teknik konfrontasi, tanpa pemahaman yang jelas tentang teori

Gestalt, pemimpin dapat membuat lebih banyak kerusakan daripada

kebaikan. Ini sangat esensial untuk praktisioner Gestalt mempelajari

bagaimana mengintervensi dalam aturan/norma bahwa respect terhadap

keengganan klien dan kurangnya dukungan internal dan lingkungan untuk

melakukan perubahan yang lebih. Perpaduan dukungan dan ajakan untuk

resiko pada cara yang panjang dalam membuat jenis hubungan yang

memampukan klien mengeksplorasi tegangan universal – Saya ingin

berubah versus Saya ingin bertahan pada jalan yang sama.

Pemimpin kelompok Gestalt yang secara benar mengintegrasi

pendekatan terapi mereka menjadi cukup sensistif dalam mempraktikan

dalam cara yang fleksibel, Mereka memiliki kesolidan pelatihan dalam teori

dan praktik Gestalt, yang mengijinkan mereka mendesain eksperimen yang

akan memperdalam pekerjaan anggota. Kesensitifan untuk bertahan pada

kontak/hubungan dengan anggota mengalir terhadap pengalaman

Page 22: Tugas Gabung Prof Mungin

memerlukan kemampuan untuk fokus pada person dan tidak bergantung

pada penggunaan teknik untuk mendapatkan dampak yang pasti.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2012. Theory and Practice Of Group Counseling : Eight Edition.

USA ; Brooks/Cole