TUGAS FARMAsdsdsdsdsSI KLINIK

9
TUGAS FARMASI KLINIK Disusun oleh : 1.Beni Pahala 1041011022 2. Gelis Rifana 1041211070 3. Ifa Hentic R. 1041211076 4. Indah Hari U. 1041211080 5. Laela Agustina 1041211089 6. Laurencia Maylina S. 1041211090 7. Lia Prasisca 1041211092 SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

description

sdsdsdsdsds

Transcript of TUGAS FARMAsdsdsdsdsSI KLINIK

TUGAS FARMASI KLINIK

Disusun oleh :1. Beni Pahala10410110222. Gelis Rifana 10412110703. Ifa Hentic R. 10412110764. Indah Hari U. 10412110805. Laela Agustina10412110896. Laurencia Maylina S.10412110907. Lia Prasisca1041211092

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG2014

KASUS dan PENANGANANNYA

A.Uraian KasusSeorang pasien Ny. W (65 thn) dibawa kerumah sakit karena pingsan. Ny.W didiagnosa Diabetes Mellitus sejak 10 tahun yg lalu dan sering mengeluh penglihatannya kabur, sering lapar, gemetar karena dingin. Ny. W memeriksakan kadar gula darahnya 3 hari yang lalu dengan hasil puasa: 250 mg/dL, hasil setelah Plasma Puasa: 350 mg/dL. Riwayat pengobatan : Ny.W tidak bersedia diterapi dengan insulin dan selama 3 hari ini obat yang digunakan adalah glucovance 500/5 (3x1), asetosal 80 (1x1).Pemeriksaan fisik : Umum : Fisik baik, gisi cukup, penglihatan kabur, gemetar karena dingin Tanda vital : BB 74 kg, TB 158 cm, BP 110/90, RR 20x/menit, suhu 36oC Hasil pemeriksaan darah : KGD 300 mg/dL, keton total 30 mEq/L, pH darah 6,9 dan HCO3 12 mEq/L serta osmolaritas 350 mOsm.Daftar Problem :

B.Penyelesaian KasusPenatalaksanaan terapi pada kasus diatas dilakukan dengan menggunakan metode SOAP(Subyective, Obyective, Assesment dan Plan) uaraiannya adalah sebagai berikut: SubyectiveNama: Ny. WUmur : 65 tahunJenis Kelamin : PerempuanKeluhan : Penglihatan kabur, sering lapar, gemetar, dan keringat dingin ObyectiveData-data klinis pasien tersaji pada tabel berikut ini :TB/BB: 158 cm/74 kg, BP 110/90, RR 20x/menit, suhu 36oC

Kadar gula darah puasa: 250 mg/dL, Plasma Puasa: 350 mg/dLPemeriksaanData PasienData NormalKeterangan

Kadar Gula Darah300 mg/dL140 mg/dlMeningkat

Keton30 mEq/L5 mEq/LMeningkat

pH darah6,97,35-7,45Meningkat

HCO312 mEq/L24 mEq/LMenurun

Osmolaritas350 mOsm280-300 mOsm/KgMeningkat

AssesmentNy. W terdiagnosa mengalami Diabetes Melitus tipe 2 dengan riwayat pengobatan Glucovance 500/5 (3x1) dan Asetosal 80 (1x1). Pada kasus ini diagnosa sudah tepat dilihat dari hasil pemeriksaan diatas. Dari keluhan yang diberikan terlihat jika pasien sudah mengalami komplikasi hipoglikemia yang seharusnya langsung mendapatkan glukosa secara peroral dan juga terjadi Drug Related Problem (DRP) dengan kejadian Compliance yaitu ketidakpatuhan pasien yang tidak ingin menerima atau menggunakan injeksi insulin. Diperlukan adanya pemeriksaan lebih lanjut yakni pemeriksaan HbA1C untuk mengetahui apakah Ny. G benar-benar membutuhkan insulin, jika setelah dilakukan pemeriksaan diketahui bahwa kadar HbA1C >7% maka dengan riwayat pengobatan tersebut dideteksi adanya problem yakni pemilihan obat yang tidak tepat/salah obat karena penderita menerima obat tetapi bukan yang paling efektif untuk indikasi yang diobati karena seharusnya Ny. G mendapatkan terapi kombinasi antara Metformin (Glucovance) dan Insulin. Selain itu pasien perlu melakukan tes kolesterolnya (LDL) karena jika dilihat dari tinggi badan dan berat-badannya, pasien bisa saja mengalami kegemukan (obesitas) dan melakukan tes tekanan darah untuk mengetahui apakah ada komplikasi CVD (Cardiac Vascular Disease). Penggunaan asetosal disini sudah tepat mengingat pasien sudah berumur 65 tahun yang resiko CVD, hipertensi, dislipidemia atau albuminemia yang memungkinkan terjadinya komplikasi makrovaskular.

PlanKetika pasien sering merasa lapar, untuk mencegah supaya tidak pingsan bisa diberikan minuman yang manis (mengandung gula) karena saat itu kadar gula darah bisa sampai drop. Problem 1 : Ketoasidosis Diabetik harus dilakukan terapi: Terapi cairanInfuse NaCl 0,9 %: Infuse IV 20 ml dalam 1 jam sampai syok teratasi, selanjutnya diberikan secara perlahan dalam 36-48 jam berdasarkan derajat dehidrasi. Jika terjadi hipernatremia lama resusitasi cairan diberikan selama 72 jam. Apabila kadar gula darah sudah turun mencapai 7,3, gula darah 15 mEq/q/L) ditambahkan hingga 0,1 u/kg/jam. Jika sudah stabil asupan per oral secara metabolik maka insulin bisa dihentikan dengan cara sebelum insulin dihentikan dosis insulin ditambah :Untuk makan ringan : dosis insulin digandakan 2x selama makan-30 menit setelah selesai.Untuk makan berat : dosis insulin digandakan 3x selama makan-60 menit setelah selesai.Kemudian dilanjutkan dengan insulin regular secara subkutan dengan dosis 0,5-1 U/kgBB/hari dibagi 4 dosis atau untuk pasien lama dapat digunakan dosis sebelumnya. Obat Antidiabetik OralObat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati (hepar) dengan menurunkan produksi glukosa hati dimana diketahui jika Diabetes tipe 2 ditandai dengan produksi glukosa hati yang berlebihan sehingga produksi glukosa hati dapat ditekan dan kadar gula darah menurun. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan diabetes dengan gambaran hiperglikemia pada saat puasa. Koreksi elektrolitPada hipernatremia gunakan cairan NaCl 0,45%Kalium diberikan sejak awal resusitasi cairan kecuali pada anuria. Dosis K=5 mEq/kg/jam.

Terapi Non Farmakologi : Menghindari makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, seperti daging, produk susu full cream, kuning telur, mentega. Diet, membatasi konsumsi makanan yang mengandung tinggi gula dan karbohidrat, seperti permen, minuman bersoda, coklat. Sebagai alternative gunakan minuman (susu) yang diformulasikan khusus untuk penderita Diabetes Mellitus. Mempertahankan berat badan yang sehat karena kelebihan berat badan (merupakan faktor risiko untuk diabetes). Menghindari stress fisik dan mental. Berolahraga secara rutin, seperti jogging minimal 3x seminggu selama kurang lebih jam. Cukup istirahat dan tidur. Memeriksakan kesehatan mata secara teratur, untuk mengetahui perkembangan retinopati diabetik dengan angiografi flouresein fundus (FFA) atau dengan virectomy. Bisa juga menggunakan pengobatan laser. Puasa jika keadaan cairan belum stabil secara metabolik (pH > 7,3, gula darah 15 mEq/q/L)

MONITORING DAN RENCANA TINDAK LANJUT (FOLLOW UP) Monitoring secara ketat terhadap kadar gula darah pasien setelah diterapi dengan insulin jika kadar gula darah telah normal kembali maka terapi dapat diganti dengan antidiabetik oral, seperti golongan thiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon), karena pasien merupakan penderita DM tipeII yang tidak memerlukan terapi insulin seumur hidup dan obat golongan ini dapat meningkatkan sensitifitas reseptor untuk mensintesis insulin. Dan diterapi sesuai dengan algoritma pengobatan DM tipe 2 tanpa disertai dekompensasi. Monitoring juga perlu dilakukan terhadap kadar gula darah pasien dengan pemeriksaan HbA1c dimana jenis pemeriksaan ini dapat mendeteksi kadar glukosa darah selama tiga bulan yang lalu sehingga hasil pemeriksaan ini dapat dijadikan patokan untuk pengendalian kadar gula darah yang baik selama tiga bulan. Monitoring terhadap data-data klinis pasien (KGD, keton, HCO3, PH darah. Dan Osmolaritas).KIE (Konsultasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien) Memberikan informasi tentang obat baik mengenai nama obat, dosis, aturan pakai, dan cara pengguanaan obat. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai cara pengguanaan insulin yang tepat dan mengenai dosis insulin yang harus diinjeksikan karena jika berlebihan akan menyebabkan hipoglikemia. Memberikan informasi kepada pasien, dimana diabetes cenderung mengalami kondisi dimana kadar gula darah terlalu rendah (hipoglikemia) akibat penggunaan insulin atau karena kurang makan. Kondisi ini dapat membuat pasien merasa gemetar, pusing, berkeringan dingin, lapar, sakit kepala,kulit pucat, emosi labil, sulit memusatkan perhatian, binggung atau rasa kesemutan disekeliling mulut. Memberikan informasi, instruksi, dan peringatan kepada pasien dan keluarganya tentang efek terapi dan efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan. Memberikan informasi kepada pasien untuk senantiasa mengimbangi terapi farmakologi dengan terapi non farmakologi untuk menunjang proses pemulihan. Memberikan informasi kepada pasien dimana jika diabetes semakin memburuk selama terapi, maka anjurkan pasien untuk control kembali ke dokter.