Tugas Ekonomi Teknik Analisa Keuangan Usaha Abon Ikan

download Tugas Ekonomi Teknik Analisa Keuangan Usaha Abon Ikan

of 83

description

EKONOMI TEKNIK

Transcript of Tugas Ekonomi Teknik Analisa Keuangan Usaha Abon Ikan

SISTEM INFORMASI TERPADU

PENGEMBANGAN

USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)

ABON SAPIDisusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Ekonomi Teknik

Semester VI (Enam)

Dosen Pengampu :

Ir. Mohammad Hefni

Disusun Oleh:

Kelompok II

No.NamaNIM

1.Ahmad Rois NawawiD4 112 1625

2.Den SuryanaD4 112 1628

3.Dian NurajizahD4 112 1629

4.Febian TuwageD4 112 1630

5.Hasan Basri ZulkhanD4 112 1632

6.Novi SulastriD4 112 16

7.Qurrota AyuniD4 112 1640

8.Rian Ahmad DarussalamD4 112 1642

9.Sumi MartianiD4 112 1644

10.Titi Septis HandayaniD4 112 1645

11.Yohani Dewi UtamiD4 112 16

TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

JEMBER

2015

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan(archipelagic state)terbesar di dunia. Sebagian besar wilayah Indonesia berupa perairan dengan luas wilayah laut mencapai 5,8 juta km dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Potensi perairan tersebut dapat menghasilkan 6,7 juta ton ikan per tahun. Produk Domestik Bruto (PDB) selama periode 2000-2003, sub sektor perikanan meningkat sebesar 26,04 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan PDB total yang sebesar 12,14 persen (DKP, 2004). Oleh sebab itu, perikanan merupakan sub sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam pembangunan di Indonesia.

Ikan sebagai komoditi utama di sub sektor perikanan merupakan salahsatu bahan pangan yang kaya protein. Manusia sangat memerlukan protein ikan karena selain mudah dicerna, pola asam amino protein ikan pun hampir sama dengan pola asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Di samping itu, kadar lemak ikan yang rendah sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.

Tabel 1.1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan

No.KomponenKadar (%)

1.Kandungan air76,00

2.Protein17,00

3.Lemak4,50

4.Mineral dan vitamin2,52-4,50

Sumber:http://www.ristek.go.id/Namun demikian, ikan merupakan komoditi yang cepat mengalami pembusukan (perishable food). Pembusukan disebabkan oleh enzim, baik dari ikan itu sendiri maupun mikroba dan proses ketengikan (rancidity). Kadar air ikan segar yang tinggi mempercepat proses perkembangbiakan mikroorganisme pembusuk yang terdapat di dalamnya. Daya tahan ikan segar yang tidak lama, menjadi kendala dalam usaha perluasan pemasaran hasil perikanan. Bahkan sering menimbulkan kerugian besar pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, sejak lama masyarakat berusaha melakukan berbagai macam proses pengolahan pascapanen ikan guna meminimalkan kendala tersebut.

Pada dasarnya proses pengolahan pascapanen ikan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daging ikan. Penurunan kadar air ini bisa menghambat perkembangbiakan mikroorganisme dalam daging ikan sehingga produk olahan ikan akan memiliki daya tahan lebih lama dibandingkan daging ikan segarnya. Terdapat bermacam-macam cara pengolahan pascapanen ikan, mulai dari cara tradisional sampai modern.

Salah diantara produk olahan ikan adalah abon ikan. Abon merupakan produk olahan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Dewan Standarisasi Nasional (1995) mendefinisikan abon sebagai suatu jenis makanan kering berbentuk khas yang terbuat dari daging yang direbus, disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres. Pembuatan abon menjadi alternatif pengolahan ikan dalam rangka penganekaragaman produk perikanan dan mengantisipasi melimpahnya tangkapan ikan di masa panen.

Abon ikan merupakan jenis makanan olahan ikan yang diberi bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang relatif lama1. Sementara menurut Karyono dan Wachid (1982), abon ikan adalah produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan, melalui kombinasi dari proses penggilingan, penggorengan, pengeringan dengan cara menggoreng, serta penambahan bahan pembantu dan bahan penyedap terhadap daging ikan. Seperti halnya produk abon yang terbuat dari daging ternak, abon ikan cocok pula dikonsumsi sebagai pelengkap makan roti ataupun sebagai lauk-pauk.

Proses pembuatan abon ikan relatif mudah sehingga bisa langsung dikerjakan oleh anggota keluarga sendiri. Peralatan yang dibutuhkan pun relatif sederhana sehingga untuk memulai usaha ini relatif tidak memerlukan biaya investasi yang besar. Oleh sebab itu, usaha pengolahan abon ikan ini bisa dilakukan dalam skala usaha kecil. Hal ini membuat usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan di banyak wilayah di Indonesia yang memiliki sumberdaya perikanan laut yang melimpah.

Upaya untuk mengembangkan usaha pengolahan abon ikan ini sejalan dengan upaya menumbuh-kembangkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Namun demikian, dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa perbankan masih kekurangan informasi mengenai kelayakan usaha dan pola pembiayaan yang cocok bagi usaha ini, maka menjadi kebutuhan mendesak untuk menyediakan informasi dalam bentuk pola pembiayaan(lending model)usaha kecil untuk usaha pengolahan abon ikan.BAB IIISI

1. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

Sejumlah wilayah di Indonesia yang telah mengembangkan agroindustri abon ikan adalah Jawa Barat (Sukabumi, Indramayu dan Ciamis), DKI Jakarta, Jawa Tengah (Semarang dan Cilacap), Bali (Jembrana), Kalimantan Tengah (Buntok dan Barito Selatan), dan Jambi (Tanjung Jabung Timur)2. Pada umunya, pola pengolahan abon ikan tersebut didominasi oleh pengolahan tradisional dan bersifat industri rumah tangga (sekitar 68%).

Salahsatu sentra usaha pengolahan abon ikan yang telah berkembang sejak awal dekade 1990-an adalah sentra usaha pengolahan abon ikan yang ada di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sampai saat ini, wilayah tersebut terdapat dua produsen abon ikan berskala kecil dengan penggunaan teknologi, semi-mekanis. Secara garis besar, peralatan yang digunakan relatif masih sederhana. Pemakaian peralatan semi-mekanis hanya untuk proses penggilingan, pemarutan dan pengepresan yaitu berupa : mesin giling, mesin parutan, dan mesin pengepres.Pada umumnya, unit-unit usaha abon ikan di sentra-sentra agroindustri sejenis memang berskala kecil dengan karakteristik yang hampir sama.

Produsen abon ikan di Cisolok Kabupaten Sukabumi di atas, berbentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan beranggotakan ibu-ibu rumahtangga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi unit usaha. Pendirian unit usaha abon ikan di wilayah ini diawali dengan pelaksanaan pelatihan pembuatan abon ikan pada tahun 1988 melalui Dinas Perindustrian Kabupaten Sukabumi. Perkembangan selanjutnya, kedua KUB tersebut dibina juga oleh sejumlah instansi di Kabupaten Sukabumi, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Kesehatan.

2. Aspek Keuangan

1. Pemilihan Pola Usaha

Unit usaha yang dianalisis adalah unit usaha abon ikan berskala kecil. Bentuk badan usaha perusahaan adalah perusahaan perseorangan. Perusahaan mengolah bahan baku ikan Marlin sebanyak 3.000 kg/bulan. Apabila proses produksi berjalan optimal, dari sejumlah bahan baku tersebut (dicampur dengan bahan-bahan pembantu), akan diperoleh produk abon ikan sebanyak 1.200 kg /bulan (rendemen 40 persen).

2. Asumsi

Pada analisis aspek keuangan digunakan asumsi-asumsi yang disesuaikan dengan kondisi pada saat survei lapangan di Cisolok Kabupaten Sukabumi (Bulan Agustus 2007), serta berdasarkan hasil perhitungan pada aspek-aspek sebelumnya. Asumsi-asumsi yang dijadikan dasar perhitungan tersebut terangkum dalam tabel.Tabel 2.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Abon ikanNoAsumsiJumlah/NilaiSatuanKeterangan

1Periode proyek5TahunPeriode 5 Tahun

2Jumlah hari kerja per bulan20Hari

3Jumlah bulan per tahun12Bulan

4Rata-rata skala produksi per hari

a. Rendemen Pengolahan ikan ke abon ikan40%

b. Produksi abon per hari60Kg

c. Bahan baku ikan per hari150Kg

5Komposisi pemasaran produk

a. Dijual di pabrik10%

b. Dijual ke pengecer lokal10%

c. Dijual kepada pedagang besar80%

6Komposisi jenis produk menurut kemasan

a. Kemasan 100 gram60%Dari Total Produksi

b. Kemasan 250 gram40%

7Harga jual produk di tingkat produsen70,000Rp/Kg

8Harga bahan baku ikan marlin18,000Rp/Kg

9Discount factor ( suku bunga )15%Tk Suku Bunga Kredit

3. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal KerjaBesarnya kebutuhan modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan abon ikan mempunyai siklus produksi (lama waktu yang diperlukan dari pembelian bahan baku sampai pembayaran terlama dari penjualan produk) kurang lebih selama 1,5 bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah :

Kebutuhan modal kerja= (siklus produksi/bulan kerja dalam setahun) xbiaya operasional selama 1 tahun

= (1/8) x Rp 937.870.500 = Rp 117.233.813,

Sumber dana untuk mencukupi kebutuhan modal kerja berasal dari dana pengusaha sendiri dan dari bank. Perincian jumlah dan sumber dana untuk usaha abon ikan disajikan dalam tabel 2.2 di bawah ini.Tabel 2.2Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

Sumber :Lampiran 4Jangka waktu kredit dari bank adalah 2 tahun tanpagrace period.Tingkat suku bunga kredit yang digunakan adalah sebesar 15% per tahun dengan sistem bunga menurun. Dengan demikian, jumlah angsuran pokok dan bunga kredit yang harus dibayar oleh pengusaha abon ikan pada setiap bulannya juga dapat dihitung.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasionala. Biaya InvestasiBiaya investasi untuk usaha abon ikan terdiri dari : biaya perizinan, sewa tanah dan bangunan, serta pembelian mesin/peralatan produksi dan peralatan pendukung lainnya. Jenis, nilai pembelian dan penyusutan dari masing-masing biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha pengolahan abon ikan disajikan pada Tabel 5.2 di bawah.

Tabel 2.3 Biaya Investasi Usaha Abon Ikan

Sumber :Lampiran 2Biaya perizinan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh surat-surat izin antara lain Surat Izin Usaha Pengolahan (SIUP), P-IRT dari Departemen Kesehatan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), badan hukum KUB, dan Sertifikat Halal. Masa berlaku masing-masing surat izin tersebut bervariasi. Total biaya perizinan yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 2.450.000,. Sewa tanah dan bangunan dilakukan untuk jangka waktu 5 tahun. Pada tahun-tahun tertentu juga dilakukan re-investasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah Rp 26.100.000,. Kebutuhan dana investasi ini dipenuhi dari dana sendiri dan kredit investasi dari lembaga keuangan formal seperti bank.Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah pembelian mesin/peralatan produksi serta sewa tanah dan bangunan yang mencapai 87% dari total biaya investasi. Sisanya adalah biaya investasi untuk pembelian peralatan pendukung dan pengurusan perizinan.

b. Biaya Operasional

Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen biaya variabel mencakup biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan pendukung, biaya tenaga kerja produksi, biaya makan tenaga kerja produksi dan biaya transportasi. Sementara itu, komponen biaya tetap terdiri dari biaya overhead pabrik (BOP) serta biaya administrasi dan umum.Total biaya operasional untuk satu tahun produksi adalah sebesar Rp 937.870.500,. Biaya bahan baku dan bahan pembantu menyerap 88 % dari total biaya operasional tersebut.Tabel 2.4 Biaya Operasional Usaha Abon Ikan per Tahun

Sumber :Lampiran 35. Perolehan MarginDalam analisis setiap investasi usaha, termasuk usaha pengolahan abon ikan, tentu terdapat ketidakpastian yang akan mempengaruhi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas harus dilakukan guna menguji seberapa sensitif usaha yang akan dilaksanakan terhadap perubahan jumlah dan harga-harga dari input dan output produksi. Dalam analisis sensitivitas ini digunakan 3 skenario, yaitu :

1. Skenario I

Pendapatan usaha mengalami penurunan sedangkan biaya investasi dan biaya operasional diasumsikan tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga abon ikan, jumlah permintaan yang menurun, ataupun jumlah produksi yang menurun.

2. Skenario II

Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi dan penerimaan usaha diasumsikan tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi akibat kenaikan harga input produksi, seperti bahan baku dan peralatan produksi.

3. Skenario III

Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II, yaitu : diasumsikan penerimaan usaha mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap.

6. Proyeksi Rugi Laba dan BEPTingkat keuntungan(profitability)dari usaha yang dilaksanakan merupakan bagian sangat penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel 5.7 di bawah menunjukkan keuntungan Proyeksi Rugi/Laba dan BEP dari Usaha Abon ikan.Perincian selengkapnya disajikan dalam Sumber :Lampiran 7dan8.

7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan ProyekBerdasarkan analisis arus kas, dilakukan perhitunganB/C ratioatauNet B/C,Net Present Value(NPV),Internal Rate of Return(IRR) danPay Back Period(PBP). Sebuah usaha berdasarkan kriteria investasi di atas dikatakan layak jikaB/C ratioatauNet B/C> 1, NPV > 0, dan IRR >discount factor.

3. Aspek Produksi

1. Lokasi Usaha

Tahap penting dalam memulai suatu usaha adalah pemilihan lokasi tempat usaha akan didirikan. Pertimbangan penetapan lokasi usaha didasarkan pada faktor kedekatan letak dari sumber bahan baku, akses pasar terhadap produk yang dihasilkan, ketersediaan tenaga kerja, air bersih, sarana transportasi dan telekomunikasi.Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya terdapat di daerah-daerah yang dekat kawasan-kawasan kerja pelabuhan perikanan, terutama Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kondisi tersebut akan mempermudah proses penyediaan bahan baku ikan, mengingat sifat ikan yang mudah rusak, serta bisa mengurangi biaya transportasi dalam penyediaan bahan baku.

2. Tenaga Kerja

Jenis teknologi yang digunakan dalam industri abon ikan umumnya sederhana dan sangat mudah penguasaannya. Oleh karena itu, industri ini tidak menuntut prasyarat tenaga kerja berpendidikan formal, tetapi lebih mengutamakan keterampilan khusus dalam pengolahan abon ikan. Kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi tersebut bisa dipenuhi oleh pria atau wanita yang telah mengikuti pelatihan dan/atau magang di unit usaha sejenis.

Pada skala usaha abon ikan yang disurvei, dengan kapasitas produksi 60 kg produk abon per hari, jumlah tenaga kerja yang digunakan terdiri dari 1 orang pimpinan perusahaan, 6 orang tenaga kerja produksi dan 1 orang tenaga administrasi. Jumlah tenaga kerja produksi sangat tergantung dari skala produksi, sedangkan tenaga adminstrasi jumlahnya relatif tetap. Sistem pengupahan tenaga kerja produksi adalah upah harian sebesar Rp 25.000, per hari. Sementara itu, pimpinan perusahaan dan tenaga administrasi digaji bulanan, masing-masing sebesar Rp 1.500.000, dan Rp 700.000, per bulan.3. Bahan Baku

Bahan baku yang cocok digunakan dalam pembuatan abon ikan adalah ikan berdaging tebal juga harus memiliki serat kasar dan tidak mengandung banyak duri. Sejumlah spesies ikan yang memenuhi kriteria tersebut adalah: Marlin/Jangilus(Istiophorus sp),Tuna, Cakalang, Ekor Kuning, Tongkol, Tengiri, dan Cucut. Spesies-spesies ikan ini umumnya dapat ditangkap sepanjang tahun oleh nelayan dengan alat tangkap pancing di perairan laut dalam. Beberapa spesies ikan air tawar pun bisa digunakan, misalnya: Nila dan Gabus. Sedangkan ciri-ciri fisik yang harus dimiliki daging ikan yang bisa dijadikan bahan baku pembuatan abon ikan adalah dalam kondisi segar, warna dagingnya cerah, dagingnya terasa kenyal, dan tidak berbau busuk.

Pada unit usaha di lokasi penelitian Cisolok Sukabumi, bahan baku yang digunakan dalam proses produksi abon ikan adalah Ikan Marlin/Jangilus(Istiophorus sp).Alasan pemilihan Ikan Marlin sebagai bahan baku dalam produksi abon ikan adalah karena daging jenis ikan ini memiliki serat yang lebih panjang dan warna yang lebih cerah, bila dibanding dengan daging ikan lainnya. Sebainya, ikan Marlin yang digunakan sebagai bahan baku abon ikan memiliki berat di atas 100 kg. Ikan dengan ukuran tersebut akan meminimalkan bagian ikan yang 'terbuang' pada saat proses penyiangan daging ikan. Pada saat survei, harga beli ikan Marlin adalah Rp 18.000 per kg.

Pengadaan bahan baku usaha pengolahan abon ikan di Cisolok Sukabumi diperoleh dari TPI terdekat, yaitu TPI Pajagan dan TPI Palabuahan Ratu. Namun, bila bahan baku tidak tersedia di kedua TPI tersebut, maka bahan baku masih bisa diperoleh dari TPI Binuangeun (Banten), TPI Muara Angke dan Muara Baru (Jakarta). Proses pembelian bahan baku biasanya dilakukan dengan cara melakukan pemesanan terlebih dahulu dari sejumlah TPI, kemudian pemasok akan mengantarkan langsung bahan baku tersebut ke lokasi produksi dengan biaya pengiriman sepenuhnya ditanggung oleh pemasok. Sistem pembayaran bahan baku biasanya dengan sistem 50 persen dibayar pada saat pasokan tiba dan 50 persen lagi setelah produk abon ikan terjual. Sistem pembayaran bahan baku seperti ini bisa dilakukan karena sudah lamanya kerjasama yang dilakukan pihak produsen dengan para pemasoknya.

Seperti dalam proses pembuatan produk olahan makanan lainnya, dalam pembuatan abon ikan pun digunakan bahan-bahan pembantu (bumbu-bumbu). Fungsi bahan-bahan pembantu tersebut adalah sebagai penyedap rasa dan zat pengawet alami bagi produk abon ikan yang dihasilkan.Sejumlah bahan pembantu yang biasa digunakan dalam pembuatan abon adalah rempah-rempah, gula, garam dan penyedap rasa. Jenis rempah-rempah yang digunakan adalah bawang putih, ketumbar, lengkuas, sereh dan daun salam. Gula yang digunakan adalah gula pasir. Gula pasir dapat memberikan rasa lembut sehingga dapat mengurangi terjadinya pengerasan. Sementara garam yang digunakan sebagai bumbu adalah garam dapur. Di samping sebagai bumbu, garam dapur pun berfungsi sebagai bahan pengawet karena kemampuannya untuk menarik air keluar dari jaringan. Bawang putih mempunyai aktivitas anti mikroba. Senyawaallicindalam bawang putih berperan memberikan aroma khas, serta memiliki kemampuan merusak protein kuman penyakit sehingga kuman tersebut mati. Sementara itu, penyedap rasa berfungsi untuk menambah kenikmatan rasa abon ikan yang dihasilkan.

Sejumlah literatur atau penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan komposisi bahan-bahan dalam pembuatan abon ikan. Salahsatu publikasi tersebut disajikan pada Tabel 2.5 di bawah ini.Tabel 2.5 Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per 10 kg Bahan Baku Daging Ikan

Jenis Bahan Pembantu (Bumbu)JumlahSatuan

1. Bawang Merah150Gram

2. Bawang Putih100Gram

3. Ketumbar10,0Gram

4. Irisan Lengkuas3Iris

5. Daun Salam10Lembar

6. Serei3.0Tangkai

7. Gula Pasir700Gram

8. Asam Jawa6Mata

9. Kelapa10Butir

Komposisi bahan-bahan pembantu yang digunakan oleh kedua produsen abon ikan di Cisolok Sukabumi disajikan dalam Tabel 2.6 berikut :

Tabel2.6Komposisi Bahan-bahan Pembantu?Per 10 kg Bahan baku Daging Ikan

Jenis Bahan Pembantu (Bumbu)JumlahSatuan

1. Gula Pasir2kg

2. Lengkuas0,5kg

3. Ketumbar250gram

4. Bawang Putih150gram

5. Bawang Merah0,5kg

6. MSG16gram

7. Garam Dapur700gram

8. Garam Rebus2kg

9. Kelapa2butir

10. Serei2batang

11. Daun Salam5helai

4. Teknologi

Penentuan pilihan teknologi yang akan diterapkan sangat tergantung kepada skala unit usaha yang akan didirikan. Beberapa patokan umum yang dapat dipakai dalam pemilihan teknologi adalah : seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain, serta kemampuan tenaga kerja dalam pengoperasian teknologi.

Produsen abon ikan pada umumnya termasuk kategori usaha berskala mikro - kecil dan bersifat padat tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja merupakan faktor produksi utama dalam proses produksi abon ikan. Ini mengingat beberapa tahap produksi abon ikan sangat mengandalkan tenaga manusia. Dengan demikian, alternatif jenis tek-nologi yang disarankan untuk digunakan adalah teknologi kombinasi antara peralatan tradisional dan semi-mekanik.

5. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Jenis produk yang dihasilkan adalah abon ikan yang dijual dalam kemasan 100 gram (60 persen) dan kemasan 250 gram (40 persen). Tabel 3.3 di bawah menyajikan komposisi kandungan gizi dalam 100 gram abon ikan.

Tabel 3.3. Komposisi Kandungan Gizi dalam 100 gram Abon Ikan

NoZatKandungan (gram)

1Air4,13

2Lemak24,31

3Karbohidrat13,41

4Protein31,22

5Mineral15,87

Sumber: Suryati dan Dirwana (2007)

6. Proses Produksi

Proses produksi abon ikan relatif sederhana dan mudah dilakukan. Secara umum, proses produksi abon ikan, mulai dari tahap pengadaan bahan baku ikan sampai tahap pengemasan abon ikan, adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan Bahan BakuBahan baku yang digunakan adalah ikan Marlin yang masih utuh dan segar, untuk selanjutnya dilakukan proses penyiangan.

2. Penyiangan Bahan bakuPada proses penyiangan yaitu pemotongan ikan dan pencucian daging ikan, maka bagian kepala, isi perut dan sirip ikan dibuang. Daging ikan hasil tahap penyiangan sebaiknya direndan dalam air yang dicampur dengan air cuka. Kadar air cuka yang dipakai adalah 2%. Ini dilakukan untuk membuat bau amis hilang. Proses penyiangan dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah.

Gambar 2.1. Proses Penyiangan daging Ikan Marlin

3. Perebusan

Potongan ikan yang telah direndam dalam air cuka kemudian disusun ke dalam badeng dan direbus selama 30 60 menit. Proses perebusan akan dihentikan setelah daging ikan menjadi lunak. Selama proses perebusan tersebut juga ditambahkan daun salam dan garam rebus.

Gambar 2.2. Perebusan Daging Ikan

4. Pengepresan

Ikan yang telah direbus kemudian dipres dengan mesin pengepres. Sebelum dipres, daging ikan tersebut sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu sekitar 5 10 menit.

Tahap pengepresan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daging ikan yang telah direbus. Makin sedikit kadar air yang dikandung dalam daging, maka akan makin baik pula serat-serat daging yang dihasilkan.

Gambar 2.3. Proses Penirisan dan Pengepresan I5. Pencabikan I

Setelah daging ikan dipres, kemudian dilakukan proses pencabikan sampai menjadi serat.-serat. Proses ini bisa dilakukan dengan tangan atau dengan mesin pencabik (giling).

Gambar 2.4. Proses pencabikan I6. Pemberian Bumbu dan SantanPada tahap ini, serat-serat daging hasil pencabikan ditambahkan bahan-bahan pembantu (bumbu-bumbu). Bumbu-bumbu yang ditambahkan terdiri dari : bawang putih, ketumbar, lengkuas yang telah diparut dengan mesin parutan, gula pasir, garam dapur dan santan kelapa. Proses pembumbuan dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 2.5. Proses penyiangan dan pemarutan lengkuas, serta penambahan bumbu-bumbu ke serat-serat daging ikan7. Penggorengan

Setelah bumbu-bumbu tercampur secara merata dalam serat-serat daging ikan, kemudian dilakukan penggorengan 60 menit. Selama proses penggorengan, secara terus menerus dilakukan pengadukan agar abon ikan yang dihasilkan matang secara merata dan bumbu-bumbu dapat meresap dengan baik. Tahap penggorengan ini akan dihentikan setelah serat-serat daging yang digoreng sudah berwarna kuning kecoklatan. Proses penggorengan dapat dilihat pada gambar2.6.

Gambar 2.6. Proses penggorengan8. Pengepresan IITahap produksi berikutnya adalah pengepresan kembali serat-serat daging ikan yang telah digoreng. Proses pengepresan tahap kedua ini bertujuan untuk mengurangi kadar minyak pasca proses penggorengan.

Gambar 2.7. Proses pengepresan II9. Pencabikan IISetelah dipres, kemudian dilakukan pencabikan tahap kedua agar tidak terjadi penggumpalan. Proses pencabikan tahap kedua ini akan dihentikan setelah terbentuk produk akhir berupa abon ikan dengan tekstur yang seragam. Proses pencabikan II dapat dilhat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 . Proses Pencabikan II10. Pengemasan

Pada tahap akhir produksi dilakukan pengemasan abon ikan. Jika pengemasan tidak langsung dilakukan, maka produk abon ikan akan disimpan terlebih dahulu dalam kantung plastik besar(blong)di gudang penyimpanan, sebelum dilakukan pengemasan (Gambar 2.9).

Gambar 2.9. Abon ikan curah di gudang penyimpanan dan dalam kemasan siap dijual(ukuran 250g dan 100 g)Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam setiap kali produksi abon ikan dengan kapasitas 150 kg bahan baku ikan Marlin, yaitu mulai dari tahap penyiangan ikan sampai ke tahap pengemasan adalah satu hari kerja. Diagram alir proses produksi abon ikan ini dapat dilihat pada gambar 3.11 di bawah.

Gambar 2.10. Diagram Alir Proses Produksi Abon ikan

7. Produksi OptimumKapasitas produksi optimal adalah 5 : 3, yaitu bahan baku dibanding hasil produksi. Sebagai contoh untuk 10 kg bahan baku ikan Marlin, yang dicampur dengan bahan-bahan pembantu, akan diperoleh hasil sekitar 4 kg abon ikan (rendemen 40 persen).8. Kendala ProduksiKendala produksi yang sangat dirasakan oleh pengusaha abon ikan adalah kontinuitas penyediaan bahan baku. Meskipun bahan baku yaitu ikan Marlin dapat didatangkan dari TPI yang lain, tetapi mengingat sifat bahan baku yang mudah busuk dan persyaratan produksi dengan bahan baku yang segar, dapat berpotensi pada penurunan kualitas. Untuk mengatasi hal ini, seyogyanya produsen abon ikan melakukan pemesanan terlebih dahulu kepada nelayan pemasok langganan di TPI-TPI di sekitarnya, minimal satu minggu sebelum proses produksi dilakukan.

4. Aspek Pemasaran (Marketing)

1. Penawaran

Usaha abon ikan telah diusahakan di sejumlah daerah yang banyak menghasilkan ikan, terutama daerah-daerah pantai seperti di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, dan Jambi. Namun demikian, data mengenai jumlah produksi abon ikan baik di tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survei yang mengidentifikasi jumlah usaha abon ikan baik di tingkat lokal maupun nasional.Oleh sebab itu, jumlah penawaran abon ikan hanya bisa didekati melalui jumlah rata-rata produksi abon secara umum. Data BPS tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata produksi abon yang dihasilkan industri menengah dan besar, masing-masing adalah 112.060 kg/tahun dan 2.144,33 kg/tahun. Jumlah rata-rata produksi tersebut tentu masih jauh di bawah potensi pasar abon yang diprediksi akan terus mengalami peningkatan, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap produk olahan.2. Persaingan dan Peluang Pasar

Di tengah banyaknya variasi produk olahan ikan, abon ikan merupakan salahsatu produk yang prospektif untuk dikembangkan. Sejauh ini persaingan antar pengusaha abon ikan belum dirasakan menjadi kendala. Hal ini karena keterbatasan produksi abon ikan di Indonesia sehingga peluang pasar abon ikan bisa dikatakan masih sangat besar. Di samping itu, juga dapat menjadi produk substitusi abon daging serta dapat menjadi komoditi ekspor. Oleh karena itu, kondisi ini merupakan suatu peluang bagus, baik bagi para pengusaha untuk lebih mengembangkan usahanya, maupun bagi para calon investor untuk menanamkan modalnya dalam sektor agroindustri pengolahan abon ikan di berbagai wilayah perairan Indonesia.3. Permintaan

Sampai saat ini, belum ada data kuantitatif tentang jumlah konsumsi masyarakat terhadap abon ikan. Meskipun demikian, dapat diprediksi bahwa jumlah konsumsi abon relatif tinggi karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Ritme kehidupan modern masa kini yang menuntut segala sesuatu yang serba cepat dan waktu yang semakin terbatas, semakin memperkuat alasan prospektifnya permintaan pasar bagi produk-produk makanan olahan siap saji, termasuk abon ikan.Proyeksi jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 239,19 juta jiwa pada tahun 2007 dan memiliki tren yang akan terus meningkat(BPS 2005)merupakan suatu potensi pasar yang sangat menjanjikan bagi produk abon ikan. Hal ini cukup beralasan mengingat akhir-akhir ini terus terjadi peningkatan rata-rata konsumsi masyarakat terhadap produk olahan ikan dan udang. Data menyebutkan bahwa pada tahun 2004 rata-rata konsumsi masyarakat terhadap produk olahan ikan dan udang mencapai 14,75 kalori, meningkat menjadi 15,31 kalori pada tahun 2005(BPS, 2005).Indikasi peningkatan permintaan tersebut sejalan dengan informasi dari produsen abon ikan di Cisolok Sukabumi yang menyatakan bahwa potensi permintaan produk abon ikan sebenarnya relatif masih tinggi. Faktor keterbatasan modal kerja membuat produsen tersebut hanya bisa memenuhi permintaan abon ikan untuk wilayah Sukabumi, Bogor, Jakarta dan Tangerang. Dengan kata lain, masih banyak permintaan abon ikan di berbagai wilayah di luar wilayah-wilayah tersebut yang belum terpenuhi. Di samping itu, bila kendala keterbatasan modal kerja bisa diatasi, sebenarnya peluang ekspor abon ikan pun masih terbuka lebar.

4. Harga

Harga abon ikan di Kabupaten Sukabumi ditentukan oleh para produsen. Dalam menentukan harga abon ikan tersebut, produsen sangat mempertimbangkan faktor besarnya biaya produksi, terutama biaya pengadaan bahan baku yaitu ikan Marlin yang mencapai 69 persen dari total biaya produksi langsung. Pada saat dilakukan survei (Bulan Agustus 2007), harga abon ikan di tingkat produsen di Cisolok Sukabumi adalah Rp 70.000 per kg. Harga produsen ini berlaku untuk semua jalur distribusi pemasaran produk. Sementara itu, harga di tingkat konsumen relatif bervariasi, mulai Rp 70.000 Rp 90.000 per kg. Biasanya semakin jauh lokasi konsumen dari lokasi perusahaan, maka harga abon ikan di tingkat konsumen akan semakin mahal.5. Jalur Pemasaran

Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana suatu produk didistribusikan sehingga bisa sampai kepada konsumennya. Ada paling tidak tiga jalur distribusi produk abon ikan dari produsen ke konsumen, yaitu :

1. Dibeli langsung konsumen ke lokasi produsen (10%)Konsumen yang biasanya membeli langsung di pabrik antara lain : masyarakat sekitar, konsumen langganan, rombongan tamu sejumlah instansi, dan para wisatawan yang berwisata di pantai sekitar unit usaha.

2. Dijual oleh produsen kepada toko pengecer lokal (10%)Sejumlah tempat yang bisa menjadi tempat penjualan abon ikan adalah toko pengecer, pasar swalayan, hotel, restoran, terminal, dan tempat-tempat wisata di kota/kabupaten setempat. Pada jalur distribusi ini, produk abon ikan diantar pihak produsen ke sejumlah tempat tersebut dengan biaya transportasi ditanggung oleh produsen.

3. Dijual oleh produsen ke pedagang besar/perantara di luar kota (80%)Penjualan diawali dengan tahap pemesanan (partai besar) oleh pedagang besar/perantara langganan. Kemudian pihak produsen akan mengantar langsung produk abon ikan ke lokasi pedagang dengan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh pihak pedagang besar yang bersangkutan.

Gambar 2.11. Rantai Pemasaran Abon ikan

Sedang untuk cara pembayaran, secara umum ada dua sistem pembayaran. Bagi konsumen yang langsung datang ke lokasi unit usaha, sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan sistem pembayaran oleh pengecer lokal dan pedagang besar/perantara dari luar kota dilakukan dengan sistem sebagai berikut : 50 persen dibayar pada saat produk dikirim dan sisanya (50 persen lagi) dibayar pada saat produk sudah terjual. Biasanya, jangka waktu pembayaran paling lama dengan sistem ini adalah 1,5 bulan sejak produk dikirim.

Gambar 2.12. Abon ikan dalam kemasan 250 dan 100 gram yang siap dijual

6. Kendala Pemasaran

Konsumen abon ikan sering mengeluhkan tentang ketidaktersediaan produk di pasaran. Sejumlah konsumen juga menginginkan abon ikan dengan rasa manis-pedas, tekstur halus dengan aroma tidak terlalu khas ikan, tekstur halus, kemasan dalam toples, dan lain-lain (Wijaya, 2007).

Lebih lanjut Wjaya (2007) menyatakan bahwa terkait dengan keinginan konsumen tersebut, kedua produsen Cisolok Sukabumi hanya memproduksi satu jenis rasa, yaitu rasa manis dengan kemasan plastik berukuran 100 gram dan 250 gram. Sedangkan dari sisi tekstur abon, terkadang abon ikan yang dihasilkan tersebut bertekstur halus dan terkadang kasar (produk tidak standar). Hal ini tentu berbeda dengan umumnya produk abon dari daging, seperti abon sapi, yang telah mempunyai berbagai variasi rasa, warna dan kemasan sesuai dengan preferensi konsumen. Kondisi ini menjadi salah satu kendala terhambatnya pemasaran produk abon ikan. Dukungan akses teknologi dan akses modal diharapkan dapat menjadi pemacu untuk makin berkembangnya industri olahan abon ikan.7. Aspek SOSEK dan AMDAL

1. Aspek Sosial Ekonomi

Usaha pembuatan abon ikan mempunyai dampak yang positif, baik bagi pengusaha maupun masyarakat setempat. Bagi pengusaha, dampak ekonomis dari usaha ini adalah akan meningkatnya pendapatan mereka. Usaha abon ikan merupakan bisnis yang menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang masih terbuka lebar, terutama bila kendala-kendala pemasaran yang dihadapi pada saat ini bisa diatasi. Di samping itu, beroperasinya usaha abon ikan yang bersifat padat karya akan membantu menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat sehingga akan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka.Lebih jauh, peningkatan produksi abon ikan akan memberi peluang bagi peningkatan pendapatan daerah setempat. Jika dikelola secara optimal (kendala-kendala produksi, pemasaran dan keterbatasan modal kerja sudah teratasi), maka produsen abon ikan pun berpeluang mengekspor produknya sehingga bisa berkontribusi bagi penambahan cadangan devisa.

2. Aspek Dampak Lingkungan

Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan analisis potensi limbah yang mungkin dihasilkan dari suatu unit usaha produksi. Unit usaha pengolahan abon ikan tidak menghasilkan limbah berbahaya, baik bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya. Limbah yang dihasilkan hanya air kotor sisa pembersihan. Biasanya air ini dibuang melalui saluran air yang dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah juga tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan organisme tanah dan tanaman. Alih-alih menghasilkan limbah yang berbahaya, sisa proses produksi abon ikan justru masih bisa dimanfaatkan, misalnya :

1. Bagian-bagian bahan-baku ikan Marlin yang dibuang pada tahap penyiangan, bisa diolah lebih lanjut menjadi hidangan sop ikan yang banyak diminati masyarakat setempat.

2. Air sisa rebusan daging ikan pada tahap perebusan bisa diolah lebih lanjut menjadi produk kecap ikan.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Lampiran 1Tabel 3.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Abon ikanNoAsumsiJumlah/NilaiSatuanKeterangan

1Periode proyek5TahunPeriode 5 Tahun

2Jumlah hari kerja per bulan20Hari

3Jumlah bulan per tahun12Bulan

4Rata-rata skala produksi per hari

a. Rendemen Pengolahan ikan ke abon ikan40%

b. Produksi abon per hari60Kg

c. Bahan baku ikan per hari150Kg

5Komposisi pemasaran produk

a. Dijual di pabrik10%

b. Dijual ke pengecer lokal10%

c. Dijual kepada pedagang besar80%

6Komposisi jenis produk menurut kemasan

a. Kemasan 100 gram60%Dari Total Produksi

b. Kemasan 250 gram40%

7Harga jual produk di tingkat produsen70,000Rp/Kg

8Harga bahan baku ikan marlin18,000Rp/Kg

9Discount factor ( suku bunga )15%Tk Suku Bunga Kredit

Sumber: lampiran 1

Pada tabel diatas berisi tentang asumsi dan parameter untuk analisis keuangan usaha abon ikan. Data-data yang dimasukkan dalam beberapa parameter tersebut merupakan rencana usaha abon ikan yang selanjutnya dilakukan analisa keuangan untuk mengetahui apakah usaha abon ikan dengan ketentuan seperti dalam tabel tersebut sudah layak untuk dijalankan dan tentunya mendapat keuntungan. Jika setelah dilakukan analisa keuangan dan ternyata usaha tersebut belum atau tidak layak maka dilakukan atau belum mendapat keuntungan (terlalu kecil) maka dilakukan beberapa perubahan, misalnya dengan menambah kapasitas produksi, mencari sumber dana (investor/ bank lainnya) dengan diskon factor yang lebih rendah, mencari supplier bahan baku ikan dengan harga yang lebih murah atau beberapa upaya lainnya sampai target yang diinginkan oleh perusahaan tercapai.

2. Lampiran 2

Dalam melakukan usaha pembuatan abon ikan, tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti perizinan usaha, sewa tanah dan bangunan, mesin/peralatan produksi serta alat-alat pendukung produksi lainnya. Selain itu kita juga harus menghitung biaya investasi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Untuk biaya perizinan usaha pembuatan abon ikan ini memerlukan biaya sebesar Rp. 2.450.000 yang meliputi biaya SIUP, SITU, P-IRT dan Dinkes, NPWP, Badan Hukum KUB dan Sertifikat Halal. Hal-hal tersebut sangat perlu diperhatikan untuk kelangsungan usaha, tetapi ada beberapa perizanan yang berbatas waktu seprti SITU yang hanya berlaku selama 5 tahun dan sertifikat halal 3 tahun dari masa aktif surat perizinan tersebut berlaku. Tentunya dengan keadaan tersebut setiap masa berlaku habis akan kembali diperpanjang dengan biaya yang kembali harus di keluarkan perusahaan. Berbeda dengan perizinan SIUP setiap 5 tahun sekali perusahaan hanya perlu melakukan laporan saja tanpa harus mengeluarkan biaya kembali.

Pada proses produksi tentunya kita membutuhkan bangunan tempat produksi, maka perusahaan melakukan proses penyewaan tanah dan bangunan dengan biaya investasi sebesar Rp. 10.000.000 selama 5 tahun. Dan perusahaan akan kembali melakukan pembayaran penyewaan setelah 5 tahun sekali.

Mesin/peralatan produksi yang dibutuhkan cukup banyak meliputi; mesin pengepres 3 kg, mesin parutan kelapa, mesin giling, garpu besar, lumping ukuran 1 kg, lumping ukuran 2 kg, lumping ukuran 3 kg, batu penumbuk, blong, tungku, wajang penggoreng, sealer, baskom plastic besar, baskom plastic kecil, saringan kelapa, badeng, sodet besar. Dengan biaya investasi keseluruhan sebesar Rp. 12.700.000 dengan total biaya penyusutan per tahun sebesar Rp. 2.760.000 untuk seluruh peralatan dan mesin produksi. Dari semua peralatan yang digunakan ada beberapa peralatan yang memiliki nilai sisa yaitu lumpang dengan 3 ukuran yang berbeda, batu penumbuk, blong, tungku, baskom plastic kecil dan besar, saringan kelapa dan bedeng yang memiliki total nilai sisa sebesar Rp. 630.000 karena beberapa peralatan tersebut dapat kembali dijual dengan umur ekonomis yang berbeda-beda. Selain peralatan yang sudah disebutkan diatas ada beberapa alat pendukung dalam proses produksi yaitu timbangan duduk 5 kg, timbangan gantung 25 kg serta etalasae yang membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 950.000 dengan biaya penyusutan sebesar Rp. 160.000 per tahun. Dan 2 diantara alat pendukung itu memiliki nilai sisa sebesar Rp. 300.000 yaitu timbangan duduk dan etalase.

Jadi, seluruh biaya investasi yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membuka usaha abon ikan ini yaitu sebesar Rp. 26.100.000, dengan biaya penyusutan per tahun sebesar Rp. 2.920.000 serta nilai sisa dari beberapa peralatan produksi dan alat pendukung produksi sebesar Rp. 930.000. maka dari biaya ini kita dapat mengetahui apa saja yang membutuhkan biaya yang cukup besar dalam menjalankan usaha abon ikan ini. Selain itu kita juga bias menghitung biaya penyusutan alat secara keseluruhan dan menilai alat-alat apa saja yang memiliki nilai sisa setiap tahunnya.3. Lampiran 3 (Biaya operasional usaha abon ikan)Dalam melaksanakan usaha abon ikan, diperlukan biaya operasional produksi yang meliputi biaya variable dan biaya tetap. Biaya operasional dihitung pertahun dengan jumlah produksi sebanyak 20 kali perbulan atau 240 kali pertahunnya. Dengan kapasitas produksi abon ikan yakni 150 kg bahan baku setiap kali produksi.

Biaya variable terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan pembantu, biaya bahan pendukung, biaya tenaga kerja produksi dan biaya transportasi. Bahan baku berupa ikan marlin atau ikan jangilus sebanyak 150 kg setiap kali produksi, yang mana harga ikan tersebut yaitu Rp. 18.000 per Kg, sehingga dalam satu tahun produksi diperlukan biaya bahan baku sebesar Rp. 648.000.000. Bahan pembantu dalam produksi abon ikan terdiri dari gula pasir, minyak goreng, lengkuas, ketumbar, bawang putih, bawang merah, MSG, garam dapur, garam rebus, kelapa, serei, daun salam. Jumlah bahan pembantu yang digunakan sesuai dengan formulasi. Biaya yang diperlukan untuk bahan pembantu dalam 1 tahun produksi yaitu sebanyak Rp. 172.926.000. untuk bahan pendukung itu sendiri yaitu meliputi bensin, sabun, minyak tanah, kayu bakar serta kantong plastic kemasan. Biaya pendukung yang diperlukan selama satu tahun produksi yaitu Rp. 32.892.000. Biaya tenaga kerja produksi meliputi upah untuk tenaga kerja produksi dan biaya makan tenaga kerja. Tenaga kerja terdiri dari 6 orang tenaga produksi dan 1 orang tenaga administrasi. Upah yang diberikan untuk tenaga kerja yaitu Rp. 25.000 dan uang makan yang diberikan yaitu Rp. 5000 perhari. Sehingga biaya tenaga kerja produksi yang dikeluarkan dalam 1 tahun produksi yaitu Rp. 44.400.000. Sedangkan untuk biaya transportasi yang dikeluarkan setiap kali produksi yaitu Rp. 25.000, sehingga dalam 1 tahun produksi dikeluarkan biaya transportasi sebanyak Rp. 6.000.000. Jadi Total biaya variable untuk operasional produksi abon ikan selama 1 tahun yaitu Rp. 904.218.000.

Biaya tetap terdiri dari biaya overhead pabrik (BOP) yang meliputi gaji pimpinan, gaji tenaga administrasi, biaya listrik, biaya telepon, biaya peralatan habis pakai serta biaya perawatan dan pemeliharaan, yang mana dalam 1 tahun produksi diperlukan biaya sebanyak Rp. 33.292.500. sedangkan biaya tetap lainnya yaitu biaya administrasi dan umum yaitu sebanyak Rp. 360.000. jadi total biaya tetap untuk operasional produksi abon ikan selama 1 tahun yaitu Rp. 33.652.500. Jadi, total biaya operasional usaha abon ikan selama 1 tahun produksi sebesar Rp. 937. 870.500.

Untuk perhitungan modal kerja biaya operasional, jumlah dana modal kerja diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah 1,5 bulan pertama operasional sehingga jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan yaitu 1/8 dari biaya operasional selama 1 tahun produksi yaitu sebesar Rp. 117.233.813. Sumber dana modal kerja itu sendiri berasal dari kredit sebesar Rp. 60.000.000 dan dana sendiri sebesar Rp. 57.233.813.

4. Lampiran 4Dalam lampiran 4 ini berisi tentang kebuuhan dana untuk investasi dan modal kerja usaha abon ikan. Untuk dana investasi bersumber dari dana kredit sebesar Rp. 10,000,000 dan dana sendiri Rp. 16,100,000. Jadi total dana investasi adalah Rp. 26,100,000. Sementara untuk dana modal kerja berjumlah total Rp. 117,233,813 yang bersumber dari dana kredit Rp. 60,000,000 dan dana sendiri Rp. 57,233,813. Jadi, untuk memulai usaha ini dibutuhkan dana proyek yang bersumber dari kredit Rp.70,000,000 (48,84% dari ttotal dana) dan dana sendiri 73,333,813 (51,16% dari total dana). Sehingga total dana yang dibutuhkan untuk memulai usaha abon ikan ini adalah Rp. 143,333,813.5. Lampiran 5Untuk memenuhi biaya investasi awal usaha yang meliputi perizinan, sewa tanah dan bangunan, mesin peralatan produksi, serta peralatan pendukung dibutuhkan dana sebesar Rp. 26.100.000. dana tersebut didapat dari kredit dan dana sendiri. Nilai kredit investasi sebesar Rp. 10.000.000 dan sisanya dana sendiri sebesar Rp. 16.100.000. perusahaan mengambil jangka waktu kredit selama 24 bulan dengan bunga perbulan sebesar 1,25 % dan angsuran perbulannya menurun.

Perusahaan harus membayar angsuran pokok setiap bulan sebesar Rp. 416.667. nilai tersebut di dapatkan dari hasil pembagian nilai investasi dibagi lamanya jangka waktu kredit yang dilakukan. sedangkan biaya angsuran bunga bulan pertama sebesar Rp. 125.000 dan akan berkurang sebesar Rp.5.209 setiap bulannya. Dapat dikatakan angsuran bunga setiap bulannya akan menurun. Maka total angsuran yang harus dibayarkan perusahaan berikut bunga itu sebesar Rp. 541.667 pada bulan pertama dan pada bulan berikutnya angsuran berkurang Rp. 5.209. begitupun pada tahun kedua.

Untuk memenuhi biaya operasiaonal produksi yang meliputi biaya variable dan biaya tetap dibutuhkan biaya sebesar Rp.117.233.813, biaya tersebut berasal dari dana kredit dan dana sendiri. Nilai kredit modal kerja sebesar Rp. 60.000.000 dan sisanya dana sendiri sebesar Rp. 57.233.813. perusahaan mengambil jangka waktu kredit selama 24 bulan dengan bunga perbulan sebesar 1,25 % dan angsuran perbulannya menurun.

Perusahaan harus membayar angsuran pokok setiap bulan sebesar Rp.2.500.000. nilai tersebut di dapatkan dari hasil pembagian nilai investasi dibagi lamanya jangka waktu kredit yang dilakukan. sedangkan biaya angsuran bunga bulan pertama sebesar Rp. 750.000 dan akan berkurang sebesar Rp.31.250 setiap bulannya. Dapat dikatakan angsuran bunga setiap bulannya akan menurun. Maka total angsuran yang harus dibayarkan perusahaan berikut bunga itu sebesar Rp. 3.250.000 pada bulan pertama dan pada bulan berikutnya angsuran berkurang Rp. 31.250. begitupun pada tahun kedua.

Jumlah kredit yang dilakukan perusahaan untuk biaya investasi dan oprasional yaitu sebesar Rp. 70.000.000 dengan angsuran pokok sebesar Rp. 35.000.000 yang dihasilkan dari nilai kredit investasi dan modal kerja pada tahun pertama. Dengan angsuran bunga tahun pertama itu sebesar Rp. 8.093.750. Maka total angsuran yang harus di bayarkan perusahaan pada tahun pertama yaitu sebesar Rp. 43.093.750 hingga sisa kredit yang harus di bayarkan perusahaan sebesar Rp. 35.000.000 dan sudah bisa terbayarkan pada tahun kedua.

Pada dasarnya semakin besar angsuran kredit yang dibayarkan perusahaan perbulan maka kredit juga akan dapat cepat terlunasi dengan baik. Tetapi mengingat banyaknya hal yang harus diperhatikan yang meliputi pendapatan bersih untuk perusahaan, maka menurut saya jangka waktu kredit yang dilakukan perusahaan selama 24 bulan sudah cukup, tidak terlalu lama juga tidak terlalu cepat dengan angsuran yang tidak terlalu besar.

6. Lampiran 6

Tabel 3.2. Produksi dan Penjualan Abon IkanNoUraianNilaiSatuan

1Produksi per hari60kg/hari

2Produksi per bulan1,200kg/bulan

3Produksi per tahun14,400kg/tahun

4Harga jual di tingkat produsen70,000Rp/kg

5Nilai penjualan per tahun (Pendapatan)1,008,000,000Rp/tahun

Dalam lampiran 6 ini, berisi tentang rencana produksi dan penjualan abon ikan. Dalam 1 hari UKM ini menargetkan produksi 60 kg, dalam satu bulan terdapat 20 hari kerja sehingga dalam satu bulan dapat memproduksi 1,200 kg serta dalam satu tahunnya sekitar 14,400 kg, yang didapatkan dari hasil kali antara jumlah produksi per tahun dengan jumlah bulan dalam 1 tahun , yaitu 12 bulan. Berarti dalam satu tahun UKM ini terus akan berproduksi penuh selama 12 bulan. Sementara untuk harga jual ditingkat produsen ialah Rp. 70,000/kg. Sehingga selama 1 tahun (12 bulan ) produksi dan penjualan akan mencapai Rp. 1,008,000,000.7. Lampiran 7

Proyeksi laba-rugi usaha abon ikan pada tahun ke-1 sampai ke-5 jumlah pendapatan sebesar Rp1.008.000.000, pendaptan ini didapatkan dari produksi setahun dikali harga jual ditingkat produksi, dengan laba kotor sebesar Rp 70.129.500.

Pada tahun ke-1 terdapan angsuran bungan sebesara Rp 8.093.750 dan pada tahun ke-2 sebesar Rp 2.843.750. Laba sebelum pajak pada tahun ke-1 dan ke-2 mengalami kenaikan dikarenakan angsuran bunga pada tahun ke-2 lebih rendah dari pada tahun ke-1 dan laba sebelum pajak pada tahun ke-3 sampai tahun ke-5 sama yaitu sebesar Rp. 6.720.950. laba sebelum pajak didapat dari laba kotor dikurangi bunga kredit. sedangkan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-5 sudah tidak ada angsuran bunga sehingga mendapatkan profit yang sama dan lebih tinggi dibandingkan pada tahun ke-1 dan ke-2.

Sedangkan laba kena pajak dihasilkan dari laba sebelum pajak dikurangi biaya penyusutan . Biaya penyusutan diambil dari jumlah biaya investasi usaha abon ikan. Penggunaan pajak di perusahaan abon ikan ini diasumsikan sebasar 10% dari laba kena pajak. Sehingga dihasilkan laba bersih pada tahun ke-1 sebasar Rp.53.204.175, ke-2 Rp. 57.929.175 dan pada tahun ke-3 sampai ke-5 sebesar Rp.60.488.550.

Sehingga profit yang didapat pada tahun ke-1 5,28, ke-2 5,75 dan tahun ke-3 sampai ke-5 6,00. Profit didapat dari laba bersih dibagi laba kena pajak dikali 100%.

Proyeksi laba-rugi abon ikan apalila diansumsikan pada penurunan pendapatan sebasar 2% dan 3% dengan pajak 10% masih dikatakan layak dengan rata-rata 4,09 dan 3,20.

Proyaksi laba-rugi usaha abon ikan apabila diasumsikan pada peningkatan biaya operasional sebasar 2% dan 3% dengan pajak 10% maih dikatakan layak denagan rata-rata 4,13 dan 3,29.

Proyaksi laba-rugi usaha abon ikan diasumsikan pada penurunan pendapatan sebesar 1% dan peningktan biaya operasional 1% masih dikatakan layak dengan rata-rata 4,11.

Proyaksi laba-rugi usaha abon ikan diasumsikan pada penurunan pendapatan sebesar 1,5% dan peningktan biaya operasional 1,5% masih dikatakan layak dengan rata-rata 3,25.

8. Lampiran 8

Pada lampiran 8 dijelaskan bahwa perusahaan Abon ikan melakukan perhitungan BEP. Perhitungan BEP itu sendiri merupakan keadaan dimana suatu perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami rugi.Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Tabel 3.3. Perhitungan BEP Usaha (Rata-Rata)

NoBEP Rata-Rata

1Nilai Penjualan (Rp)401,524,594

2Jumlah Penjualan/produksi (Kg)5,736

Pada perhitungan BEP sebelumnya telah diketahui total biaya variabel dan total biaya tetap dimana telah diketahui pada lampiran sebelumnya (lampiran 3), akan tetapi pada perhitungan BEP terdapat adanya penambahan jumlah biaya, yakni biaya penyusutan dan bunga kredit pada total biaya tetap. Jumlah biaya penyusutan terdapat pada lampiran 2 dimana jumalah setiap tahun dari tahun ke-1 hingga tahun ke-5 tetap tidak ada penurunan ataupun penaikan yakni Rp. 2.920.000 , akan tetapi peralatan yang digunakan setiap habis 5 tahun harus lapor kembali, sedangkan pada bunga kredit telah dijelaskan sebelumnya (lampiran 5) dimana setiap bulan dalam 1 tahun adanya potongan bunga 1,25%, biaya kredit hanya diketahui pada tahun pertama dan tahun kedua seperti halnya yang telah dijelaskan pada lampiran 5 yaitu hanya 24 bulan saja.

Perhitungan BEP dibagi menjadi 2, yakni BEP nilai penjualan (Rp) dan BEP jumlah penjualan (kg). BEP nilai penjualan (Rp) merupakan BEP atau titik pulang pokok yang dinyatakan dalam harga penjualan tertentu. Sedangkan BEP jumlah penjualan (kg) merupakan titik pulang yang dinyatakan dalam jumlah penjualan produk di nilai tertentu. Dimana dari penjelasan tersebut di dapat rumus perhitungan sebagai berikut :

BEP Nilai Penjualan (Rp): Total biaya

1- (total biaya variabel/ harga jual)

BEP Jumlah Penjualan (Kg): Total biaya

Harga jual total biaya variableDari penjelasan diatas didapat data hasil perhitungan BEP setiap tahun. Baik BEP nilai penjualan (Rp) maupun BEP jumlah Penjualan (Kg). Dapat dilihat bahwa BEP nilai penjualan (Rp) dan BEP jumlah penjualan (Kg) mengalami penurunan pada tahun ke-1 hingga tahun ke-3 dan dari tahun ke-3 hingga tahun ke-5 jumlah BEP tetap (konstan). Dan hasil rata-rata di dapat dari jumlah keseluruhan dari tahun ke-1 hingga tahun ke-5 dibagi 5 maka jumlah rata-rata BEP nilai penjualan Rp. 401.524.594,- . serta rata-rata BEP jumlah penjualan yakni 5.736 Kg.

9. Lampiran 9

Lampiran 9 menghitung tentang proyeksi arus kas usaha abon ikan selama 5 tahun. Arus kas (cas flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan dalam kas suatu perusahahaanselama satu periode. Laporan arus kas (cas flow) mengandung 2 macam aliran/arus kas yaitu:

1. Inflow

Inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerima kas). Inflow pada perusahaan abon ikan berasal dari pendapatan, dana sendiri, kredit investasi, kredit modal kerja dan nilai sisa dari alat-alat yang digunakan. Dimana inflow tahun ke 0 berasal dari dana sendiri, kredit investasi dan kredit modal kerja karena pada tahun ke 0 belum terdapat pendapatan dan nilai sisa. Sedangkan pada tahun ke-1 sampai ke-4 berasal dari pendapatan dan pada tahun ke-5 ditambah dengan nilai sisa dari alat alat yang digunakan.

Inflow untuk IRR didapatkan dari perhitungan total inflow dikurangi jumlah pendapatan, dana sendiri, kredit investasi, kredit modal kerja dan nilai sisa dari alat-alat yang digunakan.a. Pendapatan

Pendapatan didapatkan dari harga penjualan dikali jumlah produksi per tahun, perhitungan pendapatan terlampir di lampiran 6. Dalam kurun waktu 5 tahun usaha abon ikan ini mengalami pendapatan sebesar Rp. 1.008.000.000 dimulai pada tahun ke-2.

b. Dana sendiri

Perhitungan dana sendiri yaitu diperoleh dari dana investasi dan dana modal kerja yang terlampir di lampiran 4. Jumlah dana sendiri yaitu 73.333.813.

c. Kredit investasi

Kredit investasi bersumber dari dana investasi sebesar Rp. 10.000.000

d. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja tersebut sudah dibahas pada lampiran 5.

e. Nilai sisa

Pada tahun ke-5 terdapat nilai sisa yang berjumlahRp. 930.000. perhitungan tersebut di dapatkan dari jumlah/nilai dikali jumlah produksi bahan baku.

Total inflow yang di dapatkan pada tahun ke-0 yaitu 143,333,813, dan untuk tahun ke-1 sampai tahun ke-4 sebesar Rp. 1,008,000,000 sedangkan pada tahun ke-5 ditambahkan dengan nilai sisa yaitu Rp. 1,008,930,000

Total Inflow untuk IRR pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-4yaitu Rp. 1,008,000,000 sedangkan untuk tahun ke-5 yaitu Rp. 1.008.930.000 karena ditambah dengan nilai sisa.

2. Cash out flow

Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Outflow perusahan abon ikan berasal dari Investasi/re-investasi, Modal Kerja, Biaya Operasional, Angsuran Pokok, Bunga Kredit Perbankan dan Pajak.

Outflow untuk IRR didaptkan dari perhitungan total outflow dikurangi jumlah Investasi/re-investasi, Modal Kerja, Biaya Operasional, Angsuran Pokok, Bunga Kredit Perbankan dan Pajak. Pada total outflow nilai yang diperoleh setiap tahunnya menurun dikarenakan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-5 perusahaan sudah tidak mengeluarkan biaya untuk angsuran dan bunga kredit perbankan. Beberapa komponen outflow adalah sebagai berikut:a. Investasi/re-investasi

Biaya investasi yang terdapat pada lampiran 2 telah di hitung. Pada tahun ke-0 biaya investasi sebesar Rp. 26.100.000, pada tahun ke-1 Rp. 150.000, pada tahun ke-2 Rp. 715.000, pada tahun ke-3 Rp. 865.000, pada tahun ke-4 Rp. 715.000, pada tahun ke-5 Rp. 150.000

b. Modal kerja

Jumlah modal kerja yang harus dikeluarkan pada tahun ke-0 yaitu Rp. 117.233.813, perhitungan terdapat pada lampiran 4.

c. Biaya operasional

Biaya operasionalnya selama 5 tahun tetap karena dilihat dari jumlah produksi yang tetap tidak mengalami penurunan serta penaikan sehingga tiap tahun, biaya operasionalnya sama sebesar Rp. 937.870.500d. Angsuran pokok

Angsuran pokok yang harus dikeluarkan yaitu pada tahun ke-1 dan ke-2 sebesar Rp. 35.000.000 karena pada tahun ke-2 sudah menutupi angsuran.

e. Bunga kredit perbankan

Sedangkan untuk kredit perbankan yaitu pada tahun ke-1 sebesar Rp. 8.093.750 dan untuk tahun ke-2 sebesar Rp. 2.843.750

f. Pajak

Perusahaan harus membayar pajak pendapatan pada tahun ke-1 sebesar Rp. 5.911.575 dan mulai dari tahun ke-2 sebesar Rp. 6.43.575 dan pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-5 membayar sejumlah Rp. 6.720.950.

Total outflow yaitu pada tahun ke-0 sebesar Rp. 143.333.813, tahun ke-1 yaitu Rp. 987.025825, tahun ke-2 Rp. 982,865,825, tahun ke-3 945.456.450, tahun ke-4 Rp. 945.306.450 dan tahun ke-5 Rp. 944.741.450.Total outflow untuk IRR yaitu tahun ke-0 Rp. 143.333.813, tahun ke-1 Rp. 943.932.075, tahun ke-2 Rp. 945.022.075, tahun ke-3 Rp. 945. 456.450, tahun ke-4 Rp. 945.306.450 dan tahun ke-5 Rp. 944.741.450 Cash flow

Sehingga Cashflow didapatkan dari perhitungan total inflow dikurangi dengan total outflow perusahaan. Nilai kumulatif Cashflow pada tahun pertama adalah hasil penjumlahan nilai cash flow tahun ke-0 dengan tahun ke-1, dan pada tahun kedua jumlah nilai Cashflow tahun ke-0, ke-1 dan ke-2 begitupun seterusnya.

Sedangkan Cashflow untuk IRR didapatkan dari perhitungan nilai inflow untuk IRR dikurangi nilai outflow untuk IRR.

Perhitungan cash flow ialah total inflow dikurangi total out flow. Jadi pada tahun ke-1 cash flownya yaitu Rp. 20.974.175, tahun ke-2 Rp. 25.134.175, tahun ke-3 Rp. 62.543.550, tahun ke-4 Rp. 62.693.550, tahun ke-5 Rp. 64.188.550

Kumulatif cash flow dimulai pada tahun ke-1 Rp. 20.974.175, tahun ke-2 Rp. 46.108.350, tahun ke-3 Rp. 108.651.900, tahun ke-4 Rp. 171.345.450 dan tahun ke-5 Rp. 235.534.000

Kumulatif cash flow (-nilai sisa) dimulai pada tahun ke-1 Rp. 20.974.175, tahun ke-2 Rp. 45.108.350, tahun ke-3 Rp. 108.651.900, tahun ke-4 Rp. 171.345.450 dan tahun ke-5 Rp. 234.604.000

Cashflow untuk IRR tahun ke-0 Rp. -143.333.813, tahun ke-1Rp. 64.067.925, tahun ke-2 Rp. 62.977.925, tahun ke-3 Rp. 62.543.550, tahun ke-4 Rp. 62.693.550 dan tahun ke-5 Rp. 64.188.550

PV Benefit pada tahun ke-1 Rp. 876.521.739, tahun ke-2 Rp. 762.192.817, tahun ke-3 Rp. 662.776.362, tahun ke-4 Rp. 576.327.272, tahun ke-5 Rp. 501.616.524.

PV Cost pada tahun ke-0 Rp. 143.333.813, tahun ke-1 Rp. 820.810.500, tahun ke-2 Rp. 714.572.547, tahun ke-3 Rp. 621.652.963, tahun ke-4 Rp. 540.482.031, dan tahun ke-5 Rp. 469.703.470.

PV cash flow pada tahun ke-0 Rp. -143.333.813, tahun ke-1 Rp. 55.711.239, tahun ke-2 Rp. 47.620.359, tahun ke-3 Rp. 41.123.399, tahun ke-4 Rp. 35.845.241 dan tahun ke-5 Rp. 31.913.054

Kumulatif cash flow yaitu perhitungan PV Cash flow ditambah dengan jumlah kumulatif awal, tahun ke-0 Rp. -143.333.813, tahun ke-1 Rp. -87.622.574, tahun ke-2 Rp. -40.002.215, tahun ke-3 Rp. 1.121.185, tahun ke-4 Rp. 36.966.425 dan tahun ke-5 Rp. 68.879.479Tabel 3.4. Analisis Kelayakan Usaha Abon Ikan

IRR33.94%

PBP (Usaha) - tahun2.95

DF15%

PV Benefit3,379,434,713

PV Cost3,310,555,234

B/C Ratio1.021

NPV68,879,479

NetB/C Ratio

Cash Flow (+)212,213,292

Cash Flow (-)-143,333,813

Net B/C Ratio1.48

Analisis kalayakan usaha abon ikan ini dari perhitungan IRR, PBP, NVP serta Neto B/C Ratio.

IRR merupakan nilai diskount rate yang menghasilkan nilai NPV = 0 dimana nilai IRR pada perusahaan abon ikan adalah 33,94% . Dari hasil perhitungan IRR 33, 94% lebih besar dari DF (Dicount Factor) sebesar 15%, maka proyek perusahaan abon ikan layak untuk dijalankan.

PBP (Payback Periode) merupakan jangka waktu tertentu yang menunjukan terjadinya arus penerimaan yang secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk Present Value. Dimana pada perusahaan abon ikan diperoleh PBP 2,95 yang artinya perusahaan abon ikan mampu mengembalikan investasi dalam jangka waktu 2,95 tahun.

PV Benefit sejumlah 3.379.434.713 dan PV Cost 3.310.555.234 sehingga dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang didapat perusahaan abon ikan adalah Rp. 68.879.480. PV benevit dan PV Cost didapat dari PV tahun ke-0 dibagi PV tahun ke-5. B/C Ratio merupakan perbandingan antara jumlah benefit yang diperoleh dengan cost yang dikeluarkan. Hasil perhitungan B/C Ratio perusahaan abon ikan yaitu 1,021. B/C Ratio didapat dari PV benevit dibagi PV cost. Dengan hasil yang demikian dapat diartikan usaha abon ikan layak untuk dijalankan karena B/C Ratio > 1 Net Present Value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan Diskon Faktor. NPV perusahaan abon ikan yaitu Rp. 68.879.480,- Net B/C Ratio Chasflow (+) merupakan penjumlahan seluruh PV Cashflow bernilai (+) sedangkan Cashflow (-) merupakan penjumlahan seluruh PV Cashflow bernilai (+). Chasflow (+) didapat dari hasil pembagian PV Chasflow ahun ke-1 dibagi tahun ke-5. Sedangkan Chasflow (-) diambil dari PV Chasflow tahun ke-0.

10. Lampiran 10 (Proyeksi Arus Kas Pada Penurunan Pendapatan Sebesar 2 %)Tabel 3.6 . Analisis Kelayakan Usaha Pada Penurunan Pendapatan Sebesar 2%

IRR17.35%

PBP (Usaha) - tahun2.95

DF15%

PV Benefit3,311,855,266

PV Cost3,303,797,289

B/C Ratio1.002

NPV8,057,977

NetB/C Ratio

Cash Flow (+)151,391,790

Cash Flow (-)-143,333,813

Net B/C Ratio1.06

Dalam menganalisis kelayakan usaha perlu adanya analisis sensitiviitas yang dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan pada saat terjadinya penurunan pendapatan atau kenikan biaya operasional yang akan menyebabkan berubahnya arus kas perusahaan. Pada lampiran 10 dilakukan analisis sensitivitas apabila terjadi penurunan pendapatan 2%, dari penurunan ini mengakibatkan penurunan IRR yang cukup signifikan. Pada kondisi normal IRR mencapai 33,94% sedangkan pada saat penurunan pendapatan sebesar 2%, IRR yang dicapai hanya sebesar 17, 35%. Pendapatan merupakan sumber sangat penting untuk keberlangsungan usaha yang merupakan hasil dari pemasukan yang penjualan produk.

Penurunan pendapatan terjadi akibat tidak terjualnya seluruh produk yang diproduksi. Jika penurunan pendapatan pertahun mencapai 2% yaitu produk yang tidak terjual senilai Rp.20.160.000 maka perusahaan masih bisa mendapatkan keuntungan karena nilai IRR masih diatas nilai discount factor, namun selisihnya sangat kecil yaitu hanya 2,35% diatas nilai DF. Penurunan pendapatan berdampak besar terhadap nilai B/C ratio, NPV, dan Net B/C ratio yang hanya bernilai sangat sedikit lebih tinggi dari titik impas. Sangat nampak perbedaannya dilihat dari seberapa lama dana modall kerja dapat ditutupi oleh laba bersih yang didapatkan (Pay Back Periode) yang berseisih cukup jauh. Pada kondisi pendapatan normal PBP sebesar 2.02 sedangkan pada penurunan pendapatan 2%, PBP sebesar 2,95.

11. Lampiran 11

Tabel 3.7. Analisis Kelayakan Usaha Pada Penurunan Pendapatan Sebesar 3%IRR8.19%

PBP (Usaha) - tahun3.82

DF15%

PV Benefit3,278,065,543

PV Cost3,300,418,317

B/C Ratio0.99

NPV-22,352,774

NetB/C Ratio

Cash Flow (+)120,981,039

Cash Flow (-)-143,333,813

Net B/C Ratio0.84

Sedangkan pada lampiran 11 dilakukan analisis sensitivitas apabila terjadi penurunan pendapatan 3%, dari penurunan ini mengakibatkan penurunan IRR yang sangat signifikan. Pada kondisi normal IRR mencapai 33,94% sedangkan pada saat penurunan pendapatan sebesar 3%, IRR yang dicapai hanya sebesar 8,19%. Jika penurunan pendapatan pertahun mencapai 3% yaitu produk yang tidak terjual senilai Rp.30.240.000 maka perusahaan dalam kondisi merugi karena nilai IRR di bawah nilai discount factor, dan selisihnya yang cukup jauh jauh yaitu sebesar 6,81% di bawah nilai DF. Penurunan pendapatan berdampak besar terhadap nilai B/C ratio, NPV, dan Net B/C ratio yang hanya bernilai lebih kecil dari titik impas. Pada kondisi pendapatan normal PBP sebesar 2.02 sedangkan pada penurunan pendapatan 3%, PBP sebesar 3,82%.

12. Lampiran 12

Tabel 3.8. Analisis Kelayakan Usaha Pada Peningkatan Biaya Operasional Sebesar 2%IRR18.57%

PBP (Usaha) - tahun2.86

DF15%

PV Benefit3,379,434,713

PV Cost3,367,145,207

B/C Ratio1.00

NPV12,289,506

NetB/C Ratio

Cash Flow (+)155,623,319

Cash Flow (-)-143,333,813

Net B/C Ratio1.09

Pada lampiran 12 terjadi peningkatan biaya operasional sebesar 2%, dari kenaikan biaya operasional ini mengakibatkan penurunan IRR yang cukup signifikan. Pada kondisi normal IRR mencapai 33,94% sedangkan pada saat mengalami kenaikan biaya operasional, IRR yang dicapai hanya sebesar 10, 17%. Biaya operasioanal merupakan sumber pengeluaran yang sangat penting untuk keberlangsungan usaha yang dapat menentukan harga jual dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Kenaikan biaya operasional ini terjadi akibat kenaikan dari biaya variabel baik dari biaya bahan baku, upah tenaga kerja biaya bahan pembantu, biaya transportasi hingga pajak. Jika kenaikan biaya operasional mencapai 3% biaya variabel yang naik mencapai Rp. 11.210.790 maka perusahaan masih bisa mendapatkan keuntungan karena nilai IRR masih diatas nilai discount factor, namun selisihnya sangat kecil yaitu hanya 3,57% diatas nilai DF. Penurunan pendapatan kenaikan biaya operasional berdampak besar terhadap nilai B/C ratio, NPV, dan Net B/C ratio yang hanya bernilai sangat sedikit lebih tinggi dari titik impas. Sangat nampak perbedaannya dilihat dari seberapa lama dana modal kerja dapat ditutupi oleh laba bersih yang didapatkan (Pay Back Periode) yang berseisih cukup jauh. Pada kondisi pendapatan normal PBP sebesar 2.02 sedangkan pada keanikan biaya operasional sebesar 2%, PBP sebesar 2,89%.

Kondisi diatas dapat terjadi kapan saja, dikarenakan faktor eksternal seperti kenaikan harga baku yang menyebabkan kenaikan biaya operasional maupun faktor internal seperti kurangnya tenaga marketing yang menyebabkan penurunan pendapatan. Solusi yang dapat dilakukan saat kondisi penurunan pendapatan terjadi adalah dengan cara perluasan pemasaran dengan menekann biaya transportasi yaitu menggunakan sistem online. Selain itu, tenaga operasional dengan sistem online dapat dilakukan oleh tenaga administrasi atau pemimpin perusahaan. Namun dengan sistem pemasaran secara online akan menambah pekerjaan administrasi. Sebaiknya perusahaan menambah tenaga kerja yang khusus untuk marketing sehingga pendapatan perusahaan dapat terorganisir dengan cermat karena penjualan produk dapat dipantau langsung oleh tenaga marketing. Penambahan jumlah tenaga kerja tentunya akan meningkatkan biaya operasional perusahaan, untuk mengatasinya adalah dengan cara meingkatkan volume produksi perhari agar produk yang dihasilkan lebih banyak dengan biaya operasional yang dapat ditekan sampai seminimal mungkin. Sehingga tenaga marketing dapat memasarkan produk ke jangkauan yang lebih luas dan perusahaan dapat meraih pendapatan yang lebih besar untuk mengimbangi biaya operasional. 13. Lampiran 13

Tabel 3.9. Analisis Kelayakan Usaha Pada Peningkatan Biaya Operasional Sebesar 3%IRR10.17%

PBP (Usaha) - tahun2.90

DF15%

PV Benefit3,379,434,713

PV Cost3,395,440,193

B/C Ratio1.00

NPV-16,005,480

NetB/C Ratio

Cash Flow (+)127,328,333

Cash Flow (-)-143,333,813

Net B/C Ratio0.89

Dalam menganalisa suatu kelayakan usaha, perlu juga dilakukan analisa sensitifitas. Fungsinya adalah untuk mengetahui pengeluaran dan pendapatan suatu perusahaaan serta untung rugi. Pada lampiran 13 dilakukan analisa sensifitas apabila terjadi peningkatan biaya oprasional sebesar 3%, dari peningkatan ini berdampak pada penurunan IRR. Pada kondisi normal IRR mencapai 33,94% sedangkan pada saat peningkatan biaya oprasional sebesar 3%, jumlah IRR menurun menjadi 10,17%. Hal tersebut di kemungkinkan karena tidak dinaikkannya harga jual produk sehingga dengan hal tersebut pendapatan akan menurun sementara dan terjadi pembengkakan pada biaya pengeluaran. Penurunan pendapatan berdampak besar terhadap nilai B/C ratio, NPV, dan Net B/C ratio lebih rendah dari titik impas dan nilai discon faktor 15% lebih tinggi dari nilai IRR 10%. Begitu juga terjadi perbedaannya dilihat dari seberapa lama dana modal kerja dapat ditutupi oleh laba bersih yang didapatkan (Pay Back Periode) yang berseisih cukup jauh. Pada kondisi pendapatan normal PBP sebesar 2.02 sedangkan pada peningkatan biaya produksi 3%, PBP sebesar 2,90. Kondisi diatas jelas sangat tidak layak karena berdampak meruginya perusahaan. Untuk solusinya pada peningkatan biaya produksi haruslah dibarengi dengan analasisa kembali harga jual produk serta meningkatkan kembali kenerja para karyawan agar pendapatan bisa ditingkatkan, sehingga perusahaan bisa untung.

14. Lampiran 14

abel 3.10. Analisis Kelayakan Usaha Pada Penurunan Pendapatan Sebesar 1% dan Peningkatan Biaya Operasional Sebesar 1%

IRR17.96%

PBP (Usaha) - tahun3.70

DF15%

PV Benefit3,345,644,990

PV Cost3,335,471,248

B/C Ratio1.00

NPV10,173,742

NetB/C Ratio

Cash Flow (+)153,507,555

Cash Flow (-)-143,333,813

Net B/C Ratio1.07

Pada lampiran 14 dilakukan analisa sensifitas apabila terjadi penurunan pendapatan sebesar 1% dan peningkatan biaya sebesar 1%, dari kejadian tersebut berdampak pada penurunan nilai IRR. Pada kondisi normal IRR mencapai 33,94% sedangkan pada saat penurunan pendapatan sebesar 1% dan peningkatan biaya oprasional 1% nilai IRR sebesar 17,96%. Akan tetapi perusahaan belum mengalami kerugian karena nilai IRR 17,96% masih lebih besar dari nilai DF 15%, terlihat juga nilai Net B/C ratio (1,07) lebih tinggi dari titik impas (1,00). Akan tetapi berdampak pada lamanya dana modal kerja dapat ditutupi oleh laba bersih yang didapatkan (Pay Back Periode) yang berseisih cukup jauh. Pada kondisi pendapatan normal PBP sebesar 2.02 sedangkan pada penurunan pendapatan 1% dan peningkatan biaya oprasional 1% PBP sebesar 2,95. Solusinya yakni untuk masalah tersebut yakni dengan cara menyusun kembali harga jual produk serta meningkatkan kapasitas produksi dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada ,seperti memberlakukan jam lembur bagi karyawan. Dengan hal tersebut diharapkan agar lebih banyak produk yang dihasilkan dalam kurun waktu yang singkat serta penjualan produk lebih cepat, sehingga jangka PBB lebih pendek jika dibandingkan dalam kondisi normal.

15. Lampiran 15

Tabel 3.11. Analisis Kelayakan Usaha Pada Penurunan Pendapatan Sebesar 1,5% dan Peningkatan Biaya Operasional Sebesar 1,5%

IRR9.19%

PBP (Usaha) - tahun3.70

DF15%

PV Benefit3,328,750,128

PV Cost3,347,929,255

B/C Ratio0.99

NPV-19,179,127

NetB/C Ratio

Cash Flow (+)124,154,686

Cash Flow (-)-143,333,813

Net B/C Ratio0.87

Pada lampiran 15 dilakukan analisa sensivitas apabila terjadi penurunan pendapatan sebesar 1,5% dan peningkatan biaya oprasional sebesar 1,5%. Setelah dilakukan analisa, ternyata kondisi diatas mengakibatkan penurunan nilai dari IRR. Pada kondisi normal IRR mencapai 33,94% sedangkan pada saat penurunan pendapatan sebesar 1,5% dan peningkatan biaya oprasional 1,5% nilai IRR sebesar 9,19%. Sedangkan nilai DF 15% lebih tinggi dari IRR 9,19% hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan merugi pada kondisi tersebut. Terlihat jelas tingkat kerugian yang dialami perusahaan pada kondisi di atas dengan nilai Net B/C ratio 0,87 lebih rendah dari nilai titik impas 0,99. Kondisi tersebut juga berdampak pada lamanya dana modal kerja dapat ditutupi oleh laba bersih yang didapatkan (Pay Back Periode) yang berseisih cukup jauh. Pada kondisi pendapatan normal PBP sebesar 2.02 sedangkan pada penurunan pendapatan 1,5% dan peningkatan biaya oprasional 1,5% PBP sebesar 3,70. Adapun solusi untuk masalah tersebut ialah apabila perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebaiknya perusahaan melakukan evaluasi kinerja mulai dari hulu hingga hilir pada manajemen perusahaan, apabila terjadi penyimpangan maka perusahaan harus segera melakukan perbaikan kinerja agar perusahaan tidak terus menerus merugi. Apabila perusahaan menginginkan perusahaan untung dengan mengambil kebijakan menaikkan biaya oprasional hal yang harus di perhatikan ialah apabila ada peningkatan biaya oprasional secara otomatis harga jual produk harus di naikkan. Apabila meningkatakan biaya oprasional akan tetapi tidak menaikkan harga jual produk secara otomatis merusahaan akan merugi.BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Usaha pengolahan abon ikan sangat berpotensi untuk dikembangkan di banyak wilayah di Indonesia yang memiliki sumberdaya perikanan laut yang melimpah.

2. Proses pembuatan abon ikan relatif mudah dan peralatan yang dibutuhkan pun relatif sederhana sehingga untuk memulai usaha ini tidak memerlukan biaya investasi yang besar.

3. Salah satu spesies ikan yang sangat cocok dijadikan sebagai bahan baku produksi abon ikan adalah Ikan Marlin/Jangilus(Istiophorus sp), karena selain dagingnya tebal juga tidak banyak durinya.

4. Usaha pengolahan abon ikan pada umumnya berskala kecil dan bersifat padat tenaga kerja. Oleh sebab itu, jenis teknologi yang cocok digunakan adalah teknologi semi-mekanik, sehingga memudahkan para pekerja dan serta lebih efektif dan efisien. 5. Kendala produksi yang bisa dijumpai adalah terjadinya kelangkaan bahan baku ikan. Oleh sebab itu, lokasi usaha sebaiknya terdapat di daerah-daerah yang dekat dengan kawasan-kawasan kerja pelabuhan perikanan sehingga akan mempermudah proses penyediaan dan transportasi bahan baku ikan.

6. Abon ikan merupakan produk yang prospektif untuk dikembangkan. Hal ini karena relatif masih terbatasnya produksi abon ikan di Indonesia sehingga peluang pasar abon ikan ini masih sangat besar, baik di dalam maupun di luar negeri (ekspor).

B. Saran

1. Pada aspek produksi, perlu peningkatan kesadaran pengusaha dan para tenaga kerja terhadap aspek sanitasi (kebersihan) proses produksi dan produk abon ikan yang dihasilkan.

2. Perusahaan perlu melakukan variasi rasa abon ikan yang dihasilkan (dari rasa manis yang selama ini diproduksi), misalnya dengan pengembangan abon ikan dengan rasa manis-pedas. Di samping rasa, perusahaan pun perlu melakukan standarisasi tekstur (tingkat kehalusan) produk abon ikan dengan merujuk pada keragaman selera kelompok konsumennya.

3. Perusahaan perlu melakukan optimalisasi pemanfaatan produk sampingan dari proses pengolahan abon ikan, dalam rangka diversifikasi produk olahan ikan dan lebih meningkatkan keuntungan perusahaan.DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Lampiran 1. Asumsi dan Parameter Usaha Abon Ikan

No.AsumsiJumlah/NilaiSatuanKeterangan

1Periode proyek5TahunPeriode 5 Tahun

2Jumlah hari kerja per bulan20Hari

3Jumlah bulan per tahun12Bulan

4Rata-rata skala produksi per hari

a. Rendemen Pengolahan ikan ke abon ikan40%

b. Produksi abon per hari60Kg

c. Bahan baku ikan per hari150Kg

5Komposisi pemasaran produk

a. Dijual di pabrik10%

b. Dijual ke pengecer lokal10%

c. Dijual kepada pedagang besar80%

6Komposisi jenis produk menurut kemasan

a. Kemasan 100 gram60%Dari Total Produksi

b. Kemasan 250 gram40%

7Harga jual produk di tingkat produsen70,000Rp/Kg

8Harga bahan baku ikan marlin18,000Rp/Kg

9Discount factor ( suku bunga )15%Tk Suku Bunga Kredit

Lampiran 2. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan

No.Jenis BiayaJumlahSatuanHarga/SatuanNilai Umur EkonomisPenyusutan/TahunNilai Sisa

1Perizinan

SIUP1Berkas300,000300,000Selamanya*)

SITU1Berkas300,000300,0005

P-IRT dari Dinkes1Berkas300,000300,000Selamanya

NPWP1Berkas250,000250,000Selamanya

Badan Hukum KUB1Berkas300,000300,000Selamanya

Sertifikat Halal1Berkas1,000,0001,000,0003

Sub Jumlah2,450,000

2Sewa Tanah Dan Bangunan1unit10,000,00010,000,0005

3Mesin/Peralatan Produksi

Mesin pengepres (3 kg)2unit1,000,0002,000,0005400,000

Mesin parutan kelapa1unit2,500,0002,500,0005500,000

Mesin giling2unit2,500,0005,000,00051,000,000

Garpu besar**)1unit50,00050,000510,000

Lumpang ukuran 1 kg1unit50,00050,000105,00025,000

Lumpang ukuran 2 kg1unit100,000100,0001010,00050,000

Lumpang ukuran 3 kg1unit150,000150,0001015,00075,000

Batu penumbuk3unit10,00030,000103,00015,000

Blong7unit35,000245,0001024,500122,500

Tungku4unit30,000120,0001012,00060,000

Wajan penggoreng6unit140,000840,0005168,000

Sealer3unit300,000900,0005180,000

Baskom plastik besar4unit60,000240,0002120,000120,000

Baskom plastik kecil3unit40,000120,000260,00060,000

Saringan kelapa1unit5,0005,00022,5002,500

Badeng5unit40,000200,0002100,000100,000

Sodet besar5unit30,000150,0001150,000

Sub Jumlah12,700,0002,760,000630,000

4Peralatan Lain

Timbangan duduk 5 kg1unit150,000150,000350,00050,000

Timbangan gantung 25 kg1unit300,000300,000560,000

Etalase1unit500,000500,0001050,000250,000

Sub Jumlah950,000160,000300,000

Jumlah26,100,0002,920,000930,000

*)Setiap habis 5 tahun harus lapor kembali

**)Digunakan untuk mengeluarkan daging ikan atau abon setelah pengepresan dari tabung mesin pengepres

Lampiran 3. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan

No. Jenis BiayaSatuanJumlah/ HariJumlah/ BulanHarga SatuanBiaya/ BulanBiaya/ Tahun

ABiaya Variabel

1Bahan Baku Ikan Marlin/Jangiluskg/ hari1503,000 18,000 54,000,000 648,000,000

2Bahan pembantu/bumbu/hari Per hari

Gula Pasirkg30600 8,700 5,220,000 62,640,000

Minyak Gorengkg30600 7,000 4,200,000 50,400,000

Lengkuaskg7.5150 2,000 300,000 3,600,000

Ketumbarkg3.7575 18,000 1,350,000 16,200,000

Bawang Putihkg2.2545 8,000 360,000 4,320,000

Bawang Merahkg7.5150 7,000 1,050,000 12,600,000

MSGkg0.245 10,000 48,000 576,000

Garam Dapurkg10.5210 1,500 315,000 3,780,000

Garam Rebuskg30600 1,500 900,000 10,800,000

KelapaButir30600 1,000 600,000 7,200,000

SereiBatang 30600 50 30,000 360,000

Daun SalamHelai751,500 25 37,500 450,000

Sub Total 14,410,500 172,926,000

3Bahan Pendukung

BensinLiter120 4,500 90,000 1,080,000

SabunBatang 120 5,000 100,000 1,200,000

Minyak TanahLiter0.510 3,500 35,000 420,000

Kayu BakarKali Produksi120 25,000 500,000 6,000,000

Kantong Plastik Kemasan (100 g)kantong/harii3607,200 200 1,440,000 17,280,000

Kantong Plastik Kemasan (250 g)kantong/hari961,920 300 576,000 6,912,000

Sub Total 2,741,000 32,892,000

4Tenaga Kerja Produksi

a. Upahorang/hari6120 25,000 3,000,000 36,000,000

b. Biaya Makan Tenaga Kerjaorang/hari7140 5,000 700,000 8,400,000

Sub Total 44,400,000

5Biaya Transportasi20 25,000 500,000 6,000,000

Total Biaya Variabel 75,351,500 904,218,000

BBiaya Tetap

1Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Gaji Pimpinanorang/bulan11 1,500,000 1,500,000 18,000,000

Gaji Tenaga Administrasiorang/bulan11 700,000 700,000 8,400,000

Biaya ListrikPer Bulan 150,000 1,800,000

Biaya TeleponPer Bulan 250,000 3,000,000

Biaya Peralatan Habis Pakai *)Per Tahun 1,410,000

Biaya Perawatan dan Pemeliharaan **)Per Tahun 682,500

Sub Total 33,292,500

2Biaya Administrasi dan UmumPer Bulan 30,000 360,000

Total Biaya Tetap 33,652,500

Total Biaya Operasional 937,870,500

*) Peralatan yang memiliki umur ekonomis kurang dari 1 tahun (1/2 tahun)

**) Sebesar 5 % dari total biaya investasi mesin dan peralatan per tahun

Formula Bahan Pembantu untuk 10 kg Bahan Baku Ikan

Jenis Bahan PembantuJumlah Satuan

Gula Pasir2kg

Minyak Goreng2kg

Lengkuas0.5kg

Ketumbar250Gram

Bawang Putih150Gram

Bawang Merah0.5kg

MSG16Gram

Garam Dapur700Gram

Garam Rebus2Kg

Kelapa 2Butir

Serei2Batang

Daun Salam5Helai

Kebutuhan Bahan Pendukung untuk 1 Kali Produksi (Pengolahan 150 kg Bahan Baku Ikan)

Jenis Bahan PendukungJumlahSatuan

Bensin1Liter

Sabun1Batang

Minyak Tanah0.5Liter

Kayu Bakar25,000Rupiah

Kantong Plastik Kemasan (100 g)360Kantong

Kantong Plastik Kemasan (250 g)96Kantong

Biaya Penggantian Peralatan Habis Pakai

No.Jenis Peralatan Habis PakaiJumlahSatuanHarga/satuan (Rp/satuan)Nilai (Rp)

1Baskom Ukuran Kecil10unit 15,000 150,000

2Baskom Ukuran Sedang3unit 40,000 120,000

3Baskom Ukuran Besar4unit 65,000 260,000

4Nyiru10unit 10,000 100,000

5Ayakan5unit 10,000 50,000

6Pisau5unit 5,000 25,000

Biaya Total per Semester 705,000

Biaya Total per Tahun 1,410,000

Rekap Jumlah Biaya Operasional Per Tahun

No.Jenis BiayaNilai (Rp)

ABiaya Variabel

Bahan Baku 648,000,000

Bahan Pembantu 172,926,000

Bahan Pendukung 32,892,000

Tenaga Kerja Produksi 44,400,000

Biaya Transportasi 6,000,000

Sub Total 904,218,000

BBiaya Tetap

Biaya Overhead Pabrik (POB) 33,292,500

Biaya Administrasi dan Umum 360,000

Sub Total 33,652,500

Jumlah Biaya Operasional per Tahun 937,870,500

Perhitungan Modal Kerja Untuk Biaya Operasional

NoJenis BiayaHarga/SatuanNilai (Rp)

1Jumlah dana modal kerja *)0.125 117,233,813

2Sumber dana modal kerja dari:

Kredit 60,000,000

Dana Sendiri 57,233,813

*)Diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah 1,5 bulan pertama operasional sehingga jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan: = (1/8) x Biaya operasional 1 tahun.

Lampiran 4. Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan Modal Kerja

NoRincian Biaya ProyekTotal Biaya

1Dana Investasi yang bersumber dari

a. Kredit 10,000,000

b. Dana Sendiri 16,100,000

Jumlah Dana Investasi 26,100,000

2Dana Modal Kerja yang bersumber dari

a. Kredit 60,000,000

b. Dana Sendiri 57,233,813

Jumlah Dana Modal Kerja 117,233,813

3Total Dana Proyek yang bersumber dari

a. Kredit 70,000,000

b. Dana Sendiri 73,333,813

Jumlah Dana Proyek 143,333,813

Lampiran 5. Perhitungan Angsuran Kredit

A. Pembayaran Angsuran Kredit Investasi

Nilai Kredit Investasi (Rp)10,000,000

Jangka waktu kredit (bulan)24

Bunga per bulan (%)1.25%

Angsuran per bulanmenurun

Thn 1

BulanAngsuran pokokAngsuran bungaTotal AngsuranSaldo AwalSaldo Akhir

Thn 1

1416,667125,000541,66710,000,0009,583,333

2416,667119,792536,4589,583,3339,166,667

3416,667114,583531,2509,166,6678,750,000

4416,667109,375526,0428,750,0008,333,333

5416,667104,167520,8338,333,3337,916,667

6416,66798,958515,6257,916,6677,500,000

7416,66793,750510,4177,500,0007,083,333

8416,66788,542505,2087,083,3336,666,667

9416,66783,333500,0006,666,6676,250,000

10416,66778,125494,7926,250,0005,833,333

11416,66772,917489,5835,833,3335,416,667

12416,66767,708484,3755,416,6675,000,000

Jml5,000,0001,156,2506,156,250

Thn 2

BulanAngsuran pokokAngsuran bungaTotal AngsuranSaldo AwalSaldo Akhir

1416,66762,500479,1675,000,0004,583,333

2416,66757,292473,9584,583,3334,166,667

3416,66752,083468,7504,166,6673,750,000

4416,66746,875463,5423,750,0003,333,333

5416,66741,667458,3333,333,3332,916,667

6416,66736,458453,1252,916,6672,500,000

7416,66731,250447,9172,500,0002,083,333

8416,66726,042442,7082,083,3331,666,667

9416,66720,833437,5001,666,6671,250,000

10416,66715,625432,2921,250,000833,333

11416,66710,417427,083833,333416,667

12416,6675,208421,875416,6670

Jml5,000,000406,2505,406,250

Perhitungan Angsuran Kredit (Lanjutan)

B. Pembayaran Angsuran Kredit Modal Kerja

Nilai kredit modal kerja (Rp) 60,000,000

Jangka waktu kredit (bulan)24

Bunga per bulan (%)1.25%

Angsuran per bulanmenurun

Tahun 1

BulanAngsuran PokokAngsuran Bunga Total AngsuranSaldo AwalSaldo Akhir

12,500,000750,0003,250,00060,000,00057,500,000

22,500,000718,7503,218,75057,500,00055,000,000

32,500,000687,500 3,187,50055,000,00052,500,000

42,500,000656,250 3,156,25052,500,00050,000,000

52,500,000625,000 3,125,00050,000,00047,500,000

62,500,000593,750 3,093,75047,500,00045,000,000

72,500,000562,500 3,062,50045,000,00042,500,000

82,500,000531,250 3,031,25042,500,00040,000,000

92,500,000500,000 3,000,00040,000,00037,500,000

102,500,000468,750 2,968,75037,500,00035,000,000

112,500,000437,500 2,937,50035,000,00032,500,000

122,500,000406,250 2,906,25032,500,00030,000,000

Jml30,000,0006,937,50036,937,500

Thn 2BulanAngsuran PokokAngsuran Bunga Total AngsuranSaldo AwalSaldo Akhir

12,500,000375,000 2,875,00030,000,00027,500,000

22,500,000343,750 2,843,75027,500,00025,000,000

32,500,000312,500 2,812,50025,000,00022,500,000

42,500,000281,250 2,781,25022,500,00020,000,000

52,500,000250,000 2,750,00020,000,00017,500,000

62,500,000218,750 2,718,75017,500,00015,000,000

72,500,000187,500 2,687,50015,000,00012,500,000

82,500,000156,250 2,656,25012,500,00010,000,000

92,500,000125,000 2,625,00010,000,0007,500,000

102,500,00093,750 2,593,7507,500,0005,000,000

112,500,00062,500 2,562,5005,000,0002,500,000

122,500,00031,250 2,531,2502,500,0000

Jml30,000,0002,437,50032,437,500

C. Jumlah Pembayaran Angsuran Kredit (Investasi dan Modal Kerja)

Tahun Ke-KreditAngsuran PokokAngsuran BungaTotal AngsuranSaldo AwalSaldo Akhir

070,000,000---70,000,00070,000,000

1-35,000,0008,093,75043,093,75070,000,00035,000,000

2-35,000,0002,843,75037,843,75035,000,0000

Lampiran 6. Produksi dan Penjualan Abon Ikan

NoUraianNilaiSatuan

1Produksi per hari60kg/hari

2Produksi per bulan1,200kg/bulan

3Produksi per tahun14,400kg/tahun

4Harga jual di tingkat produsen70,000Rp/kg

5Nilai penjualan per tahun (Pendapatan)1,008,000,000Rp/tahun

Lampiran 7. Proyeksi Laba -Rugi Usaha Abon Ikan

NoUraianTahun ke-Rata-rata

12345

1Pendapatan1,008,000,0001,008,000,0001,008,000,0001,008,000,0001,008,000,0001,008,000,000

2Biaya operasional937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500

3Laba kotor70,129,50070,129,50070,129,50070,129,50070,129,50070,129,500

Bunga kredit8,093,7502,843,750

4Laba sebelum pajak62,035,75067,285,75070,129,50070,129,50070,129,50067,942,000

Biaya penyusutan2,920,0002,920,0002,920,0002,920,0002,920,0002,920,000

5Laba kena pajak59,115,75064,365,75067,209,50067,209,50067,209,50065,022,000

Pajak5,911,5756,436,5756,720,9506,720,9506,720,9506,502,200

6Laba bersih53,204,17557,929,17560,488,55060,488,55060,488,55058,519,800

7Profit margin (%)5.285.756.006.006.005.81

Lampiran 7. Proyeksi Laba -Rugi Usaha Abon Ikan Pada Penurunan Pendapatan Sebesar 2 %

NoUraianTahun ke-Rata-rata

12345

1Pendapatan987,840,000987,840,000987,840,000987,840,000987,840,000987,840,000

2Biaya operasional937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500

3Laba kotor49,969,50049,969,50049,969,50049,969,50049,969,50049,969,500

Bunga kredit8,093,7502,843,750

4Laba sebelum pajak41,875,75047,125,75049,969,50049,969,50049,969,50047,782,000

Biaya penyusutan2,920,0002,920,0002,920,0002,920,0002,920,0002,920,000

5Laba kena pajak38,955,75044,205,75047,049,50047,049,50047,049,50044,862,000

Pajak3,895,5754,420,5754,704,9504,704,9504,704,9504,486,200

6Laba bersih35,060,17539,785,17542,344,55042,344,55042,344,55040,375,800

7Profit margin (%)3.554.034.294.294.294.09

Lampiran 7. Proyeksi Laba -Rugi Usaha Abon Ikan Pada Penurunan Pendapatan Sebesar 3 %

NoUraianTahun ke-Rata-rata

12345

1Pendapatan977,760,000977,760,000977,760,000977,760,000977,760,000977,760,000

2Biaya operasional937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500937,870,500

3Laba kotor39,889,50039,889,50039,889,50039,889,50039,889,50039,889,500

Bun