TUGAS EKONOMI MONETER II.doc
Transcript of TUGAS EKONOMI MONETER II.doc
TUGAS EKONOMI MONETER II
ANALISIS TINGKAT LAJU INFLASI TAHUN 2008-2012
DI KOTA SEMARANG
DI susun oleh :
Indah Mei Setyawati C1A012097
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum proses pembangunan di bidang ekonomi masih terus
berlangsung meskipun belum secepat yang diharapkan. Untuk mengukur keberhasilan
pembangunan tersebut perlu diukur dengan alat yang sesuai/tepat. Guna memenuhi
harapan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan Badan Pusat Statistik Kota
Semarang adalah menyajikan data statistik Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Laju
Inflasi. Perubahan data Indeks Harga Konsumen merupakan indikator ekonomi makro
yang penting untuk memberikan gambaran tentang laju inflasi suatu daerah, dan lebih
jauh lagi dapat menggambarkan pola konsumsi masyarakat. Selain sebagai salah satu
indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi
perekonomian, laju inflasi juga menunjukkan keseimbangan antara penawaran dan
permintaan barang dan jasa.
Sedang yang dimaksud dengan inflasi adalah angka yang menggambarkan
perubahan (dalam persentase) IHK yang terjadi pada suatu periode waktu dengan
periode waktu sebelumnya. Harga konsumen mencakup semua barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat secara umum, diantaranya meliputi kelompok bahan
makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, sandang,
kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta transpor dan komunikasi.
Periode waktu tertentu (telah ditentukan) yang dipakai sebagai dasar pembanding
disebut sebagai periode dasar atau tahun dasar. IHK pada periode tahun dasar
ditentukan = 100.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu inflasi ?
2. Bagaimana laju/ tingkat inflasi nasional tahun 2008-2012?
3. Bagaimana laju/ tingkat inflasi kota semarang tahun 2008-2012?
4. Bagaimana perbandingan inflasi antara kota semarang dan lainnya serta
pengaruhnya ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang
IHK dan perkembangannya setiap tahun di Kota Semarang. Sebagai bahan
pembanding dalam publikasi ini dicantumkan pula inflasi di kota lainnya di Provinsi
Jawa Tengah yang tercakup dalam penghitungan angka inflasi nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus
menerus. Kenaikan harga dari masing-masing barang tidak perlu sama baik secara
mutlak maupun persentasinya. Demikian pula waktu kenaikannya tidak perlu
bersamaan. Yang perlu dicatat adalah kenaikan harga umum barang tersebut terjadi
secara terus-menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali
saja meskipun dengan persentasi yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi.
Kecuali bila kenaikan satu harga barang mendorong kenaikan harga barang lain.
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga.
Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang-barang secara umum
mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus-menerus. Inflasi
yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi dimana para pelaku
ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian. Disamping itu juga
bisa memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum akibat harga-harga
yang naik. Sementara inflasi yang ringan justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional
dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan berinvestasi.
2.2 Inflasi Nasional
Inflasi di negara Indonesia dari tahun 2008-2012 dapat di uraikan sebagai
berikut :
A. Inflasi tahun 2008
Laju inflasi selama tahun 2008 sebesar 11,06 persen, dengan pola inflasi
terbesar menyebar pada bulan Januari, Mei dan Juni di semester pertama tahun
2008, yaitu masing-masing berturut-turut sebesar 1,77 persen, 1,41 persen dan
2,46 persen serta 1,37 persen di bulan Juli semester kedua.
Jika dilihat selama semester pertama pada tahun 2008 ternyata inflasi
tertinggi terjadi di bulan Juni 2008 sebesar 2,46 persen sedangkan di semester
kedua mencapai 1,37 persen terjadi pada bulan Juli 2008. Bahkan di semester
kedua terutama pada bulan Desember sempat mengalami deflasi sebesar 0,04
persen dan inflasi terkecil selanjutnya terjadi di bulan November yang mencapai
0,12 persen.
Selama tahun 2008 inflasi tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan
makanan sebesar 16,35 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau sebesar 12,53 persen dan kelompok pengeluaran untuk perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar sebesar 10,92 persen, kelompok kesehatan sebesar
7,96 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok
sandang masing-masing mengalami inflasi sebesar 7,49 persen dan 7,33 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi terkecil terjadi pada
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 6,86 persen.
Tingginya inflasi kelompok bahan makanan disebabkan oleh tingginya
perubahan harga yang terjadi pada beberapa komoditi seperti yang terjadi pada
sub kelompok kacang-kacangan hingga mencapai 43,83 persen, sub kelompok
ikan diawetkan sebesar 26,59 persen, kelompok ikan segar sebesar 25,40 persen
dan sub kelompok sayur-sayuran mencapai 22,05 persen. Sedangkan inflasi yang
terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau seperti biasa
disebabkan oleh tingginya perubahan harga yang terjadi pada sub 6 kelompok
makanan jadi. Di kelompok sandang, inflasi sangat didominasi oleh perubahan
harga yang terjadi pada sub kelompok barang pribadi (seperti emas) dan sandang
lainnya
B. Inflasi tahun 2009
Laju inflasi nasional selama tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat
signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar 2,78 persen.
Penurunan inflasi yang sangat besar terjadi mencerminkan keadaan ekonomi yang
stabil terutama setelah pemilihan presiden. Pola inflasi terbesar menyebar pada
bulan Pebruari dan Maret di semester pertama tahun 2009 bahkan pada bulan
Januari dan April terjadi deflasi masing-masing sebesar -0,07 persen dan -0,31
persen. Sedangkan pada semester dua inflasi terbesar terjadi pada bulan
September (Puasa dan Lebaran) sebesar 1,05 persen dan pada bulan November
terjadi deflasi sebesar – 0,03 persen.
Jika dilihat selama semester pertama pada tahun 2009 ternyata inflasi
tertinggi terjadi di bulan Maret sebesar 0,22 persen sedangkan di semester kedua
mencapai 1,05 persen terjadi pada bulan September 2009. Bahkan di semester
kedua terutama pada bulan November sempat mengalami deflasi sebesar -0,03
persen dan inflasi terkecil selanjutnya terjadi di bulan Oktober yang mencapai
0,19 persen.
Selama tahun 2009 inflasi tertinggi masih terjadi pada kelompok makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 7,81 persen, diikuti dengan kelompok
sandang sebesar 6,00 persen dan kelompok pengeluaran untuk kesehatan; dan
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masing-masing sebesar 3,89 persen,
kelompok bahan makanan sebesar 3,88 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran
transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar -3.67
persen.
Sedangkan inflasi yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau disebabkan oleh tingginya perubahan harga yang terjadi pada
sub kelompok minuman yang tidak beralkohol. Di kelompok sandang, inflasi
sangat didominasi oleh perubahan harga yang terjadi pada sub kelompok barang
pribadi (seperti emas) dan sandang lainnya. Sedangkan pada kelompok transpor,
kemunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi, sumbangan terbesar pada
kelompok transpor sebesar -5,54 persen.
C. Inflasi tahun 2010
Selama tahun 2010 laju inflasi mencapai 6,96 persen, dengan inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 1,57 persen. Perkembangan harga
berbagai komoditas pada bulan Juli 2010 menunjukkan adanya kenaikan secara
umum. Kenaikan harga tersebut terlihat pada kelompok bahan makanan;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga; serta kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan.
Kenaikan harga selama bulan Juli 2010 terjadi pada komoditas: beras, jasa
perpanjangan STNK, daging ayam ras, cabai merah, bawang putih, cabai rawit,
ikan segar, telur ayam ras, bawang merah, kentang, nasi dengan lauk, gula pasir,
tarif kontrak rumah, tarif angkutan udara, daging sapi, kangkung, cabai hijau,
wortel, apel, jeruk, ayam goreng, rokok kretek filter, tarif sewa rumah, upah
tukang bukan mandor, bahan bakar rumahtangga, uang sekolah SD, uang sekolah
SLTP, uang sekolah SLTA, uang kuliah Akademi/Perguruan Tinggi dan jasa
pembuatan SIM. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah:
emas perhiasan, tomat sayur, tomat buah dan minyak goreng.
Sedangkan pada bulan Maret 2010 terjadi deflasi sebesar 0,14 persen,
dimana dari 66 kota terdapat 47 kota mengalami deflasi dan 19 kota mengalami
inflasi. Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh
penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,91 persen. Komoditas
yang mengalami penurunan harga selama bulan Maret 2010 antara lain: beras,
cabe merah, ikan segar, cabe rawit, emas perhiasan, gula pasir, bahan bakar
rumahtangga dan telepon seluler.
Angka inflasi cenderung tinggi/meningkat ketika lebaran karena
kecenderungan peningkatan harga bahan makanan, makanan jadi dan sandang.
Lebaran pada tahun 2010 jatuh pada awal bulan September tetapi terlihat bahwa
inflasi pada bulan September 2010 sebesar 0,44 persen, lebih rendah dibandingkan
inflasi bulan Agustus 2010 sebesar 0,76 persen, hal ini terjadi karena peningkatan
konsumsi untuk menyambut lebaran dilakukan pada bulan Agustus. Hal ini
terlihat dari beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga secara
signifikan pada bulan Agustus 2010 yaitu: beras, ikan segar, tariff angkutan udara,
daging ayam ras,daging sapi, cabai rawit, minyak goring, nasi dengan lauk, mie
kering instan, bayam, kentang, papaya, pisang, ketupat/lontong sayur, mie, gula
pasir, rokok kretek dan rokok kretek filter.
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi terbesar (15,64 persen)
terutama sub kelompok bumbu-bumbuan diikuti padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya serta sayursayuran. Kelompok makanan jadi, minumam, rokok dan
tembakau mengalami inflasi terbesar kedua yaitu sebesar 6,96 persen. Hal ini
lebih dipicu oleh naiknya permintaan bahan makanan untuk persiapan hari-hari
besar agama.
Kelompok kesehatan serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan pada tahun 2010 cenderung rendah yaitu hanya berkisar sekitar 2
persen. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami deflasi sebesar
0,67 persen sedangkan jasa keuangan mengalami perubahan yang tidak terlalu
besar dan cenderung stabil.
D. Inflasi tahun 2011
Laju inflasi selama tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
2011, dimana inflasi pada tahun 2011 adalah sebesar 3,79 persen. Inflasi ini lebih
rendah dibandingkan asumsi APBN-P 2011 yang ditetapkan sebesar 5,65 persen.
Dari kondisi itu memberikan gambaran bahwa dibandingkan tahun 2010,
pemerintah lebih siap memasok bahan makanan dan makanan jadi. Rendahnya
inflasi ini juga merupakan keberhasilan pemerintah dan Bank Indonesia dalam
mengendalikan harga pangan dan barang-barang yang masuk dalam kelompok
inflasi inti. Selama tahun 2011 inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu
sebesar 0,93 persen. Hal ini lebih dipicu oleh naiknya permintaan bahan makanan
untuk persiapan hari raya agama. Inflasi pada bulan tersebut terjadi karena adanya
kenaikan harga yang cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh naiknya indeks
pada kelompok bahan makanan; kelompok sandang; kelompokan pendidikan,
rekreasi, dan olahraga; dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Sepanjang tahun 2011 terjadi deflasi pada bulan Maret (0,32 persen), bulan
April (0,31 persen) dan bulan Oktober (0,12 persen). Deflasi Maret, April dan
Oktober terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
indeks pada kelompok bahan makanan terutama sub kelompok bumbu-bumbuan
serta daging dan hasil-hasilnya. Penyebab deflasi pada bulan Maret selain
dikarenakan penurunan harga dan stabilisasi harga yang dilakukan oleh
pemerintah juga disebabkan oleh penguatan nilai rupiah. Deflasi pada bulan Maret
ini merupakan deflasi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir seiring dengan
turunnya harga sejumlah barang dan komoditas.
Deflasi pada bulan April masih terjadi karena pada bulan ini musim panen
masih terus berlanjut dan rupiah semakin menguat terhadap dollar serta kebijakan
pemerintah yang membebaskan bea masuk 57 komoditas pangan sehingga
kebijakan itu akan membantu mengurangi pangan impor. Sedangkan deflasi pada
bulan Oktober terjadi karena penurunan harga emas dan pengaruh krisis global
sehingga nilai ekspor mengalami penurunan. Kondisi deflasi sebenarnya cukup
baik namun apabila terjadi secara terus-menerus akan menjadi tidak baik karena
ini dapat menggambarkan perekonomian yang tidak bergerak. Deflasi nasional
selama tahun 2011 tidak menjadi masalah yang serius karena masih memberikan
konstribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Secara umum penyebab inflasi tahun 2011 adalah tingginya harga
komoditas internasional, harga minyak dunia yang terus meningkat, meningkatnya
permintaan beberapa komoditas terutama pangan, serta rencana kebijakan
pemerintah yang akan menaikkan tarif LPG, TDL dan pengurangan BBM
bersubsidi. Komoditi penyebab inflasi pada tahun 2011 adalah: beras, cabe merah,
rokok kretek, angkutan lebaran, sewa rumah dan tarif uang kuliah. Agustus 2011,
emas menjadi penyebab tertinggi inflasi namun hanya memberikan kontribusi
sebesar 0,19 persen hal ini disebabkan oleh lamanya efek dari penurunan harga
emas tersebut terhadap perekonomian.
E. Inflasi tahun 2012
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia sepanjang tahun
2012 mencapai 4,3%. Angka inflasi tahun ini merupakan angka terendah selama 2
tahun terakhir, yaitu tahun 2011 sebesar 7,39% dan 2010 sebesar 6,39%. Inflasi
tahun 2012 tersebut jauh dibawah target pemerintah dalam APBN-P 2012 yang
ditetapkan sebesar 6,8%. Laju inflasi tahun 2012 yang hanya mencapai 4,3%
merupakan hal yang positif, akan tetapi hal ini disebabkan karena tidak adanya
kenaikan BBM di tahun 2012.
2.3 Inflasi kota Semarang
Inflasi di kota Semarang dalam tahun 2008-2012 dapat diuraikan sebagai
berikut :
A. Inflasi kota Semarang tahun 2008
Laju inflasi Kota Semarang selama kurun waktu enam bulan pertama
mencapai 7,12 persen, dan 10,34 persen selama tahun kalender. Pola ini tidak jauh
berbeda dengan pola nasional dimana laju inflasi dienam bulan pertama mencapai
7,37 persen dan 11,06 persen untuk kurun waktu satu tahun . Namun bila dilihat
inflasi bulanan, inflasi tertinggi terjadi di bulan Juni sebesar 2,40 persen disusul
bulan Maret sebesar 1,47 persen. Pada tahun 2008 Kota Semarang juga
mengalami deflasi sama seperti kondisi nasional yang terjadi pada bulan
Desember yaitu sebesar 0,42 persen atau sepuluh kali lebih tinggi dari angka
nasional yang hanya mencapai 0,04 persen.
Grafik Inflasi Umum Kota Semarang 2008-2009
Naiknya inflasi yang terjadi pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007
disebabkan oleh tingginya perubahan harga beberapa komoditi pada kelompok
pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau hingga mencapai 13,23
persen. Kelompok pengeluaran berikutnya adalah kelompok bahan makanan
sebesar 12,93 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
sebesar 12,00 persen, kelompok kesehatan sebesar 8,44 persen. Sedangkan 7
kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi terkecil adalah kelompok transpor,
kommunikasi dan jasa keuangan yang hanya sebesar 4,88 persen. Inflasi yang
terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman , rokok dan tembakau didorong
oleh kenaikan harga beberapa komoditi seperti yang terjadi pada sub kelompok
makanan jadi yang mencapai 16,46 persen, sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol sebesar 11,51 persen, dan sub kelompok minuman tidak beralkohol
sebesar 2,91 persen. Sedangkan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan
makanan sedikit banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga sub kelompok daging
dan hasi-hasilnya (28,22 persen). Begitu juga perubahan harga sebesar 26,49
persen pada sub kelompok sayur-sayuran dan perubahan harga sebesar 20,86
persen pada sub kelompok ikan segar cukup berpengaruh pada kenaikan inflasi
kelompok bahan makanan.
B. Inflasi Kota Semarang Tahun 2009
Laju inflasi Kota Semarang selama kurun waktu enam bulan pertama
tahun 2009 mencapai 0,78 persen, dan 3,19 persen selama tahun kalender. Pola ini
agak jauh berbeda dengan pola nasional dimana laju inflasi di enam bulan pertama
mencapai 0,21 persen dan 2,78 persen untuk kurun waktu satu tahun. Namun bila
dilihat inflasi bulanan, inflasi tertinggi terjadi di bulan September sebesar 1,17
persen disusul bulan Maret sebesar 0,67 persen. Pada tahun 2009 Kota Semarang
juga mengalami deflasi sama seperti kondisi nasional yang terjadi pada bulan
Januari (-0,09%), April (-0,17%) dan November (-0,27%).
Turunnya inflasi yang terjadi pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008
disebabkan oleh rendahnya perubahan harga beberapa komoditi pada kelompok
pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah
kelompok sandang sebesar 7,67 persen, hal ini menggambarkan bahwa Kota
Semarang merupakan salah satu pusat perdagangan sandang, kelompok
berikutnya adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 6,83
persen. Kelompok pengeluaran berikutnya adalah kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar sebesar 4,37 persen, kemudian kelompok bahan
makanan sebesar 2,86 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami
deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang hanya
sebesar -3,06 persen.
Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang didorong oleh kenaikan harga
barang pribadi dan sandang lainnya. Sedangkan kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditi
seperti yang terjadi pada sub kelompok makanan jadi yang mencapai 4,25 persen,
sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 7,10 persen, dan sub
kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 17,28 persen.
Sedangkan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan sedikit
banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga sub kelompok daging dan hasi-
hasilnya (5,02 persen). Begitu juga perubahan harga sebesar 25,09 persen pada
sub kelompok bumbu-bumbuan dan perubahan harga sebesar 6,02 persen pada
sub kelompok ikan diawetkan cukup berpengaruh pada kenaikan inflasi
kelompok bahan makanan.
C. Inflasi Kota Semarang tahun 2010
Inflasi kota Semarang lebih rendah dibanding dengan angka nasional yaitu
sebesar 6,90 persen. Pada semester pertama laju inflasi kota Semarang sebesar
2,25 persen dan pada semester kedua sebesar 4,65 persen. Nampak di semester
dua inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli (1,73 persen) , menurun dibulan
Agustus dan meningkat kembali di bulan September sedangkan di bulan Maret
sempat mengalami deflasi sebesar 0,20 persen namun meningkat lagi di bulan
Desember menjadi 0,70 persen. Pola inflasi bulanan pada tahun 2010 di kota
Semarang hampir sama dengan nasional. Inflasi yang tinggi terjadi di semester
kedua, pada bulan Juli, September dan Desember dimana terdapat peningkatan
harga dan kecenderungan peningkatan konsumsi barang dan jasa pada masa
liburan sekolah menjelang tahun ajaran baru serta perayaan hari raya agama.
Inflasi daging, ikan segar, lemak dan minyak, penyelenggaraan rumahtangga, jasa
pendidikan dan transpor cukup tinggi pada bulan September. Inflasi bahan
makanan tertinggi terjadi pada bulan Juli (5,04 persen); inflasi makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau tertinggi terjadi pada bulan Januari (1,21 persen);
inflasi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar terjadi pada bulan September
(1,10 persen); inflasi sandang tertinggi terjadi pada bulan November (1,25
persen); inflasi kesehatan tertinggi terjadi pada bulan Oktober (0,38 persen);
inflasi pendidikan, rekreasi dan olahraga tertinggi terjadi pada bulan September
(1,87 persen); sedangkan inflasi transpor, komunikasi dan jasa keuangan tertinggi
terjadi pada bulan Juli (2,84 persen). Kondisi inflasi yang tinggi pada bulan Juli
terdapat pada kelompok bahan makanan, sub kelompok perlengkapan/peralatan
pendidikan serta sarana dan penunjang transpor. Sedangkan pada bulan Maret
kota Semarang sempat mengalami deflasi sebesar 0,20 persen. Hal ini lebih
disebabkan adanya penurunan harga pada beberapa komoditi dan perubahan stok
bahan makanan pada bulan tersebut akibat panen dibanyak daerah membuat
hargaharga komoditi bahan makanan (seperti beras, ikan segar dan bumbu-
bumbuan) menurun. Deflasi padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (seperti
beras) mengalami deflasi hingga bulan Mei. Terjadi pula deflasi pada sub
komoditi sandang pada bulan Februari (0,07 persen) dan April (0,02 persen).
Inflasi barang pribadi dan sandang lain meningkat pada bulan Juni untuk
menyambut tahun ajaran baru di bukan Juli. Sandang laki-laki meningkat dibulan
Agustus dan sandang wanita meningkat dibulan September
D. Inflasi kota Semarang tahun 2011
Inflasi Kota Semarang pada 2011 lebih rendah dibandingkan tahun 2010
yaitu sebesar 2,84 persen, tidak jauh berbeda dengan inflasi nasional yang juga
turun pada tahun 2011 ini. Laju inflasi disemester pertama lebih rendah dari pada
semester kedua karena pada semester pertama terdapat 3 kali deflasi yaitu pada
bulan Pebruari, Maret dan April, sedangkan deflasi pada semester kedua terjadi di
bulan Oktober. Namun jika dilihat bulanan, inflasi tertinggi ada pada bulan Juli
yaitu 0,67 persen, kemudian bulan Januari sebesar 0,60 persen dan diikuti bulan
Agustus sebesar 0,57 persen.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok
sandang hingga mencapai 5,46 persen. Kelompok pengeluaran berikutnya adalah
kelompok pendidikan sebesar 4,78 persen, kelompok perumahan sebesar
3,35persen, kelompok makanan jadi sebesar 2,89 persen, kelompok kesehatan
sebesar 2,35 persen, kelompok bahan makanan sebesar 2,06 persen. Sedangkan
kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi terkecil adalah kelompok transpor
yang hanya sebesar 1,67 persen.
Inflasi yang tinggi pada bulan Januari ada pada bumbu-bumbuan, ikan
segar, beras, lemak dan minyak, serta buah-buahan. Demikian halnya pada bulan
Mei yaitu pada jasa perawatan jasmani, lemak dan minyak. Beras; telur, susu, dan
hasil-hasilnya; buah-buahan; bumbu-bumbuan; bahan makanan lainnya;
tembakau dan minuman beralkohol memberikan andil cukup tinggi untuk inflasi
bulan Juni. Inflasi yang tinggi pada bulan Juli terjadi pada beras; daging dan
hasil-hasilnya; telur, susu, dan hasil-hasilnya; sayur-sayuran; buahbuahan; bahan
makanan lainnya; kursus-kursus/pelatihan; serta perlengkapan/peralatan
pendidikan. Pada bulan Agustus yaitu barang pribadi dan sandang lain, jasa
pendidikan, perlengkapan/peralatan pendidikan serta transpor. Tembakau dan
minuman beralkohol; biaya tempat tinggal; barang pribadi dan sandang lain; jasa
kesehatan; jasa pendidikan serta beberapa komoditi bahan makanan adalah
pemicu inflasi bulan September. Walaupun bulan Oktober mengalami deflasi,
terjadi inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan jasa perawatan jasmani.
Inflasi yang tinggi pada bulan November dan Desember terdapat pada kelompok
bahan makanan. Deflasi pada bulan Pebruari terjadi pada kelompok bahan
makanan (1,17 persen), pada bulan Maret terjadi pada kelompok bahan makanan
(1,89 persen) serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,01 persen).
Deflasi pada bulan April terjadi pada kelompok bahan makanan (2,73 persen),
kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,02 persen) serta kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,05 persen). Sedangkan deflasi pada
bulan Oktober ada pada kelompok bahan makanan (0,64 persen), kelompok
sandang (0,45 persen) serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
(0,87 persen).
E. Inflasi kota Semarang 2012
Inflasi Tahun Kalender 2012 di Kota Semarang masih berkisar 4,30 %.
Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus 0,88% dan terendah pada bulan
September sebesar -0,09% atau terjadi deflasi. Pada bulan Agustus terjadi inflasi
sebesar 0,88% terutama disebabkan karena adanya kenaikan indeks pada
kelompok Pendidikan, rekreasi (2,09%) dan kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau (1,71%), sedangkan indek kelompok yang mengalami
kenaikan relative kecil yaitu kelompok perumahan (0,13%) dan kesehatan
(0,37%).
Inflasi terendah pada tahun 2012 terjadi dibulan September, akibat inflasi
bulan Agustus yang tinggi pada bulan september justru terjadi deflasi sebesar -
0,09%. Hal ini disebabkan dibeberapa kelompok justru mengalami penurun.
Penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar -0,57%, kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau -0,05%, transportasi -0,05 %.
Sedangkan kelompok yang lain pada bulan September mengalami kenaikan yang
variatif, kenaikan terbesar terjadi pada kelompok sandang yaitu sebesar 1,09 %.
Bulan terakhir di Tahun 2012 yaitu Desember terjadi inflasi sebesar
0,43%, lebih tinggi 0,42% dibanding inflasi bulan November. Inflasi sebesar
0,43% terutama disebabkan adanya peningkatan indeks pada kelompok bahan
makanan sebesar 1,39%, perumahan (0,29%), sandang (0,25%). Kenaikan indek
kelompok ini diakibatkan karena meningkatnya kebutuhan kelompok bahan
makanan dan sandang menjelang perayaan Natalan dan Tahun Baru. Dari
beberapa kota di sekitar Kota Semarang, Kota Demak, Kota Kendal dan Kota
Salatiga, selama satu tahun kalender 2012, inflasi tertinggi terjadi di Kota
Semarang sebesar 4,85%. Inflasi Kota Semarang 4,56% berada diurutan kedua
tertinggi diantara kota-kota sekitarnya sedangkan inflasi terendah di Kota Kendal
sebesar 3,96%.
Inflasi Kota Semarang lebih tinggi 0,32% dari inflasi Jawa Tengah yang
sebesar 4,24%. Secara umum inflasi tahun kelander di Semarang dan kota kota di
Propinsi Jawa Tengah yang masih dibawah 2 digit, hal ini menunjukkan
perekonomian dalam kondisi relatif stabil
2.4 Perbandingan inflasi Semarang dengan daerah lain
A. Perbandingan inflasi tahun 2008
1. Perbandingan inflasi empat kota di jawa tengah
Laju inflasi Kota Semarang lebih rendah bila dibandingkan Kota
Purwokerto yang mencapai 12,06 persen, namun lebih tinggi dari Kota Tegal
sebesar 8,52 persen dan Surakarta hanya sebesar 6,96 persen.
Dilihat dari pola setiap enam bulan, terlihat pola yang sama dari
keempat kota dibandingkan dengan pola nasional. Laju inflasi dari Januari
sampai dengan Desember 2008 cenderung meningkat hampir dua kali lipat
jika dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2008 terlihat ada satu bulan disetiap
kota mengalami deflasi, seperti Kota Semarang, Surakarta dan Tegal
mengalami deflasi pada bulan Desember . Namun untuk Kota Purwokerto
mengalami deflasi di bulan November. Perbedaan kondisi ini sangat
dipengaruhi oleh persediaan dan permintaan barang dan jasa di masing-masing
daerah.
Perubahan harga di sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok
ikan segar cukup berpengaruh pada perubahan inflasi yang terjadi di kelompok
pengeluaran bahan makanan, dimana kelompok bahan makanan di Kota Tegal
dan Purwokerto mengalami inflasi terbesar dibandingkan dengan kelompok
pengeluaran lainnya. Sedangkan untuk Kota Semarang kelompok pengeluaran
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menunjukkan adanya kenaikan
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok pengeluaran lainnya. Di
Kota Surakarta kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan
baker mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
pengeluaran lainnya.
2. Perbandingan inflasi enam ibu kota besar di pulau jawa
Enam ibukota besar di Pulau Jawa seperti Semarang, Jakarta, Serang,
Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya semuanya mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 13,91 persen kemudian disusul oleh
Kota Jakarta sebesar 11,11 persen, yang berarti inflasi di kedua ibukota
tersebut lebih tinggi dari angka nasional sebesar 11,06 persen. Kota Semarang,
Bandung dan Yogyakarta masing-masing mengalami inflasi sebesar 10,34
persen, 10,23 persen, 9,88 persen. Sedangkan inflasi terendah dari keenam
kota tersebut adalah Kota Surabaya yang mengalami inflasi sebesar 8,73
persen.
B. Perbandingan inflasi tahun 2009
1. Perbandingan inflasi empat kota di jawa tengah
Laju inflasi Kota Semarang tahun 2009 sebesar 3,19 persen lebih
rendah bila dibandingkan Kota Tegal yang mencapai 5,83 persen, namun lebih
tinggi dari Kota Purwokerto sebesar 2,83 persen dan Surakarta hanya sebesar
2,63 persen. Dilihat dari pola setiap enam bulan, terlihat mempunyai
kecenderungan pola yang sama dari keempat kota dibandingkan dengan pola
nasional. Laju inflasi dari Januari sampai dengan Desember 2009 cenderung
relatif kecil dibandingkan pada tahun 2008. Pada tahun 2009 dari pemantauan
terlihat ada tiga bulan di dua kota yang mengalami deflasi yaitu Kota
Semarang dan Surakarta yang terjadi pada bulan Januari, april dan November,
sedangkan Kota Purwokerto mengalami deflasi dua kali pada bulan Januari
dan April namun untuk Kota Tegal selama tahun 2009 terjadi deflasi pada
bulan Maret dan Oktober. Perbedaan kondisi ini sangat dipengaruhi oleh
persediaan dan permintaan barang dan jasa di masing-masing daerah.
2. Perbandingan inflasi enam ibu kota di pulau jawa
Enam ibukota besar di pulau Jawa seperti Semarang, Jakarta, Serang,
Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun 2009 semuanya mengalami
inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 4,57 persen kemudian
disusul oleh Kota Surabaya sebesar 3,39 persen, yang berarti inflasi di kedua
ibukota tersebut lebih tinggi dari angka nasional sebesar 2,78 persen. Kota
Semarang, Jakarta dan Yogyakarta masing-masing mengalami inflasi sebesar
3,19 persen, 2,34 persen, 2,93 persen. Sedangkan inflasi terendah dari enam
kota tersebut adalah Kota Bandung yang mengalami inflasi sebesar 2,11
persen
C. Perbandingan inflasi tahun 2010
1. Perbandingan inflasi empat kota di jawa tengah
Empat kota besar yang dibandingkan adalah Semarang, Surakarta,
Purwokerto, dan Tegal. Secara umum inflasi di ke empat kota besar tersebut
lebih rendah daripada inflasi nasional. Inflasi bahan makanan tertinggi terjadi
di kota Surakarta (21,62 persen). Inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau tertinggi ada pada kota Semarang (7,30 persen). Inflasi perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar terjadi di kota Semarang (3,63 persen) dan
kota Tegal (3,63 persen). Inflasi sandang tertinggi ada pada kota Semarang
(6,29 persen), inflasi kesehatan tertinggi ada pada kota Purwokerto (4,22
persen). Inflasi pendidikan, rekreasi, dan olahraga tertinggi terjadi pada kota
Tegal (5,48 persen). Inflasi transpor, komunikasi dan jasa keuangan tertinggi
ada pada kota Semarang (3,62 persen). Selama tahun 2010 terdapat deflasi di
beberapa sub kelompok. Kota Semarang mengalami deflasi pada sub
kelompok perlengkapan rumahtangga (28,00 persen) dan rekreasi (1,31
persen). Kota Surakarta mengalami deflasi pada sub kelompok ikan segar
(2,26 persen), ikan diawetkan (0,61 persen), buah-buahan (0,85 persen),
perlengkapan rumahtangga (0,18 persen) dan perlengkapan/peralatan
pendidikan (0,11 persen). Kota Purwokerto mengalami deflasi pada sub
kelompok ikan diawetkan (1,44 persen), kacangkacangan (1,16 persen), buah-
buahan (0,02 persen), serta komunikasi dan pengiriman (1,41 persen). Kota
Tegal hanya mengalami deflasi pada sub kelompok ikan segar (1,20 persen),
dan ikan diawetkan (7,76 persen). Terdapat kesamaan pola inflasi pada empat
kota besar tersebut untuk sub kelompok bumbu-bumbuan, tembakau dan
minuman beralkohol, biaya tempat tinggal, barang pribadi dan sandang lain,
jasa pendidikan serta sarana dan penunjang transport
2. Perbandingan inflasi enam ibu kota di jawa tengah
Enam kota besar yang dibandingkan adalah Semarang, Jakarta, Serang,
Bandung, Yogyakarta, Surabaya. Dari keenam kota besar tersebut yang
mempunyai angka diatas nasional yaitu Yogyakarta (7,38 persen), Surabaya
(7,33 persen) dan Semarang (7,11) .
Pada tahun ini, Surabaya mengalami inflasi yang tinggi untuk
kelompok sandang (8,38 persen); pendidikan, rekreasi, dan olahraga (5,81
persen); serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (3,66 persen).
Yogyakarta mengalami inflasi yang tinggi pada kelompok bahan makanan
(18,86 persen); perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (5,49 persen);
serta kesehatan (1,97 persen). Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau tertinggi terjadi pada kota Jakarta (8,89 persen). Pada
tahun 2010 ini terdapat deflasi untuk kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan di kota Jakarta (3, 67 persen), Bandung (5,96 persen) dan
Yogyakarta (1,23 persen).
Bumbu-bumbuan di kota Semarang, Serang, Bandung, Yogyakarta dan
Surabaya mengalami perubahan harga yang paling tinggi dibandingkan sub
kelompok pada kelompok bahan makanan lainnya, sedangkan di Jakarta yang
tertinggi perubahan harganya adalah sub kelompok padi-padian, umbi-umbian
dan hasilnya (38,74 persen). Tembakau dan minuman beralkohol di kota
Semarang, Serang, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya mengalami perubahan
harga yang paling tinggi dibandingkan sub kelompok lainnya pada kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; sedangkan di Jakarta yang
tertinggi perubahan harganya adalah sub kelompok makanan jadi (11,09
persen).
D. Perbandingan inflasi tahun 2011
1. Perbandingan inflasi empat kota di jawa tengah
Laju inflasi di kota Semarang, Surakarta, Purwokerto dan Tegal lebih
rendah dibandingkan nasional. Inflasi tertinggi ada pada kota Purwokerto (3,40
persen), diikuti kota Semarang (2,87 persen) kemudian kota Tegal (2,68
persen) sedangkan inflasi terendah ada pada kota Surakarta (1,93 persen).
Awal tahun 2011 terjadi inflasi yang cukup tinggi untuk komoditas cabe
dikarenakan pengaruh cuaca ekstrim yang menyebabkan hujan sehingga
mengakibatkan gagal panen untuk cabe. Selama tahun 2011 kota Semarang
dan Surakarta mengalami deflasi sebanyak 4 kali, kota Tegal mengalami
deflasi sebanyak 3 kali sedangkan kota Purwokerto mengalami deflasi
sebanyak 2 kali. Kota Surakarta mengalami deflasi pada kelompok bahan
makanan sebesar 2,02 persen, sub kelompok yang memberikan sumbangan
cukup besar bagi deflasi pada kota ini adalah ikan segar (1,67 persen), sayur-
sayuran (1,17 persen), bumbu-bumbuan (35,13 persen) serta lemak dan
minyak (7,56 persen). Sub kelompok komunikasi dan pengiriman juga
mengalami deflasi sebesar (1,54 persen). Inflasi yang tinggi ada pada sub
kelompok bahan makanan lainnya, tembakau dan minuman beralkohol, barang
pribadi dan sandang lain serta kursus-kursus/pelatihan. Deflasi di kota
Semarang ada pada sub kelompok bumbu-bumbuan, lemak dan minyak,
minuman yang tidak beralkohol, rekreasi, komunikasi dan pengiriman. Sub
kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta barang pribadi dan
sandang lain merupakan sub kelompok yang memberikan andil cukup tinggi
untuk inflasi kota Semarang pada tahun 2011. Deflasi di kota Purwokerto ada
pada sub kelompok sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, minuman tidak
beralkohol, perlengkapan rumah tangga, serta komunikasi dan pengiriman.
Inflasi yang tinggi ada pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya; sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol serta sub
kelompok barang pribadi dan sandang lainnya.
2. Perbandingan inflasi enam kota besar di jawa tengah
Enam ibukota besar dipulau Jawa seperti Semarang, Jakarta, Serang,
Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya semuanya mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di kota Surabaya sebesar 4,72 persen kemudian disusul oleh
kota Jakarta sebesar 3,97 persen dan kota Yogyakarta sebesar 3,88 persen,
sedangkan inflasi di tiga kota lainnya lebih rendah daripada nasional yaitu
Semarang sebesar 2,87 persen, Serang sebesar 2,78 dan Bandung sebesar 2,75
persen. Sub kelompok bumbu-bumbuan, lemak dan minyak, minuman yang
tidak beralkohol, rekreasi, komunikasi dan pengiriman mengalami deflasi
selama bulan Desember terdapat komoditi beras yang memberikan andil paling
besar untuk inflasi kota Jakarta; komoditi tukang bukan mandor, beras dan
tomat sayur memberi andil yang besar untuk inflasi Bandung; komoditi beras
dan cabe merah memberi andil yang besar untuk inflasi kota Yogyakarta;
tomat sayur memberikan andil paling besar untuk inflasi kota Surabaya;
komoditi beras, cabe merah, tomat gula memberikan andil cukup besar untuk
inflasi kota Serang; cabe merah dan beras memberikan andil cukup besar
untuk inflasi kota Semarang.
E. Perbandingan inflasi tahun 2012
1. Perbandingan inflasi enam ibu kota di pulau jawa
Dari enam ibukota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di DKI Jakarta sebesar 4,52 persen diikuti Surabaya
sebesar 4,39 persen; Bandung sebesar 4,02 persen; Serang sebesar 4,41 persen,
kota surakarta 2,87 persen, kota purwokerto 4,73 persen, kota tegal 3,09 persen ,
dan Yogyakarta sebesar 4,31 persen. Laju inflasi tahun kalender Desember 2012
dan laju inflasi “year on year” ( Desember 2012 terhadap Desember 2013 )
sebesar 4,24 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang mengalami inflasi
sebesar 7,99 persen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) setiap tahun atau perubahan
Indeks Harga Konsumen (IHK) sepanjang tahun 2008-2009 menunjukkan pergerakan
yang menurun, terutama inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 10,34 persen
dan deflasi terendah terjadi pada tahun 2011 bulan november yaitu sebesar -0,27 persen.
Prosentase perubahan indeks harga Thn 2008 Kelompok pengeluaran yang mengalami
inflasi tertinggi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
hingga mencapai 13,23 persen. kelompok bahan makanan sebesar 12,93 persen,
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 12,00 persen,
kelompok kesehatan sebesar 8,44 persen. Sedangkan 7 kelompok pengeluaran yang
mengalami inflasi terkecil adalah kelompok transpor, kommunikasi dan jasa keuangan
yang hanya sebesar 4,88 persen
Thn 2009, Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah
kelompok sandang sebesar 7,67 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 6,83 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar
4,37 persen, kemudian kelompok bahan makanan sebesar 2,86 persen.
Thn 2010, inflasi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,10 persen,
inflasi sandang tertinggi1,25 persen, inflasi kesehatan tertinggi 0,38 persen, inflasi
pendidikan, rekreasi dan olahraga tertinggi 1,87 persen, sedangkan inflasi transpor,
komunikasi dan jasa keuangan 2,84 persen. Kondisi inflasi yang tinggi pada bulan Juli
terdapat pada kelompok bahan makanan, sub kelompok perlengkapan/peralatan
pendidikan serta sarana dan penunjang transpor.
Thn 2011, Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah
kelompok sandang hingga mencapai 5,46 persen, kelompok pendidikan sebesar 4,78
persen, kelompok perumahan sebesar 3,35persen, kelompok makanan jadi sebesar
2,89 persen, kelompok kesehatan sebesar 2,35 persen, kelompok bahan makanan
sebesar 2,06 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi
terkecil adalah kelompok transpor yang hanya sebesar 1,67 persen.
Thn 2012 terjadi inflasi sebesar 0,43%, lebih tinggi 0,42% dibanding inflasi
bulan November. Inflasi sebesar 0,43% terutama disebabkan adanya peningkatan
indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,39%, perumahan (0,29%), sandang
(0,25%).
Koordinasi beberapa instansi terkait dalam mengendalikan dan mencukupi
kebutuhan barang dan jasa di Semarang terutama dalam mengantisipasi kebijakan-
kebijakan pusat, misal kenaikan harga BBM, Listrik perlu ditingkatkan. Disamping
itu perlu ada perhatian yang lebih intens terkait siklus musiman seperti musim
kemarau, panen, ramadhan, dan hari raya yang cukup berpengaruh terhadap inflasi.
Namun demikian, inflasi di Semarang masih tergolong inflasi yang ringan, sehingga
mencerminkan keadaan ekonomi yang relatif stabil di Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda dan BPS kota semarang. 2012. “indeks harga konsumen & inflasi
kota semarang 2010/2011”
http://bappeda.semarangkota.go.id/v2/wpcontent/uploads/2013/03/zIHK2011.pdf (on-
line)
Bappeda dan BPS kota semarang. 2010. “indeks harga konsumen & inflasi
kota semarang 2008/2009”
http://bappeda.semarangkota.go.id/uploaded/publikasi/Buku_Indeks_Harga_Konsum
en_Kota_Semarang_2008_2009.pdf (on-line)
Bappeda dan BPS kota semarang . 2014. “kota semarang dalam angka”
dda_kab_semarang-libre.pdf (on-line)