TUGAS ASKUM
-
Upload
janssen-lee -
Category
Documents
-
view
9 -
download
2
Transcript of TUGAS ASKUM
1. Kemajuan dan Keterlambatan Pekerjaan, Penalti
Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan
proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini berguna untuk mengetahui
kemajuan pekerjaan proyek tersebut. Laporan kemajuan proyek dapat berupa laporan harian,
laporan mingguan dan laporan bulanan.
Laporan Harian
Dalam laporan ini tercantum semua peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan pada
hari tersebut, diantaranya:
Jumlah Jumlah tenaga kerja dengan keahliannya yang bekerja pada hari itu
serta jumlah jam kerjanya.
Jenis pekerjaan yang dikerjakan pada hari tersebut.
Jenis dan jumlah bahan bangunan yang datang pada hari tersebut.
Jenis dan jumlah peralatan pekerjaan yang digunakan
Hal – hal yang mempengaruhi pekerjaan, misalnya hujan, gangguan listrik
dan lain –lain.
Intruksi yang diberikan dan pekerjaan yang diperiksa oleh Konsultan
Pengawas.
Catatan hal – hal yang penting selama pelaksanaan pekerjaan.
Laporan Mingguan
Dalam laporan mingguan, tercantum secara garis besar apa yang terjadi setiap hari pada
minggu tersebut. Dilaporkan pula peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu:
Jumlah tenaga kerja yang digunakan di lokasi pekerjaan (ada atau tidaknya
penambahan atau pengurangann pada minggu tersebut).
Jumlah bahan yang terpakai dari yang dipesan pada minggu tersebut.
Perintah pekerjaan, jenis pekerjaan, peringatan – peringatan, evaluasi dari
Konsultan Pengawas terhadap jalannya pembanguan proyek.
Catatan dari Konsultan Pengawas tentang, bobot pekerjaan yang telah
dilaksanakan sampai dengan minggu itu, disertai peringatan jika ada
keterlambatan
Laporan mingguan perlu dilakukan sebagai laporan kemajuan fisik pekerjaan
selama seminggu waktu pelaksanaan. Laporan mingguan ini disusun
berdasarkan laporan harian. Pada laporan ini perlu diketahui:
Jumlah tenaga kerja dan kualitas pekerjaan tiap minggu.
Kemajuan pekerjaan tiap minggu.
Rekapitulasi biaya laporan mingguan kemajuan pekerjaan, dilaporakn pula
kemajuan realisasi pekerjaan mingguan terhadap rencana mingguan yang
dapat dilihat pada Time Schedule, berdasarkan ini dapat diketahui kemajuan
pekerjaan mingguan, terlambat atau tidaknya pekerjaan berdasarkan Time
Schedule.
Laporan Bulanan
Pada setiap akhir bulan dibuat evaluasi kemajuan pekerjaan berdasarkan laporan
mingguan. Laporan bulanan ini berisikan hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan
pekerjaan. Keterlambatan karena gangguan cuaca atau masalah-masalah lainnya dan
tindakan yang diambil sebagai upaya penanganan masalah tersebut. Laporan bulanan ini
dibuat sebagai.pertanggung jawaban dari Konsultan Pengawas terhadap kondisi fisik
pelaksanaan konstruksi setiap bulan selama pelaksanaan, berikut proses - proses yang
mendukung dan membatasinya. Prestasi kemajuan fisik yang dilaporkan dalam laporan
bulanan, digunakan sebagai acuan untuk penagihan bulanan. Laporan bulanan biasanya
dilengkapi dengan foto-foto yang berfungsi sebagai dokumentasi proyek.
Keterlambatan pelaksanaan proyek merupakan suatu masalah yang tentunya tidak
diharapakan oleh Owner sebagai pemilik bangunan dan kontraktor sebagai pelaksana
pembangunan, masyarakat disekitar proyek juga mengalami kerugian misalnya adanya gangguan
dari aktifitas pembangunan yang seharusnya sudah selesai pada tanggal sesuai rencana
sebelumnya. Kerugian Owner atau pemilik proyek akibat proyek terlambat:
Peresmian dan pembukaan bangunan menjadi mundur
Perpanjangan izin pembangunan yang tentunya membutuhkan dana tambahan
Adanya waktu tambahan untuk memantau proyek
Kerugian kontraktor akibat keterlambatan pelaksanaan :
Keuntungan berkurang atau justru mengalami kerugian karena bertambahnya waktu
pelaksanaan berarti ada penambahan upah tenaga, masa sewa alat dan kegiatan
lainnya yang mebutuhkan biaya tambahan.
Nama baik perusahaan kontraktor meredup sehingga menjadi sulit mendapat
kepercayaan pengerjaan proyek berikutnya.
Kerugian konsultan perencana dan pengawas mundurnya proyek :
Penambahan waktu penugasan arsitek atau insinyur teknik sipil sebagai pengawas
Perhitungan RAB dan gambar yang sudah dibuat bisa jadi tidak cocok digunakan
apabila terlambat dalam waktu lama
Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum
antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pada
dasarnya, setiap kontrak haru bersifat adil dan setara terhadap kedua belah pihak lain dan tidak
bermaksud untuk mengambil keuntungan. Dalam kontrak kerja konstruksi adapula unsur insentif
yang berarti penghargaan atau penalti yang diberikan kepada penyedia jasa atas hasil
pekerjaanny, antara lain kemampuan menyelesaikan. Penalti ini diberikan kepada penyedia jasa
apabila terjadi keterlambatan selesainya pekerjaan atau mutu tidak sesuai dengan dipersyaratkan.
2. Handover
Provisional Hand Over atau penyerahan sementara perkerjaan, dimana penyedia
jasa/kontraktor dapat mengajukan permintaan secara tertulis kepada pengguna jasa/pemerintah
untuk penyerahan pertama setelah pekerjaan selesai 100%. Pengguna jasa memerintahkan panitia
penerima pekerjaan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh penyedia jasa selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat permintaan dari
penyedia jasa. Setelah penyerahan pertama pekerjaan, pengguna jasa membayar sebesar 100%
dari nilai kontrak dan penyedia jasa harus menyerahkan jaminan pemeliharaan sebesar 5% dari
nilai kontrak. Selain itu untuk pedoman bagi setiap unsur yang terlibat dalam kepanitiaan, proses
serah terima pekerjaan agar dapat bekerja dengan lengkap dan cepat, maka dibuat check list
materi yang perlu didiskusikan pada rapat-rapat, termasuk diagram urutan kegiatannya. Apabila
terdapat kekurangan dan atau cacat hasil pekerjaan, kontraktor wajib
menyelesaikan/memperbaiki yang akan diperiksa kembali oleh panitia penerima pekerjaan dan
apabila sudah memenuhi ketentuan dokumen kontrak, maka dibuatkan berita acara penyerahan
pertama pekerjaan.
2.1 Ruang lingkup Panitia Serah Terima mencakup
o penelitian dan pembuatan Berita Acara hasil penelitian Penyerahan
Pekerjaan
o pembentukan tiga tim untuk penelitian yaitu Visual, Tim Quality Control Teknis
dan Tim Administrasi
o menetapkan tanggal definitif provisional hand over
o menetapkan tanggal final statement (serah terima akhir pekerjaan) sesuai dengan
Dokumen Kontrak
2.2 Proses Serah Terima Pekerjaan
2.2.1 Agenda “First Meeting” Panitia Penyerahan Pekerjaan yang memuat:
uraian kronologis Proyek oleh Pinbagpro meliputi nama Proyek, lokasi
Proyek, Panjang Efektif dan Fungsional Proyek, Jumlah Total Biaya
Proyek
Proses Addendum yang pernah dilakukan meliputi alasan diadakannya
Addendum, prosedur addendum apakah sudah dilaksanakan
Technical/Engineering Justification dan atau negosiasi harga pada pay
item yang belum ada di dalam kontrak, Berita Acara Addendum oleh
panitia peneliti kontrak yang dibentuk oleh Pinbagpro, Persetujuan
Addendum atau NOL oleh instansi terkait
Lingkup Proyek yang paling dominan disertai Volume dan Biaya
Progress Fisik saat First Meeting, disertai dengan Data Pendukung, yang
berupa : a) komulatif final quantity yang sudah dapat diproses MC-nya,
atau yang belum dapat diproses MC-nya untuk dikontrol terhadap total
kuantitas kontrak; b) identifikasi jenis item pekerjaan dan volumenya yang
sudah diperintahkan kepada kontraktor, tetapi belum dilaksanakan; c)
identifikasi jenis item pekerjaan yang masih belum tertangani; d)
identifikasi sisa dana yang mungkin dapat digunakan untuk item pekerjaan
lain yang diperlukan.
2.2.2 uraian tugas Ketua Panitia Serah Terima Sementara (Provisional Hand
Over) yaitu mencari kesepakatan prosedur provisional hand over yang
akan dilaksanakan; mencari kesepakatan sementara apakah proyek yang
bersangkutan dapat dimulai proses penyerahannya, berdasarkan laporan
dari konsultan
2.2.3 pembentukan Tim dan Persiapannya
Tim Visual bertugas yaitu penyiapan kamera foto untuk dokumentasi site
visit, penyiapan List of Defect and deficiencies, penyiapan List of deviation
and omissions, unauthorized change in works), List of errors and omission
in drawing
Tim Quality Control bertugas yaitu penyiapan list of Quality Control
sesuai spesifikasi untuk control terhadap back up data yang disusun oleh
Proyek / Konsultan; Check Core Drill yang dilakukan oleh Kontraktor dan
diawasi oleh anggota Team Panitia PHO, terutama untuk mengetahui item
pekerjaan yang belum memenuhi spesifikasi, baik dengan cara mengambil
sample (frekwensi dan caranya) maupun Quality-nya; Check Quality
Report yang dibuat oleh Konsultan Supervisi
Tim Administrasi
3 Defect Liability Period ( Masa Tanggung Jawab Atas Cacat)
Istilah Masa Pemeliharaan (Maintenance Period) yang selama dikenal sudah tidak
digunakan lagi dan diganti dengan Masa Tanggung Jawab Atas Cacat. Pada masa ini,
pekerjaan-pekerjaan yang cacat dan kurang sempurna yang dikerjakan pihak penyedia jasa
akan diperbaiki pihak tersebut dalam suatu periode tertentu setelah pekerjaan selesai. Setelah
kewajiban tersebut selesai, perawatan gedung/fasilitas lalu menjadi kewajiban pihak
pengguna jasa gedung tersebut. Masa tanggung jawab inilah yang disebut Masa Tanggung
Jawab atas Cacat (Defect Liability Period).
Dalam setiap proyek, biasanya dicantumkan masa pemeliharaan yang tanggung jawabnya
dibebankan kepada pihak penyedia jasa, dengan jangka waktu berkisar antara 3 bulan hingga
1 tahun, tergantung pada nilai proyek dan dicantumkan dalam dokumen kontrak proyek.
Dalam masa pemeliharaan ini, penyedia jasa wajib memantau hasl kerjanya, dan menjaga
(memelihara) agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan. Jika terjadi kerusakan bangunan yang
disebabkan kualitas yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik, maka semua biaya perbakian
ditanggung oleh penyedia jasa. Masa pemeliharaan ini bukanlah waktu untuk menyelesaikan
sisa-sisa pekerjaan, namun merupakan masa untuk pemeliharaan pekerjaan yang sudah 100
persen selesai dan telah dilakukan serah terima pekerjaan.
Tanggungjawab penyedia jasa tidak berhenti setelah masa pemeliharaan habis, tetapi
tetap dibebani tanggungjawab dalam waktu tertentu sesuai dengan klausul kontrak (biasanya
dicantumkan dalam pasal kegagalan bangunan). Tanggungjawab ini disebut jaminan
konstruksi. Dalam Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 tahun 1999 pada Bab Vi Pasal 25
ayat (2) disebutkan kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.
Yang dimaksud penyedia jasa dalam hal ini adalah kontraktor dan konsultan (perencana
dan pengawas). Kegagalan bangunan yang disebabkan bukan karena keadaan force majeur
(keadaan yang terjadi akibat sesuatu yang di luar kemampuan manusia, contohnya: perang,
bencana alam, dan sebagainya) bisa menjadi tanggungjawab kontraktor maupun konsultan.
Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud dalam UUJK ditetapkan oleh pihak ketiga
selaku penilai ahli. Kegagalan bangunan bisa terjadi akibat kesalahan perencanaan maupun
kesalahan dalam pelaksanaan serta pengawasan. Sesuai pasal 43 UUJK No. 18 Tahun 1999,
maka pihak penyedia jasa yang melakukan kesalahan dan mengakibatkan terjadinya
kegagalan bangunan bisa dikenai pidana maksimal 5 tahun atau denda maksimal 10 persen
(bagi perencana) dan 5 persen (bagi pelaksana/pemborong) dari nilai kontrak.
Oleh karena beratnya tanggungjawab sesuai ketentuan undang-undang, disarankan
kepada penyedia jasa untuk berhati-hati dalam proses tender maupun dalam proses
perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan yang salah, pelaksanaan yang
salah dan pengawasan yang salah dapat menyebabkan terjadinya kegagalan bangunan dan
berakibat sanksi pidana atau denda. Undang-undang Jasa Konstruksi berlaku baik untuk
proyek pemerintah maupun proyek swasta, dan berlaku bagi usaha orang-perorangan maupun
badan usaha.
Dalam proses tender, pemilik proyek yang diwakili oleh panitia tender harus menekankan
pentingnya jaminan konstruksi. Hal ini dimaksudkan supaya peserta tender berhati-hati
dalam melakukan penawaran, tidak sekedar hanya memenangkan tender saja. Peserta tender
harus diingatkan bahwa tanggungjawab kontraktor tidak hanya sampai masa pemeliharaan
berakhir tetapi sampai maksimal 10 tahun setelahnya. Selama ini yang sering terjadi adalah
penyedia jasa tidak pernah dibebani tanggungjawab perbaikan suatu pekerjaan yang rusak
setelah masa pemeliharaan berakhir. Padahal banyak pekerjaan yang rusak akibat kualitas
yang tidak baik, atau kualitasnya hanya bertahan sampai masa pemeliharaan berakhir.
Biasanya pemerintah akan mengeluarkan biaya lagi untuk perbaikan, bukannya meminta
pertanggungjawaban penyedia jasa. Hal ini tentu menyebabkan terjadinya ekonomi biaya
tinggi.