TUGAS ASKUM

11
1. Kemajuan dan Keterlambatan Pekerjaan, Penalti Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini berguna untuk mengetahui kemajuan pekerjaan proyek tersebut. Laporan kemajuan proyek dapat berupa laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan. Laporan Harian Dalam laporan ini tercantum semua peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan pada hari tersebut, diantaranya: Jumlah Jumlah tenaga kerja dengan keahliannya yang bekerja pada hari itu serta jumlah jam kerjanya. Jenis pekerjaan yang dikerjakan pada hari tersebut. Jenis dan jumlah bahan bangunan yang datang pada hari tersebut. Jenis dan jumlah peralatan pekerjaan yang digunakan Hal – hal yang mempengaruhi pekerjaan, misalnya hujan, gangguan listrik dan lain –lain. Intruksi yang diberikan dan pekerjaan yang diperiksa oleh Konsultan Pengawas. Catatan hal – hal yang penting selama pelaksanaan pekerjaan. Laporan Mingguan

Transcript of TUGAS ASKUM

Page 1: TUGAS ASKUM

1. Kemajuan dan Keterlambatan Pekerjaan, Penalti

Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan

proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini berguna untuk mengetahui

kemajuan pekerjaan proyek tersebut. Laporan kemajuan proyek dapat berupa laporan harian,

laporan mingguan dan laporan bulanan.

Laporan Harian

Dalam laporan ini tercantum semua peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan pada

hari tersebut, diantaranya:

         Jumlah Jumlah tenaga kerja dengan keahliannya yang bekerja pada hari itu

serta jumlah jam kerjanya.

         Jenis pekerjaan yang dikerjakan pada hari tersebut.

         Jenis dan jumlah bahan bangunan yang datang pada hari tersebut.

         Jenis dan jumlah peralatan pekerjaan yang digunakan

         Hal – hal yang mempengaruhi pekerjaan, misalnya hujan, gangguan listrik

dan lain –lain.

         Intruksi yang diberikan dan pekerjaan yang diperiksa oleh Konsultan

Pengawas.

         Catatan hal – hal yang penting selama pelaksanaan pekerjaan.

Laporan Mingguan

Dalam laporan mingguan, tercantum secara garis besar apa yang terjadi setiap hari pada

minggu tersebut. Dilaporkan pula peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu:

   Jumlah tenaga kerja yang digunakan di lokasi pekerjaan (ada atau tidaknya

penambahan atau pengurangann pada minggu tersebut).

         Jumlah bahan yang terpakai dari yang dipesan pada minggu tersebut.

         Perintah pekerjaan, jenis pekerjaan, peringatan – peringatan, evaluasi dari

Konsultan Pengawas terhadap jalannya pembanguan proyek.

    Catatan dari Konsultan Pengawas tentang, bobot pekerjaan yang telah

dilaksanakan sampai dengan minggu itu, disertai peringatan jika ada

keterlambatan

Page 2: TUGAS ASKUM

Laporan mingguan perlu dilakukan sebagai laporan kemajuan fisik pekerjaan

selama seminggu waktu pelaksanaan. Laporan mingguan ini disusun

berdasarkan laporan harian. Pada laporan ini perlu diketahui:

         Jumlah tenaga kerja dan kualitas pekerjaan tiap minggu.

         Kemajuan pekerjaan tiap minggu.

         Rekapitulasi biaya laporan mingguan kemajuan pekerjaan, dilaporakn pula

kemajuan realisasi pekerjaan mingguan terhadap rencana mingguan yang

dapat dilihat pada Time Schedule, berdasarkan ini dapat diketahui kemajuan

pekerjaan mingguan, terlambat atau tidaknya pekerjaan berdasarkan Time

Schedule.

Laporan Bulanan

Pada setiap akhir bulan dibuat evaluasi kemajuan pekerjaan berdasarkan laporan

mingguan. Laporan bulanan ini berisikan hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan

pekerjaan. Keterlambatan karena gangguan cuaca atau masalah-masalah lainnya dan

tindakan yang diambil sebagai upaya penanganan masalah tersebut. Laporan bulanan ini

dibuat sebagai.pertanggung jawaban dari Konsultan Pengawas terhadap kondisi fisik

pelaksanaan konstruksi setiap bulan selama pelaksanaan, berikut proses - proses yang

mendukung dan membatasinya. Prestasi kemajuan fisik yang dilaporkan dalam laporan

bulanan, digunakan sebagai acuan untuk penagihan bulanan. Laporan bulanan biasanya

dilengkapi dengan foto-foto yang berfungsi sebagai dokumentasi proyek.

Keterlambatan pelaksanaan proyek merupakan suatu masalah yang tentunya tidak

diharapakan oleh Owner sebagai pemilik bangunan dan kontraktor sebagai pelaksana

pembangunan, masyarakat disekitar proyek juga mengalami kerugian misalnya adanya gangguan

dari aktifitas pembangunan yang seharusnya sudah selesai pada tanggal sesuai rencana

sebelumnya. Kerugian Owner atau pemilik proyek akibat proyek terlambat:

Peresmian dan pembukaan bangunan menjadi mundur

Perpanjangan izin pembangunan yang tentunya membutuhkan dana tambahan

Adanya waktu tambahan untuk memantau proyek

Page 3: TUGAS ASKUM

Kerugian kontraktor akibat keterlambatan pelaksanaan :

Keuntungan berkurang atau justru mengalami kerugian karena bertambahnya waktu

pelaksanaan berarti ada penambahan upah tenaga, masa sewa alat dan kegiatan

lainnya yang mebutuhkan biaya tambahan.

Nama baik perusahaan kontraktor meredup sehingga menjadi sulit mendapat

kepercayaan pengerjaan proyek berikutnya.

Kerugian konsultan perencana dan pengawas mundurnya proyek :

Penambahan waktu penugasan arsitek atau insinyur teknik sipil sebagai pengawas

Perhitungan RAB dan gambar yang sudah dibuat bisa jadi tidak cocok digunakan

apabila terlambat dalam waktu lama

Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum

antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pada

dasarnya, setiap kontrak haru bersifat adil dan setara terhadap kedua belah pihak lain dan tidak

bermaksud untuk mengambil keuntungan. Dalam kontrak kerja konstruksi adapula unsur insentif

yang berarti penghargaan atau penalti yang diberikan kepada penyedia jasa atas hasil

pekerjaanny, antara lain kemampuan menyelesaikan. Penalti ini diberikan kepada penyedia jasa

apabila terjadi keterlambatan selesainya pekerjaan atau mutu tidak sesuai dengan dipersyaratkan.

2. Handover

Provisional Hand Over atau penyerahan sementara perkerjaan, dimana penyedia

jasa/kontraktor dapat mengajukan permintaan secara tertulis kepada pengguna jasa/pemerintah

untuk penyerahan pertama setelah pekerjaan selesai 100%. Pengguna jasa memerintahkan panitia

penerima pekerjaan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan

oleh penyedia jasa selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat permintaan dari

penyedia jasa. Setelah penyerahan pertama pekerjaan, pengguna jasa membayar sebesar 100%

dari nilai kontrak dan penyedia jasa harus menyerahkan jaminan pemeliharaan sebesar 5% dari

nilai kontrak. Selain itu untuk pedoman bagi setiap unsur yang terlibat dalam kepanitiaan, proses

serah terima pekerjaan agar dapat bekerja dengan lengkap dan cepat, maka dibuat check list

materi yang perlu didiskusikan pada rapat-rapat, termasuk diagram urutan kegiatannya. Apabila

Page 4: TUGAS ASKUM

terdapat kekurangan dan atau cacat hasil pekerjaan, kontraktor wajib

menyelesaikan/memperbaiki yang akan diperiksa kembali oleh panitia penerima pekerjaan dan

apabila sudah memenuhi ketentuan dokumen kontrak, maka dibuatkan berita acara penyerahan

pertama pekerjaan.

2.1 Ruang lingkup Panitia Serah Terima mencakup

o penelitian dan pembuatan Berita Acara hasil penelitian Penyerahan

Pekerjaan

o pembentukan tiga tim untuk penelitian yaitu Visual, Tim Quality Control Teknis

dan Tim Administrasi

o menetapkan tanggal definitif provisional hand over

o menetapkan tanggal final statement (serah terima akhir pekerjaan) sesuai dengan

Dokumen Kontrak

2.2 Proses Serah Terima Pekerjaan

2.2.1 Agenda “First Meeting” Panitia Penyerahan Pekerjaan yang memuat:

uraian kronologis Proyek oleh Pinbagpro meliputi nama Proyek, lokasi

Proyek, Panjang Efektif dan Fungsional Proyek, Jumlah Total Biaya

Proyek

Proses Addendum yang pernah dilakukan meliputi alasan diadakannya

Addendum, prosedur addendum apakah sudah dilaksanakan

Technical/Engineering Justification dan atau negosiasi harga pada pay

item yang belum ada di dalam kontrak, Berita Acara Addendum oleh

panitia peneliti kontrak yang dibentuk oleh Pinbagpro, Persetujuan

Addendum atau NOL oleh instansi terkait

Lingkup Proyek yang paling dominan disertai Volume dan Biaya

Progress Fisik saat First Meeting, disertai dengan Data Pendukung, yang

berupa : a) komulatif final quantity yang sudah dapat diproses MC-nya,

atau yang belum dapat diproses MC-nya untuk dikontrol terhadap total

kuantitas kontrak; b) identifikasi jenis item pekerjaan dan volumenya yang

Page 5: TUGAS ASKUM

sudah diperintahkan kepada kontraktor, tetapi belum dilaksanakan; c)

identifikasi jenis item pekerjaan yang masih belum tertangani;  d)

identifikasi sisa dana yang mungkin dapat digunakan untuk item pekerjaan

lain yang diperlukan.

2.2.2 uraian tugas Ketua Panitia Serah Terima Sementara (Provisional Hand

Over) yaitu  mencari kesepakatan prosedur provisional hand over yang

akan dilaksanakan; mencari kesepakatan sementara apakah proyek yang

bersangkutan dapat dimulai proses penyerahannya, berdasarkan laporan

dari konsultan

2.2.3 pembentukan Tim dan Persiapannya

Tim Visual bertugas yaitu penyiapan kamera foto untuk dokumentasi site

visit, penyiapan List of Defect and deficiencies, penyiapan List of deviation

and omissions, unauthorized change in works), List of errors and omission

in drawing

Tim Quality Control bertugas yaitu penyiapan list of Quality Control

sesuai spesifikasi untuk control terhadap back up data yang disusun oleh

Proyek / Konsultan; Check Core Drill yang dilakukan oleh Kontraktor dan

diawasi oleh anggota Team Panitia PHO, terutama untuk mengetahui item

pekerjaan yang belum memenuhi spesifikasi, baik dengan cara mengambil

sample (frekwensi dan caranya) maupun Quality-nya; Check Quality

Report yang dibuat oleh Konsultan Supervisi

 Tim Administrasi

Page 6: TUGAS ASKUM

3 Defect Liability Period ( Masa Tanggung Jawab Atas Cacat)

Istilah Masa Pemeliharaan (Maintenance Period) yang selama dikenal sudah tidak

digunakan lagi dan diganti dengan Masa Tanggung Jawab Atas Cacat. Pada masa ini,

pekerjaan-pekerjaan yang cacat dan kurang sempurna yang dikerjakan pihak penyedia jasa

akan diperbaiki pihak tersebut dalam suatu periode tertentu setelah pekerjaan selesai. Setelah

kewajiban tersebut selesai, perawatan gedung/fasilitas lalu menjadi kewajiban pihak

pengguna jasa gedung tersebut. Masa tanggung jawab inilah yang disebut Masa Tanggung

Jawab atas Cacat (Defect Liability Period).

Dalam setiap proyek, biasanya dicantumkan masa pemeliharaan yang tanggung jawabnya

dibebankan kepada pihak penyedia jasa, dengan jangka waktu berkisar antara 3 bulan hingga

1 tahun, tergantung pada nilai proyek dan dicantumkan dalam dokumen kontrak proyek.

Dalam masa pemeliharaan ini, penyedia jasa wajib memantau hasl kerjanya, dan menjaga

(memelihara) agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan. Jika terjadi kerusakan bangunan yang

disebabkan kualitas yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik, maka semua biaya perbakian

ditanggung oleh penyedia jasa. Masa pemeliharaan ini bukanlah waktu untuk menyelesaikan

sisa-sisa pekerjaan, namun merupakan masa untuk pemeliharaan pekerjaan yang sudah 100

persen selesai dan telah dilakukan serah terima pekerjaan.

Tanggungjawab penyedia jasa tidak berhenti setelah masa pemeliharaan habis, tetapi

tetap dibebani tanggungjawab dalam waktu tertentu sesuai dengan klausul kontrak (biasanya

dicantumkan dalam pasal kegagalan bangunan). Tanggungjawab ini disebut jaminan

konstruksi. Dalam Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 tahun 1999 pada Bab Vi Pasal 25

ayat (2) disebutkan kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan

konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Yang dimaksud penyedia jasa dalam hal ini adalah kontraktor dan konsultan (perencana

dan pengawas). Kegagalan bangunan yang disebabkan bukan karena keadaan force majeur

(keadaan yang terjadi akibat sesuatu yang di luar kemampuan manusia, contohnya: perang,

bencana alam, dan sebagainya) bisa menjadi tanggungjawab kontraktor maupun konsultan.

Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud dalam UUJK ditetapkan oleh pihak ketiga

selaku penilai ahli. Kegagalan bangunan bisa terjadi akibat kesalahan perencanaan maupun

kesalahan dalam pelaksanaan serta pengawasan. Sesuai pasal 43 UUJK No. 18 Tahun 1999,

Page 7: TUGAS ASKUM

maka pihak penyedia jasa yang melakukan kesalahan dan mengakibatkan terjadinya

kegagalan bangunan bisa dikenai pidana maksimal 5 tahun atau denda maksimal 10 persen

(bagi perencana) dan 5 persen (bagi pelaksana/pemborong) dari nilai kontrak.

Oleh karena beratnya tanggungjawab sesuai ketentuan undang-undang, disarankan

kepada penyedia jasa untuk berhati-hati dalam proses tender maupun dalam proses

perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan yang salah, pelaksanaan yang

salah dan pengawasan yang salah dapat menyebabkan terjadinya kegagalan bangunan dan

berakibat sanksi pidana atau denda. Undang-undang Jasa Konstruksi berlaku baik untuk

proyek pemerintah maupun proyek swasta, dan berlaku bagi usaha orang-perorangan maupun

badan usaha.

Dalam proses tender, pemilik proyek yang diwakili oleh panitia tender harus menekankan

pentingnya jaminan konstruksi. Hal ini dimaksudkan supaya peserta tender berhati-hati

dalam melakukan penawaran, tidak sekedar hanya memenangkan tender saja. Peserta tender

harus diingatkan bahwa tanggungjawab kontraktor tidak hanya sampai masa pemeliharaan

berakhir tetapi sampai maksimal 10 tahun setelahnya. Selama ini yang sering terjadi adalah

penyedia jasa tidak pernah dibebani tanggungjawab perbaikan suatu pekerjaan yang rusak

setelah masa pemeliharaan berakhir. Padahal banyak pekerjaan yang rusak akibat kualitas

yang tidak baik, atau kualitasnya hanya bertahan sampai masa pemeliharaan berakhir.

Biasanya pemerintah akan mengeluarkan biaya lagi untuk perbaikan, bukannya meminta

pertanggungjawaban penyedia jasa. Hal ini tentu menyebabkan terjadinya ekonomi biaya

tinggi.