TUGAS ANTIINFLAMASI

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan disertai gangguan fungsi. 1 Obat antiinflamasi terbagi menjadi dua golongan yaitu obat antiinflamasi non steroid atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) dan obat antiinflamasi steroid (AIS). 2 Obat antiinflamasi non steroid adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika. 1 Sebaliknya AIS (Steroidal Anti-inflammatory Drugs) biasanya lebih dikenal dengan istilah kortikosteroid. Kortikosteroid dibagi menjadi dua yaitu Glukokortikoid

description

bedah mulut

Transcript of TUGAS ANTIINFLAMASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan disertai gangguan fungsi.1Obat antiinflamasi terbagi menjadi dua golongan yaitu obat antiinflamasi non steroid atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) dan obat antiinflamasi steroid (AIS).2 Obat antiinflamasi non steroid adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.1Sebaliknya AIS (Steroidal Anti-inflammatory Drugs) biasanya lebih dikenal dengan istilah kortikosteroid. Kortikosteroid dibagi menjadi dua yaitu Glukokortikoid dan Mineralkortikoid. Golongan ini merupakan obat antiinflamasi yang sangat kuat sehingga obat antiinflamasi ini tidak boleh digunakan seenaknya. Obat ini memiliki efek samping yang besar, yaitu bisa menyebabkan hipertensi, osteoporosis dan moon face.2BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Obat antiinflamasi non steroid3

Obat antiinflamasi non steroid (NSAIDs) memiliki variasi penggunaan klinis sebagai antipiretik, analgesik, dan agen antiinflamasi. Obat ini dapat mengurangi demam sehingga dapat digunakan sebagai antipiretik. Obat ini juga dapat digunakan sebagai analgesik, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri yang ringan sampai berat seperti myalgia, nyeri gigi, dysmenorrhea, dan sakit kepala. Tidak seperti opioid analgesik, obat ini tidak menyebabkan depresi neurologi atau ketergantungan. Sebagai agen anti-inflamasi, NSAIDs juga digunakan dalam perawatan seperti nyeri kronik dan inflamasi pada rheumatoid arthritis, osteoartritis, dan artritis lainnya seperti gout artritis dan ankilosis spondilitis.

Mekanisme

Kerja anti-inflamatori dari NSAIDs dijelaskan dengan menghambat sintesis prostaglandin dengan COX-2. COX-2 merupakan COX yang utama yang menghasilkan prostaglandin selama proses inflamasi. Prostaglandin E dan F menimbulkan gejala inflamasi seperti vasodilatasi, hyperemia, meningkatkan permeabilitas vascular, pembengkakan, nyeri, dan meningkatkan migrasi leukosit. Sebagai tambahan, mereka memperkuat mediator inflamatoi seperti histamine, bradykinin, dan 5-hydroxytryptamine. Semua NSAIDs kecuali COX-2-selsctive agen mencegah atau menghambat COX isoform; derajat penghambatan COX-1 bervariasi dari obat yang satu ke obat yang lain.

Efek Samping

Sejumlah kasus toksisitas yang diakibatkan NSAIDs sebagai hasil dari penghambatan sintesis prostaglandin dapat terjadi. Kemampuan NSAIDs dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan mencegah pembekuan darah sehingga dapat menimbulkan toksisitas sistem pencernaan. Reaksi ringan seperti heartburn dan indigestion, dapat menurun dengan pengaturan kembali dosis, penggunaan antasida, atau memakan obat setelah makan. Hilangnya darah dari GI tract dan anemia defisiensi iron dalam penggunaan NSAIDs berkepanjangan, termasuk peptic ulserasi dan GI hermorage walaupun jarang terjadi.

NSAIDs dapat menghalangi atau mengganggu fungsi ginjal, menyebabkan retensi cairan dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas, termasuk bronchospasm, asthma, urticaria, polip, dan reaksi anafilaktik (meskipun jarang terjadi). Spektrum toksisitas yang ditimbulkan setiap NSAIDs berhubungan dengan penghambatan COX isoform yang spesifik. Kebanyakan obat dikembangkan yang menghambat COX-2 dan karena itu tidak mengganggu GI tract, dan efek samping dari antiplatelet ditimbulkan oleh penghambatan COX-1.

Macam-macam NSAIDs3,41. Salisilat

Kelompok salisilat yang banyak digunakan yaitu aspirin dan sodium salicylate. Salicylate banyak digunakan untuk perawatan gangguan minor musculoskeletal seperti bursitis, synovitis, tendinitis, myositosis, dan myalgia. Dapat juga digunakan untuk mengurangi demam dan sakit kepala. Dapat juga digunakan untuk perawatan penyakit inflamasi seperti acute rheumatic fever, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan rheumatoid lainnya seperti ankilosis spondulitis, Reiters syndrome, dan psoriatic arthritis. Bagaimanapun, NSAIDs lainnya biasanya digunakan sebagai obai yang lebih sering dipakai karena efek samping terhadap gastrointestinal rendah. Aspirin digunakan untuk perawatan dan prophylaxis infark miokard dan ischemic stroke.Farmakokinetik

Aspirin tersedia dalam kapsul, tablet, enteric-tablet coated (Ecotrin, timed-release tablets (ZORprin), buffered tablets (Ascriptin, Bufferin), and as rectal suppositories. Salisilat cepat diabsorbsi dari lambung dan usus halus bagian atas, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam. Suasana asam di dalam lambung menyebabkan sebagian besar dari salisilat terdapat dalam bentuk nonionisasi, sehingga memudahkan absorpsi. Walaupun begitu, bila salisilat dalam konsentrasi tinggi memasuki sel mukosa, maka obat tersebut dapat merusak barier mukosa. Jika pH lambung ditingkatkan oleh penyangga yang cocok sampai pH3,5 atau lebih, maka iritasi terhadap lambung berkurang.

Farmakodinamik

Efektifitas aspirin terutama disebabkan oleh kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya mengambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi senyawa edoperoksida, pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, tetapi tidak leukotren. Sebagian besar dosis antiinflamasi aspirin cepat dideasetilasi membentuk metabolit aktif salisilat. Salisilat menghambat sintesis prostaglandin secara reversibel.

Selain mengurangi sintesis mediator eikosanid, aspirin juga mempengaruhi mediator kimia sistem kalikrein. Akibatnya, aspirin menghambat perlekatan granulosit pada pembuluh darah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom, dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan.

Aspirin sangat efektif dalam meredakan nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Aspirin menghilangkan nyeri dari berbagai penyebab seperti yang berasal dari otot, pembuluh darah, gigi, keadaan pasca persalinan, arthritis, dan bursitis. Aspirin bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap peradangan, tetapi mungkin juga menekan rangsang nyeri di tingkat subkorteks.

Aspirin menurunkan demam, tetapi hanya sedikit mempengaruhi suhu badan yang normal. Penurunan suhu badan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh daraf superficial. Antipiresis mungkin disertai dengan pembentukan banyak keringat.

Aspirin mempengaruhi hemotasis. Aspirin dosis tunggal sedikit memanjangkan waktu perdarahan dan menjadi dua kali lipat, bila diteruskan selama seminggu. Karena kerja ini bersifat ireversibel, aspirin menghambat agregasi trombosit selama 8 hari, sampai terbentuk trombosit baru, sebaiknya aspirin dihentikan pemakaiannya 1 minggu sebelum operasi.

Dosis

Dosis optimum analgesik atau antipiretik aspirin, lebih kecil dari dosis oral 0,6 mg yang biasanya digunakan. Dosis yang lebih besar dapat memperpanjang efeknya. Dosis biasanya dapat diulang setiap 4 jam dan dosis lebih kecil 0,3 gram setiap 3 jam. Dosis untuk anak-anak sebesar 50-75mg/kg/hari dalam dosis terbagi.

Dosis antiinflamasi rata-rata 4 gram per hari dapat ditoleransi oleh kebanyakan orang dewasa. Pada anak-anak, biasanya dosis 50-75 mg/kg/hari menghasilkan kadar darah yang adekuat. Kadar darah 15-30 mg/dl disertai dengan efek anti-inflamasi. Waktu paruh metabolit aktif aspirin panjang sekitar 12 jam.

2. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan turunan sederhana asam fenilpropionat. Pada dosis sekitar 2400 mg per hari, efek antiinflamasi ibuprofen setara dengan 4 g aspirin. Obat ini sering diresepkan dalam dosis rendah, yang bersifat analgesik tetapi mempunyai efek anti-inflamasi rendah. Ibuprofen tersedia sebagai obat bebas dengan dosis rendah dengan berbagai nama dagang.

Ibuprofen dimetabolisme secara luas di hati, sedikit diekskresikan dalam bentuk tidak berubah. Iritasi saluran cerna dan perdarahan dapat terjadi, walaupun kurang sering dibandingkan aspirin. Penggunaan ibuprofen bersama aspirin dapat dapat menurunkan efek total antiinflamasi. Di samping gejala saluran cerna (yang dapat diubah oleh penelanan bersama makanan), telah dilaporkan adanya rush, pruritus, pusing, nyeri kepala, meningitis aseptik, dan retensi cairan. Interaksi dengan antikoagulan jarang terjadi. Efek hematologik yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik; efek terhadap ginjal, meliputi ginjal akut, nefritis intersitialis, dan sindrom nefrotik.Ibuprofen ibersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti apsirin: efek antiinflamasinya terlihat dengan dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh persen ibuprofen terikat pada protesin plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin.Efek samping obat ini terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin, indometason atau naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversibel. Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. Dengan alasan bahwa ibuprofen relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik, maka ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas di beberapa negara antara lain Amerika Serikat dan Inggris.

3. Peroksikam

Peroksikam adalah obat AINS dengan struktur baru. Waktu paruhnya panjang, sehingga diberikan dosis kecil sekali sehari, yang membantu kepatuhan penderita. Obat ini cepat diabsorpsi di dalam lambung dan usus halus bagian atas, dan mencapai 80% dari kadar puncak dalam plasma dalam waktu 1 jam. Piroksikam diekskresikan sebagai konyugat glukuronida dan dalam jumlah kecil dengan bentuk tidak berubah.

Gejala saluran cerna terjadi pada 20% penderita. Efek samping lain meliputi pusing, nyeri kepla, dan rush. Obat ini dapat digunakan pada pengobatan atritis rematoid, spondilitas ankilosa, dan osteoartritis.

4. IndometasinMerupakan derivat indoleasam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan arthritis rheumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek anti inflamasi lebih kuat dari aspirin dan analgesic-antipireutic yang kira-kira sebanding dengan aspirin. Telah terbukti bahwa indometasin memiliki efek analgesik perifer maupun sentral. In-vitro, indometasin menghambat enzim siklo-oksigenase. Seperti kolkisin, indometasin menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear. Indometasin bekerja dengan menghambat siklooksigenase secara reversible.

Absorpsi indometasin setelah pemberian oral cukup baik. Metaboloismenya terjadi di hati. Indometasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urine atau empedu. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam. Mekanisme kerja dari indometasin adalah dengan menghambat siklooksigenase secara reversible (produksi prostaglandin).

Indikasi indometasin dapat digunakan untuk mengontrol rasa nyeri pada uveitis dan postoperative ophthalmic procedure. Digunakan juga sebagai antipiretik pada Hodgkins`s disease. Sebaliknya karena toksisitasnya, indometasin tidak dianjurkan diberikan pada anak, wanita hamil, penderita gangguan psikiatris, dan penderita penyakit lambung. Penggunaan kini dianjurkan hanya bila AINS lain kurang berhasil. Dosis indometasin yang lazim ialah 2-4 kali 25 mg sehari bersama makanan atau segera setelah makan. Untuk mengurangi gejalan reumatik di malam hari, indometasin diberikan 50-100 mg sebelum tidur.

5. AcetaminophenAcetaminophen ( paracetamol, N-acetyl-p-aminophenol, tylenol, dan yang lainnya) merupakan metabolit aktif dari phenaletin. Acetaminophen merupakan alternatif yang efektif untuk pengganti aspirin sebagai analgetik-antipiretik. Bagaimanapun juga, acetaminophen ini tidak seperti aspirin, aktivitas antiinflamasinya rendah dan tidak bekerja sebagai agen yang berguna untuk mengobati kondisi inflamasi. Karena acetaminophen sangat toleran, maka obat ini memiliki kekurangan dan obat ini juga dijual bebas dipasaran tanpa perlu menggunakan resep. Overdosis akut acetaminophen dapat menyebabkan kerusakan hati yang fatal, keracunan, dan kematian, hal ini telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terkahir ini.

Acetaminophen diserap dengan cepat dari traktus gastrointestinal. Konsentrasi plasma mencapai 30-60 menit dan waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam setelah pemberian terapi obat. Acetaminophen didistribusikan melalui cairan tubuh. Pengikatan obat dengan protein plasma bervariasi, hanya 20%-50% berikatan pada konsentrasi selama keadaan toksik akut. Mekanisme kerja nya adalah bahwa acetaminophen ( paracetamol ) mengurangi demam dan nyeri telah diperdebatkan secara luas karena ini mengurangi produksi prostaglandin (bahan kima yang mendukung inflamasi ). Aspirin juga memblok produksi prostaglandin, tapi tidak seperti aspirin, paracetamol hanya memiliki aksi anti inflamasi yang lemah. Demikian juga, mengingat aspirin memblok produksi dari thromboxanes, paracetamol tidak. Aspirin diketahui untuk memblok golongan enzim cyclooxygenase ( COX ), dan karena aksi paracetamol serupa dengan aspirin, banyak penelitian difokuskan pada apakah paracetamol juga memblok COX. Sekarang telah jelas bahwa paracetamol bereaksi melewati dua jalan.

Golongan enzim COX bertanggung jawab terhadap metabolisme arachidonic acid dan prostaglandin H2, sebuah molekul yang tidak stabil, yanng mana mengubah kepada banyak bahan anti inflamasi lainnya. Anti inflamatori klasik, seperti OAINS, memblok tahap ini. Hanya ketika oksidasi enzim COX sangat aktif secara tepat. Pracetamol mereduksi bentuk enzim COX yang telah dioksidasi, mencegah ini dari pembentukan bahan kimia pro-anti inflamasi.Pada dosis yang direkomendasikan, paracetamol tidak mengiritasi lambung, setelah koagulasi darah sebanyak pada OAINS, atau mempengaruhi fungsi ginjal. Bagaimanapun, penelitian telah menunjukan bahwa penggunaan dosis tinggi ( lebih dari 2000 mg per hari ) dapat meningkatkan kerusakan pada bagian atas gastrointestinal seperti pendarahan pada lambung. Paracetamol aman dikonsumsi oleh wanita hamil, dan tidak memberikan efek penutupan ductus arterious pada janin seperti OAINS. Tidak seperti aspirin, obat ini aman bagi anak-anak.

Seperti OAINS dan tidak seperti analgesik opioid, paracetamol tidak ditemukan sebagai penyebab euphoria atau yang lainnya. Walaupun paracetamol dan OAINS dapat membahayakan hati, mereka tidak menunjukan kemungkinan adiksi, ketergantungan, toleransi, dan penarikan. Paracetaml dalam kombinasi dengan opioid yang lemah, lebih mirip dengan OAINS dapat digunakan untuk sakit kepala, walaupun tidak seperti ergotamine atau triptans yang digunakan untuk migrain.

6. Asam mefenamatAsam mefenamat adalah obat anti inflamasi non steroid yang digunakan untuk mengobati rasa sakit, termasuk sakit ketika menstruasi. Dianjurkan secara khusus untuk digunakan secara oral. Asam mefenamat menurunkan inflamasi dan kontraksi uterus dengan mekasime yang sampai sekarang belum diketahui. Tetapi mekanisme kerjanya berhubungan dengan menghambat sintetis prostaglandin.

Ponstan (asam mefenamat) adalah obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dikenal sebagai anti inflamasi, analgetik, dan antipiretik aktif pada studi hewan. Mekanisme kerja dari ponstan, sama seperti obat OAINS lainnya, secara keseluruhan belum dimengerti betul tetapi berkaitan dengan penghambatan sintesis prostaglandin.

Asam mefenamat sangat cepat diabsorpsi setelah administrasi oral. Dalam dua kali 500 mg dosis oral yang diteliti, menunjukkan luas daerah absorpsi sebesar 30,5 mcg/hr/mL ( 17% CV ). Berdasarkan 1 gr dosis oral single, level puncak plasma mulai dari 10 sampai 20 mcg/mL3. Level puncak plasma dimulai dari 2 sampai 4 jam dan eliminasi waktu paruh kira-kira 2 jam. Kira-kira 52 % dari dosis asam mefenamat dieksresikan melalui urine dan sejumlah 20% melalui feses. Asam mefenamat diketahui menyebabkan gangguan pada perut, antara lain iritasi lambung, kolik usus dan mual. Oleh karena itu disarankan untuk dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau susu. Dapat menyebabkan mengantuk. Disarankan untuk menghindari menyetir atau mengkonsumsi alkohol selama mengkonsumsi obat ini.Efek lain yang diketahui dari asam mefenamat adalah sakit kepala, pusing, vertigo, dispepsia, menimbulkan kegelisahan, dan muntah. Efek lain yang lebih serius seperti diare, muntah berdarah, penglihatan kabur, ruam kulit, gatal-gatal dan pembengkakan, sakit tenggorokkan dan demam. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter secepatnya bila timbul gejala-gejala seperti di atas selama mengkonsumsi obat tersebut.

Asam mefenamat digunakan untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang berhubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.Kontraindikasi asam mefenamat adalah pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma, urtikaria dan hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.Dosis digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan. Untuk dewasa dan anak di atas 14 tahun dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam. Asam mefenamat berinteraksi dengan obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin, aspirin, diuretik, methotrexate dan insulin. 2.2. Obat Antiinflamasi Steroid3,4 Macam-macam obat antiinflamasi steroid yaitu :

1. KortikosteroidA. Hidrokortison Hidrokortison merupakan senyawa antiinflamasi dari golongan kortikosteroid yang sangat efektif untuk obat anti alergi. Hidrokortison mencegah keluarnya subtansi pada tubuh yang menyebabkan inflamasi dengan cara menstimulasi glukogenesis, memecah protein dan lemak untuk menyediakan metabolit yang dapat dikonversikan dengan glukosa dihati hingga mengaktivasi jalur anti stress dan anti inflamasi.Indikasi hidrokortison untuk mengobati RAS (Rekuren Aptous Stomatitis) dan kondisi inflamasi seperti rheumatoid arthritis,lupus sistemik, gouty arthritis akut, artritis psoriasis, ulcerative colitis, dermatitis herpetiformis, pemphigus, dan Addison Disease.Kontra indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap hidrokortison, infeksi virus, tuberkulosis kulit. Pada acne, rosasea, dermatitis perioral dapat memperburuk keadaan. Efek Samping antara lain rasa terbakar, gatal, kekeringan, atropi kulit serta infeksi sekunder, retensi cairan, bertambahnya berat badan, kenaikan tekanan darah, sakit kepala, lemas otot, ulserasi lambung, dan memperburuk diabetes2. TriamcinoloneTriamcinolon merupakan kortikosteroid sintetik untuk mengobati sejumlah autoimun dan kondisi alergi.

Aksi antiinflamasi triamcinolon ( mencegah tanda inflamasi seperti panas lokal, kemerahan, lembek, bengkak, tanpa menghiraukan penyebabnya.Indikasinya untuk mengobati gangguan alergi, kondisi kulit, ulcerative colitis, arthritis, lupus, psoriasis, atau gangguan pernapasan. Kontraindikasinya yaitu Hipersensitif terhadap triamcinolon atau bahan lain dalam formulasi. Infeksi jamur sistemik, infeksi serius, terapi utama pada keadaan asmatikus, infeksi jamur, virus atau bakteri pada mulut dan tenggorokan.Gatal-gatal, alergi dermatitis kontak, kekeringan, folikulitis, infeksi kulit (kedua), hipertrikosis, erupsi menyerupai bentuk jerawat, hipopigmentasi, maserasi kulit, atrofi kulit, striae, miliaria, dermatitis perioral, atrofi mukosa oral.

Menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan menurunkan permeabilitas kapiler, menekan sistem imun dengan menurunkan aktivitas dan volum sistem limfatik, menekan fungsi adrenal (pada dosis tinggi)Cream, salep ( 0,025% , aplikasikan tipis pada daerah yang terkena 2-4 kali/hari. 0,1% atau 0,5%, aplikasikan tipis pada daerah yang terkena 2-3kali/hariSpray ( aplikasikan pada daerah yang terkena 3-4 kali/hari

3. BetametasonBetametason adalah obat kortikosteroid yang digunakan untuk bermacam-macam kondisi, seperti inflamasi, bengkak,dan lain lain. Kontraindikasinya pada infeksi jamur sistemik..Efek samping pada pemakaian jangka pendek, dosis yang rendah dan sedang jarang mengakibatkan efek yang serius. Pemakaian dosis tinggi atau pemakaian yang terus dapat menyebabkan beberapa symptoms : pada pemakaian oral jangka panjang dapat mengakibatkan peptic ulser, thin skin, tulang yang rapuh, otot lemah, tekanan pada kelenjar adrenal. Pada pemakaian topical jangka panjang dapat mengakibatkan penipisan kulit. Kombinasi kortikosteroid betamethasone dan antihistamin dexchlorpheniramine maleate yang mempunyai sifat anti inflamasi, anti alergi.

4. BeclomethasoneBeclomethasone merupakan golongan kortikosteroid yang higher potency dan termasuk dalam kortikosteroid inhalasi. Merek dagangnya adalah Becloment.

Obat inhalasi diabsorbsi secara minimal, meskipun jika dosis bertambah absorpsi juga meningkat. Beclomethasone bekerja menghambat produksi sitokinin, leukotrienes, dan prostaglandin dengan cara mengerahkan eosinofil dan melepaskan mediator antiinflamasi lainnyaBeclometasone mengontrol laju sintesis protein, menekan migrasi leukosit PMN, fibroblas, membalikkan permeabilitas kapiler dan stabilisasi lisosomal pada tingkat sel untuk mencegah atau mengendalikan peradangan.Absorbsi yang siap diserap setelah aplikasi lokal. Distribusi: Cepat didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Metabolisme: Terutama hati tetapi juga di jaringan lain termasuk saluran GI dan paru-paru. Ekskresi: terutama di urin dan sebagai metabolit dalam tinja.Inhalasi aerosol: 200g , 2 kali sehari. anak: 50-100 g 2 kali sehari. Topikal, dewasa: dioleskan 0.025% krim ke area yang terkena. Efek sampingnya yaitu berkurangnya serat kolagen pada kulit sehingga kulit menjadi kering, hipopigmentasi pada kulit. bau yang mengganggu. mulut iritasi. kandidiasis oral . infeksi saluran pernapasan bagian atas.2.3. Mekanisme Kerja antiinflamasi5

Gambar 1. Mekanisme kerja antiinflamasi steroid dan nonsteroidMekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzimcyclooxygenaseini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dariarachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang).Sedangkan mekanisme kerja AISD didasarkan pada penghambatan enzim phospholipase A2 sehigga tidak terbentuknya asam arakidonat. Dengan tidak terbentuknya asam arakidonat maka prostaglandin juga tidak terbentuk. Sehingga proses inflamasi dapat dihambat.BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

1. Obat anti inflamasi terbagi menjadi dua yaitu anti inflamasi non steroid (NSAID) dan anti inflamasi steroid (AISD).

2. Kerja anti-inflamatori dari NSAIDs dijelaskan dengan menghambat sintesis prostaglandin dengan COX-2. Sedangkan mekanisme kerja AISD didasarkan pada penghambatan enzim phospholipase A23.2. Saran

Penggunaan obat-obatan termasuk obat anti inflamasi harus digunakan sesuai dengan dosis dan indikasi yang dianjurkan untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan oleh pemakaian obat. DAFTAR PUSTAKA

1. Sutistia G.Ganiswara .1995.Farmakologi Dan Terapi edisi IV. Jakarta2. Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja. 2005.Obat-Obat Penting. Jakarta : PT Gramedia

3. Mary. J Mycek Dkk. 2001.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Jakarta: Widya Medika

4. Katzung.G.Bertram 2002.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VIII Bagian ke II.Jakarta : Salemba Medika5. Srringer .L Janet 2006 . konsep dasar Farmakologi panduan edisi III . Jakarta : PT Penerbit buku kedokteran EGCTUGAS BEDAH MULUT

ANTIINFLAMASI

DISUSUN OLEH:

DANIA PEBRIANA

04124707013

DEWI SULISTIAWAN

04124707015

DESI FITRIANI

0411

EDWIN JUANDA PUTRA

041247070

HIDAYATI FITRIANI

YULIANANDA FIRASTY

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2014/2015