Antiinflamasi pada Oftalmologi

62
Anesthesia For Ophthalmic Surgery DR.FATMA ALDAMMAS Aditia Retno Fitri

Transcript of Antiinflamasi pada Oftalmologi

Page 1: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Anesthesia For

Ophthalmic Surgery

DR.FATMA ALDAMMAS

Aditia Retno Fitri

Page 2: Antiinflamasi pada Oftalmologi

INFLAMASI

Page 3: Antiinflamasi pada Oftalmologi

RADANGADALAH RESPON VASCULER

DAN SELULER DARI JARINGAN HIDUP TERHADAP CIDERA

Inflamasi

Page 4: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Tujuan radang :

dalam rangka menghancurkan dan mengeliminasi agen penyebab

Perbaikan jaringan yang cidera

Page 5: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Penyebab Radang

• Keberadaan Benda Asing Dalam

Jaringan: - Jaringan donor - Agen Biologis - Benda mati

• Kerusakan Jaringan yang menimbulkan Nekrosa; Infark; Hemoragi; Thrombus

Terkait infeksi : Trauma fisik, Radiasi,

Racun, Suhu Ekstrim, Respon Imun.

Page 6: Antiinflamasi pada Oftalmologi

CIRI – CIRI RADANG

• Rubor ( Redness ) = Kemerahan• Kalor ( Heat ) = Panas• Tumor ( Swelling ) = Bengkak• Dolor ( Pain ) = rasa Sakit• Fungsio laesa ( Loss Of Function ) = Fungsi jaringan / organ terganggu

Page 7: Antiinflamasi pada Oftalmologi

PROSES INFLAMASI

• Agen kausatif, respon jaringan sekitar agen serta sel nekrotik di daerah radang akan menghasilkan mediator inflamasi

• Mediator Inflamasi menginduksi vascula, aliran darah, dan mengaktifkan leukosit

• Terjadinya vaso dilatasi arterioli maupun kapiler disekitar daerah radang menimbulkan perlambanan aliran darah dan leukosit mengalir ditepi lumen vasculer. ( Aliran non axial )

Page 8: Antiinflamasi pada Oftalmologi

• Endothel kapiler meregang, timbul rongga, permiabilitas meningkat, plasma darah keluar terakumulasi di jaringan perivasculer.

• Endothel menjadi lengket, leukosit menggelinding dan melekat ( adhesi ) pada permukaan endothel

• Leukosit masuk ruang antar endothel (diapedesis) dan keluar dari vasculer (ekstravasasi)

• Leukosit akan bergerak (migrasi) menuju agen causatif inflamasi

PROSES INFLAMASI

Page 9: Antiinflamasi pada Oftalmologi

• Leukosit memfagosit baik agen asing, sel inang terinfeksi, maupun jaringan inang yang nekrotik degradasi agen secara enzymatik.

PROSES INFLAMASI

Page 10: Antiinflamasi pada Oftalmologi

PROSES INFLAMASI

Page 11: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Respon Radang

Respon VaskulerCidera aktivasi media inflamasi

vasodilatasi kapiler--------------------------------------------------------------Respon Seluler Aktivasi Leucosit

fagositosis

Page 12: Antiinflamasi pada Oftalmologi

CIRI – CIRI RADANG

• Rubor ( Redness ) = Kemerahan• Kalor ( Heat ) = Panas• Tumor ( Swelling ) = Bengkak• Dolor ( Pain ) = rasa Sakit• Fungsio laesa ( Loss Of Function ) = Fungsi jaringan / organ terganggu

Page 13: Antiinflamasi pada Oftalmologi

CIRI – CIRI RADANG

• Rubor ( Redness ) = Kemerahan• Kalor ( Heat ) = Panas• Tumor ( Swelling ) = Bengkak• Dolor ( Pain ) = rasa Sakit• Fungsio laesa ( Loss Of Function ) = Fungsi jaringan / organ terganggu

Page 14: Antiinflamasi pada Oftalmologi

ANTI-INFLAMASI

Page 15: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Anti-inflammatory

corticosteroid NSAIDNon Steroid Antiinflammation Drugs

Pembagian Antiinflamasi

Page 16: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Anti-inflammatory

corticosteroid NSAIDNon Steroid Antiinflammation Drugs

Pembagian Antiinflamasi

Page 17: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid

• Bersifat kurang spesifik, dan telah digunakan bertahun-tahun untuk terapi inflamasi dan penyakit imunologis pada mata.

• Untuk mencegah efek inflamasi: pembentukan jaringan ikat &neovaskularisasi

• Lebih efektif pada fase akut

Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006

Page 18: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid: Mekanisme Kerja

Peran pada hampir semua aspek inflamasi:Vaskular:•Permiabilitas pembuluh darah ↓

Selular :•Penghambatan proliferasi limfosit (limfosit T), dengan imunitas selular ↓•Penekanan kerja limfokin dalam migrasi makrofag dan produksi faktor pertumbuhan •Inhibisi degranulasi netrofil granulosit, makrofag, sel mast, dan basofil•supresi sintesis asam arakidonat produksi prostaglandin ↓

Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006

Page 19: Antiinflamasi pada Oftalmologi
Page 20: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid: Indikasi

Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006

Page 21: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid: Preparat

Prednisolone

Studi menunjukkan bahwa Prednisolone memiliki efektivitas anti-inflamasi terbesar dibanding steroid topikal mata lainnya.

Prednisolone acetate 1% merupakan steroid topikal mata yang paling efektif untuk terapi uveitis dan inflamasi kornea.

Dapat digunakan pada inflamasi berat mata seperti episkleritis, iritis, luka bakar kimiawi atau thermal pada kornea.

Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006

Page 22: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid: Preparat

Dexamethasone

Pada konsentrasi yang sesuai, Dexamethasone secara klinis kurang efektif dibanding prednisolone dan berpotensi lebih besar dalam menaikkan Tekanan Intra Okular drug of second choice.

Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006

Page 23: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid: Preparat

Fluorometholones

Memiliki sifat antiinflamasi yang cukup baik, tetapi juga menyebabkan peningkatan TIO sekunder.

Terdapat dalam dua bentuk formulasi: fluorometholone alkohol dan asetat.

Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006

Page 24: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid: Preparat

Fluorometholone alkohol

Digunakan untuk menangani kondisi inflamasi sedang pada permukaan mata, memerlukan lama terapi yang panjang (hingga 3-4 minggu) seperti pada iridosiklitis kronik dan alergi.

Bermanfaat pada kondisi kronis o.k. Kurang menimbulkan peningkatan TIO

Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006

Page 25: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid: Preparat

Fluorometholone acetate

Merupakan bentuk klinis yang lebih aktif. Menimbulkan efektivitas yang lebih besar.

Indikasi: bila terdapat efek samping dengan preparat kortikosteroid yang lain

Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006

Page 26: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid: Preparat

Rimexolone

Cukup poten dan relatif aman, tapi tidak seefektif prednisolone acetate1% ; pengaruh pada TIO menyerupai fluorometholones.

Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006

Page 27: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid

• Bentuk Sediaan:– Topikal– Sistemik– Periokular

Page 28: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid Topikal

• Keuntungan: – Dapat diberikan didekat

lokasi yang memerlukan indikasi untuk inflamasi segmen anterior

– Dapat digunakan untuk salah satu mata saja

– Menghindari efek sistemik

• Kerugian:– Terkadang dapat terjadi

supresi adrenal– Ulkus dendritik– Menimbulkan residu

keputihan– Keratopati epitel bila

penggunaan terlalu sering

– Terkadang menimbulkan infeksi konjungtiva

Page 29: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Efek Samping Steroid Topikal

• Peningkatan TIO – Dapat menimbulkan kebutaan permanen bila tidak terdeteksi/

diterapi • Meningkatkan kerawanan terhadap infeksi virus atau

jamur– Berpotensi menimbulkan kebutaan

• Penipisan sklera/kornea– Berpotensi menimbulkan kebutaan

• Penundaan atau gangguan penyembuhan luka • Katarak

Page 30: Antiinflamasi pada Oftalmologi

• Digunakan pasca operasi untuk inflamasi pada mata

• Hanya boleh digunakan dibawah panduan dokter spesialis mata

• Dosis diturunkan bertahap sebelum dihentikan sepenuhnya• Dihentikan mendadak: rebound

effectMenimbulkan relaps

Tetes Mata Kortikosteroid

Page 31: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid Topikal: Ringkasan

• Topikal– Preparat:

• prednisolone, dexamethasone, fluorometholone, remixolone – Mekanisme:

• menghambat pelepasan asam arakidonat dari fospolipid dengan cara menghambat fosfolipase A2

– Indikasi kegunaan inflamasi segmen anterior• pasca operasi, uveitis anterior, konjungitvitis alergi berat,

konjungtivitis vernal, pencegahan reaksi penolakan graft kornea, episkleritis, skleritis

– Efek samping: • rawan terhadap infeksi, glaukoma, katarak, ptosis, midriasis,

pelunakan sklera, atrofi kulit• Prednisolone dan Dexamethasone paling poten menimbulkan

tekanan intraokular (TIO)

Page 32: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid Sistemik

• Keuntungan: – Mudah pemberiannya:

dengan tablet– Dapat mencapai seluruh

mata dengan lebih baik

• Kerugian:– Terkadang dapat terjadi

supresi adrenal– Efek sistemik

Page 33: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid Sistemik: Efek Samping

• Peningkatan TIO• Hipertensi• Gula darah >>• Berat badan >/edema• Gangguan sal cerna• Gangguan psikiatrik• Infeksi oportunistik

• Osteoporosis• Katarak• Supresi adrenal•

Page 34: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid

• Sistemik:– Preparat:

• prednisolone, cortisone, triamcinolone, depomedrol

– Indikasi : inflamasi segmen posterior• Uveitis posterior, neuritis optikus, arteritis temporal anterior

dengan neuropathy iskemik

– Efek samping: • Lokal: posterior subcapsular cataract, glaukoma, central serous

retinopathy• Sistemik: supresi aksis hipofisis-adrenal, hyperglikemia,

osteoporosis, ulkus peptikum, psikosis

Page 35: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Kortikosteroid : Kontraindikasi

• Pada pasien DM, gagal ginjal, hipertensi• Sistemik: KI pada ulkus peptikum,

osteoporosis, psikosis• Topikal: KI pada glaukoma• KI pada sebagian besar infeksi, oleh karena:

– Tidak membunuh bakteri– Menurunkan resistensi terhadap mikroorganisme– Menyamarkan progresivitas infeksi

Page 36: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Anti-inflammatory

corticosteroid NSAIDNon Steroid Antiinflammation Drugs

Pembagian Antiinflamasi

Page 37: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)

• Merupakan inhibitor sintesis prostaglandin dan berperan sebagai antiinflamasi dan analgesik

• Keuntungan NSAID dibanding KS adalah bahwa NSAID tidak memicu penurunan aktivitas sistem pertahanan tubuh dan tidak meningkatkan TIO

• NSAID tidak berinteraksi dengan sistem hemodinamik

Page 38: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Tissue Damage or Inflammatory pain

Stimulus

Chemical mediator “inflammatory soup”

Page 39: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Tissue Damage or Inflammatory pain

Stimulus

Chemical mediator “inflammatory soup”

Page 40: Antiinflamasi pada Oftalmologi
Page 41: Antiinflamasi pada Oftalmologi

• Mekanisme kerja:– menghambat cyclooxygenase (COX) menghambat

produksi prostaglandin

Terdapat 2 jenis COX:• COX-1 – penting dalam kondisi non inflamasi

penghambatan COX1 dapat menghindari ESO (misal ESO lambung)

• COX-2 – diinduksi pada kondisi inflamasi inhibisi COX-2 berperan dalam antiinflamasi

– Aspirin, ibuprofen – menghambat COX-1 & COX-2

NSAID: Mekanisme Kerja

Page 42: Antiinflamasi pada Oftalmologi
Page 43: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID: Mekanisme Kerja

• Sebagian besar NSAID menghambat COX-1 dan COX-2• Penghambatan jalur sintetik dari asam arakidonat menjadi

prostaglandin dapat menimbulkan peningkatan leukotrien yang dapat menimbulkan inflamasi

• Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi serius pada beberapa pasien mis. Serangan asthma

Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006

Page 44: Antiinflamasi pada Oftalmologi
Page 45: Antiinflamasi pada Oftalmologi

- Efek Penghambatan Prostaglandin

Efek Antiinflamasi• Prostaglandins merupakan mediator utama

inflamasi.

Efek Analgesik• Penurunan inflamasi penurunan nyeri. • Prostaglandin juga merupakan mediator nyeri

pada jaringan perifer inhibisi PG menimbulkan analgesi

Page 46: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Efek antipiretik (=penurunan panas)

Saat inflamasi, endotoksin bakteri merangsang makrofag untuk melepaskan IL-1, suatu pyrogen (=agen yang menimbulkan demam) yang menstimulasi pembentukan prostaglandin E di hipotalamus dan meningkatkan set-point pengatur temperatur tubuh.

Page 47: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID: Indikasi

Saat ini digunakan pada kondisi intra- dan pasca-operasi untuk menurunkan miosis pada saat operasi dan inflamasi yang mengikut operasi katarak dan laser trabeculoplasty.

Juga digunakan pada terapi dan pencegahan cystoid macular oedema dan konjungtivitis alergika.

Vale J; Ophthalm Physiol Opt 1998Vale J; Ophthalm Physiol Opt 1998

Page 48: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID: Indikasi

- Inflamasi segmen anterior mata, yang belum dapat ditentukan penyebabnya apakah dari virus atau bakteri, seperti pada edema kornea, edema konjungtiva dan skleritis.

- Reaksi inflamasi oleh karena trauma- Neovaskularisasi kornea karena penggunaan lensa kontak

dan peradangan yang ditimbulkan

Vale J; Ophthalm Physiol Opt 1998Vale J; Ophthalm Physiol Opt 1998

Page 49: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID: Preparat

Preparat topikal NSAID yang dikenal:- Diclofenac sodico- Flubiprofene sodico- Ketorolac trometamina- Piroxicam- Indometacina- Suprofene

Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006

Page 50: Antiinflamasi pada Oftalmologi
Page 51: Antiinflamasi pada Oftalmologi
Page 52: Antiinflamasi pada Oftalmologi
Page 53: Antiinflamasi pada Oftalmologi

• Pada mata, preparat NSAID topikal lebih disukai daripada sistemik, oleh karena NSAID topikal memberikan konsentrasi obat yang lebih besar dengan kurang menimbulkan efek samping sistemik.

• NSAID digunakan sebagai antiinflamasi dan antinyeri pada kondisi inflamasi non infeksi atau pasca trauma operasi.

Page 54: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID: Keamanan

• Topikal NSAID: jarang menimbulkan toksisitas sistemik

• Toksisitas lokal: sensasi terbakar, tersengat, iritasi dan hiperemia konjungtiva kerusakan epital, penipisan kornea perforasi

• Komplikasi kornea: pelunakan kornea (Diklofenak)

Page 55: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID: Precaution

Page 56: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID : Kontraindikasi

Page 57: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID: Interaksi Obat

Page 58: Antiinflamasi pada Oftalmologi
Page 59: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAIDs: Indikasi

• Inflamasi (perioperatif)• CME (cystoid macular edema)• Nyeri (operasi refraktif) • Alergi pada mata (jarang) • Antiinflamasi pre-operatif dan • Pasca operatif

Page 60: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Efek Samping NSAID (topikal)

• Reaksi lokal (rasa terbakar) • Tidak menimbulkan peningkatan TIO • Tidak menimbulkan potensiasi infeksi

HSV dan jamur • Dapat menimulkan regresi pada operasi

refraktif• Jarang: kerusakan kornea (diklofenak)

Page 61: Antiinflamasi pada Oftalmologi

NSAID: Ringkasan

• E.g. ketorolac, diclofenac, flurbiprofen• Mekanisme: inaktivasi of cyclo-oxygenase • Indikasi: pasca operasi, konjungtivitis alergika

ringan, episkleritis, uveitis rignan, cystoid macular edema, pra operasi untuk mencegah miosis pada saat operasi.

• Efek Samping: reaksi lokal

Page 62: Antiinflamasi pada Oftalmologi

Terima K asih