tugas ali
description
Transcript of tugas ali
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN
PALATOSKIZIZ
MAKALAH
Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan
ANAK
DI SUSUN OLEH:
M.ALI FAUZI
2013.03.018
AKADEMI KEPERAWATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
SEPTEMBER, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena melalui rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Pasien
dengan PALATOSKIZIZ ” yang dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dalam penulisan makalah ini, kami tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
segala pihak oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ethyca Sari Laua
S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada staf dan karyawan di Akademi
Keperawatan William Booth Surabaya. Para staf perpustakaan yang secara tidak langsung
telah membantu kami dalam penyediaan sarana yang kami butuhkan.
Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran pada makalah ini. Hal itu tentunya
sangat berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat.
Surabaya , 09 September 2015
Penyusun
Daftar Isi
Halaman judul............................................................................................ i
Kata pengantar........................................................................................... 1
Daftar isi.................................................................................................... 2
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang............................................................................... 3
1.2 Rumusan masalah.......................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................ 4
Bab 2 Tinjauan Teori
2.1 Pengertian palatoskiziz……………………………………………… 5
2.2 Penyebab palatoskiziz……………………………………………...... 5
2.3 Patofisiologi dan WOC palatoskiziz……………………………….... 6
2.4 Derajat palatoskiziz ….......…………………………….…………… 8
2.5 Tanda dan gejala palatoskiziz ….…………………………………… 8
2.6 Pemeriksaan diagnostik palatoskiziz ………………………………… 9
2.7 Penatalaksanaan palatoskiziz ……..........……………………………. 9
2.8 Komplikasi palatoskiziz ……………...........………………………… 10
2.9 Asuhan keperawatan secara teori…………………………..………… 11
Bab 3 Tinjauan Kasus
3.1 Pengkajian…………………………………………………………..… 22
3.2 Diagnosa keperawatan………………………………………………… 33
3.3 Rencana asuhan keperawatan………………………………………….. 35
3.4 Tindakan keperawatan…………………………………………………. 37
3.5 Evaluasi……………………………………………………………...…. 38
Bab 4 Penutup
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 40
Daftar pustaka................................................................................................ 41
BAB 1
A. Defenisi
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2
sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003).
B. Etiologi
1. Faktor herediter
2. Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui
3. Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu
4. Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen (agen/faktor yang
menimbulkan cacat pada embrio).
5. Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
6. Mutasi genetic atau teratogen.
C. Patofisiologi
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris
untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan
penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
D. Manifestasi klinis
1. Deformitas pada bibir
2. Kesukaran dalam menghisap/makan
3. Kelainan susunan archumdentis.
4. Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Regurgitasi makanan.
7. Pada Labio skisis
a. Distorsi pada hidung
b. Tampak sebagian atau keduanya
c. Adanya celah pada bibir
8. Pada Palati skisis
a. Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.
b. Ada rongga pada hidung.
c. Distorsi hidung
d. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadn jari
e. Kesukaran dalam menghisap/makan.
E. komplikasi
1. Gangguan bicara
2. Terjadinya atitis media
3. Aspirasi
4. Distress pernafasan
5. Resiko infeksi saluran nafas
6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
7. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat
disfungsi tuba eustachius.
8. Masalah gigi
9. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan
paruh.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan prabedan rutin (misalnya hitung darah lengkap
2. Pemeriksaan Diagnosis
a. Foto Rontgen
b. Pemeriksaan fisik
c. MRI untuk evaluasi abnormal
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik
bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan
fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah
maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.Biasanya penutupan celah bibir melalui
pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan
penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau
sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus,
pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang
cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing
penderita.
Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun.
Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara
dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan
velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk
menghasilkan penutup nasoporing.
2. Penta laksanaan Keperawatan
a. Perawatan Pra-Operasi:
1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
a) Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
b) Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
c) Diskusikan tentang pembedahan
d) Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.
e) Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.
a) Tahap-tahap intervensi bedah
b) Teknik pemberian makan
c) Penyebab devitasi
3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
a) Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang
cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
b) Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.
c) Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
d) Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
e) Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
f) Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
a) Pantau status pernafasan
b) Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
c) Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b. Perawatan Pasca-Operasi
1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
a) Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
b) Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
c) Lanjutkan dengan diet lunak
d) Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
a) Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b) Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
c) Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
d) Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk
mencegah terjadinya aspirasi.
e) Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
f) Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
g) Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
h) Monitor keutuhan jaringan kulit
i) Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal alat
tensi
ASUHAN KEPAERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiotalatos kisis dari keluarga, berat/panjang bayi
saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan
infeksi saluran pernafasan atas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.
b. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c. Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d. Kaji tanda-tanda infeksi
e. Palpasi dengan menggunakan jari
f. Kaji tingkat nyeri pada bayi
3. Pengkajia Keluarga
a. Observasi infeksi bayi dan keluarga
b. Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua
c. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d. Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di
rumah.
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kuping Keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain atau krisis perkembangan
/keadaan dari orang terdekat mungkin muncul ke permukaan.
2. Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi tubuh bagian atas.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakseimbangan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
C. Intervensi
1. DX.1 : Koping keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain dan krisis
perkembangan / keadaan dari orang lain terdekat mungkin muncul ke permukaan.
NOC.: Family kuping
KH :
a. Mengatur masalah
b. Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan bebas
c. Menggunakan startegi pengurangan stress
d. Membuat jadwal untuk rutinitas dan kegiatan keluarga
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Family Support
a. Dengarkan apa yang diungkapkan
b. Bangun hubungan kepercayaan dalam keluarga
c. Ajarkan pengobatan dan rencana keperawatan untuk keluarga
d. Gunakan mekanisme kopoing adaptif
e. Mengkonsultasikan dengan anggota keluarga utnk menambahkan kopoing yang efektif.
2. DX.II: Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi tubuh
bagian atas.
NOC : Risk Control
KH :
a. Monitor lingkungan faktor resiko
b. Gunakan strategi kontrol resiko yang efektif
c. Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
d. Monitor perubahan status kesehatan
e. Monitor faktor resiko individu
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Aspiration Precaution
a. Monitor status hormonal
b. Hindari penggunaan cairan / penggunaan agen amat tebal
c. Tawarkan makanan / cairan yang dapat dibentuk menjadi bolu sebelum ditelan.
d. Sarankan untuk berkonsultasi ke Patologi
e. Posisikan 900 atau lebih jika memungkinkan.
f. Cek NGT sebelum memberi makan
3. DX. III : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidak seimbangan
NOC :
a. Menggunakan pesan tertulis
b. Menggunakan bahasa percakapan vokal
c. Menggunakan percakapan yang jelas
d. Menggunakan gambar/lukisan
e. Menggunakan bahasa non verbal
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Perbaikan Komunikasi
a. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien
b. Berbicara kepada pasien dengan lambat dan dengan suara yang jelas.
c. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
d. Mendengarkan pasien dengan baik
e. Memberikan reinforcement/pujian positif pada keluarga
f. Anjurkan pasien mengulangi pembicaraannya jika belum jelas
4. DX. IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
NOC : Status Nutrisi
KH :
a. Stamina
b. Tenaga
c. Penyembuhan jaringan
d. Daya tahan tubuh
e. Pertumbuhan (untuk anak)
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Nutrition Monitoring
a. BB dalam batas normal
b. Monitor type dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
c. Monitor interaksi anak/orangtua selama makan
d. Monitor lingkungan selama makan
e. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
f. Monitor turgor kulit
g. Monitor rambut kusam, kering dan mudah patah
h. Monitor pertumbuhan danperkembangan
5. DX. V : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
NOC : Tingkat Kenyamanan
KH :
a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
b. Mampu mengenali nyeri (skal), intensitas, frekwensi, dan tanda nyeri.
c. TTV dalam batas normal
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Pain Management
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meiputi : Lokasi, karkteristik, durasi, frekwensi,
kualitas dan intensitas nyeri.
b. Observasi isarat-isarat non verbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan komunikasi teraupeutik agar pasien dapat nyaman mengekspresikan nyeri.berikan
dukungan kepada pasien dan keluarga.
6. DX. VI : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
NOC : Risk Control
KH :
a. Monitor gejala kemunduran penglihatan
b. Hindari tauma mata
c. Hindarkan gejal penyakit mata
d. Gunakan alat melindungi mata
e. Gunakan resep obat mata yang benar
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Identifikasi Resiko
a. Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan rencana berkelanjutan
b. Menentukan sumber yang finansial
c. Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko
d. Menentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan.
D. Evaluasi
1. Diagnosa I : Koping keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain atau krisis
perkembangan keadaan dari orang terdekat mungkin muncul ke permukaan.
Mengatur masalah
Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan bebas
Menggunakan startegi pengurangan stress
Membuat jadwal untuk rutinitas dan kegiatan keluarga
2. Diagnosa II : Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi tubuh
bagian atas.
Monitor lingkungan faktor resiko
Gunakan strategi kontrol resiko yang efektif
Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
Monitor perubahan status kesehatan
3. Diagnosa III : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakseimbangan.
Menggunakan pesan tertulis
Menggunakan bahasa percakapan vokal
Menggunakan percakapan yang jelas
Menggunakan gambar/lukisan
Menggunakan bahasa non verbal
4. Diagnosa IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
Stamina
Tenaga
Penyembuhan jaringan
Daya tahan tubuh
Pertumbuhan (untuk anak)
5. Diagnosa V : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
Mampu mengenali nyeri (skal), intensitas, frekwensi, dan tanda nyeri.
TTV dalam batas normal
6. Diagnosa VI : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.
Monitor gejala kemunduran penglihatan
Hindari tauma mata
Hindarkan gejal penyakit mata
Gunakan alat melindungi mata
Gunakan resep obat mata yang benar.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
KASUS DIABETES PADA IBU “ D “
Ibu D ( 45 thn ) masuk rumah sakit dengan luka diabetikum pada kaki yang lama
tidak sembuh, bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya. Klien
mengatakan merasa lemas dan sering sekali minum, dan inginnya makan terus terus. Dari
hasil pengujian sementara didapatkan : kondisi umum klien : lemah, TTV TD : 160/90 mmhg
HR: 90x/ menit , suhu : 37 C, RR: 18x/ menit , sudah terjadi neuropati ekstremitas, kakki
teraba dingin dan terlihat pucat, gula dara sementara: 450/dl, ada riwayat DM pada anggota
keluarga ( bapaknya meninggal karena komplikasi ) . sejak kecilibu D mengalami gizi lebih
( obesitas ) , BB sekarang : 42 kg , TB : 160 cm, sebelum sakit-sakitan BB nya perna
mencapai 84 kg.
A. DATA FOKUS
DS :
Klien mengatakanmerasa lemas
Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terus
Neuropati ekstremitas
Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam
sampai kelihatan bentuk tulangnya.
Kaki teraba dingin dan terlihat pucat
Mengalami obesitas sejak kecil
DO :
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37 C
RR : 18x/ menit
HR : 90x/ menit
Gula dara sementara / sewaktu : 450/dl
BB sekarang : 42 kg
BB dahulu : 84 kg
TB : 160 cm
Diagnisis Medis : Diabetes Mellitus
B. ANALISA DATA
NOSYMTOMP
ETIOLOGI PROBLEMDS DO
1 Klien
mengatakanmerasa
lemas
Klien mengatakan
sering kencil,
sering minum, dan
inginya makan
terus
BB sekarang : 42 kg
BB dahulu : 84 kg
TD : 160/90 mmHg
TB : 160 cm
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Faktor Biologis
2 Neuropati
ekstremitas
Luka ulkus
diabetikum pada
kaki yang tidak
perna sembuh
bahkan lukanya
sangat dalam
sampai kelihatan
bentuk tulangnya.
Gula darah
sementara : 450/dl
Diagnisis Medis :
Diabetes Mellitus
TD : 160/90 mmHg
Kerusakan
integritas jaringan
Faktor Mekanik
C. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis
(ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi ) d/d
DS :
Klien mengatakanmerasa lemas
Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terus
DO :
BB sekarang : 42 kg
BB dahulu : 84 kg
TD : 160/90 mmHg
TB : 160 cm
2. Kerusakan integritas jaringan b/d dengan faktor mekanik: ( terjadinya neuropati ekstremitas )
d/d
DS :
Neuropati ekstremitas
Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam
sampai kelihatan bentuk tulangnya.
DO :
Gula darah sementara : 450/dl
Diagnisis Medis : Diabetes Mellitus
TD : 160/90 mmHg
D. INTERVENSI / PERENCANAAN
Tgl No
Dx
NOC NIC RASIONAL T.T.D
21- 12-
2012
1 Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam klien menunjukan perbaikan status nutrisi dengan kriteria hasilNutrisonal Status
100405 :BB stabil tidak terjadi mal nutrisi,
100403 : tingkat energi adekuat,
110401: pemasukan nutrisi adekuat
100402: pemasukan makanan yang baik bagi keadaan klien
Manajemen Nutrisi kaji pola makan klien
Pengkajian pola makan klien untuk memntau perkembangan nutrisi klien
Kaji adanya alergi makanan
Untuk memastikan tidak adanya gangguan pada peningkatan pola nutrisi dan makan klien
Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.
Untuk membantu pasien mendapatkan asupan nutrisi sesui dengan kebutuhan tubuh
Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya
Untuk mempercepat kesembuhan dan keseimbangan
nurtrisi pada pasien.
Ajarkan pasien bagaimana memili makanan yang sesui dengan kebutuhan tubuh
Agar pasien dapat menja pola makan dan mengontro makanan yang dikonsumsi agar tidak terjadinya peningkatan kadar gula darah
Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
Untuk mengetahi perkembangan kkeadaan pasien terutama pada perbaikan nutrisi pasien
Untuk mengetahui respon klioen terhadap perbaikan gizi dan nutrisi pada klien
Untuk mengetahui apaka ada gangguan atau komplikasi yang terjadi pada pasien .
21-12-
2012
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatanpada pasienselama 6x24 jam penyembuhan luka meningkat dengan kriteria hasil :Wound healing
Penyembuhan Luka mengecil dalam ukuran
Dan adanya peningkatan granulasi jaringan
Wound care Monitor karakteristik
luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers
Catat karakteristik cairan secret yang keluar
Bersihkan dengan cairan anti bakteri
Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
Pertahankan tehnik dressing steril
Hubungi atau kolaborasi dengan dokter dalam perawatan
agar perawat dapat mengetahui karakteristik luka dan teknik penngobatan
dapat mengetahui cairan dan sekret yang ada pada luka
untuk menghindari infeksi pada luka
untuk membalut luka aga mempercepat proses penyembuhan
untuk mempercepat proses
luka Ajarkan pasien atau
anggota keluarga prosedur perawatan luka
Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
Berikan posisi terhindar dari tekanan
penyembuhan agar pasien atau
anggota kelluaraga dapat melakukan teknik rawat luka mandiri
agar perawat mengetahui perubahan yang terjadi pada luka
agar luka tidak semakin parah
E. IMPLEMENTASI
Tgl
Jam
NO.
dx
Implementasi Respon t.t.d
21-des-
2012
08.00
21-des-
2012
08.00
1 Managment nutrisi mengkajikaji pola makan klien
DS: Klien mengatakan sering kencing, sering minum, dan inginya makan terus
Klien mengatakanmerasa lemas
DO : BB sekarang : 42 kgBB dahulu : 84 kgTD : 160/90 mmHgTB : 160 cm
Gula dara sementara / sewaktu : 450/dl
Ku : lemah
mengkajiaji adanya alergi makanan DS: pasien mengatakan tidak ada alergi makanan DO : BB sekarang : 42 kgBB dahulu : 84 kgTD : 160/90 mmHgTB : 160 cm Ku : lemahGula dara sementara / sewaktu : 450/dl
21 des mengkolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan
DS : pasien terlihat lebih berenergiPasien mengatan asupan makan dan
2012
10.00
kebutuhan klien..melakukan diet diabetikum
nutrisi lebih terjaga dan terkendaliDO: Ku : baik
21 des
2012
10.45
21 des
mengnjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya
DS: pasien mengatakan tidak lemas \\\ DO : BB sekarang : 42 kg Ku : baik
21 des
2012
11.15
mengajarkan pasien bagaimana memili makanan yang sesui dengan kebutuhan tubuh
DS: pasien sudah bisa memilih makananya sesui denga pola nutrisi seimbangTidak adanya gejala mal nutrisiDO: gula darah sementa menurun 320/dl
22 des
2012
08.00
Monitor Nutrisi memonitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
DS: BB stabil. Tidak adnya gejala malnutrisiPasien terlihat tidak lemah lagiDO : gula darah pasien menurun 320/dl
22 des
2012
08.30
memonitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
DS: pasien terlihat berespon baik dan lebih menjaga pola makan DS: -
22 des
2012
09.00
memonitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
DS: pasien mengatakan tidak adanya gangguan pada prosesmastikasiDS: -
21- des
2012
09.00
21 des
2012
09.15
2 Wound care memonitoro karakteristik
luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers
DS : Neuropati ekstremitasLuka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnyaDO :Gula darah sementara : 450/dlDiagnisis Medis : Diabetes Mellitus TD : 160/90 mmHg
mencatat karakteristik cairan secret yang keluar
DS : Neuropati ekstremitasLuka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnyaDO :Gula darah sementara : 450/dlDiagnisis Medis : Diabetes Mellitus TD : 160/90 mmHg
21 des
2012
09. 22
21 des
2012
09.35
21 des
2012
09.35
22 des
2012
09.00
membersihkan dengan cairan anti bakteri
DS : pasien kelihatan kesakitan pada saat luka di bersihkan DO : diagnnosa medis DM
melakukan Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
DS : pasien kelihatan agak tidak kesakitan lagiDO : diagnnosa medis DM
mempertahankan tehnik dressing steril
DS : Pasien mengtsksn mulsi merasakan perubahan Do : -
mengbungi atau melakuakan kolaborasi dengan dokter dalam perawatan luka
DS : pasien mengatakan ada perbedaan dengan lukanya, Pasien mengatakan luka mulai mengalami perubahanDO : -
mengajarkan pasien atau anggota keluarga prosedur perawatan luka
DS : pasien mengatakan sudah bisa melakukan perawatan luka mandiri Keluarga pasien mengtakan sudah bisa melakukan perawatan luka mandiri kepada pasienDO : -
membandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
DS : Ada perbedaan dari luka Luka mulai berglanulasi Pasien mengatakan lukanya agak tidak sakit lagi dan ukuran luka aga mengecilDO : -
memberikan posisi terhindar dari tekanan
DS : pasien mengtakan sudah ada perubahan pada lukaDO : Ku : baik
Jam
Tanggal
No
dx
Evaluasi t.t.d
1
2
S: pasien tidak terlihat lemah lagi berat badan pasien stabil dan tidak terjadi mal nutrisi pasien mengatakan asupan nutrisi dan pola makan terjaga
O : - BB : 42 kg gula darah turun dari450 menjadi 320/dl
A : BB stabil dan tidak terjadinya mal nutrisi pada klien asupan makanan dan nutrisi pada pasien baik Masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
S : pasien mengatakan adanya perubahan pada luka setelah dilakukan perawatan
O : ku : baik TD : 160/90 mmHg A : luka pada kaki sudah dilakukan perwatan dan masalah teratasi
sebagian P : lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
2. Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
3. Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
4. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
5. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
6. http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/bab-i-pendahuluan.html
7. http://appinet.blogspot.com/2010/03/labioskisispalatoskisis.html