TUGAS AKHIR - UKSW · 2017. 3. 25. · “Studi tentang Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat...

45
Studi tentang Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pemusik dan Pemandu Lagu dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat dari Perspektif Musik Gerejawi.” Oleh, Dyana Martiq Windoe 712012025 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Salatiga 2016

Transcript of TUGAS AKHIR - UKSW · 2017. 3. 25. · “Studi tentang Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat...

  • “Studi tentang Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pemusik dan

    Pemandu Lagu dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa

    Barat dari Perspektif Musik Gerejawi.”

    Oleh,

    Dyana Martiq Windoe

    712012025

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian

    Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi

    (S.Si-Teol)

    Program Studi Teologi

    FAKULTAS TEOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    Salatiga

    2016

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

    Motto :

    Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku

    Kaumaklumin

    (Mazmur 139:3)

    Aku beryukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa

    yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

    (Mazmur 139:14)

    Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh

    menghina hikmat dan didikan.

    (Amsal 1:7)

    Percayalah bahwa Tuhan selalu ada untukmu. Kami hanya sebagai perantara

    antara kau dan Tuhan. Serahkanlah segalanya, segala keluh-kesahmu, sukacita

    mu, pergumulanmu kepada Tuhan. Dan ingatlah apapun yang kau perbuat,

    semuanya itu harus didalam nama Tuhan Yesus Kristus.

    (Papa Mama dan Ti’i)

  • 7

    KATA PENGANTAR

    Penulisan ini membutuhkan waktu yang cukup, kesabaran, ketabahan dan ketekunan

    dari penulis. Dari penulisan ini, penulis dibentuk dan di-upgrade oleh Tuhan Yesus. Kuasa-

    Nya yang begitu luar biasa membantu, membimbing dan membentuk penulis. Terima kasih

    Tuhan atas kesehatan, kesabaran, kekuatan, kemampuan dan hikmat yang Engkau berikan

    serta tuntunan-Mu sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan

    melaksanakan penilitian dan berbagai tahap yang telah dilewati. Dalam kesempatan ini,

    penulis menyampaikan terima kasih yang tulus untuk semua pihak yang dipakai Allah untuk

    membantu dan menopang penulis dalam proses studi, khususya dalam penulisan tugas akhir

    ini lewat dukungan doa dan material.

    Ucapan terima kasih yang setulusnya penulis sampaikan untuk Papa Marthen Windoe

    dan Mama Tige B. Windoe-Kale, keluarga Windoe-Kale dan Segenap Keluarga Besar

    Persekutuan Doa Remaja Elim yang telah memberikan dukungan doa, dan berusaha dengan

    segala daya dan upaya, memberikan motivasi juga nasehat serta telah membiayai penulis

    dalam studi. Ucapan terima kasih yang diiringi dengan rasa hormat penulis sampaikan kepada

    Pdt. Dr. Jacob Daan Engel dan Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo, yang dengan bijaksana dan

    kesabaran telah membimbing penulis dalam proses penulisan dan penilitan tugas akhir ini

    hingga selesai, terima kasih atas waktu, nasihat, arahan, dan sumbangan pikirannya. Ucapan

    terima kasih penulis juga sampaikan kepada:

    Pimpinan Fakultas Teologi, staf dosen, pegawai tata usaha, dan segenap civitas

    Fakultas Teologi, yang sudah mau membantu penulis baik dalam doa maupun

    dalam tindakan. Terimakasih untuk angkatan 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 dan

    2016.

    Terima kasih untuk GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat, majelis jemaat dan

    jemaat yang sudah membantu dalam penulisan dan penilitian, yang sudah

    mengijinkan penulis untuk melakukan penilitian di tempat.

    Ti‟i Dorce Windoe dan kakak-adik yang tersayang Jestman, Jesly, Joko, Harun,

    Fita, Jilian, Sandra, Ningsih, Regi yang selalu memotivasi penulis baik dengan

    omelan, arahan, motivasi dan doa.

  • 8

    Untuk Mama Cornelia yang Tuhan pakai untuk menyemangati penulis dengan

    omelan dan motivasi yang diberikan.

    Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan, Kak

    Oko, Kak Momon, Kak Ella, dan spesial terima kasih dengan penuh rasa sayang

    untuk Kak Iky. Terima kasih untuk doa, motivasi dan bantuan yang diberikan.

    Terima kasih yang tulus diberikan untuk kita semua, kiranya Tuhan Yesus Kristus yang

    mempunyai kuasa akan selalu memberkati dalam segala usaha, jerih payah dan juang kita

    semua.

    Salatiga, 28 September 2016

    Dyana Martiq Windoe

  • 9

    DAFTAR ISI

    1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 11

    1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 11

    1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 15

    1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 15

    1.4 Manfaat Penlitian .......................................................................................... 15

    1.5 Metode Penilitian .......................................................................................... 15

    1.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 15

    1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................... 16

    2 TEORI ................................................................................................................... 17

    2.1 Musik .............................................................................................................. 17

    2.2 Musik Gerejawi dan Perkembangannya .................................................... 20

    2.2 Pemusik dan Pemandu Lagu ....................................................................... 28

    3 DATA LAPANGAN DAN ANALISA ................................................................ 29

    3.1 Gambaran Umum Pelayanan GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat ... 31

    3.2 Temuan Hasil Penilitian ............................................................................... 32

    4 PENUTUP ............................................................................................................. 41

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 42

    5.2 Saran .............................................................................................................. 43

    Daftar Pustaka ............................................................................................................ 44

  • 10

    ABSTRAK

    Dyana Martiq Windoe 712012025, 2016/2017. Studi tentang Faktor-faktor Pendukung dan

    Penghambat Pemusik dan Pemandu Lagu dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem

    Oesapa Barat dari Perspektif Musik Gerejawi.

    Penilitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat

    pemusik dan pemandu lagu dalam melayani dan bertugas di Ibadah Minggu. Penilitian ini

    dimotivasi oleh masalah yang mempengaruhi berjalannya ibadah, yang mana pemusik dan

    pemandu lagu belum memahami betul tentang pengertian musik gerejawi serta tugas dan

    tanggung jawab mereka sebagai pelayan Tuhan. Penilitian ini menerapkan pendekatan dan

    pengembangan dengan menggunakan metode kualitatif. Wawancara mendalam dan observasi

    langsung digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif. Observasi digunakan untuk

    mengamati proses ibadah minggu dengan memfokuskan pada pemusik dan pemandu lagu,

    dan wawancara mendalam untuk memahami pemahaman pemusik, pemandu lagu dan majelis

    jemaat dan jemaat terkait dengan musik yang dimainkan pada ibadah minggu. Penilitian ini

    membuktikan adanya faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi berjalannya

    Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat, yang mana faktor pendukung

    termotivasi dari jiwa ingin melayani, berpatokan dalam Alkitab yang memuji dan

    memuliakan nama Tuhan, jemaat butuh panduan dalam bernyanyi, dan jemaat harus

    bernyanyi. Faktor penghambat ialah gereja kurang memperhatikan kebutuhan Komisi Musik

    Gerejawi dan Liturgi, tidak ada pelatihan dan pembinaan yang benar-benar memenuhi

    kebutuhan pemusik dan pemandu lagu, kurangnya kerja sama jemaat, pemusik, pemandu lagu

    dan soundman, dan kurangnya persiapan sebelum pelayanan. Direkomendasikan gereja perlu

    memperhatikan kebutuhan komisi, seperti mengadakan pelatihan dan pembinaan serta

    menyediakan buku-buku untuk dipelajari, harus adanya kerja sama antar soundman, jemaat,

    pemusik dan pemandu lagu, dan yang terakhir pemusik dan pemandu lagu harus lebih giat

    berlatih sebelum melayani, belajar dari buku dan melihat tutorial tentang menjadi pemusik

    dan pemandu lagu yang baik dan benar dari youtube.

    Kata kunci: musik gerejawi, pemusik, pemandu lagu, gereja.

  • 11

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Ibadah merupakan wadah di mana gereja dapat mengungkapkan ekspresi

    penghayatannya secara mendalam sebagai respon terhadap kasih Allah yang diterima.

    Menurut Hoon: “Ibadah Kristen adalah penyataan diri Allah sendiri di dalam Yesus Kristus

    dan tanggapan manusia terhadap-Nya” atau suatu tindakan ganda: yaitu “tindakan Allah

    kepada jiwa manusia dalam Yesus Kristus dan dalam tindakan tanggapan manusia melalui

    Yesus Kristus”. Kata kunci dalam pemahaman Hoon tentang ibadah Kristen adalah

    “penyataan” dan “tanggapan”.1 Gereja sebagai persekutuan umat percaya yang diutus keluar

    (Yun: ekklesia) oleh Tuhan Allah adalah persekutuan yang bernyanyi. Umat bernyanyi di

    dalam ibadah. Ini telah dilakukan sejak awal peribadahan Kristen. Di dalam Injil (Mat. 26:30;

    Mrk. 14:26) diinformasikan bahwa Yesus dan murid-murid-Nya bernyanyi di dalam

    perjamuan malam itu. Perjamuan malam itu adalah perjamuan Paskah. Dalam tradisi Yahudi,

    umat menyanyikan Mazmur 113-118 sebagai Mazmur Paskah yang disebut Hallel.2 Tradisi

    ini diteruskan hingga kini dalam ibadah-ibadah umat Kristiani.

    Aristoteles (384-322), murid Plato mendefinisikan musik adalah “Suatu tiruan tentang

    seluk beluk hati dengan mempergunakan melodi dan irama. Ia juga menjelaskan bahwa

    pengaruh musik pada manusia yaitu: (a) sebagai suatu hiburan yang menyenangkan, musik

    mampu menjadikan manusia melupakan kesusahan hidupnya; (b) Sebagai suatu pembentukan

    watak, sifatnya yang harmonis dan ritmis mampu mempengaruhi perilaku manusia; (c) Musik

    dapat menjadi alat untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan rohani.”3

    Musik yang dikenal dalam tata ibadah gereja sering disebut juga musik gerejawi.

    Musik gerejawi adalah segala musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah, apapun

    bentuknya, entah berupa nyanyian jemaat, paduan suara, maupun semua jenis musik

    instrumen yang digunakan untuk mengiringi suatu kebaktian.4

    Musik yang dalam segala

    bentuk dan jenisnya ini dipakai dalam peribadahan gereja, seperti dalam ibadah umum pada

    hari Minggu, maupun ibadah khusus di hari lainnya, untuk mengiringi nyanyian pujian

    maupun menampilkan instrumentalia dalam ibadah tersebut. Kebaktian akan menjadi hidup

    1 James F. White, Pengantar Ibadah Kristen (Jakarta: BKG Gunung Mulia, 2011), 7.

    2 H.A. Pandopo, Menggubah Nyanyian Jemaat (Jakartta: BPK Gunung Mulia, 1984), Pasal 113 dan

    114 dinyanyikan setelah meminum cawan pertama. Pasal 115-118 setelah cawan ke-3. Semuanya terjadi dalam

    perjamuan Paska.

    3 Ispramuji, Pengantar Musik Gereja. Diktat Mata Kuliah Musik Gereja. (Semarang: 2003), 3.

    4 Idem, Diktat Matakuliah Musik Gereja (Salatiga: Fak. Teologi UKSW, 1999), 1.

  • 12

    bila diiringi dengan musik yang indah, ia akan menjadi lebih semarak dan penuh jiwa, penuh

    perasaan (emosional), penuh kesenian (artistikal), dan keindahan (estetikal). Kebaktian

    seperti ini akan mengesankan dan membuat jemaat semakin merasa diberkati oleh Tuhan.5

    Menurut penulis, musik merupakan salah satu bentuk ekspresi iman di dalam jemaat

    atau bergereja, sehingga musik tidak bisa sembarang dimainkan dalam ibadah. Jemaat dapat

    mengekspresikan perasaan mereka kepada Tuhan melalui puji-pujian yang dinyanyikan

    dengan iringan musik yang sesuai dengan kebutuhan lagunya. Misalnya, pujian dari Kidung

    Jemaat (KJ) 26 “Mampirlah, Dengar Doaku” biasanya terletak dalam pujian sebelum

    menaikkan doa kepada Tuhan. Jemaat mengekspresikan perasaan mereka yang mengajak

    Tuhan untuk mendengarkan seruan mereka melalui doa. Oleh karena itu, dalam menyanyikan

    pujian jemaat membutuhkan pengiring dan pemandu lagu yang sudah terlebih dahulu

    mengerti arti musik gereja dan syair-syair pujian serta kemampuan membaca notasinya

    dengan baik dan benar.

    Faktor pemandu lagu dalam suatu ibadah sangatlah penting untuk diperlukan. Bukan

    saja bakat dalam bernyanyi tapi juga waktu atau kesiapan waktu untuk berlatih. Cantorship

    adalah kemampuan untuk memimpin nyanyian jemaat dengan lengkap di dalam ibadah. Baik

    untuk memimpin kelompok kecil, kelompok besar, muda dan tua, mulai dari kebaktian anak

    sampai kebaktian lansia. Tanpa atau dengan Paduan Suara, tanpa atau dengan instrumen,

    dengan segala macam gaya dan bentuk. Orang yang memiliki kemampuan ini disebut

    Prokantor.6

    Seorang prokantor (dan kantoria) harusnya dapat memberikan teladan ketika ia di

    depan sebagai pelayan yang memimpin pujian dan ketika ia melatih umat bernyanyi.

    Kehadirannya di tengah-tengah jemaat harusnya mendorong mereka agar mampu menyanyi

    tanpa harus merasa tertekan karena suara prokantor yang terlalu dominan. Kehadirannya

    mendukung jemaat yang tidak atau belum dapat bernyanyi dengan benar, sampai mereka

    mampu menyanyikan lagu jemaat dengan baik.7

    Cantorship sangat mendukung ibadah, karena seorang prokantor dan tim-nya

    (kantoria) dapat melakukan beberapa hal dengan efektif, yaitu:8 a) Menyanyikan lagu

    bersama jemaat dengan cara yang baik dan benar. b) Memperkenalkan lagu-lagu baru kepada

    jemaat dan mengajarkannya. c) Memperbaiki cara menyanyikan lagu yang salah, secara

    5 Sri Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi: Materi Ringkas untuk Pembekalan Pelayan Musik dan

    Organis Gereja (Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2014), 2. 6 Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah (Kelapa Gading Jakarta: Grafika

    Kreaslndo, 2012), 97. 7 Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam, 98.

    8 Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam, 98-99.

  • 13

    langsung atau tidak langsung (jika ternyata lagu tersebut sudah salah dinyanyikan selama ini).

    d)Secara bergantian menyanyikan satu lagu secara utuh dengan jemaat. e) Gereja tidak hanya

    membutuhkan seorang prokantor yang profesional (sekolah di bidang khusus Musik/ Seni

    Vokal) untuk mengiringi jemaat, tapi juga seorang prokantor yang walaupun belajar secara

    autodidak namun mau terus berlatih dan mempersiapkan diri

    Selain pemandu lagu, pemusik juga berperan penting dalam mendukung ibadah-

    ibadah jemaat. Pemusik dan pemandu lagu merupakan satu tim yang tak bisa dipisahkan.

    Pemusik memainkan alat musik dan hanya membantu jemaat lewat melodi-melodi yang

    dialunkannya, sedangkan pemandu lagu membantu jemaat dalam cara bagaimana

    menyanyikan pujian dengan nada dan not yang sesuai serta mengucapkan syair dengan benar.

    Keduanya saling melengkapi satu sama lain dan saling bekerja sama.

    Pemusik menggunakan alat-alat musik untuk melayani di dalam ibadah. Pemusik

    bertugas mengiringi dan membantu seluruh jemaat (peserta ibadah) dengan baik demi

    memuliakan Tuhan. Oleh karena itu, penggunaan alat musik tidak boleh menonjol dan

    pemusik perlu menyesuaikan penampilan dan aksi mereka sesuai dengan suasana ibadah

    tersebut. Hanya Tuhan yang boleh dipuji dan dimuliakan di dalam rumah-Nya dan di dalam

    hidup kita, bukan diri kita sendiri. 9 Jelas bahwa faktor pemusik sangatlah penting. Sejalan

    dengan itu Eskew dan Mc Elrath berpendapat bahwa pemusik adalah pemimpin yang

    sebenarnya ketika mengiringi jemaat dalam menyanyikan lagu puji-pujian.10

    Selanjutnya

    Sydnor memberikan lima saran kepada para pemusik untuk mengiringi nyanyian jemaat

    dengan baik:11

    1)Pemusik adalah seorang pemimpin nyanyian (mengerti musik dan lagu dan

    cara bernyanyi). 2)Pemusik harus bermain tepat. 3)Pemusik harus pandai memberi irama.

    4)Pemusik bermain dengan tempo yang baik. 5)Pemusik mengikuti teks lagu nyanyiannya

    Dalam liturgi ibadah Kristen di gereja, nyanyian jemaat merupakan salah satu unsur

    yang sangat penting. Seperti yang sudah dibahas, melalui nyanyian dan puji-pujian , umat

    secara bersama mengambil bagian dalam persekutuan dan menyembah Allah. Dengan

    demikian, nyanyian bersifat menyatukan umat untuk merespon kasih Allah di dalam ibadah

    yang diikutinya.

    Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) merupakan suatu komunitas yang juga

    melaksanakan ibadah-ibadah bagi umat Kristen. Tentunya liturgi ibadah mempunyai unsur

    nyanyian jemaat yang diiringi dengan musik dan panduan dari pemandu lagu. Namun, musik

    9 M. Th. Mawene, Gereja yang Bernyanyi (Yogyakarta: Penerbit Buku dan Majalah Rohani ANDI, 2004),

    69. 10

    Reynold J. William, Congregitional Singging (Nashville: Convention Press, 1975), 227 11

    Sydnor, Intorducing A New Hymnal, 74-79.

  • 14

    gerejawi dalam peribadahan masih menjadi masalah yang krusial khususnya di GMIT. Hal

    ini dapat dilihat dari Jemaat Betlehem Oesapa Barat (JBOB), dari hasil pengamatan penulis,

    yang mengiringi atau pemusiknya adalah anak remaja yang merupakan pemula sehingga

    ketika dia mengiringi kebaktian, pujian dalam liturgi baik itu Kidung Jemaat (KJ), Pelengkap

    Kidung Jemaat (PKJ), Nyanyian Kidung Baru (NKB) dan lagu Pop Rohani diiringi dengan

    menggunakan style/rythme dan tempo yang tidak sesuai dengan pujian. Padahal seorang

    pemusik haruslah mengerti dan memahami terlebih dahulu pujian yang akan diiringinya.

    Memahami di sini ialah memahami syair dan maksud dari lagu yang akan diiringi, sehingga

    dalam mengiringi, organis dapat membedakan lagu mana yang pantas menggunakan style dan

    lagu mana yang pantas menggunakan melodi serta instrumen-instrumen yang ada.

    Hal tersebut berarti bahwa pemusik tidak “menjiwai lagu yang diiringi”. Karena

    dengan menjiwai lagu, iringan yang dilakukan dapat hayati oleh jemaat. Jika tidak menjiwai

    lagu, maka jemaat sendiri tidak merasakan arti dari syair-syair yang dinyanyikan dan tidak

    konsentrasi pada saat bernyanyi dan nyanyian itu tidak sampai kepada tujuan kita untuk

    bernyanyi (pujian dan penyembahan untuk Tuhan). Hal ini mengganggu jemaat dalam pujian

    dan penyembahan. Dengan kata lain, pemusik harus memiliki sense of music, mempunyai

    rasa seni dan kepekaan harmoni yang cukup, sehingga dapat merasakan kalau ada

    kejanggalan dalam iringan dan irama atau birama atau pilihan akordnya.

    Lebih lanjut, bukan hanya pemusik, yang menentukan penghayatan dalam pujian dan

    penyembahan, tetapi pemandu lagu juga. Karena, organis dan pemandu pujian merupakan

    satu paket dalam iringan pujian dan penyembahan jemaat. JBOB mempunyai pemandu yang

    juga memandu pujian dan penyembahan dalam kebaktian. Namun, menurut penulis ada

    kekurangan, yaitu pemadu lagu kurang menguasi notasi yang ada, sehingga ada beberapa

    lagu yang dinyanyikan salah dan ada improvisasi dalam menyanyikan pujian yang

    menggunakan notasi seperti KJ, PKJ, NKB dan masih ada lagi. Dengan kesalahan yang

    dilakukan oleh pemandu lagu, hal ini menyebabkan terganggunya konsentrasi dan

    pengahayatan jemaat dalam menyanyikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Dengan

    demikian penelitian ini akan berfokus pada pemahaman gereja tentang peran pemusik dan

    pemandu lagu dalam peribadahan minggu dan pemahaman pemusik dan pemandu lagu

    tentang peranan dalam mengiringi ibadah yang dilakukan di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa

    Barat. Karena persoalan penghayatan kepada suatu ibadah yang khusus, dan berhikmat sangat

    ditentukan juga oleh nyanyian dan pujian di mana setiap ibadah, musik selalu berperan

    hampir dalam setiap liturgi ibadah yang ada. Pemusik dan pemandu lagu (songleader)

    mempunyai peran yang sentral dalam menciptakan suasana ibadah yang khusus yang berguna

  • 15

    membuat umat mendapatkan penghayatan yang mendalam pada peribadahan yang

    dilangsungkan. Oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan bermusik yang

    baik guna umat dapat menjiwai peribadahan yang dilakukan.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam memahami tugas pemusik

    dan pemandu lagu di dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa

    Barat?

    1.3 Tujuan Penulisan

    1. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam memahami tugas

    pemusik dan pemandu lagu dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem

    Oesapa Barat GMIT.

    1.4 Manfaat Penulisan

    1. Secara Teoritis penulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan

    pemikiran dalam upaya gereja mengembangkan musik gerejawi yang relevan

    dalam peribadahan minggu dilihat dari peran pemandu lagu dan pemusiknya

    guna melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya terkait musik gereja.

    2. Secara Praktis penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran bagi

    gereja GMIT JBOB dalam memahami peran penting musik gereja dalam

    menciptakan peribadahan minggu yang bermakna bagi Jemaat Betlehem Oesapa

    Barat.

    1.5 Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

    Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok

    manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa masa

    sekarang.yakni penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat

    digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, melakukan

    interpretasi dan menganalisis secara mendalam dan memberikan rekomendasi bagi keperluan

    masa yang akan datang.12

    Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif yakni suatu metode

    untuk menangkap dan memberikan gambaran terhadap fenomena tertentu dalam kehidupan

    manusia, mengeksplorasi dan memberikan penjelasan dari fenomena yang diteliti tersebut. 13

    Terkait hal tersebut penelitian ini akan berfokus pada musik gerejawi dengan mengkaji

  • 16

    khusus mengenai pemahaman gereja dan peran pemusik dan pemandu lagu di gereja GMIT

    jemaat JBOB dalam peribadahan minggu.

    1.6 Teknik Pengumpulan data

    Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data observasi langsung dan

    wawancara mendalam. Observasi digunakan untuk mengamati, proses ibadah minggu di

    gereja jemaat JBOB dengan memfokuskan pada pemain musik dan pemandu lagu. Terutama

    ketepatan nada, birama dan jenis musik yang digunakan dalam puji-pujian. Wawancara

    mendalam dilakukan untuk memahami pemahaman pemusik, Songlider dan majelis jemaat

    terkait dengan musik yang dimainkan pada ibadah minggu. Cara penulis mengumpulkan data

    adalah melalui dokumentasi, observasi, partisipasi dan wawancara mendalam dengan

    informan kunci12

    hal ini dipandang menjadi dasar pemikiran yang relevan karena menurut

    penulis sangat tepat untuk mendapatkan jawaban-jawaban mendalam dari mereka masing-

    masing dengan melakukan hal tersebut.

    1.7 Sistematika Penulisan

    Pada bagian pertama berisi Pendahuluan meliputi penjelasan latar belakang masalah

    secara umum, metode penelitian tujuan penulisan; Bagian pertama berisi latar belakang

    masalah peran pemusik dan songlider dalam memimpin umat untuk memuji Tuhan lewat

    ibadah minggu, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian

    serta sistematika penulisan.

    Bagian kedua berisi tentang teori yang berkaitan dengan pembinaan musik gerejawi beserta

    perannya masing-masing dalam ibadah.

    Pada bagian ketiga berisi tentang penyajian data lapangan berdasarkan hasil

    penelitian.

    Selanjutnya bagian keempat berisi Analisa terhadap data lapangan sesuai dengan

    teori yang digunakan. Pada bagian terakhir dari tulisan ini merupakan kesimpulan secara

    keseluruhan dari penelitian ini.

    12

    John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan Mixed (Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar, 2013), 261.

  • 17

    2. TEORI

    2.1 MUSIK

    2.1.1 Definisi Musik dan Unsur-unsurnya

    Musik adalah suatu bunyi yang diciptakan manusia menurut ekspresi-ekspresi yang

    timbul dalam diri mereka. Dengan kata lain, musik merupakan bentuk ungkapan isi hati

    manusia dengan menggunakan berbagai macam bunyi dan dipadukan menjadi suatu hasil

    karya yang harmonis dan indah untuk didengarkan dan dibagikan. Musik bisa digolongkan

    secara terpisah, yaitu musik vokal yang dibunyikan dengan suara saja dan musik intrumen

    yang dibunyikan hanya dengan menggunakan berbagai macam bunyi dari alat-alat musik dan

    benda-benda lainnya seperti bunyi gelas pecah, bunyi ombak, bunyi kereta api dan masih

    banyak lagi. Musik juga bisa digolongkan secara gabungan antara musik vokal dan musik

    instrumen, seperti lagu-lagu yang selalu didengarkan dengan kombinasi dan aransemen yang

    harmonis. Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam menciptakan suatu musik;

    melodi, irama dan harmoni. Ketiga unsur ini harus ada dan harus cocok ketiga dipadukan

    sehingga menciptakan musik yang pantas untuk didengarkan. Begitu juga dengan musik

    dalam bentuk lagu. Syair dan instrumen musiknya harus cocok sehingga bisa dinikmati oleh

    penciptanya, yang menyanyikan dan mereka yang mendengarkan.

    Menurut Prier, musik adalah suatu produk dari akal manusia (bersamaan dengan hasil

    seni lainnya) musik bukanlah suatu kenyataan obyektif seperti harmoni binatang yang

    seakan-akan “mendikte” manusia untuk menciptakan mendengarkan musik menurut skema.13

    Menurut orang-orang gereja di Eropa, musik memiliki arti segala sesuatu yang berhubungan

    dengan musika sacra yang berarti musik suci, musik religi atau musik gereja.14

    Dalam

    makalah yang ditulis oleh Ftria (2008: 2) musik adalah sebuah bahasa, sebuah bentuk

    komunikasi yang dapat membangkitkan respon emosional dan menggugah pikiran, tetapi

    musik tidak dapat memberi pengertian nyata.15

    Menurut Sudarto dalam bukunya Cara Bermain Keyboard, musik adalah cetusan isi

    hati (ekspresi) manusia yang dinyatakan melalui suara (manusia ataupun benda) yang

    13

    Edmud Prier–Karl, SJ, Musik Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 123. 14 Suka Hardjana, Estetika Musik (Jakarta: Departeman Pendidikan dan

    Kebudayaan, 1983), 7. 15

    Yunike Juniarti Fitria, Karakteristik Jaman Barok-Klasik: Makalah untuk

    meningkatkan kualitas mata kuliah praktek instrumen violin, 2008, 2.

  • 18

    mengandung unsur melodi, ritme (irama), dan harmoni. 16

    David Ewen dalam buku

    Soedarsono menyatakan bahwa musik adalah “Ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi

    ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni

    sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional.”17

    Sri

    Handoko berkata dalam bukunya Pembinaan Musik Gereja, mengatakan bahwa musik

    mempunyai macam-macam segi, yaitu pertama dari segi sumbernya suaranya, a) musik

    instrumental, yaitu jenis musik yang dihasilkan dari pemakaian alat-alat/instrumen musik.

    Alat untuk musik instrumental dapat dibagi menjadi: alat musik pukul: 1) alat musik pukul

    melodis, seperti: piano, gamelan, kenong, gong, xilofon; 2) alat musik pukul perkusi, seperti:

    snare-drum, cymbal, marakas, bongo, ketipung, dll; alat musik tiup: seruling, flute, horn,

    klarinet, saksofon, orgel dan organ, keyboard, pianika/melodika, terompet, dll. Saat ini,

    khusus untuk organ (electone) dan keyboard merupakan alat musik elektronik; alat musik

    petik: gitar, siter, harpa, ukulele, kecapi, sasando, bas, dll; alat musik gesek: biola, rebab,

    cello, dll. b) musik vokal, yaitu jenis musik yang dihasilkan dari sumber suara manusia/vokal

    manusia/vokal manusia. Semua nyanyian yang dihasilkan oleh suara manusia disebut musik

    vokal. Berdasarkan jumlah penyanyinya maka musik vokal dapat berwujud: solo (seorang

    dengan satu suara), duet (dua orang dengan dua suara), trio (tiga suara orang dengan tiga

    suara), kwartet (empat orang dengan empat suara), kuintet (lima orang dengan lima jenis/jalur

    suara), sekset (enam orang dengan enam suara), vocal grup (beberapa orang penyanyi dengan

    pembagian beberapa jenis suara) dan paduan suara (baik paduan suara sejenis pria semua

    atau wanita semua, maupun paduan suara campuran (= S. A. T. B.). c) Gabungan musik

    instrumental dan musik vokal, yaitu tatkala nyanyian vokal manusia diiringi alat-alat musik.

    Penampilannya dapat berwujud: opera, oratorium, aubade, dan orchestra.18

    Musik adalah suatu ekspresi yang diwujudkan melalui bunyi yang beraturan. Musik

    yang baik memiliki unsur-unsur melodi, ritme dan harmoni. Di samping ketiga unsur pokok

    ini, sering dilengkapi dengan dua unsur lainnya, yaitu tempo dan dinamika.19

    Dari unsur-

    unsur yang telah disebutkan di atas, Pdt. Johny E. Riwu Tadu sendiri mempunyai penjelasan

    tentang unsur-unsur musik ini, sebagai berikut;20

    1) Melodi adalah rangkaian nada-nada yang

    mempunyai panjang-pendek dan tinggi-rendah yang berbeda, yang dirangkai menurut

    16

    Theofilius Sudarto, Cara Mudah Bermain Keyboard (Yogyakarta: ANDI Offset, 2008), 3. 17

    Soedarsono, RM, Dasar-dasar Kritik Seni Rupa, Jakarta: Pemerintah DKI Jakarta, Dinas Museum

    dan Sejarah, 1979, 54-55. 18

    Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 3-4. 19

    Johny E. Riwu Tadu, Apresiasi Seni dan Musik Gereja (Kupang: CV. Inara, 2008), 46.

    20

    Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 46-48.

  • 19

    peraturan irama. Kalau kita menyanyi, maka yang dinyanyikan adalah melodinya. 2) Ritme

    atau irama adalah perbedaan bunyi antara bagian yang berat dan bagian yang ringan dan

    berulang secara teratur di dalam lagu. 3) Harmoni adalah penambahan nada-nada pengiring

    bagi nada-nada melodi yang menimbulkan suara yang selaras. Harmoni selalu berkaitan

    dengan keindahan komposisi ke dalam sebuah melodi dan irama. 4) Tempo adalah kecepatan

    lagu. Pada umumnya kata-kata lagulah (syair) yang memberikan petunjuk akan kecepatan

    lagu. Tempo merupakan sarana pengungkapan (ekspresi) lagu. 5) Dinamika adalah keras-

    lembutnya suara dalam sebuah nyanyian. Ini pun dapat dicapai dengan memerhatikan kata-

    kata lagu. Dinamika jangan dilakukan kata demi kata, melainkan ide/pikiran yang dinyatakan

    oleh kalimat lagu tersebut.

    Berbicara tentang musik, pasti tidak akan melenceng dari lagu dan nyanyian. Suatu

    bunyi atau serangkaian bunyi baru merupakan musik apabila bunyi tersebut menghasilkan

    nada-nada tertentu yang harmonis dan berirama. Dengan kata lain, musik adalah bunyi-

    bunyian yang membentuk suatu “lagu”.21

    Dari pendapat Mawene, dengan singkat dapat

    dikatakan bahwa lagu adalah perpaduan yang harmonis antara nada dan irama. Suatu lagu

    yang disusun dan diberi syair tidak hanya mengandalkan alat-alat musik sebagai sumber

    bunyi, melainkan juga mengandalkan suara manusia untuk menyanyikannya. Inilah yang

    disebut musik vokal, yakni musik yang dihasilkan melalui suara manusia, terutama suara

    manusia yang menyanyikan syair nyanyian itu. Apa yang dimaksudkan dengan “nyanyian”?

    Menurut Mawene, nyanyian sebenarnya berarti “suara yang berlagu, berirama, dan

    mengandung arti atau makna tertentu”. Dengan demikian “nyanyian” berarti suatu perpaduan

    yang harmonis antara lagu dan syair dengan arti yang tertentu.22

    Musik selalu hadir dalam setiap kehidupan manusia. Baik secara sadar dan tidak

    sadar, manusia sudah mengenal musik terlebih dahulu dan bahkan menciptakan musiknya

    sendiri. Setiap bunyi dari benda-benda mati, sudah bisa dikatakan dasar dari musik. Misalnya,

    bunyi gelas pada saat terjatuh dan pecah, ketika anak-anak sedang bermain di jalan depan

    rumah dan memukul tiang listrik menggunakan batangan kayu, atau ketika pada saat kita

    berteriak dan masih banyak lagi, itu sudah menciptakan suatu bunyi (suara) tanpa kesadaran

    kita. Bunyi itu jika dijadikan satu dengan bunyi dari alat-alat musik atau bunyi dari benda-

    benda lain, maka terciptalah suatu musik. Penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam

    kehidupan manusia tak lepas dari harmonisnya suatu musik.

    21

    Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 3. 22

    Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 4.

  • 20

    2.2 MUSIK GEREJAWI DAN PERKEMBANGNYA

    Sebelumnya sudah dibahas tentang pengertian musik secara umum dan sejarah

    terciptanya musik dalam kehidupan manusia. Pada bagian ini berisi tentang pengertian musik

    gereja dan sejarah perkembangnnya dalam kehidupan bergerejawi.

    Menurut Handoko, dengan musik gereja, maka peribadahan tidak hanya berjalan

    dalam bentuk oral (kata-kata) dan aktual (perbuatan/ritual tertentu), tetapi juga dalam bentuk

    dan suasana musikal. Kebaktian akan menjadi hidup bila diiringi dengan musik yang indah,

    ia akan menjadi lebih semarak dan penuh jiwa, penuh perasaan (emosional), penuh kesenian

    (artistikal), dan keindahan (estetikal). Kebaktian seperti ini akan mengesankan dan membuat

    jemaat semakin merasa diberkati oleh Tuhan.23

    Menurut Mawene, musik gereja adalah

    bagian dari musik yang dihasilkan manusia secara umum atau universal, musik dari dunia ini

    yang dihasilkan oleh orang-orang percaya (Kristen) untuk mengekpresikan iman mereka

    kepada Tuhan. Dengan kata lain, musik gereja adalah musik yang digunakan oleh dan di

    dalam ibadah gereja untuk memuji dan memuliakan Tuhan.24

    Musik gereja mempunyai macam-macam istilah yang dikemukakan oleh Handoko

    dalam bukunya Pembinaan Musik Gereja: Materi Ringkas untuk Pembekalan Pelayan Musik

    dan Organis Gereja, yaitu a) musik dari isi nyanyiannya, musik/nyanyian kerygma, yaitu

    nyanyian pujian yang berisi kesaksian, pemberitaan, atau ungkapan pengakauan iman tentang

    Tuhan Allah dengan segala karya dan keagungan sifat-sifat-Nya. Musik ini arahnya vertikal

    ke bawah, dari Tuhan kepada umat-Nya, walau yang menyanyikan tetaplah jemaat;

    musik/nyanyian liturgis, adalah nyanyian jemaat yang berisi pemujaan, pujian dan

    permohonan kepada Tuhan. Musik ini arahnya vertikal ke atas, yaitu dari jemaat kepada

    Tuhan. b) Musik dari jenisnya, musik klasik, yaitu jenis musik yang sangat menekankan

    ketetapan nada dan irama, tempo dan dinamika. Musik klasik menuntut kecangguhan

    penampilan dengan presisi yang sangat tinggi; nyanyian mazmur, yaitu nyanyian yang berisi

    ungkapan iman pribadi atau kelompok tentang Tuhan. Nyanyian mazmur isinya tentu

    bersumber dari firman Tuhan seperti kitab Mazmur dalam PL; nyanyian Gregorian ciptaan

    Romo Gregorius, yaitu nyanyian pujian jemaat yang dinyanyikan secara mengalir begitu saja

    tanpa berirama dan irama. Lagu-lagu jenis ini banyak dipakai oleh Gereja Roma Katolik,

    dianggap sebagai musik yang sakral dalam gereja; nyanyian koral, yaitu jenis nyanyian

    23

    Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 2. 24

    Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 3-4.

  • 21

    pujian jemaat dari Jerman yang berisi koor atau paduan suara jemaat. Marthin Luther banyak

    menyukai lagu-lagu koral Jerman; nyanyian hymnal-di Inggris merupakan nyanyian

    pemujaan-, yaitu nyanyian jemaat yang berisi pemujaan kepada Tuhan. Tetapi dalam sifatnya

    yang sekuler juga dapat berisi pemujaan kepada tanah air dan bangsa; nyanyian negro

    spiritual, nyanyian ini muncul dari kehidupan orang-orang negro yang tertekan hidupnya oleh

    perbudakan di Amerika. Mereka berteriak dan mengeluh tetapi sekaligus memohon kepada

    Tuhan agar Tuhan berkenan menolong mereka; nyanyian Gospel song atau pop rohani,

    nyanyian ini banyak dipakai oleh Gereja-gereja Pentakostal, juga Gereja Injili dan Gereja

    Karismatik. Biasanya lagunya bersifat popular dan diiringi dengan musik band, dengan alat-

    alat musik eletrik, dan dengan ritme lagu populer.25

    2.2.1 Munculnya Musik Gereja

    Musik gereja mempunyai sejarah yang sangat panjang. Namun secara singkat dapat

    diuraikan sebagi berikut. Cikal-bakalnya mulai dari kehidupan peribadahan Israel. Muncullah

    lagu-lagu Israel yang nampak dalam mazmur-mazmur. Biasanya melodinya mengambil

    tangga nada minor, seperti: “Shallom Alheykhem”, “The God of Abraham Praise” (KJ 72),

    tetapi juga tangga nada mayor, seperti mazmur-mazmur pujian lainnya.26

    Di kalangan Gereja Roma Katolik muncul lagu-lagu Gregorian yang banyak dikarang

    oleh Romo Gregorius. Lagu-lagu Gregorian dinyanyikan tanpa birama dan irama, mengalir

    begitu saja dengan aliran ketikan yang bebas, contohnya: lagu “Bapa Kami”. Lalu muncullah

    berbagai lagu klasik yang muncul dari negeri Jerman, Australia, Italia, Perancis dan Inggris.

    Musik jenis ini muncul juga di Rusia dan Amerika. Tokoh-tokoh musik klasik ini, dari pihak

    Gereja Protestan, antara lain: Georg Friedrich Haendel, Johann Sebastian Bach, Ludwig Von

    Beethoven, Frans Joseph Hayden, Felix Mendelsohn, dll,; sedang dari Gereja Roma Katolik

    muncul nama-nama: Wolfgang Amadeus Mozart, Frank Schubert, Pyotr Ilyitch

    Tschaikovksky, Johann Straus, dll. 27

    Lalu muncul lagu-lagu mazmur (modern seperti yang pernah kita pakai) yang berasal

    dari lagu rakyat Perancis Utara. Reformator Gereja Yohanes Calvin menyukai lagu-lagu

    rakyat yang dipakai untuk mazmur ini, dan memakainya untuk ibadah di kalangan Gereja-

    gereja Protestan. Di Jerman muncullah lagu-lagu koral yang banyak digemari oleh

    25

    Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 4-6. 26

    Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 6-8 27

    Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 6-8

  • 22

    Reformator Gereja Marthin Luther, contohnya antara lain: “Di Atas Satu Alas” (Rohani 167),

    “Glorious Things are Spoken” (Lagu kebangsaan Jerman), dll. Dari Inggris muncul lagu-

    lagu hymnal yang berisi pujian kepada Tuhan dan keagungan-Nya, contoh: “God Save the

    King/Queen” (lagu kebangsaan Inggris), “Nearer my God to Thee, Praise Him, Praise Him”

    (KJ 293), dll. Pengarang dan penulis syair lagu-lagu humnal yang terkenal, antara lain: John

    B. Dykes, Lowell Mason, Fanny J. Crosby, William B Bradburry, John de Heer (dari

    Belanda), dll. 28

    2.2.2 Musik Gereja Masa GMIT (1947-sekarang)

    Dalam tahun-tahun pertama setelah GMIT berdiri, keadaan Gereja belum mengalami

    perubahan yang nyata. Selama tahun 1947-1950, Ketua Sinode tetap seorang Belanda (yaitu

    Ds. E. Durkstra), dan biaya kehidupan Gereja tetap ditanggung oleh pemerintah. Tetapi pada

    tahun 1950 perubahan mulai terasa benar. Tempat Ketua Sinode diduduki seorang Indonesia

    (yaitu Pdt. J.L.Ch. Abineno), dan pemerintah mengakhiri pembayaran gaji serta sokongan

    lain yang masih tersisa dari masa Gereja Negara. Dengan demikian, GMIT benar-benar

    berdiri sendiri. Salah satu hal yang kini menjadi tanggung jawab GMIT sendiri ialah karya

    pekabaran Injil kepada penduduk NTT dan NTB yang belum mengenalnya. Hal lain yang

    diusahakan Majelis Sinode sebagai pimpinan GMIT ialah mulai mengatur agar Jemaat-jemaat

    menyisihkan dana dari Jemaat kepada Sinode agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya

    secara menyeluruh terhadap GMIT.29

    Di samping itu, disusun suatu Tata Gereja yang mengatur penyelenggaraan hidup dan

    pelayanan GMIT mulai tahun 1947, 1952, 1958, 1970, 1973, 1987, sampai yang terakhir

    tahun 2010. Di bidang pendidikan, usaha mendirikan sekolah-sekolah menengah sambil

    melanjutkan pemeliharaan dan peningkatan mutu sekolah-sekolah dasar tetap dilaksanakan.

    Usaha lain yang dilakukan adalah di bidang liturgi. Semula liturgi yang digunakan dalam

    ibadah-ibadah adalah liturgi dari Komisi Liturgi GPI, namun tidak berjalan dengan baik.

    Karena itu, maka disusunlah liturgi-liturgi untuk semua ibadah GMIT yang mengalami

    perkembangan dan penyempurnaan sampai tahun 1987.30

    Adapun unsur-unsur liturgi Kebaktian Utama/Minggu GMIT yang digunakan sampai

    sekarang adalah: (1) Menghadap Tuhan, terdiri dari: Saat Teduh/Doa Pribadi, Nyanyian

    28

    Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 6-8 29

    van den End dan J. Weitjens, S.J., Ragi Carita 2 – Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an-sekarang

    (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000),113-115. 30

    Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 22.

  • 23

    Pembukaan, Votum dan Salam, Nas Pembimbing, Nyanyian, Pengakuan Dosa, Nyanyian,

    Berita Anugerah, Nyanyian/Amin, Puji-pujian Berdiri, Nyanyian. (2) Pelayanan Firman

    Allah, terdiri dari epiklese (Yun., doa mohon Roh Kudus), Pembacaan Kitab Suci, Haleluya,

    dan Khotbah. (3) Respons atau jawaban, terdiri dari Pengakuan Iman, Nyanyian,

    Persembahan, Nyanyian dan Doa Syukur/Syafaat. (4) Pelayanan Sakramen, terdiri dari

    Sakramen Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus, yang sifatnya fakultatif. (5) Penutupan,

    terdiri dari Nyanyian, Pengutusan, Berkat dan Amin serta umumnya diakhiri dengan

    Nyanyian. 31

    Nyanyian yang digunakan dalam ibadah-ibadah GMIT adalah Mazmur dan Nyanyian

    Rohani, Sekarang Bersyukur I dan II, dan Kidung Jemaat. Khusus untuk Jemaat-jemaat di

    Timor Tengah Selatan digunakan pula Sit Knino. Dewasa ini dalam beberapa Jemaat dan

    dalam sidang-sidang Gerejani tertentu dipakai pula beberapa nyanyian dari Tahlil dan

    nyanyian Dua Sahabat Lama.32

    Pada tahun 1978, Majelis Jemaat GMIT berbahasa daerah Timor di SoE atas penugasan

    Majelis Sinode GMIT menerbitkan Si Knino yang berisi sejumlah nomor pilihan dari buku

    nyanyian Sul Sit Knino Unu Ma Muni terjemahan P. Middelkoop, ditambah dengan sejumlah

    nomor pilihan dari buku Nyanyian Rohani dan buku nyanyian Nama Yesus Terus Bersuara

    terjemahan Penatua P. Fallo dan Utusan Injil N. Liu, serta nyanyian-nyanyian yang

    diperkenalkan pada waktu terjadi kebangunan rohani di Timor Tengah Selatan tahun 1965-

    1969. Pada tahun 1988, dicetak ulang buku nyanyian Si Knino oleh Majelis Sinode GMIT

    dengan judul Sit Knino.33

    Di dalam buku nyanyian Kidung Jemaat,34

    yang sekarang banyak

    dipakai dalam ibadah-ibadah GMIT, terdapat tiga nyanyian dari NTT yang merupakan

    perpindahan saja, yaitu nomor 14 Muliakan Tuhan Allah, syairnya oleh Ayub B.E. Poli, lagu

    aslinya Kirita Dei (dari pulau Sabu); nomor 349 Haleluya, Pujilah Tuhanmu, syairnya oleh

    Ayub B.E. Poli, lagu aslinya Tebe o Nana (pulau Timor); dan nomor 374 ’Ku Bersandar

    Pada-Nya, syair dan lagunya oleh Freds Eduard Lango, dengan lagu aslinya Tamahena Neu

    Kanatyaj (pulau Rote). Begitu pula dengan banyak lagu daerah yang kemudian digantikan

    syairnya untuk nyanyian liturgi, seperti Bolelebo, Mai Fali e, Leworo Piring Sina e, dll.

    Tahap ini kurang menguntungkan sebab walaupun syairnya diganti dengan syair pujian

    31

    Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 22. 32

    Frank L. Cooley, Benih Yang Tumbuh XI Memperkenalkan Gereja Masehi Injli di Timor, (Jakarta:

    Lembaga dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 1976), 59-60. 33

    Majelis Sinode GMIT, Sit Knino (Kupang: Sinode GMIT, 1988), 2-3. 34

    Yamuger, Kidung Jemaat (Jakarta: Yayasan Musik Gereja, 2002), .

  • 24

    kepada Tuhan, namun suasana penghayatannya masih sama seperti kalau mendengar lagu

    aslinya. Walaupun usaha ini bisa diterima anggota jemaat namun hasilnya sering

    mendatangkan kesulitan, sebab anggota jemaat mempunyai asosiasi lain.35

    Terhadap nyanyian liturgi, pada Sidang Majelis Sinode tahun 2001 di Bajawa-Flores,

    telah memutuskan untuk menyelenggarakan Lokakarya Komposisi Musik Liturgi Inkulturatif

    pada tahun 2002 yang menghasilkan 43 nyanyian untuk etnis Alor-Pantar. Pada tahun 2003

    sesuai keputusan Sidang Majelis Sinode tahun 2002, diadakan lokakarya untuk etnik Rote-

    Ndao-Nagekeo yang menghasilkan 54 nyanyian. Selanjutnya, tahun 2006 dilaksanakan untuk

    etnis Timor-Semau yang menghasilkan 47 nyanyian, dan tahun 2007 untuk etnis Sabu,

    Sumba dan Sumbawa yang menghasilkan 31 nyanyian.36

    2.2.3 Peran Musik Gerejawi dalam Ibadah Minggu

    Iman Kristen adalah iman yang bernyanyi. Nyanyian jemaat merupakan pencerminan

    vitalitas spiritual jemaat serta merupakan respon jemaat terhadap anugerah yang telah

    diberikan Tuhan. Rasul Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Kolose (Kol. 3 : 16)

    menasehatkan kita sebagai umat Kristen untuk saling mengajar dan menegur seorang akan

    yang lain sambil menyanyikan mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani37

    . “Menyanyi”,

    “memuji”, “nyanyian” (puji-pujian) adalah respons, ucapan syukur jemaat (umat) atas karya

    penyelamatan Allah38

    . Musik yang berlaku dalam ibadah Minggu bahkan dalam ibadah-

    ibadah lain disebut musik gereja. Musik gereja mempunyai kedudukan yag penting. Dalam

    ibadah minggu, jemaat memanjatkan doa, melakukan ritus tertentu, mendengarkan firman

    Tuhan dan bernyanyi memuji Nama Tuhan. musik gereja menjadi bagian elementer dalam

    sebuah peribadahan. Boleh dikatakan bahwa tidaklah mungkin ada peribadahan gereja yang

    berlansung tanpa musik, entah musik vokal ataupun musik instrumental. Musik gereja

    menjadi penyalur ungkapan penyembahan dan ungkapan iman jemaat. Jika dilihat dari

    perannya, musik gerejawi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu nyanyian jemaat dan musik

    iringan. Nyanyian jemaat terdiri dari jemaat itu sendiri dengan beberapa pujian yang

    dipersembahkan untuk Tuhan pada saat ibadah berlangsung atau dengan kata lain bagian

    35

    Sukatmi Susantina, Inkulturasi Gamelan Jawa Studi Kasus di Gereja Katolik Yogyakarta (

    Yogyakarta: Philosophy Press, 2001), 72. 36

    Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 23. 37

    Agastya Rama Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya (Salatiga: Fakultas Teologi

    Universitas Kristen Satya Wacana Press, 1999), 1. 38

    Dr. Albinus L. Netti, Ibadah dan Tata Ibadah dalam Permenungan (Salatiga: Satya Wacana

    University Press, 2014).

  • 25

    dalam liturgi ibadah. Ada pula nyanyian jemaat ini dalam bentuk paduan suara, vokal grup,

    duet, dan solo.

    Berikutnya, musik gerejawi menurut perannya, yaitu musik iringan. Musik iringan

    ialah musik yang bertugas untuk mengiringi, memandu serta membantu nyanyian jemaat

    untuk membawakan pujian kepada Tuhan. Musik iringan ini bukan hanya bertugas untuk

    jemaat, tetapi musik ini juga sama-sama dengan jemaat memuji memuliakan Nama Tuhan

    dengan talentanya. Musik dalam mengiringi nyanyian ibadah sangat penting untuk

    membangun suasana ibadah. Namun iringan musik dapat pula merusak suasana ibadah bila

    tidak disiapkan baik-baik. Musik iringan ini mempunyai tiga bagian yang sangat penting

    dalam musik gerejawi, yaitu pemusik, pemadu lagu, dan pendeta jemaat. Musik iringan

    berperan secara langsung dalam memuji dan menyembah Tuhan serta membantu jemaat

    untuk memuji dan menyembah Tuhan. Pemain musik perlu memiliki kompetensi memadai

    serta kemampuan untuk menyelaraskan permainan instrumennya dengan umat yang sedang

    bernyanyi. 39

    Bukan hanya pemusik saja, melainkan pemandu lagu dan pendeta pun

    mempunyai peran yang sama, mengiringi nyanyian ibadah dan sangat penting untuk

    membangun suasana ibadah yang menghantarkan jemaat untuk datang menyembah dan

    memuji Tuhan. Ketiganya harus bekerja sama, saling mengevaluasi satu sama lain dan saling

    memperbaiki.

    Ada pun mengenai peranan musik gereja dalam kebaktian, Handoko menyebutkan

    empat peran musik gereja dalam bukunya Pembinaan Musik Gereja, dapat diperinci sebagai

    berikut;40

    a) sebagai bagian dari ibadah, semua musik dalam ibadah adalah bagian dari

    ibadah tersebut. Maka pensifatan dan pemakaian musik tersebut haruslah juga sebagai ibadah

    kepada Tuhan itu sendiri. Motivasi dan sikap si pemusik juga harus merupakan sikap ibadah

    kepada Tuhan; b) sebagai persembahan yang harum kepada Tuhan, persembahan yang

    diberikan kepada Tuhan bukan hanya dalam bentung barang, uang saja tetapi juga setiap

    harta rohani dan jiwani, termasuk bakat-bakat seni atau talenta musikal kita. Musikal gereja

    yang dimainkan adalah juga persembahan yang indah dan harum bagi Tuhan. c) sebagai

    pengiring dan pemandu pujian jemaat, musik gereja secara teknis terutama adalah sebagai

    pengiring nyanyian pujian jemaat, sebagai pelayan ibadah jemaat. Oleh sebab itu, iringan

    musik gereja itu tidak hanya indah tetapi juga harus benar, baik itu menyangkut tempo dan

    dinamikanya maupun ritme dan biramanya; d) sebagai pemberi keindahan, musik gereja itu

    39

    Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik dalam Ibadah, 45. 40

    Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 10-12

  • 26

    indah, maka penampilan musik gereja itu juga harus indah, yaitu dengan permainan yang

    terampil dan tidak asal-asalan, dengan juga pemilihan akord yang baik dan harmonis. Dengan

    iringan musik gereja yang baik dan indah itu jemaat akan dapat didukung untuk ikut

    menyanyikan pujiannya dengan baik dan indah juga.

    Peribadahan jemaat tentunya tak lepas dari alat bantu pengeras, seperti sound system

    dan speaker. Pemusik dan pemandu lagu membantu jemaat dengan alunan musik dan

    suaranya namun dengan bangunan gereja yang besar dan jemaat yang banyak tentu tidak bisa

    terlaksana jika instrument musik dan suara tidak terdengar jelas dan memuaskan. Oleh karena

    itu, pemusik dan pemandu lagu harus dibantu dengan adanya alat pengeras dan orang yang

    mengontrol alat pengeras itu (soundman). Ketiganya harus bekerja sama dalam melaksanakan

    tugas, soundman mengontrol sound system dengan menyesuaikan besar kecilnya suara dari

    alunan musik dan pemandu lagu, agar tidak membuat jemaat tidak nyaman dengan suara

    yang besar berlebihan dan suara bising dari speaker.

    Soundman adalah orang yang terlibat langsung dalam pengoperasian. Orang-orang

    yang menangani langsung peralatan sound system ini, perlu memiliki karakter yang baik,

    khususnya sikap sebagai seorang pelayan (servant) atau hamba untuk pelayanan firman, agar

    pendengar bisa mendengar dengan baik. Sikap seorang hamba ialah ia mengesampingkan

    harga diri dan keakuannya, rela menyangkal dirinya, merendahkan dirinya, tetap berusaha

    melayani dengan baik. Ciri seorang pelayan ialah: (a) ia bisa diajar dan mau belajar

    (teachable). Mau diberitahu, mau ditegur, mau mendengar; (b) ia rendah hati. Tidak merasa

    diri hebat, tidak arogan, berusaha membantu; (c) ia berintergritas. Peduli, bertanggung jawab,

    berdedikasi, datang pagi-pagi (lebih awal), menjaga dengan baik.41

    2.2.4 Musik dalam Alkitab

    Nyanyian adalah bagian yang amat penting bukan saja dalam ibadah, melainkan juga

    dalam seluruh kehidupan iman orang Kristen. Menyanyi bagi orang Kristen adalah ungkapan

    iman. Tidak heran Paulus dalam Surat kepada Jemaat di Efesus pasal 5 ayat 19 sampai

    dengan 21 menulis, “Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati!” tidak

    heran kalau pemazmur berulang-ulang mengatakan, “Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai

    seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah” (98:4). Tidak heran kalau

    sejumlah besar bala tentara sorga turun dan bernyanyi menyambut kelahiran Yesus:

    41

    Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 165

  • 27

    “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara

    manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk. 2:14). Tidak heran kalau dalam Kitab Wahyu

    dikatakan bahwa di sorga, dengan tidak hentin-hentinya, siang dan malam, semua makhluk

    mempersembahkan puji-pujian dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia yang duduk di atas

    takhta itu dan yang hidup selama-lamanya (Wahyu 4:8-9).

    Ada banyak nyanyian yang dikenal di dalam Alkitab, baik nyanyian yang berlatar

    belakang nyanyian yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat di sekitar Israel dan gereja

    mula-mula, maupun nyanyian yang merupakan kreasi baru sesuai dengan kepercayaan dan

    iman umat Allah di dalam Alkitab. Para penulis Alkitab lebih banyak menaruh perhatian

    kepada syair dari nyanyian tersebut. Alasannya ialah karena syair tersebut merekam dan

    mengungkapkan pengalaman dan pergumulan iman penggubahnya, dan sekaligus berguna

    bagi ekspresi iman seluruh umat bersama-sama. Para penulis Alkitab mengutip dan

    menggunakan syair tersebut dengan dua maksud yakni: a) untuk memperkuat kesaksiannya

    tentang kasih setai dan perbuatan-perbuatan besar yang dari Allah; b) untuk memperkuat

    ucapan syukur umat Allah karena perbuatan-perbuatan Allah itu.42

    Berikut adalah contoh

    nyanyian-nyanyian di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru;43

    1. Perjanjian Lama: 150 syair nyanyian dalam kitab Mazmur, nyanyian Laut Merah

    (Kel.15:1-18:21), nyanyian Musa (Ul. 32:1-43), nyanyian Debora (Hak. 5:2-31),

    nyanyian pujian Hana (1 Sam. 2:1-10), nyanyian tentang Kebun Anggur Tuhan

    (Yes. 5:1-11), nyanyian celaka yang mengandung penghukuman bagi orang fasik

    (Hab. 2:6-20), nyanyian-nyanyian yang terhimpun dalam kitab Kidung Agung, dan

    lainnya.

    2. Perjanjian Baru: nyanyian pujian Maria (Luk. 1:46-55), nyanyian

    pujian Zakharia (Luk. 1:68-79), nyanyian malaikat (Luk. 2:14), nyanyian Simeon

    (Luk. 2:29-31), nyanyian Kristus (Flp. 2:5-11; I Tim. 3:16), nyanyian Penjaga

    Takhta (Why. 4:8), nyanyian ke-24 tua-tua (Why. 4:11), nyanyian surgawi (Why.

    11:15,17-18), nyanyian kemenangan (Why. 12:10-12), nyanyian Musa dan

    nyanyian Anak Domba (Why. 15:3-4)q, nyanyian tentang kjatuhan Babel (Why.

    9:1-3), dan nyanyian perkawinan Anak Domba (Why. 19:6-10).

    3.

    42

    Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 29. 43

    Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 30.

  • 28

    2.4 Pemusik dan Pemandu Lagu (Prokantor)

    “Church musicians, keepers of the song of the church, have long

    understood the power of music to carry praise and prayer of the faithful

    and connect faith to everyday living.”44

    Cantorship adalah kemampuan untuk memimpin nyanyian jemaat dengan lengkap di

    dalam ibadah. Baik untuk memimpin kelompok kecil, kelompok besar, muda dan tua, mulai

    dari kebaktian anak sampai kebaktian lansia. Tanpa atau dengan Paduan Suara, tanpa atau

    dengan instrumen, dengan segala macam gaya dan bentuk. Orang yang memiliki kemampuan

    ini disebut Prokantor.45

    Seorang prokantor (dan kantoria) harusnya dapat memberikan teladan ketika ia di depan

    sebagai pelayan yang memimpin pujian dan ketika ia melatih umat bernyanyi. Kehadirannya

    di tengah-tengah jemaat harusnya mendorong mereka agar mampu menyanyi tanpa harus

    merasa tertekan karena suara prokantor yang terlalu dominan. Kehadirannya mendukung

    jemaat yang tidak atau belum dapat bernyanyi dengan benar, sampai mereka mampu

    menyanyikan lagu jemaat dengan baik.46

    Cantorship sangat mendukung ibadah, karena seorang prokantor dan tim-nya

    (kantoria) dapat melakukan beberapa hal dengan efektif, yaitu:47

    a) Menyanyikan lagu

    bersama jemaat dengan cara yang baik dan benar. b) Memperkenalkan lagu-lagu baru kepada

    jemaat dan mengajarkannya. c) Memperbaiki cara menyanyikan lagu yang salah, secara

    langsung atau tidak langsung (jika ternyata lagu tersebut sudah salah dinyanyikan selama ini).

    d)Secara bergantian menyanyikan satu lagu secara utuh dengan jemaat. e) Gereja tidak hanya

    membutuhkan seorang prokantor yang profesional (sekolah di bidang khusus Musik/ Seni

    Vokal) untuk mengiringi jemaat, tapi juga seorang prokantor yang walaupun belajar secara

    autodidak namun mau terus berlatih dan mempersiapkan diri.

    Pemandu Nyanyian Jemaat (PNJ) (atau yang biasa disebutkan penulis dengan

    pemandu lagu atau prokantor), termasuk Song Leader adalah orang yang termasuk petugas

    liturgi, dengan tugas khusus untuk memimpin atau memandu nyanyian jemaat agar nyanyian

    itu dapat dinyanyikan dengan baik, benar dan penuh penghayatan. PNJ dapat disebut juga

    Dirigen Jemaat. Sedangkan Singers adalah penyanyi yang jumlahnya lebih dari satu orang,

    44

    Charlotte Kroeker, “The Church Choral Director: Leader of The Sacred, The Good, The Beautiful,”

    Choral Journal 56, no. 11: 11, diakses June 4, 2016, [email protected] . 45

    Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 97. 46

    Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 98. 47

    Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 98-99.

    mailto:[email protected]

  • 29

    dengan tugas untuk membantu PNJ dalam menyanyikan nyanyian jemaat agar suaranya

    terdengar lebih besar dan keras sehingga dapat terdengar dan memudahkan jemaat

    mengikutinya. 48

    Tugas PNJ adalah49

    a) memimpin/memandu nyanyian jemaat agar dapat

    dinyanyikan dengan baik dan benar. b) Berusaha untuk menghubungkan isi nyanyian dengan

    kebaktian/ibadahnya. c) Melatih nyanyian bagi jemaat, misalnya sebelum kebaktian/ibadah.

    Karena itu maka seorang PNJ harus: a) mempunyai kewibawaan sehingga dapat memimpin

    jemaat. b) mempelajari isi nyanyian dan tema ibadah, kemudian merumuskan komentar-

    komentar singkat. c) mempersiapkan lagu-lagu sampai sungguh dikenal dan dikuasai

    sehingga dapat percaya diri. d) melatih diri agar suaranya menjadi baik dan enak didengar. e)

    tempatnya harus di depan jemaat, gerak-gerik tangannya harus terlihat jelas oleh seluruh

    jemaat dan mudah berkomunikasi dengan pemusik. f) mengetahui acara kebaktian/ibadah

    seluruhnya, terutama mengenai nyanyian-nyanyian yang akan dipakai. g) bekerja sama

    dengan pemusik, baik untuk cara pembawaan, kunci nada, saat mulai (insetting), tanda-tanda

    khusus di tengah lagu, tempo lagu dan mengakhiri lagu. h) mengikuti latihan bersama dengan

    pemusik sesuai dengan jadual yang telah ditentukan. i) bila tidak ada pemusik, maka harus

    memiliki garpu tala atau stemfluit agar tepat dalam mengangkat nada dasar lagunya. j)

    sebagai „motor‟ untuk menggerakkan jemaat; suasananya harus menyenangkan, sikapnya

    hendaklah simpatik dan bersemangat. k) menggunakan pengeras suara. l) memakai pakaian

    dan sepatu yang rapi dan pantas untuk melaksanakan tugasnya. Bila perlu ada pakaian atau

    tanda khusus untuk semua petugas liturgi. m) mempunyai perasaan yang mampu mengenal

    sifat jemaat, misalnya: aba-aba harus sedikit mendahului jemaat (satu ketuk) dan pandangan

    matanya menyeluruh kepada jemaat, jangan hanya pada buku nyanyian.

    Ada tiga peran yang dibahas Handoko, yaitu sebagai berikut;50

    a) sebagai Petugas

    dalam Ibadah, petugas dalam ibadah ada beberapa, yaitu: pedeta/pengkhotbah/pelayan

    firman Tuhan, liturgos, prokantor, song leader, singer, kolektan, petugas multimedia, dll.

    Termasuk di sini adalah pemusik gereja. Ia adalah petugas dalam ibadah, oleh sebab itu ia

    harus mempunyai sikap yang benar untuk mendukung jalannya peribadahan; b) sebagai

    Pelayan Jemaat, pemusik gereja adalah pelayan jemaat, sebab dengan iringan musiknya ia

    melayani jemaat, yaitu mendukung jemaat dalam menyanyikan pujiannya. Pemusik gereja –

    48

    Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 68. 49

    Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 68-69. 50

    Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 15-16.

  • 30

    dalam hal ini organis/pianis gereja – memberikan tuntunan bagi jemaat dalam memenuhi

    aturan berirama, tempo, dan dinamika nyanyian. Ia juga memberikan sentuhan dan suasana

    artistik dan stetiknya kepada nyanyian jemaat; c) sebagai Hamba Tuhan, pemusik gereja

    adalah hamba Tuhan, sebab ia juga sedang melayani Tuhan dengan melayani jemaat-Nya

    melalui talenta musikalnya. Sebagai seorang hamba, maka ia harus tunduk dan hormat

    kepada Tuhannya. Sikap dan perhatiannya harus tertuju juga kepada Tuhan dengan penuh

    percaya.

    “Choir members who regularly praise God by singing textx of the

    gathered wisdom of the ages also develop into persons who serve the

    needs of humankind and find beauty and hope in God’s creation.”51

    Handoko juga memberikan persyaratan teknis oraganis gereja, yaitu, a) mempunyai

    penguasaan aktif minimal terhadap beberapa kunci; b) menguasai sebagian besar lagu-lagu

    dalam buku pujian; c) memiliki keterampilan dalam memainkan musik organ/piano; d)

    memiliki sense of music yang cukup; e) mengenal penjiwaan lagu.52

    Dalam praktiknya, sering muncul masalah dalam bermusik gereja. Handoko

    mendeskripsikan masalah yang timbul ini berasal dari dua arah/sisi, yaitu: (1) dari para

    pemusik dalam memainkan musiknya dan (2) dari jemaat (pemuji) dalam menyanyikan

    nyanyiannya. Masalah dari pihak pemusik ada enam poin, yaitu: (a) kurang menguasai lagu

    sehingga dalam memainkannya tidak lancar; (b) kurang terampil dalam memainkan

    instrumen musiknya; (c) kurang menjiwai nyanyiannya sehingga waktu memainkan lagu

    penjiwaanya tidak tepat; (d) kurang tepat dalam pemilihan jenis suara yang dipilih; (e) kurang

    tepat atau kurang harmonis dalam pemilihan akord bagi lagu yang dimainkan; (f) hati

    pemusik tidak tertuju ke situ, tetapi ke tempat lain, atau hatinya sedang tidak enak sehingga

    permainannya tidak konsentrasi, tidak fokus. Berikutnya, masalah dari pihak jemaat ada

    empat poin, yaitu: (a) jemaat tidak/kurang mengenal lagu; (b) jemaat menyanyikan lagunya

    tidak sesuai dengan maksud aslinya, baik dalam jiwa, irama, maupun berirama; (c) jemaat

    tidak mengikuti tuntunan dari organis, lagu di nyanyikan dengan seenaknya atau semaunya,

    51

    Kroeker, “The Church Choral Director”, 11.

    52 Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 16-18.

  • 31

    atau sesuai kebiasaan yang sering kali telah berjalan “turun-temurun”; (d) jemaat tidak tenang

    dalam ibadahnya.53

    3. DATA LAPANGAN DAN ANALISA

    3.1 Gambaran Umum Pelayanan GMIT Betlehem Oesapa Barat

    Tempat penilitian yang diambil oleh penulis ialah GMIT Jemaat Betlehem Oesapa

    Barat, Klasis Kupang Tengah yang terletak di Jalan Sumatiro, RT: 5, RW: 2, Kelurahan

    Oesapa Barat dan Kecamatan Kelapa Lima. GMIT Bethelehem Oesapa Barat adalah salah

    satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Masehi Injili di Timor yang mempunyai 21

    rayon dan mempunyai pelayan sebanyak tiga orang, Pdt. Marselina Shelly Corputty-

    Messakh, S.Th selaku ketua majelis jemaat, dibantu dengan Pdt. Drs. Heinrich Ridwan

    Fanggidae, M.Si dan Pdt. Neltji Neliana Ludji Djadi-Ga, S.Th. 54

    Pelayanan yang ada di GMIT Betlehem Oesapa Barat atau yang biasa disebut oleh

    jemaat setempat JBOB, meliputi pelayanan anak dan remaja, pemuda-pemudi, dewasa dan

    lansia. Ibadah-ibadah kategorial yaitu Ibadah Pembinaan Anak dan Remaja (PAR) baik

    dalam rayon dan gabungan antar rayon, Ibadah Pemuda-Pemudi baik dalam rayon dan

    gabungan, Ibadah Kaum Bapak dan Kaum Ibu, dan yang terakhir Ibadah Kaum Lansia. Ada

    pula ibadah-ibadah Hari Raya Gerejawi, Ibadah Pemakaman, Ibadah Malam Penghiburan,

    Ibadah Pemberkatan Nikah dan Kebaktian Penyegaran Iman (KPI).

    Ada satu kegiatan pemuda-pemudi yang mencolok yang selalu diselenggarakan setiap

    tahunnya di bulan Oktober yaitu kegiatan Agent of Change (agen perubahan). Kegiatan ini

    mengundang seluruh jemaat Betlehem Oesapa Barat untuk berpartisipasi tanpa terkecuali dan

    juga mengundang gereja-gereja sekitar untuk berpartisipasi juga. Agent of Change ini

    diselenggarakan pemuda-pemudi JBOB untuk jemaat dan gereja sekitar bersama-sama

    memuji dan memuliakan Tuhan dalam bentuk lomba puji-pujian. Lomba puji-pujian ini

    antara lain VG, Paduan Suara, Solo, Karya Drama Musikal, dan masih banyak lagi yang

    berhubungan dengan musik gerejawi.

    GMIT JBOB juga tidak menutup kesempatan bagi anak-anak yang sudah waktunya

    untuk masuk dalam kelas Taman Kanak-kanak. JBOB mempunyai TK GMIT yang

    bertempatan di gedung gereja lama JBOB, tidak jauh dari gedung baru. JBOB menyiapkan

    53

    Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 12-14. 54

    Pelayanan Gereja Masehi Injili di Timor-Jemaat Betlehem Oesapa Barat, Kupang, 16 Agustus 2016.

  • 32

    fasilitas ini untuk memadai anak-anak yang ingin masuk dalam kelas TK dengan dasar

    gerejawi terkhususnya Sinode GMIT.

    Berhubung dengan musik gerejawi, diperiode-periode sebelumnya Komisi Musik

    Gerejawi dan Liturgia tidak menyediakan pelatihan atau pun pembinaan musik gerejawi

    kepada pelayan-pelayan dalam Komisi Muger dan Liturgia, melainkan yang disediakan ialah

    kursus bagi mereka yang mau melayani dalam bidang musik gerejawi untuk bisa mengiringi

    dalam Ibadah Minggu, Kebaktian Pemakaman, Kebaktian Pemberkatan Nikah, dan ibadah-

    ibadah Hari Raya Gerejawi. Namun, dalam periode ini sudah diprogramkan untuk melakukan

    pelatihan dan pembinaan Musik Gerejawi dan Liturgia dengan mengundang pelatih dan

    pembicara yang handal dan lebih memahami tentang Musik Gerejawi dan Liturgia.

    3.2 Temuan Hasil Penilitan dan Pembahasan

    3.2.1 Pemahaman dan Peran Musik Gerejawi oleh Jemaat, Pendeta, Pemusik, dan

    Pemandu Lagu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat

    Hasil penilitian tentang pemahaman dan peran musik gerejawi dalam ibadah minggu

    tidak lepas dari pemahaman bahwa musik gerejawi adalah alunan musik yang membantu

    jemaat untuk menyembah dan memuji Tuhan dalam setiap ibadah-ibadah, baik itu ibadah

    minggu, ibadah hari raya gerejawi, dan ibadah-ibadah yang telah diprogramkan oleh

    pengurus di JBOB. JBOB memiliki 4 orang pemusik dan 8 orang pemandu lagu.

    Menurut Sdr. Andy Njola dan Sdr. Ronald Wadu sebagai jemaat, musik dalam ibadah

    sangat berperan penting dalam tata ibadah atau kebaktian, musik bukan hanya sebagai

    pemanis tetapi musik adalah bagian yang utuh dalam sebuah kebaktian. Musik juga

    membantu jemaat dalam mengambil nada untuk bernyanyi, karena terkadang jemaat

    bernyanyi tidak sesuai dengan not dan nada yang sudah ada. Misalnya dalam KJ, jemaat

    harus bernyanyi sesuai dengan notasi yang tertera dalam buku pujian KJ. Bukan hanya not

    saja yang perlu diperhatikan, tetapi juga dengan ketukan dan tangga nada yang sudah ada

    dalam KJ. Dengan kata lain, musik dalam ibadah juga memberikan jemaat ilmu dalam

    menyanyikan lagu yang bernotasi dan berketukan dengan baik dan benar. Pemusik berperan

    untuk memainkan alat musik, misalnya keyboard dan lainnya, sedangkan pemandu lagu

    membantu jemaat untuk menyanyikan lagu sesuai dengan nada, not, dan ketukan yang sudah

    ditentukan serta syair yang ada dengan baik dan benar. Tugas dari pemusik dan pemandu

    lagu ini adalah satu kesatuan yang sama-sama mempunyai tugas masing-masing dan saling

  • 33

    melengkapi satu sama lainnya. Jika pemusik bekerja sendirian maka akan terasa hampa suatu

    kebaktian, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain pemusik dan pemandu lagu adalah satu

    paket yang tak bisa dipisahkan. 55

    Pernyataan Sdr. Andy dan Sdr. Ronald diatas dapat dibenarkan dengan teori dari

    David Ewen dalam buku Soedarsono yang menyatakan bahwa musik adalah “Ilmu

    pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun

    instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang

    ingin diungkapkan terutama aspek emosional”56

    . Musik gerejawi adalah alunan musik yang

    membantu jemaat untuk menyembah dan memuji Tuhan dalam setiap ibadah-ibadah, baik itu

    ibadah minggu. Musik gerejawi juga merupakan persekutuan orang-orang percaya yang bernyanyi

    untuk memuliakan nama Tuhan lewat nada-nada yang indah untuk mengekspresikan iman mereka

    kepada Tuhan. Menurut Handoko, dengan musik gereja, maka peribadahan tidak hanya

    berjalan dalam bentuk oral (kata-kata) dan aktual (perbuatan/ritual tertentu), tetapi juga dalam

    bentuk dan suasana musikal. Kebaktian akan menjadi hidup bila diiringi dengan musik yang

    indah, ia akan menjadi lebih semarak dan penuh jiwa, penuh perasaan (emosional), penuh

    kesenian (artistikal), dan keindahan (estetikal). Kebaktian seperti ini akan mengesankan dan

    membuat jemaat semakin merasa diberkati oleh Tuhan.57

    Menurut Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Sdr. Kenny, selaku pemusik di JBOB, musik

    membantu jemaat untuk menghantarkan puji-pujiannya kepada Tuhan, agar jemaat lebih

    terbawa suasana dan menghayati liturgi ibadah minggu. Peran pemusik ialah sebagai

    pengiring dalam ibadah yang membantu jemaat dalam menaikkan doa dan syukur dalam

    bentuk pujian dan nyanyian. Pemusik harus bisa mengiringi setiap pujian yang dinyanyikan

    dalam setiap kebaktian. Pemusik juga membantu jemaat dalam pengenalan lagu baru,

    sehingga pada saat ibadah berlangsung, pemandu lagu atau pendeta tidak memuji Tuhan

    sendirian, melainkan bersama-sama dengan jemaat memuji memuliakan Tuhan58

    .

    Kedua pendapat diatas, dibuktikan melalui pemikiran dari Komisi Liturgi dan Musik

    Sinode Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang mengatakan pemandu lagu sangat mendukung

    55

    Wawancara dengan Sdr. Andy Njola dan Sdr. Ronald Wadu, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 18.30

    WITA 56

    Soesadarsono, Dasar-dasar Kritik Seni Rupa, 54-55. 57

    Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 2. 58

    Wawancara dengan Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Sdr. Kenny, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 17.26

    WITA.

  • 34

    ibadah karena mereka dapat melakukan beberapa hal dengan efektif, yaitu:59

    a) Menyanyikan

    lagu bersama jemaat dengan cara yang baik dan benar. b) Memperkenalkan lagu-lagu baru

    kepada jemaat dan mengajarkannya. c) Memperbaiki cara menyanyikan lagu yang salah,

    secara langsung atau tidak langsung (jika ternyata lagu tersebut sudah salah dinyanyikan

    selama ini). d)Secara bergantian menyanyikan satu lagu secara utuh dengan jemaat. e) Gereja

    tidak hanya membutuhkan seorang prokantor yang profesional (sekolah di bidang khusus

    Musik/ Seni Vokal) untuk mengiringi jemaat, tapi juga seorang prokantor yang walaupun

    belajar secara autodidak namun mau terus berlatih dan mempersiapkan diri.

    Menurut Sdr. Ama, Sdri. Anita. Dan Sdr. Rony, selaku pemandu lagu, berpendapat

    bahwa pemandu lagu sangat dibutuhkan keberadaanya dalam ibadah minggu. Tidak semua

    jemaat bisa bernyanyi atau mengambil nada yang pas dan sesuai dengan nada-nada lagu yang

    sudah ada. Oleh karena itu dengan adanya pemandu lagu, jemaat terbantu dalam

    menyanyikan pujian. Di JBOB sudah tidak hanya menyanyikan KJ, tetapi juga ada PKJ,

    NKB dan Pop Rohani yang dinyanyikan dalam ibadah. Tidak semua jemaat mengenal atau

    pernah menyanyikan pujian dari PKJ, NKB, dan Pop Rohani, tetapi dengan adanya pemandu

    lagu, jemaat dapat mempelajari lagu-lagu yang baru didengar oleh jemaat. Biasanya sebelum

    kebaktian dimulai, ada sedikit latihan yang dilakukan oleh pemusik dan pemandu lagu untuk

    membatu jemaat dalam menyampaikan curahan hati mereka melalui nyanyian. 60

    Penulis mewawancarai salah satu majelis jemaat Sdr. Kattie Waang, S.Th, yang

    berpendapat musik gerejawi adalah persekutuan orang-orang percaya yang bernyanyi untuk memuliakan

    nama Tuhan lewat nada-nada yang indah mengekspresikan iman mereka kepada Tuhan. Musik

    gerejawi itu bukan hanya berbentuk musik instrumental, tetapi juga berbentuk musik vokal atau

    lagu/puji-pujian yang bukan hanya bersangkut paut dengan para pemain musik saja, tetapi juga

    bersangkutan dengan jemaat Tuhan. Tidak lain, pemahaman musik gerejawi bagi jemaat Betlehem

    Oesapa Barat adalah nafas dari gereja. Artinya bahwa gereja yang di dalamnya terdapat orang-

    orang percaya kepada Tuhan, akan dikatakan hidup apabila ia selalu bernyanyi bagi Tuhan.

    Hal ini bertujuan untuk mengekpresikan imannya kepada Tuhan lewat puji-pujian. Musik

    gerejawi adalah satu faktor pendukung jalannya ibadah. Musik gerejawi ini perlu ada di

    berbagai jenis ibadah, baik ibadah fungisional maupun kategorial.61

    .

    59

    Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 98-99. 60

    Wawancara dengan Sdr. Ama, Sdr. Rony, dan Sdri. Anita Misa, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul

    17.45 WITA. 61

    Wawancara dengan Sdr. Kattie Waang, S.Th, Kupang, 16 Agustus 2016, Pukul 12.00 WITA.

  • 35

    Musik Gerejawi sangat berperan penting dalam Ibadah Minggu di GMIT Betlehem

    Oesapa Barat, dari hasil wawancara di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa jemaat,

    majelis jemaat, pemandu lagu, dan pemusik memahami apa itu musik gerejawi dengan apa

    yang mereka alami. Pengalaman mereka dalam melayani dan memuji Tuhan bersama

    membentuk pola pikir mereka tentang apa itu musik gerejawi dan peran dari musik gerejawi.

    Namun tidak ada dasar sama sekali untuk memahami apa itu musik gerejawi.

    3.2.2 Pelaksanaan Musik Gerejawi oleh Pemusik dan Pemandu Lagu dalam Ibadah

    Minggu di GMIT Betlehem Oesapa Barat

    Perlu diketahui bahwa kebaktian minggu di GMIT JBOB terlaksana sebanyak tiga

    kali yaitu pada waktu 06.00 WITA, 08.00 WITA dan yang ketiga 17.00 WITA. Kabaktian

    utama yang dilaksanakan sebanyak tiga kali ini, tentunya membutuhkan banyak pemandu

    lagu dan pemusik yang benar-benar mengerti apa tugas dan peran mereka, mengingat GMIT

    JBOB adalah jemaat yang besar dan mempunyai berbagai macam personal dalam jemaat ini.

    Pemusik dan pemandu lagu sama-sama ingin melayani dalam bidang musik gerejawi, namun

    keduanya tak mempunyai dasar tentang apa itu musik gerejawi. Selain itu, ada pemusik yang

    ingin melayani dengan mengikuti jejak orang tuanya, yang juga dahulu sampai sekarang

    merupakan pemusik di JBOB62

    . Sehingga anak yang ingin mengikuti jejak orang tuanya,

    akhirnya belajar tentang cara mengiringi ibadah minggu dari orang tuanya.

    Pemandu lagu Sdr. Ama, mengatakan bahwa dulu memang ada Pembinaan Musik

    Gerejawi yang diselenggarakan oleh Pdt. Johny Riwu Tadu, S.Th, M.Sn, yang mengundang

    semua jemaat, bagi yang mau melayani dalam bidang musik gerejawi, untuk berpartisipasi

    bersama dalam mengikuti pembinaan ini. Ada jemaat yang mengerti apa itu musik gerejawi

    dan ada juga jemaat yang tidak mengerti sama sekali apa itu musik gerejawi. Sdr. Ama

    tergolong jemaat yang tidak tahu sama sekali apa itu musik gerejawi, tapi dia mau mengikuti

    pembinaan ini karena ingin melayani di bidang musik gerejawi. Dia merasa ada perbedaan

    antara orang yang sudah tahu dan belum tahu sama sekali apa itu musik gerejawi. Orang yang

    sudah mengenal musik gerejawi terlebih dahulu bisa mengikuti pembinaan ini dengan baik

    dan mereka dapat menguasai itu. Tetapi beda dengan orang yang baru mengikuti pembinaan

    ini, yang tidak tahu menahu tentang not dan nada-nada, mereka tidak mempunyai dasar

    tentang musik gerejawi, sehingga membuat mereka merasa ketinggalan, akhirnya mereka

    62

    Wawancara dengan Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 17.26 WITA

  • 36

    berpikir bahwa “ah, sudahlah. Yang penting mau melayani”. Sdr. Ama berharap ke depannya

    diadakan pembinaan musik gerejawi lagi sehingga mereka bisa mendalami ilmu dan teknik-

    teknik serta motivasi sebagai pemandu lagu.63

    Menurut Sdri. Yessi Hotty-Koanak, memang

    dulu ada Pembinaan Musik Gerejawi namun itu sudah sekitar 4-5 tahun yang lalu, setelah itu

    tidak ada kelanjutan dari pembinaan itu seperti pelatihan. Tahun ini Komisi Musik Gerejawi

    dan Litugia memogramkan untuk diadakannya pelatihan bagi pemusik dan pemandu lagu.

    Tetapi ada kendalanya, mereka masih belum menemukan pelatih untuk mereka. Pelatih yang

    benar-benar mengerti musik gerejawi dan peka dengan keadaan mereka sekarang. Artinya,

    pelatih yang sekali melihat kemampuan mereka, pelatih langsung mengetahui apa yang

    mereka butuhkan. 64

    Tentu saja Sdr. Ama merasakan perbedaan seperti yang dikatakannya diatas. Pemandu

    lagu tidak tahu menahu tentang tugas mereka, apa yang harus dilatih, apa yang harus

    dilakukan sebagai pemandu lagu. Padahal menurut Handoko beberapa peran musik gereja

    ialah sebagai pengiring dan pemandu jemaat, dan sebagai pemberi keindahan.65

    Penampilan

    musik gereja itu harus indah, yaitu dengan permainan dan perpaduan suara yang terampil dan

    tidak asal-asalan, dengan juga pemilihan akord yang baik dan harmonis. Oleh karena itu,

    iringan musik gereja tidak hanya indah tetapi juga harus benar, baik menyangkut tempo dan

    dinamikanya maupun ritma dan biramanya. Dalam hal ini, petugas musik gerejawi, yaitu

    pemusik dan pemandu lagu membutuhkan bimbingan dan pelatihan serta pembinaan tentang

    musik gerejawi, agar mereka mengerti dan dapat mempraktekan tugas mereka dengan baik

    dan benar. Namun, yang ditemui oleh penulis, Pdt. Marselina Shelly Corputty-Messakh, S.Th

    mengatakan bahwa pada kebaktian minggu yang pertama, sering sekali pemandu lagu

    kehilangan suara atau nada yang ditargetkan tidak mencapai target. Hal ini membuat jemaat

    merasa kacau dan tidak menghayati lagu sehingga ibadah pun terasa kosong dan hampa

    karena jemaat tidak merasa pujian-pujian mereka tersampaikan. Selain itu, terkadang suara

    pemandu lagu terdengar besar sekali sehingga menutup suara jemaat (yang harusnya

    diutamakan dalam ibadah)66

    Seorang prokantor (dan kantoria) atau yang biasa disebut dengan pemadu lagu

    harusnya dapat memberikan teladan ketika ia di depan sebagai pelayan yang memimpin

    63

    Wawancara dengan Sdr. Ama, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul 17.45 WITA. 64

    Wawancara dengan Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 17.26 WITA

    65 Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 10-12.

    66 Wawancara dengan Pdt. Marselina Shelly Corputty-Messakh, S.Th, Kupang, 16 Agustus

    2016, Pukul 11.30 WITA

  • 37

    pujian dan ketika ia melatih umat bernyanyi. Kehadirannya di tengah-tengah jemaat

    harusnya mendorong mereka agar mampu menyanyi tanpa harus merasa tertekan karena

    suara prokantor yang terlalu dominan. Kehadirannya harus mendukung jemaat yang tidak

    atau belum dapat bernyanyi dengan benar, sampai mereka mampu menyanyikan lagu jemaat

    dengan baik.67

    3.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pemusik dan Pemandu Lagu dalam Ibadah

    Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat

    3.2.3.1 Faktor Pendukung

    Salah satu alasan JBOB memasukan musik dalam ibadah ialah melihat kembali di

    zaman Israel yang memuji dan menyembah Tuhan dan berpatokan dalam Mazmur. Musik

    dan nyanyian jemaat bisa menjadi wadah pengakuan dosa dan curahan hati kepada Tuhan.

    Musik juga membantu jemaat untuk mempersiapkan hati jemaat untuk menyembah Tuhan

    dan pengantar dalam memasuki ibadah minggu agar bisa lebih fokus kepada Tuhan. 68

    .

    Menurut Sdri. Yessi Hotty-Koanak dan Sdr. Kenny, selaku pemusik, berpatokan pada pujian

    Mazmur dan permainan kecapi oleh Daud, ketika jemaat memuji Tuhan harus diiringi dengan

    iringan musik, alat musik apapun itu, entah itu organ, gitar atau lainnya, dalam mengangkat

    pujian bagi Tuhan harus ada iringan musik.

    Peran pemusik Menurut Mawene dalam bukunya yang berjudul Gereja yang

    Bernyanyi terdapat contoh nyanyian-nyanyian jemaat pada zaman Israel, yang mendukung

    pernyataan diatas, yaitu Perjanjian Lama: 150 syair nyanyian dalam kitab Mazmur,

    nyanyian Laut Merah (Kel.15:1-18:21), nyanyian Musa (Ul. 32:1-43), nyanyian Debora

    (Hak. 5:2-31), nyanyian pujian Hana (1 Sam. 2:1-10), nyanyian tentang Kebun Anggur

    Tuhan (Yes. 5:1-11), nyanyian celaka yang mengandung penghukuman bagi orang fasik

    (Hab. 2:6-20), nyanyian-nyanyian yang terhimpun dalam kitab Kidung Agung, dan lainnya.69

    Jemaat di zaman sekarang, terutama JBOB sendiri, memahami mengapa musik harus ada

    dalam ibadah dikarenakan berpatokan pada Alkitab, yang mengajarkan berjemaat haruslah

    memuji Tuhan dengan nyanyian-nyanyian. Bukan hanya pada saat jemaat memuji, melainkan

    nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan merupakan curahan isi hati jemaat kepada Tuhan,

    67

    Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam, 98. 68

    Wawancara dengan Sdr. Ama, Sdr. Rony, dan Sdri. Anita Misa, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul

    17.45 WITA. 69

    Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 30.

  • 38

    misalnya nyanyian memuji Tuhan, nyanyian syukuran, nyanyian minta tolong, nyanyian

    pengakuan dosa, nyanyian rasa cinta dan kasih kepada Tuhan, dan masih banyak lagi.

    Bagi pemandu lagu, bernyanyi adalah tugas mereka, terutama bernyanyi bagi Tuhan.

    Sdr. Ama salah satu pemandu lagu di JBOB, mempunyai alasan untuk menjadi pemandu lagu

    karena ingin melayani. Dia berpikir bahwa dia mempunyai talenta yang diberikan oleh

    Tuhan, tidak ada salahnya untuk mengembangkannya dalam hidup berjemaah70

    .

    Pemusik dan pemandu lagu berpendapat bahwa perlu adanya keberadaan mereka

    karena mereka membantu jemaat dalam bernyanyi, memandu jemaat dalam mengambil nada

    untuk bernyanyi, menentukan tempo yang sesuai dengan nyanyian yang akan dinyanyikan

    dalam ibadah dan melatih jemaat jika ada lagu baru yang belum pernah dinyanyikan dalam

    ibadah. Mereka berpikir bahwa jemaat harus bernyanyi. Sudah tugas jemaat untuk

    mengucapkan syukur dan mengutarakan perasaannya melalui nyanyian71

    . Hal ini

    membuktikan teori tentang Tugas PNJ (Pemandu Nyanyian Jemaat) adalah72

    a)

    memimpin/memandu nyanyian jemaat agar dapat dinyanyikan dengan baik dan benar. b)

    Berusaha untuk menghubungkan isi nyanyian dengan kebaktian/ibadahnya. c) Melatih

    nyanyian bagi jemaat, misalnya sebelum kebaktian/ibadah. Tugas jemaat ialah bernyanyi

    dapat dibuktikan dari teori Rama Listya yang mengatakan Iman Kristen adalah iman yang

    bernyanyi. Nyanyian jemaat merupakan pencerminan vitalitas spiritual jemaat serta

    merupakan respon jemaat terhadap anugerah yang telah diberikan Tuhan. Rasul Paulus

    melalui suratnya kepada jemaat di Kolose (Kol. 3 : 16) menasehatkan kita sebagai umat

    Kristen untuk saling mengajar dan menegur seorang akan yang lain sambil menyanyikan

    mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani73

    . Dan juga teori dari Albinus L. Netti yaitu

    “menyanyi”, “memuji”, “nyanyian” (puji-pujian) adalah respons, ucapan syukur jemaat

    (umat) atas karya penyelamatan Allah74

    .

    3.2.3.2 Faktor Penghambat

    Sdri. Kattie Waang, S.Th, berkata bahwa Komisi Musik Gerejawi dan Liturgia belum

    ada pembelajaran tentang musik gerejawi dan liturgia. Dengan kata lain pendidikan liturgis

    sangat penting namun yang menjadi persoalan ialah pendidikan liturgis yang ada tidak

    70

    Wawancara dengan Sdr. Ama, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul 17.45 WITA. 71

    Wawancara dengan Sdr. Ama, Sdr. Rony, dan Sdri. Anita Misa, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul 17.45 WITA.

    72 Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 68-69.

    73 Rama Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya, 1.

    74 Netti, Ibadah dan Tata Ibadah dalam Permenungan.

  • 39

    memadai. Jemaat ini membutuhkan pembinaan mengenai musik gerejawi. Namun belum ada

    pembinaan yang dilakukan oleh gereja. Selain itu tidak ada sosialisasi tentang pentingnya

    musik gerejawi dalam gereja. Dengan kata lain, para pemimpin gereja tidak secara proaktif

    mendampingi Komisi Musik Gerejawi dan Liturgia75

    .

    Pemandu lagu dan pemusik di JBOB tidak mempunyai dasar tentang apa itu musik

    gerejawi dan bagaimana mereka harus bertugas dengan baik. Mereka bertugas karena mau

    melayani dengan tanpa mengetahui dasar dari tugas mereka itu sendiri. Mereka belum pernah

    mengikuti kursus, pelatihan maupun pembinaan musik gerejawi. Pembinaan belum

    dilaksanakan di JBOB dikarenakan pemimpin gereja tidak secara proaktif mendampingi

    Komisi Musik Gerejawi dan Liturgia. Dalam hal ini . Pemusik perlu memiliki kompetensi

    memadai serta kemampuan untuk menyelaraskan permainan instrumennya dengan umat yang

    sedang bernyanyi76

    . Bukan hanya pemusik saja, melainkan pemandu lagu dan pendeta

    (selaku pemimpin gereja) pun mempunyai peran yang sama, mengiringi nyanyian ibadah dan

    sangat penting untuk membangun sua