TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD ......TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD IJARAH...
Transcript of TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD ......TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD IJARAH...
TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD IJARAH MULTIJASA UNTUK
PEMBIAYAAN PORSI HAJI PADA PT. BPR SYARIAH RAJASA
LAMPUNG TENGAH
Oleh:
DETIK NURWITASARI
NPM. 1502080056
Program : D-III Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN METRO)
1440 H/2019 M
ii
IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD IJARAH MULTIJASA UNTUK
PEMBIAYAAN PORSI HAJI PADA PT. BPR SYARIAH RAJASA LAMPUNG
TENGAH
Diajukan Guna Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Ahlimadya (Amd)
Oleh:
DETIK NURWITASARI
NPM. 1502080056
Pembimbing : Suci Hayati, S.Ag.,M.S.I
Program : D-III Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN METRO)
1440 H/2019 M
ABSTRAK
iii
iv
v
IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN AKAD IJARAH MULTIJASA UNTUK
PEMBIAYAAN PORSI HAJI PADA PT. BPR SYARIAH RAJASA
LAMPUNG TENGAH
Oleh:
DETIK NURWITASARI
NPM. 1502080056
Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan
yang dikembangkan berdasarkan syariat (hukum) Islam. Bank Syariah
mempunyai fungsi utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana dari dan
untuk masyarakat. Salah satu produk penyaluraan dana dari bank syariah kepada
nasabah adalah pembiayaan yang berdasarkan perjanjian atau akad sewa menyewa
(ijarah). Saat ini semakin banyak masyarakat muslim di Indonesia yang ingin
diberangkatkan ke tanah suci untuk menjalankan kewajiban rukun islam yang
kelima yaitu pergi haji. Namun karena nomor antrian yang semakin panjang
menyebabkan waktu keberangkatan haji semakin lama.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan deskriptif
kualitatif. Sumber data penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan
sumber data sekunder. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode
wawancara dan dokumentasi. Analisis data tersebut menggunakan cara berfikir
induktif, yaitu bermula dari fakta-fakta yang khusus dan peristiwa-peristiwa yang
konkrit.
Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa di PT. BPR Syariah Rajasa
Lampung Tengah penerapan akad ijarah multijasa untuk pembiayaan porsi haji
sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI/VII/2004 tentang pembiayaan multijasa
dengan ketentuan pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan
menggunakan akad ijarah atau kafalah, akad yang digunakan untuk pembiayaan
harus mengikuti ketentuan fatwa dari akad yang digunakan, bank syariah
memberikan imbalan jasa (ujrah) atau fee (sebesar 10%), besarnya ujrah harus
disepakati diawal dalam bentuk nominal bukan persentase.
vi
vii
MOTTO
ا كاسا اهاا ما هاا ل له وسعاافسا ا ه ف الله ل بات لا يكا ا اكتاسا عالاياا ما بات وا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat
(siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatannya .......”(Q.S. Al-Baqarah: 286)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa syukur yang selalu tercurah kepada Allah
SWT karena telah terselesaikannya Tugas Akhir ini dengan penuh rasa bahagia
dan penuh cinta kasih kupersembahkan karyaku ini untuk:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Wito Suryono dan Ibu Nurhayati yang selalu
memberikan do‟a, dukungan, semangat dan kasih sayang yang tiada
hentinya untukku sehingga aku termotifasi untuk meraih kesuksesanku.
2. Adikku, Hafid Alim serta keluarga besarku yang mengharapkan
keberhasilanku.
3. Almamater IAIN Metro.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala nikmat, rahmat serta pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir (TA) pada program D-III Perbankan Syariah IAIN
Metro. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang semoga kita mendapatkan syafaat dari beliau.
Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu bagiandari persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Metro guna memperoleh gelar Ahlimadya (Amd). Dalam upaya penulisan
Tugas Akhir ini penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku rektor IAIN Metro.
2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam IAIN Metro.
3. Drs. M. Saleh, M. A, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Bisnis Islam
IAIN Metro.
4. Ibu Suci Hayati, S.Ag.,M.S.I selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu serta pikiran dalam membimbing, mengarahkan
sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
x
5. Bapak Sainul, S.H.,M.A selaku dosen Pembimbing Akademik dan Penguji I
yang sudah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mencurahkan
segala pikiran untuk penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah memberi ilmu
pengetahuan dan sarana prasarana selama penulis menempuh pendidikan.
7. Pimpinan dan karyawan perpustakaan dan Institut yang telah memberikan
informasi, data referensi, dan lain-lain.
8. Bapak Sofian, SE selaku Direktur Utama PT BPR Syariah Rajasa Lampung
Tengah.
9. Teman-teman terdekat, Melita Ulfa, Mutiara, Lilis Soleha, Citra Maynila
yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi demi
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih atas bantuan yang telah diberikan.
Kritik dan saran demi perbaikan Tugas Akhir ini sangat diharapkan dan
akan diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian
yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai implementasi akad ijarah multijasa untuk pembiayaan
porsi haji.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ........................................ vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6
D. Metodologi Penelitian .......................................................................... 6
1. Jenis dan sifat penelitian ............................................................... 6
2. Sumber data .................................................................................. 8
3. Teknik pengumpulan data ............................................................. 9
4. Teknik analisis data....................................................................... 11
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 12
xii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank perkreditan/Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ...................... 13
1. Konsep BPRS................................................................................ 13
2. Prinsip-Prinsip BPRS .................................................................... 14
B. Pembiayaan Ijarah Multijasa ............................................................... 18
1. Pengertian Akad ijarah ................................................................. 19
2. Pengertian Multijasa ..................................................................... 20
a. Fatwa DSN-MUI Tentang Pembiayaan Multijasa ................. 22
b. Produk Multijasa .................................................................... 24
c. Akad Pada Multijasa .............................................................. 25
d. Fungsi Pembiayaan Multijasa ................................................ 26
C. Pembiayaan Porsi Haji ......................................................................... 27
1. Pengertian Haji.............................................................................. 27
2. Hukum Haji ................................................................................... 28
3. Pembiayaan Pengurusan Porsi Ibadah Haji .................................. 30
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran umum PT BPR Ayariah Rajasa Lampung Tengah ............. 32
1. Sejarah PT BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah ...................... 32
2. Visi dan Misi BPR Syariah Rajasa Lmpung Tengah .................... 33
3. Struktur Organisasi ....................................................................... 33
4. Produk-produk PT BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah .......... 37
xiii
B. Implementasi Akad Ijarah Multijasa Untuk Pembiayaan Porsi Haji
pada PT BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah .................................. 42
1. Pembiayaan Porsi Haji Prosedur Dan Persyaratannya.................. 43
2. Implementasi Pembiayaan Akad Ijarah Multijasa Untuk
Pembiayaan Porsi Haji .................................................................. 44
3. Analisis Akad Ijarah Multijasa Untuk Pembiayaan Porsi Haji
Pada PT BPRS Rajasa Lampung Tengah ..................................... 49
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 54
B. Saran .................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariat (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini
didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam
dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-
usaha yang dikategorika haram.1
Menurut UU No. 21 Tahun 2008, Bank Syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah, Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.2
Dalam pengertian lain Bank Syariah adalah badan usaha yang memberikan
pembiayaan kepada pihak lain yang membutuhkan dana.3 Sedangkan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (pasal 1 angka 9 UU
Perbankan Syariah)4.
Bank Syariah mempunyai fungsi utama menghimpun dan menyalurkan dana
dari dan untuk masyarakat. Dalam menjalankan tugas sebagai lembaga
1Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2016),h. 16
2Edi Susilo, Analisis PembiayaanDan Risiko Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017), h. 29
3Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 107
4Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam Dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 7
2
penghimpun dana, bank syariah harus menjaga kepercayaan masyarakat dengan
menyediakan dana bila diperlukan sewaktu-waktu jika diambil oleh pemiliknya.5
Salah satu produk penyaluraan dana dari bank syariah kepada nasabah adalah
pembiayaan yang berdasarkan perjanjian atau akad sewa menyewa (ijarah).
Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang barang dan atas upah
mengupah atas suatu jasa dan waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau
imbalan jasa. Ijarah juga dapat diinterprestasikan suatu akad pemindahan hak
guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.6
Ijarah sebagai suatu akad sewa menyewa dapat diimplementasikan oleh bank
syariah sebagai salah satu produk penyaluran dana kepada masyarakat. Walaupun
demikian praktik di lapangan belum banyak dilakukan oleh bank-bank syariah
yang ada. Produk penyaluran dana dari bank syariah sebagian besar berupa
produk pembiayaan yang didasarkan pada akad murabahah.7
Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan telah mengatur
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh bank syariah yang hendak
menyalurkan dananya kepada masyarakat melalui mekanisme ijarah ini.
Pengaturan sebagaimana dimaksud dilakukan melalui Peraturan Bank Indonesia
(PBI), yakni PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam
kegiatan penghimpun dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank
Syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/200. Dalam
5Edi Susilo, Analisis Pembiayaan.., h. 107-108
6Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika Perkembangannya
Diindonesia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016), h. 122
7Khotibul Umam, Perbankan Syariah., h. 127-128
3
pasal 1 angka 3 antara lain disebutkan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana
atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu dalam transaksi sewa
yang didasarkan atas akad ijarah.8
Ijarah pada dasarnya adalah akad yang berdiri sendiri, dan pada dasarnya
hanya pemanfaatan barang seseorang oleh orang lain dengan pembayaran sewa.9
Namun dalam kajian fiqih konsep ijarah hanya terdiri dari dua mekanisme yaitu,
pemanafaatan barang seseorang oleh orang lain dengan bayaran sewa, dan
pemanfaatan jasa seseorang oleh orang lain dengan bayaran upah. Benda dan
orang tempat melekatnya manfaat dan jasa tidak beralih kepemilikannya. Habis
masa sewa atau upah, barang kembali kepada pemiliknya dan pekerja pulang
kerumahnya.10
Namun sekarang banyak peraktik al-ijarah muntahiya bi al-tamlik
dimana akhirnya terjadi peralihan kepemilikan terhadap objek ijarah. Persoalan
kedua dikaitkan dengan akad lain yaitu jual beli atau hibah/pemberian.11
Sewa atau ijarah dapat dipakai sebagai bentuk pembiayaan, pada mulanya
bukan berbentuk pembiayaan, tapi merupakan aktivitas usaha seperti jual beli.12
Sedangkan sebutan al-ijarah adalah nama atau bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak atau menjual
jasa perhotelan dan lain-lain.13
Pembiayaan memiliki perbedaan dengan kredit bank konvensional, perbedaan
ini terletak pada akad, tujuan maupun substansinya. Bahwa pembiayaan terikat
8Khotibul Umam, Perbankan Syariah.., h. 128
9Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers , 2016), h.135
10
Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan .. h. 154
11
Ibid., h.135
12
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, (jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 101
13
Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan.., h.136
4
pada prinsip-prinsip syariah dengan memilah dan memilih objek serta tujuan
penggunaan dananya. Setiap nasabah yang mengajukan pembiayaan di bank
syariah mempunyai tujuan penggunaan yang berbeda. Perbedaan penggunaan
dana ini akan memunculkan klausul akad yang berbeda. Maka bank syariah
dikenal berbagai akad sesuai tujuan penggunaan dananya.14
Bank syariah didirikan dengan tujuan mempromosikan dan mengembangkan
peranan prinsip-prinsip Islam dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan
perbankan serta bisnis lainnya, yang salah satunya adalah Pembiayaan Ibadah
Haji.
Haji berarti pergi menuju kota Mekah untuk mengerjakan ibadah thawaf, sa‟i
dan wukuf di Arafah serta seluruh manasik lainnya. Ibadah tersebut ditujukan
untuk memenuhi perintah Allah dan meraih keridhaan-Nya. Haji adalah salah satu
dari lima rukun Islam dan salah satu kewajiban yang diketahui secara pasti dalam
agama ini.15
Haji diwajibkan bagi setiap muslim yang berakal, baligh, merdeka dan
mampu menempuh serta membiayai perjalanan untuk seluruh kebutuhan haji.16
Karena hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia ingin untuk menunaikan
ibadah haji, namun karena terkendala masalah biaya maka Bank Syariah Rajasa
memberi kemudahan kepada masyarakat untuk menunaikan ibadah haji dengan
diadakannya pembiayaan porsi haji ini.
14Edi Susilo, Analisis Pembiayaa Dan Risiko Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017), h.110
15
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah Untuk Wanita, (Jakarta: Al-I‟tishom
Cahaya Umat, 2007), h. 401
16
Kamil Muhammad, Fiqih Wanita, (Jakarta: Al-Kautsar, 2008), h. 325
5
Pembiayaan porsi ibadah haji merupakan pembiayaan penyediaan dana untuk
pemesanan kursi haji untuk nasabah yang ingin diberangkatkan haji dengan
mudah dan aman. Untuk pembiayaan porsi haji ini Bank Syariah Rajasa
bekerjasama dengan Bank Muamalat untuk pengurusan keberangkatan nasabah
ibadah hajinya. Bank Syariah Rajasa disini hanya memberikan dana talangan
untuk nasabah mendaftarkan haji dan mendapatkan nomor porsi haji. Karena
kemudahan yang diberikan oleh bank-bank syariah di Indonesia untuk
memberikan dana pinjaman haji kepada nasabah maka kementrian agama
melarang seluruh bank syariah di Indonesia memberikan dana talangan haji
kepada nasabah karena akan menyebabkan antrian haji semakin panjang.
Lamanya antrian haji bisa berkisar sekitar 15 sampai dengan 20 tahun kedepan.
Berdasarkanlatar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik
untuk membahas mengenai: “Implementasi Pembiayaan Akad Ijarah Multijasa
Untuk Pembiayaan Porsi Haji Pada PT. BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah
pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi akad ijarah multijasa
untuk pembiyaan porsi haji di PT. BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian tentunya peneliti mempunyai tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitan tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
6
adalah untuk mengetahui implementasi atau penerapan akad ijarah multijasa
untuk pembiayaan porsi haji di PT. BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah.
Selain mempunyai tujuan penelitian, penelitian ini juga mempunyai manfaat.
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
pembiayaan akad ijarah multijasa khususnya yang berkaitan dengan pembiayaan
porsi haji.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian lebih lanjut,
umumnya pada bank syariah dan khususnya PT. BPR Syariah Rajasa Lampung
Tengah, agar menjadi lembaga keuangan yang senantiasa berkembang dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan perbankan.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field
research). Ide penting penelitian lapangan adalah peneliti pergi kelapangan untuk
mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan
alamiah.17
Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
implementasi pembiayaan akad ijarah multijasa untuk pembiayaan porsi haji pada
PT BPRS Rajasa Lampung Tengah, Jl. Proklamator Raya No. 9 Bandar Jaya,
Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.
17Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), Eds. Revisi, h. 26
7
Sesuai dengan judul dan fokus permasalahan yang diambil maka sifat penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Karena berupaya mengumpulkan data yang ada di
PT BPRS Rajasa Lampung Tengah. Laporan berdasarkan metode kualitatif
mencakup masalah deskripsi murni tentang program dan pengalaman orang di
lingkungan penelitian.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat
pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.18
Sedangkan menurut buku metodologi penulisan karya ilmiah. Deskriptif adalah
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
terjadi saat sekarang.19
Di dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan kejadian
atau peristiwa yang dilakukan di PT BPRS Rajasa Lampung Tengah khususnya
dalam penerapan akad ijarah multijasa untuk pembayaan porsi haji.
Sedangkan penelitian bersifat kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah (eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.20
Dalam hal ini peneliti bermaksud memberikan
deskripsi mengenai mengenai implementasi akad ijarah multijasa untuk
pembiayaan porsi haji BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah.
18Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), h. 76
19
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya-Ilmiah,
(Jakarta: Kenca Prenada Media Group, 2011), h. 34
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017),
h. 9
8
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek yang memberi data/informasi penelitian yang
dibutuhkan. Sumber data bisa berupa manusia, benda, keadaan, dokumen atau
institusi.21
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu,
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh oleh peneliti dari
sumber utamanya atau asli.22
Sumber data primer dalam laporan penelitian ini
adalah Bapak Aan Febriyanto selaku Legal Officer, Bapak Wahyu Purnomo
selaku Marketing atau Account Officer (AO), Ibu Silvia Kiswanto selaku
Marketing atau Account Officer dan bapak Muhammad Usman selaku nasabah
pembiayaan porsi haji pada PT BPRS Rajasa Lampung Tengah.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang dibutuhkan.23
Sumber data sekunder penelitian ini
diperoleh dari referensi buku, seperti karangan Adiwarman A. Karim yang
berjudul Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, dokumen-dokumen, brosur,
dan website.
21Suraya Murcitaningrum, Pengantar Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Yogyakarta:
Prudent Media, 2013), h. 181
22
Ibid., h. 20
23
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan
Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2005), Eds , h. 132
9
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.24
Untuk
memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa metode antara lain ssebagai berikut :
a. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah sesuatu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkn pada suatu masalah
tertentu.25
Dalam melaksanakan wawancara penelitian menggunakan wawancara
bebas terpimpin, karena untuk menghindari pembicaraan yang menyimpang dari
permasalahan yang akan diteliti. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
disiapkan terlebih dahulu, diarahkan dari topik yang akan digarapuntuk dilakukan
interview.
Wawancara dalam penulisan tugas akhir ini dilakukan kepada Bapak Aan
Febriyanto Legal Officer, Bapak Wahyu Purnomo Marketing/Account Officer, Ibu
Silvia Kiawanto Marketing/Account Officer (Funding), dan bapak Muhammad
Usman selaku nasabah pembiayaan porsi haji pada PT. BPRS Rajasa Lampung
Tengah.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data berupa
data-data tertulis yang mengandung keterangan dan kejelasan serta pemikiran
24Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017),
h. 224
25
Kartini Kartono, Pengantar Metodelogi Riset Sosial, (Bandung: Madar Maju, 1996), h. 187
10
tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian.26
Guna mendapatkan deskripsi yang lengkap dari obyek yang diteliti, dipergunakan
alat pengumpul data berupa dokumentasi sebagai sarana pengumpul data terutama
ditunjukkan kepada dokumentasi PT BPRS Rajasa Lampung Tengah yang
temasuk kategori-kategori dokumen lain, seperti sejarah PT BPRS Rajasa
Lampung Tengah, Visi dan Misi PT BPRS Rajasa Lampung Tengah, Struktur
Organisasi PT BPRS Rajasa Lampung Tengah, dan lain-lain.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah teknik analisis data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterprestasikan data yang diperoleh dari wawancara dan
dokumentasi dari PT BPRS Rajasa Lampung Tengah akan diperoleh
menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Metode kualitatif menurut Lexy J. Moleong dalam bukunya penelitian
kualitatif, metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untukmemahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku,
persepse, motifasi, tindakan, pada konteks khusus yang ilmiah dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.27
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan peneliti menggunakan jenis dan sifat
penelitian yang nyata, artinya peneliti dalam penulisan penelitian ini memperoleh
data langsung dari lokasi penelitian dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
26 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2008), h. 152
27
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian., h. 6
11
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Teknik yang digunakanpeneliti
dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi dari PT
BPRS Rajasa Lampung Tengah.
E. Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang teori-teori yang mendukung
terhadap penelitian. Pada bagian ini diuraikan mengenai pembiayaan akad ijarah
multijasa untuk pembiayaan porsi haji.
3. Bab III Pembahasan
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum dan data deskriptif. Gambaran
umum tentang sejarah berdirinya PT. BPRS Rajasa Lampung Tengah, visi dan
misi, struktur organisasi, dan produk-produk bank syariah. Data deskriptif data-
data yang mendukung akad ijarah multijasa.
4. Bab IV Kesimpulan
Dalam bab ini menguraikan kesimpulan berdasarkan penerapan pembiayaan
tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian.
Sedangkan saran yaitu setelah adanya penelitian dan pengamatan keadaan serta
situasi di BPRS Rajasa Lampung Tengah, maka peneliti dapat memberikan saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Perkreditan/Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
1. Konsep BPRS
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut UU Perbankan No. 7 tahun 1992,
adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah selanjutnya diatur dalam menurut surat keputusan Direktur Bank
Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang bank
perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPR
Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR
Konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah.28
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Oleh karena itu BPRS tidak diperbolehkan menawarkan giro wadiah
dan hal inilah yang membedakan BPRS dengan Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah.29
28 Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2011), h.
55
29
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 55
13
Dalam pengertian lain Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembiayaan (Pasal 1 angka 9 UU Perbankan Syariah). Yang perlu diperhatiakan
dari ketentuan diatas adalah kepanjangan dari BPRS yang berupa Bank
Perkreditan Rakyat Syariah. Ini berarti semua peraturan perundang-undangan
yang menyebut bprs dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah harus dibaca
dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.30
2. Prinsip – Prinsip BPRS
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
1992 Tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil dalam pasal 1 ayat 1, yang
dimaksud dengan bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha semata-mata
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Prinsip bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) adalah
prinsip bagi hasil berdasarkan syariat yang digunakan oleh bank berdasarkan
prinsip bagi hasil dalam:
a. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan
dengan pengguanaan atau pemanfaatan dana masyarakat yang dipercayakan
kepadanya;
30 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam Dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 7
14
b. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan
dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi
maupun modal kerja;
c. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang
lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil.
Bank perkreditan rakyat syariah atau yang sering disebut dengan BPRS adalah
salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya
mengikuti prinsip-prinsip syariah yang dimaksud antara lain sebagai berikut:31
a. Melarang Bunga
Bunga secara keras dilarang oleh Islam dan dipahami sebagai haram (tidak
diizinkan). Islam melarang kaum muslim untuk menerima atau memberi bunga.
Islam hany mengizinkan satu jenis pinjaman dan itu adalah Qardhul Hasan
(pinjaman yang murah hati) dimana pinjaman tidak dikenakan bunga atau
tambahan jumlah dari uang yang dipinjam.
b. Pembagian yang Seimbang
Bank menyediakan dana untuk modal dengan wirausaha berbagai risiko
bisnis dan dalam pembagian keuntunga. Islam mendorong orang muslim untuk
menanam uang mereka dan menjadi partner dengan tujuan berbagi keuntungandan
risiko dalam bisnis meskipun posisinya sebagai kreditor. Dalam Islam,
pembiayaan didasarkan pada iman dimana pemberi pinjaman dan peminjam harus
berbagi risiko bisnis secara seimbang. Konsep dari pembagian risiko dan hasl
31 Veithzal Rivai Dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 34-
36
15
berbeda antara bank Islam dan bank konvensional, dimana peminjam harus
membayar pokok pinjaman dengan bunga, tanpa memperhatikan untung atau rugi
dari usaha.
c. Uang sebagai “Modal Potensial”
Dalam Islam, uang hanya alat pertukaran. Tidak ada nilai dalam dirinya
sendiri. Oleh karena itu, seharusmya tidak diizinkan menilai tinggi terhadap uang,
melalui pembayaran bunga tetap, ketika menyimpan di bank atau ketika
meminjamkan keada seseorang. Uang diperlakukan sebagai “modal potensial”.
Akan menjadi modal riil hanya ketika uang digabung dengan sumberdaya
yang lain yang bertanggung jawab untuk menjalankan aktifitas yang produktif.
Islam meyakini waktu nilai uang, tetapi hanya ketika hal itu diperlakukan sebagia
modal, bukan .ketka itu sebagai untuk modal potensial. Prinsip ini mendorong
muslim untuk menginvestasikan uang ke dalam bisnis secara berbeda.
d. Melarang Gharar
Sistem keuangan Islam melarang penimbunan dan melarang transaksi yang
memiliki karakteristik gharar (ketidakpastian yang tinggi) dan maysir (judi). Di
bawah larangan ini, transaksi ekonomi yang dimasuki harus bebas dari
ketidakpastian, risiko dan spekulasi. Dalam huum bisnis, gharar berarti bank
terlibat pada bisnis yang dimana bank tidak memiliki pengetahuan yang cukup
atau pada transaksi yang sangat berisiko.
e. Kontrak yang Suci
Bank Islam memegang tanggung jawab kontrak dan berkewajiban untuk
memberikan informasi secara utuh. Pihak yang disebut dalam kontrak harus
16
memiliki pengetahuan yang baik tentang produk yang dimaksud untuk
dipertukarkan sebagai hasil dari transaksi mereka. Lebih jauh lagi, tiap pihak tidak
bisa menentukan sebelumnya jaminan keuntungan. Ini didasarkan prinsip
“ketidakpatian keuntungan”, denganpenafsiran yang ketat, tidak mengijinkan
konsumen bertanggung jawab untuk membayar pokok pinjaman ditambah jumlah
nilai inflasi. Dibalik larangan ini adalah untuk melindungi yang lemah dari
eksploitasi.32
B. Pembiayaan Ijarah Multijasa
Pembiayaan ijarah miltijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh lembaga
keuangan syariah, baik perbankan atau non perbankan kepada nasabah
menggunakan akad sewa menyewa dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa.33
Ijarah multijasa pada dasarnya sama dengan pembiayaan sewa menyewa,
hanay saja yang menjadi objek sewa pada pembiayaan sewa jasa adalah seperti
keperluan biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan lain-lain.
Berdasarkan fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VII/2004, yang dimaksud dengan
pembiayaan ijarah multijasa adalah pembiayaan dimana bank syariah memberikan
pembiayaan kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa.
Dalam pembiayaan ijarah multijasa tersebut, bank syariah dapat memperoleh
imbalan jasa/ ujrah atau fee. Besarnya uang ujrah/fee harus disepakati diawal dan
dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam presentase. Pembiayaan ijarah
32
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking..., h. 36
33
Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2016), h. 115
17
multijasa untuk keperluan antara lain jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan jasa
pariwisata rohani.34
Berikut ini adalah landasan sya
“boleh melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan.
Karena keperluan terhadap manfaat sama dengan jeperluan terhadap benda.
Oleh karena akad jual beli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya boleh
pula akad ijarah oleh manfaat.”(Kitab Al-Muhadzdzab Juz 1 Kitab Al-Ijarah Hal.
134)
1. Pengertian Akad Ijarah
Ijarah secara etimologi adalah masdar dari kata ajara-ya’jiru, yaitu upah
yang diberikan sebagai kompensasi sebuah pekerjaan. Al-ajru berarti upah atau
imbalan sebuah pekerjaan. Al-ajru makna dasarnya adalah pengganti, baik yang
bersifat materi maupun immateri.35
Ijarah menurut bahasa berasal dari kata ajara yang berarti mempekerjakan,
memberi upah dan menyewakan, dan dapat juga diartikan pengganti dan pahala.
Sedangkan sebutan al-ijarah adalah nama atau bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak atau menjual
jasa perhotelan dan lain-lain. Atau sering juga disebut upah mengupah, walau
secara operasional berbeda, upah biasanya dipergunkan untuk tenaga, dan sewa
dipakai untuk benda.36
34 M. Abduh Khalid, Workshop Akad Pembiayaan Bank Syariah Bagi BPRS, Kompartemen
BPRS ASBISINDOX (Asosiasi Bank Syariah Indonesia) DPW Provinsi Lampung
35 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (STAIN Jurai Siwo Metro: Kaukaba
Dipantara, 2014), h. 85
36Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan, h.136
18
Sedangkan pengertian ijarah secara terminologi, menurut Ulama Hanafiyah
adalah “transaksi terhadap sesuatu manfaat dengan imblan”. Ulama Syafi‟iyah
mendefinisikannya dengan “transaksi terhadap sesuatu manfaat yang dituju
tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu”.
Sedangkan Ulama Malikiyah membuat definisi ijarah adalah “pemilikan manfaat
sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan”.37
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian ijarah
adalah pemanfaatan sesuatu yang diperbolehkan dalam waktu tertentu dengan
imbalan. Jika yang dimanfaatkan itu berupa tenaga maka imbalannya adalah upah,
dan jika yang dimanfaatkan berupa benda maka imbalannya dalah sewa.38
Ada dua jenis ijarah dalam hukum islam, yaitu:
a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang
mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang
dibayarkan disebut ujrah.
b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang
lain dengan imbalan biaya sewa.39
2. Pengertian Multijasa
Ijarah atas jasa adalah ijarah dimana obyek ijarahnya adalah manfaat yang
bukan berasal dari asset terwujud. Transaksi atas jasa dikenal dengan istilah
37 Ibid., h. 136
38
Ibid., h.137
39
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 99
19
multijasa. Pembiayaan multijasa dalam lembaga keuangan syariah merupakan
salah satu pembiayaan yang sangat penting. Hal ini terkait dengan fungsi ekonomi
ekonomi syariah adalah menggerakan sektor riil yang ada di masyarakat. Dengan
pembiayaan multijasa memudahkan LKS untuk memberikan berbagai macam
pembiayaan kepada pelaku usaha, khususnya adalah pelaku usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) yang selama ini bergerak dalam bidang multijasa.40
Pembiayaan ijarah multijasa adalah pembiayaan dimana bank syariah
memberikan pembiayaan kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu
jasa. Dalam pembiayaan ijarah multijasa tersebut bank syariah dapat memperoleh
imbalan jasa/ujrah atau fee. Besarnya uang ujrah atau fee harus disepakati di awal
dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam presentase.41
Dalam arti lain pembiayaan al-ijarah multijasa merupakan akad antara bank
sebagai pihak yang menyediakan fasilitas pembiayaan yang dapat diambil
manfaatnya oleh nasabah dalam jasa keuangan. Pembiayaan ijarah multijasa
untuk keperluan antara lain dalam bentuk jasa pelayanan pendidikan, kesehatan
ketenagakerjaan, umrah dan pariwisata.42
a. Fatwa DSN-MUI Tentang Pembiayaan Multijasa
Pembiayaan multijasa menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 tahun
1998 tentang perbankan adalah transaksi sewa menyewa dengan akad ijarah
terhadap jasa.
40 Djoko Muljono, Buku Pintar Akuntansi Perbankan Dan Lembaga Keuangan, (Yogyakarta:
Percetakan Andi OFFSET, 2015), h. 283
41
Abduh Khalid, Workshop Akad Pembiayaan Bank Syariah Bagi BPRS, Kompartemen BPRS
ASBISINDO (Asosiasi Bank Syariah Indonesia) DPW Provinsi Lampung, Tanggal 17-18 Maret
2018
42
Brosur PT BPRS Rajasa
20
Menurut fatwa DSN Nomor 44/DSN-MUI/VII/2004 Tentang pembiayaan
multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh LKS kepada nasabah dalam
memperoleh manfaat atas suatu jasa:
1) Bahwa salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan yang menjadi
kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multijasa.
2) Bahwa LKS perlu merespon kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan
jasa tersebut.
3) Bahwa dalam pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syariah
dewan syariah nasional MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang
pembiayaan multijasa untuk dijadikan pedoman.43
Pembiayaan multijasa ini di pandang perlu karena memberikan sewa atas
suatu jasa yang diberikan kepada masyarakat dengan prinsip syariah berbentuk
pembiayaan.
Substansi dari fatwa DSN Nomor 44/DSN-MUI/VII/2004 Tentang
pembiayaan multijasa adalah sebagai berikut :
Pertama: ketentuan umum
a. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad
ijarah atau kafalah.
b. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua
ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah.
43Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan.. h. 115
21
c. Dalam hal LKS menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua
ketentuan yang ada dalam fatwa kafalah .
d. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memberikan
imbalan jasa (ujrah) atau fee.
e. Besar ujrah atau fee harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal bukan dalam bentuk persentase.
Ketentuan ini sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI, pembiayaan
multijasa di perbolehkan dengan menggunakan 2 akad yaitu ijarah dan kafalah.
Besarnya ujrah harus di sepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk nominal
bukan presentase karena bentuk nominal lebih jelas dan pasti besarnya.
Kedua: penyelesaian perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
di antara kedua belah pihak, maka peenyelesainnya dilakukan melalui badan
arbitrase syariah setelah tidak tercapai kasepakatan melalui musyawarah.
Ketiga: ketentuan penutup
Fatwa berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.44
;
44 Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika Perkembangannya Di
Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), h. 127
22
b. Produk Multijasa
Berbagai produk multijasa pada perbankan syariah, antara lain:
1) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif merupakan pembiayaan yang diberikan kepada
masyarakat untuk kebutuhan jasa dengan agunan berupa fixed asset atau
kendaraan bermotor, selama jasa yang dimaksud tidak bertentangan dengan
Undang-Undang atau hukum yang berlaku, serta tidak termasuk kategori yang
diharamkan syariat Islam.
2) Pembiayaan Multijasa
Pembiayaan multijasa adalah produk pembiayaan yang memberikan
penyaluran dana dalam bentuk penggunaan untuk barang siap pakai maupun
kebutuhan serbaguna yang bersifat jasa atau manfaat yang dibutuhkan oleh
nasabah dengan akad kafalah atau ijarah.
Adapun berbagai produk multijasa anatara lain:
a) Pembiayaan pendidikan sesuai syariah adalah multijasa dengan fasilitas
pembayaran menggunakan konsep ijarah, dengan angsuran sewa sesuai
kemampuan nasabah yang telah disepakati sejak awal sampai akhir masa
pembiayaan, sehingga memberikan ketenanga dan kepastian jumlah pembayaran
(angsuran) sewa bagi nasabah.
b) Pembiayaan haji dan umrah adalah multijasa untuk membiayai kebuthan
nasabah dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa. Pembiayaan multijasa
23
digunakan untuk tujuan biaya perjalan ibadah haji, biaya perjalan ibadah umrah,
biaya kesehatan, biaya pendidikan, dan membiayai jasa-jasa liannya yang halal.45
3) Akad Pada Multijasa
a) Ijarah
Apabila multijasa menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua
ketentuan ijarah. Dalam pembiayaan ijarah bank memperoleh fee dari imbalan
jasa (ujrah) sesuai dengan kesepaatan awal yang dinyatakan dalam bentuk
nominal bukan presentase.
Mekanisme pembiayaan multijasa atas dasar akad ijarah adalah:
1) Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi/ijarah
dengan nasabah.
2) Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan objek
sewa yang dipesan nasabah.
3) Pengembalian atas penyediaan dana bank tidak dapat dilakukan dalam
bentuk piutang maupun dalam utang.
b) Kafalah
Apabila multijasa menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua
ketentuan yang ada dalam fatwa kafalah. Pada akad kafalah dalam rangka
menjalankan usahanya seseorang sering memerlukan pinjaman dari pihaka lain,
45Djoko Muljono, Buku Pintar Akuntansi Perbankan Dan Lembaga Keuangan, (Yogyakarta:
Percetakan Andi OFFSET, 2015), h. 283
24
yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiaban pihak kedua atau yang ditanggung.46
4) Fungsi Pembiayaan Multijasa
Fungsi pembiayaan multijasa sendiri bagi bank adalah sebagai salah satu
bentuk penyaluran dana dalam rangka memberikan pelayanan jasa bagi nasabah
bank mendapatkan pendapatan dari jasa yang diberikan dalam bentuk ujrah atau
fee.47
Bagi nasabah memperoleh pemenuhan jasa-jasa tertentu seperti pendidikan
dan kesehatan dan jasa lainnya yang dibenarkan oleh syariah, serta mempermudah
masyarakat muslim khususnya untuk mendapatkan pembiayaan untuk keperluan
yang dibutuhkan.48
C. Pembiayaan Porsi Haji
1. Pengertian Haji
Ibadah haji termasuk ibadah pokok yang menjadi salah satu rukun Islam yang
lima. Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari Bahasa Arab berarti
“bersengaja”.49
Menurut bahasa, haji berasal dari bahasa Arab al-hajj berarti ziarah atau
berkunjung. Menurut istilah syara‟ haji adalah berziarah (berkunjung) ke Ka‟bah
di Mekkah al-Mukaramah untuk beribadah kepada Allah SWT dengan melakukan
46 Ibid., h. 282
47 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 58
48 Ibid., h. 58
49
Amir Syariffudin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2003), h. 58-
59
25
ihram, thawaf, sa‟i, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, melontar
jumrah dan tahalul.50
Semetara waktu tertentunya adalah bulan Syawal, Dzul Qa‟dah dan 10 hari
pertama Dzulhijjah, inilah waktu haji secara global, merujuk pada Firman Allah:
“(musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.” (QS. Al-Baqarah (2):
197). Adapun waktu khusus setiap perilaku haji memiliki waktu yang utama dan
makruh dilaksanakan sebelum bulan-bulannya.51
Haji merupakan Rukun Islam
yang ke lima, haji wajib dikerjakan oleh orang mampu untuk melaksanakan
ibadah haji. Pembiaayaan porsi haji dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang
ingin mengerjakan ibadah haji dengan cepat dan mudah. Karena pembiayaan ini
dapat diansur setiap bulan.
2. Hukum Haji
Haji merupakan salah satu dari kelima rukun islam dan kewajiban yang
tergolong al-ma’lum ad-dinbi adh-dharurah. Sehingga barang siapa yang
mengingkari kewajibannya, maka ia telah kafir dan murtad dari Islam. Kewajiban
hukum haji ditetapkan dengan Al-quran, al-hadis dan ijma‟.
a. Al-Quran
ن ما يل وا بل ايهل سا لاعا ا تاطا نل اس ج البايتل ما ل عالا النهاسل حل ه للل وا
يا امل ال عانل العا ا غانل نه اللهكافارا فاا
50 Ahmad Kartono dan Samidi Hasan, Ibadah Haji Perempuan Menurut Para Ulama Fikih,
(Jakarta: Siraja Prenada Media Group, 2003), h.13
51
Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika Perkembangannya
Diindonesia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016), h. 482
26
“mengerjakan haji merupakan kewajiban hamba terhadap Allah, yaitu bagi yang
mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkarinya,
maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.” (Q.S. Ali Imran: 97)52
b. Al-Hadis
Rasulullah bersabda, “Islam itu didirikan atas lima perkara, yaitu bersaksi
bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad
adalah Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa pada bulan
ramadhan, menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mapu melakukannya.”
(Muttafaqun Alaih).
c. Ijma‟
Semua ulama sepakat mewajibkan haji ini. Haji yang wajib dilakukan hanya
sesekali seumur hidup. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya: “haji yang
wajib itu hanya sekali. Barang siapa melakukan lebih dari sekali, maka yang
selanjutnya merupakan haji sunnah”. (H.R. Abu Dawud, Ahmad dan Al-Hakim).53
Hukum ibadah haji ini wajib bagi seorang muslim yang mampu untuk
mengerjakannya, apabila seorang muslim mampu tetapi tidak mengerjakan ibadah
haji maka ia termasuk orang yang kafir dan murtad dari agamanya dan akan
mendapatkan dosa besar baginya.
3. Pembiayaan Pengurusan Porsi Ibadah Haji
52 Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah
Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, Dan Haji, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 483
53
Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqih Wanita Eds. Lengkap, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2008), h. 324-325
27
Pembiayaan pengurusan porsi ibadah haji yaitu pembiayaan kepada nasabah
yang digunakan untuk pemenuhan pembayaran setoran awal untuk mendapatkan
porsi keberangkatan haji dimana jumlah setoran awal ini merupakan bagian dari
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) yang ditentukan oleh pemerintah.54
Besarnya biaya setoran awal adalah sebesar Rp. 25 juta rupiah.
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) adalah sejumlah dana yang harus
dibayar oleh nasabah yang akan menunaikan ibadah haji. Berdasarkan Peraturan
Menteri Agama No. 6 Tahun 2010 tentang prosedur dan persyaratan pendaftaran
haji telah ditetapkan pada pasal 5 ayat 1 point d bahwa pembayaran setoran awal
BPIH ke rekening menteri agama sebesar Rp. 25 juta rupiah.55
Persyaratan pengajuan pembiayaan porsi haji antara lain:
a. Fotokopi pemohon dan pasangan (3 lembar)
b. Fotokopi kartu keluarga dan surat nikah (bila sudah menikah) atau surat
cerai.
c. Slip gaji terbaru atau surat keterangan penghasilan terakhir
d. Mengisi aplikasi permohonan pembiayaan.
e. Surat persetujuan dan kuasa dari pasangan56
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah
1. Sejarah PT BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah
54 https://bprshlk.co.id
55
http://perjalananumroh.com/bpih-dan-porsi-ibadah-haji/
56
Brosur pembiayaan porsi haji PT BPRS Rajasa Lampung Tengah
28
Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Rajasa Lampung Tengah yang
awal berdirinya masih berupa Perusahaan Daerah (PD) diresmikan pada tanggal
31 Juli 2008 oleh Bapak Bupati Lampung Tengah H. Mudiyanto Thoyib
berdasarkan izin BI tanggal 26 Juli 2008. Berdasarkan Perda No. 7 tanggal 21
Mei 2007, BPR Syariah Rajasa merupakan perusahaan milik pemerintah Daerah
Kabupaten Lampung Tengah dengan anggaran modal dasar dari pemerintah
daerah sebesar 10 M.57
Berdasadarkan Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008,
BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah harus berbadan hukum Perseroan Terbatas.
Berdasarkan Akta Notaris Lukman Suheru, SH Nomor 41 tanggal 29 Maret 2010
dan pengesahan Menteri Hukum Hak Asasi Nomor AHU- 32708. AH,01,01,
Tanggal 29 Mei 2010, BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah dengan modal dasar
pemerintah Daerah sekecil-kecilnya 10 M atau 80% dan modal pihak ke 3
sebesar-besarnya 20% atau 2 M.58
2. Visi Dan Misi BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah
b. Visi BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah
Menjadikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Rajasa Lampung
Tengah menjadi bank yang sehat, kuat, produktif, serta fokus pada penyedian
layanan jasa keuangan kepada UMKM dan masyarakat Lampung Tengah dengan
57http://bprsyariahrajasa.co.id/product/view/4
58http://bprsyariahrajasa.co.id/product/view/4
29
mengedepankan amanah, kejujuran, dan kehati-hatian profesionalisme menuju
masyarakat madani.59
c. Misi BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah
1) Melakukan sosialisasi dan edukasi kegiatan perbankan dengan sistem
ekonomi Islam.
2) Menumbuh kembangkan rasa memiliki umat terhadap perbankan syariah
3) Menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi umat dengan mengoptimalkan
potensi usaha kecil dan menengah.
4) Menciptakan kemitraan dalam bermuamalah yang amanah, jujur, kehati-
hatian dan profesional.60
3. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi PT. BPRS Rajasa Lampung Tengah adalah
sebagai berikut:61
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. BPRS Rajasa Lampung Tengah
59 Ibid.,
60 Ibid.,
61 Arsip PT. BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah Tahun 2018
30
Struktur Organisasi PT. BPRS Rajasa Lampung Tengah
REM
EDIA
L
SOLI
HU
N
Me
nge
tah
ui,
D
ibu
at,
Sofi
an, S
E /
He
rwan
to, S
HK
iki G
anti
ni,
SP
Dir
eks
iP
ERSO
NA
LIA
AU
DIT
INTE
RN
AL
AB
DU
L G
AN
I
DH
AR
MA
BA
YU L
.
M. I
SNA
INI
OFF
ICE
BO
YSE
CU
RIT
Y
MA
DR
OW
IFI
RD
AU
S
SILV
IA K
ISW
AN
TO
WA
HYU
PU
RN
OM
O
EKA
RA
MA
DH
AN
IA
AN
FEB
RIY
AN
TOLI
STYA
PR
IMA
DA
NA
AH
MA
D K
HU
SAER
I
AK
UN
TIN
GIT
TELL
ER -
CS
FIR
MA
NSY
AH
RIN
I SEP
TIA
NI I
ND
RA
AA
N F
EBR
IYA
NTO
AN
ITA
FIT
RI N
.K
IKI G
AN
TIN
IR
ENI S
AFI
TRI
MA
RK
ETIN
G /
AO
AD
M. P
EMB
IAY
AA
NLE
GA
L O
FFIC
ERTE
LLER
PER
SON
ALI
AC
S /
UM
UM
PEM
BIA
YA
AN
OP
ERA
SIO
NA
LK
AN
TOR
KA
S
YEN
IATI
, SE
KIK
I GA
NTI
NI
TR
I WIJ
AYA
TMO
KEP
ALA
BA
GIA
NK
EPA
LA B
AG
IAN
KEP
ALA
H
ERW
AN
TO, S
H
Hi.
Agu
s H
am
id, S
.So
s
SYA
RIA
H
D
RS.
HI.
MU
HYI
DD
IN
DEW
AN
DIR
EKSI
SOFI
AN
, SE
Ab
ul A
ww
ali
Zu
ba
ir, S
E
SAM
IJO
, S.I
p
D
EWA
N K
OM
ISA
RIS
DEW
AN
PEN
GA
WA
S
BU
PA
TI/R
UP
S
Ir. H
i. M
UST
AFA
, MH
31
Struktur Organisasi PT. BPRS Rajasa Lampung Tengah:62
a. Dewan Direksi : Sofian
: Herwanto
b. K.A Bag. Pembiayaan : Yeniati
c. K.A Bag. Operasional : Kiki Gantini
d. K.A Kantor Kas : Tri Wijayatmo
e. Audit Internal : Abdul Gani
f. Remedial : Solihun
g. Marketing/A.O : Firmansyah
: Ahmad Khusaeri
: Wahyu Purnomo
: M. Isnaini
: Dharma Bayu L.
: Silvia Kiswanto
h. Adm. Pembiayaan : Rini Septiani Indra
i. Legal Officer : Aan Febriyanto
j. Teller : Anita Fitri N.
: Listya Primadana
k. Personalia : Kiki Gantini
l. Cs/Umum : Reni Safitri
: Listya Primadana
m. Akunting : Eka Ramadhani
62 Dokumen Data SOP Struktur Organisasi Dan Karyawan Tahun 2018
32
n. IT : Aan Febriyanto
o. Office Boy : Madrowi
p. Security : Firdaus
4. Produk-Produk PT BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah
a. Produk Funding
1) Tabungan Wadiah Rajasa (Tawar)
Kelebihan dari Tabungan Wadiah Rajasa adalah:
a) Tabungan umum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Rajasa yang dapat
diambil setiap saat.
b) Setoran awal Rp. 50.000,- untuk setoran selanjutnya minimal Rp. 10.000,-
c) Diberikan bonus menarik disetiap bulannya
d) Untuk nominal tertentu, penarikan atau penyetoran dapat dijemput oleh
petugas bank.63
2) Tabungan Haji Rajasa (Tahara)
Kelebihan dari Tabungan Haji Rajasa adalah:
a) Membantu menyiapkan rencana keuangan agar dapat menunaikan ibadah
haji.
b) Dapat diambil setelah dana cukup terkumpul untuk mendapatkan kepastian
jatah tempat (seat) naik haji.
63Brosur PT. BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah
33
c) Maksimal pengambilan 3 bulan sekali atau apabila saldo anda telah
melebihi Rp. 10.000.000,-
d) Diberikan bagi hasil yang sangat menguntungkan.64
3) Tabungan Qurban Rajasa (Taqur)
Kelebihan dari produk Tabungan Qurban Rajasa adalah:
a) Membantu merencanakan untuk berqurban.
b) Diambil setiap tahun sekali (saat akan berqurban), yaitu 1 bulan atau 1
minggu sebelum Hari Raya Idhul Adha.
c) Diberikan bagi hasil yang sangat menguntungkan.65
4) Tabungan Siswa Rajasa (Tasira)
Kelebihan dari produk Tabungan Siswa Rajasa adalah:
a) Membantu merencanakan biaya pendidikan siswa-siswi anda agar lancar
hingga selesainya masa pendidikan
b) Dapat ditarik setiap 6 bulan sekali atau setiap akhir semester.
c) Diberikan bagi hasil yang sangat menguntungkan disertai hadiah peralatan
sekolah menarik.66
5) Tabungan Arisan Rajasa (Tarisa)
Kelebihan dari Produk Tabungan Arisan Rajasa adalah:
64 Ibid.,
65 Ibid.,
66 Ibid.,
34
a) Memudahkan pengendalian alokasi uang dalam kelompok arisan, dengan
saldo mengendap minimal sebesar Rp. 1.000.000,-
b) Dapat diambil sesuai dengan periode pengambilan arisan
c) Diberikan bagi hasil yang sangat mengutungkan.67
6) Deposito Rajasa
a) Merupakan penempatan dana berjangka dengan jangka waktu 3, 6, dan 12
bulan.
b) Investasi disalurkan untuk usaha produktif yang halal.
c) Mendapatkan bagi hasil yang sangat menarik.
d) Untuk nominal tertentu mendapat hadiah langsung.68
b. Produk Lending
1) Pembiayaan sertifikasi guru
Pembiayaan penyediaan dana yang diperuntukkan untuk anda berprofesi
sebagai guru baik PNS maupun Honor diseluruh wilayah Lampung yang memiliki
sertifikasi pendidik dari pemerintah yang berwenang. Pembiayaan ini dapat
dilakukan dengan akad al murabahah dan multijasa sesuai dengan tujuan
penggunaan anda.69
2) Pembiayaan Sisa Gaji PNS
67 Ibid.,
68 Ibid.,
69 http://bprsyariahrajasa.co.id/product/view/4 Diunduh Pada 9 Januari 2019 Pukul 19:28
35
Pembiayaan penyediaan dana yang diperuntukkan untuk nasabah yang
berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil di Pemerintahan Daerah Kabupaten
Lampung Tengah dan terlebih dahulu dilakukan MOU kerjasama dengan
Bendahara Gaji oleh Dinas terkait. Pembiayaan ini dapat dilakukan dengan Akad
al Murabahah dan Multijasa sesuai dengan tujuan penggunaan.70
3) Pembiayaan Pengurusan Porsi Ibadah Haji
Pembiayaan penyediaan dana untuk pemesanan seat atau kursi pemberangkatan
ibadah haji diperuntukan untuk nasabah yang ingin melakukan ibadah haji dengan
mana dan berkah. Pembiayaan ini dapat dilakukan dengan Akad Multijasa dan
Qord.71
4) Pembiayaan Sektor Usaha Mikro Dan Kecil Rajasa
Pembiayaan penyediaan dana yang diperuntukkan untuk nasabah yang
mempunyai usaha mikro maupun kecil baik dalam sektor pertanian, perdagaangan
perkebunan maupun konsumsidll. Pembiayaan ini dapat dilakukan dengan Akad
al Murabahah, Multijasa, dan Musyarakah sesaui dengan tujuan penggunaan
nasabah.72
c. Produk Jasa Pelayanan Penyaluran Pembiayaan
Produk-produk jasa pelayanan penyaluran pembiayaan dilakukan dengan
mengeluarkan produk pembiayaan berupa:
70 Ibid.,
71
Ibid.,
72
Ibid.,
36
1) Al-Murabahah
Fasilitas penyediaan investasi dengan sistem jual beli. Bank akan memberikan
barang-barang halal yang dibutuhkan nasabah kemudian menjualnya untuk
diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah.73
2) Al-Qardh
Pinjam meminjam uang yang dibayar atau ditagih kembali sebesar sejumlah
pokok pinjaman tanpa memperjanjikan imbalan apapun dari penerima pinjaman
kepada pemberi pinjaman.74
3) Al-Ijarah
Sewa menyewa atas barang tertentu antara bank dan nasabah untuk jangka waktu
tertentu dengan harga yang telah disepakati. Di akhir masa sewa, barang dapat
nasabah miliki tergantung pada kesepakatan diawal.75
4) Al-Ijarah Multijasa
Pada prinsipnya sama dengan ijarah hanya saja dalam ijarah multijasa
menyewakan jasa yang berifat konsumsi. Contohnya biaya pendidikan, biaya
kesehatan dan lain-lain.76
5) Al-Musyarakah
Kerjasama yang dilakukan antara nasabah dan bank dalam suatu kegiatan proyek
atau usaha. Masing-masing pihak berdasrkan kesepakatan menyertakan investasi
atau modal dalam jumlah tertentu guna memberikan kontribusi pada proyekatau
73 Ibid.,
74 Ibid.,
75 Ibid.,
76 Ibid.,
37
usaha tersebut. Bagi hasil proyek atau usaha diberikan secara proporsional sesuai
penyertaan modal sesuai dengan kesepakatan.77
B. Implementasi Akad Ijarah Multijasa Untuk Pembiayaan Porsi Haji
Pada PT BPR Syariah Rajasa Lampung Tengah
1. Pembiayaan Porsi Haji Prosedur dan Persyaratannya
Pembiayaan pengurusan porsi ibadah haji yaitu pembiayaan penyediaan dana
untuk pemesanan seat atau kursi pemberangkatan ibadah haji diperuntukan untuk
nasabah yang ingin melakuan ibadah haji dengan aman dan berkah. Pembiayaan
ini dapat dilakukan dengan Akad Multijasa dan Qord.78
Untuk pembiayaan ini
bisa menggunakan dua akad, Tetapi dalam tugas akhir ini peneliti menggunakan
akad ijarah multijasa sebagai akad pembiayaannya.
Produk pembiayaan porsi haji ini masih tergolong sangat baru di BPRS
Rajasa. Pembiayaan ini pertama dibuka sejak Agustus 2017. Maka nasabahnya
pun masih sangat sedikit dibandingkan dengan produk-produk bank yang lain.
Nasabah porsi haji ini lebih kurang sekitar 50 orang nasabah.79
Pembiayaan porsi haji ini BPRS Rajasa memberikan dana talangan sebesar
Rp.25.000.000,- sebagai sewa kepada nasabah. Lalu bank syariah akan
mengambil ujrah sebesar 10% dari dana talangan yang diberikan kepada nasabah,
dan setiap bulannya nasabah akan mengangsur pokoknya sebesar 10%.80
Prosedur untuk mendapatkan porsi ibadah haji adalah:
77 Ibid.,
78 http://bprsyariahrajasa.co.id/product/view/4
79 Wawancara Dengan Aan Febrianto Selaku Legal Officer 10 Juli 2018 Pukul 10:30 WIB
80 Wawancara Dengan Wahyu Purnomo Selaku Marketing 10 Juli 2018 pukul 10:12 WIB
38
a. Calon jamaah pembiayaan porsi haji harus membuka rekening tabungan
terlebih dahulu. Besarnya jumlah tabungan awal bisa berapa saja. Lalu nasabah
akan menabung setiap bulannya hingga tabungan mencapai Rp. 25 juta rupiah.
Dengan catatan jika nasabah belum bisa mencapai tabungan sebesar 25 juta rupiah
tetapi nasbah sudah ingin mendaftarkan haji maka jumlah kekurangannya bisa
ditalangi terlebih dahulu oleh Bank sampai nasabah mendapat nomor porsi haji.
Lalu nasabah akan mengangsur dana talangannya setiap bulan ke BPRS Rajasa.
b. Selanjutnya BPRS Rajasa akan mendaftarkan nasabah pembiayaan porsi
haji ke Bank Muamalat. Bank Muamalat yang akan mengurus nasabah calon haji
untuk di proses ke kemenag.81
Persyaratan pengajuan pembiayaan porsi haji antara lain:
a. Fotokopi pemohon dan pasangan (3 lembar)
b. Fotokopi kartu keluarga dan surat nikah (bila sudah menikah) atau surat
cerai.
c. Slip gaji terbaru atau surat keterangan penghasilan terakhir
d. Mengisi aplikasi permohonan pembiayaan.
e. Surat persetujuan dan kuasa dari pasangan82
Jaminan yang harus diberikan oleh nasabah pembiayaan porsi haji Sertifikat
Tanah Dan Bangunan.83
81 Wawancara Dengan Silvia Kiswanto Selaku Marketing 10 Januari 2019 Pukul 10:45 WIB
82
Brosur pembiayaan porsi haji PT BPRS Rajasa Lampung Tengah
83
Wawancara Dengan Aan Febrianto Selaku Legal Officer 10 Juli 2018 Pukul 10:30 WIB
39
2. Implementasi Pembiayaan Akad Ijarah Multijasa Untuk Pembiayaan
Porsi Haji
Untuk mengetahui penerapan atau implementasi pembiayaan akad ijarah
multijasa untuk pembiayaan porsi haji pada PT BPRS Rajasa Lampung Tengah,
maka harus diketahui terlebih dahulu tentang pembiayan akad ijarah multijasa.
Karena akad ijarah multijasa merupakan akad yang digunakan untuk pembiayaan
porsi haji tersebut.
Pembiayaan ijarah multijasa adalah pembiayaan dimana bank syariah
memberikan pembiayaan kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu
jasa. Dalam pembiayaan ijarah multijasa tersebut bank syariah dapat memperoleh
imbalan jasa/ujrah atau fee. Besarnya uang ujrah atau fee harus disepakati di awal
dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam presentase.84
Untuk mendapatkan porsi haji, seorang jamaah calon haji harus mendaftarkan
diri dan menyetorkan dana porsi haji. Calon jamaah haji harus membuka rekening
sebesar Rp. 500 ribu rupiah, lalu bank syariah akan memberikan dana sebesar Rp.
25 juta rupiah ke Kemenag. Pembiayaan ini dapat diangsur dengan jangka waktu
1-3 tahun. Artinya calon jamaah haji memiliki kesempatan untuk menyisihkan
sebagian rejeki, untuk mengangsur dan menabung untuk melunasi ONH/Biaya
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).
Artinya calon jamaah haji memeiliki kesempatan untuk menyisihkan sebagian
rejeki, untuk mengangsur dan menabung untuk melunasi ONH/Biaya Perjalanan
Ibadah Haji (BPIH).
84 Abduh Khalid, Workshop Akad Pembiayaan Bank Syariah Bagi BPRS, Kompartemen BPRS
ASBISINDO (Asosiasi Bank Syariah Indonesia) DPW Provinsi Lampung, Tanggal 17-18 Maret
2018
40
Sebagai jasa pengurusan tersebut, calon jamaah haji membayar ujrah (upah)
atau yang sering disebut dengan fee kepada bank syariah sebesar 10%.
Plafon pembiayaan porsi haji ini mulai dari Rp. 15 juta sampai dengan Rp. 25
juta rupiah. Dengan jangka waktu angsuran selama 12 bulan, 24 bulan sampai
dengan 36 bulan. Dengan ujrah sebesar 10% dari pembiayaan. Besarnya ujrah
sudah ditentukan oleh kementrian agama. Karena di dalam bank syariah ujrah
harus dsepakati diawal dan dalam bentuk nominal bukan menggunakan persen
persentase maka untuk menghitung ujrah dalam bentuk nominal adalah sebagai
berikut:
Rumus ujrah:
Besar Angsuran x Lama Angsuran : 10%
Contoh:
Keuntungan pertahun
2.306.200 x 12 = 28.322.400 – 25.000.000
= 3.322.400 (ujrah/tahun yang didapat oleh bank)
Keuntungan perbulan
Hasil keuntungan : 12 bulan
3.322.400 : 12 = 276.866,7 (ujrah/bulan yang didapat oleh bank)
41
Contoh diatas merupakan perhitungan dalam jangka waktu pembiayaan 1
tahun atau 12 bulan. Jika pembiayaan yang diajukan jangka waktunya lebih dari 1
tahun maka ujrah yang diperoleh oleh bank syariah akan semakin besar. Selain
ujrah, ada biaya administrasi lain yaitu biaya buka rekening tabungan, biaya
materai, dan biaya administrasi.
Dalam arti lain pembiayaan al-ijarah multijasa merupakan akad antara bank
sebagai pihak yang menyediakan fasilitas pembiayaan yang dapat diambil
manfaatnya oleh nasabah dalam jasa keuangan.
Selanjutnya akad ijarah multijasa untuk pembiayaan porsi haji dapat
diimplementaikan dengan prinsip 5C yaitu:
a. Charakter
Character atau sifat nasabah, bank harus mengetahui bagaimana sifat dari
calon nasabah yang akan mengajukan pembiayaan porsi haji ini. Apakah calon
nasabah ini baik dan bisa bertanggung jawab atas kewajibannya untuk membayar
dana pinjaman pada bank syariah.
b. Capacity
Capacity atau kapasitas nasabah itu sendiri bagaimana. Apakah calon nasabah
ini bisa memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu yang sudah ditetapkan oleh
bank untuk membayar angsuran porsi haji.
c. Capital
Capital atau modal dari nasabah untuk mengajukan pemiayaan porsi haji ini
apakah sudah sesuai dengan prosedur atau belum sesuai. Jika belum sesuai maka
42
bank akan memberikan dana talangan untuk memenuhi pembiayaan porsi
hajinyang nasabah ajukan kepada bank syariah.
d. Collateral
Collateral atau jaminan yang diberikan oleh calon nasabah pembiyaan porsi
haji. Jaminan yang harus diberikan adalah seperti Kartu Keluarga, buku
nikah/surat cerai (jika bercerai), tabungan di Bank Muamalat, Surat Pendaftaran
Pergi Haji (SPPH)85
e. Condition Of Economy
Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian nasabah. Apakah sudah
memadahi atau belum. Jika kondisi nasabah kurang memungkinkan untuk
mengajukan pembiayaan porsi haji maka bank akan membatalkan pembiayaan
yang diajukan oleh nasabah.
Kamudian dalam hal pembiayaan multijasa di mana pembiayaan diberikan
oleh bank kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa,
menggunakan akad ijarah maka:
a. Ketentuan yang berlaku dalam pembiayaan atas dasar ijarah berlaku pula
pada pembiayaan multijasa dengan menggunakan akad ijarah;
b. Bank memperoleh sewa atas transaksi multijasa berupa imbalan (ujrah);
85 Wawancara Dengan Aan Febrianto Selaku Legal Officer 10 Juli 2018 Pukul 10:30 WIB
43
c. Besarnya imbalan (ujrah) harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal yang tetap.86
3. Analisis Akad Ijarah Multijasa Untuk Pembiayaan Porsi Haji Pada
PT BPRS Rajasa Lampung Tengah
Analisis penerapan Pembiayaan akad multijasa pada PT BPRS Rajasa
Lampung Tengah sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan
multijasa. Menurut fatwa DSN Nomor 44/DSN-MUI/VII/2004 Tentang
pembiayaan multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh LKS kepada
nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa:
a. Bahwa salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan yang menjadi
kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multijasa. Karena dalam pembiayaan
multijasa nasabah mendapatkan sewa manfaat atas suatu jasa yang diberikan oleh
PT BPRS Rajasa Lampung Tengah seperti pembiayaan porsi haji yang
menggunakan akd ijarah multijasa untuk penerapan akadnya.
b. Bahwa LKS perlu merespon kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan
jasa tersebut. Bank syariah perlu memberikan respon positif kepada nasabah
apabila nasabah mengajukan pembiayaan menggunakan prinsip ijarah multijasa,
karena yang diberikan adalah manfaat atas suatu jasa yang diberikan oleh bank
syariah kepada nasabah.
86 Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika Perkembangannya
Diindonesia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016), h. 129
44
c. Bahwa dalam pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syariah
Dewan Syariah Nasional MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang
pembiayaan multijasa untuk dijadikan pedoman.
Pada PT BPRS Rajasa Lampung Tengah pembiayaan multijasa sering
digunakan untuk akad pembiayaan salah satunya pembiayaan porsi haji. Bank
juga perlu merespon kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan akad tersebut
karena akad multijasa memberikan sewa atas suatu jasa kepada masyarakat sesuai
dengan prinsip syariah yang berbentuk pembiayaan.
Pembiayaan porsi haji pada PT BPRS Rajasa Lampung Tengah sudah sesuai
dengan fatwa DSN Nomor 44/DSN-MUI/VII/2004 Tentang pembiayaan multijasa
yang dimana pada PT BPRS Rajasa sudah menggunakan pembiayaan multijasa ini
untuk akad ijarah. Seperti pembiayaan porsi haji menggunakan akad ijarah
multijasa.
Akad ijarah di pembiayaan porsi haji ini berbeda teknisnya dengan sewa
objek. Secara akad sama, sama-sama mendapatkan ujrah dari pembiayaan ini.
Namun dalam pembiayaan porsi haji menggunakan akad sewa, objek sewa yang
digunakan adalah agunan atau jaminannya. Bank memberikan akomodasi tiket
dan porsi haji dengan mendapatkan ujrah atas sewa tiket.
Agunan yang harus diberikan oleh nasabah pembiayaan porsi haji adalah
sertifikat tanah dan bangunan asli milik nasabah itu sendiri. Secara teknis dengan
cara dicicil atau diangsur setiap bulannya oleh nasabah pembiayaan porsi haji.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan nasabah pembiayaan
porsi haji peneliti mendapatkan data bahwa pembiayaan porsi haji yang diberikan
45
oleh PT BPRS Rajasa Lampung Tengah prosesnya lebih mudah dan cepat,
angsuran yang diberikan ringan jadi tidak terlalu membebani nasabah, jangka
waktu angsurannya juga bisa disesuaikan seperti 1 tahun, 2 tahun atau 3 tahun.87
Untuk pembiayaan multijasa PT BPRS Rajasa juga mendapat imbalan jasa
berupa ujrah atau fee sebesar 10%. Besarnya ujrah juga harus disepakati di awal
dengan nasabah dan dinyatakan dalam bentuk nominal angka yang jelas bukan
persentase. Karena menggunakan angka yang jelas dapat menghindari riba dan
tidak merugikan nasabah nantinya. Jika dalam hitungan persentase besarnya ujrah
tidak jelas dan dapat berubah seperti dalam bank konvensional.
Jadi untuk pembiayaan ijarah multijasa pada PT BPRS Rajasa Lanpung
Tengah sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI. Yang dimana semua ketentuannya
sudah diterapkan pada PT BPRS Rajasa Lampung Tengah. Semua ketentuan yang
sudah ditetapkan pada bank syariah ini memungkinkan kemungkinan kecil untuk
terjadinya kecurangan atau riba karena semua ketentuannya sudah sesuai fatwa
DSN-MUI.
Menganalisis calon nasabah sebelum memberikan pembiayaan juga perlu
dilakukan oleh bank syariah karena untuk menghindari terjadinya pembiayaan
macet yang sering terjadi pada bank-bank syariah. Menganalisis calon nasabah
dapat dilakukan dengan prinsip 5C, yaitu character, capacity, capital, colleteral,
dan condition of economy.
a. Character, merupakan karakter atau prilaku calon nasabah. Yang dimana
bank biasanya akan melihat sifat atau sikap si calon nasabah, yang dimana
87Wawancara Dengan Bapak Muhammad Usman Selaku Nasabah Pembiayaan Porsi Haji 18
Desember 2018 Pukul 11.45 WIB
46
perilaku ini bisa dilihat apakah calon nasabah ini amanah untuk diberikan
pembiayaan. Bank biasanya akan menanyakan kepada tetangga atau orang
terdekat dari calon nasabah apakah si calon nasabah ini sebelumnya pernah
mengalami pembiayaan macet atau tidak.
b. Capacity, merupakan kapasitas keuangan calon nasabah. Yang dimana
dilihat dari pekerjaan calon nasabah apakah gajinya sudah mencukupi untuk
membayar pinjaman dana yang sudah diberikan oleh bank syariah. Jika hasil dari
pekerjaannya kurang mencukupi maka bank akan mempertimbangkan kembali
untuk memberikan pembiayaan. Maka untuk memperjelas biasanya bank akan
menanyakan dahulu pekerjaan si calon nasabah dan apakah gajinya sudah
mencukupi.
c. Capital, merupakan modal. Modal ini biasanya dilihat pada nasabah
pembiayaan yang akan mengajukan pinjaman untuk modal usaha.
d. Colleteral, merupakan jaminan. Bank akan melihat jaminan yang
diberikan oleh calon nasabah sebelum memberikan pembiayaan, yang dimana
jaminan yang diberikan sudah sesuai atau mencukupi untuk diberikan
pembiayaan. Jaminan yang diberikan pun harus sesuai dengan besarnya
pembiayaan yang diajukan kepada bank semakin besar pembiayaan maka akan
semakin besar atau semakin banayk pula jaminan yang harus diberikan.
e. Condition of economy, merupakan kondisi ekonomi dari calon nasabah.
Karena bank perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi calon nasabah sebelum
memberikan pembiayaan. Jika kondisi ekonomi sudah memungkinkan untuk
diberikan pembiayaan maka bank akan memberikan pembiayaan dan sebaliknya.
47
Biasanya untuk kondisi ekonomi ini bank akan melakukan survey ke rumah calon
nasabah untuk melihat bagaimana keadaan dan kondisi calon nasabah .
48
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian yang dilakukan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa di PT BPRS Rajasa Lampung Tengah implementasi akad
ijarah multijasa untuk pembiayaan porsi haji menggunakan prinsip 5 C. Yaitu
character, capacity, capital, collateral dan condition of economy. Yang dimana
prinsip ini digunakan untuk menganalisa calon nasabah.
Implementasi akad ijarah multijasa untuk pembiayaan haji juga sudah sesuai
dengan fatwa DSN Nomor 44/DSN-MUI/VII/2004 tentang pembiayaan multijasa
dengan ketentuan pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan
menggunakan akad ijarah atau kafalah, akad yang digunakan untuk pembiayaan
harus mengikuti ketentuan fatwa dari akad yang digunakan, bank syariah
memberikan imbalan jasa (ujrah) atau fee (sebesar 10%), besarnya ujrah harus
disepakati diawal dalam bentuk nominal bukan persentase.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap penerapan akad ijarah multijasa untuk
pembiayaan porsi haji di PT. BPRS Rajasa Lampung Tengah, maka peneliti
memberikan saran kepada PT. BPRS Rajasa Lampung Tengah dan peneliti lain
yang akan menjadikan penelitian ini sebagai rujukan.
1. Bagi PT. BPRS Rajasa Lampung Tengah
49
Selalu melakukan inovasi terhadap produk yang dikeluarkan agar dapat terus
menarik nasabah yang akan menjadi investor sehingga jumlah nasabah yang
bergabung akan semakin bertambah. Selama itu, harus lebih meningkatkan
edukasi kepada masyarakat untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman
tentang produk perbankan syariah.
2. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lainyang akan melakukan penelitian tentang implementasi akad
ijarah multijasa untuk pembiayaan porsi haji, hendaklah lebih mengembangkan
penelitiannya dalam mendeskripsikan penerapan akad yang dijalankan secara
efektif oleh suatu lembaga keuangan syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh Khalid. Workshop Akad Pembiayaan Bank Syariah Bagi BPRS
Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas. Fiqh Ibadah
Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, Dan Haji. Jakarta: AMZAH. 2009
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim. Fiqih Sunah Untuk Wanita. Jakarta: Al-
I‟tishom Cahaya Umat. 2007.
Ahmad Kartono dan Samidi Hasan. Ibadah Haji Perempuan Menurut Para
Ulama Fikih. Jakarta: Siraja Prenada Media Group. 2003
Akhmad Mujahidin. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2016
Amir Syariffudin. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media.
2003
Ascarya. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
2013
Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, Dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2005
Djoko Muljono, Buku Pintar Akuntansi Perbankan Dan Lembaga Keuangan,
Yogyakarta: Percetakan Andi OFFSET. 2015
Edi Susilo. Analisis Pembiayaa Dan Risiko Perbankan Syariah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2017
Heri Sudarsono. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.
2011
Imam Mustafa. Fiqih Muamalah Kontemporer. Stain Jurai Siwo Metro: Kaukaba
Dipantara. 2014
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011
Kamil Muhammad. Fiqih Wanita. Jakarta: Al-Kautsar. 2008
Kartini Kartono. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Bandung: Madar Maju. 1996
Khotibul Umam. Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika
Perkembangannya Diindonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2016
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Eds. Revisi. 2014
Muhammad Syafi‟i Antonio. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani. 2001.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers. 2015
Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kualitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2017
Sumadi Suryabrata. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Pres. 2014
Suraya Murcitaningrum. Pengantar Metodologi Penelitian Ekonomi Islam.
Yogyakarta: Prudent Media. 2013
Syaikh Kamil Muhammad. „Uwaidah, Fiqih Wanita Eds. Lengkap. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. 2008.
Zubairi Hasan. Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam
Dan Hukum Nasional. Jakarta: Rajawali Pers. 2009
http://bprsyariahrajasa.co.id/product/view/4
https://bprshlk.co.id
http://perjalananumroh.com/bpih-dan-porsi-ibadah-haji/