Tugas AKBM Vitamin 2

download Tugas AKBM Vitamin 2

of 14

Transcript of Tugas AKBM Vitamin 2

MAKALAH AKBMAnalisis Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin C dalam Buah Jeruk

Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. Wida Mujahidah Devita Hety Amanah Nurrina Dwi Larasati Agnes Dwi Aryani Bella Pertamasari Kelas A ( 3311091008 ) ( 3311091010 ) ( 3311091011 ) ( 3311091012 ) ( 3311091014 )

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi 2011

BAB I PENDAHULUAN

Istilah vitamine atau vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama Funk, yang percaya ahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu suatu amina yang vital, dan dari kata tersebut lahirlah vitamine dan yang kemudian menjadi vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan karbohidrat, protein, maupun lemak, dan terdapat dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting peranannya bagi bebrapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan serta pertumbuhan. Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin merupakan mikronutrien organik esensial. Nama vitamin pertama kali digunakan bagi mikronutrien organik spesifik yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit kekurangan gizi yang di sebut beri-beri, selain itu juga untuk mencegah terjadinya sariawan, dan lain sebagainya. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan

pangan yang dikonsumsi, terkecualian adalah vitamin D yang yang terdapat pada kulit yang dapat dibuat oleh kulit asalkan kulit mendapatkan kesempatan cukup terkena sinar matahari. Hampir semua vitamin yang kita kenal sekarang telah berhasil diidentifikasi sejak tahun 1930. Vitamin tersebut pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalaam dua golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam lemah meliputi vitamin A, D, E, dan K. Vitamin yang larut dalam air terdiri dari vitamin B dan vitamin C. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan. Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh beberapa peneliti. Asam askorbat (vitamin C) banyak diperlukan dalam metabolisme. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan ikat. Vitamin C membantu penyerapan zat besi dan membantu penyembuhan luka bakar atau luka lainnya. Seperti halnya vitamin E, Vitamin C juga merupakan antioksidan. Sumber vitamin C adalah buah sitrun, arbei, semangka, cabai, tomat, apel, jeruk, kol merah, kentang, dan sayursayuran yang berdaun hijau. Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman maupun

hewan, dan mudah dibuat secara sintetik dengan gula yang sangat murah. Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak. Di samping sangat mudah larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasidan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah. Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan kita masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan menyajikan mengenai caracara yang dapat digunakan untuk mendeteksi atau menguji baik secara kualitataif maupun kuantitatif kandungan vitamin C pada suatu bahan. Dalam hal ini, kami mengambil sampel bahan tersebut adalah buah jeruk, karena buah tersebut banyak ditemukan di masyarakat sekitar dan sering dikonsumsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Sifat Fisika dan KimiaAsam L-askorbat

Nama IUPAC : (5R)-[(1S)-1,2-dihidroksetil]-3,4-dihidroksifuran-2(5H)-on Nama lain : Vitamin C

Nomor CAS : [50-81-7] PubChem SMILES : 5785 : OC=1C(OC(=O)C=1O)[C@@H](O)CO

Rumus kimia : C6H8O6 Massa molar : 176,12 g/mol Bentuk Densitas Kelarutan : Padatan putih kekuningan : 1,65 g/cm3 : Dalam air 33 g/100 ml, etanol 2 g/100 ml, gliserol 1 g/100 ml, propilena glikol 5 g/100 ml, dalam [[{{{Solvent4}}}]] tak larut dalam dietil eter, kloroform, benzena, minyak, lemak

Keasaman pKa : 4,10 (pertama), 11,6 (kedua) MSDS LD50 : JT Baker : 11,9 g/kg (oral, tikus)

II.2. PemerianAsam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O6. Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190o. Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzena. Sebagai baku pembanding digunakan asam askorbat BPFI.

II.3. Cara IdentifikasiUntuk mengidentifikasi senyawa asam askorbat dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut : II.3.1. Secara Kualitatif A. Pemeriksaan pendahuluan 1. Organoleptis a. Bentuk : Hablur atau serbuk. b. Warna : Putih atau agak kuning. c. Rasa d. Bau 2. : Asam. : Tidak spesifik.

Reaksi warna a. Mereduksi kuat larutan Iod 0,1 N. b. Menghilangkan warna larutan dikhlorofenolindofenol. c. Zat dialkalikan dengan borat atau dengan Na2CO3 + 1 tetes FeSO4 ungu biru + asam berbuih, warna hilang. d. Zat + Ag amoniakal cermin perak. e. Larutan + NaOH + Cu asetat jingga. f. Larutan + Na-nitroprusida + NaOH kuning.

g. Larutan + Na-nitroprusida + HCl biru. h. Larutan + NaOH Merah, tidak berwarna merah bila dalam campuran. i. Dipijar Kuning j. Reaksi SZEST-GLYIRGYL Larutan dalam air + NaOH 0,1 N sampai asam lemah + 1 tetes FeSO4 Ungu. k. Reaksi LUFF Mereduksi (Zat + pereaksi Luff, panaskan di WB Cu2O ( merah bata)). Reaksi FEHLING Mereduksi (Zat + pereaksi Fehling A: Fehling B (1:1) + NaOH 2N ad alkalis, panaskan di WB Cu2O ( merah bata)). Reaksi BARFOED Mereduksi (3ml pereaksi Barfoed + 1 ml larutan sampel, panaskan di WB Cu2O ( merah bata)). Reaksi Cuprifil (Zat + NaOH ad alkalis + CuSO4 1% ungu biru ) B. Sisa Pemijaran Tidak lebih dari 0,1%. Gunakan metode I kecuali dinyatakan lain. a. Metode I Timbang seksama 1 g sampai 2 g zat, atau sejumlah seperti tertera pada masing-masing monografi, dalam krus yang sesuai, yang sebelumnya telah dipijarkan, didinginkan dan ditimbang. Mula-mula panaskan perlahan-lahan sampai zat mengarang sempurna, dinginkan, kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, basahkan sisa dengan 1 ml asam sulfat(P), panaskan hati-hati sampai tidak terbentuk asap putih, dan pijarkan pada 8000250 sampai arang habis terbakar, kecuali dinyatakan lain pada monografi. Dinginkan dalam desikator, timbang dan hitung persentase sisa. Jika jumlah sisa yang diperoleh lebih dari batas yang ditetapkan pada masing-masing monografi, basahkan lagi sisa dengan 1 ml asam sulfat (p), panaskan dan pijarkan

seperti di atas, hitunglah persentase sisa. Kecuali dinyatakan lain, lanjutkan pemijaran hingga bobot tetap. Lakukan pemijaran dalam lemari asam berventilasi baik, tetapi terlindung dari aliran udara, dan pada suhu serendah mungkin agar terjadi pembakaran karbon sempurna. Dapat digunakan tanur, terutama untuk pemijaran akhir pada 8000 250. Kalibrasi tanur dapat dilakukan menggunakan pengukur suhu digital yang sesuai dan kuartermokopel dikalibrasi terhadap termokopel baku. Periksa ketepatan pengukuran dan pengendalian sirkuit tanur dengan memeriksa posisi di dalam tanur pada suhu control yang ditetapkan untuk penggunaan. Pilih posisi letak zat yang sesuai dengan metode yang digunakan. Toleransi 250 pada setiap posisi yang diukur. b. Metode II Timbang seksama sejumlah zat seperti tertera pada masingmasing monografi dalam krus yang sesuai, yang sebelumnya telah dipijarkan, didinginkan dan ditimbang. Tambahkan 2 ml asam sulfat 2 N, panaskan mula-mula di atas tangas air, kemudian panaskan hatihati di atas nyala api pada suhu lebih kurang 6000, lanjutkan pemanasan sampai arang habis terbakar dan biarkan dingin. Tambahkan beberapa tetes asam sulfat 2 N dan ulangi pemanasan dan pemijaran dan biarkan dingin. Tambahkan beberapa tetes larutan ammonium karbonat(p) 16%, uapkan hingga kering dan pijarkan hatihati. Dinginkan, timbang dan pijarkan selama 15 menit dan ulangi cara ini hingga diperoleh bobot tetap.

C. Identifikasi berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV a. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam Kalium bromida P yang menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Asam Askorbat BPFI.

b. Larutan (1 dalam 50) mereduksi tembaga (II) tartrat alkali LP secara perlahan-lahan pada suhu kamar, tetapi lebih cepat bila dipanaskan.

II.3.2. Secara Kuantitatif A. Penetapan Kadar a. Asam-basa (DAB VII hal 521) Timbang seksama 0,3 gr asam askorbat, larutkan dalam 20 ml air dan tambahkan 0,2 ml larutan indikator fenolftalein, kemudan titrasi dengan NaOH, hingga terbentuk warna merah pertama yang stabil selama 5 detik. 1 ml NaOH 0,1 ~17,61 C6H8O6 (1 grol = 1 grek). (Harmita. Prosedur Penetapan Kadar Bahan Baku dan Sediaan Farmasi Secara Volumetri dan Spektrofotometri UV-VIS). b. Iodimetri FI II hal 11 ; FI III hal 47,48. Timbang seksama 400 mg, larutkan dalam campuran 100 ml air bebas CO2 P dan 25 ml asam sulfat ( 10% v/v ) P. Titrasi segera dengan iodium 0,1 menggunakan indikator larutan kanji P. 1 ml iodium 0,1 N setara dengan iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H6O6. 1 grol setara dengan 2 grek. Ph USSR 1952 hal. 12 Timbang seksama 0,25 gr, larutkan dalam 25 ml air dan titrasi dengan Iodium 0,1 N ( menggunakan amilum sebagai indikator ) hingga terlihat warna biru. 1 ml I2 0,1 N ~ 0,008808 g C6H6O6. Ph. Japan th. 1961 Timbang seksama 0,2 g asam askorbat, larutkan dalam 50 ml larutan asam metafosfat (1-5) dan titrasi dengan iodium 0,1 N ( 1 ml indikator amilum ). 1 ml I2 0,1 N ~ 8,81 mg C6H6O6. I2 + Indikator amilum terjadi perubahan warna menjadi biru.

(Harmita.Prosedur Penetapan Kadar Bahan Baku dan Sediaan Farmasi Secara Volumetri dan Spektrofotometri UV-VIS). European Pharmacopeia 1 th. 1969 hal. 239 Masing-masing ditimbang seksama 0,2 g, larutkan dalam camuran 80 ml air bebas CO2 dan 10 ml asam sulfat (10% v/v) tambahkan 1 ml larutan kanji dan titrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru. 1 ml I2 0,1 N = 8,81 mg C6H6O6. c. Iodatometri FI ed. I Larutkan zat dalam air (10ml), tambahkan 15 ml HCl 2 N, lalu ditambahkan indikator CHCl3 (5ml), titrasi dengan larutan KIO3 0,1 N sampai lapisan CHCl3 berwarna ungu(TA I). Tambahkan HCl lagi ad lebih besar atau sama dengan 4 N dan titrasi lanjutkan sampai warna ungu hilang. (TA II) PH USSR th. 61. Hal. 27-28 Timbang seksama 0,5 g larutkan dengan air hingga batas pada labu ukur 50 ml, kocok. Pipet 10 ml larutan, tambahkan 0,5 ml kalium iodida 1%, 2 ml larutan kanji 0,5%. Campur dengan 10 ml HCl HCl 2%. Titrasi dengan KIO3 0,100 N. 1 ml KIO3 0,1 N = 0,008806 g C6H6O6. d. Iodometri (NP VI th 1956 hal. 86) Timbang seksama 300 mg, larutkan dalam 20 ml air bebas CO2, 5 ml H2SO4 encer, tambahkan 50,0 ml iodium 0,100 N, titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N. 1 ml I2 0,100 N = 8,80 C6H. e. Cerrimetri (Britist Pharmacopeia 1968 hal 85; Britist Pharmacopeia 1873 hal 36)

Timbang dan serbukkan 20 tablet, larutkan sejumlah serbuk yang setara lebih kurang 0,15 g asam askorbat dalam campuran 30 ml air dan 20 ml asam sulfat encer, kemudian titrasi dengan ammonium seri sulfat 0,1 N menggunakan indikator ferroin sulfat. 1 ml ammonium seri sulfat ~ 0,008806 g C6H6O6.

II.4. Contoh Cara Penentuan Vitamin C pada JerukII..4.1. Alat dan Bahan Alat Pipet tetes Buret Kertas saring Gelas ukur II.4.2. Cara Kerja 1. Mengambil buah jeruk segar, kemudian dihancurkan dan disaring. 2. Mengambil 10ml sari buah jeruk ditambahkan dengan 5 tetes amilum 1% dan 10ml aquadest. 3. Melakukan titrasi menggunakan larutan standar iodium 0,01N sampai terbentuk warna biru konstan. II.4.3. Data hasil Hasil dari proses titrasi adalah terbentuk warna biru gelap. Bahan Buah jeruk Aquadest Amilum 1% 0,01 N standar Iodium

Volume iodium Asam askorbat Kadar vitamin C

: 4,5 ml : 0,88 mg = Volume x Massa = 4,5 ml x 0,88 mg = 3,96 mg

Jadi, setiap 10ml sari jeruk mengandung 3,96 mg vitamin C II.4.4. Pembahasan Pada percobaan yang telah dilakukan pada pengujian kadar vitamin C pada buah jeruk, yaitu 10 ml air jeruk ditambahkan 5 tetes amilum dan 10 ml aquades, kemudian di titrasi sampai terjadi perubahan warna biru

gelap,didapatkan volume Iodium sebesar 4,5 ml. Dengan menggunakan volume yodium tersebut didapatkan kadar vitamin C buah jeruk sebesar 3,96 mg. Jadi kadar vitamin Cdalam buah jeruk yang di gunakan dalam praktikum ini 3,96 mg.

II.5. Akibat Kelebihan maupun KekuranganII.5.1. Kelebihan Vitamin C dosis tinggi (500-10.000 miligram) telah dianjurkan untuk mencegah common cold, skizofrenia, kanker, hiperkolesterolemia dan

aterosklerosis. Tetapi hal ini belum mendapatkan dukungan ilmiah yang cukup. Dosis yang melebihi 1000 miligram perhari menyebabkan: 1. 2. 3. 4. Diare. Batu ginjal pada orang-orang yang peka. Perubahan siklus menstruasi. Beberapa orang yang menghentikan asupan Vitamin C dosis tinggi secara tiba-tiba dapat kembali mengalami scurvy.

II.5.2. Kekurangan Widya karya pangan nasional NAS-LIPI, 1978, menyarankan konsumsi vitamin C per hari untuk anak dan orang dewasa Indonesia antara 20-30 mg, sedang untuk ibu mengandung dan menyusui perlu ditambah 20 mg. Kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Penyakit skorbut biasanya jarang terjadi pada bayi, bila terjadi pada anak, biasanya pada usia setelah 6 bulan dan di bawah 12 bulan. Gejala-gejala penyakit skorbut adalah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam. Juga timbul sakit, pelunakan, dan pembengkakan kaki bagian paha. Pada anak yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk dan yang khas adalah terjadinya perdarahan dibawah jaringan pelindung tulang dan di sekitar gigi. Pada bayi yang berusia 612 bulan, kekurangan Vitamin C dalam susu formula atau makanan padatnya dapat menyebabkan scurvy. Gejala awalnya berupa rewel, nyeri jika badannya bergerak, kehilangan nafsu makan dan tidak mengalami penambahan berat badan. Tulang-tulangnya tipis/kecil dan sendi-sendinya menonjol. Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Pada orang dewasa, scurvy bisa terjadi apabila melakukan diet, yang hanya mengandung daging dan tepung atau teh, roti bakar dan sayuran kalengan, yang kesemuanya merupakan makanan yang khas dimakan oleh orang tua yang tidak bernafsu makan. Gejala-gejalanya ialah akan terjadi perdarahan dibawah kulit, terutama di sekitar akar rambut, dibawah kuku jari tangan, di sekitar gusi dan di dalam persendian, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang. Akibat yang parah dari keadaan ini ialah, gigi menjadi goyah dan dapat lepas. Penderita akan tampak depresi, lelah dan lemah. Tekanan darah dan denyut jantung menjadi naik turun (berfluktuasi). Penyakit sariawan yang akut dapat disembuhkan dalam beberapa waktudengan pemberian 100 sampai 200 mg vitamin C per hari. Bila penyakit sudah kronik diperlukan waktu lebih lama untuk penyembuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1972. Farmakope Indonesia Edisi II. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. 2007. The United States Pharmacopoeia XXX. Mack Publ. Co. Easton. Anonim. 2003. The United States Pharmacopoeia XXVI. Mack Publ. Co. Easton. Anonim.2007. British Pharmacopoeia, Her Majestys Stationary Office. Harmita. 2001. Prosedur Penetapan Kadar Bahan Baku dan Sediaan Farmasi Secara Volumetri dan Spektrofotometri UV-VIS. Departemen Farmasi UI. Depok. Wijana, I Made Sara.dkk.2007. Praktikum Biokimia. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi F MIPA UNUD. Lehninger,Alberty L. dkk.1995. Dasar Dasar Biokimia Jilid I. Erlangga. Jakarta. Martin,David W. dkk.1992. Biokimia Harper. Edisi 20 EGC.Jakarta.