Tugas Aggama Islam

15
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mewaris memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab mewaris pada jaman Arab jahiliyah sebelum islam datang membagi harta warisan kepada orang laki-laki dewasa sedangkan kaum perempuan dan anak-anak yang belum dewasa tidak mendapatkan bagian. Pada saat Agama Islam masuk dengan turunnya Surat An-Nisa’ ayat 11: Artinya: ”Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Seseungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana.” (QS. An-nisa’:11) Dapat dikembangkan bahwa orang yang memiliki pertalian darah, perkawinan yang sah baik itu suami/istri, anak laki-laki maupun perempuan bisa mendapatkan warisan. Hal ini yang menimbulkan permasalahan dimana kebanyak orang memiliki anak laki untuk mendapatkan warisan seperti jaman jahiliyah sebelum masuknya islam. Hal ini diakibatkan kurangnya pengetahuan mengenai mewarisi. Oleh karena itu kita harus mengerti dan paham masalah waris mewarisi, hak waris dan lain-lain agar dapat kita terapkan di dalam keluarga. 2. Pokok Permasalahan Di dalam pokok bahasan ini terdapat masalah yang dapat diangkat : a. Bagaimana Mewaris itu di pandang Munurut Ajaran Agama islam? 3. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkan permasalahan diatas tujuan dan kegunaan untuk memupuk kesadaran dan pola piker siswa agar dapat mengerti masalah mewaris dan waris keluarga atau orang lain agar dapat membantu di kehidupan seseorang sesuai dengan ajaran Agamanya masing-masing dalam pembahasan ini Agama Islam contonya.

description

tentang harta warisan

Transcript of Tugas Aggama Islam

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mewaris memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab mewaris pada jaman Arab jahiliyah sebelum islam datang membagi harta warisan kepada orang laki-laki dewasa sedangkan kaum perempuan dan anak-anak yang belum dewasa tidak mendapatkan bagian.Pada saat Agama Islam masuk dengan turunnya Surat An-Nisa ayat 11:

Artinya:Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Seseungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. (QS. An-nisa:11)

Dapat dikembangkan bahwa orang yang memiliki pertalian darah, perkawinan yang sah baik itu suami/istri, anak laki-laki maupun perempuan bisa mendapatkan warisan. Hal ini yang menimbulkan permasalahan dimana kebanyak orang memiliki anak laki untuk mendapatkan warisan seperti jaman jahiliyah sebelum masuknya islam. Hal ini diakibatkan kurangnya pengetahuan mengenai mewarisi.Oleh karena itu kita harus mengerti dan paham masalah waris mewarisi, hak waris dan lain-lain agar dapat kita terapkan di dalam keluarga.

2. Pokok Permasalahan

Di dalam pokok bahasan ini terdapat masalah yang dapat diangkat :a. Bagaimana Mewaris itu di pandang Munurut Ajaran Agama islam?

3. Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan permasalahan diatas tujuan dan kegunaan untuk memupuk kesadaran dan pola piker siswa agar dapat mengerti masalah mewaris dan waris keluarga atau orang lain agar dapat membantu di kehidupan seseorang sesuai dengan ajaran Agamanya masing-masing dalam pembahasan ini Agama Islam contonya.

4. Manfaat

kita lebih mengenal dan Mewaris dalam arti sebenarnya kita akan lebih paham, dan lebih hati-hati dalam masalah waris mewaris agar tidak melenceng dari ajaran agama islam.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1.Pengertian Mawaris

Dari segi mawaris merupakan harta yang diwariskan,dari segi istilah mawaris merupakan ilmu tentang pembagian harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Sumber hukum ilmu Mawaris adalah Al Quran dan Al Hadits. Adapun sumber hukum yang terdapat dalam Al Quran diantaranya Surat An-Nisa ayat 7 yang berbunyi :

Artinya : Bagi laki-laki ada hak bagian harta yang ditinggalkan oleh Ibu Bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.( QS.An-Nisa:7)

Menurut Hadist HR.Jamaah

Artinya : Orang Muslim tidak berhak mendapat bagian harta warisan orang kafir, dan sebaliknya orang kafir tidak mendapat warisan harta orang muslim.( HR.Jamaah )

Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa Mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang ketentuan-ketentuan pembagian harta pustaka bagi ahli waris menurut hukum islam

2.2.Kedudukan Ilmu Mawaris.

Ilmu mawaris merupakan ilmu yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama islam, karena berisi penjelasan tentang ketentuan dan aturan Allah AWT dalam pembagian harta warisan yang harus dijadikan pedoman umat islam, semua ketentuan ini berasal dari Allah SWT Dzat yang maha tahu sedangkan manusia tidak mengetahui hakikat sesuatu, sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana (QS. An-Nisa:11)

2.3.Hukum Mempelajari Mawaris

Mempelajari Ilmu Mawaris Fardhu Kifayah. Kita umat islam wajib mengetahui ketentuan yang diterapkan Allah dalam pembagian harta warisan.Nabi bersabda

Artinya: Bagilah harta pustaka (Warisan) di antara ahli-ahli waris menurut kitabullah. (HR. Muslim dan Abu daud)

2.4.Sebab Waris Mewaris

Tidak semua orang yang ditinggal mati oleh seseorang akan mendapatkan warisan. Menurut syariat islam sebagai sebab seseorang akan mendapatkan warisan dari orang yang meninggal dunia adalah sebagai berikut:a. Pertalian darah atau nasab (Nasab Haqiqi)Yaitu bahwa orang dapat mewarisi adalah orang yang ada hubungan darah dengan si mayit.b. Perkawinan yang sah (persemendaan)Perkawinan dilakukan secara sah menurut agama, menyebabkan istri atau suami saling mewarisi.c. Pemerdekaan atau wala (nasab hukmi)Seseorang yang memerdekakan hamba sahaya meskipun diantara mereka tidak ada hubungan darah. Adapun orang yang tidak memiliki ahli waris. Sabda Rasullulah:

Artinya: Saya menjadi ahli waris dari orang yang tiddak memiliki ahli waris.(HR. Ahmad dan Abu Daud).

2.5.Halangan Waris Mewarisi

a. MembunuhSeseorang yang membunuh ahli warisnya dengan cara yang tidak dibenarkan oleh hokum, maka gugur haknya mendapatkan harta waris b. MurtadOrang yang keluar dari agama islam kehilangan hak warsi mewarisic. KafirOrang yang memeluk agama selain agama islam tidak dapat mewarisi harta warisan orang islam d. Berstatus hamba sahayaJika seseorang budak meninggal dunia ia tidak dapat diwarisi oleh orang tua atau ahli warisnya karena ia milik tuannya maupun sebaiknya.e. Sama-sama meninggal dunia

2.6.Klasifikasi Ahli Waris

Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima bagian dari harta warisan. Ditinjau dari sebab seseorang menjadi ahli waris ada 2 klasifikasi antara lain sebagai berikut :1. Ahli Waris SabbiyahYaitu orang yang berhak menerima bagian harta warisan karena hubungan perkawinan dengan orang yang meninggal yaitu suami atau istri

2. Ahli Waris NasabiyahYaitu adanya hubungan nasab atau pertalian darah dengan orang yang meninggal dunia. Waris nasabiyah dibagi 3 kelompok : Ushulul Mayyit : Bapak,Ibu,Nenek,dan seterusnya ke atas (garis keturunan ke atas Al-Furuul Mayyit : anak,cucu,dan seterusnya sampai kebawah ( garis keturunan kebawah) Al-Hawasyis : Saudara paman, bibi serta anak-anak mereka ( garsi keturunan kesamping)

2.7.Furudhul Al-Muqaddarah

1. Ahli waris yang mendapatkan a. Anak perempuan tunggalb. Cucu perempuan dari anak laki-laki selama tidak ada anak laki-lakic. Saudara perempuan kandung tunggald. Saudara perempuan seayah tunggal bila saudara perempuan kandung tidak ada.e. Suami jika istri yang meninggal itu tidak punya anak atau cucu dari anak laki-laki2. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/4Suami jika istri yang meninggal mempunyai nak atau cucu dari anak laki-lakib. istri jika suami yang meninggal dan tidak mempunyai anak3. Ahli waris yang mendapatkan bagian 2/3a. 2 orang anak perempuan atau lebih jika tidak ada anak laki-lakib. 2 orang cucu perempuan atau lebih jika tidak ada anak laki-lakic. 2 orang saudara perempuan kandung atau lebihd. 2 orang perempuan seayah atau lebih4. Ahli waris yang mendapat 1/3 a. ibu jika yang meninggal tidak memiliki anak cucu maupun saudarab. 2 orang saudara atau lebih seibu

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanSemua orang muslim wajib mempelajari ilmu mawaris, Ilmu mawaris sangat penting dalam kehidupan manusia khususnya dalam keluarga karena tidak semua orang yang ditinggal mati oleh seseorang akan mendapatkan warisan. Hal yang perlu diperhatikan apabila kita orang muslim mengetahui pertalian darah, hak dan pembagiannya apabila mendapatkan warisan dari orang tua maupun orang lain.Saran- bagi para pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan lebih memahami mawaris dalam kehidupan keluarga maupun orang lain sesuai dengan ajaran agama islam dimana hukum memahami mawaris adalah fardhu kifayah.

DAFTAR PUSTAKA

- H. Muh. RifaI,1996,Fiqh Mawaris,semarang : sayid sabiq,fiqih sunnah,Beirut: Darut fikr- Al-Quran QS.An-Nisa :7 dan 11- Al Hadist : HR Jamaah, HR.Ahmad dan Abu Daud

Contoh Pembagian Hak Waris Berdasarkan Hukum WarisIslam 54 KomentarSiang PlannersKali ini kami Akan membahas tentang contoh pembagian harta warisan yang sesuai dengan agama Islam. Adapun contoh kasusnya adalah sebagai berikut:Pak Ali meninggal dengan para ahli waris sebagai berikut : seorang istri (bernama Maimunah), seorang anak laki-laki (bernama Budi), dan seorang anak perempuan (bernama Wati). Harta warisnya senilai Rp 100 juta. Berapakah perhitungan bagian ahli waris masing-masing?Jawab :Dalam hukum waris Islam, istri merupakan ash-habul furudh, yaitu ahli waris yang mendapat bagian harta waris dalam jumlah tertentu. Istri mendapat 1/4 (seperempat) jika suami yang meninggal tidak mempunyai anak, dan mendapat 1/8 (seperdelapan) jika mempunyai anak. (Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Risalah fil Faraidh, hal. 7).Dalam kasus ini suami mempunyai anak, maka bagian istri adalah 1/8 (seperdelapan) sesuai dalil Al-Qur`an : Jika kamu (suami) mempunyai anak, maka para istri itu memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (QS An-Nisaa': 12).Sedangkan seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan adalah ashabah, yaitu ahli waris yang mendapat bagian harta waris sisanya setelah diberikan lebih dulu kepada ash-habul furudh.Kedua anak tersebut mendapat harta sebanyak = 7/8 (tujuh perdelapan), berasal dari harta asal dikurangi bagian ibu mereka (1 1/8 = 7/8).Selanjutnya bagian 7/8 (tujuh perdelapan) itu dibagi kepada kedua anak tersebut dengan ketentuan bagian anak laki-laki adalah dua kali bagian anak perempuan sesuai dalil Al-Qur`an : Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian harta waris untuk) anak-anakmu, yaitu : bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. (QS An-Nisaa': 11)Maka bagian Wati = 1 bagian dan bagian Budi = 2 bagian. Maka harta ashabah tadi (7/8) akan dibagi menjadi 3 bagian (dari penjumlahan 1 + 2 ). Atau penyebutnya adalah 3. Jadi bagian Wati= 1/3 dari 7/8 = 1/3 X 7/8 = 7/24 (tujuh perduaempat), dan bagian Budi = 2/3 dari 7/8 = 2/3 X 7/8 = 14/24 (empat belas perduaempat). Berdasarkan perhitungan di atas, maka bagian Ibu Maimunah (istri) = 1/8 X Rp 100 juta = Rp 12,5 juta. Bagian Wati = 7/24 x Rp 100 juta = Rp 29,2 juta. Sedang bagian Budi adalah = 14/24 x Rp 100 juta = Rp 58,3 juta.

Makalah Warisan Dalam IslamWarisan adalahharta peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada ahli waris. Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bahasa arab adalah bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan- miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain. Atau dari suatu kaum kepada kaum lain.[1]Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan (mewarisi) orang yang meninggal, baik karena hubungan keluarga, pernikahan, maupun karena memerdekakan hamba sahaya (wala).[2]Harta Warisan yang dalam istilah faraid dinamakan tirkah (peninggalan) adalah sesuau yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, baik berupa uang atau materi lainyayang dibenarkan oleh syariat Islam untuk diwariskan kepada ahli warisnya.[3]Daftar isi 1 Pewaris dan Dasar Hukum Mewaris 2 Masalah Warisan 3 Referensi 4 Pranala Luar

a.Pewaris dan Dasar Hukum MewarisPewaris adalah orang yang meninggal dunia, baik laki-laki maupun perempuan yang meninggalkan sejumlah harta benda maupun hak-hak yang diperoleh selama hidupnya, baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. Adapun yang menjadi dasar hak untuk mewaris atau dasar untuk mendapat bagian harta peninggalan menurut Al-Quran yaitu:a. Karena hubungan darah, ini di tentukan secara jelas dalam QS. An-Nisa: 7, 11, 12, 33, dan 176.b. Hubungan pernikahan.c. Hubungan persaudaraan, karena agama yang di tentukan oleh AL- Quran bagiannya tidak lebih dari sepertiga harta pewaris (QS. Al-Ahzab: 6).d. Hubungan kerabat karena sesame hijrah pada permulaan pengembangan Islam, meskipun tidak ada hubungan darah (QS. Al-Anfal: 75).[4]

b. Masalah WarisanMasalah-masalah yang ada dalam warisan diantaranya yaitu:a. Al-Gharawain atau Umariyatain ada dua kemungkinan yaitu:1. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris (ahli waris yang di tinggal): Suami, ibu dan Bapak.2. Jika seseorangyang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris (ahli waris yang tinggal): Istri, ibu, dan bapak.[5]b. Al-Musyarakah (disyariatkan) di istilahkan juga dengan himariyah (keledai), Hajariyah (batu). Persoalan Al-Musyarakah yaitu khusus untuk menyelesaikan persoalan kewarisan antara saudara seibu (dalam hal saudara seibu laki-laki dan perempuan sama saja) dengan saudara laki-laki seibu sebapak, untuk lebih jelasnya dapat di kemukakan bahwa kasus Al-Musyarakah ini terjadi apabila ahli waris hanya terdiri dari: Suami, ibu atau nenek, sdr seibu lebih dari 1 (>1), dan sodara seibu sebapak.[6]c. Masalah datuk bersama saudara Dalam hal masalah datuk bersama saudara ini, yang dimaksud dengan saudara di sini adalah:1. Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu sebapak.2. Saudara laki sebapak dan saudara perempuan sebapak.Persoalan untuk datuk dengan saudara ini ada dua macam, yaitu:1. Ahli waris yang tinggal, setelah selesai tahap hijab hanya terdiri dari datuk dan saudara saja.2. Shahibul fardh(ahli waris yang sudah tertentu porsi baginya).[7]d. Aul Aul menurut bahasa (etimologi) berarti irtifa:mengangkat. Kata aul ini kadang-kadang cenderung kepada perbuatan aniaya (curang). Secara istilah aul adalah beertambahnya saham dzawil furudh dan berkurangnya kadar penerimaan warisan mereka. Atau bertambahnya jumlah bagian yang di tentukan dan berkurangnya bagian masing-masing waris.[8] Terjadinya masalah aul adalah apabila terjadi angka pembilang lebih besar dari angka penyebut (misalnya 8/6), sedangkan biasanya harta selalu dibagi dengan penyebutnya, namun apabila hal ini dilakukan akan terjadi kesenjanagn pendapatan, dan sekaligus menimbulkan persoalan, yaitu siapa yang lebih ditutamakan dari pada ahli waris tersebut.[9]e. Radd Kata Radd secara bahasa (etimologi) berarti Iaadah: mengembalikan. Mengembalikan haknya kepada yang berhak. Kata radd juga berarti sharf yaitu memulangkan kembali. Radd menurut istialh (terminologi) adalah mengembalikan apa yang tersisa dari bagian dzawul furudh nasabiyah kepada mereka sesuai dengan besar kecilnya bagian mereka apabila tidak ada orang lain yang berhak untuk menerimanya.[10] Masalah radd terjadi apabila pembilangan lebih kecil dari pada penyebut ( 23/24), dan pada dasarnya adalah merupakan kebalikan dari masalah aul. Namun demikian penyelesaian masalahnya tentu berbeda denga masalah aul, karena aul pada dasarnya kurangnya yang akan dibagi, sedangkan pada rad ada kelebihan setelah diadakan pembagiaFaroid adalah salah satu dari ilmu yang wajib di cari, tapi sebagian orang ada yang beranggapan sangat sulit untuk mempelajari ilmu Faroid, dan hanya orang-orang berkemampuan tinggilah yang tau akan ilmu Faroid ini, tapi di zaman sekarang itu adalah anggapan yang salah besar, karna sekarang ada software instan yang bisa mempermudah kita di dalam menghitung Faroid..

Perhitungan Faro'd DOWNLOAD di sini1.1. Pengertian dan Latar Belakang Ilmu Faroid

Secara etimologi Faroid mufrodnya fardh artinya kewajiban, bagian tertentu, atau lebih jelasnya, sebagai berikut: Artinya: "Ilmu untuk mengetahui cara membagi harta peninggalan seseorang yang meninggal kepada yang berhak menerimanya.Harta terkadang membawa kebahagiaan dan terkadang juga membawa kesengsaraan, banyak orang mengakui kebahagiaan sering dianalogikan pada harta kekayaan. Mengapa bisa demikian? status sosial yang lebih mengangkat derajat seorang manusia diantaranya dengan banyak harta.Akan tetapi harta yang melimpah, tatkala ditinggalkan pemiliknya (meninggal dunia), sering menjadi pertengkaran dan perselisihan bagi keluarga (ahli waris) yang ditinggalkannya. Bahkan bisa menimbulkan pembunuhan akibat ketidakpuasan dalam pembagian harta warisan.Sebelum Islam datang, pembagian harta warisan hanya sebatas pada kaum laki-laki saja. Hal ini yang menjadikan sikap diskriminatif pada masa jahiliyah terhadap hak-hak kaum wanita, sehingga wanita pada masa itu kehilangan hak atas harta peninggalan dari keluarganya. Dimasa jahiliyah juga terjadi saling waris mewarisi hanya atas dasar sumpah, bukan atas dasar yang telah ditetapkan oleh hukum agama. Sikap diskriminatif juga terjadi pada anak-anak yang masih belum dewasa, mereka tidak mendapatkan hak pembagian harta warisan.Islam juga menganjurkan kepada setiap manusia sebelum dirinya meninggal, agar memikirkan bagaimana nasib anak-anaknya kelak. Sebagiamana firman Alloh S.W.T. dalam kitab-Nya:

Artinya: "Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu".. (QS. an-Nisaa : 34).Sangatlah jelas, betapa Islam sangat mempedulikan hak asasi manusia, sehingga nasib anak-anak yang akan ditinggalkannya pun harus menjadi perhatian bagi orang tua.Berdasarkan jenis kelaminnya ahli waris dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok-Ahli waris laki-laki-Ahli waris perempuanDalam kelompok ahli waris laki-laki ada 15 :1. Anak laki-laki2. Cucu laki-laki dari jalur laki-laki3. Bapak4. Kakek shahih (yaitu bapaknya bapak) dan seterusnya ke atas dari garis laki-laki5. Saudara laki-laki kandung6. Saudara laki-laki sebapak7. Saudara laki-laki seibu8. Anak laki-laki kandung9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung10. Paman sekandung11. Paman sebapak12. Anak laki-laki paman sekandung13. Anak laki-laki paman sebapak14. Suami15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak

Pembagian Warisan Kake dan NenekPertanyaan:AssalamualaikumPak Ustadz, saya mau tanya. Bagaimana cara penghitungan pembagian warisan jika ahli waris (ayah saya) sudah meninggal untuk informasinya sebagai berikut:Ayah saya anak pertama dari 4 bersaudara terdiri 3 orang laki dan 1 orang perempuan. kebetulan ketiga ahli waris laki-lakinya semua telah meninggal dunia. Kakek kami meninggal dunia sebelum ahli waris (3 ahli waris laki-laki) meninggal dunia dan nenek kami meninggal setelah ahli waris (3 ahli waris laki- laki) meninggal dunia.

Maaf Ustadz, mohon bantuan informasi simulasi untuk pembagian warisanya (nilai nya Rp 270 juta) rincian dari kami adalah 5 orang cucu perempuan 1 orang cucu laki- laki dari anak laki-laki (3 ahli waris laki- laki) dan 1 orang anak perempuan. Agar kami dapat menjalankan pembagian warisan ini menurut syariat Islam, serta apa saja yang wajib dikeluarkan atas harta warisan tersebut.Demikianlah pertanyaan dari saya, semoga apa yang saya menjalani menjadi sebuah keberkahan untuk keluarga besar kami. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.Wasallamualaikum.Jawab:Pertanyaan Anda sangat rumit, karena ketika kakek meninggal dunia tidak langsung dibagikan hartanya. sehingga anak-anak kakek tersebut juga meninggal baru kemudian neneknya yang meninggal.Lalu, harta 270 juta tersebut harta siapa? Harta nenek atau harta kakek?Tanya:Assallamualaikum Pak Ustadz.Harta tersebut adalah rumah senilai 270 juta peninggalan kakek dan nenek saya yang akan dijual oleh anak perempuan (bibi saya) yang masih hidup. Karena menurut bibi saya bahwa kakak-kakaknya (anak laki-laki) yang telah wafat tidak punya hak atas peninggalan dari ayah-ibunya lagi (kakek dan nenek saya). Apakah pendapat dari bibi saya benar?WasallamualaikumJawaban:WaalaikumussalamKalau untuk pembagian warisan, yang terpenting adalah melihat siapa yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal tersbut. Bukan menghitung seluruh anaknya walaupun yang sudah meninggal duluan.Jadi, dalam kasus Anda ini, yang saya pahami adalah:ahli waris yang tersisa adalah:- 1 anak perempuan- 5 cucu perempuan dari anak laki-laki yang sudah meninggal duluan- 1 cucu laki-laki dari laki-laki yang sudah meninggal duluanPembagiannya adalah- 1 anak perempuan 1/2 harta- masing-msing cucu perempuan 1/14 harta- 1 cucu laki-laki 1/7 harta