Tugas 2

52
Faktor-faktor Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Sosioemosi pada Masa Dewasa Akhir (Lansia) Disusun oleh: Kelompok 8 1. Abdul Gafur Mursyad ( 201410230311133 ) 2. Anggina Humaera Arsyad ( 201410230311138 ) 3. Thatya Sarasmi Astungkara ( 201410230311159 ) 4. Aldy Sanza Nasukha ( 201410230311172 )

description

tugas 2

Transcript of Tugas 2

Faktor-faktor Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Sosioemosi pada Masa Dewasa Akhir (Lansia)

Disusun oleh:Kelompok 8

1. Abdul Gafur Mursyad( 201410230311133 )2. Anggina Humaera Arsyad( 201410230311138 )3. Thatya Sarasmi Astungkara( 201410230311159 )4. Aldy Sanza Nasukha( 201410230311172 )5. Akhmad Maulani Erwanda( 201410230311173 )

Fakultas PsikologiUniversitas Muhammadiyah Malang2014

BAB 1PENDAHULUANA. Latar BelakangMasa dewasa akhir merupakan periode penutup di mana seseorang individu telah mencapai kematangan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan berjalannya waktu. Masa ini dimulai saat seseorang mulai berusia 60 tahun ke atas. Saat seseorang mulai memasuki masa dewasa akhir, maka akan terlihat gejala penurunan fisik, psikologis, dan intelektual. Proses inilah yang disebut dengan istilah proses menua (lansia).Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan periode-periode usia sebelumnya. Kita akan mencatat rentetan perubahan-perubahan dalam penurunan fisik yang terkait dengan penuaan dan penekanan pentingnya perkembangan-perkembangan baru. Beberapa penurunan dan hilangnya fungsi tubuh dalam hal fisiologis perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut yang kadangkala dapat diperbaiki.Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah kemampuan kognitif orang dewasa, seperti memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar sangat paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori, dan intelegensi mengalami pemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Selain itu, orang-orang dewasa lanjut usia juga kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara perlahan-lahan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor individual differences juga berperan dalam hal ini. Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah, mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut usia melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak dan sederhana.Pada masa lalu, diduga kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir, mempelajari bahan baru, menghafal, mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeluarkan energi intelektual. Pada pihak lain, beberapa kondisi patologis seperti tekanan darah tinggi, mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun menurut Wilkie dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan semacam itu bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal (Hurlock, 1980).Lanjut usia (lansia) adalah sesuatu yang dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap individu yang dikaruniai Tuhan usia yang panjang. Lansia sendiri adalah periode pertumbuhan saat organisme telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi. Ada beberapa pendapat mengenai batasan lansia, namun menurut badan kesehatan dunia (WHO) usia 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lansia (Akhmadi, 2009).Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan lansia baik dari faktor penghambat maupun faktor pendukungnya, salah satu contohnya yaitu well-being. Faber dan kawan-kawan (2001) mendefinisikan bahwa well-being merupakan pencapaian manakala seseorang mampu menggunakan fungsi dalam dirinya secara optimal yang meliputi fungsi fisik, sosial, dan kognitif. Pada makalah ini kami akan membahas lebih lanjut tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan fisik, kognitif, maupun sosioemosi pada lansia baik dari segi faktor pendukung maupun faktor penghambat. Namun semua penjelasan dalam makalah ini didasari oleh jurnal-jurnal yang telah kami baca dan analisis.B. Rumusan MasalahBerdasarkan penjelasan di atas, maka penyusun menemukan masalah-masalah yang perlu untuk dirumuskan, yaitu:1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan fisik pada lansia?2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada lansia?3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosioemosi pada lansia?

C. TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka penyusun menemukan tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan fisik pada lansia.2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada lansia.3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosioemosi pada lansia.

BAB IIFaktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Sosioemosi pada LansiaA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik1. Faktor-faktor Pendukunga. Menurut penelitian Widyantoro, Rosdiana, dan Fasitasari (2012) dalam Hubungan antara Senam Lansia dan Range of Motion (ROM) Lutut pada Lansia menyatakan bahwa senam lansia berhubungan terhadap ROM lutut pada lansia. Lansia yang melakukan senam lansia menunjukkan ROM yang lebih baik dibandingkan yang tidak. Hal itu terbukti bahwa lansia yang melakukan senam lansia dapat meningkatkan otot dan berpengaruh meningkatkan keseimbangan, kekuatan, daya tahan, dan kelenturan sendi, sehingga dapat memperbaiki sistem muskuloskeletal yang menurun. Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, termasuk sendi, ligamen, tendon, dan saraf.b. Menurut penelitian Ibrahim (2010) dalam Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia menyatakan bahwa kiat sehat di usia senja, yaitu dengan strategi yang dapat kita lakukan sebagai berikut: hindari stress, cukup istirahat, rekreasi dan olahraga, makan cukup gizi dan berimbang, mempertahankan berat badan ideal, hindari merokok dan alkohol, hindari polutan, relaksasi, meditasi, visualisasi, konsumsi vitamin/mineral, dan omega 3, serta omega 6.2. Faktor-faktor Penghambata. Menurut penelitian Ibrahim (2010) dalam Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia menyatakan untuk mengetahui bahwa lansia termasuk pasien geriatrik/psikogeriatrik ditentukan oleh ciri-ciri sebagai berikut: (1) adanya keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia, (2) adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif, dan (3) lanjut usia secara psikososial dinyatakan krisis (menarik diri, ketergantungan, dan kerusakan psikologis yang progresif dan mendadak). Psikogeriatrik atau psikiatri geriatrik adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan pencegahan, diagnosisi, dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatrik pada lanjut usia.b. Menurut penelitian Suyanta dan Ekowarni (2012) dalam Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman emosi dan mekanisme koping meliputi kurangnya pengetahuan subyek mengenai penyakit, jenis penyakit dan pengalaman sakit yang pernah dialami subyek sebelumnya, dorongan kebutuhan, keinginan dan pikiran-pikiran yang dialami subyek ketika sakit, dan ada tidaknya dukungan atau perhatian keluarga selama sakit. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif1. Faktor-faktor PendukungMenurut penelitian Bonar (2011) dalam Emotional Intelegence dan Psychological Well-Being pada Manusia Lanjut Usia Anggota Organisasi Berbasis Keagamaan di Jakarta menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan arah positif antara emotional intelegence dengan psychological well-being pada lansia. Artinya, bahwa semakin tinggi tingkat emotional intelegence seseorang, maka semakin baik pula nilai atau skor psychological well-being orang tersebut. Goleman (1996) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional (emotional intelegence) sebagai satu tipe kecerdasan sosial yang meliputi kemampuan untuk mengontrol dan memonitor emosi sendiri dan emosi orang lain, membedakan keduanya, dan menggunakan informasi untuk memandu pemikiran dan tindakan sendiri. Kecerdasan emosional kini dianggap esensial bagi kesuksesan hidup. Shek (1992) mendefinisikan psychological well-being sebagai keadaan seseorang yang sehat secara mental yang memiliki sejumlah kualitas kesehatan mental yang positif, seperti penyesuaian aktif terhadap lingkungan dan kesatuan kepribadian.2. Faktor-faktor PenghambatMenurut penelitian Suyanta dan Ekowarni (2012) dalam Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman emosi dan mekanisme koping meliputi kurangnya pengetahuan subyek mengenai penyakit, jenis penyakit dan pengalaman sakit yang pernah dialami subyek sebelumnya, dorongan kebutuhan, keinginan dan pikiran-pikiran yang dialami subyek ketika sakit, dan ada tidaknya dukungan atau perhatian keluarga selama sakit. Mekanismekopingadalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985),kopingadalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosioemosi1. Faktor-faktor PendukungMenurut penelitian Bonar (2011) dalam Emotional Intelegence dan Psychological Well-being pada Manusia Lanjut Usia Anggota Organisasi Berbasis Keagamaan di Jakarta menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan arah positif antara emotional intelegence dengan psychological well-being pada lansia. Artinya, bahwa semakin tinggi tingkat emotional intelegence seseorang, maka semakin baik pula nilai atau skor psychological well-being orang tersebut. Goleman (1996) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional (emotional intelegence) sebagai satu tipe kecerdasan sosial yang meliputi kemampuan untuk mengontrol dan memonitor emosi sendiri dan emosi orang lain, membedakan keduanya, dan menggunakan informasi untuk memandu pemikiran dan tindakan sendiri. Kecerdasan emosional kini dianggap esensial bagi kesuksesan hidup. Shek (1992) mendefinisikan psychological well-being sebagai keadaan seseorang yang sehat secara mental yang memiliki sejumlah kualitas kesehatan mental yang positif seperti penyesuaian aktif terhadap lingkungan dan kesatuan kepribadian.2. Faktor-faktor PenghambatMenurut Marini dan Hayati (2010) dalam Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian pada Lansia di Perkumpulan Lansia Habibi dan Habibah menyatakan bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia, di mana terdapat hubungan yang negatif antara dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Menurut penelitian Suyanta dan Ekowarni (2012) dalam Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman emosi dan mekanisme koping meliputi kurangnya pengetahuan subyek mengenai penyakit, jenis penyakit dan pengalaman sakit yang pernah dialami subyek sebelumnya, dan ada tidaknya perhatian keluarga selama sakit. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.BAB IIIPEMBAHASANRitme dan makna perkembangan manusia secara perlahan menuju ke masa dewasa akhir, ketika masing-masing dari kita berdiri sendiri di pusat Bumi dan tiba-tiba saja sudah menjelang petang. Kita menanggalkan masa muda dan dilucuti oleh angin waktu kepada kenyataan. Kita belajar bahwa hidup terus bergerak maju, tetapi dipahami dengan mundur ke belakang. Kita menelusuri jejak hubungan antara akhir dan awal hidup dan mencoba mengerti tentang arti semua pertunjukan ini sebelum ia berakhir. Akhirnya, kita mengerti bahwa kita adalah hasil kebertahanan kita.Dengan semakin banyaknya individu yang menjalani hidup lebih sehat dan penemuan medis yang memperlambat proses penuaan, usia paruh baya tampaknya mulai lebih lambat dan bertahan lebih lama. Mengalami peningkatan, usia paruh baya awal (40-54) dibedakan dari usia paruh baya akhir (55-65). Akan tetapi, usia paruh baya adalah masa menurunnya keterampilan psikis, seperti penurunan berat badan, menurunnya fungsi penglihatan dan pendengaran, dan penurunan kardiovaskuler. Tidur juga menjadi lebih bermasalah. Perubahan seksual terjadi ketika wanita mengalami menopause, banyak pria paruh baya mulai mengalami disfungsi ereksi, dan pasangan lebih jarang berhubungan seksual.Kebanyakan individu mencapai puncak keberfungsian kognitif mereka di masa dewasa menengah. Akan tetapi, beberapa proses kognitif meningkat sementara yang lainnya mengalami penurunan di usia paruh baya. Sebagai contoh, kosakata mencapai puncak dan kecepatan pemrosesan memori menurun di usia paruh baya. Keahlian juga biasanya meningkat pada periode usia dewasa ini. Untuk banyak orang, paruh baya adalah waktu bagi individu untuk merefleksikan dan mengevaluasi kerja mereka saat ini dan apa yang mereka rencanakan di masa depan. Banyak orang dewasa paruh baya semakin menelaah makna hidup.Masa dewasa akhir adalah masa ketika individu menjadi lebih sadar akan polaritas tua-muda dalam hidup dan menyisutnya sisa waktu hidup yang mereka punya. Dan ini adalah waktu ketika individu ingin meneruskan sesuatu yang bermakna kepada generasi selanjutnya. Konsep krisis paruh baya telah dilebih-lebihkan; ketika orang benar-benar mengalami krisis tersebut, konsep itu sering kali dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa hidup yang negatif. Stabilitas kepribadian memuncak dan kepuasan pernikahan sering kali meningkat di masa ini. Banyak orang dewasa paruh baya menjadi kakek-nenek dan generasi paruh baya memainkan peran utama dalam relasi antargenerasi, terutama wanita paruh baya yang menghubungkan antargenerasi.A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik1. Faktor-faktor Pendukunga. Kondisi EkonomiSuhartini (2004) menyatakan bahwa keuangan lanjut usia cenderung minim untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tidak ditunjang oleh dukungan finansial dari pihak lain, baik anggota keluarga maupun orang lain, tidak dapat berharap bahwa orang lanjut usia tersebut akan hidup dalam kondisi yang cukup baik. Maka dari itu, biasanya lansia membutuhkan pendapatan dan pengeluaran ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan orang pada masa lainnya karena untuk membantu dalam perubahan fisik yang akan dialaminya nanti.b. Pertumbuhan dan PerkembanganKedaulatan Rakyat (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan seseorang setelah kelahirannya akan terus meningkat hingga masa remaja, kemudian mengalami stagnasi hingga akhir masa dewasa akhir, kemudian dari masa dewasa akhir akan mengalami penurunan hingga masa usia lanjut. Selain itu, pandangan di usia tua tentang kehidupan saat ini cenderung berubah. Mereka tidak lagi memikirkan hal-hal seperti yang dipikirkan oleh masa anak-anak, remaja, bahkan dewasa. Pada tahap ini mereka akan lebih berfikir tentang hal-hal penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa sebelum datangnya kematian.2. Faktor-faktor Penghambata. Kemunduran FisikAfida dan kawan-kawan (2005) menjelaskan bahwa kemunduran ini cenderung menimbulkan anggapan bahwa orang lanjut usia sudah tidak produktif lagi, sehingga perannya dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan semakin berkurang dan secara emosional menjadi kurang terlibat. Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan begitu, seseorang secara bertahap mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan inilah yang mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga hal ini secara perlahan mulai mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal, yaitu kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik, dan berkurangnya komitmen.b. Penyesuaian DiriPrasetyo (1998) mengungkapkan bahwa kekuatan fisik, ketajaman panca indera, potensi, dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu, sehingga orang lanjut usia harus menyesuaikan diri dengan ketidakberdayaannya. Usia ini banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak merasa berdaya.c. Perubahan TubuhKane (1989) mengemukakan bahwa beberapa perubahan yang terjadi pada lansia, antara lain penyusutan berat badan dan peningkatan jumlah masa lemak pada bagian tubuh yang kurus, berkurangnya jumlah air dalam tubuh, munculnya keriput karena berkurangnya kekencangan kulit, penurunan kemampuan hati untuk merespon stres, tulang keropos, sensitivitas mata terhadap warna berkurang karena perkembangan lensa mata, penurunan kemampuan pupil menyebabkan penglihatan menjadi kabur, persepsi pendengaran terhadap frekuensi intelektual, dan psikomotor menjadi lambat.d. PenyakitKedaulatan Rakyat (2005) menyatakan bahwa penurunan fungsi organ tubuh membuat lansia rentan terhadap penyakit rematik, tekanan darah tinggi, jantung koroner, diabetes melitus, osteoporosis, dan penyakit lain yang beresiko kematian. Pada masa dewasa akhir, penurunan indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang-orang lanjut usia membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap. Penurunan penglihatan ini biasanya dari pengurangan kualitas dan intensitas cahaya yang mencapai retina.e. Sintesis ProteinTortora dan Anagnostakos (1990) menjelaskan bahwa jaringan, seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitas pada lansia. Contohnya banyak kolagen dan kartilago, elastin pada kulit kehilangan fleksibelitasnya, serta menjadi tebal seiring bertambahnya usia. Bagaimanapun juga, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangkan usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat, bukan menurun.f. Sistem OksigenTortora dan Anagnostakos (1990) menunjukkan bahwa teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksin tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigit, serta terjadi kesalahan genetik. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh. Paru-paru kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa akhir dapat memperbaiki fungsi paru-paru dengan latihan-latihan yang memperkuat diafragma.g. Sistem ImunGoldstein (1989) mengemukakan bahwa kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Mutasi yang terulang atau perubahan protein pasca translasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkan. Perubahan inilah yang menjadi dasar peristiwa autoimun. Hasilnya dapat berupa reaksi antigen antibodi yang luas mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam dan efek menua akan menyebabkan reaksi histoin kontabilitas pada banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan adalah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987).h. Kesehatan FisikFrobes (2008) mengungkapkan bahwa kesepian ternyata bukan hanya berhubungan dengan kondisi psikologis ataupun emosional, tetapi juga secara tidak langsung akan dapat mempengaruhi kesehatan secara fisik. Saat tua, kita kehilangan sejumlah neuron dan unit-unit sel dasar dari sistem saraf. Setelah itu, hilangnya neuron akan lebih cepat. Aspek yang signifikan dari proses penuaan adalah bahwa neuron-neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian, otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya dan hanya kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir.i. Tekanan Darah TinggiCacioppo (2006) menjelaskan bahwa pada sampel populasi pria dan wanita usia 50-68 tahun sebanyak 229 orang menunjukkan bahwa kesepian diidentifikasi menjadi salah satu penyebab meningkatnya tekanan darah (hipertensi) dan dapat menyebabkan morbiditas dan kematian. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa seseorang yang mengalami kesepian memiliki tekanan darah yang lebih tinggi sekitar 10-30 mm/hg dibandingkan dengan individu-individu yang memiliki hubungan akrab dengan orang lain.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif1. Faktor-faktor Pendukunga. Level InteraksiHoyer dan Roodin (2003) menyatakan bahwa subjective well-being akan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya level interaksi sosial. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lee dan McCormick (2004) bahwa orang dengan higher levels of quality of life, life satisfaction, dan subjective well-being akan mengalami peningkatan level kualitas dan kekayaan kontak sosial, berupa jumlah teman dan frekuensi interaksi dengan teman.b. PembelajaranEddington dan Shuman (2005) mengungkapkan bahwa orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan lebih bahagia dan menikmati masa hidupnya sekarang karena sering dikaitkan dengan status pekerjaan (jabatan) dan pendapatan. Orang yang berpendapatan lebih tinggi akan merasa lebih bahagia daripada orang yang miskin meskipun dengan korelasi yang rendah. Fasilitas pembelajaran semakin tahun memang meningkat dan di negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.c. Berolahraga TeraturClarkson, Smith, dan Hartley (1989) menunjukkan bahwa gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian, ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kecakapan kognitif pada subyek pria dan wanita berusia 55-91 tahun. Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga. Penelitian Park (1992) dan Stones dan Kozman (1989) menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut usia. Yang harus diperhatikan dalam aktivitas berolahraga pada masa dewasa akhir adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani harus disesuaikan dengan usia subyek, dalam arti bagaimana kondisi fisik individu tersebut.2. Faktor-faktor Penghambata. Pemikiran tentang KematianBacker (1982) mengemukakan bahwa kematian secara umum dipandang sebagai hal yang menakutkan karena dianggap sebagai lawan dari kehidupan dan tampak sebagai kepunahan. Kematian merupakan pengasingan karena memisahkan individu dari orang-orang yang disayanginya. Schwarts dan Paterson (1979) menyatakan bahwa pada umumnya individu tidak siap menghadapi kematian karena takut akan pembalasan dari dosa-dosa yang telah mereka buat (Shihab, 1997), tidak memiliki konsep makna hidup dan mati, dan tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya setelah kematian atau mungkin bayangan akan pedih dan sulitnya pengalaman setelah kematian.b. Penurunan KognitifBee (1996) menjelaskan bahwa tahapan usia lanjut dibagi menjadi late adulthood (65-75 tahun) dan late late adulthood (75 tahun-meninggal) yang mana terjadi penurunan pada aspek kognitif, seperti ingatan, bahasa, dan logika. Dari hasil penelitian Hultsch, Hammer, dan Small (1993) menunjukkan bahwa kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu. Jadi, beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut usia sangat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada faktor usia semata.c. Diabaikan dan Kurang BeraktivitasMariani dan Kadir (2007) mengungkapkan bahwa lansia yang diabaikan dan kurang beraktivitas dapat menyebabkan sebagian dari mereka tidak bahagia karena memiliki subjective well-being yang rendah, sehingga berpotensi mengalami depresi dan generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut usia yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.d. Menutup DiriHurlock (1996) menyatakan bahwa lansia biasanya kurang terbuka terhadap pengalaman yang baru ditemuinya, sehingga ia merasa tidak mampu mengembangkan sikap atau perilaku baru. Lansia merasa ada sebuah stagnansi yang dapat memicu adanya rasa bosan terhadap rutinitas di dalam kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan dan memandang hambatan utamanya adalah ketidakmampuan dirinya untuk mempelajari sesuatu yang baru karena masalah keterbatasan fisik dan usia. Selain itu juga, lansia memiliki sikap negatif terhadap penuaan dan beranggapan bahwa mereka sulit untuk dapat diajarkan hal-hal yang baru dalam kehidupannya. Pendapat klise tentang usia lanjut mempunyai pengaruh besar terhadap sikap sosial dan karena kebanyakan pendapat tersebut tidak menyenangkan, maka dapat menambah ketakutan lansia terhadap usia lanjut dan menimbulkan sikap diri yang negatif.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosioemosi1. Faktor-faktor Pendukunga. Tempat TinggalRogers (1997) mengemukakan bahwa panti werdha adalah suatu model rumah yang dibangun oleh pemerintah atau badan sosial bagi lanjut usia. Tempat sesama penghuninya tinggal bersama dan menikmati fasilitas yang telah disediakan, seperti perawatan, perhatian, dan kegiatan yang bermanfaat lainnya. Sebagai tambahan, selama diketahui bahwa kecepatan bergerak menurun secara bertahap sesuai dengan pertambahan usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang menekankan pada elemen waktu dianggap tidak sesuai bagi orang dewasa lanjut usia. Karena adanya bukti-bukti yang saling bertentangan dengan dewasa ini tentang menurunnya kemampuan mental yang akan diterimanya.b. BudayaHutapea (2005) mengungkapkan bahwa beberapa penelitian mencari tahu tentang faktor apa saja yang membuat seseorang lebih lambat menjadi tua dibandingkan dengan yang lainnya. Ternyata orang-orang yang paling sehat dan umurnya paling panjang adalah golongan religius tertentu, kelompok masyarakat pegunungan yang terpencil, dan orang-orang Bulgaria, serta penduduk Pulau Okinawa yang mana ternyata pola hidup sehat juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan pola tersebut terkadang dibentuk oleh budaya. Pola hidup tersebut membawa nilai yang sangat positif dalam menciptakan kesehatan di usia lanjut yang masih produktif, ceria, dan tidak direpotkan oleh gejala kepikunan.c. DukunganKompas (2005) menjelaskan bahwa tanpa adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan untuk mencegah dan menanggulanginya, stres dan depresi dapat mengganggu kemampuan lansia untuk beraktivitas dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan dapat menyebabkan kematian pada lansia yang kemampuan merespon stresnya telah menurun. Seperti yang diprediksikan oleh WHO, stres dan depresi akan menjadi 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian atau menurun drastisnya kualitas kesehatan masyarakat.2. Faktor-faktor Penghambata. Tempat TinggalPapalia dan Olds (1986) mengatakan bahwa penempatan orang lanjut usia di suatu panti maupun lembaga-lembaga sosial, bagaimanapun juga merupakan penyelesaian yang tidak disukai. Kondisi yang sedemikian rupa seringkali menimbulkan berbagai macam gangguan mental, salah satunya adalah depresi. Tempat sesama penghuninya tinggal bersama dan menikmati fasilitas yang telah disediakan, seperti perawatan, perhatian, dan kegiatan yang bermanfaat lainnya. Sebagai tambahan, selama diketahui bahwa kecepatan bergerak menurun secara bertahap sesuai dengan pertambahan usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang menekankan pada elemen waktu dianggap tidak sesuai bagi orang dewasa lanjut usia.b. DiabaikanKane (1989) menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada lansia membuat mereka tampak tak berdaya, sehingga anggota masyarakat lainnya mengurangi keterlibatan dan tanggung jawab lansia dalam kegiatan di lingkungan sosial maupun lingkungan kerja. Perlakuan tersebut kadang membuat lansia berpikir bahwa dirinya sudah tidak diperlukan lagi. Hal itu dapat menyebabkan munculnya beberapa penyakit psikologis, berupa stres dan depresi, serta mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut usia yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.c. Rasa TakutSiswati dan Haditono (1999) mengungkapkan bahwa seperti yang telah diketahui, masa usia lanjut merupakan proses akhir dalam tahap pertumbuhan manusia yang berakhir dengan kematian. Hal ini kadang menyebabkan lansia takut dalam menjalani masa usia lanjutnya. Selain itu juga, lansia memiliki sikap negatif terhadap penuaan dan beranggapan bahwa mereka sulit untuk dapat diajarkan hal-hal yang baru dalam kehidupannya. Pendapat klise tentang usia lanjut mempunyai pengaruh besar terhadap sikap sosial dan karena kebanyakan pendapat tersebut tidak menyenangkan, maka dapat menambah ketakutan lansia terhadap usia lanjut dan menimbulkan sikap diri yang negatif.d. Masa KehilanganKane (1989) menyatakan bahwa kondisi-kondisi fisik lansia pada masa usia lanjut, serta pandangan umum yang membuat lansia tampak lemah, tidak berguna, dan tidak diperlukan lagi menyebabkan kegelisahan dan anggapan masa usia lanjut sebagai masa yang tidak menyenangkan. Masa usia lanjut adalah masa kehilangan pada peran sosial dan kehilangan teman dan saudara karena kematian atau karena mobilitas. Selain itu sejalan dengan menurunnya kondisi fisik, lansia mengalami kecemasan akan datangnya kematian.e. Masalah PsikologisIkhsan (2010) mengemukakan bahwa pada umumnya masalah kesepian adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lansia karena: (1) longgarnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa dan bersekolah tinggi, sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit; (2) berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktivitas di luar rumah; (3) berkurangnya aktivitas, sehingga waktu luang bertambah banyak; (4) meninggalnya pasangan hidup; (5) anak-anak yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau untuk bekerja; dan (6) anak-anak telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lansia. Hasil penelitian yang dilakukan Miedema dan Tatemichi (2003) menunjukkan bahwa jenis kelamin menentukan tingkat kesepian. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada kecenderungan laki-laki lebih mudah mengalami kesepian dibandingkan dengan wanita.

Manusia adalah makhluk sosial dan konkrit yang memiliki potensial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena tidak dapat hidup tanpa orang lain. Manusia juga merupakan makhluk konkrit yang potensial dan dapat mengembangkan dirinya baik secara fisik maupun secara psikis karena didalam diri manusia tersimpan kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara terus-menerus. Perkembangan kemampuan manusia pun akan menurun seiring dengan bertambahnya usia karena perkembangan manusia seperti kurva yang naik kemudian turun.Semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik, pola pikir, daya ingat, kemampuan, dan masih banyak lagi. Dengan bertambahnya usia seseorang, ia akan mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial pada masa dewasa akhir (tua) menurun, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Selain itu, pandangan di usia tua tentang kehidupan saat ini cenderung berubah. Mereka tidak lagi memikirkan hal-hal seperti yang dipikirkan oleh masa anak-anak, remaja, bahkan dewasa. Pada tahap ini mereka akan lebih berfikir tentang hal-hal penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa sebelum datangnya kematian.Tahap dewasa dalam psikologi perkembangan dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa dewasa awal (early adulthood), masa dewasa menengah (middle adulthood), dan masa dewasa akhir (late adulthood). Masa dewasa akhir adalah periode penutup dalam rentang kehidupan manusia. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi atau pengertian dari para ahli tentang masa dewasa akhir (lansia), yaitu:1. Menurut Neugarten (1968) dan Chalhoun (1995), masa tua adalah suatu masa di mana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.2. Menurut Constantinides (1994), pada masa lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.3. Menurut Erikson (1968), masa dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair, yaitu kemampuan perkembangan lansia dalam mengatasi masalah psikososialnya.Integritas (integrity) penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dan produktifitasnya yang puas. Lawannya adalah keputusasaan (despair), yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat. Beberapa cara menghadapi krisis di masa dewasa akhir adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan begitu, seseorang secara bertahap mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan inilah yang mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga hal ini secara perlahan mulai mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal, yaitu kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik, dan berkurangnya komitmen.Perubahan-perubahan fisik pada lansia juga memiliki dua faktor dalam perkembangannya, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Pada makalah yang pernah kami kerjakan, terdapat 5 faktor dalam perkembangan fisik pada lansia, yaitu otak dan sistem saraf, perkembangan sensori, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, dan seksualitas. Berikut ini adalah penjelasannya.a. Otak dan Sistem SarafSaat tua, kita kehilangan sejumlah neuron dan unit-unit sel dasar dari sistem saraf. Beberapa peneliti memperkirakan kehilangan neuron mungkin sampai 50% selama tahun-tahun dewasa. Walaupun penelitian lain percaya bahwa kehilangan itu lebih sedikit dan penyelidikan yang tepat terhadap penelitian hilangnya neuron belum dibuat di dalam otak.Barangkali penyelidikan yang lebih masuk akal adalah bahwa 5-10% dari neuron kita akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan lebih cepat. Aspek yang signifikan dari proses penuaan adalah bahwa neuron-neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian, otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya dan hanya kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir.b. Perkembangan SensoriPerubahan sensori fisik pada masa dewasa akhir melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, pembau, dan peraba. Pada masa dewasa akhir, penurunan indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang-orang lanjut usia membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap. Penurunan penglihatan ini biasanya dari pengurangan kualitas dan intensitas cahaya yang mencapai retina. Di puncak usia tua, perubahan ini mungkin disertai oleh perubahan-perubahan kemunduran dalam retina yang menyebabkan beberapa kesulitan dalam penglihatan.Meskipun pendengaran dapat dimulai pada masa dewasa tengah, hal itu biasanya tidak banyak membawa kesulitan sampai masa dewasa akhir. Pada saat itu, banyak sekali alat bantu pendengaran yang bisa dipakai untuk bantuan pendengaran. Tuli biasanya disebabkan oleh kemunduran selaput telinga, saraf penerima-penerima suara didalam telinga. Selain berkurangnya penglihatan dan pendengaran,orang pada masa dewasa akhir juga mengalami penurunan dalam kepekaan rasa dan bau. Kepekaan terhadap rasa pahit dan asam bertahan lebih lama dibandingkan dengan rasa manis dan asin.c. Sistem Peredaran DarahTidak lama berselang, terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat. Bagaimanapun juga, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangkan usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat, bukan menurun.d. Sistem PernapasanKapasitas akan menurun pada usia 20-80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru-paru kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa akhir dapat memperbaiki fungsi paru-paru dengan latihan-latihan yang memperkuat diafragma.e. SeksualitasPenuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas manusia, lebih banyak terjadi pada laki laki daripada perempuan. Orgasme menjadi lebih jarang pada laki laki yang terjadi dalam setiap 2-3 kali hubungan seksual, bukan setiap kali. Rangsangan yang lebih langsung biasanya dibutuhkan untuk ereksi. Sekalipun hubungan seksual terganggu oleh kelemahan, relasi lainnya harus dipertahankan diantara kedekatan sensualitas dan nilai sebagai seorang pria maupun wanita.

Dari kelima faktor di atas, yang merupakan faktor pendukung hanya terdapat pada otak. Sekilas saat kita membacanya, otak merupakan faktor penghambat pada perkembangan dewasa akhir. Namun, terdapat pengalaman-pengalaman yang tersimpan pada otak tersebut dan menjadi motivasi para lansia untuk menjalani kehidupan mereka agar lebih integritas. Pengalaman-pengalaman inilah yang merupakan faktor pendukung dalam perkembangan para lansia.Terdapat banyak sekali faktor penghambat pada masa dewasa akhir, karena pada masa dewasa akhir inilah segala penurunan kondisi tubuh terjadi. Mulai dari sel-sel dalam tubuh, sistem saraf, perkembangan sensori (mencakup indera pendengaran, penglihatan, peraba, pembau dan penciuman), sistem peredaran darah, sistem pernafasan, seksualitas, dan masih banyak lagi.Berdasarkan jurnal yang telah kami baca, terdapat faktor lain yang menjadi pendukung dan penghambat dalam perkembangan para lansia. Salah satu contohnya adalah keuangan. Kondisi ekonomi para lansia merupakan faktor pendukung sekaligus faktor penghambat perkembangannya, di mana jika kondisi keuangan para lansia cukup besar, maka para dapat melakukan pola hidup sehat berupa olahraga, makanan sehat dan bergizi, dan lain-lain. Sedangkan jika kondisi ekonomi para lansia kecil, maka akan sulit bagi mereka untuk memperoleh pola makan yang sehat dan memenuhi segala kebutuhan mereka, sehingga berbagai gangguan dan penyakit bisa saja langsung menyerang lansia.Perubahan-perubahan kognitif pada lansia juga memiliki dua faktor dalam perkembangannya, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Pada makalah yang pernah kami kerjakan, terdapat 3 faktor dalam perkembangan kognitif pada lansia, yaitu pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan. Berikut ini adalah penjelasannya.a. PendidikanFasilitas pendidikan semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes intelegensi dan tugas-tugas pengolahan informasi atau ingatan (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993). Di negara-negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:1. ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya;2. ingin mempelajari perubahan sosial dan teknologi yang dirasakan memengaruhi kehidupannya;3. ingin menemukan pengetahuan dan mempelajari keterampilan-keterampilan yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya; dan4. ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.b. PekerjaanSearah dengan kemajuan teknologi, biasanya orang-orang dewasa lanjut usia dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut usia yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.c. KesehatanDari hasil penelitian, kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya daya guna individu berusia di atas 60 tahun pada tes WAIS (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi, beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut usia sangat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada faktor usia semata.

Gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian, ditemukan bahwa ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan kecakapan kognitif pada subyek pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga.Penelitian Park (1992) dan Stones dan Kozman (1989) menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut usia. Yang harus diperhatikan dalam aktivitas berolahraga pada masa dewasa akhir adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani harus disesuaikan dengan usia subyek, dalam arti bagaimana kondisi fisik individu tersebut.Teori-teori sosial mengenai penuaan menurut Santrock (2012) yang menonjol, yaitu:1. Teori Pemisahan (Disangagement Theory)Teori pemisahan menyatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut usia secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry dalam Santrock, 2002). Menurut teori ini, orang-orang dewasa lanjut atau lebih dikenal dengan masa lansia mengembangkan suatu kesibukan terhadap dirinya sendiri (self-preoccupation), mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Jadi, penurunan interaksi sosial dan peningkatan kesibukan terhadap dirinya sendiri dianggap mampu meningkatkan kepuasan hidup di kalangan orang-orang dewasa lanjut usia, rendahnya semangat juang akan mengiringi aktifitas yang tinggi, dan pemisahan tidak dapat dihindari bahkan dicari-cari oleh orang usia lanjut. Akan tetapi, serangkaian penelitian gagal mendukung penelitian ini (Maddox, 1968; Neugarten, Havighurst, & Tobin, 1968; Reichard, Levson, & Peterson, 1962). Ketika individu terus hidup secara aktif, energik, dan produktif sebagai orang dewasa lanjut usia, kepuasan hidup mereka tidak menurun dan sering kali tetap meningkat.2. Teori Aktifitas (Activity Theory)Teori aktifitas menyatakan bahwa semakin orang-orang dewasa lanjut usia aktif dan terlibat dalam sesuatu, semakin kecil kemungkinan mereka merasa menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Menurut teori ini, individu-individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya di sepanjang masa dewasa akhir. Jika peran-peran itu diambil dari mereka seperti dalam PHK, penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam aktivitas-aktivitas kemasyarakatan.3. Teori Rekonstruksi Gangguan Sosial (Social Breakdwown-Reconstruction Theory)Teori rekonstruksi gangguan sosial menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut usia yang tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi dengan mengubah pandangan dunia sosial dari orang-orang pada masa dewasa akhir dan dengan menyediakan sistem sistem yang mendukung mereka. Gangguan sosial dimulai dengan pandangan dunia sosial yang negatif dan diakhiri dengan identifikasi, serta pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak mampu.Perubahan-perubahan sosioemosi pada lansia juga memiliki dua faktor dalam perkembangannya, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Pada makalah yang pernah kami kerjakan, terdapat 8 faktor dalam perkembangan sosioemosi pada lansia, yaitu belajar, kreativitas, memberikan argumen, rasa humor, mengenang, ingatan, mengingat kembali, dan kekerasan mental. Berikut ini adalah penjelasannya.a. BelajarOrang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu mempelajari hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu, dan hasilnya kurang tepat dibandingkan dengan orang yang lebih muda.b. KreativitasKapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi orang dewasa lanjut usia cenderung berkurang. Dengan demikian, prestasi kreatifitas dalam menciptakan hal-hal penting dalam orang-orang berusia lanjut secara umum relatif berkurang dibandingkan dengan mereka yang lebih muda.c. Memberikan ArgumenSecara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif maupun deduktif. Sebagian dari hal ini merupakan hasil dari sikap yang terlalu hati-hati dalam mengungkapkan alasan yang gradasinya cenderung meningkat dengan bertambahnya usia seseorang.d. Rasa HumorPada umumnya, mereka kehilangan rasa humor. Pendapat ini benar karena dalam kemampuan mereka untuk membaca komik dan hal-hal lain yang menyenangkan berkurang, dan perhatian terhadap komik yang dapat mereka baca bertambah dengan bertambahnya usia.e. MengenangKecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat. Semakin senang seseorang dalam menjalani masa dewasa akhir, semakin kecil waktu yang digunakan untuk mengenang masa lalu dan sebaliknya.f. IngatanOrang dewasa lanjut usia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal-hal baru yang baru dipelajari. Sebagian dari ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak selalu termotivasi dengan kuat untuk mengingat-ingat sesuatu, sebagian disebabkan oleh kurangnya perhatian, dan juga pendengaran yang kurang jelas.g. Mengingat KembaliBanyak dipengaruhi oleh faktor usia dibandingkan dengan pemahaman terhadap obyek yang ingin diungkapkan kembali. Banyak orang berusia lanjut yang menggunakan tanda-tanda, terutama simbol visual, suara, dan gerak (kinestetik) untuk membantu mereka untuk mengingat kembali.h. Kekerasan MentalKekerasan mental sangat tidak universal bagi orang dewasa lanjut usia. Orang yang pada masa dewasa akhir cenderung semakin tampak terjadi kekerasan mental seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut, mereka sudah lambat dan susah untuk belajar daripada yang sudah dikerjakan sebelumnya.Tidak ada usia tertentu yang dianggap sebagai awal mula terjadinya penurunan mental dan tidak ada pola khusus dalam penurunan mental yang berlaku untuk semua orang. Ketika orang-orang dewasa lanjut mengikuti pencarian stimulasi mental yang tepat, dan memiliki relasi dan dukungan sosial yang baik, maka perkembangan masa dewasa akhir mereka akan berhasil. Penuaan yang berhasil membutuhkan usaha dan keterampilan pemecahan masalah terjadi.Ada yang penting untuk diketahui bahwa menurunnya kemampuan mental yang berhubungan dengan usia lanjut mungkin tidak sepopuler yang diduga orang atau seperti yang dilaporkan oleh hasil studi terdahulu. Dalam beberapa hal, untuk penurunan mental yang kelihatan, ternyata menyertai pertambahan usia. Sebagai tambahan, selama diketahui bahwa kecepatan bergerak menurun secara bertahap sesuai dengan pertambahan usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang menekankan pada elemen waktu dianggap tidak sesuai bagi orang dewasa lanjut usia. Karena adanya bukti-bukti yang saling bertentangan dengan dewasa ini tentang menurunnya kemampuan mental.Masa dewasa akhir memiliki beberapa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam proses perkembangannya. Faktor-faktor tersebut selalu berpatokan pada 3 aspek, yaitu fisik, kognitif, dan sosioemosi. Ketiga aspek ini merupakan acuan dasar dalam perkembangan setiap manusia. Itu sebabnya kita perlu mengetahui ketiga aspek tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan kita.

BAB IVKESIMPULANDari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik, kognitif, dan sosioemosi pada masa dewasa akhir (lansia), yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi perkembangan fisik pada masa dewasa akhir adalah sebagai berikut.a. Kondisi Ekonomib. Pertumbuhan dan PerkembanganFaktor-faktor penghambat yang mempengaruhi perkembangan fisik pada masa dewasa akhir adalah sebagai berikut.a. Kemunduran Fisikb. Penyesuaian Diric. Perubahan Tubuhd. Penyakite. Sintesis Proteinf. Sistem Oksigeng. Sistem Imunh. Kesehatan Fisiki. Tekanan Darah TinggiFaktor-faktor pendukung yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada masa dewasa akhir adalah sebagai berikut.a. Level Interaksib. Pembelajaranc. Berolahraga TeraturFaktor-faktor penghambat yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada masa dewasa akhir adalah sebagai berikut.a. Pemikiran tentang Kematianb. Penurunan Kognitifc. Diabaikan dan Kurang Beraktifitasd. Menutup DiriFaktor-faktor pendukung yang mempengaruhi perkembangan sosioemosi pada masa dewasa akhir adalah sebagai berikut.a. Tempat Tinggalb. Budayac. DukunganFaktor-faktor penghambat yang mempengaruhi perkembangan sosioemosi pada masa dewasa akhir adalah sebagai berikut.a. Diabaikanb. Rasa Takutc. Masa Kehilangand. Masalah Psikologis

DAFTAR PUSTAKAAfida, N.,. Wahyuningsih, S., dkk. (2000). Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia di Panti Wredha. Anima Indonesia Psychological Journal. Vol. 15 No. 2. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.Dacey, J. S. dan Travers, J. F. (2004). Human Development. North America: McGraw-Hill.Goleman, D. (1996). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka.Hayati, S. dan Martini, L. (2010). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian pada Lansia di Perkumpulan Lansia Habibi dan Habibah. Medan: Universitas Sumatra Utara Fakultas Psikologi.Hutapea, B. (2011). Emosional Intelegence dan Psychological Well-Being Pada Manusia Lanjut Usia Anggota Organisasi Berbasis Keagamaan di Jakarta. INSAN, Vol. 13, No. 02. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada.Ibrahim. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia. Vol. 1, No. 1. Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.Monks, F. J dkk. (2001). Psikologi Perkembangan. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.Papalia dan Olds. (1986). Developmental Psychology. New York: Mc.Graw Hill.Putra, A. A., Nashori, H. F. dkk. (2012). Terapi Kelompok untuk Mengurangi Kesepian dan Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 4 No. 1 (1-16). Yogyakarta.Rogers, D. (1997). The Adult Years: An Introduction to Aging. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc..Santrock. J. W. (2012). Life-Span Development. Perkembangan Masa-Hidup Edisi 13 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.Suhartini, R. (2004). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Orang Lanjut Usia. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga.Suyanta dan Ekowarni. (2012). Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis. Semarang dan Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Semarang dan Universitas Gadjah Mada.Widyantoro, A. P., Rosdiana, I., dan Fasitasari, M. (2012). Hubungan antara Senam Lansia dan Range of Motion (ROM) Lutut pada Lansia. Vol. 4, No. 1. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.