Tuba Katar

25
BAB I Pendahuluan Kata “Catarrh” berasal dari bahasa yunani “katarrhein”. Katar yang berarti turun dan rhein yang bererti mengalir. Jika diartikan dapat berarti lapisan eksudat yang tebal yang terdiri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu infeksi. Ini merupakan gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan batuk, tetapi dapat pula ditemukan pada pasien dengan infeksi dari adenoid, infeksi telinga tengah, sinusitis atau tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan tuba yang menyebabkan penderita dapat mendengar suara sendiri. Beberapa usaha yang terus dikembangkan adalah bagaimana mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut. 1,2,3 Pada tahun 1704, Valsava menemukan otot yang berfungsi untuk membuka tuba Eustachius dan menyangka bahwa otot ini aktif sebagai bagian dari proses pendengaran. Maneuver Valsava dinamakan atas namanya setelah ia menemukan cara untuk mengeluarkan pus dari telinga tengah ke telinga luar dengan cara ditiup oleh penderita itu sendiri. Pada tahun 1724, Guyot adalah orang pertama yang mencoba untuk melakukan kateterisasi lewat hidung, dan Wathen pada tahun 1756, telah melanjutkan studinya dan menggambarkan secara detail bagaimana prosedurnya. 1,2,3 1

Transcript of Tuba Katar

Page 1: Tuba Katar

BAB I

Pendahuluan

Kata “Catarrh” berasal dari bahasa yunani “katarrhein”. Katar yang berarti turun dan

rhein yang bererti mengalir. Jika diartikan dapat berarti lapisan eksudat yang tebal yang

terdiri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari membran

mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu infeksi. Ini merupakan gejala peradangan

yang biasa ditemukan pada flu dan batuk, tetapi dapat pula ditemukan pada pasien dengan

infeksi dari adenoid, infeksi telinga tengah, sinusitis atau tonsilitis. Keluhan yang sering

tampak pada tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan tuba yang menyebabkan penderita

dapat mendengar suara sendiri. Beberapa usaha yang terus dikembangkan adalah bagaimana

mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut. 1,2,3

Pada tahun 1704, Valsava menemukan otot yang berfungsi untuk membuka tuba

Eustachius dan menyangka bahwa otot ini aktif sebagai bagian dari proses pendengaran.

Maneuver Valsava dinamakan atas namanya setelah ia menemukan cara untuk mengeluarkan

pus dari telinga tengah ke telinga luar dengan cara ditiup oleh penderita itu sendiri. Pada

tahun 1724, Guyot adalah orang pertama yang mencoba untuk melakukan kateterisasi lewat

hidung, dan Wathen pada tahun 1756, telah melanjutkan studinya dan menggambarkan secara

detail bagaimana prosedurnya. 1,2,3

Pada tahun 1853, Toynbee menemukan bahawa, saat beristirahat tuba Eustachius

tertutup dan terjadi suatu penyerapan udara yang konstan pada ruang telinga tengah. Tuba

tersebut hanya dapat terbuka pada waktu menelan, dan udara diperbolehkan masuk pada

waktu itu. Ia percaya dengan melakukan maneuver ini, akan membuat tekanan positif pada

ruang telinga tengah. 1,2,3

Banyak usaha telah dikembangkan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan

gejala ini. Tetapi pada referat ini akan dibahas apa penyebab terjadinya tuba katar sehingga

cara penatalaksanaannya.1,2,3

1

Page 2: Tuba Katar

BAB II

TUBA KATAR

Sebelum membahas mengenai tuba katar lebih lanjut ada baiknya kita mengetahui

struktur dari tuba Eustachius itu sendiri. Tuba Eustachius, yaitu sebuah bangunan yang

berbentuk tabung yang berjalan dari telinga tengah ke nasofaring. Tuba Eustachius telah

dikenal sejak zaman yunani kuno oleh Aristoteles, tetapi kemudian dinamapakai oleh

Bartolomeus Eustachius (1520-1574) sebagai ketua ahli ekonomi di Roma dan orang yang

pertama kali mendeskripsikan anatomi tuba Eustachius. Hal ini tidak dipublikasi sehingga

200 tahun kemudian setelah kematiannya, didapatkan satu buku yang berjudul “Epistola de

Audius Organis” 1,2,3

Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainase telinga tengah. Bila

terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah (otitis media). Tuba

Eustachius juga disebut tuba otofaringeal kerana menghubungkan telinga ke faring. 1,2,3

Tuba Eustachius

Anatomi

Gambar 1 : Struktur tuba Eustachius

Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring dan

sepertiganya terdiri atas tulang. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka

2

Page 3: Tuba Katar

apabila oksigen diperlukan masuk ke dalam telinga tengah atau pada saat mengunyah,

menelan dan menguap. Otot-otot dari sistem tuba Eustachius membantu membuka dan

menutup tuba agar berfungsi sebagaimana mestinya.

Gambar 2 : Tuba Eustachius pada anak dan dewasa

Panjang tuba pada orang dewasa sekitar 36mm dan terbentang pada bagian depan,

bawah dan medial dari dinding anterior kavum timpani terhadap nasofaring. Aksis tuba

membentuk sudut 30o terhadap bidang horizontal dan 45o terhadap bidang sagital median.

Daerah tuba dibahagi menjadi dua, yaitu bagian tulang dan kartilago. Bagian tulang

merupakan bagian posterior sepertiga tuba, dilapisi oleh mukosa, panjangnya sekitar 12mm,

berhubungan langsung dengan timpani anterior dan hampir selalu dalam keadaan terbuka,

kemudian kebawah dan menyempit disebut istmus. Bagian tulang hanya mempunyai peran

sedikit atau bahkan tidak ada dalam mekanisme pembukaan tuba. Fungis istmus adalah

3

Page 4: Tuba Katar

membantu melindungi telinga tengah dari sekret nasofaring. Schwartzbart (1994) mengatakan

bahawa bagian tulang dari tuba disebut sebagai protimpanum. 1,2,3

Bagian kartilago merupakan bagian anterior dua pertiga tuba yang memiliki panjang

sekitar 24mm yang terdiri dari jaringan fibrokartilago berbentuk triangular dengan diameter

vertikal 2-3 mm dan diameter horizontal 3-4 mm, pada bagian apex akan menyempit yang

juga merupakan bagian tersempit dari tulang. Ke bawah secara langsung menjadi membran

mukosa dari bagian lateral nasofaring. Umumnya bagian kartilago ini dalam keadaan tertutup

oleh tekanan jaringan tuba Estachius. 1,2,3

Tuba Eustachius dilapisi oleh mukosa yang mengandung sel-sel goblet dan kelenjar

mukus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah nasofaring. Makin

dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar mukus semakin berkurang dan

mukosa silia juga menghilang. Jumlah sel goblet pada dasar tuba lebih banyak dibandingkan

bagian atap, dengan konsentrasi terbanyak berada di area tengah tuba bagian kartilago.

Bagian superior tuba banyak berperan pada ventilasi telinga tengah, sedangkan bagian

inferior telinga tengah berfungsi sebagai proteksi telinga tengah. Mekanisme pertahanan

mukosilier tuba Eustachius menetap segera setelah lahir.1,2,3

Pada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak yang disebut lemak Ostman

yang ikut membantu proses penutupan tuba. Selain itu, lemak ini membantu melindungi tuba

Eustachius dan telinga tengah terhadap sekret nasofaring. 1,2,3

Bagian kartilago dari tuba ditunjang oleh otot-otot yang berfungsi untuk mengontrol

patensi tuba. Otot-otot tersebut adalah tensor veli palatine, levator veli palatine,

salphingopharyngeus dan tensor tympani. 1,2,3

Otot tensor veli palatine berasal dari dinding tulang fosa scaphoid dan dari seluruh

panjang ujung tulang rawan yang pendek yang membentuk bagian atas dinding depan dari

tuba kartilago. Otot memanjang ke bawah, membentuk tendon yang pendek yang membelok

ditengah-tengah dan sekeliling pterygoid humulus. Tensor veli palatine memisahkan tuba

Eustachius dari gangliaon optik, saraf mandibular dan cabangnya, korda timpani dan arteri

meningea media. 1,2,3

Salphingopharingeus adalah otot lembut yang menyentuh pada ujung faring dari tuba

Eustachius dan bercampur dengan otot bawah palatofaringeus. Levator veli palatine berasal

dari 2 bagian, antara lain bagian bawah permukaan kartilago tuba dan bagian bawah

4

Page 5: Tuba Katar

permukaan tulang petrosa. Pada awalnya, levator terletak dibawah tuba kemudian menyilang

ke tengah dan bergabung menjadi palatum mole. 1,2,3

Persarafan berasal dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang merupakan

cabang dari nervus maksilaris (V2) yang mensuplai persarafan ostium. Saraf spinosus berasal

dari saraf mandibula (V3) yang mensuplai persarafan bagian kartilago. Plexus timpani berasal

dari nervus glossopharingeal mensuplai persarafan bagian tulang tuba Eustachius. 1,2,3

Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius

Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius adalah : 1,2,3

Ventilasi atau pengaturan tekanan dari telinga tengah

Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara

Pembersihan dan penyaluran sekresi telinga tengah ke nasofaring

Ventilasi dan regulasi tekanan

Gambar 3 : Oklusi tuba yang menyebabkan perbedaan tekanan udara

Tuba Eustachius yang normal pada saat istirahat menutup, kira-kira ada sedikit

tekanan udara telinga tengah negatif. Pembukaan yang berulang dari tuba Eustachius secara

aktif mengatur tekanan atmosfir agar tetap seimbang. 1,2,3

5

Page 6: Tuba Katar

Tuba Eustachius membuka pada saat menelan atau menguap dengan kontraksi otot

veli palatine. Tensor veli palatine yang tidak berfungsi efektif pada palatum durum

menyebabkan disfungsi tuba Estachius. Cara kerja dari otot veli palatine masih tidak jelas.

Kontribusi pada permukaan tuba Eustachius masih dipertanyakan. 1,2,3

Fungsi ventilasi dari tuba Eustachius anak kurang efisien daripada pada orang dewasa.

Infeksi sistem pernafasan bagian atas yang berulang-ulang dan pembesaran adenoid pada

anak-anak akan menyebabkan terjadinya penyakit telinga tengah pada anak. Bagaimanapun,

pada saat anak tumbuh, fungsi tuba Eustachius membaik dan sebagai bukti berkurangnya

frekuensi terjadinya otitis media dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. 1,2,3

Normalnya, tuba Eustachius membuka berulang-ulang, secara stabil mengatur tekanan

bagian tengah antara +50 mm dan -50 mm H2O. Tekanan di atas dan di bawah +50 mm -

50mm H2O, tidak mengindikasikan akan terjadi penyakit telinga tengah. Sekitar 1 ml udara

dapat diserap dari bagian tengah telinga dalam jangka waktu 24 jam. Sel-sel sistem mastoid

berfungsi sebagai penyimpanan gas bagian tengah telinga. 1,2,3

Perlindungan

Tuba Eustachius menyalurkan secara normal sekresi dari telinga tengah dengan sistem

pengangkutan mukosiliari dan dengan berulangnya pembukaan atau penutupan aktif tuba

yang memperbolehkan sekresi mengalir ke nasofaring. 1,2,3

Kekacauan dari sistem penutupan bagian tengah telinga, seperti perforasi membran

timpani atau setelah operasi mastoid, terkadang menyebabkan refluks dari sekresi nasofaring

ke dalam tuba menyebabkan otorhea. Demikian juga dengan mengenduskan hidung yang

kuat dapat menciptakan tekanan tinggi pada nasofaring menuju telinga tengah. 1,2,3

Sebaliknya, tekanan negatif bagian tengah telinga seperti saat berada dipesawat atau

saat penyelaman dapat menyebabkan penyumbatan tuba Eustachius. Hal ini dapat

menyebabkan stagnasi dari sekresi dan efusi berkumpul ditelinga tengah menyebabkan

barotrauma. 1,2,3

Bagian tengah juga diproteksi oleh pertahanan lokal imunologi dari epitel respiratori

dari tuba Eustachius, begitu juga pertahanan mukosiliari yang melakukan fungsi

pembersihan. Protein surfaktan imunoreaktif yang ada di paru diisolasi dari bagian tengah

6

Page 7: Tuba Katar

telinga dari hewan dan manusia ternyata mempunyai fungsi proteksi yang sama pada bagian

tengah telinga. 1,2,3

Drainase

Penyaluran sekresi dan pengeluaran benda asing dari telinga tengah dikerjakan oleh

sistem mukosiliari dari tuba Eustachius. Mukosa bagian tengah telinga bekerjasama dengan

otot tuba Eustachius melakukan fungsi penbersihan dan juga membantu mengatur tekanan

permukaan didalam lumen tuba. 1,2,3

Model flask yang diperkenalkan oleh Bluestone dan rekannya menjelaskan lebih baik

konfigurasi dari anatomi tuba Eustachius dalam proteksi dan drainase telinga tengah. Pada

model ini, tuba Estachius dan sistem bagian tengah telinga menyerupai botol dengan leher

yang panjang dan sempit. Mulut dari botol mempresentasikan ujung nasofaring, bagian

sempit leher mempresentasikan istmus, bagian tengah telinga dan sistem mastoid

mempresentasikan badan dari botol tersebut. 1,2,3

Cairan yang mengalir melalui leher botol tersebut tergantung dari tekanan pada ujung

botol, radius dan panjang dari leher botol serta kekentalan dari cairan. Aliran cairan berhenti

pada bagian leher yang sempit kerana diameternya yang kecil, juga kerana tekanan udara

positif pada ruang dari botol. Tetapi hal ini tidak menjadi pertimbangan tugas dari otot tensor

veli palatine pada perbukaan nasofaringeal orifisium tuba Eustachius. 1,2,3

Tuba Eustachius dapat tersumbat kerana beberapa alasan, penyebab yang paling

umum adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas. Infeksi sinus atau alergi dapat juga

menyebabkan pembengkakan tuba Eustachius, sebagai akibatnya hidung yang tersumbat

dapat menyebabkan tuba Eustachius juga tersumbat. Pada anak sangat rawan terjadi

penyumbatan tuba karena anatomi tuba pada anak lebih sempit dan lebih dekat ke adenoid.

Itulah sebabnya mengapa pada anak-anak dengan otitis media kronik sering

direkomendasikan untuk dilakukan operasi adenoid. Jarang sekali, massa atau tumor didasar

tengkorak atau nasofaring dapat menyebabkan penyumbatan tuba Eustachius. 1,2

Permasalahan tuba Eustachius dan infeksi terkait merupakan permasalahan yang biasa

dijumpai dokter. Banyak orang memiliki masalah kronis dalam pengaturan tekanan telinga

tengah yang biasanya dijumpai disebabkan mulai dari alergi sampai tuba Eustachius yang

7

Page 8: Tuba Katar

terlalu sempit. Pasien sering mengeluh telinga terasa penuh, telinga seperti berbunyi klik atau

cracking, kehilangan pendengaran ringan (atenuasi suara), telinga berdengung (tinnitus), dan

terkadang gangguan keseimbangan. 1,2

Perubahan ketinggian yang cepat dan tekanan udara disamakan melalui gendang

telinga dengan fungsi normal tuba Eustachius. Tuba yang sehat membuka sehingga cukup

untuk menetralkan perubahan tekanan ini. Yang mana terjadi pada saat di pesawat, tekanan

udara menjadi naik pada saat pesawat tersebut turun. 1,2

Orang dengan penyumbatan tuba Eustachius dapat menyebabkan rasa tuli yang

diakibatkan perubahan tekanan udara yang mendorong gendang telinga kedalam sehingga

dapat terisi dengan darah atau cairan. Dan mereka yang mengalami gangguan fungsi tuba

dapat pula merasakan ketika mereka berada didalam elevator, berkendara dipergunungan

atau menyelam.1,2

Proses peradangan

Tuba katar merupakan hasil dari reaksi peradangan. Reaksi peradangan sebenarnya

merupakan suatu proses dinamik dan kontinu pada kejadian-kejadian yang terkoordinasi

dengan baik. Untuk memunculkan manifestasi suatu reaksi peradangan, sebuah jaringan

hidup harus memiliki jaringan fungsional. Pada jaringan dengan nekrosis yang luas, maka

reaksi peradangan tidak ditemukan dibagian tengah jaringan, tapi dibagian tepinya, yaitu

diantara jaringan mati dan jaringan hidup yang memiliki sirkulasi utuh. 4

Selain itu, jika terjadi cedera dan menyebabkan kematian mendadak pada penjamu,

maka tidak ada bukti reaksi peradangan karena untuk timbulnya respon memerlukan waktu. 4

Berbagai pola peradangan dapat timbul berdasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk,

organ atau jaringan tertentu yang terlibat dan lamanya proses peradangan. Berbagai tipe

eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut sebagai akut selama fase

eksudat aktif. Disebut kronis jika ada bukti perbaikan lanjut disertai eksudasi dan disebut

subakut jika bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan

dinamakan menurut nama organ atau jaringan, yang ditambahkan akhiran-itis. Berikut

dibahas beberapa jenis eksudat.4

Eksudat Seluler

Eksudat neutrofilik

8

Page 9: Tuba Katar

Eksudat yang paling sering dijumpai terutama terdiri atas PMN, dalam jumlah yang

begitu banyak sehingga lebih menonjol daripada bagian cairan dan proteinosa. Eksudat

neutrofilik semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen biasanya terbentuk sebagai respon

terhadap infeksi bakteri. Eksudat ini juga terdapat dalam respon terhadap banyak cedera

aseptik dan secara mencolok terjadi hampir disemua tempat pada tubuh yang jaringannya

telah menjadi nekrotik.4

Infeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi PMN yang sangat tinggi yang

tertimbun didalam jaringan, dan banyak sel-sel ini mati serta membebaskan enzim-enzim

hidrolitiknya yang kuat kesekitarnya. Dalam keadaan ini, enzim-enzim PMN mencerna

jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi neutrofil dan pencairan

jaringan-jaringan dibawahnya disebut supurasi.4

Dan dengan demikian eksudat yang terbentuk disebut eksudat supuratif, atau lebih

sering disebut pus. Jadi, pus terdiri atas PMN yang hidup, mati dan yang hancur, jaringan

yang mencair dan tercerna, cairan eksudat pada proses peradangan dan sering terdiri dari

bakteri-bakteri penyebabnya.4

Eksudat Campuran

Eksudat ini merupakan campuran eksudat seluler dan nonseluler, dan dinamakan

sesuai dengan campurannya. Campuran ini meliputi eksudat fibrinopurulen, yang terdiri atas

fibrin dan PMN, eksudat serofibrinosa. Eksudat-eksudat tertentu seperti eksudat musinosa

dan mukopurulen, yang melapisi permukaan mukosa.4

Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa, daerah nekrotik dapat

mengelupas, menimbulkan celah pada permukaan mukosa. Defek seperti ini disebut ulkus.

Paling sering, eksudat fibrinopurulen yang berasal dari pembuluh darah dibawahnya

membentuk permukaan dasar ulkus. Terkadang daerah membran mukosa yang luas akan

mengalami nekrotik dan sel-sel yang dapat tertangkap didalam jala yang dibentuk eksudat

fibrinopurulen, yang melapisi permukaan mukosa.4

Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa yang kasar, dan oleh

karena jenis proses ini disebut sebagai peradangan pseudomembranosa.4

Contoh klasik peradangan pseudomembran adalah pseudomembran pada difteri

disaluran pernafasan. Dengan demikian membran semacam ini kadang disebut sebagai

9

Page 10: Tuba Katar

difteritik. Peradangan pseudomembranosa dapat dijumpai didalam saluran cerna, khususnya

kolok, sebagai akibat gangguan ekologi mikroba saluran cerna, biasanya disebabkan oleh

pemberian antibiotik.4

Eksudat Non Seluler

Eksudat Serosa

Pada beberapa radang, eksudat hampir seluruhnya terdiri atas cairan dan zat-zat yang

terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat non-selular yang paling sederhana

adalah eksudat serosa yang pada dasarnya terdiri atas protein yang bocor dari pembuluh-

pembuluh darah yang permeabel didaerah peradangan bersama dengan cairan yang

menyertainya. Contohnya eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan pada luka lepuh.

Penimbunan eksudat serosa yang serupa sering ditemukan pada rongga tubuh, seperti rongga

pleura atau rongga peritoneum dan walaupon tidak mencolok eksudat serosa sering menyebar

melewati jaringan ikat.4

Terkadang terjadi penimbunan cairan didalam rongga tubuh yang bukan karena

peradangan, biasanya peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan kadar protein plasma.

Pengumpulan bukan karena peradangan semacam ini disebut transudat dan sedikit protein

serta sel disbandingkan dengan eksudat.4

Eksudat Fibrosa

Eksudat fibrosa terbentuk saat protein keluar dari pembuluh darah didaerah

peradangan mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, berupa

jalinan yang lengket dan elastik. 4

Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti

pleura dan pericardium, tempat fibrin yang diendapkan mengeras menjadi lapisan atas

membran yang terkena. Jika lapisan tebal semacam ini tertimbun diatas permukaan serosa,

sering disertai dengan gejala rasa nyeri jika satu permukaan bergesekan dengan permukaan

yang lain.4

Jadi misalkan pasien pleuritis merasa nyeri ketika bernafas dikarenakan permukaan

yang kasar itu saling bergesekan selama inspirasi. Gesekan pada permukaan-permukaan kasar

10

Page 11: Tuba Katar

juga menimbulkan friction rub, yang dapat didengar dengan stetoskop diatas daerah yang

terkena.4

Eksudat Musinosa

Eksudat Nonselular yang lain adalah eksudat musinosa atau kataral. Jenis eksudat ini

hanya terbentuk diatas permukaan membran mukosa, tempat sel-sel yang dapat mensekresi

musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi

seluler bukannya dari sesuatu yang keluar dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat

normal membran mukosa, dan eksudat musinosa tidak lebih merupakan percepatan proses

fisiologis dasar. Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang

menyertai berbagai infeksi pernafasan bagian atas.4

Dari beberapa bahasan diatas, kita mengetahui tuba katar disebabkan oleh peradangan

membran mukosa. Yang menyebabkan membran mukosa tersebut menjadi hipersekresi

sebagai upaya untuk mengurangi peradangan itu sendiri. Tetapi proses peradangan tersebut

tidak akan berdiri sendiri tanpa sebab. Berikut beberapa keadaan yang dapat menyebabkan

proses peradangan pada membran mukosa.4

Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuba katar

1. Hipertrofi adenoid

Pembesaran adenoid dapatmenyebabkan obstruksi pada tuba Eustachius yang

akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat

tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan.5

2. Celah langit

Langit-langit atau palatum merupakan atap rongga mulut yang memisahkan

rongga mulut dan hidung. Palatum terbahagi kepada da yaitu palatum durum dan

palatum mole di sebelah posterior.6

Palatum durum dibentuk oleh prosessus maksila (2/3 anterior), pars

horisontalis prosessus palatine (1/3 posterior). Palatum mole merupakan lanjutan dari

palatum durum, disebelah lateral melekat pada dinding faring dan sebelah posterior

sebagai suatu pinggiran bebas.6

11

Page 12: Tuba Katar

Celah langit-langit merupakan defek congenital karena tidak bersatunya

prosesss palatines, penyambungan antara prosessus palatines berjalan dari anterior ke

posterior dimana proses ini dapat berhenti tiba-tiba.6

Menurut macamnya celah langit-langit dibagi dua:

Congenital cleft palate, yaitu celah langit-langit bawaan.6

Acquired cleft palate, yaitu celah langit-langit yang didapat misalnya karena

trauma, penyakit atau kanker.6

Menurut derajatnya celah langit-langit dibagi dua:

Complete cleft palate, yaitu celah langit-langit lengkap dimana kelainan yang

terdapat pada langit-langit juga pinggir alveolar dan bibir terkena baik

unilateral maupon bilateral.6

Incomplete cleft palate, yaitu celah langit-langit tidak lengkap. Kelainan

bentuk hanya terjadi pada palatum durum maupun palatum mole.6

3. Tumor Nasofaring

Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari penyakit ini,

disamping gejala dini lain yang berupa hidung buntu atau hidung keluar darah, tetapi

gejala tersebut sering tidak terpikir oleh dokter pemeriksa bahawa penyebabnya

adalah tumor ganas di nasofaring, sehingga baru diketahui bila penyakit sudah dalam

keadaan lanjut.7

Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa penuh di

telinga, telinga berbunyi atau rasa nyeri ditelinga. Banyak penulis mengatakan,

bahawa lokasi permulaan tumbuh tumor ganas nasofaring paling sering adalah di fosa

Rosenmuller, sebab daerah tersebut merupakan daerah peralihan epitel. Dalam

penyebarannya, tumor dapat mendesak tuba Eustachius serta mengganggu pergerakan

otot Levator Palatini yang berfungsi membuka tuba, sehingga fungsi tuba terganggu

dan mengakibatkan gangguan pendengaran berupa menurunnya pendengaran tipe

konduksi yang bersifat reversible.7

4. Peradangan

Sering menyerang pada balita, salah satu faktor penyebabnya adalah karena

saluran penghubung antara telinga tengah dengan atap tengkorak yang berdekatan

dengan lubang hidung bagian belakang (Eustachius) pada anak balita, yang masih

dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang belum sempurna.8

12

Page 13: Tuba Katar

Anatomis yang lebih pendek, lebih sempit dan lebih mendatar dibandingkan orang

dewasa. Akibatnya saluran ini dengan mudah dapat tersumbat, misalnya karena

terjadinya infeksi atau alergi. Dengan adanya cairan atau pembengkakan selaput

lendir di dalam saluran Eustachius yang tersumbat itu dapat berlanjut jadi peradangan.

Penyebab peradangannya antara lain karena adanya infeksi pada cairan yang

menyumbat bagian telinga tengah ini.8

5. Alergi

Alergi adalah satu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan

lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi

faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal.9

Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE,

mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperan dalam proses

inflamasi. Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa

mediator tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran dan

pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks.9

6. Barotrauma

Barotrauma adalah kerusakan dibagian dalam telinga yang disebabkan oleh

tidak samanya tekanan udara dikedua gendang pendengar. 10

Terapi

Terdapat beberapa manuver yang dapat dilakukan untuk memperbaiki fungsi

tuba Eustachius. Hal yang sederhana dapat dengan menelan, sehingga mengaktifkan

otot-otot dibelakang tenggorokan yang membantu membukanya tuba Eustachius.

Mengunyah permen karet, minum atau makan membantu penelanan. Menguap lebih

baik karena mengaktifkan otot lebih kuat.11

Jika telinga terasa penuh, kita dapat memaksa untuk membuka tuba Eustachius

dengan cara mengambil nafas dalam, dan menghembuskan sembari menutup hidung

dan mulut. Jika terasa berbunyi pada telinga berarti tuba Eustachius terbuka dengan

baik. Tetapi jika permasalahan masih ada walaupun sudah melakukan manuver harus

segera diperiksa dokter.11

Jika fungsi tuba sedang terganggu seperti sedang flu, sinusitis, infeksi telinga

atau serangan alergi, disarankan untuk menunda perjalanan penggunakan pesawat

13

Page 14: Tuba Katar

atau menyelam, karena dapat menyebabkan keadaan yang membahayakan, terutama

organ pendengaran. Pada bayi dan balita, mereka tidak dapat menyamakan tekanan

sendiri secara aktif sehingga harus diberikan minuman atau permen. Karena dengan

menelan tuba Eustachius terbuka dan fungsi menyamakan tekanan dapat terjadi.11

Pengobatan untuk rhinosinusitis virus pada orang dewasa didasarkan pada

vasokonstriktor, sering dikaitkan dengan agen anti-histamin dan dengan tindakan

atropinergik. Kontribusi yang mungkin timbul dari agen atropinergik murni saat ini

sedang dalam evaluasi. Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) tampaknya tidak

memiliki pengaruh dan penggunaan preparat kortikosteroid tidaklah tepat karena tidak

memiliki indikasi.11

Pada seorang pasien yang sedang dengan sumbatan pada hidung upaya yang

pertama adalah menegakkan diagnosis yang benar. Karena pengobatan tidak selalu

diperlukan dan apabila diberikan pengobatan haruslah seimbang dengan resiko

terapinya. Jika pasien memiliki masalah yang akut seperti pilek dan sinusitis. Sebuah

dekongestan topikal mungkin merupakan pengobatan yang paling efektif, tetapi ini

tidak boleh berlangsung lebih dari beberapa hari dan pasien harus diperingatkan agar

tidak membeli obat serupa untuk dipergunakan lebih lama.11

Dalam kasus yang lebih kronis,seperti alergi atau rhinitis vasomotor,

pengobatan oral adalah yang terbaik. Simpatomimetik secara oral (pseudoefedrin atau

phenylephrine) mungkin sudah cukup, atau antihistamin saja sudah dapat membantu

dalam rhinitis alergi. Kombinasi produk sering efektif tetapi haruslah diingat tentang

kontraindikasi dan pencegahan untuk masing-masing bahan.11

BAB III

14

Page 15: Tuba Katar

KESIMPULAN

1. Tuba Eustachius ialah sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang berjalan dari

telinga tengah ke nasofaring.

2. Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius adalah :

o Ventilasi atau pengaturan tekanan dari telinga tengah

o Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara

o Pembersihan dan penyaluran sekresi telinga tengah ke nasofaring

3. Kata “Catarrh” berasal dari bahasa yunani “katarrhein”. Katar yang berarti turun

dan rhein yang bererti mengalir.

4. Diartikan sebagai lapisan eksudat yang tebal yang terdiri dari mukus dan sel darah

putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari membran mukosa dikepala yang

merupakan respon dari suatu infeksi.

5. Tuba katar merupakan hasil dari reaksi peradangan

6. Menimbulkan beberapa jenis eksudat seperti :

o Eksudat Seluler (neutrofilik, campuran)

o Eksudat non-seluler (serosa, fibrosa, musinosa)

7. Keadaan yang menyebabkan terjadinya tuba katar:

o Hipertrofi adenoid

o Celah langit

o Tumor nasofaring

o Peradangan

o Alergi

o Barotrauma

8. Penatalaksanaan :

o Manuver valsava dan Toynbee

o Obati penyebab (flu, sinusitis, infeksi telinga, alergi )

o Tunda perjalanan menggunakan pesawat atau menyelam

15

Page 16: Tuba Katar

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilmu kesehatan penyelaman; Barotrauma hal.52-57; Penerbit PT.Gramedia

Jakarta; 2000

2. Empey DW, Medder KT. Nasal decongestants. Drugs. 1981 Jun;21 (6) : 438-43.

Pubmed PMID : 6166444FKUI: Buku ajar THT; Gangguan fungsi tuba; Penerbit

FKUI, edisi ke-enam; tahun 2007

3. Stoll D. Inflamatory acute rhinosinusitis. Presse Med. 2001 Dec 22-29; 30 (39-40

pt 2) : 33-40. Review. French. Pubmed PMID : 11819910

4. Boeis, Adam ; Buku ajar penyakit THT; Embriologi, Anatomi dan Fisiologi

telinga; Penerbit ECG, edisi 6; tahun 1991

5. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit.

Edisi ke-enam. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta, 2005 : 87-91

6. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube. Diakses tanggal 24 Oktober

2012. Diunduh dari : http://www.emedicine.com/ENT/topic208.html

7. Johnson RW. Medical Encyclopedia. Adenoid Hypertrophy. Diakses tanggal 24

oktober 2012. Diunduh dari: http://www.HealthAto.com.br/otor/otor.html

8. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/

penanganan_bayi_celah_bibir_langit-langit.pdf

9. Soepardi EA, Iskandar N. Dalam : Karsinoma Nasofaring. Buku Ajar THT. Edisi

Kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2000 : 146-150

10. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/

cegah.radang.telinga.tengah/001/001/229/203/-/4

11. Tanaka A, Ohashi Y, Kakinoki Y, Washio Y, Kishimoto K, Ohno Y, Sugiura Y,

Okamoto H, Nakai Y. Influence of allergic response on the mucociliary system in

Eustachian tube. Acta Otolaryngol Suppl. 1998;538:98-101. Pubmed PMID:

9879408.

16