tropik baja

40
II. LANDASAN TEORI 1. PENDAHULUAN Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai teori plat orthotropic akan dibahas mengenai evolusi dari plat deck baja konvensional menjadi plat deck baja orthotropic. Ada 3 fakioi yang membaniu dimungkinkannya perkembangan tipe jembatan orthotropic berdasarkan buku Orthotropic Bridges Theory and Design (OBT & D halaman 1) yaitu : 1. Konsep battledeck floor. 2. Konsep gridwork dan sistem selular. 3. Pengembangan metode analisa struktur dari kedua sistem di atas. 1.1. Battledeck Floor Battledeck floor adalah lantai baja dengan berat yang ringan yang dibuat dari balok struktur standar dan plat baja. Fungsi utama dari plat deck adalah menyalurkan beban roda secara melintang ke pengaku dan berperan sebagai sayap atas (top flange) dari pengaku dengan lebar efektiftertentu. Tes-tes yang dilakukan sejak tahun 1936-1938 dari model tes battledeck floor mengindikasikan bahwa plat deck memiliki cadangan kekuatan yang lebih besar dari yang diprediksi oleh teori lentur.

description

struktur

Transcript of tropik baja

  • II. LANDASAN TEORI

    1. PENDAHULUAN

    Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai teori plat

    orthotropic akan dibahas mengenai evolusi dari plat deck baja konvensional

    menjadi plat deck baja orthotropic.

    Ada 3 fakioi yang membaniu dimungkinkannya perkembangan tipe

    jembatan orthotropic berdasarkan buku Orthotropic Bridges Theory and

    Design (OBT & D halaman 1) yaitu :

    1. Konsep battledeck floor.

    2. Konsep gridwork dan sistem selular.

    3. Pengembangan metode analisa struktur dari kedua sistem di atas.

    1.1. Battledeck Floor

    Battledeck floor adalah lantai baja dengan berat yang ringan

    yang dibuat dari balok struktur standar dan plat baja. Fungsi utama dari

    plat deck adalah menyalurkan beban roda secara melintang ke pengaku

    dan berperan sebagai sayap atas (top flange) dari pengaku dengan lebar

    efektiftertentu.

    Tes-tes yang dilakukan sejak tahun 1936-1938 dari model tes

    battledeck floor mengindikasikan bahwa plat deck memiliki cadangan

    kekuatan yang lebih besar dari yang diprediksi oleh teori lentur.

  • 8

    Kenyataan ini mengingatkan pada formula semi empiris yang disetujui oleh AISC untuk desain battledeck floor dimana direkomendasikan

    peningkatan tegangan ijin dalam plat baja sebesar 40%. Elemen battledeck floor dihitung sebagai balok T yang terpisah.

    Konsep sederhana dari elemen-elemen jembatan seperti pengaku, balok lantai, dan balok utama didisain secara tersendiri/terpisah untuk beban

    maksimum tidaklah benar dan tidak ekonomis.

    Plat deck diasumsikan bekerja sama dengan balok lantai sebagai satu komponen dan saling bekerja sama dengan sistem ulama jembatan. Pendekatan yang digunakan tidak berhasil karena gagal untuk

    memanfaatkan baja pada efisiensi maksimum.

    Gambar 2.1. Battledeck Floor

    1.2. Grid Works

    Metode tradisional dari analisis jembatan biasanya mengasumsikan bahwa bagian-bagian komponen sering secara kaku

  • 9

    saling berhubungan bekerja sebagai bagian struktur yang terpisah. Berdasarkan konsep yang sederhana ini 4 bagian elemen yang berperan

    serta dalam menyalurkan beban vertikal adalah:

    1. Slab yang menerima beban-beban aktual kendaraan dan

    menyalurkannya ke pengaku.

    2. Pengaku.

    3. Balok lantai, sebagai support dari pengaku.

    4. Balok utama yang menyalurkan beban-beban ke perletakan.

    Secara praktek melode desain konvensional menganggap bahwa

    slab, pengaku, balok lantai dan balok utama bekerja secara terpisah dan konsekuensinya elemen-elemen tersebut dianalisa secara terpisah.

    Meskipun konsep konvensional ini secara sruktural tidak benar

    namun relatif lebih sederhana dalam melode analisanya dimana telah

    secara luas diterima oleh masyarakat.

    Bagaimanapun pendekatan ini menghasilkan jumlah dari masing-masing jenis elemen yang lebih banyak, pemborosan material dan meningkatkan berat sendiri.

    Kenyataannya elemen-elemen dari sistem jembatan menahan beban sebagai satu kesatuan unit. Pada saat beban diletakkan pada

    sembarang tempat pada jembatan, deck dan balok lantai mendistribusikan beban ke balok utama secara proporsional bergantung pada kekakuan

    relatif dari masing-masing bagian struktur.

    Keekonomisan dapat dipenuhi jika interaksi secara struktur antara komponen-komponen dari sistem jembatan dipertimbangkan

  • 10

    dalam design. Sistem jembatan dimana elemen-elemennya bekerja sebagai satu kesatuan unit dikenal sebagai sistem gridwork.

    Sebuah sistem gridwork terdiri atas sebuah plat deck atau slab

    yang didukung oleh rangkaian balok pengaku longitudinal yang menerus

    dan saling berhubungan dengan serangkaian balok melintang atau

    diafragma seperti pada gambar 2.2 dan 2.3.

    Gambar 2.2. Tipe Jembatan Gridwork

    Gambar 2.3. Sistem Grid Menerus

  • II

    Menurut perjanjian yang diterima dua peTpotongan dari sistem balok digambarkan sebagai balok utama (main girder) dan balok

    melintang (cross girder). Dalam hubungannya dengan jembatan deck sebagai balok utama adalah longitudinal girder atau pengaku plat

    (stringer) dan sebagai balok melintang adalah balok lantai (floor beam). Ada 2 jenis sistem gridwork yaitu .

    1. Jika balok-balok tersebut tidak memiliki ketahanan melawan torsi,

    maka grid bekerja seperti jika balok-balok terhubung pada sambungannya dengan sendi gerber yang hanya dapat menyalurkan

    beban tegangan aksial. Grid ini disebut sebagai hinged gridwork.

    2. Jika balok-balok tersebut memiliki ketahanan melawan torsi dan

    dimana balok-balok dengan kekakuannya dikonstruksi sambungan-

    sambungan menyalurkan momen pada dua arah maka grid ini disebut

    stiff gridwork

    1.3. Sistem Selular

    Pada saat yang sama dimana AISC mengembangkan battledeck

    floor, para insinyur Jerman mengadakan eksperimen dengan jembatan deck baja ringan. Untuk dapat mengefektifkan penggunaan plat dan untuk memperbaiki kekakuannya spasi dari pengaku dikurangi. Spasi dari

    sistem gridwork yang relatif rapat ini dikembangkan dalam konstruksi

    deck baja selular seperti pada gambar 2.4.

  • 12

    Gambar 2.4. Tipe Jembatan Selular

    Deck ini terdiri atas plat baja tipis yang diperkaku dalam 2 arah oleh gridwork yang relatif dangkal yang terdiri dari rib yang dilas dengan

    jarakspasi 1-2 ft. Namun si stem ini tidak dikembangkan lebih jauh karena

    sejumlah besar pengelasan dan kesulitan dalam analisis struktur. Selain itu juga sistem ini tidak ekonomis karena deck dan elemen-elemen utama lainnya dianalisa secara terpisah.

    Keuntungan dari sistem ini adalah ketinggian yang relatif

    dangkal atau rendah dimana memberikan penampilan yang langsing pada

    jembatan. Disadari kemudian bahwa keekonomisan dapat dicapai oleh sistem deck baja hanya jika span atau bentangnya cukup panjang dan deck berperan serta secara penuh dalam tegangan-tegangan dari elemen

    utama jembatan. Eksperimen dengan battledeck floor dan konsep dari sistem

    gridwork dan selular menghasilkan perkembangan dalam jembatan deck baja ringan seperti pada gambar 2.5 dan 2.6.

  • 13

    AfflliillHPh rfWlll! I inr

    Gambar 2.5. Plat Baja Orthotropic dengan Torsionally Soft Rib

    ^ PSC* Pl.AU ~jr-"

    : i* ,ni i i ; ' i^ i . . - ' v , Kins / / -

    / s

    Gambar 2.6. Plat Baja Orthotropic dengan Torsionally StiffRib

    Kombinasi dari plat deck baja yang diperkaku oleh balok longitudinal dan balok melintang yang dikenal sebagai sistem jembatan menghasilkan kreasi baru yang dikenal sebagai Jembatan Tipe

    Orthotropic.

  • 14

    Karakteristik utama dari jembatan tipe baru ini adalah perilaku dari sistem utama jembatan dan plat baja yang diperkaku dalam arah longitudinal dan melintang yang bekerja sebagai satu kesatuan struktur.

    Secara umum jembatan tipe orthotropic terdiri atas flat, plat baja tipis, rangkaian pengaku arah memanjang {longitudinal ribs) dengan spasi yang relatif dekat dan pengaku arah melintang {floor beam).

    Ribs dan floor beam adalah orthogonal dan dalam kedua arah

    properti elastisnya berbeda atau anisotropis, seluruh sistem akhirnya

    dikenal dengan nama orthogonal-anisotropis atau orthotropic.

    1.4. Detail-Detail Konstruksi

    1.4.1. Plat

    Dalam semua tipe jembatan orthotropic decknya adalah sama dengan konstruksi-konstruksi lainnya, terdiri dari plat baja kontinu yang diperkuat oleh sistem longitudinal ribs dan transverse

    floor beams.

    Ketebalan dari plat deck bervariasi dari 3/8 in sampai 1 in

    dan tergantung dari spasi rib, pembebanan yang diperlukan, dan

    defleksi lokal yang diijinkan.

  • 15

    1.4.2. Ribs

    Ada dua basic sistem deck baja orthotropic yang digunakan saat ini, dengan karakter torsionally soft atau open rib

    dan torsionally stiff atau box-shaped ribs, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.7 di bawah ini.

    .L J...

    *. T0RS10NAM.V SOFT i> TOilSI!iA!J. *;TI r r Off OPW Tt> 0 ftOK -- TVCE

    Gambar 2.7. Tipe-tipe Rib

    Tipe open rib biasanya terbuat dari flat bars, bulb shapes, inverted T-seclions, angles, dan channels. Open rib biasanya

    bervariasi ukurannya dari 3/8 in x 8 in sampai 1 in x 12 in

    sepanjang bagian bersilangan dari jembatan. Bentang dari tipe open rib adalah dari 4 ft sampai 7 ft.

    Diantara banyak tipe dari box-shaped ribs adalah

    trapezoidal, semicircular, triangular dan kombinasi. Yang paling

    banyak digunakan adalah trapezoidal rib section. Ketebalan rib

    bervariasi dari 3/16 in sampai 5/16 in.

  • 16

    1.4.3. Floor Beam

    Floor beam biasanya mempunyai spasi dari 4 ft sampai 15

    ft, tetapi dalam kasus tertentu spasi ini bisa bertambah. Umumnya,

    spasi dari floor beam dapat besar jika spasi diantara girder utama adalah besar, dan kecil jika bentang floor beam adalah pendek.

    2. KONSEP PLAT ORTHOTROPIC

    2.1. Konsep

    Ide dari analisa ini menitik beratkan pada asumsi bahwa

    kekakuan sistem plat pada masing-masing arah yang saling

    bersilangan/berpotongan dan tegak lurus adalah berbeda. Kekakuan ini

    sangat berhubungan dengan elastisitas dari bahan/material yang

    digunakan.

    Suatu bahan yang mempunyai bentuk yang sama dengan bentuk

    awalnya setelah mengalami pembebanan diasumsikan sebagai bahan yang

    memiliki sifat elastisitas sempurna dan homogen.

    Bahan yang menunjukkan kelakuan elastik yang identik pada semua arah disebut sebagai bahan yang isotropic dan sebaliknya jika bahan tersebut menunjukkan perbedaan sifat elastisitas yang berbeda pada arah yang berbeda maka bahan tersebut dapat kita katakan sebagai

    bahan yang anisotropic.

    Pada kasus dimana sebuah bahan yang memiliki sifat elastisitas

    yang berbeda pada dua arah yang saling bersilangan/berpotongan dan

  • 17

    tegak lurus maka bahan ini kita sebut sebagai bahan yang orthogonal-

    cmisotropic atau singkatnya disebut urihuiropic.

    Analisa yang akan dibahas pada tugas akhir ini disebut analisa

    deck orthotopic karena menganalisa suatu sistem plat yang memiliki

    kekakuan yang berbeda pada dua arah yang berbeda yaitu arah

    memanjang dan melintang (EIx * Ely, maka vx *= vy). Analisa ini terbagi atas 3 sistem komponen struktur yaitu:

    1. Sistem I : Analisa plat (Deck Plating Analysis).

    2. Sistem II : Analisa plat yang diperkaku (Stiffened Deck Plating

    Analysis).

    3. Sistem III : Analisa sistem lantai dan balok utama yang bekerja bersama-sama (Analysis of Deck and Main Girder

    Acting Together).

    2.2. Analisa Jembatan Tiga Dimensi

    Perilaku struktur deck orthotropic memiliki perbedaan yang

    mendasar dibandingkan dengan tipe deck jembatan konvensional lainnya, yaitu sistem orthotropic yang terdiri atas plat deck, rib, floor beam dan

    main girder bekerja sebagai satu kesatuan unit yang menghasiikan pola distribusi tegangan tertentu.

    Plat deck menunjukkan beberapa fungsi yang simultan antara lain:

  • 18

    - Kekakuan lenturnya menyalurkan beban terpusat roda ke

    longitudinal rib ketika beban bekerja diantara rib-rib. - Plat deck berlaku sebagai top flange dari longitudinal rib yang

    menyalurkan beban ke floor beam.

    - Plat deck berlaku sebagai top flange dari floor beam yang menyalurkan

    beban ke main girder.

    - Deck orthotropic terhubung sangat kuat/erat dengan main girder untuk

    menahan gaya geser. Dengan cara ini ia berlaku sebagai upper flange

    dari main girder dan bersama-sama dengan main girder menyalurkan

    beban dan tegangan.

    Fungsi-fungsi di atas menghasilkan penggunaan material yang

    paling efektif. Karena berat deck orthotropic yang relatif ringan maka

    desain momen dan tegangan akibat beban hidup lebih penting

    dibandingkan dengan akibat beban mati.

    3. DECK PLATE ANALYSIS (SISTEM I)

    Dalam menganalisa plat deck digunakan 2 macam metode yaitu :

    1. Metode Batas Elastis (Elastic Range Method)

    Hasil tes eksperimen menunjukkan bahwa lendutan aktual plat deck adalah 1/6 dari nilai perhitungan lendutan plat untuk perletakan yang simply

    supported. Batas lendutan ijin adalah a/300. w = 1/6 x 5/384 x Pa4/E.Ip < a/300 (2.1)

    Dimana:

  • 19

    P = Beban roda (t/m2, kg/cm2, psi)

    a = Spasi rib (m, cm, in)

    Ip= Momen inersia plat per satuan lebar (m4, cm4, in4)

    E = Modulus eelastisitas plat (t/m2, kg/cm2, psi)

    IP=t3/12

    t = 0.0065a 3VP (2.2)

    Untuk alasan praktis ketebalan plat ditingkatkan menjadi 1/16-3/32 in untuk mengijinkan terjadinya korosi. Dengan diijinkannya lendutan permanen yang kecil pada tengah bentang dari panel maka tahap elastisitas

    murni ini dapat digunakan untuk preliminary design plat deck.

    2. Metode Batas Plastis (Plastic Range Ultimate Bearing Capacity)

    Pu =1.25. (4.9 fu.t/a)Vsu (2.3)

    Dimana:

    Pu = Beban ultimate (t/m , kg/cm , psi)

    A = Luas penampang plat per satuan lebar (in2, cm2, m2)

    fu = Kuat tarik ultimate (t/m , kg/cm , psi)

    t = tebal plat dalam in, cm, m

    a = Longitudinal rib spacing (in, cm, m)

    Eu = Regangan ultimate material sesuai dengan fu (t/m2, kg/cm2, psi)

    Teori plastis digunakan untuk mengevaluasi perilaku deck dibawah

    beban besar atau keamanan aktual dari struktur yang lebih besar dari yang

    diprediksikan oleh teori elastis.

  • 20

    4. STIFFENED DECK PLATE ANALYSIS (SISTEMII)

    Dalam menganalisa plat deck digunakan analisa dengan metode

    Pelikaii Esslinger yang didasarkaii atas aplikasi persamaan Huber, dimana

    parameter yang menyatakan kekakuan-kekakuan tertentu dari deck orthotropic

    tipe open rib diabaikan karena pengaruhnya yang sangat kecil dalam desain.

    Metode ini mengasumsikan bahwa sistem deck adalah plat

    orthotropic yang menerus yang didukung secara kaku oleh main girder dan

    disokong secara elastis oleh floor beam.

    Prosedur desain dibagi dalam 2 tahap, yaitu :

    Tahap I : Diasumsikan bahwa floor beam sebagaimana main girder adalah

    benar-benar rigid.

    Tahap II : Dilakukan koreksi karena pertimbangan floor beam adalah

    penyokong yang elastis.

    Reaksi floor beam digantikan oleh kelompok beban yang

    proporsional pada tiap titik penurunan dari floor beam. Total momen didapat

    dengan superposisi karena pengaruh beban hidup dan mati akibat asumsi

    penyokong yang rigid dan akibat penyokong yang elastis dari floor beam.

  • 21

    I ! k!

    _ i A

    Qz =" _^__L_4__i_4 ipxip ~*i f

    F I R S T S T A G E - D E C K A S C O M T I N U O U S P L A T E O V E R R I G I D F L O O R B E A M S

    1 T f' f I * " I r- ...

    S E C O N D S T A G E . D E C K O V f c H E L A S T I C F L O O R B E A M S

    T T ^ -f r i

    F i F p ^

    i U M M A R Y O F F I R S T A N D S E C O N D S T A G E S

    Gambar 2.8. Metode Pelikan -Esslinger, tahap I dan II

    4.1. Aplikasi Terhadap DeckTipeOpen Rib

    Untuk deck yang diperkaku dengan open rib atau torsionally soft

    rib kekakuan lentur lateral Dx dan kekakuan torsional H adalah relatif

    kecil dibandingkan dengan kekakuan lentur longitudinal Dy. Sehingga

    secara desain praktis Dx dan H dapat diabaikan.

    H=0,Dx=0 , Dy. (2.4)

    Persamaan di atas menyatakan garis lendutan sebuah balok dan

    raendefinisikan sebuah idealisasi dari sistetn struktur yang mewakili

    aktual steel deck dengan tipe open rib.

  • 22

    Seperti telah dijabarkan di atas bahwa metode Pelikan - Esslinger ini terdiri atas 2 tahap. Yaitu :

    Tafaap i - Deck dengan penyokong kaku :

    1. Momen lentur dan reaksi deck pada arah longitudinal.

    2. Momen lentur dan reaksi pada floor beam.

    3. Section properties dari T-ribs dan floor beam.

    Tahap II - Deck dengan penyokong elastis :

    Pada tahap ini adalah untuk mengkoreksi kelenturan floor beam dibawah

    distribusi beban dan momen lentur yang bekerja pada T-rib. Untuk mendapatkan hal di atas, data-data dibawah ini harus ditentukan .

    1. Garis pengaruh momen lentur yang bekerja di T-rib, T-rib diasumsikan sebagai continuous beam yang di sokong secara elastis.

    2. Momen tambahan pada T-rib dan momen relief pada floor beam.

    3. Section properties T-rib seperti effective span, effective width dan

    section modulus mempertimbangkan pengaruh kelenturan dari floor

    beam.

    4. Mengevaluasi momen hasil superposisi dari Tahap I dan II

    menentukan tegangan pada T-rib.

  • 23

    4.2. Open Rib Deck On Rigid Support

    4.2.1. Metoda Desain

    Seperti telah diuraikan di atas, metode desain yang

    digunakan adalah metode Pelikan-Esslinger dimana plat yang

    diperkaku dengan longitudinal rib disokong oleh balok utama yang

    rigid dan floor beam yang elastis. Desain terbagi dalam 2 tahap

    dimana pada tahap pertama (gambar 2.9.a) floor beam diasumsi

    rigid dan tahap kedua (gambar 2.9.b) floor beam dianggap sebagai

    penyokong elastis yang mengalami penurunan saat pembebanan.

    Tahap I merupakan bahasan pada sub bab ini.

    Gambar 2.9. Jembatan Aktual

    Gambar 2.9. (a) Tahap I : Rigid Floor Beam

  • 24

    Gambar 2.9. (b) Tahap I I : Elastic Floor Beam

    4.2.2. Garis Pengaruh

    Momen lentur dan reaksi dari rib ditentukan dengan

    menggunakan garis pengaruh pada balok menerus. Momen lentur

    My, pada arah longitudinal deck bergantung pada beban P, rib span

    1, dan posisi beban y.

    Pada perhitungan momen dengan garis pengaruh

    digunakan koefisien yang tidak berdimensi y/l dan w/l pengganti

    nilai y, I dan w. Berdasarkan uraian di atas maka persamaan umum

    momen lentur adalah:

    M - w/l x l.P (2.5)

    4.2.3. Faktor Reduksi

    Pada analisa untuk mencari momen lentur plat orthotropic

    tipe open rib diambil sebuah T-rib yang diasumsi sebagai balok

    menerus di atas banyak perletakan dengan span yang sama (gambar 2.10).

  • 25

    Gambai 2.10. Momen Lenlur Balok Menerus Dengan Rigid Support Ke Beban Terpusat

    Pada balok menerus berkurangnya momen lentur

    lergantung dari jaraknya terhadap letak beban. Besarnya pengurangan ditentukan oleh koefisien pengurang k yang disebut

    sebagai faktor reduksi.

    Dari gambar 2.10 di atas dengan menotasikan momen pada

    perletakan mo sebagai M0 maka :

    Mi = k. Mo

    M2 = k. Mj = k2. M0 M3 = k. M2 = k3. Mo

    M ra=kmM0 (2.6)

    Dengan mengaplikasikan persamaan 3 momen pada balok

    yang tidak terbebani didapat:

    Mo+4M,+ M2 =0 (2.7)

    Substitusi persamaan (2.6) ke (2.7) didapat.

    1 + 4 k + k2 = 0

    ki = -0,268 dan k2 = -3.732 (2.8)

  • 26

    Dari penyelesaian di atas didapat faktor reduksi untuk

    momen lentur, geser, dan lendutan pada balok menerus yang tidak

    terbebani adalah k = -0.268.

    4.2.4. Mencari Momen Pada Perletakan

    ~*%^zz=^*r 3 -4 e \ (_+

    Gambar 2.11. Garis Pengaruh Momen Ms Balok Menerus Pada Rigid Support

    1. Concentrated Load Pada Span 0-1

    (Ms/Pl)oi = (w/l)oi - - 0.5(y/l) + 0.8660 (y/1)2 - 0.3660 (y/1)3 (2.9)

    .& p

    e e i e

    p

    r i / I 2 "** i Tt*l

    c e

    Gambar 2.12. Balok Menerus Pada Rigid Support dengan Beban Terpusat P

    2. Concentrated Load Pada Sembarang Span (lihat gambar 2.12) (Ms/Pl)m=(w/l)ra=(-0.5(y/l)+0.8660(y/l)2-0.3660(y/l)3)(-0.268)m (2.10)

  • 27

    3. Seruruh Span Dibebani Oleh Beban Terbagi Rata

    /- P , h iiiiJiinii^ j'LLLijiui'i w^sm 11^ 11114

    /

    Gambar 2.15. Balok Menerus Pada Rigid Support. Beban Terbagi Rata Sebagian dipakai Pada Perhitungan Momen Support Ms

    Ms=-l/12pl2 (2.11)

    4.2.5. Mencari Momen Pada Midspan

    Dengan cara yang sama seperti di atas dapat ditentukan :

    1. Concentrated Load Pada Span 0-0'

    *

  • 28

    3. Momen Midspan 0-0' Dimana Semua Span Tetbebani Penuh

    Oleh Beban Terbagi Rata,

    M=l/24pl2 (2.14)

    4.2.6. Mencari Reaksi

    1. Reaksi Fo Pada Support m=0, Untuk Beban Pada Span 0-1.

    P

    - . - . . j . . - " " J - * -

    -ZTj X4

    -"'e \ e JL1 -- , >

    Gambar 2.20. Balok Menerus Pada Rigid Support. Reaksi Support Untuk Beban Pada

    Span 0-1

    FQ/P = 1-2.1961 (y/1)2 + 1.1961 (y/1)3 (2.15)

    2. Reaksi Fo Pada Support m=0. Untuk Beban Pada Sembarang

    Tempat(m). (m+1).

    "S' -X" "4/ .,.... a ~ ~A

    !_. W t 1 - * / , **JWS

  • 29

    3. Reaksi Pada Support nv=0 Ketika Seluruh Span Terbebani Penuh

    Oleh Beban Terbagi Rata.

    F/P=1.000 (2.18)

    4.2.7. Effective Span Dari Rib

    Yang disebut sebagai efektif span dari rib adalah panjang rib rata-rata pada daerah momen positif. Di sini digunakan metode

    pendekatan, nilai pendekatan dari efektif span dari rib pada rigid

    support adalah:

    le = 0.7 1 (2.19)

    4.2.8. Distribusi Beban Aktual Pada I -Rib Deck

    Distribusi beban aktual roda pada deck jembatan mengindikasikan bahwa masing-masing rib menerima beban yang

    berbeda. Reaksi rib dievaluasi di bawah pengaruli distribusi beban

    roda P dengan lebar rib = B.

    Untuk keperluan praktek lebih mudah untuk menyatakan

    hubungan Ro/P sebagai fungsi dari distribusi beban dan spasi rib.

    Ro/P = f(B/a) (2.20)

    Ro = Reaksi maksimum rib

    Selanjutnya hubungan Ro/P sebagai fungsi dari B/a dapat dilihat pada Diagram Distribusi Pembebanan pada Appendix B

    AISC 1967.

  • 30

    4.2.9. Panjang dan Lebar Efektif Floor Beam

    Panjang bentang efektif dari floor beam yang disokong

    oleh main giider diasumsikan mendekati sama dengan spasi main

    girder.

    b* = b (2.21)

    Lebar efektif floor untuk penentuan gaya-gaya dalam adalah :

    1* = 1 (2.22)

    Lebar efektif flooi untuk penentuan tegangan dinyatakan

    sebagai hubungan antara spasi aktual dan pembebanan seperti

    terlihat pada Diagram no. 1 Appendix B AISC 1967.

    L* = 2Fo.l/(Fo+Fl) (2.23)

    Lebar efektif floor dimana pada kasus seluruh floor beam

    menerima beban yang sama spasi ideal 1* adalah sama dengan

    spasi aktual 1.

    Dengan nilai 1* dan b dapat ditentukan nilai p

    P = 7i.l*/b. (2.24)

    Dari Diagram no.l dapat ditentukan lebar efektif floor

    beam dari hubungan :

    A, = 1*/1 (2.25)

    sebagai fungsi dari (3.

  • 31

    4.3. Open Rib Deck On Elastic Support

    4.3.1. Fleksibilitas Floor Beam

    Menurut langkah pertama dari metode Pelikan-Esslinger,

    momen lentur pada deck plat baja terevaluasi dengan asumsi rigid atau tidak melelehnya floor beam. Dalam kenyataan sistem

    jembatan, sebuah bebanyang terlelak pada deck akan melenturkan perbatasan floor beam dan defleksi floor beam lantai akan

    menyebabkan redistribusi momen lentur.

    Defleksi dari floor beam akan mempengaruhi ribs,

    menambah momen lentur positif dibawah beban pada tengah

    bentang dari ribs, dan mengurangi momen lentur negatif dimana

    ribs didukung oleh floor beam.

    Efek dari fleksibilitas floor beam pada momen lentur

    dalam ribs akan membesar pada tengah bentang dari deck jembatan diantara main girder.

    Untuk analisa praktis, deck orthotropic terdiri dari sistem

    longitudinal strip atau T-ribs terbentang pararel sisi dengan sisi dan

    didukung oleh floor beam elastis.

    Untuk evaluasi efek fleksibilitas floor beam pada momen

    dalam deck orthotropic, beban roda aktual harus tersubtitusi

    dengan persamaan komponen beban sinusoidal diteruskan

    sepanjang lebar deck jembatan. Untuk membuat substitusi ini, aksi beban roda pada jembatan harus dikembangkan dalam deret

  • 32

    fourier, oleh karena itu, analisa evahiasi mempengaruhi fleksible

    floor beam terbagi dalam dua bagian :

    1. Menempatkan beban hidup aktual dengan sistem equivalent

    distribusi pembebanan sepanjang lebar jembatan, dengan mempeTtirnbangkan bahwa defleksi pada tiap bagian adalah

    sebanding pada distribusi pembebanan equivalent.

    2. Menentukan momen lentur dan gaya geser, dan mengevaluasi

    garis pengaruh untuk T-beams pada elastis support dengan

    mengunakan equivalen distribusi pembebanan.

    4.3.2. Distribusi Beban Pada Fleksibel Floor Beam

    Beban terbagi rata, P = Q0 ( x2 _ xx), pada balok lantai

    dengan bentang b dan pemberian pembebanan dapat

    direpresentasikan dengan equivalen sinusoidal deret fourier :

    Qnx /Qo= X 2/nTC (cos rmxi / b - cos n7tx2 / b) sin mvdb (2.26)

    Dimana,

    Qnx = beban per unit lebar pada lokasi x, dari deret fourier (k/in).

    Q0 = P/2g beban aktual pada deck jembatan per unit lebar b = panjang bentang = lebar dari deck jembatan (in).

  • 33

    4.3.3. Koefisien Fourier Untuk Perhitungan Momen Pada Fleksibilitas i

    Balok Lantai

    Untuk desain dengan simple supported floor beam eukup

    digunakan deret pertama fourier componen beban, Q lx/ Q0 .

    Dalam persamaan berikut ini koefisien fourier Qlx / Q0 diperlukan untuk komputasi dari efek fleksibilitas floor beam yang

    simple supported dan akan dievaluasi dalam dua kasus :

    1. Koefisien fourier untuk perhitungan momen lentur positif

    maksimum yang bertambah besar dalam rib.

    2. Koefisien fourier untuk perhitungan relief momen lentur pada

    floor beam.

    4.3.4. Koefisien Fourier Untuk Perhitungan Penambahan Momen

    Lentur Dalam T-Ribs

    1. Satu jalur, beban truk :

    ot

    . <

    im'im \ '

    so

    JC i i 4

    x.%

    , ( . . . _ DC

    Gambar 2.29

  • 34

    Menghasilkan:

    Qix/ Qo = 8/TI COS 7te/b sin rcg/b sin nd/b sin 7 t ^ (2.27)

    2. Dua jalur, beban truck

    -

    ,:

    v

    e &

  • 35

    4.3.5.Koefisien Fourier Untuk Perhitungan Relief Monion Lentur

    Pada Floor Beams

    1. Satu ialur, beban truk (lihat gambar 2.29):

    Qlx/ Qo = 4/7t COS 716/1) Sill 7lg/b (1+COS 7ie/b) (2.30)

    2. Dua jalur, beban truck

    e I

    if IE

    a;;.

    :-

    e . e

    r Q i x / K ~

    i i i..i.,s.,.. - - A j : A

    ::

    (2.31)

    3. Tiga jalur, beban truck: Qix/ Qo = 8/?r COS 7te/b sin rcg/b (l+2sin 7td/b) sin 7tx/b

    ^-- *S4 ,J

    .?J-C. d i C

    I 1 T r i i I T J i j-ntni nrfil

    c , c _j

    ; k| .' r

    (2.32)

    Gambar 2.33

  • 36

    4.3.6. Momen dan Reaksi Pada Ferletakan Elastis T - Rib

    Untuk evaluasi garis pengaruh berikut, menganggap T -

    Ribs sebagai balok meiierus diatas dukungan elastis. Asumsikan

    bahwa flexural rigiditas dari balok, bentang dan elastisitas dari

    dukungan adalah konstans sepanjang bentang. Untuk analisa deck orthotopic, evaluasi ordinat dari garis

    pengaroh mempertimbangkan beban sebagai aksi hanya sepanjang support elastis.

    4.3.7. Tambahan Momen Lentur T- Ribs

    1. Momen Bentang

    Dalam menganalisa garis pengaruh untuk momen

    lentur dalam balok menerus pada support elastis diketahui

    bahwa momen lentur pada setiap lokasi sepanjang balok terdiri dari dua bagian :

    a. Bagian pertama berhubungan dengan ordinat pada sebuah

    balok yang rigid, pada beban yang bergerak.

    b. Bagian kedua dari momen berhubungan dengan dukungan

    yang meleleh dan berhubungan dengan perbedaan t| = r\e -r|r diantara pengaruh ordinat pada dari balok dengan elastis support T)e dan pengaruh ordinat dari balok pada

    rigid support r\r Oleh karena itu, ordinat rj menunjukan efek dari dukungan yang meleleh.

  • 37

    Untuk mengevaluasi penambahan momen M^r

    untuk lokasi yang berubah-ubah sepanjang balok dibawah pengaruh beban ZP, dapat ditulis:

    AMr = P.T|= !F m T|m (2.34) Dimana Fm menunjukan reaksi pada beban P pada

    support m dari balok menerus pada rigid support. vjm adalah ordinat pada support m, untuk momen lentur pada point y

    m

    dari balok menerus pada elastis support.

    Dengan mengenalkan dimensi ratio r|m/l dan Fm /P, gambar (342) dapat ditunjukkan sebagai berikut:

    AM=PlZFm/P.Tim/l (2.35)

    Yang harus diperhatikan bahwa ratio Fm /P adalah

    berdiri sendiri dari beban P, dan mewakili ordinat S untuk

    reaksi dari balok menerus pada rigid support.

    Jika lebih dari satu beban P digunakan, nilai Fm

    mewakili jumlah dari reaksi pada support m, ke beban P pada lokasi sepanjang balok.

    Untuk mengevaluasi penambahan momen lentur ke

    ilexibilitas balok lantai, beban aktual harus diwakili dengan

    beban componen sinusoidal Qix bergerak sepanjang lebar dari rib a.

    Dengan memasukkan koefisien Qix/Q0 ke dalam

    persamaan (2.35) dihasilkan :

  • 38

    ^ = Q0.l.aQlx/Q0I Fm/P . r|m/l (2.36) dimana,

    AMT = penambahan momen per rib ke defleksi lantai

    Q0 = P/2g = beban roda per inci dari lebar deck

    Qix = Nilai dari componen pertama beban sinusoidal pada

    lokasi x dari rib

    Penambahan momen AMJ. , mempunyai nilai positif,

    yang mempunyai arti momen lentur meningkat pada tengah

    bentang.

    Untuk mengevaluasi penambahan momen bentang,

    yang harus diperhatikan:

    1. Menentukan nilai koefisien flexibilitas dari balok lantai y ,

    y didapat dari interpolasi tabel No. 1 garis pengaruh untuk

    momen bentang (rj/1). 2. Menentukan reaksi untuk sistem dengan beban terpusat

    Fm/P, dengan asumsi rigid support.

    3. Evaluasi pengaruh dari beban distribusi sepanjang balok lantai, ditunjukkan oleh deret fourier : Qix/Q0

    4. Menentukan nilai garis pengaruh dibawah aksi beban

    terpusat Fm/P, atau, X Fm/P. r|m/l 5. Dan akhirnya evaluasi penambahan momen bentang dengan

    persamaan.(91)

  • 39

    2. Momen Perletakan

    Untuk evaluasi penambahan momen perletakan

    digunakan tabel No.2 untuk interpolasi garis pengaruh.

    4.3.8.Tambahan Momen Lentur Floor Beam (Relief Bending

    Momen)

    Penambahan momen lentur pada floor beam akibat

    fleksibilitas floor beam di dapat dengan menggunakan

    persamaan:

    AM( = Qo (b/jr)2 QIx/Q0 [F/P - HVP K] (2.37) Metode solusi untuk evaluasi momen balok lantai,

    sebagai berikut :

    1. Menentukan nilai koefisien flexibilitas balok lantai Y-

    Kemudian interpolasi dari tabel No. 3.

    2. Menentukan reaksi untuk sistem beban terpusat Ff/P,

    asumsikan rigid support.

    3. Evaluasi pengaruh dari distribusi pembebanan sepanjang balok lantai, seperti deret fourier QXi/Q0.

    4. Menentukan nilai dari garis pengaruh untuk reaksi dari balok

    pada elastis support sebagai:

    !Fm/P m

  • 40

    5. Dengan substitusi semua data diatas kedalam persamaan

    (2.37), di dapat penambahan momen pada floor beam.

    4.3.9. PERHITUNGAN PENAMPANG

    1. Bentang Efektif dan Lebar T-rib

    Leleh pada floor beam mempunyai pengaruh pada bentang

    efektif dari T-rib. Dalam kasus ini bentang efektif adalah lebih

    besar dari spasi floor beam dan kira-kira mendekati:

    li-oo (2.38)

    Semua rib dipertimbangkan sama-sama terbebani akibat

    flexibilitas balok lantai. Oleh karena itu, efektif ideal spasi rib

    diasumsikan sama dengan spasi aktual rib, atau

    a*= a (2.39)

    Lebar efektif a

  • 41

    b = b (2.42)

    Oleh karena itu bentang efektif dari floor beam, atau

    daerah momen positif, adalah sebanding ke spasi diantara dua

    rigid main girders.

    Untuk menentukan gaya dalam lebar efektif adalah:

    f = 1 (2.43)

    l* = (2F0/(F0+F1))l (2.44)

    Dalam kasus dimana semua balok lantai adalah sama-sama

    dibebani, spasi ideal 1* adalah sebanding dengan spasi 1.

    Jika diketahui b dan 1 , dapat dicari nilai:

    P = TilTb (2.45)

    Dari diagram No. 1 dapat ditentukan lebar efektif dari floor beam

    dari relasi :

    X = 1*/1 (2.46)

    sebagai fungsi dari p.

    5. DECK and MAIN BRIDGE SYSTEM ACTING INTEGRALLY

    (SISTEM III) 5.1. Lebar Efektif Deck

    Lebar efektif deck tergantung pada hubungan antara spasi main

    girder dan bentang jembatan. Untuk beban merata dari girder lebar efektif mendekati XA -1/5 dari bentang.

  • 42

    Pada panjang bentang yang lebih besar dari 3x spasi girder maka seluruh lebar deck dapat dianggap efektif sebagai top flange dari main

    girder seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

    Akibat dari luas penampang plat deck dan longitudinal rib yang

    biasanya lebih besar dari luas penampang bottom flange girder maka

    akan dihasilkan penampang melintang yang asimetris.

    Letak garis netral lebih mendekati deck dan tegangan pada deck

    lebih kecil dibandingkan pada bottom flange. Distribusi tegangan-

    tegangan yang asimetris pada main girder sangat menguntungkan di

    dalam desain karena hal ini menyebabkan tersedianya cadangan tegangan

    untuk local bending pada deck yang diasumsikan pada sistem II.

    Keuntungan lain dari main girder yang tidak simetri ini adalah

    menyebabkan tinggi jembatan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan jembatan konvensional lainnya dengan kekakuan yang sama.

  • 43

    5.2. Superposisi Komponen-Komponen Tegangan

    Tegangan -tegangan yang terjadi pada bagian manapun dari plat deck di bawah beban kerja dievaluasi dengan melakukan superposisi komponen-komponen tegangan yang didapatkan dari sistem II dan III.

    Superposisi ini mengasumsikan hubungan linier antara beban dan

    tegangan pada semua sistem.

    Tegangan pada sistem I didefinisikan sebagai tegangan lentur pada

    deck yang disokong oleh rib karena pengaruh beban langsung yang

    bekerja pada deck. Tegangan lokal ini bekerja diantara rib pada arah melintang.

    Tegangan pada sistem II sebagai tegangan lentur pada longitudinal

    rib dan floor beam yang bekerja sama dimana plat deck sebagai flange akibat local action dari beban yang bekerja pada deck.

    Pada sistem ini tegangan dievaluasi pada rib dan floor beam

    sebagai berikut:

    I. Tegangan lentur pada rib.

    Tegangan pada rib dievaluasi secara terpisah untuk kasus-kasus

    sebagai berikut:

    a. Beban mati

    Tegangan lentur pada rib akibat beban mati harus

    mempertimbangkan prosedur ereksi dan menggunakan rumus

    untuk balok menerus di atas perletakan rigid.

  • 44

    b. Beban Hidup

    - Dievaluasi berdasarkan rib yang disokong oleh rigid floor beam

    - Dievaluasi berdasarkan rib yang disokong oleh elastis floor beam

    2. Tegangan geser pada rib

    Tegangan geser maksimum rib pada sistem II dievaluasi dengan

    menempatkan beban ioda di atas rib yang dekat dengan floor beam

    dan diasumsi seluruh beban disalurkan ke floor beam oleh rib.

    3. Tegangan pada floor beam

    a. Beban mati

    Tegangan lentur pada floor beam akibat beban mati haras

    meffipertimbangkan prosedur ereksi dan menggunakan ramus untuk

    balok meneras di atas perletakan rigid.

    b. Beban Hidup

    - Dievaluasi berdasarkan rigid floor beam dan

    - Dievaluasi berdasarikan elastis floor beam. Tegangan pada sistem in

    dihitung dengan metode yang biasa digunakan diniana untuk beban

    mati haras mempertimbangkan prosedur ereksi.

    Gambar 2.36. Superposisi tegangan .

  • 45

    5.3. Stabilitas Sistem Deck

    1. Open Ribs Elastic Buckling

    Untuk menyelidiki buckling stresses diasumsikan kondisi rib

    pada plat yang mendapat kondisi pembebanan yang berbeda-beda dengan

    kondisi ujung rib yang berbeda-beda seperti terlihat pada tabel II. 1.

    TABEL 11.1.

    ELASTIC STABILITY OF THE RIBS

    Sumber : OBT&D, hal 160.

    TABEL .11.2 PEMBEBANAN

    A B C

    KONDISI UJUNG RIB (1) 6.97 13.56 13.56

    (2) 5.40 12.16 9.89

    (3) 4.00 7.81 7.81

    (4) 1.28 6.26 1.64

    (5) 0.43 1.71 0.57

    Sumber : OBT&D, hal 162.

  • 46

    Ideal buckling stress fi untuk material elastis adalah:

    kb7t2.E t p 2

    fl = (2.47) 12(l-v2) hb

    E= Modulus elastisitas material

    v = Poisson's ratio

    tp=Tebal plat

    hb = Tinggi plat

    lb = Lebar plat

    kb = Konstanta berdasarkan pembebanan dan kondisi ujung rib (tabel

    II.2).

    Nilai kb yangdiberikan pada tabel II.2 valid untuk plat dengan

    perbandingan panjang dan lebarnya lb/hb > 1.5

    Dengan E = 29.000 k/sq.in dan v = 0.3 persamaan (2.47) menjadi:

    f, = 26.200 k (tp/hb)2 (2.48)

    2. Open Rib Inelastic Buckling

    Kritikal buckling stress plat dapat diestimasi dengan persamaan

    :r2E Vxm tp2

    fcr = kb. . =fi.VTm (2.49) 12(l-v2). hg2

    UK Petra Logo:

    Master Index: Help: Back to TOC: