TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

26
A. LATAR BELAKANG Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun jumlahnya tidak banyak. Akibat medula spinalis akibat trauma adalah paling sering terjadi dan menjadi penyebab ketidak kemampuan dan kematian di united states. Kira-kira 10 % trauma sistem saraf mengenai medula spinalis. Diperkirakan lebih dari 100 ribu oarang menderita paralise Akibat cidera medula spinalis dan 10 ribu oarang atau lebih terkena cidera dalam satahun. Kebanyakan orang yang cedera medula spinalis adalah pria berumur 18 sampai 25 tahun. Kecelakaan medula spinalis terbesar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, tempat yang paling sering terkena cidera adalah regio servikalis dan persambungan thorak dan regio lumbal. Lesi trauma yang berat dari medula spinalis dapat menimbulkan transaksi dari medula spinalis atau merobek medula spinalis dari satun tepi ketepi yang lain pada tingkat tertentu disertai hilangnya fungsi. Transaksi juga disebut cidera Akibat medula spinalis lengkap. Quadriplegi terjadi pada pasien yang cidera pada salah

description

perawat

Transcript of TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

Page 1: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

A. LATAR BELAKANG

Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang

belakang( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-

dural ekstra meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-

durel walaupun jumlahnya tidak banyak.

Akibat medula spinalis akibat trauma adalah paling sering terjadi dan

menjadi penyebab ketidak kemampuan dan kematian di united states. Kira-kira 10

% trauma sistem saraf mengenai medula spinalis. Diperkirakan lebih dari 100 ribu

oarang menderita paralise Akibat cidera medula spinalis dan 10 ribu oarang atau

lebih terkena cidera dalam satahun. Kebanyakan orang yang cedera medula

spinalis adalah pria berumur 18 sampai 25 tahun.

Kecelakaan medula spinalis terbesar disebabkan oleh kecelakaan lalu

lintas, tempat yang paling sering terkena cidera adalah regio servikalis dan

persambungan thorak dan regio lumbal.

Lesi trauma yang berat dari medula spinalis dapat menimbulkan transaksi

dari medula spinalis atau merobek medula spinalis dari satun tepi ketepi yang lain

pada tingkat tertentu disertai hilangnya fungsi. Transaksi juga disebut cidera

Akibat medula spinalis lengkap. Quadriplegi terjadi pada pasien yang cidera pada

salah satu segmendari servikal Akibat medula spinalis. Pada tingkat awal semua

cidera Akibat medula spinalis belakang terjadi periode fleksi paralise dan hilang

semua reflek dibawah lagi. Fungsi sensori dan autonom juga hilang, medula

spinalis juga bisa menyebabkan gangguan sistem perkemihan, disrefleksi otonom

atau hiperefleksi juga fungsi seksual juga dapat terganggu.

Perawatan awal setelah terjadi cidera kepala medula spinalis ditujukan

pada pengembalian kedudukan tulang dari tempat yang patah atau dislokasi.

Langkah-langkahnya terdiri dari immobilisasi sederhana, traksi skeletal, tindakan

bedah untuk membebaskan kompresi spina. Sangat penting untuk

mempertahankan tubuh dengan tubuh dipertahankan lurus dan kepala rata.

Kantong pasir mungkin diperlukan untuk mempertahankan kedudukan tubuh.

Page 2: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

B.TUJUAN PENULISAN

1. tujuan umum

Untuk pemahaman asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma medula

spinalis.

2. Tujuan khusus

1. Memahami anatomi fisiologi medula spinalis.

2. Memahami koonsep dasar tentang trauma medula spinalis.

3. Dapat melaksanakan pengkajian pada pasien dengan trauma medula

spinalis.

4. Merumuskan diagnosa keperawatan.

5. Dapat membuat NCP.

6. Dapat merumuskan evaluasi.

Page 3: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

BAB II

ISI

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang

belakang( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-

dural ekstra meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-

durel walaupun jumlahnya tidak banyak.

B. ETIOLOGI

Penyebab dari Trauma medula spinalis yaitu karena kecelakaan mobil,

sepeda motor, menyelam, berselancar dan kecelakaan atletik lain, tembakan

senapan merupakan merupakan penyebab utama dari medula spinalis.

C. PATOFISIOLOGI

Kerusakan medula spinalis berkisar dari komosio sementara ( dimana

pasien sembuh sempurna) sanpai kontusio, laserasi dan kompresi substansi

medula ( baik salah satu maupun kombinasi). Sampai transeksi lengkap medula

( yang membuat pasien paralisis dibawah tingkat cidera).

Bila hemoragi terjadi pada daerah spinalis, darah dapat merembes ke

extradural subdural atau daerah subarahnoid pada kanal spinal. Segera Setelah

terjadi kontusio atau robekan akibat cidera, serabut-serabut saraf mulai

membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansia griseria medula spinalis

menjadi terganggu tidak hanya hal ini saja yang terjadi pada cidera pembuluh

darah medula spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menyebabkan kerusakan

yang terjadi pada cedera medula spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian-

kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema dan lesi-lesi hemoragi,

yang pada gilirannya mengakibatkan keruskan mielin dan akson.

Reaksi sekunder ini, diyakini penyebab prinsip desenerasi medula spinalis

pada tinkat cudera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cidera.

Untuk itu jika kerusakan medula tidak dapat diperbaiki, maka beberapa metode

mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-obat anti

Page 4: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

inflamasi lainnya yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian dari

perkembangannya, masuk ke dalam kerusakan total dan menetap.

MANIFESTASI KLINIS

Trauma ini umumnya mempunyaigejala klinis yang hampir kebanyakansatu sama

lainnya, baik intradural extra-meduler, extraduller atau intra-duller yaitu sebagai

berikut:

1.Gejala-gejala radikular :hipertensi,nyeri akar

2.Gejala penekanan

3.gejala sensorik

4.Peninggian reflek fisiologis dan timbul reflek patologis.

5.Sindrom Bladder-Rectum Incontinensia urin, retensio urin, konstipasi

6. gangguan saraf simpatis : reflek pilomotor (merinding), reflk vasomotor (pucat

kalau kulit ditusuk), berkeringat.

Page 5: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

D. KLASIFIKASI KEMEROSOTAN NEUROLOGIS SEHUBUNGAN

DENGAN TINGKAT LESI SPINAL CORD.

TINKAT LESI KEMEROSOTAN NEUROLOGIS

C1 ke C2 Quardiplegia; tidak ada fungsi pernafasan karena hambatan

pernafasan jika tidak diobati ( Respiratory Arrest )

C3 ke C4 Quqrdiplegia ; kehilangan saraf yang mempersarafi saraf

diafragma ( Phrenic Meive ) tidak ada pernafasan.

C4 ke C5 Quardiplegia ; tidak ada kekuatan mator lengan.

C5 ke C6 Quardiplegia ; fungsi motor lengan yang menyilang.

C6 ke C7 Quardiplegia ; tidak ada fungsi trisep kecuali bisep.

C7 ke C8 Quardiplegia ; tidak ada fungsi intrinsik otot tangan kecuali

trisep.

T1 ke T2 & L1 Ke L2 Paraplegia ; fungsi lengan ada beberapa

kehilanganintercostal, kehilangan fungsi kandung kemih,

usus besar / bowel, fungsi sex.

L2 dan bawahnya Kerusakan Cauda equina ; kombinasi hilangnya sensori,

motorik, bowel, kandung kemih, fungsi sex, derajat cidera

tergantung pada akar saraf mana yang terkena.

Sakral Kehilangan fungsi bowel, kandung kemih dan sexual.

TINGKAT GANGGUAN NEUROLOGIS SESUAI SEGMENT

MEDULA SPINALIS.

Musculus / pleksus Segment Nervus

Pleksus cervikalis C1 - C4

- Diafragma C3 - C4 Frenikus

- Skaleni C3 - C8

Pleksus Brachialis C5 - Th 2

Seratus anterior C5 - C7 - C6 Torasikus longus

Supra dan infraspinati C5 - C6 Supraskapularis

Deltoideus C5 Aksilaris

Page 6: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

Teres minor C4 - C5

Teres mayor C5 - C6 Subskapularis

Bisep C5 - C6 Muskuluskeletal

Brakialis antikus C5 - C6

Korachobrachialis C5-C6-C7

Fleksor carpi radialis C6

Medianus

Pronator teres C6 - C7

Fleksor digitorumsublimis C7

Fleksor folocis longus C7

Fleksor digitorum profundus C7

Pronator quadratus C6

Abduktor polocis brevis C7 - C8

Fleksor polisis brevis C7 - C8

Oponens polisis C6 - C7

Lumbrikalus 1-2-3 C8, Th 1

Fleksor carpi ulnaris C6

Fleksor digitorum profundus C7

Ulnaris

Abduktor polisis C7, Th1

Lumbrikalus 3-4 C8, Th 1

C8, Th 1

Abduktor minimi digiti C8, Th 1

Oponens minimi digiti C7 - 8, Th 1

Fleksor minimi digiti C7 - 8, Th 1

Tricept C6 - 7

Radialis

Brachio radialis C5 - 6

Ekstensor Carpi radialis C 6 - 7

Ekstensor digitorum komunis C 7

Ekstensor digiti quinti propeus C 7

Ekstensor carpi ulnalis C 7

Page 7: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

Supinator brevis C5 - 6

Abduktor polisis longus C 7 - 8

Ekstensor polisis brevis C 8, Th 1

Ekstensor polisis longus C 7

Ektensor Indisis proprius C 7

Nervus torasikus Th 1 - 12

Intercostal Th 1 - 11 Intercostalis

Subcostal

Abdominal

- Eksternal oblik

- Internal Oblik

- Transversalis

- Rectus

Th 8 - 12

Pleksus lumbalis Th 12 – L 4

illiopsoas Th 12 – L1,2,3

Sartorius L2 - 3 Krulalis

Quadriseps l2 – 4

Obsturator

Pektineus L2 - 4

Abduktor L2 – 4

Grasilis L2 – 4

Obturator Eksternus L3 – 4

Pleksus sakralis L5 – S5

Obsturator Internus L5 – S1

Gemeli L4 – 5, S1

Ischiadikus

Kuadratus femoris L4 – 5, S1

Biceps Femoris L5 – S1 – 2

Semiten dinosus L4 – 5, S1

Semimembranosus L4 – 5, S1

Tibialis antikus L4 – 5

Page 8: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

Peroneus (Fibularis )

ekstensor digitorum longus L4 – 5, S1

Ekstensor halusis longus L4 – 5

Ekstensor digitorum brevis L5 , S1

Ekstensor halusis brevis L4 – 5

Peroneus ( fibularis ) L5, S1

Gastrognemius L4 – S1- 2

Tibialis

Soleus L5 – S1

Tibialis postikus L5 – S1

Fleksor digitorum longus L5, S1 – 3

Fleksor halusis longus L5 – S1 – 3

Fleksor digitorum brevis L5 – S1

Fleksor halusis brevis L5 – S1-2

Plantaris S1 – 2

Sfingter dan parineal S3 – 4 – 5 Pudendus

E.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Data subjektif

1. Pengertian pasien tentang cidera dan defisit yang ditimbulkannya.

2. Sifat cidera, sebagaimana trjadi cidera.

3. Terdapat dispnoe

4. Perasaan yang tidak biasa ( paresthesia, dsb)

5. Riwayat hilang kesadaran

6. Terdapat nyeri

7. Hilang sensory tingkatannya.

Data obyektif

1. Status respirasi ( terjadi penurunan fungssi pernafasan karena terganggu otot

aksesori mayor)

2. Tingkat kewaspadaan dan kesadaran menurun

3. Orientasi

4. Ukuran pupil, kesamaan dan reaksi

5. Kekuatan motorik ( mengalami paralisis sensori dan motorik total)

Page 9: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

6. Posisi tubuh dalam posisi netral.

7. Suhu, tekanan darah turun, nadi.

8. Integritas kulit

9. Kondisi kolon dan kandung kemih dan distensi.

10. Terdapat cidera lain ( fraktur dan cidera kepala)

Pemeriksaan diagnostik

Pengkajian neurologik yang lengkap perlu dilakukan, pertama perlu

kiranya perlu diketahui apakah terdapat patah atau pergeseran vertebral.

Diagnostik dengan sinar X ( sinar X pada spinal servikal lateral dan pemindahan

CT)> suatu riset dilakukan untuk cidera lain karena trauma spinal sering brsamaan

dengan cidera lain, yang biasanya dari kepala dan dada. Pemantauan EKG

kontinyu merupakan indikasi karena biodikardia (perlambatan frekuensi jantung)

dan asistole ( standstill jantung) umum cedera servikal akut. CT scan sangat

membantu penyusuran cidera medula spinalis. MRI dapat menemukan kompresi

medula spinalis dan edema.

F. Diagnosa keperawatan

1. Penurunan fungsi mobilitas b\d adanya paraplegia sekunder adanya

penekanan pleksus brachialis, pleksus lumbalis oleh karena trauma medula

spinalis.

2. Gangguan pola napas tidak efektif b\d kelemahan otot abdomen dan

intercostal serta ketidakmampuan membersihkan sekresi.

3. Gangguan eliminasi ( bowel incontinensia, konstipasi) b\d rusaknya nervus

pudendus lintasan vegetatif pada sakral 3-4-5 sekunder adanya penekanan

oleh trauma medula spinalis.

4. Gangguan eliminasi ( urinary incontinensia, retensi) b\d rusaknya nervus

pudenous lintasan vegetatif pada sakral 3-4-5 sekunder adanya penekanan

oleh trauma medula spinalis.

5. Gangguan rasa nyaman nyeri radiks b\d tertekannya nervus curalis sekunder

adanya trauma medula spinalis pada segmen Th 12-L1 2,3

Page 10: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

6. Perubahan emosi dan kepribadian ( depresi, denial, anxiety, kecacatan

menetap, perubahan body image) b\d penurunan fungsi neurilogis, sekunder

adanya trauma medula spinalis.

Masalah kolaboratif, komplikasi potensial

Berdasarkan data pengkajian komplikasi yang mungkin terjadi meliputi

Trombosis vena provunda.

Hipertensi orto stadi.

Hiperrefleksi autonom.

Penurunan fungsi mobilitas b\d adanya paraplegia sekunder adanya

penekanan pleksus brachialis, pleksus lumbalis oleh karena trauma

medula spinalis.

Kriteria hasil :mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya

kontraktur, foot droop.

Meningkatkan bagian tubuh yang sakit.

Intervensi :

kaji secara teratur fungsi motorik.

Mencegah terjadinya deformitas dan kehilangan fungsi gerak.

Posisi tidur pasien yang benar untuk mencegah kontraktur dan

mempertahankan body aligment yang baik.

1. Tempat tidur dengan alas yang keras dan rata.

2. Usahakan telentang kecuali saat pemenuhan aktivitas, untuk

mencegah deformiter fleksi paha.

3. Gunakan footboard selama terjadi kelumpuhan agar kaki tetap

dalm posisi dorsofelksi mencegah foot droop, tumit memendek

plantar fleksi.

4. Cgah penggunaan foot board setelah terjadi kekejangan yang

berlanjut karena akan menambah kekakuan dan plantar fleksi.

5. Cegah terjadinya tekanan yang berlebihan pada tumit.

Page 11: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

6. Jangan menggunakan perban untuk menarik kaki yang sakit ke

arah plantar fleksi.

Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan.

Bantu \ lakukan latihan rom pada semua ekstremitas dan sendi,

pakailah gerakan perlahan dan lembut.

Pantau TD sebelum dan sesudah melakukan aktifitas pada fase

akut.

Gantilah posisi secara periodik walaupun dalam keadaan duduk.

Gunakan ganjalan pada daerah posterior dan usahakan lutut dalam

posisi ekstensi secara penuh, amankan daerah posteror dengan

perban yang elastis.

Gunakan bantalan daerah trochanter mulai dari krista iliaka sampai

pertengahan paha untuk mencegah eksternal rotasi pada sendi paha

jika dalam posisi dorsal.

Tempatkan pasien dalam posisi prone 15 menit – 1 ½ jam 2 – 3

kali perhari untuk mencegah kontraktur paha yang fleksi.

Memberi latihan pada daerah yang sakit, ajarkan pasien untuk

menempatkan bagian kaki yang sakit di atas bagian kaki yang sehat

agar pasien mampu mengembalikan badannya sendiri.

Gangguan pola napas tidak efektif b\d kelemahan otot abdomen dan

intercostal serta ketidakmampuan membersihkan sekresi.

Kriteria hasil : Mempertahankan ventilasi adekuat dibuktikan oleh tidak adanya

distress pernapasan dan GDA dalam batas dalam batas yang diterima

Intervensi :

Pertahankan jalan napas, posisi kepala dalam keadaan posisi netral,

tinggikan sedikti kepala tempat tidur jika dapat ditoleransi pasien :

gunakan tambahan / beri jalan napas buatan jika ada indikasi.

Lakukan penghisapan bila perlu, catat jumlah, jenis dan

karakteristik sekresi.

Page 12: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

Kaji fungsi pernapasan dengan menginstruksikan pasien untuk

melakukan napas dalam. Catat adanya / tidak ada pernapasan

spontan, contoh pernapasan labored, menggunakan otot aksesori.

Auskultasi suara napas. Catat bagian – bagian paru yang bunyinya

menurun atau tidak ada atau adanya suara napas adventisius

(ronkhi, mengi, krakles).

Catat kemampuan ( kekuatan ) dan / atau keefektifan dari fungsi

batuk.

Bantu pasien untuk batuk ( jika diperlukan ) dengan meletakkan

tangan di bawah diafragma dan mendorong ke atas sewaktu pasien

melakukan ekspirasi.

Observasi warna kulit : adanya sianosis, keabu – abuan.

Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot.

Anjurkan pasien untuk minum ( minimal 2000 ml / kalori ).

Gangguan rasa nyaman nyeri radiks b\d tertekannya nervus curalis

sekunder adanya masa trauma medulla spinalis pada segmen Th 12 - L1

2,3

Kriteria hasil : Melaporkan penurunan rasa nyeri \ ketidak nyamanan.

Mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasi nyeri.

Intervensi :

Kaji terhadap adanya nyeri.

Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah, perubahan

tanda vital yang tak dapat dijelaskan.

Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi,

masase, kompres hangat\dingin, sesuai indikasi.

Dorong pengguanaan teknik relaksasi.

Gangguan eliminasi ( urinary incontinensia, retensi) b\d rusaknya nervus

pudenous lintasan vegetatif pada sakral 3-4-5 sekunder adanya

penekanan oleh trauma medula spinalis.

Page 13: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

Kriteria hasil : eliminasi urin dapat dipertahankan masukan \ pengeluaran dengan

urine jernih bebas bau.

Intervensi :

Kaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya.

Palpasi adanya distensi kandung kemih.anjurkan pasien untuk

melaporkan asupan cairan, pola berkemih,jumlah residu urin

setelah dilakukan kateterisasi, kualitas urin dan

beberapa perasaan yang tidak biasanya ada yang mungkin terjadi.

Observasi adanya urine seperti awan atau berdarah, bau yang tidak

enak.

Bersihkan daerah perineum dan jaga agar tetap kering, lakukan

perawatan kateter jika perlu.

Gangguan eliminasi (urinary incontinensia, konstipasi) b/d rusaknya

nervus pudenous lintasan vegetatif pada sacral 3-4-5 sekunder adanya

penekanan oleh trauma medulla spinalis.

Kriteria hasil : Menciptakan kembali kepuasan pala eliminasi usus.

Intervensi :

Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.

Observasi adanya distensi abdomen jikabising usus tidak ada atau

berkurang.

Catat adanya mual, ingin muntah.

Kenali adanya tanda-tanda\ periksa adanya sumbatan.

Perubahan emosi dan kepribadian ( depresi, denial, anxiety, kecacatan

menetap, perubahan body emage) b\d penurunan fungsi neurologist,

sekunder adanya trauma medulla spinalis.

Kriteria hasil : Mengenali kerusakan sensori.

Mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan sensori dan

potensil terhadap penyimpangan \ kelebihan beban

Intervensi :

Lindungi dari bahaya tubuh.

Bantu pasien mengenali dan mengkompensasi perubahan sensasi.

Page 14: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

Posisikan pasien untuk melihat sekitar aktifitas.

Berikan aktifitas hiburan.

Berikan tidur tanpa gangguan dan periode istirahat.

G. EVALUASI

hasil yang diharapkan

mempehatikan peningkatan pertukaran gas dan bersihan jalan napas dari

sekresi yang diperlihatkan oleh bunyi nafas normal pada pengkajian

auskultasi.

a. bernapas dengan mudah tanpa napas pendek.

Page 15: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

b. melatih napas dalam setiap jam, batuk efektif dan paru-paru bersih dari

secret.

c. bebas dari infeksi paru-paru ( missal, suhu normal, frekuensi nadi dan

pernapasan normal, bunyi napas normal, tidak ada sputum purulen.

bergerak dalam batas disfungsi dan memperlihatkan usaha melakukan latihan

dalam nafas fungsi.

mendemostrasikan integritas kulit dengan optimal.

A. memperlihatkan turgor kulit normal dan kulit bebas dari

kemerahan atau kerusakan

B. berpartisipasi dalam perawatan kulit dan memantau prosedur

dalam keterbatasan fungsi

mencapai fungsi kandung kemih

A. tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi saluran urine. ( mis. suhu

normal, berkemih jernih, urine encer)

B. mngosumsi asupan cairan adekuat.

C. berpartisipasi dalam program latihan dalam batasan fungsi.

mencapai fungsi defekasi

A. melaporkan pola defekasi tratur.

B. mengkonsumsi makanan berserat yang adekuat dan cairan

melalui oral.

C. berpartisipasi dalam program latihan defekasi dalam batas

fungsi

melaporkan tidak ada nyeri dan ketidak nyamanan.

bebas komplikasi

A. memperlihatkan tidak ada tanda tromboflebitis, trombosis

vena provunda, atau emboli paru.

B. tidak menunjukkan adanya manifestasi emboli paru

( missal. tidak neri dada atau panas pendek : gas darah arteri normal )

C. mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.

D. tidak mengalami sakit kepala dengan perubahan posisi

Page 16: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

E. tidak menunjukkan adanya hiperefleksia autonom ( mis.

tiak sakit kepala, diaforesis, hidung tersumbat, atau bradikardia diaforesis.)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 17: TRAUMA MEDULA SPINALIS.DOC

penatalaksanaan cidera spidula spinalis harus tepat karena bisa

menyebabkan kerusakan dan kehilangan fungsi neurologik. tujuan

penatalaksanaan adalah untuk mencegah cidera spinalis dan mengobservasi gejala

penurunan neurology lanjut. stabilitas oksigenasi dan kardiovaskuler harus

diprtahankan.

tindakan ditambah dengan teknik yang sudah maju, telah dapat

mempertahankan sisa fungsi neurologik pada penderita. jenis-jenis trauma yang

paling sering menyebabkan cidera medulla spinalis adalah kecelakaan lalu lintas,

luka tembak, kecelakaan sewaktu menyelam dan terjatuh.

penderita bisa sulit bernafas spontan sehingga prioritas utamanya adalah

mengadakan jalan udara yang efektif dengan cara memperkecil gerakan sewaktu

diadakan resusitation.

B. Saran

ditempas kecelakaan pasien harus dimobilisasi pada papan spinal ( punggung

dengan kepala dan leher dalam posisi netral, untuk mencegah cidera komplit.

salah satu anggota tim harus mengontrol kepala pasien untuk mencegah fleksi,

rotasi atau ekstensi kepala.

tangan ditempatkan pada kedua sisi deka telinga untuk mempertahankan traksi

dan kesejajaran sementara papan spinal atau alat imobilisasi servikal dipasang.

paling sedikit empat orang harus mengangkat korban dengan hati-hati keatas

papan untuk memindahkan kerumah sakit. adanya gerakan memutir dapat

merusak medulla spinalis ireversibel yang menyebabkan fragmen tulang

vertebra terputus, patah, atau memotong medulla komplet.