224789153 Askep Trauma Medula Spinalis

download 224789153 Askep Trauma Medula Spinalis

of 24

description

trauma medula spinalis

Transcript of 224789153 Askep Trauma Medula Spinalis

LATAR BELAKANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun jumlahnya tidak banyak.

Akibat medula spinalis akibat trauma adalah paling sering terjadi dan menjadi penyebab ketidak kemampuan dan kematian di united states. Kira-kira 10 % trauma sistem saraf mengenai medula spinalis. Diperkirakan lebih dari 100 ribu orang menderita paralise Akibat cidera medula spinalis dan 10 ribu oarang atau lebih terkena cidera dalam satahun. Kebanyakan orang yang cedera medula spinalis adalah pria berumur 18 sampai 25 tahun.

Kecelakaan medula spinalis terbesar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, tempat yang paling sering terkena cidera adalah regio servikalis dan persambungan thorak dan regio lumbal.

Lesi trauma yang berat dari medula spinalis dapat menimbulkan transaksi dari medula spinalis atau merobek medula spinalis dari satun tepi ketepi yang lain pada tingkat tertentu disertai hilangnya fungsi. Transaksi juga disebut cidera Akibat medula spinalis lengkap. Quadriplegi terjadi pada pasien yang cidera pada salah satu segmen dari servikal akibat medula spinalis. Pada tingkat awal semua cidera Akibat medula spinalis belakang terjadi periode fleksi paralise dan hilang semua reflek dibawah lagi. Fungsi sensori dan autonom juga hilang, medula spinalis juga bisa menyebabkan gangguan sistem perkemihan, disrefleksi otonom atau hiperefleksi juga fungsi seksual juga dapat terganggu.

Perawatan awal setelah terjadi cidera kepala medula spinalis ditujukan pada pengembalian kedudukan tulang dari tempat yang patah atau dislokasi. Langkah-langkahnya terdiri dari immobilisasi sederhana, traksi skeletal, tindakan bedah untuk membebaskan kompresi spina. Sangat penting untuk mempertahankan tubuh dengan tubuh dipertahankan lurus dan kepala rata. Kantong pasir mungkin diperlukan untuk mempertahankan kedudukan tubuh.B. RUMUSAN MASALAH1. Apakah Definisi trauma medula spinalis ?2. Apakah Etiologi trauma medula spinalis ?3. Bagaimanakah Mekanisme Terjadinya Medula Spinalis ?4. Apa sajakah Jenis-Jenis Trauma Pada Sumsum Dan Saraf Tulang Belakang ?5. Apa sajakah Tanda Dan Gejala trauma medula spinalis ?6. Bagaimanakah Patofisiologi trauma medula spinalis ?

7. Bagaimanakah phatway trauma medula spinalis ?8. Apa sajakah Klasifikasi Kemerosotan Neurologis Sehubungan Dengan Tingkat Lesi Spinal Cord? 9. Apa sajakah Komplikasi trauma medula spinalis ?

10. Apa sajakah Pemeriksaan Diagnostik trauma medula spinalis ?11. Apa sajakah PenatalaksanaanMedis?12. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan trauma medula spinalis ?C. TUJUAN1. Untuk mengetahui Definisi trauma medula spinalis

2. Untuk mengetahui Etiologi trauma medula spinalis

3. Untuk mengetahui Mekanisme Terjadinya Medula Spinalis

4. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Trauma Pada Sumsum Dan Saraf Tulang Belakang5. Untuk mengetahui Tanda Dan Gejala trauma medula spinalis6. Untuk mengetahui Patofisiologi trauma medula spinalis7. Untuk mengetahui phatway trauma medula spinalis 8. Untuk mengetahui Klasifikasi Kemerosotan Neurologis Sehubungan Dengan Tingkat Lesi Spinal Cord.9. Untuk mengetahui Komplikasi trauma medula spinalis10. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik trauma medula spinalis11. Untuk mengetahui PenatalaksanaanMedis12. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan

BAB II

PEMBAHASANA. KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya.(Arif Muttaqin, 2005, hal. 98)

Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun jumlahnya tidak banyak.2. ETIOLOGIMenurut Arif muttaqin (2005, hal. 98) penyebab dari cederamedulaspinalisdalah :a. Kecelakaan lalu lintasb. Kecelakaan olahragac. Kecelakaan industid. Kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohonataubangunane. Luka tusuk, luka tembakf. Trauma karena tali pengaman (Fraktur Chance)g. Kejatuhan benda keras3. MEKANISME TERJADINYA MEDULA SPINALIS

MenurutArif Muttaqin (2005, hal. 98-99)terdapat enam mekanisme terjadinya Cedera Medula Spinalis yaitu : fleksi, fleksi dan rotasi, kompresi vertikal, hiperekstensi, fleksi lateral, dan fraktur dislokasi. Lebih jelasnya akan dijelaskan dibawah ini:a. Fleksi.Trauma terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresipada vertebra.b. Fleksi dan rotasi.Trauma jenis ini merupakan trauma fleksi yangbersama-sama dengan rotasi.c. Kompresi vertikal (aksial).Trauma vertikal yang secara langsung mengenai vertebra akan menyebabkan kompresi aksial. Nukleus pulposusakan memecahkan permukaan serta badan vertebra secara vertikal.d. Hiperekstensi atau retrofleksi.Biasanya terjadi hiperekstensi sehinggaterjadi kombinasi distraksi dan ekstensie. Fleksi lateral.Kompresi atau trauma distraksi yang menimbulkan fleksilateral akan menyebabkan fraktur pada komponen lateral, yaitu pedikel,foramen vertebra, dan sendi faset.f. Fraktur dislokasi.Trauma yang menyebabkan terjadinya fraktur tulangbelakang dan dislokasi pada tulang belakang.4. JENIS-JENIS TRAUMA PADA SUMSUM DAN SARAF TULANG BELAKANGMenurutArif Mutaqim, (2005, hal. 99) jenis-jenis trauma pada sumsum tulang belakang dan saraf tulang belakang adalah:a. Transeksi tidak total.Transeksi tidak total disebabkan oleh trauma fleksiatau ekstensi karena terjadi pergeseran lamina di atap dan pinggirvertebra yang mengatami fraktur di sebelah bawah. Selain itu, dapat terjadi perdarahan pada sumsum tulang yang disebut hematomielia.b. Transeksi total.Transeksi total terjadi akibat suatu trauma yang menyebabkan fraktur dislokasi. Fraktur tersebut disebabkan oleh fleksiatau rotasi yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi segmen dibawah trauma.5. TANDA DAN GEJALAMenurut (Diane C. Baughman, 2000 : 87)b. nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena

c. paraplegia

d. tingkat neurologik

e. paralisis sensorik motorik total

f. kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih)

g. penurunan keringat dan tonus vasomoto

h. penurunan fungsi pernafasan

i. gagal nafas

6. PATOFISIOLOGITulang belakang yang mengalami gangguan trauma (kecelakaan mobil, jatuh dari ketinggian, cedera olahraga, dll) atau penyakit (Transverse Myelitis, Polio, Spina Bifida, Friedreich dari ataxia, dll) dapat menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatic pada medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur dan dislokasi. Efek trauma yang tidak langsung bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis disebut whiplash/trauma indirek. Whiplash adalah gerakan dorsapleksi dan anterofleksi berlebihan dari tulang belakang secara cepat dan mendadak.

Trauma whiplash terjadi pada tulang belakang bagian servikalis bawah maupun torakalis bawah misal; pada waktu duduk dikendaraan yang sedang berjalan cepat kemudian berhenti secara mendadak, atau pada waktu terjun dari jarak tinggi, menyelam yang dapat mengakibatkan paraplegia.

Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa hiperekstensi, hiperfleksi, tekanan vertical (terutama pada T.12sampai L.2), rotasi. Kerusakan yang dialami medulla spinalis dapat bersifat sementara atau menetap.akibat trauma terhadap tulang belakang, medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk sementara (komosio medulla spinalis), tetapi dapat sembuh kembali dalam beberapa hari. Gejala yang ditimbulkan adalah berupa oedema, perdarahan peri vaskuler dan infark disekitar pembuluh darah. Pada kerusakan medulla spinalis yang menetap, secara makroskopis kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi, contusio, laserasio dan pembengkakan daerah tertentu di medulla spinalis. Laserasi medulla spinalis merupakan lesi berat akibat trauma tulang belakang secara langsung karena tertutup atau peluru yang dapat mematahkan /menggeserkan ruas tulang belakang (fraktur dan dislokasi).lesi transversa medulla spinalis tergantung pada segmen yang terkena (segmen transversa, hemitransversa, kuadran transversa).hematomielia adalah perdarahan dlam medulla spinalis yang berbentuk lonjong dan bertempat disubstansia grisea.trauma ini bersifat whiplash yaitu jatuh dari jarak tinggi dengan sifat badan berdiri, jatuh terduduk, terdampar eksplosi atau fraktur dislokasio. kompresi medulla spinalis terjadi karena dislokasi, medulla spinalis dapat terjepit oleh penyempitan kanalis vertebralis.

Suatu segmen medulla spinalis dapat tertekan oleh hematoma ekstra meduler traumatic dan dapat juga tertekan oleh kepingan tulang yang patah yang terselip diantara duramater dan kolumna vertebralis.gejala yang didapat sama dengan sindroma kompresi medulla spinalis akibat tumor, kista dan abses didalam kanalis vertebralis.Akibat hiperekstensi dislokasio, fraktur dan whislap radiks saraf spinalis dapat tertarik dan mengalami jejas/reksis.pada trauma whislap, radiks colmna 5-7 dapat mengalami hal demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler spontan yang bersifat hiperpatia, gambaran tersbut disebut hematorasis atau neuralgia radikularis traumatik yang reversible.jika radiks terputus akibat trauma tulang belakang, maka gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah radikuler dengan terputusnya arteri radikuler terutama radiks T.8 atau T.9 yang akan menimbulkan defisit sensorik motorik pada dermatoma dan miotoma yang bersangkutan dan sindroma sistema aaanastomosis anterial anterior spinal.8.KLASIFIKASI KEMEROSOTAN NEUROLOGIS SEHUBUNGAN DENGAN TINGKAT LESI SPINAL CORD.TINKAT LESIKEMEROSOTAN NEUROLOGISC1 ke C2Quardiplegia : tidak ada fungsi pernafasan karena hambatan

pernafasan jika tidak diobati ( Respiratory

Arrest )

C3 ke C4Quqrdiplegia : kehilangan saraf yang mempersarafi saraf

diafragma ( Phrenic Meive ) tidak ada

pernafasan.

C4 ke C5Quardiplegia : tidak ada kekuatan mator lengan.

C5 ke C6Quardiplegia : fungsi motor lengan yang menyilang.

C6 ke C7Quardiplegia : tidak ada fungsi trisep kecuali bisep.

C7 ke C8Quardiplegia : tidak ada fungsi intrinsik otot tangan kecuali trisep.T1 ke T2 & L1 Ke L2 Paraplegia ; fungsi lengan ada beberapa kehilanganintercostal, kehilangan fungsi kandung kemih, usus besar / bowel, fungsi sex.

L2 dan bawahnya Kerusakan Cauda equina ; kombinasi hilangnya sensori, motorik, bowel, kandung kemih, fungsi sex, derajat cidera tergantung pada akar saraf mana yang terkena.

Sakral ; Kehilangan fungsi bowel, kandung kemih dan sexual.TINGKAT GANGGUAN NEUROLOGIS SESUAI SEGMENT MEDULA SPINALIS.

Musculus / pleksusSegmentNervus

Pleksus cervikalisC1 - C4

- DiafragmaC3 - C4Frenikus

- SkaleniC3 - C8

Pleksus BrachialisC5 - Th 2

Seratus anteriorC5 - C7 - C6Torasikus longus

Supra dan infraspinatiC5 - C6Supraskapularis

DeltoideusC5Aksilaris

Teres minorC4 - C5

Teres mayorC5 - C6Subskapularis

BisepC5 - C6Muskuluskeletal

Brakialis antikusC5 - C6

KorachobrachialisC5-C6-C7

Fleksor carpi radialisC6Medianus

Pronator teresC6 - C7

Fleksor digitorumsublimisC7

Fleksor folocis longusC7

Fleksor digitorum profundusC7

Pronator quadratusC6

Abduktor polocis brevisC7 - C8

Fleksor polisis brevisC7 - C8

Oponens polisisC6 - C7

Lumbrikalus 1-2-3C8, Th 1

Fleksor carpi ulnarisC6

Fleksor digitorum profundusC7Ulnaris

Abduktor polisisC7, Th1

Lumbrikalus 3-4

C8, Th 1

C8, Th 1

Abduktor minimi digitiC8, Th 1

Oponens minimi digitiC7 - 8, Th 1

Fleksor minimi digitiC7 - 8, Th 1

TriceptC6 - 7Radialis

Brachio radialisC5 - 6

Ekstensor Carpi radialisC 6 - 7

Ekstensor digitorum komunisC 7

Ekstensor digiti quinti propeusC 7

Ekstensor carpi ulnalisC 7

Supinator brevisC5 - 6

Abduktor polisis longusC 7 - 8

Ekstensor polisis brevisC 8, Th 1

Ekstensor polisis longusC 7

Ektensor Indisis propriusC 7

Nervus torasikusTh 1 - 12

IntercostalTh 1 - 11Intercostalis

Subcostal

Abdominal

Eksternal oblik

Internal Oblik

Transversalis

RectusTh 8 - 12

Pleksus lumbalisTh 12 L 4

IlliopsoasTh 12 L1,2,3

SartoriusL2 - 3Krulalis

Quadrisepsl2 4Obsturator

PektineusL2 - 4

AbduktorL2 4

GrasilisL2 4

Obturator EksternusL3 4

Pleksus sakralisL5 S5

Obsturator InternusL5 S1

GemeliL4 5, S1Ischiadikus

Kuadratus femorisL4 5, S1

Biceps FemorisL5 S1 2

Semiten dinosusL4 5, S1

SemimembranosusL4 5, S1

Tibialis antikusL4 5Peroneus (Fibularis )

ekstensor digitorum longusL4 5, S1

Ekstensor halusis longusL4 5

Ekstensor digitorum brevisL5 , S1

Ekstensor halusis brevisL4 5

Peroneus ( fibularis )L5, S1

GastrognemiusL4 S1- 2Tibialis

SoleusL5 S1

Tibialis postikusL5 S1

Fleksor digitorum longusL5, S1 3

Fleksor halusis longusL5 S1 3

Fleksor digitorum brevisL5 S1

Fleksor halusis brevisL5 S1-2

PlantarisS1 2

Sfingter dan parinealS3 4 5Pudendus

9. KOMPLIKASIa. Neurogenik shock.

b. Hipoksia.

c. Gangguan paru-paru

d. Instabilitas spinal

e. Orthostatic Hipotensi

f. Ileus Paralitik

g. Infeksi saluran kemih

h. Kontraktur

i. Dekubitus

j. Inkontinensia blader

k. Konstipasi10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pengkajian neurologik yang lengkap perlu dilakukan, pertama perlu kiranya perlu diketahui apakah terdapat patah atau pergeseran vertebral. Diagnostik dengan sinar X ( sinar X pada spinal servikal lateral dan pemindahan CT)> suatu riset dilakukan untuk cidera lain karena trauma spinal sering brsamaan dengan cidera lain, yang biasanya dari kepala dan dada. Pemantauan EKG kontinyu merupakan indikasi karena biodikardia (perlambatan frekuensi jantung) dan asistole ( standstill jantung) umum cedera servikal akut. CT scan sangat membantu penyusuran cidera medula spinalis. MRI dapat menemukan kompresi medula spinalis dan edema.11. PENATALAKSANAANMEDISMenurut Muttaqim, (2008 hlm.111) penatalaksanaan pada trauma tulang belakang yaitu :a. Pemeriksaan klinik secara teliti:1) Pemeriksaan neurologis secara teliti tentang fungsi motorik, sensorik, dan refleks.2) Pemeriksaan nyeri lokal dan nyeri tekan serta kifosis yang menandakan adanya fraktur dislokasi.3) Keadaan umum penderita.b. Penatalaksanaan fraktur tulang belakang:1) Resusitasi klien.2) Pertahankan pemberian cairan dan nutrisi.3) Perawatan kandung kemih dan usus.4) Mencegah dekubitus.5) Mencegah kontraktur pada anggota gerak serta rangkaian rehabiIitasi lainnya.Menurut (Diane C. Braughman, 2000 ; 88-89)

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah cedera medula spinalis lebih lanjut dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan resusitasi sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan kardiovaskuler.

a. Farmakoterapi

Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan edema medela.b. Tindakan Respiratori

1) Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 arterial yang tinggi.

2) Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi atau eksistensi leher bila diperlukan inkubasi endrotakeal.

3) Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik saraf frenikus) untuk pasien dengan lesi servikal yang tinggi.

c. Reduksi dan Fraksi skeletal

1) Cedera medulla spinalis membutuhkan immobilisasi, reduksi, dislokasi, dan stabilisasi koluma vertebrata.

2) Kurangi fraktur servikal dan luruskan spinal servikal dengan suatu bentuk traksi skeletal, yaitu teknik tong /capiller skeletal atau halo vest.

3) Gantung pemberat dengan batas sehinga tidak menggangu traksi

d. Intervensi bedah = Laminektomi

Dilakukan Bila :

1) Deformitas tidak dapat dikurangi dengan fraksi

2) Terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal

3) Cedera terjadi pada region lumbar atau torakal

4) Status Neurologis mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal atau dislokasi atau dekompres medulla.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIANa. Aktifitas /IstirahatKelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan umum /kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).

b. Sirkulasi

Hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.

c. Eliminasi

Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis berwarna seperti kopi tanah /hematemesis.

d. Integritas Ego

Takut, cemas, gelisah, menarik diri.

e. Makanan /cairan

Mengalami distensi abdomen, peristaltik usus hilang (ileus paralitik)

f. Higiene

Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi)

g. Neurosensori

Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada syok spinal).

Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dapat kembaki normak setelah syok spinal sembuh).

Kehilangan tonus otot /vasomotor, kehilangan refleks /refleks asimetris termasuk tendon dalam. Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya keringat bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.

h. Nyeri /kenyamanan

Mengalami deformitas, postur, nyeri tekan vertebral.i. Pernapasan

Pernapasan dangkal /labored, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki, pucat, sianosis.

j. Keamanan

Suhu yang berfluktasi *(suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).

k. Seksualitas

Ereksi tidak terkendali (priapisme), menstruasi tidak teratur.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut (Diane C. Boughman, 2000 : 90)a. Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan kelemahan /paralisis otot-otot abdomen dan intertiostal dan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi.b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan sesorik.

c. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan immobilitas, penurunan sensorik.

d. Retensi urine yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkemih secara spontan.

e. Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama, cedera psikis dan alt traksi3. PERENCANAANa. Dx 1

Tujuan : Meningkatkan pernapasan yang adekuat

Kriteria hasil : Batuk efektif, pasien mampu mengeluarkan seket, bunyi napas normal, jalan napas bersih, respirasi normal, irama dan jumlah pernapasan, pasien, mampu melakukan reposisi, nilai AGD : PaO2 > 80 mmHg, PaCO2 = 35-45 mmHg, PH = 7,35 7,45

Rencana Tindakan1) Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R/ Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap kemampuan batuk.

2) Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher, brsihkan sekret)

R/ Menutup jalan nafas.

3) Monitor warna, jumlah dan konsistensi sekret, lakukan kultur

R/ Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia.

4) Lakukan suction bila perlu

R/ Pengambilan secret dan menghindari aspirasi.

5) Auskultasi bunyi napas

R/ Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru.

6) Lakukan latihan nafas

R/ mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret.

7) Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R/ Mengencerkan sekret

8) Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R/ Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah.

9) Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R/ Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi.b. Dx 2

Tujuan : Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil : Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit /kompensasi, mendemonstrasikan teknik /perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas.

Rencana Tindakan1) Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam.

R/ Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam.

2) Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan kenyamanan pasien.

R/ Mencegah terjadinya dekubitus.

3) Beri papan penahan pada kaki

R/ Mencegah terjadinya foodrop

4) Gunakan otot orthopedhi, edar, handsplits

R/ Mencegah terjadinya kontraktur.

5) Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali /hari

R/ Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur.

6) Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien.

R/ Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan.

7) Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R/ Memberikan pancingan yang sesuai.c. Dx 3

Tujuan : Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil : Keadaan kulit pasien utuh, bebas dari kemerahan, bebas dari infeksi pada lokasi yang tertekan.Rencana Tindakan1) Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R/ Salah satunya yaitu immobilisasi, hilangnya sensasi, Inkontinensia bladder /bowel.

2) Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R/ Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus.

3) Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R/ Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

4) Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R/ Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia, perubahan posisi meningkatkan sirkulasi darah.

5) Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien.

R/ Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

6) Lakukan pemijatan khusus / lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam dengan gerakan memutar.

R/ Meningkatkan sirkulasi darah

7) Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R/ Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

8) Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet / rusak setiap hari

R/ Mempercepat proses penyembuhand. Dx 4

Tujuan : Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil : Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan distensi, keadaan urine jernih, kultur urine negatif, intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan1) Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R/ Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

2) Kaji intake dan output cairan

R/ Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder.

3) Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R/ Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu bantuan dalam pengeluaran urine

4) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R/ Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya ........

5) Cek bladder pasien setiap 2 jam

R/ Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

6) Lakukan pemeriksaan urinalisa, kultur dan sensitibilitas

R/ Mengetahui adanya infeksi

7) Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R/ Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi.

e. dx 5

Tujuan : Memberikan rasa nyamanKriteria hasil : Melaporkan penurunan rasa nyeri /ketidak nyaman, mengidentifikasikan cara-cara untuk mengatasi nyeri, mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu.

Rencana tindakan1) Kaji terhadap adanya nyeri, bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri, misalnya lokasi, tipe nyeri, intensitas pada skala 0 1-

R/ Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada / punggung atau kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

2) Berikan tindakan kenyamanan, misalnya, perubahan posisi, masase, kompres hangat / dingin sesuai indikasi.

R/ Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan, selain menurunkan kebutuhan otot nyeri / efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan.

3) Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya, pedoman imajinasi visualisasi, latihan nafas dalam.

R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping

4) kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, relaksasi otot, misalnya dontren (dantrium); analgetik; antiansietis.misalnya diazepam (valium)

R/ Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme /nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas dan meningkatkan istrirahat.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

penatalaksanaan cidera spidula spinalis harus tepat karena bisa menyebabkan kerusakan dan kehilangan fungsi neurologik. tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah cidera spinalis dan mengobservasi gejala penurunan neurology lanjut. stabilitas oksigenasi dan kardiovaskuler harus diprtahankan.

tindakan ditambah dengan teknik yang sudah maju, telah dapat mempertahankan sisa fungsi neurologik pada penderita. jenis-jenis trauma yang paling sering menyebabkan cidera medulla spinalis adalah kecelakaan lalu lintas, luka tembak, kecelakaan sewaktu menyelam dan terjatuh.

penderita bisa sulit bernafas spontan sehingga prioritas utamanya adalah mengadakan jalan udara yang efektif dengan cara memperkecil gerakan sewaktu diadakan resusitation.DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C, 2000, Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Doengoes E Marylinn., et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan dengan Gangguan Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

2. diagnosa keperawatan

Resikot itnggi terhadap ketidakefektifan pola nafas

Resiko tinggi terhadap trauma

Kerusakan mobilitas fisik

Perubahan sensori perseptual

Nyeri akut

Inkontinensia usus/konstipasi

Perubahan pola eliminasi urin

Resiko tinggi terhadap integritas kulit

Rencana keperawatan

Resikot itnggi terhadap ketidakefektifan pola nafas

Faktor yang berhubungan

: kerusakan persarafan dan diafragma (lesi pada di atas C-5), kehilangan komplet atau campuran dari fungsi otot interkostal, refleks spasme abdominal, distensi gastrik

Kemungkinan di buktikan oleh :

Resiko tinggi terhadap trauma

Kerusakan mobilitas fisik

Perubahan sensori perseptual

Nyeri akut

Inkontinensia usus/konstipasi

Perubahan pola eliminasi urin

Resiko tinggi terhadap integritas kulit

5