TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

16
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017 ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 23 PERSEPSI PENGELOLA KEUANGAN DESA DALAM MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH Oleh Arifuddin Mas’ud 1 , Safaruddin 2 , Falziah 3 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara ABSTRACT This research aims to determine the perception of village financial managers in realizing the financial transparency and accountability village in the district Mawasangka Central Buton regency. The scope of this study is limited to the transparency and accountability of financial management of villages in the district Mawasangka Buton District Central views of the readiness of human resources in the financial management of villages of the village head, village secretary, treasurer villages and other village as the financial manager of the village, as well as the Consultative Body Village. The method used is descriptive statistical methods. The results of this study indicate that the village as financial manager village has an excellent perception in achieving transparency and financial accountability village in the district Mawasangka Central Buton regency. It is seen from the percentage of the overall tendency of respondents' answers on the questionnaire statements are given as percentages namely for 85.94% of the variable transparency and accountability for the variables of 87.11% each showed excellent interpretation. Keywords: Perception, Financial operators village, Transparency, Accountability. I. Pendahuluan Undang-Undang yang baru saja dikeluarkan tentang Desa pada tahun 2014 yaitu, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Undang-Undang yang baru ditandatangani 15 Januari 2014 tersebut merupakan salah satu komitmen besar untuk mendorong perluasan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mensejahterakan rakyat Indonesia diperlukan pembangunan sampai ke desa- desa, diharapkan tidak ada lagi desa yang akan tertinggal. Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

Transcript of TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Page 1: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 23

PERSEPSI PENGELOLA KEUANGAN DESA DALAM MEWUJUDKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA

DI KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH

Oleh

Arifuddin Mas’ud1, Safaruddin2, Falziah3

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu OleoKendari Sulawesi Tenggara

ABSTRACT

This research aims to determine the perception of village financialmanagers in realizing the financial transparency and accountability village in thedistrict Mawasangka Central Buton regency. The scope of this study is limited to thetransparency and accountability of financial management of villages in the districtMawasangka Buton District Central views of the readiness of human resources inthe financial management of villages of the village head, village secretary, treasurervillages and other village as the financial manager of the village, as well as theConsultative Body Village. The method used is descriptive statistical methods.

The results of this study indicate that the village as financial manager villagehas an excellent perception in achieving transparency and financial accountabilityvillage in the district Mawasangka Central Buton regency. It is seen from thepercentage of the overall tendency of respondents' answers on the questionnairestatements are given as percentages namely for 85.94% of the variabletransparency and accountability for the variables of 87.11% each showed excellentinterpretation.

Keywords: Perception, Financial operators village, Transparency,Accountability.

I. PendahuluanUndang-Undang yang baru saja dikeluarkan tentang Desa pada tahun 2014

yaitu, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Undang-Undang yangbaru ditandatangani 15 Januari 2014 tersebut merupakan salah satu komitmenbesar untuk mendorong perluasan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.Untuk mensejahterakan rakyat Indonesia diperlukan pembangunan sampai ke desa-desa, diharapkan tidak ada lagi desa yang akan tertinggal.

Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014, Desa adalah desa dan desa adatatau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuanmasyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengaturdan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempatberdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yangdiakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

Page 2: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 24

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara KesatuanRepublik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebutdengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraPemerintahan Desa. Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangandesa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD)sebagaimana dimaksud dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014. Pengelolaankeuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatifserta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

Pemerintahan yang baik dan memperhatikan prinsip transparansi danakuntabilitas dilakukan pada level pemerintah desa sebagai konsekuensi otonomidesa. Prinsip transparansi memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik olehpemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Sedangkan prinsipakuntabilitas menuntut dua hal yaitu (1) kemampuan menjawab (answerability), dan(2) konsekuensi (consequences). Komponen pertama (istilah yang bermula dariresponsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untukmenjawab secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan denganbagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya telahdipergunakan, dan apa yang telah dicapai dengan menggunakan sumber dayatersebut.

Jika dilihat pada tahun anggaran 2015, salah satu desa di KecamatanMawasangka mendapatkan kucuran dana dari Pemerintah Pusat dan daerah yaituDana Desa Rp. 287.100.862 dan Alokasi Dana Desa Rp. 82 .000.000. Anggaran inicukup besar, oleh karena itu Anggaran Desa ini harus dikelola dengan baik olehPemerintah Desa sesuai dengan aturan dan prinsip akuntansi keuangan di desa. Halini dimaksudkan bahwa pengelolaan keuangan desa harus sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitiandi Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah karena adanya isu yangsedang hangat diperbincangkan sehubungan dengan pengelolaan keuangan desa,bahwasanya ada salah satu desa di Kecamatan Mawasangka dicurigai mengelolakeuangan desa tidak memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas sehinggatidak adanya kepercayaan dari masyarakat desa setempat, hal ini dibuktikan denganusaha masyarakat desa yang melakukan pergerakan ingin menjatuhkan kepala desatersebut. Dalam hal pengelolaan keuangan desa, kami mengidentifikasi adanyarisiko terjadinya kesalahan baik bersifat administratif maupun substantif yang dapatmengakibatkan terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainyakompetensi kepala desa dan aparat desa dalam hal penatausahaan, pelaporan, danpertanggungjawaban keuangan desa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengelola keuangandesa yakni pemerintah desa dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitaskeuangan desa sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yakniPermendagri No. 113 Tahun 2014.

Page 3: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 25

II. KajianTeori1. Persepsi

Persepsi merupakan sekumpulan proses yang menyebabkan individumenjadi sadar akan lingkungannya dan kemudian menginterprestasikannya(Moorhead dan Griffin, 1989 dalam Jones, 1992). Menurut Robbin (1995) persepsiadalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikankesan-kesan sensori mereka untuk memberi makna atas lingkungannya.

Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian perangkatdesa mengenai pengelolaan keuangan desa yang dipercayakan kepadanya dalammempublikasikan, menyediakan informasi serta mempertanggungjawabkan laporankeuangan pengelolaan keuangan desa kepada masyarakat dan pihak yang memilikihak atau yang berwenang meminta pertanggungjawaban.

2. Keuangan DesaPeraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 tahun 2014

tentang pengelolaan Keuangan Desa yang tercantum dalam pasal 1 ayat 5 tentangKeuangan Desa menyebutkan bahwa “Keuangan desa adalah semua hak dankewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uangdan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa”.

Keuangan Desa mengatur tentang sumber pendapatan desa, yaituberdasarkan pendapatan asli desa, kemudian bantuan dari Pemerintah Kabupatenberupa bagian yang diperoleh dari pajak dan retribusi serta bagian dari danaperimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh PemerintahKabupaten, selain itu bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi,sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa.a. Dana Desa

Berdasarkan peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113tahun 2014 tentang pengelolaan Keuangan Desa yang tercantum pada pasal 1 ayat9 menyebutkan bahwa “Dana Desa adalah dana yang bersumber dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfermelalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakanuntuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.” Penyaluran DanaDesa dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: tahap pertama (April) sebesar 40%, tahap kedua (Agustus) sebesar 40%,dan tahap ketiga (Oktober) sebesar 20%.b. Alokasi Dana Desa

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa yang tercantum pada pasal 1ayat 10 tentang Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah danaperimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Peraturan-Pemerintah 72 Tahun 2005, dinyatakan alokasi dana desa (ADD)adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa, yangbersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yangditerima oleh kabupaten/kota. Menurut Pasal 19 Permendagri No. 37 Tahun 2007,besarnya paling sedikit 10 % .

Page 4: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 26

Mekanisme pencairan ADD dalam APBDesa dilakukan secara bertahap ataudisesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota. Pelaksanaankegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD APBDessepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa dengan mengacu padaperaturan Bupati/Walikota. Penggunaan ADD adalah sebesar 30 % untuk belanjaaparatur dan operasional pemerintah desa, sebesar 70 % untuk biayapemberdayaan masyarakat.

3. Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, berarti pula pengaturan

atau pengurusan (Arikunto, 1993). Menurut Stoner (dalam Kaho 1997) manajemendapat dilihat sebagai proses, yakni: proses perencanaan, pengorganisasian,pengarahan dan pengawasan. Sedangkan, menurut Sahdan, dkk. (2006)pengelolaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Dalampenelitian ini pengelolaan diartikan sebagai proses yang dijalankan oleh suatuorganisasi (Pemerintah Desa maupun masyarakat) dalam menjalankan tugasnyauntuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengelolaanmeliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

Permendagri No. 113 Tahun 2014, Pengelolaan Keuangan Desa adalahkeseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Mekanisme pengelolaankeuangan desa merupakan suatu kinerja manajemen dalam pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang disusun secara berantai.

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDes oleh karena itu dalamPengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip PengelolaanKeuangan Desa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentangPedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 20 bahwa Pengelolaan AlokasiDana Desa merupakan satu kesatuan pengelolaan keuangan desa. Sejalan denganhal tersebut pengelolaan ADD di desa yang ada di Kecamatan Mawasangkadiselenggarakan meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan danpertanggungjawaban.a. Tahap Perencanaan

Perencanaan diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yangdijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu dimana menyangkut tempat, olehsiapa pelaku itu atau pelaksanaan tata cara mencapai tujuan tersebut, Sutarno(2004). Dari pernyataan tersebut perencanaan dapat diartikan sebagai pemilihansekumpulan kegiatan dan pemusatan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan,bagaimana dan oleh siapa.b. Tahap Pelaksanaan

Rue dan Byars (2006) Organizing is grouping activities, assigning activitiesan providing the authority necessary to carry out the activities (pengorganisasianmerupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan penugasan kegiatan-kegiatanpenyediaan keperluan, wewenang untuk melaksanakan kegiatannya. Pelaksanaanatau Organizing dapat diartikan sebagai implementasi dari perencanaan dan

Page 5: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 27

pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dansatu organisasi tersebut bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidangmasing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

Tahap pelaksanaan program intinya menunjuk pada perubahan prosesperencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan ataupemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi atau kegiatan-kegiatanuntuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan (Suharto, 2010).c. Tahap Pengawasan

Pengawasan meliputi kegiatan pemantauan dan evaluasi, dapat dilakukanperbaikan selama kegiatan berlangsung atau untuk memperbaiki program kegiatanberikutnya sehingga tujuan yang telah direncanakan tercapai dengan baik. Sejalandengan Suharto (2010) monitoring atau pengawasan adalah pemantauan secaraterus menerus proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Dengan demikianmonitoring atau pengawasan adalah mekanisme yang digunakan untuk mengoreksipenyimpangan-penyimpangan yang mungkin timbul dalam suatu kegiatan denganmembandingkan antara apa yang diharapkan dan apa yang dilakukan.d. Tahap Pertanggungjawaban

Arnos Kwaty dalam Hansen (2005) mengatakan: “pertanggungjawabanadalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusatpertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para pimpinan untukmengoperasikan pusat-pusat pertanggungjawaban mereka”.

Dari konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban adalahsistem yang mengukur perencanaan dengan anggaran dan kegiatan dalam berbagaihasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban yang harusdipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan pengendalian periodik.

4. TransparansiTransparansi dalam penelitian ini adalah terbukanya akses bagi masyarakat

dalam memperoleh informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan, pengawasandan pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD). Hal ini didasarkan padapendapat beberapa ahli, yaitu sebagai berikut:

Mardiasmo (2004) transparansi berarti keterbukaan (opennsess) pemerintahdalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumberdayapublik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajibanmemberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untukpengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Pasal 4 ayat 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 13Tahun 2006, menjelaskan tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,dikatakan transparan adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkanmasyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnyatentang keuangan daerah. Dengan adanya transparansi menjamin akses ataukebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentangpenyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, prosespembuatan dan pelaksanannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansiyakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan. Sedangkan yang dimaksuddengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah

Page 6: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 28

yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi diharapkan akanmenghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran dan kebijakan dibuatberdasarkan pada preferensi publik ( Bapenas & Depdagri, 2002).

Transparansi pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountabilityantara pemerintah daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintahandaerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsife terhadap aspirasi dankepentingan masyarakat.

5. AkuntabilitasKonsep akuntabilitas dalam penelitian ini yaitu pertanggungjawaban tim

pelaksana pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada masyarakat, dimanakepala desa sebagai penanggungjawab utama. Konsep ini didasarkan padapendapat beberapa ahli antara lain:

Syahrudin Rasul (2002) akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawabankepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orangterhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi.

Mardiasmo (2004) mengartikan akuntabilitas adalah kewajiban pihakpemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjaditanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dankewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Akuntabilitas berarti pertanggungjawaban pemerintah desa dalam mengelolakeuangan desa sesuai dengan “amanah” dan kepercayaan yang diberikankepadanya. Bertanggungjawab berarti mengelola keuangan dengan baik, jujur, tidakmelakukan penyelewengan dengan semangat “tidak makan uang rakyat”.

6. Penelitian terdahuluPenelitian yang dilakukan oleh Farida (2015) dengan judul Transparansi dan

Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan danBelanja Desa (APBDes) (Studi pada Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2013 diDesa Sidogedungbatu Kecamatan Sangkapuran Kabupaten Gresik). Tujuanpenelitian tersebut untuk mengetahui seberapa jauh penerapan prinsip-prinsiptransparansi dan akuntabilitas kepala desa dalam pengelolaan AnggaranPendapatan dan Belanja Desa melalui kegiatan yang meliputi perencanaan ADD,pelaksanaan ADD, pelaporan ADD, dan pertanggungjawaban ADD.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farida tersebut penelitimengambil kesimpulan bahwa kepala desa di Desa Sidogedungbatu KecamatanSangkapuran Kabupaten Gresik telah melaksanakan prinsip-prinsip transparansidan akuntabilitas pada pengelolaan APBDes tahun anggaran 2013. Secara umumtransparansi dan akuntabilitas di Desa Sidogedungbatu Kecamatan SangkapuranKabupaten Gresik sudah berjalan dengan baik, walaupun masih ada beberapakelemahan yang masih harus diperbaiki. Untuk perencanaan dan pelaporankegiatan Alokasi Dana Desa sudah menunjukkan adanya pengelolaan yangtransparan dan akuntabel, namun dalam pelaksanaan pengelolaan Alokasi DanaDesa menunjukkan sudah akuntabel tetapi masih kurang transparan sehinggakepala desa diharapkan lebih transparan lagi, sedangkan dalam

Page 7: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 29

pertanggungjawaban secara fisik sudah menunjukkan pelaksanaan yang transparandan akuntabel, namun dari sisi administrasi masih diperlukan adanya perbaikkansehingga perlu pembinan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai ketentuanyang ada.

7. Kerangka PikirPemerintah desa menilai bahwa transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan desa secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh obyek stimulus yangditerima meliputi : perencanaan, pelakasaan, pengawasan, danpertanggungjawaban, karena dengan pengelolaan dana yang transparan,masyarakat dapat mengetahui untuk apa saja dana desa yang digunakan. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengelola keuangan desa dalammewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.

Persepsi pengelola keuangan desa dalam mewujudkan transparansi danakuntabilitas pengelolaan keuangan desa berbeda-beda, tergantung stimulus yangditerima. Hal inilah yang perlu diuji dalam penelitian ini sebagaimana yangdigambarkan dalam skema berikut ini:

Skema 1Kerangka Pikir

III. Metode PenelitianObjek dalam penelitian ini adalah persepsi pengelola keuangan desa dalam

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan desa di KecamatanMawasangka Kabupaten Buton Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalahPerangkat Desa selaku pengelola keuangan desa dan pengawas keuangan desa di17 Desa Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Metode yangdigunakan dalam pemilihan sampel adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilansampel didasarkan pada pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yangdigunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Perangkat Desaselaku pengelola keuangan desa. Menurut Soemantri (2011) tim pelaksana tingkatdesa ditetapkan dengan keputusan kepala desa, sehingga sampel dalam penelitianini berjumlah 85 orang yang terdiri dari: Kepala Desa dari tiap-tiap desa, Sekretaris

Persepsi Perangkat Desa(Pengelola Keuangan Desa)

Pengelolaan Keuangan Desa

Transparansi: Akuntabilitas:

1. Pelaksanaan Publikasi 1. Integritas KeuanganAPBDes

2. Penyediaan Informasi 2. Pengungkapanyang Jalas

3. Pelaksanaan Sosialisasi 3. Ketaatan TerhadapAPBDes Peraturan

Perundang-Undangan

Page 8: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 30

Desa dari tiap-tiap desa, Bendahara Desa dari tiap-tiap desa, Ketua BadanPermusyawaratan Desa (BPD) dari tiap-tiap desa dan satu orang LembagaPemberdaya Masyarakat (LPM) yang diambil dari tiap-tiap desa di KecamatanMawasangka Kabupaten Buton Tengah.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.Deskriptif kuantitatif memberikan gambaran keadaan sebenarnya secara sistematik,factual dan akurat mengenai variabel penelitian. Skala yang digunakan untuk menilaipertanyaan adalah Skala Likert, dengan 5 alternatif jawaban yang diberikan yangterdiri dari jawaban sangat setuju ,setuju, cukup setuju, kurang setuju, sangat tidaksetuju.

Adapun definisi operasional variabel yaitu sebagai berikut:1. Persepsi adalah interpretasi seseorang terhadap fakta yang diungkap oleh

inderanya, berdasarkan apa yang diketahui dan dirasakannya, yang dapatdipengaruhi oleh sikap dan perilakunya.

2. Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujurkepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hakuntuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawabanpemerintah dalam pengelolaan keuangan desa yang dipercayakan kepadanyadan ketaatannya pada peratuaran perundang-undangan.

3. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban ataumenjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan suatuunit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang memintapertanggungjawaban.

4. Persepsi pengelola keuangan desa adalah tanggapan atau penilaian pengelolakeuangan desa dalam mempublikasikan, dan penyediaan informasi sertamempertanggungjawabakan laporan keuangan dalam pengelolaan keuangandesa

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan1. Hasil Penelitian

Data persepsi pengelola keuangan desa dalam mewujudkan transparansiyang diambil dari kuesioner yang berisi 10 butir soal terbagi dalam 3 indikator yaitupublikasi pelaksanaan APBDes sebanyak 3 butir soal, penyampaian informasi yangjelas sebanyak 3 butir soal dan sosialisasi pelaksanaan APBDes sebanyak 4 butirsoal, dengan 5 alternatif jawaban pada rating skala 1 s/d 5, dengan jumlahresponden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal ( 85x10 x5 = 4250 ) dan total skor diperoleh sebesar 3653. Dari hasil jawabanresponden mengenai persepsi perangkat desa atas variabel transparansididapatkan persentase kecenderungan jawaban responden sebesar 85,95 %.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dansangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban respondenmengenai persepsi perangkat desa pada variabel transparansi masuk dalamketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapatdigambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:

Page 9: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 31

Gambar 1Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa dalam

Mewujudkan Transparansi

a. Pelaksanaan Publikasi APBDesPelaksanaan Publikasi APBDes terdiri dari 3 butir soal dengan jumlah

responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x3x 5= 1275) dan total skor yang diperoleh 1108. Dari hasil jawaban respondendidapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsipengelola keuangan desa pada indikator publikasi pelaksanaanAPBDes adalah86,90%.

Apabila data dibagi 5 kategori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dansangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban respondenmengenai persepsi perangkat desa pada indikator publikasi pelaksanaan APBDesmasuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:

Gambar 2Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator

Pelaksanaan Publikasi APBDes

b. Penyediaan Informasi yang JelasPenyediaan informasi yang jelas terdiri dari 3 butir soal dengan jumlah

responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x3x 5= 1275) dan total skor yang diperoleh 1080. Dari hasil jawaban respondendidapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsiperangkat desa pada indikator penyediaan informasi yang jelas adalah 84,71%.

Apabila data dibagi 5 kategori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dansangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban responden

%=85,95%Posisipersepsi

%=86,90%Posisipersepsi

Page 10: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 32

mengenai persepsi perangkat desa pada indikator penyediaan informasi yang jelasmasuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 3Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Penyediaan

Informasi yang Jelas

c. Pelaksanaan Sosialisasi APBDesPelaksanaan Sosialisasi APBDes terdiri dari 4 butir soal dengan jumlah

responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x4x 5= 1700) dan total skor yang diperoleh 1465. Dari hasil jawaban responden makadidapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsiperangkat desa atas indikator sosialisasi pelaksanaan APBDes adalah 86,17%.

Apabila data dibagi 5 kategori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dansangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban respondenmengenai persepsi pengelolaan keuangan desa pada indikator sosialisasipelaksanaan APBDes masuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagaiberikut :

Gambar 4Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Pelaksanaan Sosialisasi

APBDes

Data persepsi pengelola keuangan desa dalam mewujudkan akuntabilitasyang diambil dari kuesioner yang berisi 10 butir soal terbagi dalam 3 indikator yaituintegritas keuangan sebanyak 3 butir soal, pengungkapan sebanyak 4 butir soal danketaatan terhadap peraturan perundang-undangan sebanyak 3 butir soal, dengan 5alternatif jawaban pada rating skala 1 s/d 5, dengan jumlah responden sebanyak 85responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal ( 85 x10 x5 = 4250 ) dan total

%=84,71%Posisipersepsi

%=86,17%Posisipersepsi

Page 11: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 33

skor diperoleh sebesar 3702. Dari hasil jawaban responden didapatkan persentasekecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelola keuangan desaatas variabel akuntabilitas sebesar 87,11%.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dansangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban respondenmengenai persepsi perangkat desa pada variabel akuntabilitas masuk dalamkategori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapatdigambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 5Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa dalam Mewujudkan

Akuntabilitas

a. Integritas KeuanganIntegritas keuangan terdiri dari 3 butir soal dengan jumlah responden

sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x 3x 5= 1275)dan jumlah skor sebesar 1082. Dari hasil jawaban responden persentasekecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelola keuangan desapada indikator Integritas Keuangan adalah 84,86%.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dansangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban respondenmengenai persepsi perangkat desa pada indikator integritas keuangan masuk dalamketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapatdigambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 6Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Integritas

Keuangan

%=87,11%Posisipersepsi

%=84,86%Posisipersepsi

Page 12: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 34

b. PengungkapanPengungkapan terdiri dari 4 butir soal dengan jumlah responden sebanyak

85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x 4x 5= 1700) danjumlah skor sebesar 1475. Dari hasil jawaban responden didapatkan nilaipersentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelolakeuangan desa pada indikator pengungkapan adalah 86,76%.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dansangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban respondenmengenai persepsi pengelolaan keuangan desa pada indikator pengungkapanmasuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 7Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa

Indikator Pengungkapan

c. Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undanganKetaatan terhadap peraturan perundang-undangan terdiri dari 3 butir soal

dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor idealmaksimal (85x 3x 5= 1275) dan total skor yang sebesar 1145. Dari hasil jawabanresponden didapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban respondenmengenai persepsi pengelola keuangan desa atas indikator ketaatan terhadapperaturan adalah 89,80%.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dansangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban respondenmengenai persepsi pengelolaan keuangan desa pada indikator ketaatan terhadapperaturan perundang-undangan masuk dalam kategori sangat baik yaitu pada skalainterval 81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batangsebagai berikut:

%=86,76%Posisipersepsi

Page 13: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 35

Gambar 8Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Ketaatan

terhadap Peraturan Perundang-undangan

2. Pembahasana. Pelaksanaan Publikasi APBDes

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada perangkat desa diKecamatan Mawasangka secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangandesa Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentang publikasipelaksanaan APBDes sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkantransparansi keuangan desa di Kecamatan Mawasangka sangat perlumempublikasikan keuangannya dengan persentase kecenderungan jawabanresponden yaitu sebesar 86,90% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

b. Penyediaan informasi yang jelasPersepsi perangkat desa Kecamatan Mawasangka untuk indikator kedua

yakni penyediaan informasi yang jelas secara umum, perangkat desa selakupengelola keuangan desa Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangatbaik tentang penyediaan informasi yang jelas sehingga dapat disimpulkan bahwauntuk meningkatkan transparansi keuangan desa di Kecamatan Mawasangka harusmeyampaikan informasi pelaksanaan pengelolaan keuangannya kepada masyarakatdengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 84,71%(lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

c. Pelaksanaan Sosialisasi APBDesPersepsi perangkat desa Kecamatan Mawasangka untuk indikator ketiga

yakni pelaksanaan sosialisasi APBDes secara umum, perangkat desa selakupengelola keuangan desa di Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yangsangat baik tentang pelaksanaan sosialisasi APBDes sehingga dapat disimpulkanbahwa untuk meningkatkan transparansi keuangan desa di KecamatanMawasangka harus mensosialisasikan pelaksanaannya kepada masyarakat denganpersentase kecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 86,17% (lampiran 7)dengan kriteria sangat baik.

d. Integritas KeuanganBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada perangkat desa di

Kecamatan Mawasangka secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangan

%=89,80%Posisipersepsi

Page 14: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 36

desa di Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentangintegritas keuangan dengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitusebesar 84,86% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

e. PengungkapanPersepsi perangkat desa Kecamatan Mawasangka untuk indikator kedua

yakni pengungkapan Secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangandesa di Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentangpengungkapan dengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitusebesar 86,76% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

f. Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangnPersepsi perangkat desa Kecamatan Mawasangka untuk indikator ketiga

yakni ketaatan terhadap peraturan Perundang-undangan, secara umum, perangkatdesa selaku pengelola keuangan desa di Kecamatan Mawasangka memilikipersepsi yang sangat baik tentang ketaatan terhadap peraturan dengan persentasekecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 89,80% (lampiran 7) dengankriteria sangat baik.

V. Kesimpulan dan SaranHasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perangkat desa

selaku pengelola keuangan desa di Kecamatan Mawasangka yang terdiri dari 17desa memiliki persepsi yang sangat baik tentang transparansi dan akuntabilitas daripelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Hal ini terlihat dari persentasekecenderungan jawaban responden secara keseluruhan atas pernyataan kuisioneryang ditunjukkan dalam bentuk persentase yakni untuk variabel transparansisebesar 85,95% (kriteria interpretasi sangat baik) yang terdiri dari tiga indikator yaitu:pelaksanaan publikasi APBDes, penyampaian informasi yang jelas, danpelaksanaan sosialisasi APBDes. Persentase kecenderungan jawaban respondensecara keseluruhan atas pernyataan kuisioner yang ditunjukkan dalam bentukpersentase yakni untuk variabel akuntabilitas sebesar 87,11% (kriteria interpretasisangat baik) yang terdiri dari tiga indikator yaitu: integritas keuangan,pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan Perundang-undangan.

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti memberikan saran untuk penelitianlebih lanjut dengan kelompok responden yang lebih banyak dengan menambahmasyarakat desa dalam menilai transparansi pengelolaan keuangan desa danakuntabilitas pengelolaan keuangan desa.

Daftar PustakaAtkinson, R. C., dan E.R. Hilgard. 1991. Pengantar Psikologi, diterjemahkan oleh

Nurjanah Taufik dan Rukmini. Barhana. Erlangga. Jakarta.Arikonto 1993. Managemen Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Bapenas dan Depdagri tahun 2002. Toleran dan Kebijakan Dibuat Berdasarkan

pada Preferensi PublikBungin 2007, Penelitan Kualitatif, Prenada Meda Group, Jakarta.

Page 15: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 37

Chulsum, Umi dan Windy Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya:Kashito, 2006

Cooper, Schindler. 2000, Business Research Methods, Chicago: Richard D. Irwin IncDepdikbud 2005. Undang-Undang RI No 20 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Semarang : Aneka Ilmu.E.St Harahap, dkk. Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka. 2006Faridah 2015, Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES) . Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia, Surabaya.

Fattah 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah.Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Gibson. 1986. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses. Diterjemah oleh DjoerbanWahid. Erlangga Jakarta.

Jalaludin. 1998. Psikologi Kumunikasi. Bandung PT: Rosdakarya.Jones. 1992. The Development Of Conceptual Frameworks of Accounting for The

Public Sector. Journal Financial Accounting and Management. 8(4):249-264.Kaho 1997, Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia, PT. Gravindo

Persada, Jakarta.LAN dan BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance, Modul 1 dari 5 Modul

Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Penerbit LAN,Jakarta.

Moleong 2005 , Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.Mardiasmo, 2002, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi,

Yogyakarta.Nordiawan 2006. Akuntasi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.Nunnaly, 1997 , Psycometric Theory. MeGaw-Hill, New York.P, Krina Lalolo Loina 2003. Prinsip-prinsip transparansi.Peraturan Bupati Temanggung Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman

Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Kabupaten Temanggung Tahun 2008.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengololaan Keuangan

Daerah.Nomor 60 Tahun 2014 Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara. 21 Juli 2014. Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 168.Jakarta

No.1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset DesaPeraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan DesaPeraturan Pemerintah No. 22 tahun 2015 Tetang Penyaluran Dana DesaRiduwan, 2009. Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula.

Bandung: AlfabetaRobbin (1995) Organizational Behavior Concepts Controversies, and Applications,

New Jersy: Prentice Hall International, Inc.Rue dan Byars (2006) Human Resource Management 8 th Edition.

Page 16: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI …

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO Page 38

Sahdan, dkk. 2006. ADD Untuk Kesejahteraan Masyarakat, Yogyakarta: ForumPengembangan Pembaharuan Desa (FPPD).

Saladien, 2006 Rancangan Penelitian Kualitatif Modul Metodologi PenelitianKualitatif, Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian KualitatifProgram Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, 6-7Desember.

Soemantri 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,. Bandung :Fokus Media, 2011.

Solekhan. 2012. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Malang : Setara Press.Subroto, Agus, 2009, Tesis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, Universitas

Diponegoro, Semarang.Sugiono, 2007. Statistika Untuk penelitian. Bandung:CV Alfabet.

Sulistiyani 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Gava Media,Yogyakarta.

Suharto (2010) Perpustakaan Sekolah : Defenisi, Tujuan dan Fungsi.Sutarno 2004 Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Rineka Cipta.Syahruddin Rasul 2002. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan

Anggaran. Jakarta : Detail Rekord.Sutedjo 2009. Persepsi Stakehol ders terhadap Transparansi dan Akuntabiltas

Pengelolan Keuangan Sekolah, Skripsi. Semarang: Universitas DiponegoroUndang-U ndang No. 6 tahun 2014 tentang Desa.Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2014 tentang Pembentukan

Kabupaten Buton Tengah.Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah.