TRANSFORMASI SISTEM HUKUM TURKI PADA MASA PEMERINTAHAN …repository.uinjambi.ac.id/92/1/Abdul...
Transcript of TRANSFORMASI SISTEM HUKUM TURKI PADA MASA PEMERINTAHAN …repository.uinjambi.ac.id/92/1/Abdul...
TRANSFORMASI SISTEM HUKUM TURKI PADA MASA
PEMERINTAHAN RECEP TAYYIB ERDOGAN
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Meperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Syariah
Oleh:
ABDUL KHOLIK
NIM : SPI. 141806
PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1439/2018 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Sholawat dan salam tak lupa
dihaturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat juga pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.
Skripsi ini yang ditulis dengan judul “Tarspormasi Sistem Hukum Turki
Pada Masa Pemerintahan Recep Tayyeb Erdogan” dalam upaya melengkapi
syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata Satu (S1), dan lebih dari itu
sesungguhnya penelitian ini merupakan tugah akhir dari proses pembelajaran yang
telah di tempuh selama masa perkuliahan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan.
Akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, maka segala macam hambatan dapat
teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus
kepada :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi MA, Ph.D sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik
dan Pengembangan pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd sebagai Wakil
Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr.
Hj. Fadlillah M.Pd. sebagai Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja
Sama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. A.A Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi
4. Bapak Dr. Hermanto Harun Lc. Ph.D, Wakil Dekan bidang Akademik. Ibu Dr.
Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, selaku Wakil Dekan bidang Admistrasi Umum,
perencanaan dan keuangan. Dan ibu Yuliatin, S.Ag., M.H, selaku Wakil Dekan
bidang kemahasiswaan dan kerjasama di lingkungan Fakulttas Syariah UIN STS
Jambi.
5. Bapak Abdul Razak S.HI., M.IS dan ibu Ulya Fuhaidah, S. Hum., MS selaku
ketua jurusan dan Sekrtaris Jurusan Hukum Tatanegara Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.
6. Bapak Muhammad Zaki, MA, selaku pembimbing I dan ibu Masburiyah, M.Fil,
selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam membimbing dan
meluangkan waktunya hingga selesai penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
8. Kepada Bapak/Ibu Kepala Perpustakaan UIN STS Jambi, Wilayah Propinsi
Jambi, dan Kota Jambi.
9. Kepada Ayah dan Ibu tercinta, saudara, serta keluarga besarku yang senantiasa
mendoakan kesuksesanku, semoga Allah SWT menjadikan keluarga kita penuh
berkah, rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Aamiin.
10. Kepada sahabat-sahabat, teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan 2014
jurusan Hukum Tatanegara dan semua pihak yang telah banyak memberikan
bantuan, saran kepada penulis memberikan kenangan selama dibangku kuliah.
Semoga amal baiknya akan dicatat sebagai pahala di sisi-Nya.
Disamping itu, disadari juga bahwwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita
memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemanfaatannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Jambi, Mei 2018
Penulis,
Abdul Kholik NIM : SPI. 141806
ABSTRAK Paham sekularisme dalam dunia politik yang umumnya lahir dari kajian dan pengalaman manusia dalam berpolitik itu telah memasuki kalangan cendikiawan dan para pemimpin di dunia Islam. Turki adalah salah satu negara yang menganut sistem sekularisme. Turki pernah menjadi pusat kekuasaan dunia Islam yang tak terkalahkan hampir selama delapan abad, namun setelah Turki dipimpin oleh Mustafa Kemal Attaturk Turki menjadi negara sekuler. Oleh itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekularisme pada sistem politik dan hukum negara Islam di Turki pada masa Mustafa Kemal Attaturk serta untuk mengetahui kebijakan Recep Tayyeb Erdogan dalam mengislamisasikan Turki kontemporer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Library Research. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil kesimpulan bahwa sekularisme pada masa Mustafa Kemal Attaturk di dukung oleh lembaga Majlis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi, Majlis Nasional Agung bertugas sebagai Badan Legislatif dan Badan Eksekutif, Majlis Negara yang anggotanya dipilih dari Majlis Nasional Agung akan menjalankan tugas pemerintahan, Ketua Majlis Nasional Agung merangkap jabatan sebagai Ketua Majlis Negara. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu Mustafa Kemal Attaturk selalu mendapat tantangan-tantangan yang berasal dari pemuka-pemuka agama (kelompok tradisional), pemberontakan yang dilakukan oleh Tariqat Naqsabandiyah, selain itu tantangan juga datang dari kaun reaksioner bekas pimpinan Turki Muda. Adapun kebijakan Recep Tayyeb Erdogan dalam mengislamisasikan Turki yaitu Erdogan membuat kebijakan politik luar negeri dengan cara Turki perlahan mulai membina hubungan yang lebih erat ke negara-negara islam terutama negara-negara yang bergabung kedalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan negara-negara dikawasan lain seperti Russia, China dan negara-negara Amerika Latin terutama pada negara-negara islam. Turki mencoba kembali mencoba untuk menjadi salah satu kekuatan penting yang mampu menyuarakan kepentingan masyarakat muslim dunia dengan berperan aktif dalam membina hubungan kerjasama diplomatis dan ekonomi yang terus meningkat. Sedangkan kebijakan politik dalam negeri yang di lakukan Erdogan yaitu, Erdogan juga mendukung gerakan agama dari bawah walaupun tidak pernah berorasi, ia menambah hingga 40 Fakultas agama di universitas-universitas di Turki, Erdogan juga mencabut UU larangan berhijab. Kata Kunci : Sekularisme, Sistem Politik, Negara Islam, Turki
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... i NOTA DINAS ....................................................................................................ii PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................iii MOTTO ............................................................................................................. v PERSEMBAHAN ..............................................................................................vi PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................vii KATA PENGANTAR .......................................................................................viii ABSTRAK ......................................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................5
C. Batasan Masalah ....................................................................6
D. Tujuan dan kegunaan Penulisan ............................................6
E. Kerangka Teori ......................................................................7
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................13
G. Metode Penelitian ..................................................................15
H. Sistematika Penulisan ............................................................18
BAB II SISTEM HUKUM TURKI DARI MASA KE MASA A. Kerajaan Turki Utsmani ........................................................20
B. Pembaharuan Udang-Undang Turki pada Masa
Kerajaan Utsmani .................................................................29
1. Tanzimat ..........................................................................29
2. Utsmani Muda .................................................................32
3. Turki Muda ......................................................................37
C. Sistem Hukum Turki Pada Masa Mustafa Kemal
Attaturk ..................................................................................42
BAB III TRANSFORMASI SISTEM HUKUM TURKI PADA MASA RECEP TAYYEB ERDOGAN
A. Biografi Recep Tayyeb Erdogan ...........................................50
B. Sistem Hukum Turki Pada Masa Recep Tayyeb Erdogan ....53
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................74
B. Saran ......................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................76 LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE
DAFTAR SINGKATAN
SWT : Subhanahu Wa Ta’ala
SAW : Sholallahu Alaihi Wassalam
AKP : Adalete Vakalkinma Partisi
CUP : Commite of Union and Progres
MNA : Majelis Nasional Agung
CHP : Cumhuriyet Halk Partisi
OCC : Objective Civilian Control
SCC : Subjective Civilian Control
PON : Partai Orde Nasional
KPU : Komisi Pemilihan Umum
OKI : Organisasi Konferensi Islam
NATO : Nort Atlantic Treaty Organization
PBB : Persikatan Bangsa-Bangsa
TRT : Televisi Radio Turki
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam datang dengan membawa satu manhaj (sistem) hidup yang di
dalamnya terdapat sistem politik yang dapat menjamin tercapainya cita-cita hidup
manusia. Sistem poltitik Islam yang unik, yang bersandar pada ajaran ilahiyah,
yang tidak terdapat kebatilan sedikit pun didalamnya. Sistem politik Islam juga
bersandar pada mekanisme yang dibenarkan oleh firman-firman Allah SWT. Dan
sabda-sabda Rasulullah SAW.1
Menurut Nurcholis Madjid mengenai Islam, perihal pertumbuhan dan
perkembangan agama (Islam) ini, bersamaan dengan pertumbuhan dan
perkembangan sebuah sistem politik. Menurutnya, semenjak Rasullullah
melakukan hijrah dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah), hingga saat sekarang ini,
Islam telah menampilkan dirinya secara sangat terkait dengan masalah politik,
dalam hal ini khususnya soal hubungan antara Agama dan negara.2
Islam tidak mengenal pemisahan agama dan kehidupan, agama dan politik,
atau agama dan negara, karena Islam bukan sekedar agama individu, melainkan
agama sosial bagi seluruh umat manusia. Islam merupakan pedoman hidup yang
utuh bagi manusia untuk mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat.3
1Abu Ridha, Islam Dan Politik Mungkin kah Bersatu ?, (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2004), hlm. 54. 2Budhy Munawar, Membaca Nurcholish Madjid, (Jakarta: Democracy Project, 2011),
hlm. 117. 3Bambang Setyo Suprianto, Dinamika Perumusan Dasar Falsafah Negara RI dan
Implementasinya, (Jakarta : Forum Silaturrahim Masyarakat Peduli Syari’ah), hlm. 6.
2
Sekularisasi telah menjadi permasalahan aktual dan erat kaitannya dengan
kehidupan eksistensial manusia. Di Barat, sebagaimana yang telah dikemukakan
oleh Smit, Berger, mapun para pemikir lainnya. Bahwa sekularisasi merupakan
suatu fenomena universal dan tidak dapat dielakkan. Proses sekularisasi ini
menyangkut segala bidang hidup dan kehidupan manusia yakni kehidupan politik,
ekonomi, sosial budaya dan terutama ilmu pengetahuan. Pendapat yang demikian
ini banyak ditentang para pemikiri Timur. Menurut mereka, sekularisasi bukanlah
fenomena universal dan selain itu sekularisasi tidak dapat dielakkan. Namun
faktanya konsep ini telah merusak dalam tubuh kaum muslimin.4
Paham sekularisme dalam suatu politik seratus persen cangkokkan dari ide
asing yang dipaksa dikait-kaitkan dengan Islam. Menurut Arend Thedor wan
Leeue dalam Cristianity in World seperti dikutip Mark Juergensmyer, ide
sekularisasi politik berakar kepada masa Israel Kuno dan kemudian berkembang
menjadi tema utama agam Kristen.
Paham sekularisme dalam dunia politik, yang umumnya lahir dari kajian
dan pengalaman manusia berpolitik (yang bersifat pragmantik) itu telah memasuki
kalangan cendikiawan dan para pemimpin di dunia Islam. Dalam panggung
politik, umunya hal itu terwujud dalam bentuk gagasan nasionalisme sekuler.5
Salah satu negara Islam yang menganut sistem sekularisme adalah negara
Turki. Dalam peta sejarah Islam, Turki pernah menjadi pusat kekuasaan dunia
Islam yang tak terkalahkan hampir selama delapan abad, dan juga sangat disegani
4Imron Mustafa, “Turki antara Sekularisme dan Aroma Islam, studi atas pemikiran Niyezi
Berkes”, Jurnal Elbanat, Vol 6 No 1, (Januari-juni 2016), hlm 51. 5Abu Ridha, Islam Dan Politik Mungkin kah Bersatu ?, hlm. 3.
3
Eropa. Disamping menyimpan warisan sejarah yang amat kaya, salah satu
keunikan Turki adalah letak geografisnya yang menghubungkan daratan Eropa
dengan selat dan jembatan Bosporusnya yang sangat indah itu. Ulama Islam Arab
menunjuk pada gerakan sekularisme Attaturk bagaikan “maling kundang” yang
ingin hidup dengan gaya kebarat-baratan dan menyatakan diri sebagai Negara
sekuler.6
Turki sebagai bangsa yang pernah memimpin dunia Islam selama tujuh
ratus tahun, dari permulaan abad ke-13 hingga jatuhnya Kekhalifahan Usmani
pada awal abad ke-20. Fenomena kehidupan masyarakat Turki menjadi menarik
ketika negara Turki berdiri tahun 1923 menyatakan sebagai sebuah negara
sekuler, di mana Islam yang telah berfungsi sebagai agama dan sistem hidup
bermasyarakat dan bernegara selama lebih dari tujuh abad, dijauhkan peranannya
dan digantikan oleh sistem Barat.7
Turki pada masa Mustafa Kemal Ataturk tahun 1923 ingin melepaskan
segala hal yang berhubungan dengan unsur Islam di Turki. Mustafa Kemal
Ataturk membuang semua unsur di Era Ottoman, kecuali beberapa unsur
kemegahan masa lalu, dan memperbaharuinya dengan Westernisasi dan
sekularisme. Pada dekade pertama setelah berdirinya republik, Kemal Attaturk
melakukan serangkaian reformasi yang memutuskan hubungan Turki dengan
masa lalu Islam dan untuk dunia Islam secara lebih luas. Kekhalifahan yang
dipimpin oleh pemimpin spiritual dunia Muslim Sunni dihapuskan. Abjad Latin
6Syarifuddin, “Sekularisme dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Di Turki”, jurnal
Himmah, (2003), hlm. 52. 7Imron Mustafa, Turki Antara Sekularisme dan Aroma Islam : Studi Atas Pemikiran Niyazi
Berkes, (Surabaya: Sekolah Tinggi Agama Islam YPBI, 2016), hlm. 58.
4
(dimodifikasi untuk mengakomodasi suara Turki) diperkenalkan menggantikan
tulisan Arab, dan usaha dibuat untuk membersihkan bahasa Turki kata-kata dari
bahasa Arab. Kemal juga mengganti agar jas daripada pakaian tradisional. Semua
lembaga keagamaan dan sumber daya dibawa di bawah kendali Negara. 8
Menurut Altunisk, ada tiga elemen penting dalam pengalaman Turki,
yakni sekularisme, demokrasi dan pengaruh internasional. Ketiga elemen ini
saling terkait dalam mempengaruhi pembentukan dan pengembangan pengalaman
demokratisasi Turki dan identitas negara Turki sebagai salah satu negara
demokratis di Timur Tengah. Awal sejarah Turki ditandai dengan adanya
sekularisasi yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Proses sekularisme
yang dilakukan oleh Ataturk pada masa itu memang mengundang kontroversi dari
masyarakat yang sudah berada dalam kekuasaan Kesultanan Turki Usmaniyah
yang terbiasa dengan hukum Islam. Dalam perkembangan selanjutnya,
sekularisme mulai menghadapi kritik dan tantangan seiring terjadinya proses
demokratisasi di Turki pada pertengahan tahun 1950-an. Pada kurun 1960-1970,
perpolitikan Turki mulai diramaikan oleh partisipasi dari gerakan-gerakan sosial
masyarakat yang digerakkan oleh basis massa Islam konservatif.
Ditengah-tengah upaya perebutan pengaruh Islam di Turki yang menganut
paham Sekuler, muncullah seorang presiden yang memiliki spirit keislaman, yaitu
presiden Erdogan. Namun, keberhasilan Erdogan dalam membangun Turki
memberikan dampak positif maupun negatif bagi kelangsungan nasional di
internal Turki.
8Itsnaini Permata Hati, “Alasan Turki Sepakat di Bawah Pemerintahan Erdogan Bekerja
Sama Dengan Uni Eropa Dalam Penanganan Imigran”, Jurnal HI, (2016), hlm. 2.
5
Namun seiring dengan perkembangan yang ada, sekularisme menjadi
faktor merosotnya eksistensi masyarakat yang ada di Turki, sehingga hati nurani
mereka bergejolak untuk menuju perubahan Turki yang lebih baik lagi. Recep
Tayyib Erdogan sebagai penguasa tingkat dalam Islamisasi di Turki, ia
mendirikan partai berbasis Islam.
Kemampuan pesat negara Turki di bawah kepemimpinan Erdogan sebagai
perdana menteri membuat Turki kini disegani sebagai salah satu negara terkuat di
Eropa dan membuat namanya semakin melambung sebagai salah satu pemimpin
terbaik dunia. Sehingga pemilihan umm tahun 2011, AKP (Adalet Va kalkinma
Partisi) mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk memenangkan kembali dan
Erdogan menjabat sebagai perdana menteri periode berikutnya pada pemilihan
umum untuk menyampaikan aspirasi masyarakat turki.
Berdasarkan paparan di atas perlu ditelaah lebih jauh mengenai
sekularisme menuju Islamisme di Turki. Maka dari itu penulis mengangkat judul
Tarspormasi Sistem Hukum Turki Pada Masa Pemerintahan Recep Tayyib
Erdogan”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis akan
mengemukakan rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem hukum politik Turki sebelum era Recep Tayyib
Erdogan?
6
2. Bagaimanakah transformasi sistem hukum dimasa Recep Tayyib
Erdogan ?
C. BATASAN MASALAH
Agar tidak terjadi perluasan terhadap pokok pembahasan skripsi ini, maka
penulis akan membatasi penelitian ini pada hal-hal yang hanya berkenaan dengan
sekularisme dalam sistem politik dan hukum Negara di Turki pada masa
pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk dan transformasi sistem politik dan hukum
dari sekularisme menuju Islamisme pada masa Recep Tayyib Erdogan.
D. TUUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang dirumuskan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui Sekularisme di Negara Turki pada masa sebelum
Recep Tayyib Erdogan.
b. Untuk mengetahui kebijakan politik hukum Recep Tayyib Erdogan
dalam Mengubah Sekularisme Turki menjadi Islamisme Turki
Kontemporer.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teori untuk memberikan sumbangan pemikiran dan
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan penjelasan tentang
sekularisme dalam sistem hukum negara Islam di Turki.
7
b. Secara praktis, diharapkan penulis mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat khusunya mengenai sekularisme dalam sistem politik
negara Islam di Turki.
c. Sebagai syarat dalam menyelesaikan program Srata Satu (S1) dalam
jurusan Hukum Tata Negara di Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
E. KERANGKA TEORI
1. Sekularisme
Istilah sekularisme sering diperdebatkan secara tidak tepat sehingga
mengorbankan kejelasan analisis. Sekularisme bersifat tertutup, dalam arti
sudah bukan merupakan proses lagi, akan tetapi sudah merupakan suatuu
paham atau ideologi. Ideologi sekularisme seperti halnya proses sekularisasi
adalah menindak keramatkan alam dan mendesakralisasikan politik, tatapi
tidak mendekonsekrasikan nilai-nilai, karena sekularisme sudah membentuk
sistem nilainya sendiri dengan maksud agar dipandang sebagai mutlak dan
final.9
Istilah sekularisme diperkenalkan pertama kali oleh George Jacob
Holoake pada tahun 1846. Menurut pendapatnya, “Secularism is an ethical
system founded on the principle of natural morality and independent of
revealed religion or supernaturalism” (sekularisme adalah sistem etika yang
didasarkan pada prinsip moralitas alami dan independen dari agama yang
diwahyukan dan supernaturalisme).10
9Nurcholis Madjid, Sekularisasi Dalam Polemik, (Jakarta : PT.Temprin 1993, hlm. 21. 10Grolier International, dalam The Encylopedia Americane Vol. 24, (1990), hlm 521, dikutip
dalam Nurcholis Madjid, Sekularisme dalam Polemik, hlm 22.
8
Oemar Bakry mengatakan “Secularism is the view that the influence of
religious organizations shoud be separated from religion” (sekularisme adalah
suatu pandangan bahwa pengaruh organisasi agama harus dikurangi sejauh
mungkin, dan bahwa moral dan pendidikan harus dipisahkan dari agama).11
Sifat ambigu dari sekularisme bisa ditemukan dalam berbagai
pengalaman sejarah yang berbeda-beda tentang hubungan gereja di negara
Eropa. Hal ini telah memungkinkan bagi munculnya lebih dari satu bentuk
sekularisme politik. Dalam tradisi Barat, sekularisme yang berbeda namun
berkaitan adalah apa yang dapat disebut sebagai versi Anglo-Amerika yang
“bersahabat terhadap Agama (Religion-Friendlly)” atau “versi lemah”, dan
versi Republik Prancis yang “memusuhi Agama (Religion-hostile)” alias “versi
kuat” sekularisme. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa sekularisme
bukanlah sebuah entitas monolitik namun bermacam-macam sesuai dengan
pengalaman sejarah masing-masing dalam hal hubungan antara Gereja-Negara
dan pembangunan bangsa (Nation Building) diberbagai negara demokrasi yang
ada.
Sekularisme juga bisa diartikan sebagai kajian tentang upaya
mewujudkan kesejahteraan manusia melalui alat-alat material, menguu
kesejahteraan manusia dengan aturan utilitarian, serta menjadikan pelayanan
terhadap orang lain sebagai tugas kehidupan. Sekularisme mengaitkan pada
11A. Hornby, EV Gatenby, H Wakefield, The Advanced Learner’s Dictionary of Curret
English, dikutip oleh H. Oemar Bakry dalam Islam Menantang Sekularisme, 1984, hlm 17.
9
keberadaan sekarang dari manusia, serta pada tindakan, hal hal yang bisa diuji
melalui pengelaman dalam kehidupan.12
2. Konsep Negara Dalam Islam
Dalam persfektif Islam, secara teoritis negara adalah suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena memiliki wewenang yang memaksa secara sah,
lebih unggul daripada kelompok atau individu yang merupakan bagian dari
masyarakat tersebut. Berkaitan dengan masalah negara, umat Islam mulai
hidup bernegara sejak Nabi saw hijrah ke Yastrib, yang kemudian diubah
menjadi Madinah. Di Madinah inilah lahir suatu komunitas bangsa yang hidup
bersama dengan suatu tujuan untuk membangun negara berdasarkan kehidupan
yang majemuk baik dari segi agama (ada golongan Muslim dan non Muslim)
maupun dari segi golongan, yaitu golongan Anshar dan Muhajirin. Setelah
menetap di Madinah, Nabi saw kemudian merumuskan dan mengumumkan
Piagam Madinah. Menurut para ahli politik, Piagam Madinah dipandang
sebagai suatu konstitusi atau undang-undang dasar negara bagi negara
Madinah.13
Dalam kaitan sejarah Islam inilah, negara pemerintahan yang pertama
dapat diamati dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan normatif, Islam
yang menekankan pada pelacakan terhadap nas-nas al-Qur’an dan sunah Nabi
yang mengisyaratkan adanya praktik pemerintahan yang dilakukan oleh Nabi
12Nader Hasemhi, Islam, Sekularisme dan Demokrasi Liberal, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010), hlm. 172. 13Moh Dahlan, “Hubungan Agama dan Negara di Indonesia”, Jurnal Studi Keislaman,
Vol.14, No.1, (Juni 2014), hlm. 69.
10
dalam rangka Siyasah Syar’iyyah. Kedua, pendekatan deskriptif-historis
dengan mengidentikkan tugas-tugas negara dan pemerintahan.14
Meskipun demikian, dari berbagai konteks ayat-ayat al-Qur’an walau
terdapat banyak referensi mengenai kekuasaan dan otoritas, tetapi dari semua
referensi tersebut belum dapat disimpulkan defenisi dari sebuah negara yang
ideal. Dapat dipahami bahwa suatu negara terbentuk bukan saja karena adanya
kontak sosial di antara secara esensi tentang adanya fungsi manusia sebagai
khalifah Allah di bumi yang mengemban kekuasaan sebagai sebuah amanah.15
Seperti yang telah umum diketahui, dalam konsep negara yang
mendasari teori-teori mengenai hubungan agama dan negara dalam Islam
adalah tiga paradigma pemikiran yang dalam kategori Munawwir Sjadzali
dibagi menjadi16:
Pertama, pendapat integralistik menyatakan bahwa Islam tidaklah
sekedar agama sebagaimana dikatakan pada masyarakat Barat yang terlepas
dari kehidupan politik pada umumnya. Islam selain dipahami secara sistemik
sebagai sumber dan paradigma nilai juga diyakini menyangkut dan mengatur
segala aspek kehidupan manusia, dari mulai norma individu, persoalan
keluarga, sosial ekonomi sampai ketatanegaraan. Karena itu antara agama dan
negara terjalin kesatuan. Islam sendiri sebenarnya sudah mempunyai konsep
politik Islam, karena itu umat Islam hendaknya kembali kepada sistem
14Nasaruddin, “Pemikiran Islam tentang Hubungan Negara dengan Agama”, Jurnal Hanifa,
Vol.6 No.2, (Agustus 2009 : 205-218), hlm. 208. 15Ibid, hlm. 208 16Munawwir Sadjali, Islam dan Tatanegara: Ajaran Sejarah dan Pemikiran, cet ke-5, (UI
Press, 2008), hlm. 1-3.
11
ketatanegaraan yang Islam sebagaimana pernah dipraktikkan Nabi di Madinah
dan masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.
Kedua, pendirian yang menyatakan bahwa Islam sebenarnya tidak
pernah di maksudkan sebagai sebuah sistem politik. Menurut paradigma
sekuleristik ini, keberadaan Islam lebih bersifat privat dan tidak ada
hubungannya dengan kehidupan sosial-politik. Misi Nabi Muhammad tidak
lebih sebagai Rasul dengan misi keagamaan, bukan sebagai penguasa dan
pemimpin politik yang punya misi untuk mendirikan dan mengepalai suatu
negara. Jadi antara agama dan negara harus terpisahkan.17
Ketiga, pendirian yang menengahi antara dua ekstrem pemikiran
tersebut. Pola pemikiran yang disebut simbiotik ini selain menolak pandangan
bahwa Islam adalah agama yang sudah lengkap dan menggariskan sebuah tata
pemerintahan khusus sebagaimana diyakini paradigma pertama yang
cenderung fundamentalis, juga menolak pendapat yang berasal dari pihak
liberal yang menyatakan bahwa Islam tidak lebih sebagai unsur privat dan
tidak ada sangkut pautnya dengan urusan politik. Sebenarnya pendapat ini agak
memiliki kemiripan dengan pendapat kedua, namun dengan penekanan dan
sikap yang lebih moderat. Menurut kelompok ketiga ini, dalam Islam
sebenarnya terdapat etika dan nilai tertentu bagi kehidupan bernegara namun
tidak mengariskan secara khusus teori tentang tatanegara sehingga tidak ada
kewajiban untuk mendirikan negara Islam.
17Rizal Mumazziq, “Relasi Agama dan Negara persfektif KH. A Wahid Hasyim dan Relevansinya Dengan Kondisi Sekarang”, Jurnal Hukum dan Perundangan Islam Vol 55 No 2, (2005), hlm. 335.
12
3. Sistem Politik Negara Islam
Sistem yang dibangun oleh Rasulullah saw. Dan kaum mukminin yang
hidup bersama beliau di Madinah jika dilihat dari segi praktis dan diukur
dengan variable-variabel politik diera modern tidak disangsikan lagi dapat
dikatakan bahwa sistem itu adalah sistem politik par excellence. Dalam waktu
yang sama, juga tidak menghalangiuntuk dikatakan bahwa islam itu adalah
sistem religious, jjika dilihat dari tujuan-tujuannya motif-motifnya, dan
fundamental maknawi tempat sistem itu berpijak.
Dengan demikian suatu sistem dapat menyandang dua karakter itu
sekaligus karena hakikat Islam yang sempurna merangkum urusan-urusan
materi dan mengurus perbuatan-perbuatan manusia dalam kehidupannya
didunia dan akhirat.
Menurut V Fitzgerald Islam bukanlah semata agama (a religion),
namun juga merupakan sebuah sistem politik (a political system). Meskipun
pada dekade-dekade terakhir ada beberapa kalangan dari umat Islam yang
mengklaim sebagai kalangan modernis, yang berusaha memisahkan kedua
sisi itu, namun seluruh gugusan pemikiran Islam dibangun diatas pundamen
bahwa kedua sisi itu saling bergandengan dengan selaras dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Sedangkan menurut Schacht Islam lebih dari sekedar agama, ia juga
mencerminkan teori-teori peundang-undangan dan politik. Dalam ungkapan
13
yang lebih sederhana, ia merupakan sistem peradaban yang lengkap yang
mencakup agama dan Negara secara bersamaan.18
F. TINJAUAN PUSTAKA
Kajian mengenai Sekularisme di Turki telah banyak dilakukan oleh para
peneliti terdahulu. Di sini, penulis hanya menggunakan beberapa sumber yang
sangat memiliki kedekatan dalam penelitian skripsi ini sebagai kajian pustaka,
diantaranya adalah :
Rogan dalam Karyanya The Fall Of The Khilafah, mengupas tentang suatu
peristiwa yaitu perang besar yang meruntuhkan khalifah Utsmaniah dan
mengubah selamanya wajah timur tengah. Kondisi kekuasaan Utsmaniah yang
begitu luas membuat Sultan Abdul Hamid II tidak mampu menjaga daerah
kekuasaannya, sehingga dengan mudah bangsa Eropa merebut kekuasaan tersebut.
Dengan kondisi seperti itu maka munculah pergerakan Turki Muda yang diketuai
oleh Mustafa Kemal Attaturk, yang ingin mengubah kekhalifahan Utsmaniah
menjadi negara sekuler.19
Syarifuddin dalam Sekularisme dan Dampaknya Terhadap Kehidupan
Sosial Di Turki, mebahas tentang ide-ide pembaharuan yang dilakukan oleh
Mustafa Kemal dalam mengangkat citra masyarakat dan Negara Turki di mata
Internasional dengan menerapkan sekularisme di berbagai lini kehidupan
masyarakat.20
18M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta : Gema Insani Press : 2001) hlm 5 19Eugene Rogan, The Fall Of The Khilafah, (Jakarta : PT Ilmu Serambi Semesta, 2015) 20Syarifuddin, “Sekularisme Dan Dampaknya Terhadap kehidupan Sosial Di Turki”, Jurnal
Himmah Vol. IV No. 10, (Mei-Agustus 2003).
14
Mustofa dalam tulisan nya yang berjudul “Turki Antara Sekularisme dan
Aroma Islam; Studi Atas Pemikiran Niyazi Berkes”, membahas tentang Muthafa
Kemal Attaturk mnejadi Presiden pertama di Turki, negeri bekas kekhalifahan
Utsmaniyah ini berubah total menjadi negara sekular. Kemal dengan tegas
memisahkan persoalan agama dan politik. Agama tidak lagi menjadi kewenangan
negara tetapi diberikan seluas-luasnya secara pribadi kepada masyarakat.
Sekularisme yang berkembang di Turki pada masa kemal Attaturk sempat
menjadikan Turki sebagai negara Barat yang ada di wilayah Timur Tengah
dengan segaa nuansa sekularisme tak ubahnya seperti suasana di negara-negara
Eropa dan Amerika. Turki kemudian menjadi sebuah negara moden di bawah
kepemimpinan Attaturk dan militer dijadikan sebagai penjaga terhadap ide
sekularisme yang terus tumbuh di negara tersebut. Di bawah pemerintahan
Erdogan, Turki cenderung menampakkan aroma Islamnya daripada sekulernya.21
Junaidi dalam penelitiannya yang berjudul “Kebijakan Recep Tayyib
Erdogan dalam Islamisme Turki Kontemporer”. Menegaskan bahwa Erdogan
mampu mentransformasikan sekularisasi Turki menjadi Islamis, tanpa melakukan
kudeta dan melesatkan peluru sebutirpun. Sekularisme yang dilindungi oleh
militer dan dijaga oleh kekuatan senjata, maupun dirubah menjadi kudeta tanpa
senjata.22
21Imron Mustofa, “Turki Antara Sekularisme dan Aroma Islam; Studi Atas Pemikiran Niyazi
Berkes; Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Vol. 6, No 1, (Januari-Juni 2016). 22Ahmad Junaidi, Kebijakan Recep Tayyib Erdogan dalam Islamisme Turki Kontemporer,
Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2016).
15
G. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
pustaka (library Research), karena persoalan penelitian yang ditulis hanya bisa
dijawab lewat penelitian pustaka. Menurut Mestika Zed dalam bukunya “Metode
Penelitian Pustaka”, ada empat ciri utama studi pustaka, yaitu :
1. Penelitian berhadapan langsung dengan teks (naskah) atau data angka dan
bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa
kejadian, orang atau benda-benda lainnya.
2. Data pustaka bersifat siap pakai artinya penelitian tidak pergi kemana-
mana kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang
sudah tersedia diperpustakaan.
3. Data pustaka umumya adalah sumber sekunder, artinya bahwa peneliti
memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan dari data orisinil dari
tangan pertama di lapangan.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu.23
Teknik yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dari informasi
dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang
23Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), hlm. 4-5.
16
perpustakaan, misalnya dalam bentuk Koran, naskah, catatan, kisah
sejarah, dokumen-dokumen dan sebagainya yang relevan dengan
penelitian.
Teknik kepustakaan merupakan seragkaian yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca, mempelajari serta
menelaah buku-buku untuk memperoleh data-data yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis
untuk mengumpulkan data dengan teknik kepustakaan adalah
memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan buku-buku
yang dapat menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi
dan dasar teoritis tentang masalah dalam penelitian ini.
Adapun buku yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini
adalah The Fall Of Khilafah karya Eugene Rogan ahli bahasa Fahmi
Yamani. Buku Militer dan Politik di Turki karya M. Alfan Alfian
b. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-
lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik
dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan data masa
sekarang, sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metedologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil
17
orientasi historis. Dalam hal ini penelitian tidak terbatas pada
literature-literatur ilmiah, tetapi juga merujuk pada sumber lain seperti
majalah, Koran, foto-foto, dan lain-lain yang relevan dengan
penelitian.
Adapun yang menjadi buku pendukung dalam penelitian ini, di
antaranya adalah buku Islam Sekularisme dan Demokrasi Liberal
karya Nader Hashemi, buku Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran
dan Gerakan karya Harun Nasution, dan buku Sejarah Peradaban Islam karya
Samsul Munir Amin.
2. Teknik Analisis Data
Semua jenis catatan penelitian yang telah terkumpulkan barulah
merupakan bahan mentah yang masih perlu diolah pada tahap selanjutnya,
yaitu tahap analisis dan sintesis. Analisis ialah upaya sistematik untuk
mempelajari pokok persoalan penelitian dengan memilah-milahkan atau
menguraikan komponen informasi yang telah dikumpulkan ke dalam bagian-
bagian atau unit-unit analisis. Sedangkan sintesis ialah upaya menggabung-
gabungkan kembali hasil analisis ke dalam struktur konstruksi yang
dimengerti secara utuh, keseluruhan.24
Dalam dunia penelitian, khususnya dalam studi kepustakaan, seleksi
bergantung pada metode kritik teks. metode kritik teks pada dasarnya
mempertimbangkan tiga unsur, di antaranya adalah :
24Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia : 2004),
hlm. 70.
18
1. Teks, tidak dipahami semata-mata sebagai studi bahasa. Teks bukan
hanya sekedar kata-kata yang tercetak atau tertulis pada lembaran
kertas, tetapi semua jenis komuniasi, ucapan, music, gambar, efek
suara, citra dan sebagainya.
2. Konteks ialah relasi antarteks yang memasukkan semua situasi yang
terkait pula dengan hal-hal yang berada di luar teks, tetapi pemakaian
bahasa.
3. Wacana ialah upaya pengungkapan maksud-maksud atau pemahaman
teks dan konteks, baik yang tersembunyi maupun yang gamblang atau
blak-blakan.
Proses verifikasi teks dalam metode sejarah secara umum disebut
dengan metode kritik sumber, yakni kritik eksternal dan internal. Krikit
eksternal berkenaan dengan proses pengujian keaslian bahan atau material
(asli atau palsu atau merupakan salinan atau copy). Kritik internal
berkenaan dengan proses pengujian kebenaran isi (content), yaitu menguji
kesahihan pernyataan-pernyataan dalam teks.25
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan Skripsi ini, maka penulis menggunakan sistematika
sederhana untuk menjelaskan masalah yang akan dibahas pada bab-bab
berikutnya, untuk mendapatkan gambaran singkat tentang materi yang akan
dibahas. Maka dapat dilihat sebagai berikut:
25Ibid, hlm. 72.
19
Bab I Pendahuluan, bab ini uraian tentang pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, kerangka teori,
tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, berisi tentang sistem hukum Turki dari masa ke masa.
Bab III, berisi tentang transformasi sistem hukum Turki.
Bab IV, berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran dari penulis.
20
BAB II
SISTEM HUKUM TURKI DARI MASA KE MASA
A. Kerajaan Turki Utsmasi
Kata Utsmaniyah diambil dari pendiri pertama dinasti ini, yaitu Utsman
ibn Erthogrul ibn Sulaiman Syah. Para pendiri Daulah Utsmaniyah ini berasal dari
suku Qoyi keturunan Oghus. Bani Utsmani merupakan keturunan dari kabilah
Turkmaniyah, yang mendiami Kurdistan pada abad ke-13. Adapun profesi awal
mareka adalah pengembala.26
Sepeninggal Erthogrul, atas persetujuan Sultan Alauddin, kedudukan
Erthogrul digantikan oleh putranya yang bernama Utsman, yang memerintah
Turki Utsman antara tahun 1281-1324 M. Serangan Mongol terhadap Bagdad
termasuk Seljuk yang terjadi pada 1300 menyebabkan dinasti ini terpecah-pecah
menjadi sejumlah kerajaan kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah Utsman
mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamasikan berdirinya kerajaan Turki Utsmani. Kekuatan militer Utsman
menjadi benteng pertahanan sultan dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya
serangan Mongol. Dengan demikian, secara tidak langsung, mareka mengakui
Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman.27
Turki Utsmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat
menaklukkan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu
26Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: CV. Karya Abdi Jaya, 2015), hlm.
363. 27Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Ilmu,2013),hlm.185
21
konstantinopel. Sultan Muhammad II yang dikenal dengan Sultan Muhammad Al-
Fatih (1451-1484 M) dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan
Konstantinopel pada tahun 1453 M. Dengan terbukanya kota konstantinopel
sebagai benteng pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium, lebih memudahkan arus
ekspansi Turki Utsmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur
semakin terancam oleh Turki Utsmani karena ekspansi Turki Utsmani juga
dilakukan ke wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austaria.28
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur,
Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan
oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkan Irak, Belgaro,
kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan
dari kerajaan Turki Utsmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil
menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz Irak, Armenia,
Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania
sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengan dan
laut Hitam.29
Demikianlah perkembangan dalam kerajaan Turki Utsmani yang selalu
berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka (para
penguasa) memimpin dengan tegasnya atas peninggalan dari nenek moyang agar
jangan sampai jatuh ke tangan negeri/penguasa lain selain Turki Ustmani. Hal ini
terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengkapi dalam memimpin
28Ibid. hlm. 196. 29Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan:Perdana 2016), hlm. 148
22
peruangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa kemajuan
dalam kehidupan masyarakat.30
Kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam
mempertahankan Turki Utsmani membawa dampak yang baik sehingga
kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Utsmani dapat diraihnya
dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa
Turki seperti Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan
meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan
oleh Murad II (1421-1451 M) sehingga Turki Utsmani mencapai puncak kejayaan
pada masa Muhammad II (1451-1481 M). Usaha ini ditindak lanjuti oleh raja-raja
berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak
mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah Timur dan Barat, tetapi seluruh
wilayah yang berada disekitar Turki Utsmani itu, sehingga Sulaiman berhasil
menguasai wilayah Asia Kecil.31
Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Utsmani yang berlangsung
dengan cepat dan diikuti oleh kemauan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan
lain yang penting, di antaranya:
1. Bidang Pemerintahan dan Militer
Dalam bidang ini terbentuknya kelompok militer baru yang disebut
pasukan Yenisseri atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah
Kerajaan Utsmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan
dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim di
30Ibid, hlm. 149. 31Ibid, hlm. 150.
23
Timur yang berhasil dengan sukses. Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi
pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur, dalam mengelola
pamerintahan yang luas, sultan-sultan Turki Utsmani senantiasa bertindak
tegas.
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman
I disusun sebuah kitab Undang-Undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama
Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi Kerajaan Turki
Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19.32
2. Bidang Ilmu Pengatahuan
Peradaban Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam
peradaban, di antaranya adalah peradaban Persia, Bizantium, dan Arab. Dari
peradaban Persia, mareka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan
tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran
banyak mareka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran tentang prinsip-
prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan keilmuan mareka terima dari
orang-orang Turki Utsmani yang dikenal sebagai bangsa yang senang dan
mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima
kebudayaan dari luar.33
3. Bidang Kebudayaan
Dinasti Turki utsmani membawa peradaban Islam menjadi peradaban
yang cukup maju pada zaman kemajuannya. Dalam bidang kebudayaan Turki
32Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 201. 33Ibid, hlm. 202.
24
Utsmani banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad
ke-16, 17 dan 18.
Abad ke-17, muncul yang terkenal yaitu Nafi’ (1582-1636 M). Nafi’
bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra Kaside
yang mendapat tempat dihati para Sultan. Dalam bidang menulis, yang
membawa pengaruh Persi ke dalam istana Utsmani adalah Yusuf Nabi (1642-
1712 M), ia muncul sebagai juru tulis bagi Musahif Mustafa, salah seorang
menteri Persia dan ilmu-ilmu agama.34
4. Bidang Agama
Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah faktor
penting dalam transfortasi sosial dan politik seluruh masyarakat. Masyarakat
digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat tarikat dengan
syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama memiliki
peran penting dalam kerajaan dan masyarakat.
Kajian mengenai ilmu-ilmu keagamaan Islam, seperti fiqh, ilmu kalam,
tafsir dan hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang
berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham
(mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abdul Hamid
begitu fanatik terhadap aliran Al-Asy’ariyah. Ia merasa perlu
mempertahankan aliran tersebut dari kritikan aliran lain. Sultan
memirintahkan kepada Syaikh Husein Al-Jisr Ath-Tharablusi menulis kitab
Al-Husun Al-Hamidiyah (Benteng pertahanan Abdul Hamid), yang mengupas
34Ibid, hlm. 203.
25
tentang masalah masalah ilmu kalam, untuk melestarikan aliran yang
dianutnya.35
Munurut Badri Yatim, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan Kerajaan
Turki Utsmani mengalami kemunduran adalah:
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pamerintahan bagi suatu negara yang sangat luas
wilayahnya sangat rumit dan konpleks, sementara administrasi pamerintahan
Kerajaan Utsmani tidak beres.
2. Heteroginitas penduduk
Sebagai Kerajaan besar, Turki Utsmani menguasai wilayah yang sangat
luas, mencakup Asia Kecil, Armania, Irak, Syaria, Hijaz, dan Yaman di Asia,
Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika. Bulgaria, Yunani Yugoslavia,
Albania, Hongaria, dan Romania di Eropa. Wilayah yang luas itu didiami
oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat
istiadat.
3. Kelemahan para penguasa
Sepinggalan Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Utsmani diperintah oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam
kepimpinannya.
4. Budaya korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam
Kerajaan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus
35Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 204
26
“bayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan
tersebut.
5. Pemberontakan tentara Yunisseri
Kemajuan ekspansi Kerajaan Utsmani banyak ditentukan oleh kuatnya
tentara Yunisseri. Dengan demikian, dapat dibanyangkan bagaimana kalau
tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Yunisseri teradi empat kali,
yaitu pada tahun: 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.36
6. Merosotnya perekonomian
Akibat perang yang tidak pernah berhenti, perekonomian negara
merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar,
termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi
Kerajaan Utsmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan
teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer.
Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi.
Karena faktor-faktor tersebut, Turki Utsmani menjadi lemah dan kemudian
mengalami kemunduran dalam berbagai bidang. Turki Utsmani yang pernah
berjaya sebagai kekhalifahan terakhir dalam dunia islam, akhirnya mengalami
masa kemunduran karena beberapa faktor yang melatarbelakanginya.37
36Ibid, hlm. 208. 37Ibid, hlm. 210.
27
Daftar Penguasa Dinasti Utsmani di Turki
No Tahun Pelantikan Nama-Nama Penguasa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
1281
1324
1360
1389
1402
1413
1421
1444
1446
1451
1481
1512
1520
1566
1574
1594
1603
1617
1618
1622
1623
Utsman I (osman)
Urhan
Murad I
Bayazid I
Masa peralihan kekuasaan
Muhammad I
Murad II
Muhammad II (Al-Fatih=sang penakluk)
Murad II
Muhammad II Al-Fatih (masa jebatan ke-2)
Bayazid II
Salim I
Sulaiman I (Al-Qanuni)
Salim II
Murad III
Muhammad III
Ahmad I
Mustafa I (masa jabatan ke-1)
Usman II
Mustafa I (masa jabatan ke-2)
Murad IV
28
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
3
35
36
37
38
39
40
41
1640
1648
1678
1691
1695
1703
1730
1754
1757
1774
1789
1807
1808
1839
1861
1876
1876
1909
1918
1922-1924
Ibrahim
Muhammad IV
Sulaiman II
Ahmad II
Mustafa II
Ahmad III
Mahmud I
Usman III
Mustafa III
Abdul Hamid I
Salim II
Mustafa IV
Mahmud II
Abdul Majid I
Abdul Aziz
Murad V
Abdul Hamid II
Muhammad V (Al-Rasyid)
Muhammad VI (Wahid ad-Din)
Abdul Majid II (hanya sebagai Khalifah)38
38Ibid, hlm. 212.
29
B. Pembaharuan Undang-Undang Turki Pada Masa Kerajaan Utsmani
Kondisi Turki Utsmani yang semakin melemah di berbagai sektor
termasuk politik dan pemerintahannya, Para Sultan yang berkuasa di masa
tersebut menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan kerajaan termasuk
melakukan berbagai maneuver dalam hal kebijakan ataupun reformasi. Beberapa
Sultan yang berhasil melakukan pembaharuan antara lain pada kepemimpinan
Sultan Mahmud II, Sultan Abdul Majid dan Sultan Abdul Hamid II. Sebagian
besar hal yang diperbaharui menyangkut pada aspek pendidikan, kemiliteran,
komunikasi, perdagangan, pembangunan sarana trasnportasi dan sistem
pemerintahan.39
1. Tanzimat
Era Tanzimat merupakan gerakan pembaharuan yang terjadi di Turki, yang
pada hakikatnya berintikan upaya pemerintah Turki Utsmani untuk melakukan
perbaikan dalam tata aturan perundangan di segala bidang. Pemuka utama
pembaharuan di zaman Tanzimat ini adalah Mustafa Rasyid Pasya. Selain dari itu,
seorang pemuka Tazimat lain yang pemikirannya lebih banyak diketahui adalah
Mahmed Sadiq Rifat Pasya (1807-1856).40
Pokok pemikiran yang dikemukakan sadiq Rifat mengenai peradaban dan
kemajuan modern Barat dapat diwujudkan karena adanya suasana damai dan
hubungan baik antar negara-negara Eropa. Kemakmuran suatu negara bergantung
pada kemakmuran rakyat, dan kemakmuran rakyat dapat diperoleh dengan
39Yussa Azmi Naufal, Revolusi Sistem Pemerintahan Turki dari Khalifah Islamiyah
Menuju Negara Sekuler, Skripsi Universitas Muhammaiyah Yogyakarta (2016), hlm.5. 40Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet.14,
(Jakarta : PT.Bulan Bintang, 2003), hlm. 91.
30
menghilangkan pemerintahan absolut. Kejujuran dalam kerajaan hilang, akibat
korupsi banyak dijalankan dan orang lebih mengutamakan kepentingan umum.
Produktivitas menurun dan ini akhirnya akan membawa kepada kejatuhan negara.
Hal inilah tidak adanya rasa ketentraman naik dikalangan rakyat maupun
dikalangan pegawai, yang menjadi sebab utama bagi kemunduran dan kelemahan
kerajaan Utsmani41
Pada tanggal 3 November 1839 M. Bertetapan dengan tanggal 26 Sya’ban
1255 H. Sultan Abdul al-Majid mengumumkan piagam Gulhane42 ini dalam satu
pertemuan yang dihadiri oleh para penjabat tinggi Kerajaan Turki Utsmani,
sejumlah duta besar asing, sejumlah perwakilan Turki Utsmani dan sejumlah
perwakilan warga penduduk yang terlibat.
Piagam Gulhane tersebut berisi, antara lain: Orang tertuduh akan diadili
secara terbuka dan sebelum ada keputusan pengadilan, pelaksanaa hukuman mati
dengan racun atau jalan lain tidak dibolehkan; Pelanggaran terhadap kehormatan
seseorang tidak diperkenangkan dan hak milik terhadap harta dijamin, serta setiap
orang mempunyai kebebesan terhadap harta yang dimilikinya; Ahli waris dari
yang kena hukum pidana tidak boleh dicabut haknya untuk mewarisi dan
demikian pulan harta yang kena hukum pidana tidak boleh disita; Semua pegawai
Kerajaan akan menerima gaji sepadan dengan tugasnyya dan oleh karena itu akan
41Ibid, hlm 91. 42Piagam ini menjelaskan bahwa pada masa permulaan kerajaan Utsmani syariat dan
undang-undang negara dipatuhi dan oleh karena itu kerajaan menjadi besar seta kuat dan rakyat hidup dalam kemakmuran. Tetapi pada 150 tahun terakhir, syariat dan undang-undang tak diperhatikan lagi, dan sebagai akibatnya kemakmuran rakyat hilang untuk digantikan oleh kemiskinan dan kebesaran negara lenyap untuk ditukar oleh kelemahan. Lihat Harun Nasution, Pemaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, 2003, hlm. 92.
31
dikeluarkan undang-undang keras terhadap korupsi; Semua pungutan di luar pajak
(iltizam) akan segera dihapus, dan sistem rekrutmen dalam tunuh angkatan
bersenjata akan diperbarui; Seluruh umat beragama, baik muslim maupun non-
muslim akan berada dalam kedudukan yang sama dihadapan hukum dan segala
bentuk pelanggaran hukum harus diumumkan secara transparan; Keanggotaan
majelis Ahkam-I Adliye yang bertanggung jawab atas pelaksanaan hukum akan
ditambah.
Pada tahun 1956 diumumkan kembali suatu piagam baru, Hatt-I Humayun,
yang lebih banyak mengandung pembaharuan terhadap kedudukan orang Eropa
yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Utsmani. Dalam pendahuluan piagam
ini disebut bahwa tujuannya ialah memperkuat jaminan-jaminan yang tercatum
dalam piagam Gulhane. Selanjutnya disebut bahwa masyarakat Kristen dan bukan
Islam lainnya diperbolehkan mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang
mereka perlukan dan mendirikan rumah-rumah peribadatan masing-masing,
sekolah-sekolah, rumah sakit dan tanah pemakaman. Semua perbedaan yang
ditimbulkan oleh perbedaan agama, bahasa, dan perbedaan bangsa di hapuskan.
Kebebasan beragama dijamin dan paksaan untuk mengubah agama dilarang.
Seluruh rakyat, tanpa pilih bulu dapat menjadi pegawai kerajaan utsmani. Besanya
pajak yag diambil dari rakyat dihapuskan, pajak bagi rakyat Islam dan bukan
Islam akan sama besarnya.43
Pembaharuan-pembaharuan yang lainnya yang di kandung dalam piagam
Humayun diantaranya pengadaan anggaran belanja tahunan negara, pembukaan
43Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 95.
32
bank-bank asing, pemasukan capital Eropa ke Kerajaan Usmani, pengadaan
undang-undang dagang, penghapusan hukum bunuh terhadap orang yang keluar
dari Islam dan pemasukan anggota-anggota bukan Islam ke dalam dewan
hukum.44
Kedua piagam yang menjadi dasar pembaharuan Tanzimat mengandung
paham sekularisme dan dengan demikian membawa sekularisasi dalam berbagai
institusi keasyarakatan, terutama dalam institusi hukum. Piagam Gulhane
menyatakan penghargaan tinggi pada syariat, tetapi di dalamnya mengakui
perlunya diadakan sistem hukum baru. Hukum baru yang disusun banyak
dipengaruhi oleh hukum barat. Selain dari itu diadakan pula mahkamah-
mahkamah yang bersifat sekuler. Tidak mengherankan kalau timbul kecaman
bahwa syariat tidak dihargai lagi, bahkan terkadang telah dilanggar. Hukum baru
itu tidak dapat dikatakan hukum Barat tidak pula dikatakan hukum Islam. Tetapi
suatu hukum yang tidak efektif untuk mengatur masyarakat kerajaan Utsmani
abad ke-19.45
2. Utsmani Muda
Pada abad ke-19 di kerajaan Utsmani muncul kelompok-kelompok
intelektual yang berusaha menantang kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
Sultan dalam menata dan melaksanakan pamerintahan. Kelompok-kelompok
tersebut mengadakan gerakan-gerakan dalam rangka merongrong kekuasaan
Absolut yang dimiliki Sultan.
44Ibid, hlm. 95. 45Ibid, hlm 96.
33
Mareka mendapat pendidikan di negara-negara barat yang sudah
menerapkan sistem demokrasi dalam pamerintahannya. Sistem demokrasi tersebut
mareka bisa masuk ke dalam kerajaan Utsmani sehingga kekuasaan Absolut
Sultan menjadi sasaran sorotan yang amat tajam. Kelompok pertama yang
berusaha menantang keabsolutan Sultan adalah Usmani muda.46 Usmani muda ini
semula merupakan suatu perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun 1865
yang bertujuan untuk merubah pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi
pemerintahan konstitusional. Setelah rahasianya terbuka pemuka-pemukanya lari
ke Eropa di tahun 1867. Di Eropa inilah mareka memperoleh nama Usmani Muda.
Ketika perdana Menteri Ali Pasya wafat (1871) tekenan terhadap Usmani
Muda dipelonggar, bahkan mereka yang di luar Negeri diperbolehkan pulang ke
Turki. Oleh karena itu, sebagian mareka pulang ke Turki untuk melanjutkan cita-
cita mareka membentuk pamerintahan konstitisional. Puncak keberhasilan
perjuangan Usmani Muda adalah ketika konstitusi hasil rumusan tokoh-tokoh
mareka seperti Ziya Pasya akhirnya terpaksa ditandatangani oleh Sultan Abdul
Hamid II pada tanggal 23 Desember 1876.47
Ziya pasha berpandangan bahwa, untuk menjadi negara maju kerajaan
Usmani harus memakai sistem pamerintahan konstitusional sebagaimana yang
berlaku di negara-negara Eropa lainnya. Dalam sistem pamerintahan
konstitusional harus ada Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk alasan ini Ziya
mengajukan hadis Nabi “perbedaan pendapat dikalangan umatku merupakan
46Harun Nasution. Pembahruan dalan Islam, hlm. 105. 47Niyazi Berkes. The Development Of Secularism in Turkey. Mc Gill Universiy press,
1964, hlm. 205.
34
rahmat dari tuhan”. Perbedaan pendapat yang terjadi di tengah-tengah rakyat serta
kritik terhadap pemerintahan ditampung dalam DPR kemudian dijadikan pedoman
untuk menghasilkan kebiakan pemerintahan untuk kepentingan seluruh rakyat.
Ziya juga berpendapat bahwa di dalam mengadakan pembaharuan tidak
harus meniru barat dalam segala-segalanya. Ziya menantang pendapat yang
mengatakan bahwa Islam merupakan penghalang bagi kemajuan. Kalau
diperhatikan, terdapat perbedaan yang mencolok antara obsesi konstitualisme Ziya
dengan yang diangankan oleh para pembaharu Tanzimat. Ziya memandang bahwa
konstitusi kerajaan Usmani harus berdasarkan kepada syariat Islam. Sedangkan
pembahru Tanzimat cenderung meniru habis-habisan hukum barat. Oleh karena
itu, meskipun Ziya tampak meminjam model lembaga konstitusional barat, dia
tidak lupa menjastifikasi dengan pesan Al-Quran dan Hadis.
Namik Kemal (1840-1888), diantara ide-ide Namik Kemal adalah bahwa
ide-ide yang datang dari Barat tidak begitu saja diterima, akan tetapi dicoba untuk
disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam. Karena jiwa Islamnya lebih baik, Namik
melancarkan kritis keras terhadap pembaharuan Tanzimat. Ia melihat bahwa
dalam pembaharuan Tanzimat itu ajaran-ajaran Islam kurang diperhatikan, bahkan
dianggap telah banyak memakai institusi-institusi sosial Barat yang belum tentu
sesuai dengan kebutuhan masyarakat Turki.
Namik Kemal melihat bahwa mundurnyya kerajaan Utsmani disebabkan
oleh ketidak beresan pada sektor ekonomi dan politik. Ia mengajukan solusi,
bahwa langkah pertama yang harus ditempuh untuk mengatasi persoalam tersebut
adalah dengan merubah sistem pamerintahan yang berlaku dikerajaan Utsmani
35
yang absolut dengan sistem pemerintahan konstitusional. Ada dua buah piagam
hasil pembaharuan Tanzimat dianggap belum mencerminkan konstitusi yang
memuat pemisahan tiga kekuasaan menjadi kekuasaan legislative, eksekutif dan
yudikatif.
Yang dikehendaki Namik adalah Pemerintahan demokrasi, menurut
pendapatnya tidak bertentangan dengan Islam, karena dalam Islam terdapat
prinsip kemaslahatan umum (al-maslahat al ‘ammah) merupakan dasar
demokrasi. Sistem demokrasi ini, menurutnya telah dipraktekkan oleh empat
Khalifah besar. Namik menilai sistem bai’ah dalam pemerintahan khalifah sebagai
wujud kedaulatan rakyat. Untuk menunjang kelancaran di dalam mengurus
negara, khalifah tidak boleh melanggar syariat, karena syariat sebenarnya
merupakan konstitusi yang harus dipatuhi oleh Negara. Sistem demokrasi dalam
pemerintahan Islam harus diperkuat dengan dasar musyawarah.
Atas dasar argumen-argumen di atas, Namik Kemal berpendapat bahwa
sistem pemerintahan konstitusional bukan merupakan bid’ah dalam Islam. Hanya
saja karena sifat otokratis Sultanlah yang menyebabkan sistem tersebut tidak
berjalan dengan baik.48
Kalau dibandinkan dengan pemikiran-pemikiran Utsmani Muda lainnya,
maka Namik Kemal membawa ide-ide yang lebih lengkap mengenai
ketatalaksanaan pemerintahan. Oleh karena itu dalam menyusun Undang-undang
dasar 1876 kerajaan Utsmani berpedoman pada ide-ide yang dibawa oleh Namik
Kemal.
48Ibid, hlm 103.
36
Midhat Pasya, sebagaimana Ziya dan Namik Kemal menginginkan
Kerajaan Utsmani menjadi Negara konstitusional-demokratis seperti Inggris dan
Perancis. Jadi, Midhat juga merujuk kepada model konstitusi Barat dalam rangka
menyusun konstitusi Kerajaan Utsmani. Ia menegaskan bahwa kemajuan Kerajaan
Utsmani tidak akan tercapai kecuali jika mau belajar dari demokrasi bangsa-
bangsa Eropa dan memilih sesuatu yang bermamfaat dari peradaban Barat serta
membentuk suatu konstitusi. Untuk berakomodasi dengan tradisi setempat,
Midhat menganjurkan agar digunakan term-term Islam, seperti musyawarah,
untuk perwakilan rakyat, Syari’at untuk konstitusi dan bai’ah untuk kedaulatan
rakyat.49
Ide Midhat seperti itu mendapat tantangan dari Sultan Maupun Ulama.
Tantangan dari Sultan lahir karena kedaulatan rakyat akan mengurangi
kekuasaannya dan sebaliknya akan memperbesar kekuasaan persepsi antar mareka
dalam memahami konstitusi. Pembaharu Utsmani Muda memahaminya dari sudut
pandangan Islam. Oleh karena itu, tidak heran kalau yang tersusun akhirnya
bukanlah konstitusi yang bersifat demokratis, tetapi konstitusi yang berbentuk
semi-otokratis. Konstitusi semacam ini ditandatangani oleh Sultan Abdul Hamid
pada tanggal 23 Desember 1876.
Kegagalan Utsmani Muda dalam menancapkan sistem konstitusional
dalam pemerintahan Kerajaan Utsmani membuat mareka bukan hanya dianggap
gagal dalam usaha pembaharuan, akan tetapi lebih dari itu membuat mareka
hilang dari arena pembaharuan di Kerajaan Utsmani pada abad ke-19. Kegagalan
49Ibid, hlm. 105.
37
Utsmani Muda ini segera disusul dengan munculnya kelompok baru yang
kemudian menamakan diri Turki Muda (young Turk).
Adapun sebab-sebab kegagalan Utsmani Muda ini antara lain:
1. Konstitusi yang diundangkan bukanlah merupakan desakan rakyat, melainkan
desakan kaum intelektual Utsmani Muda. Sehingga ketika parlemen
dibubarkan dan tokoh-tokoh Utsmani Muda ditangkap rakyat tidak bisa
bergerak sama sekali.
2. Ide-ide mareka tentang konstitusi masih suli dipahami oleh rakyat yang
tingkat pendidikannya rata-rata masih rendah. Oleh karena itu dukungan
rakyat terhadap perjuangan mareka praktis tidak ada.
3. Masih besarnya kekuasaan Sultan sehingga sulit untuk diganggu gugat
kekuasaan. Karena ide-ide mareka dianggap membahayakan kedudukan
Sultan maka sangat sulit ide-ide tersebut terlaksanakan.
4. Kaburnya ide konstitusi yang diperjuangkan Utsmani Muda dengan
mengangkat term-term Islam untuk mengganti nama term-term Barat ternyata
tidak membuat mulusnya ide-ide tersebut dipahami akan tetapi malah
membuat semakin sulit dipahami.50
3. Turki Muda
Gerakan-gerakan pembaharuan ini pada akhirnya melahirkan generasi
yang condong kepada pemikiran Barat yang telah maju. Setelah gerakan Utsmani
Muda dihancurkan oleh Sultan yang kemudian berkuasa secara absolute lalu
pemimpin-pemimpinnya ditangkap dan sebagian lari ke Paris. Pada tahun 1889 di
50Ibid, hlm.109.
38
Prancis terbentuklah apa yang disebut gerakan Turki Muda (Jeunes Turcs) yang
pada mulannya mempertahankan kerja sama dengan Dinasti Utsmani namun
menginginkan suatu rezim parlementer dan konstitusional yang membatasi
kekuasaan Sultan.
Ide perjuangan Turki Muda ini dikemukakan oleh tiga pemipin, Ahmed
Riza (1859-1931), Mahmed Murad (1853-1912), Pangeran Sabahuddin ( 1877-
1948). Ahmad Reza adalah anak seorang mantan anggota parlemen pertama
Turki, bernama Injiliz. Sejak muda ia bercita-cita ingin mengentaskan rakyat dari
kemiskinan ia berkunjung ke desa-desa dan melihat langsung penderitaan kaum
petani. Karena itu, ia bertekad akan melanjutkan studinya di sekolah pertanian
agar kelak dapat bekerja dan berusaha memperbaiki nasib kaum petani yang
miskin itu. Studi mengenai pertanian ia lanjutkan ke paris.
Sekembalinya dari Paris, ia bekerja di kementrian pertanian dengan
harapan akan dapat mewujudkan cita-citanya. Namun ternyata bekerja di
kementrian ini banyak disibukkan oleh hal-hal yang bersifat administrasi
birokrasi, tampa bisa berbuat untuk pengentasan kemelaratan kaum petani.
Kegagalannya dalam mewujudkan cita-citanya membuat Ahmad Riza mengambil
sikap keluar dari jalur birokrasi dan mengalihkan perhatiannya untuk menulis
buku atau menulis di surat kabar dengan harapan dapat menyampaikan pendapat
dan pemikirannya kepada masyarakat. 51
Ahmad Riza mendirikan sebuah komite kecil bernama Ittihat ve Terakki
Cemiyyeti (Commite of Union and Progres, CUP) yang menantang absolut Sultan
51Ibid, hlm. 112.
39
dan menerbitkan surat kabar Mesveret yang berbahasa Utsmani dan Prancis yang
berisi kritikan terhadap Sultan dan pemerintahan Utsmani dari tahun 1895 dan
seterusnya. CUP, organisasi bentukan Ahmad Riza ini berkembang pesat dan
tampaknya akan melakukan kudeta di tahun 1896 namun dapat digagalkan oleh
polisi Sultan dan kebanyakan pemimpinnya diasingkan di pengasingan dalam
negeri.
Menurut Ahmad Riza pendidikan akan terlaksana dengan baik apabila
didukung oleh pemerintahan konstitusional. Selama pemerintahan masih bersifat
absolut maka akan sulit memberikan kebebasan berfikir, sehingga akibatnya ilmu
pengatahuan tidak dapat berkembang. Itulah sebabnya Ahmad Riza dalam
memorandum yang di terbitkan di London tahun 1894 menghimbau Sultan Abdul
Hamid agar mengubah sikap politiknya agar menghidupkan kembali
pemerintahan konstitusional supaya revolusi dapat dihindari. Ia menyatakan
bahwa rakyat tidak menginginkan administrasi yang mengorbankan hak-hak
mareka dan merusak eksistensi mareka dengan tindakan yang sewenang-wenang.
Pamerintahan konsitusional menurut dia sangtat sesuai dengan semangat
Islam, sebab syri’at menganjurkan untuk bermusyawarah yang telah dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar dan Khalifah-khalifah lainnya.52
Mehmed Murad mencoba memberi nasehat kepada Sultan agar melakukan
perubahan-perubahan dalam sistem pemerintahan, tetapi ditolak oleh Sultan,
akhirnya dengan terpaksa ia kembali ke Eropa. Dari sanalah ia menyebarkan ide-
idenya melalui majalah yang ia terbitkan sendiri dengan nama Mizan.
52Ibid, hlm. 113.
40
Ide pembaharu yang di bawa Mehmed Murad terletak pada dua masalah
pokok. Pertama, pembatasan kekuasaan absolute Sultan dengan cara menetapkan
prinsip musyawarah. Kedua, pemulihan kembali rasa saling percaya antara
wilayah dengan pemerintahan pusat. Masalah pertama mencerminkan tuntunan
konstitusional, sedangkan ide kedua menampakkan islamisasi.
Menurut Mehmed Murad Islam bukanlah penyebab mundurnya Kerajaan
Utsmani, dan bukan pula rakyatnya. Islam tidak menghalangi kemajuan.
Kemunduran Kerajaan Utsmani ialah dikerakan Sultan yang memerintah secara
absolut. Oleh karena itu kekuasaan Sultan harus dibatasi. Sebagaimana pemimpin
lainnya, ia berpendapat bahwa musyawarah dalam Islam sama dengan
konstitusional di Barat. Karena Sultan tidak setuju dngan konstitusi maka ia
mengusulkan supaya didirikan suatu badan pengawas yang bertugas menjaga
supaya undang-undang tidak di langgar oleh pemerintah. Disamping itu perlu pula
diadakan dewan syariat agung yang anggotanya tersusun dari wakil-wakil Negara
Islam di Afrika dan Asia. Ketuanya adalah Syekh al-Islam Kerajaan Utsmani.
Dewan syariat agung bertugas menjaga supaya sistem musyawarah tidak
dilanggar oleh Sultan.53
Mehmed Murad juga membawa faham pan Islam. Hal ini terlihat dari
pendapatnya bahwa sebab kelemahan Kerajaan Utsmani adalah karena
renggangnya hubungan Istanbul dengan daerah-daerah. Oleh karena itu ia
mengusulkan supaya mempererat kembali hubungan dan menumbuhkan rasa
53Ibid, hlm. 113.
41
saling percaya antara pemerintahan pusat di Istanbul dengan pemerintahan daerah,
terutama dengan daerah yang ada di bawah kekuasaan Turki.
Walau terdapat perbedaan pandangan dan visi politik antara ketiga pemuka
gerakan Turki Muda seperti telah disebut diatas, namun mereka sepakat untuk
menggulingkan Sultan Abdul Hamid. Kesepakatan itu diambil setelah diadakan
konferensi di Eropa yang terakhir pada tahun 1907 di Paris.
Kedudukan Turki Muda memang tidak kuat dan ini dimamfaatkan oleh
Sultan Abdul Hamid untuk mengembalikan kekuasaannya. Tetapi Enver Pasya
dan Battalyon III masuk Istanbul dan merampas kekuasaan. Sultan Abdul Hamid
dijatuhkan pada tahun 1909 dan digantikn oleh saudaranya Sultan Mehmed V.
pada tahun 1912 diadakan pemilihan umum dan kali ini perkumpulan persatuan
dan kemajuan memperoleh kemenangan besar. Parlemen mereka menguasai dan
kantor pusat organisasi yang selama ini di Salonika di pindahkan ke Istanbul.
Setahun kemudian golongan militer dari perkumpulan persatuan dan kemajuan
menggantikan golongan politisi dalam menguasai pemerintahan. Kekuasaan
terletak ditangan tiga serangkai Enver Pasya, Talat Pasya dan Kemal Pasya.
Pemerintahan tiga serangkai merupakan pemerintahan yang ketat dan tidak
bisa menerima kritik. Partai-partai oposisi mereka bubarkan dan pemimpinnya lari
keluar negeri. Sungguhpun pemerintahan Turki Muda sejak terbentuk sampai saat
membubarkan diri tidak berjalan mulus karena banyak rintangan dan kekacauan
yang dihadapi, namun mareka telah melakukan perubahan-perubahan di berbagai
bidang.54
54Ibid, hlm. 117.
42
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gerakan Turki Muda adalah
gerakan oposisi menentang kekuasan absolut Sultan Abdul Hamid. Turki Muda
berusaha menghidupkan kembali konstitusi 1876. Mereka berhasil memaksa
Sultan Abdul Hamid untuk memberlakukan kembali konstitusi 1876 dan
kemudian menggantikan dengan Sultan Mehmed.
C. Sistem Hukum Turki Pada Masa Mustafa Kemal Attaturk
Mustafa kemal, lahir pada tahun 1881 di Selonika, putra seorang pegawai
biasa disalah satu kantor pemerintahan di kota itu. Ibunya bernama Zubeyda
seorang muslimat yang taat beragama.55 Ayahnya Ali Reza ketika dimutasikan
kesuatu desa di lereng gunung Olimpus, berhenti menjadi pegawai pamerintahan
dan beralih pekerjaan menjadi pedagang kayu. Usahanya ini gagal. Lalu ia pindah
keperusahan lain, dalam keadaan sumber kehidupan ekonominya tidak menentu,
ia ditimpa penyakit yang menyebabkan kematiannya.56
Ibunya yang kuat beragama tampaknya menginginkan puteranya
mendalami agama. Lalu anaknya ia masukkan ke Madrasah, kemudian ia pindah
kesekolah dasar modern di Selonika atas persetujuan orang tuanya.57 Selanjutnya,
atas usahanya ia masuk sekolah militer menengah. Ia tamat ketika berusia empat
belas tahun. Kemudian ia masuk sekolah Latihan Militer di monastir, lalu ia
55Nur Aliyah Zainal, “Analisis tentang Dekemalisasi Di Turki Pasca Attaturk”, Jurnal
Politik Profetik, Volume 14 No 1 (2016), hlm. 20. 56Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm.
134. 57Ibid, hlm. 135.
43
masuk pula ke sekolah Tinggi Militer tahun 1899. Enam tahun kemudian ia
berhasil memperoleh ijazah dan diberi pangkat Kapten.58
Kehidupan Mustafa Kemal sejak 1905 sampai dengan 1918 diwarnai
dengan perjuangan untuk mewujudkan identitas kebangsaan Turki. Sebagai
penjabat militer di dalam imperium Turki Utsmani saat itu, ia di tugaskan di
Damaskus dan mendirikan sebuah organisasi yang bernama Tanah Air dan
Kemerdekaan (Vattan We Hurriyet).59 Ia juga bergabung bersama Kongres Turki
Muda yang membentuk Komite Kebangsaan dan Kemajuan (Committee for Union
and Progress) atau disingkat CUP.60
Membaca kondisi pemerintahan Turki Usmani yang semakin carut marut,
Kemal kemudian melanjutkan misi pembaharuannya. Seiring diutusnya ke
Anatolia, ia bekerjasama dengan para pemberontak dan membentuk kader-kader
militer tangguh, serta merencanakan pembentukan sebuah negara nasional Turki
yang merdeka.
Pada tahun 1920, Mustafa Kemal membentuk Majelis Nasional di Ankara.
Melalui gerakan politis dan diplomatis di parlemen Majelis Nasional Agung
(Grand National Assembly).61 Di mana dalam parlemen ini Mustafa Kemal
menjadi ketuanya ia berhasil mendirikan rezim republik atas sebagian wilayah
Anatolia, memberlakukan suatu konstitusi baru bagi rakyat Turki pada tahun
1920, dan mengalahkan republik Armenia, mengalahkan kekuatan Perancis, dan
58 Solikhun, “Negara Turki Pada Masa Kepemimpinan Mustafa Kemal Attaturk Pada Tahun (1923-1950)”, Jurnal Ilmiah Universitas Indonesia (2013), hlm 5
59Nur Aliyah Zainal, “Analisis tentang Dekemalisasi Di Turki Pasca Attaturk”, hlm. 21. 60Solikhun, “Negara Turki Pada Masa Kepemimpinan Mustafa Kemal Attaturk Pada
Tahun (1923-1950)”, hlm 5 61M. Alfan Alfian, Militer dan Politik di Turki, (Bekasi: PT.Penjuru Ilmu Sejati, 2015),
hlm. 31.
44
mengusir kekuatan tentara Yunani. Klimaks perjuangan Mustafa Kemal yang
mengantarkannya ke kursi presiden republik Turki adalah ketika bangsa Eropa
mengakui kemerdekaan bangsa Turki.62. Ditandai oleh perjanjian Lausanne pada
tahun 1923.63
Westernisme, Sekularisasi, dan Nasionalisme itulah yang menjadi dasar
pemikiran pembaharuan Mustafa Kemal. pembaharuan pertama ditujukan
terhadap bentuk negara, disini harus diadakan sekularisasi, pemerintahan harus
dipisahkan dari agama. Pemikiran Mustafa Kemal telah banyak dipengaruhi oleh
pemikiran politik Barat bahwa kedaulatan terletak di tangan rakyat. Dalam sidang
Majelis Nasional Agung (MNA) pada tahun 1920 ide ini telah diterima oleh
majelis. Setahun kemudian disusun konstitusi baru dalam pasal 1 menjelaskan
bahwa kedaulatan adalah milik rakyat.64 Hal ini sangat bertentangan dengan fatwa
politik tradisional Turki yang memandang bahwa kedaulatan itu terletak di tangan
Tuhan yang dijalankan oleh Sultan atau Khalifah.
Pembaharuan bentuk negara ini, golongan Islam mempertahankan bentuk
khalifah, sedangkan golongan nasionalis menghendaki bentuk republik. Dalam
konstitusi 1921 ditegaskan bahwa kedaulatan terletak di tangan rakyat, jadi bentuk
negara harus republik. Dan pada tahun 1923, Majelis Nasional Agung (MNA)
62Ibid, hlm. 5. 63Isi Perjanjian Lausanne di antaranya adalah : Thracia Timur (daerah sekitar
Konstantinopel) dikembalikan kepada Turki; Turki melepaskan semua daerah yang penduduknya bukan bangsa Turki (Arabia merdeka, Lybia diserahkan ke Italia, Mesir, Palestina, Trans-Jordania, Irak, Cyprus diserahkan ke Inggris, Syaria, Libanon diserahkan ke Inggris); Borporus, Marmora, dan Dardanella terbuka untuk semua kapal asing; Semua “capitulations” (hak-hak ekstra-territorial) dari bangsa asing dihapus; Turki tidak perlu mengurangi angkatan perangnya; Turki tidak usah membayar kerugian perang; Turki harus melindungi minoritas. Lihat dalam Solikhun, Negara Turki Pada Masa Kepemimpinan Mustafa Kemal Attaturk Pada Tahun (1923-1950), hlm. 6.
64Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 141.
45
mengambil keputusan bahwa Turki adalah negara republik. Walaupun sudah jelas
bahwa negara adalah republik dan Mustafa Kemal adalah Presidennya.65
Pada tahun 1922, atas usulan Mustafa Kemal, Majelis Nasional Agung
mengadakan pemisahan antara jabatan sultan dan jabatan khalifah, sekaligus
menghapus jabatan sultan. Dengan demikian Raja Turki hanya memegang jabatan
khalifah yang tidak mempunyai kekuasaan duniawi, melainkan hanya kekuasaan
spiritual saja. Mustafa Kemal melihat bahwa pemerintahan Turki Usmani bukan
tipe ideal pemerintahan modern. Sultan berkuasa mutlak dan tidak dibatasi oleh
hukum. Tidak ada parlemen yang mengontrol kekuasaan Sultan. Selain itu, dalam
hubungan dengan Barat (Sekutu), Sultan juga tidak berdaya menghadapi
kekuatan Barat yang sedikit demi sedikit.66
Perdebatan berjalan dengan sengit, tetapi pada akhirnya tanggal 3 Maret
1924, suara di Majelis memutuskan penghapusan jabatan khalifah. Selanjutnya
pada tahun 1928 Kemal memasukkan prinsip sekularisme dalam konstitusi.
Negara tidak ada lagi hubnungannya dengan agama. Sembilan tahun kemudian
yaitu setelah prinsip sekularisme di masukkan konstitusi, di tahun 1937 barulah
republik Turki dengan resmi menjadi negara sekuler.67
Selama periode 1924-1928, pemerintah Mustafa Kemal berusaha
menghapuskan segala pranata dan lambang yang merujuk kepada Islam
65Abdul Hakim, Mustafa Kemal Attaturk (Negara Republik Sekuler), Jurnal UPT. Mata
Kuliah Umum UNM. 66Ahmad Junaidi, “Kebijakan Politik Recep Tayyib Erdogan dan Islamisme Turki
Kontemporer”, Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Volume 6 No 1 (2016), hlm. 163 67Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm.
143.
46
tradisional, yang memberi kekuasaan besar bagi kaum ulama, maupun pada
kebudayaan Arab yang dianggap menghambat modernisasi Turki: tarekat-tarekat
dilarang, Fez (sejenis kopiah atau tutup kepala pria berwarna merah) dilarang
(1925), hukum Syarkat diganti dengan berbagai buku Undang-Undang Eropa
(1926), artikel Undang-Undang Dasar yang menyatakan Islam sebagai agama
negara dihapuskan dan huruf Arab diganti dengan huruf Latin untuk menulis
bahasa Turki (1928).68
Setelah pada tanggal 10 April 1928 diadakan kembali amandemen
terhadap artikel kedua tentang agama negara dari konstitusi 1921, maka negara
Turki dinyatakan putus hubungan dengan agama. Sembilan tahun kemudian,
yaitu sesudah prinsip sekularisme secara resmi dimasukkan dalam konstitusi pada
tahun 1937, barulah Republik Turki resmi menjadi negara sekular. Kampanye-
kampanye alfabetisasi yang berkaitan dengan perubahan aksara tersebut sekalian
merupakan jalan untuk mengganti pengaruh ulama dengan pengaruh agen-agen
negara sekular.
Salah satu tindakan yang paling penting untuk pembaratan yang dilakukan
rezim Kemalis adalah pengambilan hukum dan sistem pengadilan Barat. Suatu
komisi dari ahli-ahli hukum diangkat pada tahun 1926 untuk menggariskan cara
dan jalan untuk mencapai tujuan ini. Tindakan revolusioner sebenarnya telah lama
dipikirkan sebelumnya, tetapi hal itu baru bisa dilaksanakan setelah dihapusnya
kekhalifahan, untuk pertimbangan pertimbangan politik. Hal itu sesuai dengan
68Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), 1973,
hlm. 147.
47
konsep politik Attaturk bahwa Turki harus bergabung dengan kebudayaan Barat
secara penuh. Pengambilan hukum-hukum Barat meratakan jalan untuk hapusnya
mahkamah-mahkamah Syariah dan hukum sipil Muslim, dan memberikan jalan
untuk pelaksanaan reformasi Barat dalam bidang bidang politik, sosial dan
ekonomi. Untuk tujuan sekularisasinya, rezim Kemalis telah lama mempersiapkan
program-program pembaratannya sejak lama. Tetapi hal itu dilaksanakan sedikit
demi sedikit karena menghadapi kesulitan kesulitan yang disebabkan oleh
kekacauan politik dan oposisi dari pemerintah Sultan. Persiapan untuk Undang-
Undang Sipil Turki yang baru telah dimulai pada tahun 1923, segera setelah
berdirinya Republik Turki.69
Gerakan untuk mengambil alih hukum Barat di Turki dimulai dari
permulaan Tanzimat. Tahun 1839, hukum-hukum Eropa yang diambil oleh
pemerintahan Usmaniyah hingga tahun 1881, dan Undang-Undang Pidana
Perancis tahun 1810, dan Undang-Undang Mahkamah Perdagangan Turki tahun
1860, didasarkan pada Undang-Undang Perdagangan Perancis dan negara-negara
Eropa lainnya. Undang-Undang perdagangan Maritim Turki tahun 1864 di
dasarkan pada Undang-Undang Maritim dari negara-negara kecil, Italia, Belanda,
Belgia, Spanyol, dan Prusia. Di kemudian hari Undang-Undang Sipil Perancis,
juga di ambil alih. Undang-Undang Sipil Turki yang baru merupakan adaptasi dari
Undang-Undang Sipil Swiss tahun1926, dalam tahun yang sama, Undang-Undang
Pidana Turki yang ditetapkan didasarkan pada Undang-Undang Italia dan Jerman.
69 Ahmad Junaidi, “Kebijakan Politik Recep Tayyib Erdogan dan Islamisme Turki
Kontemporer”, Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Volume 6 No 1 (2016), hlm. 165
48
Undang-Undang perdagangan Turki tahun 1926 adalah adaptasi dari Undang-
Undang perdagangan dari berbagai negara Eropa.70
Perjuangan Kemal untuk menjadikan Turki sebagai negara sekuler
ternyata tidak terbatas pada perjuangan melalui Konstitusi negara, tetapi juga
lewat institusi-institusi lainnya. Tahun 1924 Biro Syekh Islam dihapuskan, begitu
juga Kementerian Syari’at dan Mahkamah Syari’at. Hukum Syari’at dalam soal
perkawinan digantikan oleh hukum Swiss. Perkawinan dilakukan bukan lagi
menurut Syari’at tetapi menurut hukum Sipil. Wanita mendapat hak cerai sama
dengan kaum pria. Selanjutnya diadakan hukum baru seperti hukum dagang,
pidana, hukum laut, dan hukum obligasi yang semuanya diambilkan dari hukum
Barat.71
Masih dalam tahun yang sama (1924) diundangkan Undang-undang
“penyatuan Pendidikan”, yang antara lain berisi penghapusan segala bentuk
pengawasan atas sekolah-sekolah oleh Lembaga-lembaga Islam. Dengan
kebijaksanaan politik pendidikan seperti ini, pelajaran agama di sekolah-sekolah
sedikit demi sedikit dikurangi sampai akhirnya dihapuskan sama sekali dari tahun
1935sampai dengan tahun 1948. Menjelang akhir tahun 1925 dikeluarkan perintah
penutupan asrama-asrama Darwis dan makam-makam suci, dan larangan-larangan
terhadap praktik klenik dan segala macam takhayul dan khurafat. Pada tahun itu
juga pemakaian turbus dilarang dan sebagai gantinya dianjurkan pemakaian Topi
Barat. Tahun 1935 dikeluarkan Undang-undang yang mewajibkan warga Negara
70Ibid, hlm 167 71Mundzier Suparta, “Laporan Penelitian Pembaharuan Pemikiran Keagamaan Masa Dan
Pasca Mustafa Kemal Di Negara Turki”, Penelitian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, (1996), hlm. 10.
49
Turki mempunyai nama belakang. Hari cuti resmi diubah dari hari jum’at menjadi
hari minggu.
Dalam persoalan-persoalan agama juga diadakan pembaharuan, seperti
penerjamahan al-Qur’an ke dalam bahasa Turki, khutbah jum’at tidak boleh
menggunakan bahasa Arab, seperti biasaya, tetapi harus diberikan dalam bahasa
Turki. Azan juga harus menggunakan bahasa Turki (1931).
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa perjuangan Kemal untuk
mewujudkan negara Turki Sekuler tampak berhasil. Namun demikian, benarkah
yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perjuangannya semata-mata berdasarkan
kepada keberhasilannya mengubah institusi-institusi yang ada? Bukan-kah
kelestarian keberhasilan itu juga harus diperhatikan? Menurut penulis justru
kelestarian keberhasilan inilah yang harus dijadikan perhatian utama.
Keberhasilan suatu perjuangan bukan terletak pada membangun sesuatu sesuai
dengan yang dicita-citakan, tetapi lebih berada pada kelanjutan dan kelestarian
bangunan tersebut.
50
BAB III
TRANSFORMASI SISTEM HUKUM TURKI PADA MASA
RECEP TAYYIB ERDOGAN
A. Biografi Recep Tayyib Erdogan
Recep Tayyib Erdogan yang berasal dari Rize sebuah kota pantai laut
hitam, lahir pada tanggal 26 Februari 1954 di Istanbul. Pada tahun 1965 ia
menyelesaikan pendidikan dasar di Kasimpasa Piyale Elementary School. Ayah
nya seorang nahkoda sebuah Agen kelautan milik negara dan ibunya hanyalah
seorang ibu rumah tangga. Untuk membantu pemasukan keluarga Erdogan kecil
adalah penjual lemon, rempah-rempah, roti dan juga air minum di jalanan.
Sehingga ia cukup familier dengan kehidupan rakyat kecil dengan beragam
kesusahan yang ada di dalamnya. Inspirasi hidupnya banyak di pengaruhi oleh
empat faktor, yaitu Ayah, Kasimpasa, Guru dan Sufisme.72
Pada tahun 1973, Erdogan menyelesaikan sekolah menengah kejuruan
keagamaan di Istanbul. Dia juga menerima ijazah dari sekolah menengah atas,
pada saat itu tidak mungkin bagi lulusan sekolah menengah kejurusan untuk
memasuki sebuah uiversitas. Dia akhirnya belajar Administrasi Bisnis di Fakultas
Ilmu Ekonomi dan Administrasi di Universitas Marmara (yang mana kemudian
dikenal sebagai Aksaray School of Economics and Commercial Sciences), dan
menerima gelar pada tahun 1981. 73
72M. Sya’roni Rofii, “Partai AKP dan Ideologi Islam DI Turki Modern (2001-2007)”,
Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2009), hlm. 60. 73Kuat Keyman dan Tuba Kanci, Biographies of Political Leaders of the Turkish Repubic,
(CIDOB International YearBook, 2011), 221.
51
Ketertarikannya dengan dunia politik dan bisnis berawal sejak ia masih
sangat muda, pada usianya yang ke 15 tahun Erdogan telah bergabung dengan
National View Association (Milli Gorus Teskilati), sebuah lembaga underbow
aktor intelektual baik untuk Partai Orde Nasional (PON)/ National Order Party
ataupun Partai Keselamatan Nasional (PKN).74 Selama menjadi mahasiswa ia
juga bergabung dalam Persatuan Mahasiswa Turki Nasional sebuah kelompok anti
komunis. Pada tahun 1976 ia menjadi ketua cabang pemuda dari Partai
penyelamat Nasioanl Islam, dan pada tahun yang sama ia menjadi anggota aktif
dari partai ini sampai kudeta pada tahun 1980 ketika partai-partai politik di Turki
dibubarkan.
Pada tahun 1983 ia kembali ke politik bersama Necmettin Erbakan dengan
partai Welfare Party (RP) dan mejadi ketua RP dari Distrik Beyoglu pada tahun
1984. Pada tahun 1985 ia terpilih sebagai kepala Kantor Provinsi Istanbul dari
partainya. Dalam pemilihan lokal tanggal 27 Maret 1994, ia terpilih sebagai
Walikota Istabul Kota Metropolitan. Erdogan mampu mengubah kota itu mejadi
lebih cerah, bersih berkembang pesat dengan infrastruktur memadai.
Pada tahun 1998, oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) membekukan
kekuasaannya sebagai kepala daerah karena dianggap telah berbuat inkostitusional
di depan publik, ia dituduh menebar kebencian bernuansa SARA, “menebar
kebencian keagamaan” di muka umum, “kejahatan melawan negara”. Dalam
pidatonya, ia mengutip puisi karangan Ziya Gokalp, “bapak nasionalisme Turki”
yang mengatakan “the mosques are our barracks, the domes are our helmets, the
74M. Sya’roni Rofii, “Parta AKP dan Ideologi Islam DI Turki Modern (2001-2007)”, hlm. 60.
52
minarets our bayonets, and faithful our soldiers” (masjid adalah barakku/ kubah
adalah topi bajuku/menara bayonetku/ dan imam adalah serdaduku).
Atas dasar itu ia membaca sebuah puisi dalam pidato publik. Pada tahun
1997 dia dilarang menjabat di kantor dan dipejara selama empat bulan. Empat
tahun setelah kejadian ini Erdogan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan
(AKP) pada tanggal 14 Agustus 2001. Setahun kemudian, kemenangan AKP
memenangkan pemilihan umum dengan dua pertiga kursi di parlemen. Dengan
hasil ini, Partai Keadilan dan Pembangunan membentuk sebuah pemerintahan satu
Partai Sembilan belas tahun setelah kembalinya Erdogan kehidupan politik Turki.
Dalam pemilu 2007, AKP menang lagi dengan peningkatan suara dan saat ini
sudah masuk dalam kekuasaan selama empat tahun lebih.75
Dari riwayat hidupnya, terekam bahwa Erdogan adalah sosok dengan
karakter ke Islaman yang kuat, ia menegaskan identitas dirinya sebagai muslim
dan dalam batas-batas tertentu mengikuti alur pemikiran elit sekularisme, Nuran
Yilzi dari Universitas Ankara memiliki kesan terhadap Erdogan sebagai sosok
yang “berteman dengan surga, hidup dengan hati nurani, hatinya terisi penuh
dengan puisi-puisi, dan menjadi wacana simbolis”. Ia seringkali menggunakan
terminologi Islam atau kalau tidak subtansi Islam untuk mengekspresikan
kehidupan sehari-harinya. Ketika menjabar sebagai walikota Istanbul, ia
mengumumkan dirinya sebagai seorang imam kota itu. Ketika dikritik oleh
sejumlah kalangan ia menepisnya alasan (bagi seorang imam dalam kesehariannya
di Turki adalah sebuah proses ibadah seorang pemimpin), Erdogan menegaskan,
75Kuat Keyman dan Tuba Kanci, Biographies of Political Leaders of the Turkish Repubic,
221.
53
“ketika anda mendengarkan kata imam, anda hanya berfikir tentang seorang yang
memimpin ibadah di Masjid. Dalam Islam, imam adalah orang-orang yang
memiliki otoritas untuk mengatur atau memimpin” tidak hanya itu, dalam setiap
awal sesi pembukaan di kantor Administrasi walikota acara selalu dibuka dengan
menggunakan Fatihah. Anekasi simbol-simbol Islam terkadang oleh banyak
pihak disalahartikan dan disalahgunakan untuk memahami karakter Islam
Erdogan.76
B. Sistem hukum Turki pada masa Recep Tayyib Erdogan
Recep Tayeb Erdogan adalah Presiden Turki yang ke 12 hasil pemilihan
langsung yang digelar pada tanggal 10 Agustus 2014. Pada 28 Agustus, Erdogan
resmi dilantik menjadi Presiden Turki. Ia dilantik di kantor kepresidenan di
Ankara.
Erdogan juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas, kharismatik,
pemberani dan sangat ramah dengan rakyatnya, di bawah kepemimpinan Erdogan,
Turki menggali kembali pada masa lalunya yaitu berada pada puncak kejayaan,
dan Erdogan berhasil membawa Turki pada masa perbaikan dan perdamaian.
Salah satu pemimpin yang masih memegang kuat ajaran Islam dan kekhalifahan.
Pada masa pemerintahannya Turki mencapai kemajuan yang pesat baik dari segi
politik maupun ekonominya. Erdogan juga telah berulangkali memperoleh
prestasi yang mengesankan baik di dalam negeri maupun di dunia Internasional.
Di bawah kepemimpinannya, Erdogan menjalani hubungan baik dengan negara-
negara Islam, sebenarnya sosok kepemimpinan dan karir Erdogan yang cermelang
76M. Sya’roni Rofii, “Partai AKP dan Ideologi Islam DI Turki Modern (2001-2007)”,
hlm. 64.
54
dalam dunia politik sudah terbukti saat ia menjabat sebagai walikota Instanbul
pada tahun 1994 sampai tahun 1998. Banyak perubahan yang telah dilakukan
Erdogan saat menjabat sebagai walikota, prestasi yang sagat menonjol pada saat
itu adalah Erdogan berhasil menyelesaikan masalah air, menertibkan bangunan,
mengurangi kadar polusi dengan cara aksi menanam pohon dan menertibkan
pekerjaan kepada wanita muda untuk menghindari praktik prostitusi liar.
Sehinggan prestasi itu menjadi nilai tambah bagi Erdogan dimata masyarakat dan
parlemen sampai pada akhirnya ia menjabat sebagai Perdana Menteri Turki pada
tahun 2003 sampai 2014, bersama dengan partai yang dibawanya sampai puncak
kekuasaan yaitu Partai keadilan dan Pembangunan (Adaltve Kalkinme Partisi-
AKP). Dalam politik moderatnya, Erdogan selalu menjaga hubungan dengan
berbagai kelompok didasari pada kecerdasan politik yang dimilikinya. Ia bekerja
berdasarkan keteguhan semangat politiknya yang jauh dari ekstremisme
keagamaan, apalagi background Islami yang menjadi ciri khasnya.77
Berkuasanya partai keadilan dan pembangunan (Adaltve Kalkinme Partisi-
AKP), member corak baru pada pemerintahan Turki. Partai ini beralih konservatif
dengan pembangunan dan peningkatan ekonomi serta penegakan demokrasi
sebagai agenda utama. AKP dikenal sebagai partai dengan kebijakan yang
menyentuh langsung kepentingan rakyat. Hal ini dilakukan Erdogan dan kawan-
kawan tidak sebatas di bibir saja, melainkan sungguh-sungguh dilakukan.
Erdogan dan para tokoh AKP tidak segan-segan bahu-membahu bersama rakyat
miskin menggugat penguasa, dan memperlihatkan kepada rakyat Turki bahwa
77Junita Siregar, “Implikasi Kebijakan Presiden Erdogan Terhadap Kelompok Gulenisme Pasca Kudeta Militer Turki Tahun 2016”, Skripsi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, (2017), hlm. 5.
55
mereka bersih dan tidak korup dan benar-benar mencerminkan di dalam
kehidupan keseharian mereka. Selama era AKP hubungan Turki dengan Timur
Tengah dan Dunia Arab telah meningkat secara dramatis yang menegaskan bahwa
Timur Tengah telah menjadi focal point dalam kebijakan politik luar negeri
multilateral Turki.
Keunggulan Erdogan dalam memimpin politik Turki adalah Erdogan
mampu menciptakan stabilitas politik dan juga meningkatkan perekonomian di
Turki. Sehingga sejak Erdogan berkuasa, Turki benar-benar mengalami kemajuan
yang sangat baik dalam hal politik dan ekonomi. Erdogan berhasil membangun
ekonomi yang merakyat dan kuat dengan perencanaan yang matang, sehingga
Turki mampu menempati urutan ketujuh belas dari dua puluh negara yang
mempunyai kekuatan ekonomi terkuat. Erdogan memberlakukan reformasi
ekonomi dengan lebih pro terhadap pasar. Para investor kembali menanam modal
di Turki yang kemudia membuka lapangan kerja dan meningkatkan pembangunan
infrastruktur di hampir semua wilayah.
Kecintaan rakyat kepadanya semakin terlihat setelah apa yang telah ia
perjuangkan untuk mengembalikan kepercayaan rakyat Turki berhasil yaitu
dengan kemajuan di bidang ekonomi, dan dapat dilihat juga dari agenda utama
dari partai AKP adalah membangun dan meningkatkan perekonomian juga
menegakkan sistem demokrasi. Sebuah bukti bahwa semenjak erdogan memimpin
Turki, mata uang Lira menjadi salah satu yang memiliki nilai terkuat dalam
ekonomi, dimana sebelumnya mata uang Lira merupakan mata uang yang tidak
memikili nilai.
56
Secara bertahap Turki telah berubah menjadi negara yang benar-benar
berada dalam masa perbaikan dan perdamaian, yaitu negara yang demokratis,
Islami namun moderat. Erdogan mempu menghantarkan Turki pada keadaan nol
permasalahan tau tidak memiliki permasalahan sedikitpun dengan negara-negara
tetangga termasuk di dalamnya Yunani. Sebagaimana yang diakukan Erdogan
yaitu dengan melakukan reformasi secara fundamental dan menunjukkan kepada
negara-negara di dunia bahwa Turki kini menjadi negara yang Islami tetapi tidak
menutup diri untuk tetap menjalani hubungan dengan negaranegara lain.
1. Kebijakan Politik Luar Negeri
Perubahan perpolitikan Turki mulai terjadi pada kekuasaan Legislatif
dan Eksekutif dikuasai oleh partai Keadilan dan Pembangunan Turki. Partai
Adalet ve Kalkinme Partisi yang lahir dari sintesis gerakan Islam di Turki
telah berhasil membentuk kesan partai Islam (kanan) yang religius namun
tetap moderat serta menjunjung tinggi demokrasi. Kebijakan luar negeri yang
dilakukan oleh Pemerintahan Recep Tayyib Erdogan dan Adalet ve Kalkinme
Partisis ini jauh berbeda dengan beberapa pendahulunya dari partai (Refah
dan MSP) yang berasaskan Islam juga tetapi menolak hubungan dengan Barat
serta berorientasi untuk menolak agenda Barat, Adalet ve Kalkinme Partisi
dan Erdogan sebaliknya mampu membina hubungan yang baik dengan Barat
terutama beberapa anggota Uni Eropa dan disaat yang sama Turki juga
57
membina hubungan yang semakin erat dengan beberapa negara dari kawasan
lainnya, terutama Timur Tengah, Asia Tengan, Kaukasus dan Balkan.78
Kebijakan luar negeri Turki pada masa pemerintahan Recep Tayyib
Erdogan memang tidak bisa dilepaskan dari peranan konseptor yang juga
Menteri Luar Negeri Turki yaitu Profesor Ahmet Davutoglu yang berusaha
untuk meningkatkan peranan politik luar negeri Turki sebagai jambatan atau
penghubung antara Asia dan Eropa serta Islam dan Barat. Davutoglu
menciptakan doktrin Strategic Depth atau strategi mendalam yaitu
memanfaatkan kelebihan Turki baik secara Geografi, budaya serta pengaruh
sejarah sebagai alat Turki dalam berintreksi di dalam kancah dunia
Internasional.
Hubungan ini menadi kekuatan strategis Turki untuk menjadi kekuatan
Regional dan Doktrin ini juga menghendaki agar Turki juga membina
hubungan yang baik dengan negara-negara dikawasan lain serta menciptakan
posisi mitra straegis yang seimbang dan menciptakan pola kebijakan luar
negeri ini yang tidak hanya beroientasi pada satu kutub tapi lebih kepada
bebas untuk menentukan pola kebijakan luar negerinya dan berusaha untuk
memperluas pengaruhnya dimana saja.
Pada masa pemerintahan Recep Tayyib Erdogan terdiri atas 4 pilar
utama politik luar negeri Turki, Yaitu :
a) Zero Problems with Neighbours (Nol Masalah Dengan Negara Tetangga).
Dalam hal ini Turki harus mengikuti beberapa manner dalam berperilaku
78Fitri Nayana, “Kebijakan Luar Negeri Turki Dengan Uni Eropa Pada Masa
Pemerintahan Recep Tayyib Erdogan”, (2010), hlm. 3.
58
politik, yaitu: Rekonsiliasi dengan semua tetangga untuk mengamankan
integritas teritorial Turki, terutama di Timur dan Tenggara. Turki telah
mendapatkan keuntungan dengan penerapan hal tersebut karena telah berhasil
membangun kembali kemitraan ekonomi, militer dan politik yang besar
dengan Suriah dan Iran, dan telah didirikan kembali lama hilangnya
hubungan diplomatik dengan Armenia, membantu rekonstruksi di Irak
dan secara resmi diakui Kurdistan provinsi Irak Utara. Perkembangan
dalam kembali diperbolehkan Turki untuk dilihat sebagai sekutu yang
dapat dipercaya baik untuk Barat dan Timur.79
b) Outreach to adjacent regions (memajukan wilayah yang berdekatan). Turki
Telah berpendapat bahwa dampak regional telah meluas ke Balkan,
Timur Tengah, Kaukasus dan Asia Tengah. Oleh karena itu, aktif di
Balkan melalui partisipasi dalam misi NATO, di Timur Tengah melalui
keterlibatan erat dalam rekonstruksi Libanon serta hak-hak Palestina
dan di Asia Tengah melalui proyek-proyek pipa energi, telah
mengembangkanpengaruh Turki.
c) Multi-dimensional Foreign Policy (Kebijakan Luar Negeri yang Multi
Dimensi). Prinsip ketiga adalah kepatuhan terhadap kebijakan
multidimensi asing. Prinsip ini memerlukan keterlibatan dalam saling
melengkapi dan bukan hubungan kompetitif dengan kekuatan global
dengan menerapkan pendekatan yang berbeda dalam setiap masalah,
mempertimbangkan harapan dan aturan yang ada dalam diplomasi
internasional.
79Ibid, hlm. 5.
59
d) Rhythmic Dipomacy (Diplomasi Berirama). Prinsip terakhir adalah
diplomasi berirama. Turki telah menyelenggarakan pertemuan
internasional penting saat mengejar bidang diplomasi dengan kedua
aktor negara dan non-negara termasuk Hamas. Sejak tahun 2003 Turki
telah menyelenggarakan pertemuan puncak NATO, puncak (Organisasi
Konferensi Islam) OKI, Forum Air Dunia di tahun 2009. Ini merupakan
peningkatan aktivitas memberikan kontribusi kepada Turki untuk
terpilih sebagai salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB
pada tahun 2009, memberikan bobot republik yang lebih dalam
mengejar tujuan-tujuan kebijakan luar negerinya.80
Turki pun secara perlahan mulai membina hubungan yang lebih erat ke
negara-negara islam terutama negara-negara yang bergabung kedalam OKI
(Organisasi Konferensi Islam) dan negara-negara dikawasan lain seperti
Russia, China dan negara-negara Amerika Latin terutama pada negara-negara
islam. Turki mencoba kembali mencoba untuk menjadi salah satu kekuatan
penting yang mampu menyuarakan kepentingan masyarakat muslim dunia
dengan berperan aktif dalam membina hubungan kerjasama diplomatis dan
ekonomi yang terus meningkat. Hubungan yang baik antara Turki dengan
Russia dan beberapa di negara di timur tengah bisa dilihat dari semakin
meningkatnya kerja sama dibidang ekonomi.81
80Ibid, hlm. 6. 81Fitri Nayana, “Kebijakan Luar Negeri Turki Dengan Uni Eropa Pada Masa
Pemerintahan Recep Tayyib Erdogan”, (2010), hlm. 12.
60
2. Kebijakan Luar Negeri Pasca Kudeta Militer 2016
Hubungan antara Turki dan Amerika Serikat dikarenakan, Turki dan
Amerika memiliki poros politik dan militer yang sama di NATO. Sesama
anggota NATO, seharusnya Turki dan Amerika memiliki hubungan yang baik
dan mampu menyelesaikan permasalahan negara anggotanya. Walaupun
antara Turki dan Amerika Serikat sama-sama bergabung di NATO, namun
peristiwa kudeta 2016 lalu memberikan implikasi terhadap hubungan kedua
negara. Hubungan kedua negara tersebut berjalan tidak baik, karena ketidak
berpihakan Amerika dalam menyelesaikan kasus kudeta pada 2016 lalu
padahal seharusnya Amerika yang merupakan sesama anggota NATO dengan
Turki memberikan dukungan kepada Turki seperti apa yang telah tercatat
dalam tujuan NATO, yaitu menjamin keamanan setiap negara anggotanya.
Pemerintah memprotes reaksi lemah, tidak efektif dan terlambat negara-
negara Barat dan NATO dalam menyikapi kudeta militer 15 Juli 2016 lalu,
bahkan secara transparan ataupun kiasan pemerintah menyinggung
keterlibatan sebagian negara Barat khususnya Amerika Serikat dalam kudeta
itu. Dan tuduhan ini tidak lepas dari sosok Fethullah Gülen yang menjadikan
kedua negara tersebut semakin memanas dan menilai tuduhan tersebut
berbahaya bagi hubungan bilateral.
Hubungan antara Turki dan Rusia berubah pasca-Kudeta 2016.
Renggangnya hubungan Turki dan Amerika memberikan implikasi terhadap
hubungan Turki dan Rusia. Perubahan drastis hubungan Turki-Rusia disebut
telah membuat barat terkejut. Moskow dan Ankara diyakini mengirim pesan
61
multidimensi ke Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang menunjukkan Rusia
dan Turki dapat membentuk aliansi ekonomi dan politik alternatif dan tetap
menjadi pemain berpengaruh di papan catur Suriah. Situasi di lapangan di
Suriah telah berubah drastis sekarang setelah Moskow dan Ankara telah
kembali melakukan kerjasama politik, militer dan ekonomi.82
3. Kebijakan Dalam Negeri
Kebijakan dalam negeri yang dilakukan oleh Erdogan di mulai pada
tahun 2002, dimulai ketika ia memimpin Istanbul yang bersih, nergara Turki
berhasil damai dengan Kurdi yang memberontak. Erdogan juga mendukung
gerakan agama dari bawah walaupun tidak pernah berorasi. Ketika ia menjadi
perdana menteri, ia menambah hingga 40 Fakultas agama di universitas-
universitas di Turki. Erdogan juga menggalakkan halaqah yang kemudian
hasilnya digunakan ke dalam pemerintahan.
Dalam bidang politik agama di dalam negeri, Erdogan tidak mengubah
ideologi sekuler. Tidak penting nama, tapi pada tindakannya. Ia lebih
mengubah penafsiran terhadap sekuler. Ia juga fokus membangun negara dan
tidak mengatur-ngatur rakyat dalam urusan agama namun rakyat sendiri yang
meminta kepadanya. Dalam bidang politik ekonomi, Erdogan lebih
menggalakkan kepada industri kecil yang memenuhi kebutuhan rakyat
banyak. Membangun universits teknologi dan pabrik secara bersama, dan
menurunkan bunga bank.83
82Junita Siregar, “Implikasi Kebijakan Presiden Erdogan Terhadap Kelompok Gulenisme
Pasca Kudeta Militer Turki Tahun 2016”, hlm. 17. 83Mizuar mahdi Al-Asyi, “Kemenangan Erdogan Dan AK Partisi Dan Pengaruhnya Bagi
Dunia Islam, Skripsi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, (2010), hlm. 3.
62
Selain dari itu kebijakan politik dalam negeri yang di lakukan Erdogan
dalam mentranformasikan Turki pada tatanan Islamisme Turki Kontemporer
yaitu menggratiskan biaya pendidikan dimana semua biaya kuliah untuk
rakyat Turki ditanggung oleh pemerintah dan meningkatkan biaya riset atau
penelitian ilmiah demi tujuan menjadi negara nomor satu pada tahun 2023,
Erdogan juga mengembalikan kebiasaan lama yaitu pengajaran Al Quran dan
Hadits di sekolah-sekolah negeri di Turki yang sudah lama dihilangkan, dan
kebebasan berhijab di kampus-kampus di Turki.
Kebijakan mewajibkan pendidikan agama Islam dari tingkat sekolah
dasar dan menengah untuk 12 jenjang kelas, sebelum ini, pendidikan agama
hanya tersedia di sekolah menengah berbasis agama seperti Aliyah di
Indonesia yakni mulai di kelas 9. Dengan demikian, Erdogan telah
membebaskan pendidikan agama Islam dari stigma sebagai sebuah
pendidikan formalitas demi memenuhi tuntutan sertifikasi akademik seorang
pelajar.84
Adapun pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua, diharapkan
memungkinkan siswa untuk memahami Al-Qur'an. Dengan demikian, Turki
bergerak maju untuk mengembalikan peradaban emasnya yang hilang,
dengan langkah utama dan pertamanya yakni membumikan Al-Qur'an di
wilayahnya yang merupakan pintu pembebasan bumu keberkahan Syam,
sebagaimana Muhammad Al-Fatih pernah gemilangkan. Kemajuan pesat
84Ahmad Junaidi, “Kebijakan Politik Recep Tayyib Erdogan dan Islamisme Turki
Kontemporer”, Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Volume 6 No 1 (2016), hlm. 178
63
negara Turki dibawah kepemimpinan Erdogan sebagai perdana Menteri
membuat Turki kini disegani sebagai salah satu negara terkuat di Eropa.85
Salah satu kebijakan Erdogan yang dianggap mengkhianati ideologi
sekuler Turki adalah pencabutan larangan memakai jilbab. Kebijakan-
kebijakan yang bisa diambil oleh AKP berkaitan dengan isu ini masih
marginal dan hanya menangani simptom daripada akar permasalahan.
Sebagai contoh, undang-undang mengenai amnesti yang akan memberikan
pengampunan kepada 240.000 perempuan yang dikeluarkan dari universitas
sejak tahun 2000 karena jilbab telah disetujui oleh parlemen turki pada bulan
Maret 2005. dan berarti menghapuskan veto terhadap undang-undang yang
pernah dilakukan Presiden Sezer.
AKP mengklaim bahwa pelarangan ini melanggar hak kebebasan
beragama dan prinsip kesamaan kesempatan dalam pendidikan dan pekerjaan
bagi perempuan. sementara itu pendukung kebijakan pelarangan jilbab,
termasuk Mustafa Bumin, Ketua Pengadilan Konstitusi, mengklaim bahwa
usaha apapun untuk mengubah undang-undang yang mengizinkan perempuan
untuk memakai jilbab di universitas atau kantor pelayanan masyarakat berarti
melanggar UUD, dan dengan demikian, jika pelarangan jilbab dihapuskan,
berarti undang-undang harus diamandemen.
Pemahaman yang sempit atau literal terhadap pasal-pasal tertentu
dalam UUD Turki nampaknya mendukung pandangan yang terakhir ini. Pasal
24 UUD Turki tidak berbicara mengenai kebebasan beragama seperti yang
85 Ibid, hlm. 178
64
disebutkan oleh para pengritik kebijakan pelarangan jilbab itu, tapi
"kebebasan, kepercayaan dan pengakuan agama. ritual peribadatan, layanan
keagamaan, dan acara-acara keagamaan harus dilaksanakan dengan bebas,
diselenggarakan dengan cara yang tidak melanggar pasal 14". Tidak ada
rujukan yang pasti untuk "penayangan simbol-simbol keagamaan" yang bisa
memberikan kerangka untuk masalah jilbab ini.86
Para elit Kemalist, mengangggap pelarangan jilbab beralasan bahwa
karena memakai jilbab merupakan simbol islam politik, mengizinkannya
berarti merupakan langkah awal untuk mengarahkan Turki yang sekuler
mejadi negara yang tatanan hukumnya berdasarkan ajaran agama. dengan
demikian,mengenakan jilbab merupakan tindakan eksploitasi atau
penyalahgunaan agama yang dilarang oleh pasal 24. pasal-pasal lain yang
rentan digunakan untuk menentang pelaranganjilbab seperti pasal mengenai
hak untuk pendidikan (pasal 24), hak untuk bekerja (pasal49), kesetaraan hak
untuk perempuan (pasal 10) juga harus tunduk pada pembatasan yang
tercantum dalam bab 14.87
4. Kebijakan Dalam Negeri Pasca Kudeta Militer 2016
Kudeta yang terjadi di Turki pada tahun 2016 lalu, mempunyai
dampak dan pengaruh yang cukup signifikan dalam dinamika politik Turki
dan masih akan terus berlanjut sampai saat ini. Sebagaimana telah
disinggung, pasca kudeta, pemerintah Turki langsung mengeluarkan
86Restu Mardianti Ningsih, “Dinamika Identitas Nasional dan Kebiakan Luar Negeri
Turki Dibawah Kepemimpinan AKP”, Skripsi Universitas Budi Luhur, Jakarta (2011), hlm. 36.
87Ibid, hlm. 37.
65
kebijakan yang represif terhadap sejumlah pihak yang terlibat, terkhusus
terhadap peran militer dan kekuasaan kehakiman yang selama ini dikuasai
oleh kelompok Gulenisme.
a) Melemahnya Peran Militer
Sejak pembentukan negara Turki modern di tahun 1923, Angkatan
Bersenjata Turki (TSK) telah melakukan kudeta tiga kali pada tahun 1960,
1971, dan 1980 dan intervensi melalui memorandum militer pada tahun 1997.
Secara historis, militer menganggap organisasinya sebagai penjaga dari Turki
yang didirikan di bawah Mustafa Kemal Ataturk atau dikenal sebagai Bapak
Sekularisme Turki. Sehingga Militer Turki dinobatkan sebagai pelindung
negara yang berpijak pada prinsip sekularisme yang diadopsi dari Barat.
Kudeta militer yang terjadi di Turki pada 15 Juli 2016 merupakan
salah satu upaya yang dilakukan oleh beberapa pasukan militer untuk
menjatuhkan pemerintahan Erdogan. Dimana pada saat itu para anggota
militer menempati lokasi yang strategis di seluruh Istanbul dan Ankara,
mereka meluncurkan tank ke jalanan kota dan juga Bandara Internasional
Istanbul, pesawat terbang di atas kepala dan kendaraan militer dikelilingi
tentara, bahkan dua jembatan utama Istanbul, Bosphorus dan Fatih Sultan
Mahmet diblokir tentara.
Militer telah mengambil alih pemerintahan dari negara untuk
mengembalikan tatanan konstitusional, hak asasi manusia, dan kebebasan.
Pernyataan itu mengarah pada perlindungan demokrasi Turki. Beberapa yang
menjadi kesalahan kudeta yang terjadi di Turki pada 15 Juli 2016 lalu adalah
66
bahwa sebagian kecil kelompok militer yang tidak mendapat dukungan dari
masyarakat. Keberhasilan pemerintah menggagalkan kudeta militer
merupakan kemenangan buat kaum mayoritas Muslim.88
Kegagalan tersebut juga membuka jalan buat garis kebijakan Erdogan
yang cendrung memperkuat gelombang Islamisasi di pemerintahan. Alasan
Erdogan menuduh Gulen sebagai dalang kudeta adalah adanya unsur politik
yang dilakukan oleh pengkudeta yang merupakan kelompok Gulenisme,
diantaranya adalah para pejabat tinggi di birokrasi sipil, kejaksaan dan aparat
keamanan yang bekerja dalam jaringan rahasia mereka. Dan para pengikut
Gulen di birokrasi sipil, kejaksaan, kepolisisan dan militer lebih loyal kepada
perintah Gulen ketimbang institusi dimana mereka bekerja, dimana tujuan
mereka adalah ingin disejajarkan dengan kedudukan Erdogan di bawah
pimpinan Fethullah Gulen. Pasca kudeta militer Turki pada 15 Juli, Erdogan
mengeluarkan kebijakan bahwa segala yang berhubungan dengan Gulen
dilarang.
Erdogan juga menetapkan bahwa Hizmet merupakan organisasi
terlarang dan menggolongkan gerakan ini sebagai gerakan terorisme. Dan
Impilkasi dari kebijakan ekstrim yg dikeluarkan oleh Erdogan, selain
berdampak terhadap kelompok Gulen yang telah dilarang, Erdogan juga
Memperketat penjagaan semua yang terkait dengan kelompok yang pro-
Gulen, memperketat pengawasan termasuk Hizmet dan PASIAD yang
merupakan lembaga di bawah kendali Gulen, bahkan menjebloskan para
88Junita Siregar, “Implikasi Kebijakan Presiden Erdogan Terhadap Kelompok Gulenisme
Pasca Kudeta Militer Turki Tahun 2016”, hlm. 14.
67
militer yang terkait dengan rencana kudeta ke penjara, dan polisi, jaksa, serta
hakim telah dipecat. Kini media-media yang berafiliasi dengan Hizmet telah
ditutup, sebuah bank disita, semua yang terkait dengan Gülen dipecat dan
kehilangan pekerjaan mereka. Pasca kudeta, Erdogan juga menutup lebih dari
2.000 lembaga yang memiliki hubungan dengan FETO. 89
Penangkapan masal dilakukan setelah upaya kudeta dengan 2.839
tentara ditahan oleh pemerintah. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Angkatan
Bersenjata Turki mengatakan: "Angkatan Bersenjata Turki telah mengambil
alih pemerintahan negara untuk mengembalikan ketertiban, hak asasi manusia
dan kebebasan, rule of law dan keamanan umum yang telah rusak. Semua
perjanjian internasional masih berlaku. Kami berharap bila hubungan baik
dengan semua negara akan terus berlanjut." Mereka menyatakan bahwa
mereka "melakukan ini untuk menjaga demokrasi dan ketertiban. Serta
memastikan rule of law tetap menjadi prioritas".
Salah satu jenderal di Angkatan Bersenjata Turki menyatakan TSK
tidak mendukung upaya kudeta dan pelaku mewakili fraksi kecil. Pada 21.02
UTC, Reuters melaporkan bila tentara Turki berada dalam gedung Stasiun
Radio dan Televisi Turki (TRT) di Ankara. Setelah militer menguasai gedung
tersebut, militer membacakan pernyataan yang berbunyi "prinsip Pihak
militer menyatakan bila konstitusi baru akan dipersiapkan sesegera mungkin.
Ledakan di markas TRT dan baku tembak telah terjadi di Ankara. Tank telah
menembakkan senjatanya di dekat Gedung Parlemen Turki. Sebuah laporan
89Ibid, hlm. 14.
68
menyatakan bahwa Parlemen Turki telah dibom. Korban luka-luka dari
demonstran telah dilaporkan di Jembatan Bosporus setelah baku tembak di
jembatan. Sebuah helikopter milik pihak militer yang melakukan kudeta telah
ditembak jatuh oleh jet tempur F-16 milik militer Turki yang masih loyal
terhadap pemerintah. Terdapat laporan lain yang menyatakan bahwa
sepasukan jet tempur telah dikerahkan di Ankara untuk menetralkan
helikopter yang digunakan oleh pendukung kudeta.90
Kantor kepresidenan mengeluarkan pernyataan yang mengklaim jika
pasukan yang setia kepada Fethullah Gulen dan Gerakan Hizmet adalah tokoh
di balik upaya kudeta. Namun, organisasi cabang dari Gerakan Hizmet
merilis pernyataan yang mengecam kudeta dan menyatakan bahwa tuduhan
Erdogan sangat tidak bertanggung jawab. Kudeta gagal ini sendiri
menyebabkan jatuh korban tewas sebanyak 161 orang. Kebanyakan adalah
polisi yang berhadapan dengan tentara yang memberontak. Sebanyak 1.140
orang lainnya terluka. CNN menyebutkan setidaknya 2.839 perwira militer
ditangkap. Kantor berita Anatolian menyatakan 200 pejabat pengadilan Turki
juga dijebloskan ke penjara, termasuk 140 anggota Mahkamah Agung dan 48
anggota Council of State, satu dari tiga pengadilan tinggi di Turki. Sebanyak
2.745 hakim pun dinonaktifkan. Salah satu pemimpin militer Turki, Jenderal
Adem Huduti juga ikut ditangkap. Begitu juga anggota Mahkamah Konstitusi
Alparslan Altan. Otoritas militer Turki juga menutup jalur penerbangan di
Pangkalan Udara Incirlik.
90Ibid, hlm. 15.
69
Amerika Serikat memakai pangkalan ini untuk menjalankan operasi
udara melawan ISIS di Suriah dan Irak. Alhasil, operasi serangan udara itu
pun dihentikan sementara. Tak lama setelah kudeta gagal ini, Erdogan
kemudian melakukan keadaan darurat di seluruh Turki, dan kemudian disusul
dengan menutup lebih dari 2.000 lembaga terkait Gulen di seluruh negeri.
Sebanyak 35 lembaga kesehatan dan organisasi serta 1.043 lembaga
pendidikan swasta, organisasi, asrama, dan hostel ditutup karena memiliki
hubungan dengan Feto. Terdapat 1.229 yayasan dan asosiasi, 19 serikat,
federasi dan konfederasi dan 15 sekolah dasar juga ditutup, kemudian
pemecatan 15.200 orang pegawai departemen pendidikan, 9.000 orang
petugas polisi, departemen kehakiman dan pegawai negeri lainnya. 7.500
orang militer dan orang-orang yang terlibat kudeta kemudian ditahan karena
terlibat dengan Organisasi Teroris Fethullah (FETO) pimpinan Fethullah
Gulen.
Sehingga, kebijakan yang dikeluarkan oleh Erdogan dan gagalnya
upaya kudeta yang telah dilakukan oleh angkatan bersenjata militer Turki
memberikan dampak besar terhadap peran militer Turki. Yaitu, seperti
melemahnya nilai-nilai sekularisme yang sebelumnya sangat dilindungi oleh
Militer Turki. Terbatasnya peran militer di pemerintahan dimana sebelumnya
terdapat banyaknya pendukung Gulen yang ditangkap juga berakibat terhadap
melemahnya pengaruh Gulen di dalam militer. Dan kini Erdogan berkuasa
penuh atas pemerintahan ditambah lagi adanya perubahan sistem
pemerintahan Turki dari yang sebelumnya parlementer menjadi presidensial.
70
Selain itu, perubahan pola di dalam militer dan kehakiman Turki berimplikasi
terhadap situasi keamanan dan penegakan hukum Turki. Dan tentunya
keadaan ini hanya akan memancing usaha-usaha kudeta yang lebih sistematis
dan rapi dari kekuatan militer.91
b) Berkurangnya Kekuasaan Kehakiman
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan 113.600
orang telah ditangkap dan 47.155 dikembalikan ke penjara sehubungan
dengan dugaan keterkaitan mereka dengan gerakan Gulen sejak upaya kudeta
Juli 2016. Di antara orang yang dikembalikan ke penjara ada 10.732 perwira
polisi, 7.643 tentara, 168 jenderal, 2.575 hakim dan pengacara, 26.177 warga
sipil dan 208 administratur lokal, kata Soylu dalam satu wawancara dengan
stasiun televisi setempat. Menurut Kementerian Dalam Negeri Turki
sebanyak 23.861 tersangka perkara itu dibebaskan dan 863 lainnya masih
buron. Fethullah Gulen, tokoh agama yang tinggal di Amerika Serikat,
dituduh Pemerintah Turki mendalangi upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli
2016. Pemerintah Turki mengumumkan keadaan darurat dan melancarkan
operasi besar-besaran terhadap pendukung Gulen setelah upaya kudeta yang
gagal tersebut.92
Kepolisian Turki menggeledah tiga gedung pengadilan di kota
Istanbul. Penggeledahan ini dilakukan setelah surat perintah penahanan
dikeluarkan untuk 173 staf pengadilan, yang masih bagian dari penyelidikan
percobaan kudeta pada 2016. Dilaporkan kantor berita Turki, Dogan, seperti
91Ibid, hlm. 15. 92Ibid, hlm. 16.
71
dilansir Reuters, penggeledahan dilakukan di Pengadilan Istanbul yang ada di
distrik Caglayan dan dua pengadilan lainnya di sisi Eropa kota Istanbul.
Kepolisian mendatangi dan menggeledah kantor sejumlah staf yang terancam
ditahan. Polisi membawa beberapa staf yang ditahan dari Caglayan untuk
diinterogasi. Banyaknya pihak di tubuh kehakiman Turki karena dianggap
memiliki hubungan dengan Gulen, tentu akan memberikan implikasi terhadap
penegakan hukum di Turki. Independensi hakim akan terlihat subyektif
karena peran pemerintah eksekutif terlalu tinggi. Poros yudikatif yang
seharusnya bebas dari interpensi eksekutif, akan hilang ketika pemerintahan
Erdogan mengatur kekuasaan kehakiman. Hakim yang bekerja harus
merupakan hakim yang berlatar belakang pendukung Erdogan, sehingga
pemerintah Eksekutif dapat dengan mudah mengintervensi proses hukum di
pengadilan.
Erdogan mungkin melakukan kekeliruan langkah saat situasi menjadi
sangat kompleks dan mengancam demokrasi Turki. Namun yang tidak dapat
diabaikan bahwa kekuasaannya berdiri di atas legitimasi pemilu dan suara
rakyat. Yang jelas, sebagaimana Barat dan medianya tidak mendukung
langkah pembersihan unsur kudeta di Turki, seperti itu pula mereka tidak
akan pernah membela saat Erdogan jatuh dikudeta, lalu partainya melawan
dan dicap organisasi teroris di kemudian hari. Erdogan nampaknya banyak
belajar dari pengalaman pahit Mesir dan presiden Mursi. Sikap lemah
terhadap lawan politik hanya akan berujung kejatuhan dan terbunuhnya
ribuan pendukungnya serta cap organisasi teroris bagi partainya yang telah
72
susah payah memenangkan pemilu secara demokratis, sebagaimana Barat
syaratkan jika ingin didukung. 93
Kebijakan Erdogan yang sewenang-wenang ini didukung para
warganya yang menilai bahwa pelaku kudeta telah melakukan hal yang salah
terhadap pemerintahan yang sah. Erdogan, meskipun belakang ini bertindak
semakin otoriter, terpilih menjadi presiden lewat pemilu 2015 lalu. Ini
merupakan kemenangannya yang ketiga kali sejak berkuasa di Turki 2003
lalu. AFP menyebutkan bahwa kebijakan Erdogan yang melakukan
pembersihan massal Gulenis merupakan salah satu perubahan signifikan di
Turki sejak negara berpenduduk 79 juta jiwa itu didirikan Mustafa Kemal
pada 1923 setelah Dinasti Ottoman hancur. Dalam operasi pembersihan,
merangsek tiga pengadilan di Istanbul dan menangkap 136 staf dari ketiga
institusi tersebut. Mereka dituding ikut berkontibusi dalam kudeta gagal 15
Juli 2016 lalu.
Terjadinya goncangan politik di lingkungan eksekutif dan legislatif
setelah banyak pejabat pemerintah di tangkap karena memiliki hubungan
dengan Gulen, perubahan politik ini memunculkan suatu kubu yang kuat bagi
politik Erdogan di Turki. Selain dampak politik, Turki mengalami goncangan
di bidang militer dan kekuasaan kehakiman, dimana banyak tentara dan
hakim ditangkap kerena diyakini berafiliasi terhadap jaringan Gulen.
93Ibid, hlm. 16.
73
Melemahnya kanal politik demokrasi akan mengalihkan proses dan konflik
politik pada politik kekerasan yang mungkin sulit dihentikan.94
94Ibid, hlm. 17.
74
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa permasalahan yang kemukakan di atas, maka pada bab akhir
ini dapat penulis tarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Sistem hukum turki pada masa kerajaan Utsmani masih berdasarkan pada
sistem kekhalifahan, seiring berjalannya waktu terjadi pembaharuan-
pembaharuan tehadap undang-undang yang di pengaruhi oleh gerakan
Tanzimat, Utsmani Muda, dan Turki Muda. Pada masa pemerintahan
Mustafa Kemal Attaturk negara Turki yang awalnya berdasarkan
kekhalifahan berubah menjadi republik. Kekuasaan tertinggi terletak
ditangan rakyat Turki, terbentuknya Majlis Nasional Agung merupakan
perwakilan rakyat tertinggi, Majlis Nasional Agung bertugas sebagai
Badan Legislatif dan Badan Eksekutif, Majlis Negara yang anggotanya
dipilih dari Majlis Nasional Agung akan menjalankan tugas pemerintahan,
Ketua Majlis Nasional Agung merangkap jabatan sebagai Ketua Majlis
Negara.
2. Adapun sistem hukum Turki pada masa Recep Tayyib Erdogan dalam
mengubah sekularisme menjadi Islamisme Turki Kontemporer adalah
Erdogan mengamandemen undang-undang dengan membuat undang-
undang baru, salah satunya dalam dunia pendidikan Erdogan membuat
kebijakan dengan menggratiskan biaya kuliah untuk rakyat Turki,
75
mewajibkan pendidikan agama Islam dari tingkat sekolah dasar sampai
menengah atas, mengembalikan pengaaran Al-Qur’an dan hadist di
sekolah-sekolah negeri di Turki yang sudah lama dihilangkan,
memberikan pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua Turki. Selain
dari itu Erdogan juga mencabut UU larangan memakai hijab.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum cukup mampu
mengungkapkan secara detail terhadap sistem hukum Turki dari masa ke msa
serta sistem hukum Recep Tayyib erdogan dalam mengislamisasikan Turki. Untuk
itu kiranya perlu dilanjutkan dan dikembangkan lebih jauh lagi secara utuh dan
memadai.
76
DAFTAR PUSTAKA
A. LITERATURE
Abu Ridha, Islam Dan Politik Mungkin kah Bersatu ?, Bandung: PT Syaamil
Cipta Media, 2004.
Budhy Munawar, Membaca Nurcholish Madjid, Jakarta: Democracy Project,
2011.
Eugene Rogan, The Fall Of The Khilafah, Jakarta : PT Ilmu Serambi
Semesta, 2015.
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, cet.14, Jakarta : PT.Bulan Bintang, 2003.
Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: CV. Karya Abdi Jaya, 2015.
Mahyudin Yahya dan Ahmad Jaelani Hakim, Sejarah Islam, Kuala Lumpur:
Fajar Bakti SDN BHD, 1994.
Munawwir Sadjali, Islam dan Tatanegara: Ajaran Sejarah dan Pemikiran,
cet ke-5, UI Press, 2008.
Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka
Ilmu,2013.
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2004.
M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, Jakarta : Gema Insani Press : 2001.
M. Alfan Alfian, Militer dan Politik di Turki, Bekasi: PT.Penjuru Ilmu
Sejati, 2015.
77
Nurcholis Madjid, Sekularisasi Dalam Polemik, Jakarta : PT.Temprin 1993.
Nader Hasemhi, Islam, Sekularisme dan Demokrasi Liberal, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Amzah, 2010.
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, Medan: Perdana, 2016.
B. LAIN-LAIN
Ahmad Junaidi, Kebijakan Recep Tayyib Erdogan dalam Islamisme Turki
Kontemporer, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2016.
Ahmad Junaidi, “Kebijakan Politik Recep Tayyib Erdogan dan Islamisme
Turki Kontemporer”, Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Volume
6 No 1, 2016
A. Hornby, EV Gatenby, H Wakefield, The Advanced Learner’s Dictionary
of Curret English,
Bambang Setyo Suprianto, Dinamika Perumusan Dasar Falsafah Negara RI
dan Implementasinya, Jakarta : Forum Silaturrahim Masyarakat Peduli
Syari’ah.
Fitri Nayana, “Kebijakan Luar Negeri Turki Dengan Uni Eropa Pada Masa
Pemerintahan Recep Tayyib Erdogan”, 2010.
Grolier International, dalam The Encylopedia Americane Vol. 24, 1990.
H. Oemar Bakry dalam Islam Menantang Sekularisme, 1984.
Imron Mustafa, Turki antara Sekularisme dan Aroma Islam, studi atas
pemikiran Niyezi Berkes, Jurnal Elbanat Vol 6 No 1, Januari-juni
2016.
78
Itsnaini Permata Hati, “Alasan Turki Sepakat di Bawah Pemerintahan
Erdogan Bekerja Sama Dengan Uni Eropa Dalam Penanganan
Imigran”, Jurnal HI, 2016.
Junita Siregar, “Implikasi Kebijakan Presiden Erdogan Terhadap Kelompok
Gulenisme Pasca Kudeta Militer Turki Tahun 2016”, Skripsi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2017.
Kuat Keyman dan Tuba Kanci, Biographies of Political Leaders of the
Turkish Repubic, CIDOB International YearBook, 2011.
Moh Dahlan, “Hubungan Agama dan Negara di Indonesia”, Jurnal Studi
Keislaman, Vol.14, No.1, Juni 2014
Mizuar mahdi Al-Asyi, “Kemenangan Erdogan Dan AK Partisi Dan
Pengaruhnya Bagi Dunia Islam, Skripsi Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry, 2010.
Mundzier Suparta, “Laporan Penelitian Pembaharuan Pemikiran Keagamaan
Masa Dan Pasca Mustafa Kemal Di Negara Turki”, Penelitian Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1996.
M. Sya’roni Rofii, “Partai AKP dan Ideologi Islam DI Turki Modern (2001-
2007)”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2009.
Nasaruddin, “Pemikiran Islam tentang Hubungan Negara dengan Agama”,
Jurnal Hanifa, Vol.6 No.2, Agustus 2009 : 205-218.
Niyazi Berkes. The Development Of Secularism in Turkey. Mc Gill Universiy
press, 1964, hlm. 205.
79
Nur Aliyah Zainal, “Analisis tentang Dekemalisasi Di Turki Pasca Attaturk”,
Jurnal Politik Profetik, Volume 14 No 1, 2016.
Plattner (ed.), Hubungan Sipil-Militer & Konsolidasi Demokrasi (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2001.
Rizal Mumazziq, “Relasi Agama dan Negara persfektif KH. A Wahid
Hasyim dan Relevansinya Dengan Kondisi Sekarang”, Jurnal Hukum
dan Perundangan Islam Vol 55 No 2, 2005.
Restu Mardianti Ningsih, “Dinamika Identitas Nasional dan Kebiakan Luar
Negeri Turki Dibawah Kepemimpinan AKP”, Skripsi Universitas
Budi Luhur, Jakarta, 2011.
Solikhun, “Negara Turki Pada Masa Kepemimpinan Mustafa Kemal Attaturk
Pada Tahun (1923-1950)”, Jurnal Ilmiah Universitas Indonesia, 2013.
Syarifuddin, “Sekularisme Dan Dampaknya Terhadap kehidupan Sosial Di
Turki”, Jurnal Himmah Vol. IV No. 10, Mei-Agustus 2003.
Syarifuddin, “Sekularisme dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Di
Turki”, jurnal Himmah, 2003.
Yussa Azmi Naufal, Revolusi Sistem Pemerintahan Turki dari Khalifah
Islamiyah Menuju Negara Sekuler, Skripsi Universitas Muhammaiyah
Yogyakarta, 2016.
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Abdul Kholik
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl.Lahir : Rantau Panjang, 30 Maret 1996
NIM : SPI 141806
Alamat
1. Alamat Asal : Desa Rantau Panjang, Kecamatan Muara Siau,
Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi.
2. Alamat Sekarang : Perumahan Mutiara Mayang, Kecamatan
Mayang Mangurai kota Jambi, Propinsi Jambi
No.Hp : 0822 8179 4491
E-mail : [email protected]
Nama Ayah : Wahidin
Nama Ibu : Koimah
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD/MI, Tahun Lulus : SD Negeri 140 Desa Rt.Panjang, 2008
b. MTS, Tahun Lulus : Ponpes Syekh Maulana Qori, Merangin,
2011
c. SMA, Tahun Lulus : Ponpes Syekh Maulana Qori, Merangin,,
2014
2. Pendidikan Non-Formal
a. Latihan Kader (LK) 1 Komisariat Pertanian, Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI), 2014
b. Latihan Kader (LK) 2 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Bogor, 2016
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Aktif Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jambi,
KORKOM UIN STS Jambi, Komisariat Syariah
2. Kabid Politik dan Hukum HMJ Politik Islam, 2015
3. Kabid Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi (KPP) Komisariat
Syari’ah KORKOM UIN STS Jambi Periode 2015-2016
4. Kabid Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi (KPP) Komisariat
Syari’ah KORKOM UIN STS Jambi Periode 2016-2017
5. Angota Aktif Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jambi