Kemunculan Gerakan Turki Muda Dan Pengaruhnya Dalam Menopang Pemerintahan Sekuler Turki
-
Upload
syamsuddin-basyir -
Category
Documents
-
view
136 -
download
2
Embed Size (px)
Transcript of Kemunculan Gerakan Turki Muda Dan Pengaruhnya Dalam Menopang Pemerintahan Sekuler Turki

KEMUNCULAN GERAKAN TURKI MUDA DAN PENGARUHNYA
DALAM MENOPANG PEMERINTAHAN SEKULER TURKI
PENDAHULUAN
Kemunculan Gerakan Turki Muda merupakan ekspestasi dari sikap kritis
di kalangan intelektual turki yang mengenyam pendidikan barat ketika meliha
kondisi negaranya yang carut marut.
Pemikiran-pemikairan barat yang mereka dapatkan selama belajar di
Eropa dicoba mereka aplikasikan dalam kehidupan masyarakat turki. Para tokoh
dalam gerakan Turki Muda ini seperti Gokalp maupun Kemal Attaturk berusaha
untuk membuat dan mengkokohkan kosepsi pan turkisme sebagai landasan ideal
untuk kehidupan masyarakat turki. Prinsip dasar dari keduanya adalah sekularisasi
artinya memisahkan kehidupan keagamaan dengan kehidupan Negara sehingga
diantara keduanya tidak ada lagi saling bertrok kepentingan.
Makalah ini mencoba mengurai permasalahan Gerakan Turki muda dalam
kacamata ilmiah. Selain itu diuraikan pula sedikit mengenai kehancuran turki
usmani dan embrio-embrio gerakan di tuki sebelum kemunculan turki muda dan
ditutup dengan ulasan mengenai pemerintahan turki di masa msutafa kemal
Attaturk.
1

BAB I
KEHANCURAN KERAJAAN TURKI USMANI
DAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN DI KALANGAN MASYARAKAT
TURKI
A. Kehancuran Kerajaan Turki Usmani
Sebelum pada akhirnya kerajaan Turki Usmani mengalami fase
kehancuran, telah terlebih dahulu terjadi periode kemunduran. Kemunduran ini
dimulai sejak abad ke XVII, ditandai dengan tidak adanya pengganti yang
sepadan sejak Sulaiman Al Qanuni meninggal dunia. Ketiadaan pemimpin yang
memiliki pengaruh kuat ini menyebabkan banyak terjadinya pemberontakan-
pemberontakan, seperti misalnya di Siria dibawah pimpinan Kurdi Jumbulat, di
Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir Fakhruddin. Selain itu konflik dengan
Negara-negara tetangga seperti pasca penyerangan ke wilayah Wina dan Venezia
serta konflik dengan Syah Abbas dari Persia turut memperkeruh keadaan kerajaan.
Moh. Nurhakim dalam bukunya1, mengutip pernyataan dari Prof. K. Ali
(1997: 373-374) menyatakan beberapa faktor kemunduran Kerajaan Turki Usmani
adalah sebagai berikut:
Pertama, luasnya wilayah kekuasaan usmani yang akhirnya tidak mampu
dikendalikan dari pusat.
Kedua, pemberontakan yang dilakukan berkali-kali oleh Jennisary yang
bekerja dengan dinasti Mamluk di Mesir.
Ketiga, penguasa yang tidak cakap setelah Sulaiman Al Qanuni.
Kelemahan ini lebih disebabkan masuknya sikap hedonism di kalangan istana.
Keempat, akibat sejumlah peperangan yang membawa Turki Usmani
pada kekalahan, menyebabkan perekonomian Usmani semakin terpuruk dari
waktu ke waktu. Banyaknya wilayah yang melepaskan diri berarti mengurangi
1 Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 138-139.
2

pemasukan untuk Negara. Sementara biaya militer, karena sering mengerahkan
pasukan, menguras persediaan uang Negara yang semakin menipis.
Kelima, ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berkaitan
dengan kebutuhan militer akan keduanya, tidak terlalu berkembang. Hal ini
menyebabkan teknik dan peralatan perang sangat terbatas. Maka tak heran jika
Usmani banyak menerima kekalahan dalam perang melawan Negara-negara
eropa.
Keenam, tumbuhnya gerakan nasionalisme di wilayah-wilayah yang
selama ini dikuasai oleh Turki Usmani.
Seperti dijelaskan di atas, bahwa kekuatan kerajaan Turki Usmani mulai
goyah sejak abad XVII, kekalahan perang melawan Negara-negara Eropa
menghasilkan konklusi wilayah-wilayah yang selama ini dikuasai oleh turki
usmani harus diserahkan kepada Negara eropa atau dibiarkan memerdekakan diri.
Harun Nasution menjelaskan2, pada saat itu di Eropa mulai pula timbul
Negara-negara yang kuat, termasuk di Rusia dibawah kepemimpinan Peter yang
Agung telah berubah menjadi Negara yang maju. Kekalahan peperangan Turki
usmani menghadapi Negara-negara ini mengakibatkan daerahnya di eropa mulai
mengecil sedikit demi sedikit. Diantaranya Yunani yang memperoleh
kemerdekaannya pada 1829 M dan Rumania lepas pada 1856. Selanjutnya
Negara-negara lain mengikuti sehingga pada akhir perang dunia I daerah Turki
Usmani hanya mencangkup Asia kecil dan sebagian kecil dari daratan eropa
timur.
Yang menjadi titik mula kehancuran Kerajaan Turki Usmani adalah
campur tangan dari pihak eropa terutama Inggris dan Prancis. Sebagaimana
diketahui pada akhir abad ke delapanbelas imperium Turki tidak mampu lagi
menghadang kemajuan militer Eropa. Rusia mampu menguasai Crimea dan
memperkokoh diri di Laut Hitam, sementar pihak inggris seletah membantu
manggagalkan invasi Napoleon di Mesir 1798 menjadi kekuatan militer dan
perdagangan terkuat di Laut tengah. Ternyata rusia bermaksud merampas wilayah
2 Harun Nasution, Islam ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 1985), hlm. 84.
3

Turki yang ada di Balkan di lain pihak Inggris ingin menjadikan imperium
Usmani sebagai benteng untuk menghadang ekspansi Rusia dan melindungi
kepentingan politik dan komersialnya di laut tengah. Dengan demikian imperium
Turki sedang dalam situasi krisis melindungi diri dari keseimbangan kekuatan
eropa3.
Pada tahun 1831, Muhammad Ali yang merupakan seroang gubernur
Usmani di Mesir yang independen (1805-1848) melakukan invasi ke Syiria.
Sebagai jawabannya Usmani mengadakan perjanjian Unkiar Skelessi (juli, 1833)
dimana mereka melepaskan Dardanelles dan Boshporus kepada armada perang
asing sebagai imbalan atas bantuan Rusia. Pada 1840, Rusia, Inggris dan Austria
mencapai kesepakatan bahwa Muhammad Ali harus menarik diri dari Syiria, lalu
beberapa kekuatan Eropa sepakat bahwasanya tidak boleh ada kapal perang
melintasi Boshporus dan Dardanelles selama masa gencatan senjata. Melalui
persetujuan lanjutan pada 1841, kekuatan Rusia dan Inggris mengijinkan
Muhammad Ali malakukan rezimnnya secara turun-temurun di Mesir. Semua ini
meunjukkan adanya campur tangan Eropa untuk ikut menangani urusan Usmani.
Imperium Usmani menjadi pemerintahan protektorat di Eropa dan menjadi
imperium gadaian sejumlah kekuatan adikuasa4.
Perang dunia I menyempurnakan proses kesendirian imperium Turki yang
pada Desember 1914 melibatkan diri dalam perang tersebut dengan bergabung
bersama kubu Jerman dan Austria. Pada 1918 sekutu Eropa berhasil mengalahkan
Jerman, Austria dan Usmani. Imbas dari kekalahan ini untuk Turki Usmani adalah
kenyataan bahwa sejak tahun 1912-1920 Usmani telah kehilangan seluruh wilayah
imperium mereka di Balkan. Kemudian di wilayah timur tengah beberapa Negara
baru terbentuk di Libanon, Syiria, Palestina, Transjordan, dan Irak. Puncak dari
kehancuran Turki Usmani adalah bahwa kerajaan ini lenyap dan sebagai gantinya
timbul republic Turki di tahun 1924 M5.
3 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam bagian ketiga, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2000), hlm. 66-67.
4 Ira M. Lapidus, ibid., hlm. 67
5 Harun Nasution, op.cit., hlm. 84.
4

B. Pembaharuan Pemikiran di Kalangan Masyarakat Turki
Pasca kegagalan Turki Usmani menaklukan Wina dan Eropa mencaplok
beberapa wilayah Usmani, maka terjadilah pembaharuan di Turki. Pembaharuan
ini dalam perkembangannya mengerucut menjadi terdapat tiga aliran
pembaharuan, yaitu aliran barat, aliran Islam dan aliran nasionalis.
Menurut aliran barat Turki mundur karena bodoh yang disebabkan oleh
syariat yang menguasai seluruh segi kehidupan bangsa Turki. Oleh karena itu
Turki akan maju apabila meninggalkan syariat dan berorientasi kepada barat.
Pendapat aliran barat ini ditentang oelh aliran Islam yang menyatakan
kemunduran Turki ini disebabkan bahwa para pemimpinnya sudah menjauh dari
syariat Islam. Maka kemajuan Turki pada selanjutnya sangat bergantung kepada
bisa tidaknya para pemimpin Turki untuk memajukan Turki dengan berlandaskan
syariat Islam. Adapun aliran nasionalis berpendapat bahwa Turki mundur
disebabkan oleh keengganan umat Islam yang tidak mengakomodir perubahan-
perubahan6.
Reformasi yang digulirkan oleh kerajaan Usmani ini yang pertama adalah
Tanzimat yang berlangsung pada 1839 sampai 1876. Pada periode ini focus dari
reformasi adalah di bidang militer dan beberapa bidang lainnya. Dalam bidang
militer ini misalnya digunakan untuk memodernkan kekuatan militer Turki agar
setara dengan kekuatan militer Negara-negara Eropa. Maka didatangkanlah ke
Istambul ahli-ahli militer diantaranya De Rochefort dan Comte de Bonneval alias
Humbaraci Pasya dari Prancis, MacCarthy dari Irlandia, dan Ramsey dari Inggris.
Pembaharuan dalam bidang-bidang lain juga dilakukan. Untuk
membangkitkan pertanian, Negara menempuh kebijakan rekalamasi (pembagian
tanah) dan resettlement (transmigrasi). Modernisasi teknis meliputi pembaharuan
system pos (1834), telegraf (1855), perkeretaapian, dan perancangan bangunan
lintasan kereta api tahun 1866. Selain itu dilakukan reformasi dalam bidang
hukum, pendidikan dan sosial masyarakat.
6 Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm. 184.
5

Efek dari reformasi tanzimat ini adalah bahwa pembaharuan ini telah
memancing sebagian kalangan untuk berbuat revolusioner dikarenakan tanzimat
justru membentuk suatu kelas baru, yaitu kelompok birokrat yang lahir setelah
janissary hancur, melemahnya kekuatan politik ulama dan dengan penerapan
reformasi kekuatan politik Turki berpindah ke kalangan birokrat dan didominasi
unsur-unsur kebarat-baratan dan pembaratan sebagai buah dari pendidikan
sebagian pegawai militer dan biro penerjemah yang dididik di sekolah sekuler di
eropa. Kelompok birokrat ini dipimpin oleh Mustapha rasyid pasya (1800-1856)7.
Pasca Tanzimat maka lahir suatu kelompok intelegensia baru yang
menamakan diri sebagai Usmani muda, yang mengatasnamakan penyatuan tradisi
Usmani dan reformasi Usmani, para tokohnya diantaranya adalah Namik Kemal
(1840-1888) pada satu sisi komitmen terhadap kontinuitas rezim Usmani,
revitalisasi Islam dan modernisasi yang sejalan dengan pola-pola Eropa. Ini
dikarenakan menurut Laipus8, lantaran terpesona dengan keberhasilan Inggris
yaitu condong untuk membentuk suatu Negara konstitusional. Mereka
menyatakan bahwa nilai-nilai luhur Usmani harus sesuai dengan hak asasi
manusia dan tak membedakan antara muslim dan non muslim. Rezim ini tidak
akan bertahan kecuali adanya ikatan batin yang kuat antara kerajaan dengan
masyarakatnya. Rezim konstitusional merupakan ekspresi dari nilai-nilai moral
dan politik yang bersifat alamiah, yang segalanya terkandung dalam aspek syariat
Islam dan terdapat dalam kultur eropa.. Usmani muda lebih menekankan pada
aspek rasional daripada keimanan secara membabi buta. Dengan demikian mereka
berusaha memadukan identitas muslim Usmani dengan kebutuhan modernisasi
teknik, militer, politik dan moral meskipun mereka mengkritik program tanzimat
sebagai program yang tidak peka terhadap tuntutan-tuntutan sosial dan
keagamaan, namun mereka komitmen terhadap modernisasi masyarakat Islam.
Puncak dari pengaruh Usmani muda adalah ketika tahun 1876 melakukan coup
d’etat dan mengantarkan kekuasaan sultan yang mendesak dan membatasi
konstitusi kekuasaan sultan.
7 Ira M. Lapidus, loc.cit., hlm. 77.
8 Ira M. Lapidus. ibid, hlm. 78
6

7

BAB II
KEMUNCULAN GERAKAN TURKI MUDA
DAN PENGARUHNYA DALAM MENOPANG PEMERINTAHAN
SEKULER TURKI
A. Gerakan Pembaharuan Pasca Usmani Muda
Sebagaimana telah diketahui, periode Usmani muda decade 1860-1870
dibarengi dengan reaksi dan dominasi rezim otoriter dan dictator yang menentang
prinsip-prinsip konstitusional dan modernis Usmani muda. Rezim ini ditegakkan
di atas kekuasaan, birokrasi dan kebijakan sultan yang absolute. Sang sultan
dipandang sebagai pimpinan Islam, dan mengklaim sebagai otoritas global atas
seluruh muslim. Namun demikian rezim ini memadukan antara loyalitas Islam
yang konservatif dengan konstitusi reformasi teknik tanzimat. Dalam periode ini
diperkenalkan sekolah, kitab perundang-undangan, lintasan kereta api dan teknik
militer yang baru.
B. Kemunculan Gerakan Turki Muda
Setelah masa kekuasaan yang absolute dikendalikan oleh usmani muda
maka generasi intelektual Turki bangit pada sekitar tahun 1880-an dan 1890-an
dan melancarkan aksi terhadap rezim yang konservatif. Serangan-serangan ini
adalah sebagai akibat dari pesatnya perkembangan pendidikan dan perekonomian
meningkatkan posisi kalangan akademisi. Pers menyebarluaskan ide-ide Eropa
tentang ilmu pengetahuan dan politik serta mempopulerkan sikap-sikap Barat.
Meskipun masih ada control pemerintah yang berusaha menekan dan melakukan
penyensoran. Ide-ide tersebut menyebar dari ibu kota ke sejumlah wilayah
propinsi lantaran peran para pelajar.
8

Para jurnalis, penulis, penerbit dan agiator yang mengasingkan diri di Paris
pada tahun 1889 membentuk sebuah kelompok yang dinamakan Turki Muda,
yang dalam kosepsi gerakannya mempertahankan persekutuan mereka terhadap
dinasti Usmani, namun mereka mengagitasi restorasi sebuah rezim parlementer
dan konstitusional9. Gerakan ini secara internal terbagi menjadi dua yaitu yang
pertama kelompok yang dipimpin oleh Ahmad Riza, kelompok ini menghendaki
seorang sultan yang kuat, pemusatan kekuasaan, dan pengutamaan unsure-unsur
muslim-turki dari warga usmani; dan sebuah kelompok lainnya yang dipimpin
oleh Sultan Sabbahedin, yang menekankan bentuk-bentuk desentralisasi
pemerintahan Usmani, dan menghendaki sebuah masyarakat federasi dengan
pemberian otonom bagi warga Kristen dan warga minoritas lainnya.
Gerakan ini, sekitar tahun 1905 didirikan Fatherland Society atau
Masyarakat tanah air oleh Mustafa Kemal, yang pada saat itu menjabat perwira
militer dan kelak akan menjadi presiden pertama Turki. Kemudian sebuah kongres
Turki Muda membentuk Committee for Union and Progress (CUP) pada tahun
1907. Tahun 1908 cabang CUP di Monastir memberontak dan menuntut sultan
untuk kembali menggunakan UUD 1876.
Konsepsi dari Turki muda adalah pan Turkisme, yang mulanya dicetuskan
oleh Yusuf Akcura. Menurutnya10 bahwa penciptaan satu bangsa Turki dari
berbagai unsur yang ada di kerajaan adalah ilusi, bahwa Negara-negara colonial
akan menghadang upaya apa pun untuk menciptakan persatuan politis yang
dilakukan oleh umat muslim sedunia, tapi Pan-turkisme akan mendukung semua
bangsa Turki di Asia dan hanya akan menentang Rusia. Pemikiran Akcura ini
mendapatkan dukungan dari kalangan kaum intelektual Turki muda namun ia
tidak memperoleh pengakuan Negara sampai meletusnya perang Balkan tahun
1913.
Antara tahun 1913-1918 CUP menempuh program yang agresif dalam
mensekulerkan sekolah-sekolah, lembaga peradilan dan kitab perundang-
9 Ira M. Lapidus, ibid., hlm. 79-80.
10 Erik J. Zurcher, Sejarah Modern Turki, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 163-164.
9

undangan dan menempuh langkah awal dalam memeperjuangkan emansipasi
wanita. Pada tahun 1916 pemerintahan CUP mereduksi peran sayikul Islam, dan
mengalihkan seluruh yurisdiksi peradilan muslim kepada kementrian kehakiman,
dan menyerahkan penanganan perguruan muslim kepada kementrian pendidikan.
Sekitar tahun 1917 diberlakukan UU Keluarga yang berorientasi kepada
kultur Eropa. Oposisi sebelumnya yang dikuasasi oleh gerakan Usmani muda
dengan cepat menjadi kekuasaan Turki muda yang berhaluan lebih sekuler.
Program CUP memihak kepentingan usmani dan sekularis, tetapi ia juga
meningkatkan orientasi Turki. Konsepsi Turki Muda yang mengangkat tema pan
Turkisme berhasil mengukuhkan imperium Usmani dalam term kebangsaan
Turki. Pola pemikiran ini memberikan peluang kepada Kristen untuk
mengusulkan bahwa masyarakat yang memiliki warisan etnik, linguistic dan
keagamaan seharusnya memiliki sebuah Negara territorial sendiri. Puncaknya
sekitar akhir abad kesembilanbelas telah lahir sejumlah kebangsaaan Kristen
diantaranya Yunani, Serbia, Rumania, Bulgaria dan Montenegro. Kesemuanya itu
semula adalah bagian dari imperium Usmani. Lalu Albania melancarkan
pemberontakan dan Armenia mengklaim sebagai wilayah otonom. Ziya Gokalp
(1875-1924) tampil sebagai sosok Turki Muda yang dominan dan pembawa
semangat nasionalisme yang fanatic.
Tanpa menyesali kemunduran imperium Usmani, ia meresmikan kultur
rakyat Turki dan meyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebaga
ekspresi dari etos Turki. Gokalp mengelar kampanye kebangsaan untuk
menyederhanakan bahasa Turki, menjadikannya lebih mudah diterapkan di
kalangan masyarakat umum dan meyadarkan masyarakat umum atas nasionalisme
Turkinya sendiri. Ide pemikiran nasionalisme Turki dalam pandangan Gokalp
bersumber pada budaya atau menggunakan pendekatan sosiologis. Bagi Gokalp,
suatu perubahan politik tidak akan berarti apa-apa, kecuali jika diikuti revolusi
sosiokultural.
Tujuan akhir Turkisme gokalp adalah menumbuhkan suatu kebudayaan
nasional yang bukan pula kebudayaan barat. Tanpa menumbuhkan kebudayaan,
Turki sendiri tidak akan menjadi reformis dan modernis yang sejati. Dengan
10

demikian, nasionalisme dalam pandangan Gokalp bisa disebut Turkisme Kultural,
yang bukan merupakan sebuah partai politik, melainkan gerakan ilmiyah,
filosofis, estetis, dan moral. Dalam pandangannya suatu bangsa merupakan
sebuah kelompok atau kolektivitas social yang terdiri atas para individu yang
menerima pendidikan yang sama, memiliki bahasa, emosi, idea-idea, agama,
moralitas, dan rasa estetika yang sama. Bagi Gokalp, factor religious tidak
menjadi hal mutlak dalam criteria nasionalisme turki, agama menjadi sebuah
moralitas dan solidaritas social.
Oleh karena itu, pikiran-pikiran teokrasi harus dibersihkan dari persoalan
politik. Sehingga pada akhirnya, ia merekomendasikan sayikul Islam dihapuskan.
Dengan demikian secara sederhana dapat dipahami bahwa pemikiran Gokalp
adalah pemisahan antara agama dengan politik.
Gagasan kebangsaan Turki tersebut memperkuat kecenderungan terhadap
sekularisme dan moderitas, sebab gagasan tersebut membuka kesempatan bagi
bangsa Turki untuk melepaskan diri dari Islam tanpa harus bersikap kompromis
terhadap identitas Barat mereka. Konsep Kebangsaan Turki atau Pan Turkisme
memberi peluang gagasan tersebut menetapkan sebuah kewargaan yang baru yang
menumbuhkan identitas kesejarahan masyarakat Turki dan bukan identitas
kesejarahan masyarakat muslim dan dengan demikian ia merupakan identitas
modern dan bukan identitas barat11.
Ide terbentuknya sebuah pan Turkisme terjadi saat berbagai peristiwa
politik antara tahun 1908-1918 yang mengakhiri kelangsungan imperium Turki
yang multinasional, dan multireligius. Pada akhir perang dunia I apa yang tersisa
dalama imperium Turki Usmani adalah Anatolia dengan mayoritas warga Turki
dan sebagian kecil warga keturunan Yunani, Kurdi dan Armenia. Realitas
kehidupan politik Usmani sekarang ini sejalan dengan konsep nasionalis tentang
masyarakat Turki. Pada tahun 1918 imperium Turki Usmani telah hancur, namun
elit birokratik dan militer telah siap mengubah komitmen mereka dari sebuah
rezim multinasional dan multireligius menjadi sebuah Negara nasional Turki dan
sekuler.
11 Ira M. Lapidus, op.cit., Hlm. 83.
11

BAB III
TURKI DI BAWAH KEPEMIMPINAN KEMAL ATTATURK
DAN KEBIJAKAN-KEBIJAKANNYA
A. Kemunculan Kemal Attaturk
Pasca perang dunia I, Kemal Attaturk (nama lengkapnya adalah Mustafa
Kemal Pasya, gelar Attaturk adalah gelarnya yang dibuat sendiri yang artinya
Bapak Bangsa Turki), berusaha mewujudkan prinsip-prinsip generasi Turki muda.
Dibawah kepemimpinannya, elit nasional berhasil memobilisasi masa Turki untuk
berjuang melawan kedudukan asing dan mendukung ide kebangsaan.
Ajid Thohir12 dalam bukunya mengenai Mustafa Kemal, menjelaskan bahwa ia
lahir pada 1881 di suatu daerah di Salonika. Masa kecil Mustafa Kemal tidaklah
istimewa. Ketika beranjak dewasa orang tuanya mengirim Mustafa ke sekolah
militer dan disinilah dia menemukan jati dirinya. Kariernya dengan cepat
menanjak. Di sinilah guru-gurnya memberi nama Kemal dibelakang Mustafa yang
berarti kesempurnaan. Berkat ketajaman otak dan kekuatan pribadinya, ia dengan
cepat mempunyai pengaruh politik yang kuat, sampai kemudian membawanya
menjadi orang nomor satu di Turki.
Sebagai seorang jenius militer ia memimpin bangsanya seperti memimpin
sebuah pasukan, emgeluarkan berbagai perintah untuk menciptakan sebuah
Negara barat yang modern. Impiannya adalah bagaimana Turki bisa menjadi
sebuah Negara yang kuat, modern dan dihormati. Menurut Mustafa kemal satu-
satunya jalan untuk mencapai semua itu adalah dengan dilakukan proses
westernisasi. Menurutnya kemajuan turki hanya akan bisa diraih dengan
penerimaan barat secara total. Prinsip dasar yang menjadi titik tolak Mustafa
Kemal sangat identik dengan pemikiran Turki Muda, ini tidak lepas dari
kedekatannya dengan Gokalp yang dikenal sebaga bapak nasionalisme Turki.
Prinsip-prinsip Mustafa Kemal adalah republikanisme, nasionalisme, populisme,
etatisme, sekularisme dan revolusionarisme. Seperti sudah dijelaskan di atas,
12 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 222.
12

pasca kekalahan turki dalam perang dunia I, Mustafa Kemal berusaha melepaskan
negaranya dari jeratan penjajahan barat melakukannya. Bersama dengan teman-
temannya di Turki Muda ia mulai menentang pemerintahan sultan di Istambul
karena menurutnya banyak kebijakan Negara yang tidak sesuai dengan
kepentingan nasional turki.
Oleh karena itu, Mustafa Kemal membentuk sebuah pemerintahan
tandingan di Anatolia dengan mendeklarasikan pernyataan-pernyataan berikut:
1. Kemerdekaan tanah air dalam bahaya.
2. Sultan tidak dapat menjalankan pemerintahan karena berada di bawah
kekuasaan sekutu.
3. Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari
kekuasaan asing.
4. Gerakan pembela tanah air harus dikoordinasi oleh panitia nasional.
5. Untuk merealisasikan hal-hal tersebut perlu diadakan konggres13
Pemecatan Mustafa Kemal paska pernyataan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya dari jabatan militer, justru membuka jalan kepadanya untuk
melebarkan sayap politiknya. Ia akhirnya terpilih sebagai ketua Perkumpulan
Pembela Hak-hak Rakyat cabang Emirum. Kongres pertama diadakan di Emirum
dengan rekomendasi untuk membela, mempertahankan keutuhan tanah air, dan
perlu diadakan rapat Majelis Nasional (MN) dalam waktu yang secepatnya.
Kongres kedua diadakan di Sivas. Dalam konggres II diputuskan bahwa Turki
harus bebas dari pengaruh asing dan untuk itu dibentuk Komite Perwakilan
Rakyat dan Mustafa Kemal tepilih menjadi ketuanya. Akhirnya golongan nasoinal
menjadi pemenang dalam pemilu, dan Majelis Nasional Agung (MNA) berhasil
dibentuk pada 1920. Dalam sidang MNA di Ankara, Mustafa Kemal terpilih
menjadi ketua14.
Selain itu beberapa keputusan penting dalam kongres tersebut adalah:
13 Jaih Mubarok, loc.cit., hlm. 184.
14 Dedi Supriyadi, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 266
13

1. Kekuasaan Kedaulatan) tertinggi berada di tangan rakyat turki.
2. MNA adalah perwakilan Rakyat Tertinggi.
3. MNA bertugas sebagai bdadan legislative dan eksekutif.
4. MNA bertugas memilih di antara sesame anggota untuk menjadi anggota
Majelis Negara (M) yang bertugas menjalankan pemerintahan.
5. Ketua MNA merangkap sebagai ketua MN15.
B. Kebijakan Mustafa Kemal Attaturk Selama Berkuasa
Semboyan Kemal Attaturk selama memerintah Turki adalah westernsasi,
sekulerisasi dan nasoinalisme. Dalam lapangan agama dan kebudayaan, Mustafa
kemal membuat sejumlah kebijakan yang sama sekali baru. Pada 28 Juni 1928
misalnya ia memperkenalkan bangku gereja serta jam kamar ke dalam masjid,
orang shalat dengan memakai sepatunya, menggunakan bahasa Turki dalam
shalat. Dan untuk membuat agar masjid tersebut indah serta memperoleh inspirasi
spiritual maka masjid perlu melatih para musikus dan alat-alat music. Jelas sekali
bahwa Mustafa Kemal membawa unsur-unsur Kristen dalam aspek keagamaan
Islam yang suci dengan alasan bahwa sebuah Negara modern yang barat harus
memasukan semua aspek tersebut ke dalam masjid. Di samping itu Mustafa
Kemal membuat kebijakan-kebijakan yang intinya adalah berupaya meningkatkan
masyarakat Turki kepada satu tingkat peradaban kontemporer dan untuk
memelihara karakter secular Republic Turki16. Di antara kebijakan itu adalah:
1. Undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan
tanggal 3 maret 1924;
2. Undang-undang tentang kopiyah, tanggal 25 november 1925;
3. Undang-undang tentang pemberhentian petugas jamaah dan
makam, penghapusan lembaga pemakaman, tanggal 30 november
1925;
4. Peraturan sipil tentang perkawinan, tanggal 17 februari1926;
15 Jaih Mubarok, op. cit., hlm. 186
16 Ajid Thohir, op.cit., Hlm. 224
14

5. Undang-undang pemakaian huruf latin untuk abjad turki dan
penghapusan tulisan arab, tanggal 1 november 1928;
6. Undang-undang tentang larangan menggunakan pakaian
tradisional, tanggal 13 desember 1934.
Mustafa Kemal dalam kebijakannya memang dikenal sangat radikal. Mulai
tahun 1920 ketika idenya untuk memisahkan antara agama dengan Negara
(sekularisasi) diterima oleh MNA, yang mengakibatkan kedaulatan sultan menjadi
terabatas sebab semuanya kini ada di tangan rakyat. Pada tahun 1922 Mustafa
Kemal menyatakan bahwa jabatan kekhalifahan masih ada namun sebatas sebagai
jabatan spiritual, sedangkan kewenangan dimuawinya ditiadakan. Sebelum pada
akhirnya jabatan khalifah dihapuskan, sekitar tahun 1923 Mustafa kemal merubah
bentuk Negara dari khilafah menjadi republic dan Islam menjadi agama Negara.
Maka pada tahun 1924, tepatnya tanggal 3 maret 1924, Mustafa Kemal melalui
MNA menyatakan bahwa jabatan Khilafah dihapuskan. Penghapusan ini disusul
selanjutnya dengan mendeklarasikan Turki sebagai Negara sekuler dan
menghapus Islam sebagai agama Negara tahun 1937. Sebelum menjadi Negara
sekuler Mustafa Kemal telah meniadakan institusi-intsitusi keagamaan dalam
pemerintahan yaitu:
1. Penghapusan Biro Syaikul Islam (1924)
2. Penghapusan kementrian syariat;
3. Penghapusan mahkamah syariat.
Pengaruh sekularisai yang dijalankan oleh Mustafa Kemal diakui sebagai
kemenangan gerakan Turki Muda dalam menggulingkankekuasaan khilafah
dengan basis westernisasi yang dijiplaknya habis-habisan maka tidaklah
mengherankan bila kebijakan Mustafa Kemala banyak yang bertentangan dengan
kebijakan islam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
15

BAB IV
KESIMPULAN
Para jurnalis, penulis, penerbit dan agiator yang mengasingkan diri di paris
pada tahun 1889 membentuk sebuah kelompok yang dinamakan Turki Muda,
yang dalam kosepsi gerakannya mempertahankan persekutuan mereka terhadap
dinasti usmani, namun mereka mengagitasi restorasi sebuah rezim parlementer
dan konstitusional. Gerakan ini secara internal terbagi menjadi dua yaitu yang
pertama kelompok yang dipimpin oleh Ahmad Riza, kelompok ini menghendaki
seorang sultan yang kuat, pemusatan kekuasaan, dan pengutamaan unsure-unsur
muslim-turki dari wwarga usmani; dan sebuah kelompok lainnya yang
dipimpinoleh Sultan Sabbahedin, yang menekankan bentuk-bentuk desentralisasi
pemerintahan usmani, dan menghendaki sebuah masyarakat federasi dengan
pemberian otonom bagi warga Kristen dan warga minoritas lainnya.
Konsepsi dari Turki muda adalah pan Turkisme, yang mulanya dicetuskan
oleh Yusuf Akcura. Menurutnya bahwa penciptaan satu bangsa turki dari berbagai
usnsur yang ada di kerajaan adalah ilusi, bahwa Negara-negara colonial akan
menghadang upaya apa pun untuk menciptakan persatuan politis yang dilakukan
oleh umat muslim sedunia, tapi Pan-turkisme akan mendukung semua bangsa
turki di asia dan hanya akan menentang rusia.
Ide pemikiran nasionalisme Turki dalam pandangan Gokalp bersumber
pada budaya atau menggunakanpendekatan sosiologis. Bagi Gokalp, suatu
perubahan politik tidak akan berarti apa-apa, kecuali jika diikuti revolusi
sosiokultural. Tujuan akhir Turkisme gokalp adalah menumbuhkan suatu
kebudayaan nasional yang bukan pula kebudayaan barat. Tanpa menumbuhkan
kebudayaan, Turki sendiri tidak akan menjadi reformis dan modernis yang sejati.
Dengan demikian, nasionalisme dalam pandangan Gokalp bisa disebut Turkisme
Kultural, yang bukan merupakan sebuah partai politik, melainkan gerakan
ilmiyah, filosofis, estetis, dan moral.
Semboyan Kemal Attaturk selama memerintah Turki adalah westernsasi,
sekulerisasi dan nasoinalisme. Pengaruh sekularisai yang dijalankan oleh Mustafa
16

Kemal diakui sebagai kemenangan gerakan Turki Muda dalam
menggulingkankekuasaan khilafah dengan basis westernisasi yang dijiplaknya
habis-habisan maka tidaklah mengherankan bila kebijakan Mustafa Kemala
banyak yang bertentangan dengan kebijakan islam seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
17

DAFTAR PUSTAKA
Lapidus, Ira M.. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Mubarok, Jaih. 2005. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Jakarta:
UI Press.
______________. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta:
UI Press.
Supriyadi, Dedi, M. Ag. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Zurcher, J Erik. 2003. Sejarah Modern Turki. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
18