TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN...

22
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 657 TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN MASA DAN PASCAPANDEMI COVID-19 Sumedi 1 , Rangga D. Yofa 1 , Sheila Savitri 1 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111 Korespondensi penulis:[email protected] PENDAHULUAN Dampak pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang semakin meluas dan tidak tahu sampai kapan berakhirnya telah mendorong perubahan mendasar terhadap tata kehidupan manusia. Pembatasan pergerakan manusia dan barang berdampak luas terhadap semua sektor ekonomi. Sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 lebih luas, pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Kebijakan tersebut telah membawa perubahan secara signifikan dalam kehidupan masyarakat yang mendorong transformasi berbagai aktivitas bekerja dan tatanan sosial. Hal ini berdampak pula pada perubahan perilaku konsumsi dan sistem rantai nilai produk, yang secara umum mendorong pemanfaatan teknologi interaksi jarak jauh. Di sisi lain, kondisi ini memberikan kesempatan munculnya inovasi pada bidang distribusi, perdagangan, dan sistem pembayaran berbasis daring/online. Perkembangan lebih lanjut dari proses perubahan ini perlu diikuti dengan dukungan infrastruktur dan kebijakan yang tepat untuk menjamin kelancaran dan keamanan produk dan transaksi. Dampak pandemi terhadap sektor pertanian Indonesia relatif kecil, karena sektor pertanian masih dapat berproduksi, meskipun pada 1 Kontributor utama

Transcript of TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN...

Page 1: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 657

TRANSFORMASI MANAJEMEN

PEMBANGUNAN PERTANIAN MASA DAN

PASCAPANDEMI COVID-19

Sumedi1, Rangga D. Yofa1, Sheila Savitri1

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111

Korespondensi penulis:[email protected]

PENDAHULUAN

Dampak pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang semakin

meluas dan tidak tahu sampai kapan berakhirnya telah mendorong

perubahan mendasar terhadap tata kehidupan manusia. Pembatasan

pergerakan manusia dan barang berdampak luas terhadap semua

sektor ekonomi. Sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 lebih

luas, pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB), sebagaimana tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala

Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019

(Covid-19). Kebijakan tersebut telah membawa perubahan secara

signifikan dalam kehidupan masyarakat yang mendorong transformasi

berbagai aktivitas bekerja dan tatanan sosial. Hal ini berdampak pula

pada perubahan perilaku konsumsi dan sistem rantai nilai produk,

yang secara umum mendorong pemanfaatan teknologi interaksi jarak

jauh. Di sisi lain, kondisi ini memberikan kesempatan munculnya

inovasi pada bidang distribusi, perdagangan, dan sistem pembayaran

berbasis daring/online. Perkembangan lebih lanjut dari proses

perubahan ini perlu diikuti dengan dukungan infrastruktur dan

kebijakan yang tepat untuk menjamin kelancaran dan keamanan

produk dan transaksi.

Dampak pandemi terhadap sektor pertanian Indonesia relatif kecil,

karena sektor pertanian masih dapat berproduksi, meskipun pada

1 Kontributor utama

Page 2: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

658 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

komoditas tertentu yang mudah rusak (seperti sayuran dan ternak

unggas) dampaknya cukup besar, terutama terhadap harga dan

pemasaran. Data yang dirilis Badan Pusat Statistik menunjukkan

bahwa pertumbuhan sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan pada

triwulan kedua 2020 masih tumbuh positif 2,19% (year on year) pada

saat sektor lainnya mengalami kontraksi dan pertumbuhan ekonomi

nasional -5,32% (BPS 2020). Dinamika harga pangan juga relatif stabil.

Pada bulan September bahkan terjadi deflasi -0,05% yang didorong

oleh deflasi yang terjadi pada komoditas pangan sebesar -0,37% (BPS

2020). Hal ini mengindikasikan ketersediaan pangan yang cukup,

meskipun ada faktor penurunan permintaan akibat turunnya

pendapatan dan daya beli masyarakat. Ini sejalan dengan fonomena

global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi dan harga relatif

stabil dibandingkan dengan kondisi Januari 2020. Risiko utama

terhadap ketahanan pangan adalah bahwa Covid-19 berdampak

terhadap rantai distribusi di dalam negeri, penurunan pendapatan, dan

produksi di banyak negara (World Bank 2020a). Pada awal terjadi

pandemi sempat terjadi pengurangan atau bahkan penghentian

perdagangan dunia untuk beberapa komoditas akibat kebijakan

lockdown di beberapa negara dan kebijakan pembatasan ekspor untuk

menjamin pasokan dalam negeri serta fenomena panic buying.

Meskipun sampai saat ini sektor pertanian merupakan sektor yang

paling tangguh menghadapi pandemi, namun bukan berarti tidak

terdampak. Pada masa depan, perlu strategi dan kebijakan yang tepat

untuk menjamin proses produksi dan distibusi produk pertanian

dapat berjalan. Perubahan pola konsumsi, perilaku belanja,

pembayaran dan distribusi produk memberikan kesempatan

berkembangnya bentuk transaksi dan perdagangan baru, yang juga

berdampak pada semua subsistem agribisnis. Pemerintah juga

dituntut inovatif dalam mengambil kebijakan fasilitasi dan regulasi

untuk menumbuhkembangkan sekaligus memberi perlindungan

kepada pelaku agribisnis dalam model perdagangan dan transaksi ke

arah daring berbasis teknologi informasi. Bentuk dan pengelolaan

program pembangunan pertanian juga dituntut untuk mampu

mengikuti dinamika perubahan perilaku dan kebutuhan masyarakat.

Page 3: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 659

Banyak analisis telah dilakukan pada pengaruh pandemi dan

respons kebijakan pembatasan sosial terhadap sektor pertanian, mulai

dari produksi, pengolahan, transportasi dan distribusi maupun logistik

pangan, sampai pada konsumsi (Petetin 2020; Cardwell dan Ghazalian

2020; Gray 2020). Dalam setiap rekomendasi dari kajian maupun

analisis tersebut disarankan pentingnya peran pemerintah dalam

menjamin ketersediaan pangan, kelancaran distribusi, stabilitasi harga,

serta menjaga daya beli petani (Petetin 2020; Cardwell 2020). Bank

Dunia maupun FAO mengeluarkan peringatan pentingnya menjamin

sektor pertanian tetap berjalan dengan aman untuk menjamin

kecukupan pangan (FAO 2020). Pemanfaatan teknologi termasuk

artificial intelligence untuk mendorong transformasi sistem pangan dan

pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat,

serta menjaga kelestarian sumber daya pertanian di tengah tantangan

perubahan iklim dan tekanan termasuk pandemi Covid-19. Pemerintah

Indonesia juga terus berupaya mewujudkan tujuan pembangunan

pertanian, yaitu meningkatkan ketahanan pangan, nilai tambah dan

daya saing komoditas pertanian, dan meningkatkan kualitas sumber

daya manusia dan sarana pertanian.

Esensi tujuan pembangunan pertanian sebenarnya tetap sama,

meskipun rumusan narasinya berbeda antarperiode pemerintahan.

Bila dicermati, pengelolaan pembangunan pertanian juga tidak

banyak berubah sejak Orde Baru. Kebijakan pembangunan pertanian

masih lebih dominan ditentukan oleh pemerintah pusat, meskipun

sejak 2001, telah dilaksanakan otonomi daerah sehingga pemerintah

daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam penentuan

prioritas pembangunannya. Belajar dari berbagai program

pembangunan pertanian yang dilaksanakan, faktor keterlibatan dan

“kepemilikan” pemerintah daerah sangat menentukan keberhasilan

dan keberlanjutan program (Winoto dan Siregar 2008). Pandemi

Covid-19 dan dampaknya diharapkan menjadi pendorong respons

perubahan manajemen pembangunan pertanian yang lebih cepat dan

adaptif dalam menghindari dampak negatif atau bahkan mampu

memanfaatkan peluang pengembangan yang tercipta.

Page 4: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

660 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

Tulisan ini mencoba menawarkan pemikiran manajemen

pembangunan pertanian dengan mengoptimalkan dan memfungsikan

peran pemerintah pusat dan daerah agar lebih proporsional, sesuai

dengan semangat otonomi dan desentralisasi pembangunan pertanian

untuk mewujudkan pengelolaan pembangunan yang lebih efektif dan

mampu mengoptimalkan potensi masing-masing daerah. Secara rinci

tulisan ini membahas dampak Covid-19 terhadap sistem usaha

agribisnis, tantangan pembangunan pertanian pada masa Covid-19,

dan transformasi manajemen pembangunan pertanian saat ini dan ke

depan dalam perspektif kebijakan pengembangan agribisnis selama

dan pascapandemi Covid-19.

METODE

Tulisan ini merupakan hasil dari berbagai telaahan literatur dari

berbagai studi sebelumnya, serta dilengkapi dengan data dan

informasi berupa tinjauan konsepsi maupun hasil empiris. Data dan

informasi tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dan

disintesis. Kerangka analisis dalam pembahasan ini memfokuskan

pada peran pemerintah dalam pembangunan pertanian. Kerangka

logis yang dibangun adalah bahwa secara konstitusi sudah sejak lama

mengamanatkan desentralisasi pembangunan pertanian sebagai

konsekuensi otonomi daerah, meskipun pada implementasinya

masih dominan pemerintah pusat (Kementerian Pertanian) dalam

penetapan program dan pembiayaan pembangunan. Pendekatan

tersebut tidak banyak berbeda dengan manajemen sentralisasi.

Selama lebih 20 tahun pelaksanaan otonomi daerah, koordinasi pusat

dan daerah dalam pembangunan pertanian, termasuk pembagian

kewenangan dan tanggung jawab, belum berjalan optimal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Pembangunan Pertanian dan Pandemi Covid-19

Respons kebijakan pengendalian penyebaran Covid-19 dengan

pembatasan sosial dan aktivitas ekonomi membawa konsekuensi yang

Page 5: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 661

luas terhadap semua sektor. Menurunnya aktivitas ekonomi, termasuk

distribusi barang, menyebabkan penurunan pendapatan dan

kesempatan kerja pada sektor-sektor ekonomi yang terdampak. Hal ini

menyebabkan penurunan daya beli dan peningkatan pengangguran

(Wibowo 2020; Rudiyanto 2020). Untuk itu, pemerintah melaksanakan

berbagai program untuk mengatasi dampak ekonomi dari pembatasan

akitivitas sosial dan ekonomi tersebut, baik yang bersifat transfer

pendapatan maupun insentif produktif terkait keringanan pajak,

bantuan modal kerja, dan sebagainya. Selain program nasional,

kementerian teknis juga melakukan penyesuaian program yang

bertujuan mendorong kinerja sektor yang menjadi tanggung jawabnya.

Kementerian Pertanian melakuan refocusing anggaran

kementerian yang lebih diarahkan untuk mendorong dan membantu

kegiatan usaha pertanian. Alokasi anggaran Kementerian Pertanian

sebagian dialihkan untuk menambah program yang bersinggungan

langsung dengan masyarakat, seperti bantuan alat dan mesin

pertanian, bantuan benih atau bibit, pengembangan rumah pangan

lestari, dan sarana pertanian seperti irigasi. Program ini sebagian

besar merupakan program regular namun volume dan cakupannya

diperluas. Program spesifik yang dirancang untuk penanganan

dampak Covid-19 adalah program padat karya pertanian dan

program fasilitasi distribusi dan pemasaran produk pertanian.

Di sisi lain, anggaran dalam APBD (termasuk APBD untuk

pertanian) mengalami refocusing agar anggaran lebih banyak

dialokasikan pada aspek kesehatan dan ketersediaan pangan

masyarakat, sehingga alokasi untuk pembangunan pertanian

berkurang signifikan sesuai dengan Permenkeu No. 35/2020. Terkait

dengan program pembangunan pertanian, pelaksana di lapangan

pada akhirnya adalah pemerintah kabupaten/kota yang merupakan

pemerintahan terdekat yang memiliki kewenangan otonomi. Namun,

penentu program dan anggarannya sebagian besar dipegang oleh

pemerintah pusat (Kementan).

Sesuai dengan ketentuan pembagian kewenangan pusat dan daerah

dalam rangka otonomi daerah, urusan pertanian merupakan urusan

konkuren, urusan pilihan, tugas dan tanggung jawab antara

Page 6: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

662 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

pemerintah pusat dan daerah diatur sesuai dengan UU No. 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pembagian tugas dan kewenangan

ini tentunya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan

program. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

pengembangkan pertanian sesuai dengan potensi wilayahnya agar

tercapai peningkatan kesejahteraan petani. Kehendak konstitusi ini

belum terlihat nyata implementasinya dalam pembangunan pertanian.

Hal ini nampak dari masih dominannya pemerintah pusat dalam

mengendalikan program pembangunan pertaniannya, mulai dari

penetapan program, anggaran, maupun implementasinya.

Proporsionalitas kewenangan pemerintah pusat dan daerah tidak

terlihat. Pada kasus respons kebijakan pembangunan pertanian

terhadap pandemi Covid-19, misalnya, pemerintah daerah sangat

sedikit mengambil peran/inisiatif dalam program pembangunan

pertanian. Padahal, semua orang sepakat bahwa keberlangsungan

sektor pertanian sangat penting untuk menjaga ketersediaan pangan

di tengah kondisi negara-negara eksportir pangan menerapkan

pembatasan ekspor dan mengedepankan kepentingan dalam

negerinya. Di sisi lain, dampak pandemi terhadap sektor pertanian

sangat beragam antardaerah sehingga respons kebijakan yang tepat

mestinya tidak sama, tergantung dampak yang dihadapinya.

Penulis berpendapat bahwa sudah waktunya pemerintah pusat

(Kementan) memberikan kepercayaan dan kewenangan yang lebih

besar kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan

melaksanakan program pembangunan pertanian wilayahnya sesuai

dengan potensi unggulan masing-masing. Pemerintah pusat perlu

memberikan arah dan kebijakan yang berisifat umum, sementara

terkait program spesifik, alsintan, bantuan benih, pupuk, lebih besar

diberikan ke daerah. Momentum pandemi ini dapat mendorong

perubahan paradigma pengelolaan pembangunan pertanian dari

yang masih cenderung sentralistik (meskipun dalam bingkai

desentralisasi) menjadi desentralistik yang sebenarnya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan. Secara garis besar, kerangka

konsepsi ini disajikan pada Gambar 1.

Page 7: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 663

Gambar 1. Kerangka pemikiran manajemen pembangunan pertanian

Dampak Covid-19 terhadap Sistem Usaha Agribisnis

Daya sebar virus Covid-19 yang masif dan cepat membutuhkan

respons penanggulangan yang tepat. Salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah di banyak negara adalah dengan melakukan pembatasan

sosial berskala besar. Melalui upaya tersebut, diharapkan penyebaran

virus Covid-19 dapat dikendalikan, namun di sisi lain upaya ini juga

menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian global. Beberapa

lembaga internasional memproyeksikan bahwa ekonomi global akan

mengalami kontraksi sebesar minus 4,9% (IMF 2020), -5,2% (World

Bank 2020b), dan bahkan -6% (OECD 2020a). Dampak lain dari respons

penanggulangan Covid-19 adalah terjadinya perubahan (sebagai

bentuk adaptasi) pada berbagai sektor kehidupan.

Dampak terhadap Pasar Input Utama Pertanian

Di sektor pertanian, pembatasan sosial berskala besar berdampak

luas terhadap sistem usaha agribisnis. Pada subsistem agribisnis hulu,

produksi pertanian menghadapi kendala dalam penyediaan beberapa

input. Input produksi yang mengalami gangguan paling besar adalah

ketersediaan tenaga kerja. Hasil kajian ILO (2020) menjelaskan bahwa

sektor pertanian Eropa mengalami kekurangan tenaga kerja cukup

Page 8: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

664 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

dramatis akibat ditutupnya perbatasan yang menyebabkan ratusan

ribu pekerja musiman tidak dapat pergi ke lahan pertanian. Analog

dengan kondisi tersebut, hasil kajian OECD (2020b) menjelaskan

bahwa pembatasan pergerakan manusia mengurangi ketersediaan

tenaga kerja musiman untuk aktivitas tanam dan panen terutama

pada subsektor hortikultura di banyak negara.

Kondisi berbeda terjadi di Indonesia. Yusuf et al. (2020) meyakini

bahwa sektor pertanian menjadi social safety net alamiah dengan

menyerap tenaga kerja lebih banyak pada saat pandemi. Secara garis

besar, beberapa hal yang perlu mendapatkan kewaspadaan adalah (1)

faktor kesehatan pelaku usaha pertanian (petani, pedagang, dan pelaku

usaha pertanian) dan tenaga kerjanya; (2) ketersediaan sarana produksi

(produksi dan distribusinya); (3) proses produksi/usaha tani; (4)

distribusi produk pertanian; (5) konsumsi pangan (harga dan daya

beli). Di beberapa sentra produksi muncul beberapa petani baru yang

semula bekerja di kota. Petani-petani baru ini umumnya mengalami

kesulitan melanjutkan aktivitas ekonominya di kota dan memutuskan

kembali ke desa untuk berusaha tani sesaat menjelang diputuskan

kebijakan pembatasan sosial berskala besar. Kasus seperti ini diduga

juga terjadi di daerah-daerah lainnya, namun seberapa besar angkanya

belum diketahui dengan pasti mengingat pada saat tulisan ini diterbit-

kan BPS belum merilis statistik tenaga kerja periode Agustus 2020.

Input produksi lain yang diprediksi juga mengalami gangguan

akibat pembatasan perjalanan adalah ketersediaan benih dan obat

tanaman (pestisida/herbisida). Hasil kajian OECD (2020c)

menyatakan bahwa sebagian besar benih yang dibutuhkan untuk

bulan Maret, April, dan Mei telah tiba di negara tujuan sebelum

pembatasan perjalanan diberlakukan. Namun, diduga benih untuk

musim tanam berikutnya tidak dapat tiba tepat waktu. Sementara itu,

gangguan terhadap ketersediaan obat tanaman terjadi di awal

pandemi karena Tiongkok merupakan pemasok utama. Beberapa

negara terdampak, seperti India (The Hindu 2020) dan Brazil (Reuters

2020). Ketika Tiongkok menghapus kebijakan pembatasan perjalanan,

kekhawatiran terhadap ketersediaan obat tanaman sudah berkurang.

Page 9: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 665

Input produksi yang relatif tidak mengalami gangguan adalah

ketersediaan pupuk. Lebih dari itu, harga untuk jenis pupuk utama

relatif rendah. Hal ini akibat turunnya harga minyak dunia yang

merupakan salah satu bahan baku utama produksi pupuk (OECD

2020d). Analog dengan kondisi global, distribusi pupuk di Indonesia

juga relatif tidak terganggu. Kementan (2020) mencatat bahwa

realisasi pupuk pada masa pandemi (Maret‒Agustus 2020) bahkan

relatif meningkat dibandingkan pada periode yang sama di tahun

sebelumnya (Gambar 2).

Dampak terhadap Usaha Tani dan Pengembangan Produk

Subsistem agribisnis on farm (usaha tani) juga mengalami dampak

negatif pandemi Covid-19. Guncangan aktivitas usaha tani umumnya

terjadi di awal masa pandemi. Sebagai ilustrasi, Distan TPH Kalbar

(2020) pada April 2020 melakukan pemetaan dampak Covid-19 di

sektor pertanian dan menyatakan bahwa himbauan untuk tetap di

rumah berdampak pada aktivitas usaha tani. Meskipun tetap masih

ada petani yang ke lahan, aktivitasnya tidak maksimal.

Dampak negatif Covid-19 terjadi lebih besar di subsistem hilir.

Pada industri pengolahan, umumnya terjadi penurunan tingkat

tenaga kerja. Alimentaire (2020) mencatat bahwa kehadiran karyawan

industri pengolahan daging di Perancis berkurang 30% karena

mereka harus menjalani masa karantina akibat terinfeksi Covid-19.

Klaster Covid-19 pada industri pengolahan daging terjadi di banyak

negara (Wired 2020). Pada akhirnya terjadi penurunan kapasitas

produksi daging. Sebagai contoh, kapasitas produksi pada rumah

potong sapi dan babi di Amerika berkurang 40% pada April 2020

dibandingkan April 2019 (OECD 2020d).

Dampak terhadap Sistem Distribusi

Dampak negatif Covid-19 paling besar terjadi pada subsistem

distribusi dan pemasaran. Pembatasan sosial berskala besar menjadi

hambatan besar dalam proses distribusi (Kerr 2020; Gray 2020). Di sisi

lain, terjadi penurunan permintaan akibat menurunnya kinerja sektor

Page 10: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

666 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

S

um

ber

: Kem

enta

n (

2020

), d

iola

h

Gam

bar

2.

Per

ban

din

gan

rea

lisa

si p

eny

alu

ran

pu

pu

k d

i In

do

nes

ia p

erio

de

Mar

et‒A

gu

stu

s 20

19 d

an

Mar

et‒A

gu

stu

s 20

20

Page 11: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 667

pariwisata seperti horeka dan tempat wisata. Resultan dari kedua

permasalahan ini berdampak pada penurunan harga komoditas

pertanian di tingkat produsen, yang pada akhirnya menurunkan

pendapatan dan kesejahteraan petani terutama petani yang hasil

panennya tidak bisa disimpan lama (perishable). Situasi ini juga

mengancam ketahanan pangan. OECD (2020d) menyatakan bahwa

risiko terbesar pada ketahanan pangan di era pandemi adalah bukan

pada aspek ketersediaan pangan, tetapi pada akses terhadap pangan.

Selain memastikan gangguan transportasi pada rantai pasok pangan

harus diminimalkan, penting juga untuk memastikan pangan dapat

menjangkau konsumen rumah tangga (Patunru et al. 2020).

Sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi pandemi, terjadi

perubahan pada pola permintaan dan sistem distribusi hasil pertanian.

Perubahan pola permintaan pangan disebabkan oleh (1) menurunnya

daya beli masyarakat akibat melemahnya ekonomi dan meningkatnya

pengangguran; (2) pada kelas pendapatan menengah ke atas terjadi

pergeseran pola konsumsi mengarah ke makanan sehat, sedangkan

pada kelas pendapatan menengah ke bawah mengarah ke konsumsi

karbohidrat, sehingga akan memengaruhi tingkat diversifikasi pangan;

dan (3) terjadi perubahan perilaku belanja dari tunai dan datang ke

penjual menjadi nontunai dan daring.

Perubahan pola permintaan pangan mendorong inovasi sistem

rantai nilai produk pertanian, terutama sistem distribusi dan

pemasaran ritel melalui daring. Permani et al. (2020) mencatat

peningkatan jumlah transaksi produk pertanian melalui sistem e-

commerce. Semakin meningkatnya penggunaan teknologi informasi

dan semakin dominannya penduduk milenial pada struktur

kependudukan menjadi peluang positif bagi pengembangan e-

commerce pangan di Indonesia. Di sisi lain, pertumbuhan bisnis ini

menjadi sinyal disruptif bagi sistem pemasaran dan distribusi pangan

konvensional. Pada titik ini, manajemen pembangunan pertanian di

era new normal perlu melakukan penyesuaian.

Page 12: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

668 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

Tantangan Pembangunan Pertanian Masa Covid-19

Sampai saat ini, pemerintah belum menemukan metode mengatasi

penyebaran Covid-19 yang efektif. Dalam kondisi demikian, potensi

dampak terhadap kesehatan dan rantai pasok pangan tetap ada

sehingga ancaman kondisi kelangkaan pangan tetap ada (Petetin

2020). Kondisi ini menambah tantangan pembangunan pertanian

yang saat ini dihadapi. Tantangan ini terutama terkait dengan makin

terbatasnya jumlah dan kualitas sumber daya pertanian, khususnya

lahan dan air, tuntutan permintaan yang terus meningkat akibat

peningkatan jumlah penduduk, dan perubahan iklim yang

meningkatkan risiko usaha pertanian. Program dan manajemen

pembangunan pertanian ke depan dirancang harus mampu

mengatasi berbagai persoalan tersebut dan mengantisipasi kondisi

krisis yang mungkin akan terjadi setelah kasus pandemi Covid-19 ini.

Inovasi dan Adaptasi Sistem Agribisnis

Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari pandemi ini adalah

kesiapan dan kemampuan beradaptasi, menyesuaikan dengan

kondisi, dan menciptakan peluang dari masalah yang dihadapi.

Pembatasan ekspor atau penutupan perdagangan yang sempat

dilakukan beberapa negara dalam upaya pengendalian penyebaran

Covid-19 dan menjamin kebutuhan dalam negeri, menjadi sangat

penting untuk mengembangkan kapasitas produksi dalam negeri

untuk memenuhi kebutuhan dan menjamin ketersediaan pangan.

Menurut Petetin (2020), kurangnya kemampuan beradaptasi dan

berubah berkaitan dengan rantai distribusi pangan merupakan salah

satu permasalahan petani. Di sisi lain, petani merupakan penyedia

utama produk pertanian.

Untuk menjamin sektor pertanian dapat terus berproduksi,

setidaknya ada banyak hal yang harus dipenuhi, yaitu (1) petani dan

sumber daya manusia pertanian tetap sehat untuk dapat beraktivitas,

(2) sarana produksi tetap terjamin, yang berarti bahwa produsen

pupuk, benih, dan input produksi lainnya tetap berproduksi dan

terdistribusi dengan baik, (3) distribusi dan pemasaran produk

Page 13: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 669

pertanian masih dapat berlangsung dengan baik, dan (4) daya beli

masyarakat tetap terjaga sehingga permintaan terhadap hasil pertanian

tetap terjamin. Mengingat pandemi Covid-19 belum dapat

diperkirakan kapan berakhirnya dan juga mengantisipasi situasi sulit

akibat perubahan iklim (banjir, kekeringan, dan serangan OPT), serta

situasi lainnya pada masa yang akan datang, diperlukan perubahan

dan adaptasi pada semua sistem agribisnis tersebut. Semua pelaku

agribisnis dituntut berinovasi untuk mengatasi kondisi yang dihadapi.

Perubahan disruptif yang telah dirasakan saat ini terutama terjadi

pada pola transaksi dan distribusi produk pertanian. Konsumen yang

lebih banyak di rumah merupakan kesempatan bagi berkembangnya

penjualan dengan layanan antar dan transaksi elektronik. Dengan

dukungan teknologi informasi, maka pola pemasaran daring dan

distribusi langsung ke konsumen mulai tumbuh dan berkembang.

Fenomena ini terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi di banyak

negara dan juga terjadi pada tataran lokal dan global. Gray (2020)

mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mengganggu sistem distribusi

dan rantai pasok produk pertanian di Kanada, bukan hanya di dalam

negeri tetapi juga perdagangan global. Dalam perspektif kebijakan,

diperlukan upaya untuk melakukan monitoring terhadap

keberlangsungan rantai pasok, sekaligus secara proaktif

mengembangkan strategi untuk menjamin distribusi tetap terjamin

dengan tetap menjaga kualitas dan keamanan produk.

Menjadi pertanyaan untuk masa depan, apakah inovasi dalam

transaksi, pemasaran, dan distribusi produk pertanian ini akan terus

berkembang pada depan? Dengan kemajuan teknologi komunikasi dan

sistem transaksi keuangan yang terus berkembang, dapat diperkirakan

perubahan ke arah transaksi daring akan terus berkembang bukan

hanya pada penjualan produk pertanian, tetapi juga pada semua sistem

agrbisnis. Pengembangan pemesanan jasa traktor atau combine harvester

atau jasa angkutan produk pertanian bukan tidak mungkin akan dapat

dilakukan secara daring. Sektor pertanian harus mampu

mengantisipasi berbagai perubahan tak terduga pada saat pandemi

dan pasca pandemi ini dengan transformasi dari pertanian tradisional

ke pertanian modern menuju pertanian 4.0.

Page 14: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

670 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

Inovasi dan Adaptasi Program serta Manajemen Pembangunan

Pertanian

Program pemerintah juga dituntut mampu beradaptasi dan

berinovasi untuk merespons kondisi pandemi. Beberapa program

Kementerian Pertanian hasil refocusing yang telah dirancang untuk

merespons pandemi antara lain (1) pengembangan jaring pengaman

sosial (social safety net) kepada RT buruh tani dan petani penggarap

skala kecil; (2) pengembangan program penciptaan lapangan kerja

sektor pertanian, yang dilaksanakan melalui kegiatan padat karya

tunai pertanian; (3) stimulus produksi pertanian dengan bantuan usaha

antara lain alat dan mesin pertanian, bantuan sarana produksi, dan

pengembangan sarana irigasi untuk meningkatkan indeks pertanaman

dan antisipasi musim kemarau; dan (4) program bantuan distribusi dan

pemasaran dengan pemberian bantuan biaya transportasi dan

pengembangan toko tani atau pasar tani untuk pemasaran hasil

pertanian. Program-program tersebut didanai oleh anggaran

Kementerian Pertanian, sebagian besar adalah program regular yang

ditambah cakupan dan pendanaannya. Sementara itu, tidak banyak

informasi program pertanian yang dilakukan oleh pemerintah daerah

untuk merespons kondisi pandemi ini.

Pengelolaan program pembangunan pertanian juga dituntut untuk

adaptif dan inovatif untuk meningkatkan efektivitasnya. Dampak

pandemi yang tidak merata dan beragam antardaerah memerlukan

respons yang tepat, spesifik, dan cepat. Dengan demikian, pengelolaan

program dan anggaran semestinya berubah dari sentralistik menjadi

terdesentralisasi, dengan memberikan kewenangan dan sumber daya

kepada pemerintah daerah yang lebih besar. Meskipun otonomi daerah

dan desentralisasi telah dilaksanakan selama 20 tahun, pengelolaan

pembangunan pertanian belum banyak berubah, masih lebih dominan

ditentukan dan dikendalikan oleh pemerintah pusat. Program prioritas

nasional terutama terkait dengan komoditas strategis dilaksanakan

oleh pemerintah pusat, sementara pemerintah daerah lebih banyak

melaksanakan arahan dan tidak mendapat ruang yang cukup untuk

mengembangkan potensi spesifik daerahnya.

Page 15: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 671

Pada masa Orde Baru, tonggak keberhasilan pembangunan

pertanian salah satunya adalah tercapainya swasembada beras tahun

1984. Berbagai program peningkatan produksi padi dilakukan secara

masif dan terkoordinasi dari pusat sampai ke daerah. Komando

pemerintah sangat kuat dan diimplementasikan di lapangan dengan

pengawasan yang ketat oleh berbagai tingkatan pemerintahan. Dengan

berlakunya otonomi daerah tahun 2001, pemerintah daerah diberikan

kewenangan lebih luas untuk menentukan arah pembangunan

pertaniannya. Namun, tampaknya Kementerian Pertanian belum

mampu menemukan pola koordinasi dan komunikasi yang ideal

dengan pemerintah daerah dalam penyusunan dan implementasi

program pembangunan pertaniannya. Di satu sisi, penetapan target

dan prioritas program nampaknya masih cenderung ditentukan

pemerintah pusat. Pemerintah daerah tidak memiliki ruang dan

sumber daya yang memadai untuk merancang dan

mengimplementasikan program spesifik lokasi sesuai potensi dan

keunggulan wilayah. Di sisi lain, program pusat seringkali mengalami

kegagalan atau tidak berlanjut karena kurangnya rasa memiliki dan

partisipasi pemerintah daerah. Sementara, pada akhirnya pemerintah

daerahlah sebagai pelaksana utama di lapangan.

Sesuai dengan amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah, kewenangan daerah menjadi lebih besar dalam

pengembangan eknomi wilayahnya. Ini sesuai dengan tujuan

desentralisasi pembangunan yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas program dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan

kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan

dekonsentrasi dan tugas pembantuan, sehingga dapat mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat (Siagian 2016).

Dalam konteks pembangunan pertanian, pelaksana program di

lapangan adalah pemerintah daerah. Peningkatan keterlibatan dan

tanggung jawab pemerintah daerah dalam pembangunan pertanian

sangat penting (Winoto dan Siregar 2008). Pasal 24 UU No. 23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah mengamanahkan bahwa untuk

urusan konkuren, kementerian/lembaga bersama pemda melakukan

Page 16: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

672 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

pemetaan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan

pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan yang diprioritaskan

oleh setiap daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota (Siagian 2016).

Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian pada Masa

Depan

Belajar dari kondisi pandemi Covid-19 ini, pengelolaan pem-

bangunan harus mampu mengikuti dinamika perubahan agribisnis

yang berkembang dari hulu sampai hilir. Untuk itu, diperlukan inovasi

pada pengelolaan manajemen yang lebih fleksibel dan responsif

terhadap perkembangan lingkungan. Termasuk di dalamnya

mengoptimalkan peran dan kontribusi dari pemerintah daerah.

Dengan pendekatan ini, maka penyeragaman program dan kegiatan

sudah selayaknya dihindari. Arah dan desain besarnya dapat saja

berlaku secara nasional, namun implementasinya dapat berbeda antar-

daerah sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi.

Orientasi pembangunan pertanian perlu diubah dari peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan melalui peningkatan produksi dan

produktivitas menjadi peningkatan produksi dengan meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan. Perbedaan mendasarnya adalah terkait

dengan penentuan komoditas dan pola usaha tani. Pendekatan

pertama cenderung pemerintah yang menetapkan komoditas apa yang

akan dikembangkan, sementara pendekatan kedua pemilihan

komoditas sesuai dengan potensi wilayahnya yang memberikan

pendapatan tertinggi bagi masyarakat. Pendekatan ini akan meng-

hasilkan sentra produksi sesuai dengan potensi wilayahnya (tercipta

perwilayahan komoditas) dan akhirnya juga akan meningkatkan

produksi komoditas strategis sehingga kesejahteraan petani dapat di-

capai dengan tetap mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan.

Model sistem pangan berjenjang pada tingkatan pemerintahan

dengan melibatkan banyak stakeholder menjadi sistem pangan dan

pertanian masa depan. Pada era otonomi daerah dan desentralisasi

pembangunan pertanian, sudah semestinya pemerintah juga

menerapkan konsep perencanaan dan implementasi pembangunan

Page 17: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 673

pertanian berbasis potensi wilayah dengan mendorong peran serta

dan keterlibatan pemerintah daerah secara aktif. Delineasi tugas

antara pemerintah pusat dan daerah dirumuskan dengan baik

termasuk dukungan anggarannya. Membangun ketahanan pangan

berbasis wilayah, pemerintah daerah didorong mengoptimalkan

sumber daya pangan lokal untuk menjaga stabilitas produksi dan

ketersediaan bahan pangan. Hal ini akan mendorong diversifikasi

pangan dan mengurangi ketergantungan pangan pokok pada beras.

Delineasi atau pemilahan tugas dan tanggung jawab pusat dan

daerah secara jelas perlu dilakukan agar terjadi sinkronisasi program

pusat dan daerah. Pemerintah pusat lebih fokus pada kebijakan yang

sifatnya umum, misalnya terkait dengan subsidi input, standarisasi

distribusi dan keamanan pangan, kebijakan perdagangan

internasional, stabilisasi harga, dan sistem logistik dan distribusi

pangan nasional. Selain itu, kebijakan terkait dengan arah dan prioritas

program nasional, misalnya peningkatan produksi, pengembangan

nilai tambah dengan pengembangan agroindustri, dan sebagainya.

Sementara, kegiatan implementasinya diberikan kewenangan kepada

daerah mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya, misalnya

terkait program bantuan pemerintah untuk mendukung produksi.

Jenis dan spesifikasi bantuan pemerintah ditetapkan oleh daerah

disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan spesifik lokasi dan

spesifik sasaran. Pemerintah pusat lebih pada menyusun panduan

pelaksanaan, advokasi, dan melakukan monitoring dan evaluasi

capaian program.

Implementasi konsep ini memang memerlukan kapasitas sumber

daya manusia di daerah yang memadai dalam perencanaan program

pembangunan pertanian dan implementasinya. Untuk itu, diperlukan

asistensi dan upaya peningkatan kapasitas SDM pertanian di provinsi

dan kabupaten/kota. Penyiapan ini perlu dilakukan secara paralel

dengan pemberian kewenangan dan kepercayaan kepada daerah.

Selain sinergi pusat dan daerah, diperlukan juga koordinasi dan sinergi

antarsektor karena pertanian tidak dapat berdiri sendiri. Pembangunan

pada sektor lain seperti industri kecil, perdesaan, juga terkait dengan

sektor pertanian.

Page 18: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

674 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Keragaman potensi dan permasalahan pembangunan pertanian di

Indonesia menyebabkan program pembangunan yang seragam (satu

untuk semua) kurang tepat, terlebih pada periode otonomi daerah

seperti sekarang. Demikian juga pada masa pandemi Covid-19 ini,

dampak terhadap sektor pertanian beragam, baik aspek yang

terdampaknya maupun kedalaman dampaknya. Manajemen

program pembangunan pertanian semestinya didesain mampu

mengakomodasi kondisi pandemi Covid-19 dan respons dengan

urusan otonomi daerah.

Penetapan sektor pertanian sebagai urusan konkuren, secara

konstitusi menuntut adanya transformasi manajemen dari sentralistik

ke arah desentralisasi. Hal ini diimplementasikan dengan

memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah

untuk menentukan arah pembangunan pertanian sesuai dengan

potensi yang dimiliki dengan orientasi pada kesejahteraan petani dan

masyarakat. Dengan demikian, model pengelolaan manajemen

pembangunan pertanian yang lebih sejalan dengan hal tersebut

adalah desentralisasi mulai dari perencanaan sampai implementasi

program. Delineasi tugas dan tanggung jawab antara pemerintah

pusat dan daerah menjadi hal yang krusial, selain aspek koordinasi

antara pusat dan daerah.

Saran

Diperlukan transformasi kerangka berpikir dan manajemen

pembangunan pertanian menuju desentralisasi yang mengedepankan

kepentingan daerah dan masyarakatnya. Perubahan orientasi

pembangunan pertanian dari peningkatan produksi menjadi

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan demikian,

penetapan prioritas komoditas dapat disinkronkan dengan potensi

wilayah, potensi pasar, dan yang memberikan pendapatan tertinggi

bagi petani. Perlu dirumuskan pemilahan kewenangan dan tanggung

Page 19: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 675

jawab terkait pembangunan pertanian antara Kementerian Pertanian

dengan pemerintah daerah yang dituangkan dalam peraturan

pemerintah. Dalam konteks ini dibutuhkan dukungan pendanaan yang

memadai serta pendampingan untuk meningkatkan kapasitas SDM di

daerah dalam menyusun, merencanakan, dan melaksanakan program

di lapangan. Pemberian kewenangan diikuti dengan pengurangan

secara bertahap dan selektif berdasarkan kesiapan daerah, alokasi dana

dekonsentrasi, dan tugas pembantuan yang kemudian dialokasikan

dalam APBD. Selain itu, koordinasi lintas sektor dan kementerian perlu

ditingkatkan agar efektivitas dan efisiensi program pembangunan

pertanian dan perdesaan dapat lebih ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimentaire. 2020. Covid-19 : La filière viande sous tension. [internet]. [cited

2020 Sep 15]. Available from: https://www.processalimentaire.com/vie-

des-iaa/covid-19-la-filiere-viande-sous-tension?sso=1590405164.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Ekonomi Indonesia triwulan II 2020 turun

5,32 persen. [nternet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik; [diunduh 2020

Okt 21]. Tersedia dari: https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/08/05/

1737/-ekonomi-indonesia-triwulan-ii-2020-turun-5-32-persen.html

Cardwell R, Ghazalian PL. 2020. Covid-19 and international food assistance:

policy proposals to keep food flowing. World Dev [Internet]. [cited 2020

Aug 29]; 135:1-4. Available from: www.elsevier.com/locate/worlddev

[Distan TPH Kalbar] Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura

Provinsi Kalimantan Barat. 2020. Pemetaan dampak wabah Covid-19 bagi

sektor pertanian [Internet]. Pontianak (ID): Dinas Pertanian, Tanaman

Pangan, dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat; [diunduh 2020 Okt

11]. Tersedia dari: http://distan.kalbarprov.go.id/node/349

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2020.

Responding to the impact of the COVID-19 outbreak on food value chains

through efficient logistics [Internet]. Rome (IT): Food and Agriculture

Organization of the United Nations. [updated 2020 Apr 20; cited 2020 Sep

15]. Available from: http://www.fao.org/3/ca8466en/CA8466EN.pdf

Gray RS. 2020. Agriculture, transportation, and the Covid-19 crisis. Can J

Agric Econ [Internet]. [cited 2020 Aug 29]; 68:239-243. Available from:

Page 20: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

676 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/cjag.12235.

https://doi.org/10.1111/cjag.12237

The Hindu. 2020 Mar 11. Pesticide sector hit by input issues [Internet]. [cited

2020 Sep 15]. Available from: https://www.thehindu.com/business/

pesticide-sector-hit-by-input-issues/article31043301.ece

[ILO] International Labour Organization. 2020. Covid-19 dan dampaknya

pada pertanian dan ketahanan pangan [Internet]. Jakarta (ID): ILO-

Jakarta; [diunduh 2020 Sep 15]. Tersedia dari: https://www.ilo.org/

wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/pu

blication/wcms_743247.pdf.

[IMF] International Monetary Fund. 2020. World economic outlook update

June 2020 [Internet]. Washington, DC (US): International Monetary Fund;

[updated 2020 Jun; cited 2020 Sep 15]. Available from:

https://www.imf.org/en/Publications/WEO/Issues/2020/06/24/WEO

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2020. Aplikasi database benih dan pupuk

[Internet]. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian; [diunduh 2020 Okt 10].

Tersedia dari: http://prasarana.pertanian.go.id/benihpupukmy/.

Kerr WA. 2020. The Covid-19 pandemic and agriculture: short and long-run

implications for international trade relations. Can J Agr Econ. 68:225-229.

[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2020a.

OECD economic outlook June 2020 [Internet]. Paris (FR): Organisation for

Economic Co-operation and Development; [cited 2020 Sep 15]. Available

from: http://www.oecd.org/economic-outlook/june-2020/#

[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2020b.

Evaluation of the impact of the Coronavirus (Covid-19) on fruit and

vegetables trade. Preliminary Report. Paris (FR): Organisation for

Economic Co-operation and Development.

[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2020c.

Policy responses to Covid-19 in the seed sector [Internet]. Paris (FR):

Organisation for Economic Co-operation and Development; [cited 2020

Sep 15]. Available from: https://read.oecd-ilibrary.org/view/?ref=132_

132622-ahipnwhwhw&title=Policy-responses-to-COVID-19-in-the-seed-

sector

[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2020d.

Food supply chains and Covid-19: impacts and policy lessons. Paris (FR):

Organisation for Economic Co-operation and Development; [cited 2020

Page 21: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 677

Sep 15]. Available from: https://read.oecd-ilibrary.org/view/?ref=134_

134305-ybqvdf0kg9&title=Food-Supply-Chains-and-COVID-19-Impacts-

and-policy-lessons

Patunru A, Octania G, Audrine P. 2020. Penanganan gangguan rantai pasok

pangan di masa pembatasan sosial terkait pandemi Covid-19. Ringkasan

Kebijakan No 3. Jakarta (ID): Center for Indonesian Policy Studies.

Permani R, Sahara, Suprehatin. 2020. Agrifood e-commerce profiles in

Indonesia. Policy Brief. Jakarta (ID): Australia Indonesia Institute.

Petetin L. 2020. The COVID-19 crisis: an opportunity to integrate food

democracy into post-pandemic food systems. Eur J Risk Reg. 11(2):326-

336.

Reuters. 2020. Brazil farm sector frets over possible Tiongkok pesticide supply

disruptions [Internet]. [cited 2020 Sep 15]. Available from:

https://www.reuters.com/article/brazil-Tiongkok-pesticides/brazil-farm-

sector-frets-over-possible-Tiongkok-pesticide-supply-disruptions-

idUSL1N2B42XI.

Rudiyanto A. 2020. Pengaruh Covid-19 terhadap tujuan pembangunan

berkelanjutan. Materi disampaikan pada Webinar Sustainability Talk:

Menjaga Momentum Pencapaian SDGs Pasca Corona; 2020 Mei 8; Jakarta,

Indonesia.

Siagian E. 2016. Perwujudan pelaksanaan urusan pemerintahan bidang

pertanian: peran kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Dalam:

Syahyuti, Susilowati SH, Agustian A, Sayaka B, Ariningsih E, editors.

Prosiding Seminar Nasional Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian

dalam Rangka Pencapaian Kemandirian Pangan Nasional dan

Peningkatan Kesejahteraan Petani; 2015 Nov 10; Bogor, Indonesia. Bogor

(ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. p. 27-32.

Wibowo R. 2020. Pertanian new normal: untuk kesejahteraan petani dan

konsumen. Disampaikan pada Webinar Agri Talk Series #1: Pembangunan

Pertanian Era New Normal: Menjaga Eksistensi Pertanian untuk

Kesejahteraan Petani dan Konsumen; 2020 Mei 20; Jember, Indonesia.

Winoto J, Siregar H. 2008. Agricultural development in Indonesia: current

problems, issues, and policies. Anal Kebijak Pertan. 6(1):11-36.

Wired. 2020 Jul 5. Why meatpacking plants have become Covid-19 hot spots

[Internet]. [cited Sep 27]. Available from: https://www.wired.com/story/

why-meatpacking-plants-have-become-covid-19-hot-spots/.

Page 22: TRANSFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/32-BBRC-2020-V... · 2020. 12. 29. · global, pasar produk pertanian masih stabil. Produksi

678 Transformasi Manajemen Pembangunan Pertanian Masa dan Pascapandemi Covid-19

World Bank. 2020a. Food security and Covid-19 [Internet]. Washington, DC

(US): World Bank; [cited 2020 Sep 27]. Available from: https://www.

worldbank.org/en/topic/agriculture/brief/food-security-and-covid-19.

World Bank. 2020b. Global economic prospects June 2020. Washington, DC

(US): World Bank.

Yusuf AA, Suganda T, Hermanto, Mansur F, Hadisoemarto P. 2020. Strategi

ekonomi sektor pertanian di tengah pandemi Covid-19. Perspektif 2030.

SDGs Center Policy Brief 2(2020):1-8.