TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

121
TR RADISI NI SUMATE Dia M PR F IKAH BAU ERA BARA ajukan Untu Memperoleh M NIM OGRAM S FAKULTA UNIVER SYAR J UNDI MAS AT PERSP Skrip uk Memenu h Gelar Sarj Oleh Muhammad M. 1114044 STUDI HU S SYARIA RSITAS ISL RIF HIDAY J A K A R 2018 M/ 14 YARAKAT PEKTIF HU si uhi Salah Sa jana Hukum : d Irsyad 40000009 UKUM KEL AH DAN HU LAM NEG YATULLAH R T A 439 H T PANDAI UKUM ISL atu Syarat m (S.H.) LUARGA UKUM GERI H I SIKEK LAM

Transcript of TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

Page 1: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

TRRADISI NI

SUMATE

Dia

M

PR

F

IKAH BAU

ERA BARA

ajukan Untu

Memperoleh

MNIM

ROGRAM S

FAKULTA

UNIVER

SYAR

J

UNDI MAS

AT PERSP

Skrip

uk Memenu

h Gelar Sarj

Oleh

MuhammadM. 1114044

STUDI HU

S SYARIA

RSITAS ISL

RIF HIDAY

J A K A R

2018 M/ 14

YARAKAT

PEKTIF HU

si

uhi Salah Sa

jana Hukum

:

d Irsyad 40000009

UKUM KEL

AH DAN HU

LAM NEG

YATULLAH

R T A

439 H

T PANDAI

UKUM ISL

atu Syarat

m (S.H.)

LUARGA

UKUM

GERI

H

I SIKEK

LAM

Page 2: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 3: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 4: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 5: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

v

ABSTRAK

Muhammad Irsyad. NIM 11140440000009. Tradisi Nikah Baundi Masyarakat

Pandai Sikek Sumatera Barat Perspektif Hukum Islam. Skripsi Program Studi

Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M. (58 halaman, dan 52 halaman

lampiran).

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan

praktek nikah Baundi, mengetahui bagaimana peran wali mujbir dalam

pelaksanaan tradisi nikah Baundi, apa saja nilai-nilai Islam dalam praktek Nikah

Baundi serta untuk mengetahui relasi adat dan Islam dalam praktek nikah Baundi

di Pandai Sikek Sumatera Barat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research),

dan merupakan jenis penelitian Kualitatif. Penelitian ini bersifat analitik

merupakan kelanjutan dari penelitian deskriptif yang bertujuan bukan hanya

sekedar memaparkan karakteristik tertentu, tetapi juga menganalisa dan

menjelaskan mengapa atau bagaimana hal itu terjadi. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi empiris dan antropologi.

Kriteria data yang digunakan adalah wawancara, studi pustaka, dan studi

dokumentasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan pelaksanaan tradisi ini

adalah Mampaiyoan Ka Mamak (memberikan kabar ke mamak), mamanggia,

baundi, mananyoi (menanyakan kesiapan dan kesanggupan orang yang diusulkan

untuk menjadi pendamping bagi anak kemenakannya), manukeh (menunggu

jawaban dari pihak laki-laki), maantaan tando (mengantarkan seserahan),

mambaliakan tando (mengembalikan seserahan) dan kemudian dilanjutkan

dengan pernikahan. Dalam prakteknya hari ini, tradisi nikah baundi yang semula

memang ditujukan untuk mencari jodoh lambat laun mulai terkikis dan

mengalami perubahan dan pergeseran makna. Sehingga dalam penerapannya

dewasa ini dilakukan dengan tiga penerapan. Pertama, sebagai ajang pencarian

jodoh, kedua hanya sebagai pelaksanaan adat saja, yang ketiga batumpangan.

Adapun peran wali mujbir dalam tradisi baundi dalam konsep dahulu dan

sekarang juga mengalami pergeseran. Konsep ijbar disini dimaksudkan bahwa

anak perempuan terkadang tidak mengetahui siapa jodohnya kecuali hanya saat

pernikahan saja. Adapun nilai-nilai Islam dalam tradisi nikah Baundi diantaranya

adalah sebagai bentuk pelaksanaan khitbah di kanagarian Pandai Sikek. Hal ini

disebabkan karena tradisi nikah Baundi termasuk dalam rangkaian khitbah jika

diqiyaskan kepada Islam. Relasi adat dan Islam dalam tradisi nikah baundi ialah

keselarasan dan kesesuaian antara adat dan agama sesuai dengan falsafah Adat

Basandi Syara‟ Syara‟ Basandi Kitabullah, meskipun dalam pelaksanaannya

terdapat pergeseran dan perubahan pola pelaksanaan tradisi baundi.

Kata kunci : Adat Peminangan, Adat Minangkabau, Adat Pandai

Sikek, Tradisi Baundi

Pembimbing : H. Qosim Arsadani, S.Ag, M.Ag

Daftar Pustaka : 1983-2017

Page 6: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan

limpahan rahmat dan karunianya kepada umat manusia di muka bumi ini,

khususnya kepada penulis. Shalawat beriringan salam disampaikan kepada Nabi

Muhammad Saw, keluarga serta para sahabatnya yang merupakan suri tauladan

bagi seluruh umat manusia.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menerima bantuan dari

berbagai pihak, sehingga dapat terselesainya atas izinya-Nya. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, khususnya

kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil

Dekan I, II, dan III fakultas Syariah dan Hukum

2. Dr. H. Abdul Halim, MA. Ketua Progam Studi Hukum Keluarga beserta

Sekretaris Prodi Hukum Keluarga, Indra Rahmatullah, SHI.,MH yang

senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam

mengerjakan skripsi ini.

3. H. Qosim Arsadani, S.Ag, M.Ag., Dosen pembimbing skripsi penulis, yang

telah sabar dan terus memberikan arahannya untuk membimbing penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A, Dosen penasehat akademik penulis, yang

telah sabar mendampingi hingga semester akhir dan telah membantu penulis

dalam merumuskan desain judul skripsi ini dan seluruh Dosen Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik

dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, yang tidak bisa penulis

sebut semuanya satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat penulis.

Page 7: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

vii

5. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Staf Perpustakaan Universitas

Negeri Padang (UNP) yang telah memberikan pelayanan kepada penulis serta

memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna

menyelesaikan skripsi ini.

6. Para narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data-

data terkait penelitian ini, bapak Armen St. Rajo Malano, Bapak Drs.

H.Nasrul Dt. Tumangguang, bapak Dt. Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh,

Bapak Dariman Dt. Rangkai Tuo, Bapak Sefrizal Dt. Bagindo Basa, Bapak

Muchtar Naim, Bapak Palmi Dt. Sati Mahadirajo, Ibu Rahma Alam Sudin,

Ibu Moren Inggawati dan Ibu Etriza

7. Teristimewa buat keluarga, ayahanda Amrinal Dt. Kabasaran dan ibunda

Elnawati, yang tak pernah berhenti untuk memberikan dukungan dan

mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan. Kakak ku Rahmatullaili

Ramadhani dan adik-adikku Muhammad Syafi‟i, Muhammad Fajri dan Ulfa

Khairani yang tidak pernah lelah selalu menyemangatiku dan selalu

menanyakan kapan abang wisuda.

8. Teman-teman seperjuangan penulis Fajri Ilhami, Abdurrahman halim,

Mulyadi, Ryandi Rahmat, Muhammad Sidik, Herman Ardi, Azmi Fathoni

Arja, Habiburrahman, Hussen, Muhammad Idris, Ululazmi Hasan, Sayyidah

Luthfiyah, Novita Hayani yang senantiasa meluangkan waktu berdiskusi.

9. Teman-teman Hukum Keluarga UIN Jakarta khususnya angkatan 2014, yang

telah berbagi ilmu dan bertukar pikiran dengan penulis. Semoga ilmu yang

kita dapatkan menjadi ilmu yang bermanfaat.

10. Teman-teman KMM (Keluarga Mahasiswa Minangkabau) Ciputat khususnya

angkatan 2014 yang telah berbagi ilmu dan selalu mendoakan penulis

sehingga selesainya skripsi ini.

11. Teman-teman ABJAS dan HIMAPOKUS (Himpunan Mahasiswa Program

Khusus) MAN/MAPK Koto Baru Padang Panjang yang menjadi tempat

mencari kebahagiaan dikala letih dan malas melanda.

Page 8: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

viii

12. Terimakasih kepada abang Adeb Davega Prasna, S.H yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya untuk

mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 21 Mei 2018

Penulis

Page 9: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 3

C. Batasan Masalah............................................................................ 4

D. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 4

F. Kajian Pustaka ............................................................................... 5

G. Metode Penelitian.......................................................................... 6

H. Sistematika Penulisan ................................................................... 9

BAB II PERNIKAHAN DAN PEMINANGAN DALAM ISLAM .............. 10

A. Pernikahan Dalam Islam ............................................................. 10

1. Pengertian............................................................................. 10

2. Dasar Hukum Nikah............................................................. 11

3. Hukum Pernikahan ............................................................... 12

B. Khitbah ........................................................................................ 13

1. Pengertian............................................................................. 13

2. Dasar Hukum Khitbah ......................................................... 14

3. Kriteria Perempuan yang Hendak Dikhitbah ....................... 15

4. Hikmah Khitbah ................................................................... 17

Page 10: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

x

C. Wali ............................................................................................. 17

1. Pengertian............................................................................. 17

2. Syarat- Syarat Wali .............................................................. 18

3. Jenis- Jenis Wali................................................................... 19

BAB III TRADISI NIKAH BAUNDI DI PANDAI SIKEK .......................... 23

A. Profil Nagari Pandai Sikek ......................................................... 23

1. Sejarah Nagari Pandai Sikek ............................................... 23

2. Kondisi Geografis Pandai Sikek .......................................... 26

3. Pemerintahan Nagari Pandai Sikek ..................................... 27

4. Kondisi Sosial Budaya Nagari Pandai Sikek ....................... 28

5. Peta Nagari Pandai Sikek .................................................... 30

B. Tradisi Nikah Baundi di Pandai Sikek ...................................... 30

1. Tradisi Nikah Baundi ........................................................... 30

2. Sejarah Nikah Baundi .......................................................... 32

3. Orang-Orang yang Terlibat dalam Tradisi Nikah Baundi ... 33

BAB IV TRADISI NIKAH BAUNDI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ..... 37

A. Praktek Nikah Baundi dalam Masyarakat Pandai Sikek ............. 37

B. Analisis Peran Wali Mujbir dalam Tradisi Nikah Baundi .......... 44

C. Nilai-Nilai Islam dalam Pelaksanaan Tradisi Nikah Baundi ...... 49

D. Relasi Adat dan Islam dalam Tradisi Baundi ............................. 53

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 56

A. Kesimpulan ................................................................................. 56

B. Rekomendasi ............................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adat dan agama merupakan dua hal yang mewarnai kehidupan masyarakat

Minangkabau. Hampir semua praktek berkehidupan dalam bermasyarakat tidak

terlepas kaitannya dengan dua aspek ini. Adat yang bersumber dari kebiasaan dan

agama yang bersumber dari Ilahi telah memberikan batasan-batasan yang jelas

bagi masyarakat Minangkabau itu sendiri.

Adat Minangkabau telah menggariskan aturan-aturan dalam menjalin dan

menjaga hubungan kemasyarakatan di daerahnya. Perkawinan merupakan salah

satu praktek kehidupan yang menjadi sorotan utama karena begitu banyaknya

aturan-aturan adat yang harus ditempuh. Dalam prakteknya tradisi perkawinan

dilaksanakan dengan cara yang berbeda-beda tergantung dimana daerah

pelaksanaannya. Salah satunya adalah Pandai Sikek.

Masyarakat Pandai Sikek memiliki sebuah tradisi perkawinan yang

dikenal dengan tradisi Baundi. Berdasarkan Peraturan Nagari Pandai Sikek

Nomor 02 Tahun 2013 tradisi ini termasuk ke dalam Bab VII dalam tata cara

perkawinan bagian Satu yaitu Batunangan, itu artinya bahwa Tradisi Baundi

merupakan sebuah tradisi perjodohan yang dimasukkan dalam rangkaian kegiatan

peminangan. Tradisi ini dilakukan ketika seorang anak perempuan telah dianggap

dewasa dan layak untuk menikah kemudian keluarganya duduk bersama

bermusyawarah untuk menentukan jodoh anak gadis ini.1

Tradisi Baundi sebagai salah satu aspek kehidupan yang merupakan

bagian dari adat masyarakat Pandai Sikek, tentunya tidak boleh bertentangan

dengan ajaran Islam. Hal ini dikarenakan masyarakat minangkabau mendasarkan

kehidupannya pada falsafah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”.

Buku yang berjudul Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah tahun 2002

menyebutkan bahwa falsafah ini mengandung arti adat atau norma hukum yang

1 Peraturan Nagari Pandai Sikek No. 02 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Adat Istiadat

Nagari Pandai Sikek. Bab VII Tata Cara Nikah Kawin bagian satu Batunangan Pasal 24.

Page 12: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

2

dipakai nenek moyang orang Minangkabau yang berdasarkan syarak. Syarak di

sini mengandung makna ajaran agama Islam yang berdasarkan Al Quran dan

Hadist. Dengan kata lain, apa yang dikatakan oleh syarak itulah yang dipakai oleh

adat.2 Oleh karena itu, falsafah ini dijadikan pedoman dan pegangan hidup dalam

beradat di Minangkabau.

Pembahasan mengenai adat adalah pembahasan menarik terutama jika

dikaitkan dengan Islam. Adat yang muncul lebih awal dari masuknya Islam di

Indonesia membuat pelaksanaannya terkadang tampak bertentangan dan berlainan

dengan Agama Islam itu sendiri. Hal itu disebabkan karena perkembangan adat di

Indonesia yang telah terkontaminasi dengan kepercayaan Animisme dan

Dinamisme yang terlebih dahulu berkembang di Indonesia.

Berdasarkan buku Tutua Nan Badanga Sejarah Adat dan Budaya Nagari

Pandai Sikek disebutkan bahwa kedatangan bangsa Melayu Muda (Deutro

Melayu) diperkirakan sekitar tahun 500 SM. Adapun suku bangsa Deutro Melayu

adalah suku bangsa Minangkabau, Jawa dan Makassar. Hal ini membuktikan

bahwa adat Minangkabau telah ada dan berkembang di Indonesia bahkan jauh

sebelum masuknya Islam di Indonesia itu sendiri.3

Tidak terkecuali di Sumatera Barat, kebudayaan Minangkabau yang

menjadi adat istiadat di provinsi tersebut juga tidak tertutup kemungkinan telah

terkontaminasi dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme ini, sehingga para

ulama, pemuka adat (penghulu), cadiak pandai berupaya untuk membersihkan

nya. Puncaknya adalah lahirnya gerakan-gerakan pembaharu dan pemurnian

akidah di Sumatera Barat. Seperti dengan terjadinya Perang Padri (Tokoh Agama

melawan tokoh adat). Yang kemudian berujung pada disepakatinya Perjanjian

Bukit Marapalam, yang melahirkan Falsafah Minangkabau Adat Basandi Syarak

Syarak Basandi Kitabullah yang diperkirakan terjadi pada tahun 1837.4

2 LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Pedoman

Hidup Banagari, ( Padang: Sako Batuah, 2002), h. 2. 3 Saiful Dt. Rajo Sampono, Tutua Nan Badanga Sejarah Adat Dan Budaya Nagari

Pandai Sikek (KAN Pandai Sikek, Pandai Sikek, 2014) h. 1 4 Dt. H.A.K Gunung Hijau, Kedudukan Agama dan Adat Di Minangkabau (Padang:

Center for Minangkabau Studies Press) H. 177

Page 13: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

3

Keberadaan tradisi yang diperkirakan telah ada sedari dahulu dan masih

tetap bertahan hingga sekarang menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Berangkat

dari kepercayaan awal di Minangkabau yaitu Animisme, Dinamisme, Hindu,

Budha dan kemudian Islam. Apakah tradisi ini terkontaminasi dengan

kepercayaan sebelum Islam ada. Selain itu jika dilihat dalam konteks praktek di

masyarakat Pandai Sikek. Ini merupakan sebuah kewajiban dan keharusan untuk

dilaksanakan. Akan tetapi bertolak belakang dengan peraturan di dalam Islam

yang menyatakan penjodohan tidaklah wajib dan mesti dilaksanakan. Ini

kemudian menjadi hal yang patut dipertanyakan. Sebagaimana yang kita ketahui

falsafah Adat Minangkabau itu adalah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi

Kitabullah. Ketika adat berlandaskan syariat dan syariat berlandaskan adat maka

seharusnya sinergitas antar keduanya dapat tercapai dan terlaksana.

Oleh karenanya, penulis berkepentingan untuk mengangkat hal tersebut

dengan judul“TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK

SUMATERA BARAT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.”

B. Identifikasi Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini menemukan jawabannya, maka ada beberapa

permasalahan yang bisa diidentifikasi, diantaranya:

1. Bagaimana praktek Nikah Baundi di kanagarian Pandai Sikek?

2. Bagaimana pandangan Islam terhadap praktek Nikah Baundi di kanagarian

Pandai Sikek?

3. Bagaimana nilai-nilai Islam dalam tradisi Nikah Baundi?

4. Bagaimana relasi adat dan Islam dalam tradisi nikah Baundi?

5. Bagaimana nilai filosofis dsari tradisi Nikah Baundi ini?

6. Bagaimana peran wali mujbir dalam tradisi Baundi?

7. Kenapa budaya ini masih dipertahankan?

8. Sanksi apa yang diberikan kepada pribadi yang tidak melaksanakannya?

9. Nilai-nilai apa yang masih bertahan dan berubah dalam praktek nikah?

10. Bagaimana nilai-nilai Islam dalam tradisi tersebut?

Page 14: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

4

C. Batasan Masalah

Luasnya daerah Sumatera Barat yang menjadi daerah pelaksanaan Adat

Minangkabau menyebabkan terjadinya kesulitan dalam pengumpulan data.

Disamping itu fokus utama penelitian ini adalah pada Tradisi Baundi yang

merupakan adat yang pelaksanaannya hanya di Pandai Sikek. Oleh karenanya

dalam pembahasan ini, penulis membatasi objek kajian penelitian di Nagari

Pandai Sikek Kecamatan X Koto Provinsi Sumatera Barat.

D. Rumusan Masalah

Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana relasi adat dan Islam dalam

tradisi Nikah Baundi di Minangkabau. Untuk lebih fokusnya studi ini maka

rumusan masalah di atas dijabarkan dengan beberapa pertanyaan; 1) Bagaimana

praktek Nikah Baundi di kanagarian Pandai Sikek 2) Bagaimana peran wali

mujbir dalam pelaksanaan tradisi nikah Baundi 3) Bagaimana nilai-nilai Islam

dalam tradisi Nikah Baundi? 4) Bagaimana relasi adat dan Islam dalam tradisi

nikah Baundi?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini ialah:

a. Mengetahui pelaksanaan dan praktek nikah Baundi di Kanagarian Pandai

Sikek

b. Mengetahui pandangan Islam terhadap praktek tersebut

c. Mengetahui bagaimana peran wali mujbir dalam pelaksanaan tradisi nikah

Baundi.

2. Manfaat

Adapun manfaat dari tulisan ini diharapkan:

a. Dari Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk

sumbang pemikiran untuk penelitian lanjutan, baik sebagai bahan awal

maupun sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang lebih luas dan

Page 15: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

5

berhubungan dengan tradisi Nikah Baundi dalam sistem penjodohan di

Pandai Sikek.

b. Secara Praktis

Mengetahui pandangan Islam terhadap praktek Nikah Baundi di

Minangkabau. Dan kesesuaian praktek Nikah Baundi dengan Islam.

c. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan kedepannya. Terutama dalam

permasalahan yang dimuat dalam skripsi ini. Sehingga dapat dijadikan

rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

F. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini penulis melakukan telaah dan analisis terhadap kajian

terdahulu. Diantaranya adalah skripsi dari Dewi Ratnasari salah seorang

mahasiswa Unand tahun 2017 dengan judul Tradisi Baundi pada masyarakat

Pandai Sikek (studi kasus: Pada Masyarakat Pandai Sikek Kecamatan X

koto, Kabupaten Tanah Datar). Dalam skripsi ini Saudari Dewi Ratnasari lebih

menjelaskan mengenai praktek Nikah Baundi yang ada di Pandai Sikek dan

bagaimana pandangan masyarakat mengenai tradisi ini. Disertai dengan jawaban

mengapa tradisi ini masih dipertahankan. Berbeda dengan skripsi ini, dimana

penulis selain mengupas mengenai Praktik Nikah Baundi di Nagari Pandai Sikek,

disertai dengan bagaimana relasi antara adat dan agama dalam Praktek Nikah

Baundi.

Selanjutnya skripsi yang berjudul “Tradisi Baundi dalam memilih Calon

Suami Ditinjau dari ‘Urf (studi kasus di kanagaraian Pandai Sikek,

kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar). Yang disusun oleh Aminah Citra

Kasih tahun 2017. Dalam pembahasan skripsi ini yang menjadi topik pembahasan

adalah bagaimana pandangan „Urf terhadap tradisi Baundi dalam memilih calon

suami di Nagari Pandai Sikek. Berbeda dengan skripsi ini, penulis menitik

beratkan pada pembahasan mengenai bagaimana pelaksanaan tradisi Baundi

dalam perspektif Islam. Dan pada penelitian ini lebih memfokuskan diri pada

Page 16: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

6

peranan wali mujbir dalam pelaksanaan penentuan calon suami pada tradisi

Baundi serta relasi adat dan Islam dalam tradisi Baundi

G. Metode Penelitian

Metode penelitian berarti cara yang dipakai untuk mencari, mencatat,

menemukan dan menganalisis sampai menyusun laporan guna mencapai tujuan,

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini

diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif, penelitian

kualitatif merupakan salah satu cara dalam penelitian yang bertujuan untuk

memahami masyarakat, masalah atau gejala dalam masyarakat dengan

mengumpulkan sebanyak mungkin fakta secara mendalam. Dan data

disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka.5

2. Pendekatan penelitian

Dalam pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan empiris.

Pendekatan empiris adalah pengetahuan didasarkan atas berbagai fakta yang

diperoleh dari hasil penelitian.6

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan Sosiologi Empiris.

Sosiologi Empiris merupakan penelitian non doktrinal yang bertitik tolak

pada data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian,

seperti masyarakat sebagai sumber pertama dalam satu penelitian, dengan

kata lain ini menekankan pada pencarian jawaban terhadap fenomena sosial

yang terjadi terhadap pemberlakuan hukum sehingga akan menjawab

pertanyaan signifikan hukum atau efektifitas hukum.7

5 Neong Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 1996), cet ke-

3, h. 2 6 Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Buku Ajar,2009), h. 19

7 Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, h. 32

Page 17: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

7

Selain itu metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

juga menggunakan pendekatan antropologis, pendekatan antropologi lebih

banyak mmpelajari kebudayaan dengan manusianya. Namun dala hal ini,

penekanannya lebih kepada pendekatan antropologi hukum. Antropologi

hukum adalah ilmu tentang manusia dalam kaitannya dengan kaidah-kaidah

sosial yang bersifat hukum.8

3. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat analitik merupakan kelanjutan dari penelitian

deskriptif yang bertujuan bukan hanya sekedar memaparkan karakteristik

tertentu. Tetapi juga menganalisis dan menjelaskan mengapa atau bagaimana

hal itu terjadi.9

4. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan Pada Masyarakat Pandai Sikek Kecamatan X

koto, Kabupaten Tanah Datar

5. Sumber Data

a. Sumber primer

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah tokoh

masyarakat, ulama, masyarakat Desa Pandai Sikek Kecamatan X koto,

Kabupaten Tanah Datar serta Peraturan Nagari Pandai Sikek.

b. Sumber sekunder

Adapun sumber sekunder yang penulis gunakan adalah buku-

buku, karya ilmiah, jurnal dan literatur lain yang terkait dengan tema

penelitian ini.

8 Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, (Bandung: P.T. Alumni,2010), Cet

ke-3, h.10 9 Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Buku Ajar,2009) h.24

Page 18: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

8

6. Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data penelitian ini penulis mengunakan dengan

metode:

a. Wawancara dengan tokoh masyarakat desa, ulama desa dan beberapa

masyarakat yang pernah melaksanakan tradisi Baundi dalam

peminangan.

b. Penelitian perpustakaan

Penelitian perpustakaan dilakukan dengan menelaah buku-buku yang

berkaitan dengan penelitian ini baik bentuk skripsi, thesis, jurnal, dan

literatur lain yang terkait dengan penelitian ini.

7. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif

kualitatif. Dimana dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan,

menguraikan kemudian menganalisis data sehingga akan terungkap jelas.

Kemudian penulis akan menyimpulkan hasil penelitian dengan logika

induktif. Dimana masalah-masalah yang bersifat khusus akan ditarik menjadi

suatu kesimpulan yang bersifat umum.

8. Pengelolahan Data

Dalam mengelola data yang penulis dapatkan baik berbentuk

wawancara maupun data tertulis dari berbagai studi perpustakaan penulis

melakukan analisis terhadap data tersebut dengan analisis secara deskripif

maupun analisis komperatif.

9. Teknis Penulisan

Teknis penulisan dalam skripsi ini merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2017 yang diterbitkan

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 19: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

9

H. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini lebih terarah penulis menjadikan sistematika penulisan

dalam lima bab, yang mana dalam kelima bab tersebut dari sub-sub bab yang

terkait. Sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I, adalah pendahuluan, dalam bab ini yang memuat tentang latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

review studi terdahulu, metodologi penelitian, metode analisis dan sistematika

penulisan.

Bab II, berbicara mengenai tiga pembahasan utama. Pembahasan awal mengenai

pernikahan baik dari segi pengertian, dasar hukum dan hukum pernikahan itu

sendiri menurut hukum Islam. Pembahasan kedua mengenai Khitbah mulai dari

pengertian, dasar hukum, kriteria perempuan yang hendak dikhitbah dan

hikmahnya. Pembahasan terakhir mengenai wali. Diantaranya pengertian, syarat-

syarat dan jenis-jenis wali.

Bab III, dalam bab ini penulis akan membahas gambaran umum tentang

masyarakat Pandai Sikek yang meliputi sejarah nagari Pandai Sikek, kondisi

geografis Kanagarian Pandai Sikek, pemerintahan, kondisi sosial budaya, serta

peta nagari Pandai Sikek. Disamping itu juga membahas mengenai tradisi Baundi

dan peran wali mujbir dalam tradisi ini.

Bab IV, membahas tentang inti penelitian dan analisis mengenai Adat Baundi di

Pandai Sikek dalam Perspektif Hukum Islam. Dengan sub tema: praktek nikah

Baundi, serta pergeseran budaya dalam masyarakat Pandai Sikek dalam tradisi

Baundi, analisis mengenai peran wali mujbir dalam tradisi ini, nilai-nilai Islam

dalam pelaksanaannya, serta relasi adat dan Islam dalam pelaksanaan tradisi nikah

Baundi di Pandai Sikek.

Bab V, adalah penutup, dalam bab ini merupakan penutup kajian ini, dalam bab

ini penulis akan menyimpulkan berkaitan dengan pembahasan yang penulis

lakukan sekaligus menjawab rumusan masalah yang penulis gunakan dalam bab.

Uraian terakhir adalah saran yang dapat dilakukan untuk kegiatan lebih lanjut

berkaitan dengan apa yang telah penulis kaji.

Page 20: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

10

BAB II

PERNIKAHAN DAN PEMINANGAN DALAM ISLAM

A. Pernikahan Dalam Islam

1. Pengertian

Pernikahan yanng berasal dari kata نخ ـ نبدب نخ-1 yang menurut

bahasa berarti mengumpulkan, saling memasukkan dan digunakan untuk arti

bersetubuh ( الطئ ).2 Dalam bahasa Indonesia, pernikahan berasal dari kata

“nikah” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan

jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.3 Sedangkan secara

syariat berarti sebuah akad yang mengandung pembolehan bersenang-senang

dengan perempuan, dengan berhubungan intim, menyentuh, mencium,

memeluk dan sebagainya, jika perempuan itu bukan termasuk mahram dari

segi nasab, susuan dan keluarga.4

Nikah bisa diartikan juga sebuah akad yang telah ditetapkan oleh

syariat yang berfungsi utuk memberikan hak kepemilikan bagi lelaki untuk

bersenang-senang dengan perempuan, dan menghalalkan seorang perempuan

bersenang-senang dengan lelaki. Maksudnya pengaruh akad ini bagi lelaki

adalah memberi hak kepemilikan secara khusus maka lelaki lain tidak boleh

memilikinya. Para ulama Hanafiah mendefenisikan bahwa nikah adalah

sebuah akad yang memberikan hak kepemilikan untuk bersenang-senang

secara sengaja.5 Artinya, kehalalan seorang lelaki bersenang-senang dengan

seorang perempuan yang tidak dilarang untuk dinikahi secara syariat, dengan

kesengajaan. Dengan adanya kata-kata “perempuan” maka tidak termasuk di

1 A.W. Munawir Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1997), h. 1461 2 Muhammad Bin Ismail Al-Kahlany, Subul al-Salam (Bandung: Dahlan, 1988), Jilid 3,

h. 109. Lihat pula Al-Syarif Ali Bin Muhammad Al-Jurjaniy, Kitab al-Ta‟rifat, eirut:

r l-

Kutub l „ilmiyyah, 1988), cet, ke 3, h. 246 3 Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), cet. Ke-3

edisi kedua, h. 456. 4 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm Wa Adillatuhu Bab 9, (Depok, Gema Insani, 2007),

h. 38. 5 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm Wa Adillatuhu, h. 39.

Page 21: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

11

dalamnya laki-laki dan banci musykil6. Demikian juga dengan kalimat “yang

tidak dilarang untuk dinikahi secara syariat” maka tidak termasuk dalamnya

perempuan sepersusuan, mahram, jin perempuan dan manusia air.

2. Dasar Hukum Nikah

Nikah merupakan suatu amal yang pelaksanaannya termasuk dalam

ibadah. Praktek dan pelaksanaannya diatur sedemikian rupa, mulai dari awal

sampai akhir pelaksanaan amalan ini. Adapun dasar hukum pelaksanaannya

yaitu firman Allah SWT dalam Al Quran surat An Nur (24): 32:

Artinya: dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan

orang-orang yang layak (bernikah) dari hamba-hamba sahayamu yang

lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin

Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha

Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.

Selanjutnya hadits Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:

فلق, ثو الله ػجد هغ أهش مذ: ه قب ػ الله زض ػلقوخ ػي

الا السدوبى ػجد أثب ب: ػثوبى ل فقب ذدث هؼ فقبم ػ الله زض ػثوبى

ققبه: قبه. شهبل هي هض هب ثؼض ررمسك لؼل شبثخ؟ جبزخ صجل

هنن السزطبع هي, الشجبة هؼشس ب: "لب قبه لقد, ذاك لذق لئي: ػجدالله

فؼل سزطغ لن هي, للفسج أدصي للجصس اغض فإ, فلزصج الجبئخ

7(هسلن زا) جبء ل فإ, ثبلصبم

Artinya: diriwayatkan dari Alqomah r.a, ia berkata: aku pernah berjalan

bersama Abdullah di Mina, lalu dia ditemui oleh Utsman r.a kemudian

utsman berdiri bersama Abdullah sambil berbincang-bincang dengannya.

Utsman bertanya kepada bdullah, “hai bu bdurrahman! Tidakkah

engkau ingin kami mengawinkanmu dengan seorang perempuan yang

6 Banci musykil adalah banci yang memiliki dua kelamin dengan kualitas dan fungsi yang

sama. 7 Al-hafiz „ bd al-„ zim bin „ bd al-Qawi dan Zakiyuddin al Mundziri, Mukhtasar

Sahih Muslim, Penerjemah Achmad Zaidun, Ringkasan Sahih Muslim (Jakarta: Pustaka Amani,

2001), h. 435

Page 22: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

12

masih gadis, agar ia bisa mengingatkanmu tentang masa lalumu?”

Alqamah menjawab, “jika kau katakan itu, maka sungguh Rasulullah

S W pernah bersabda kepada kami, „hai para remaja, barangsiapa diantara

kalian telah mampu untuk menikah maka menikalah, karena sesungguhnya

menikah itu bisa lebih memejamkan mata dan bisa menjaga kemaluan.

Barangsiapa yang belum mampu menikah berpuasalah, karena berpuasa

itu bisa mengurangi hawa nafsu seksual (H.R muslim).

3. Hukum Pernikahan

Hukum melakukan pernikahan dalam bukunya, Ibnu Rusyd

menjelaskan: Segolongan Fuqaha‟ yakni jumhur mayoritas ulama)

berpendapat bahwa nikah itu hukumnya sunnah. Golongan Zhahiriyyah

berpendapat bahwa nikah itu wajib. Para Ulama Malikiyah Mutaakhirin

berpendapat nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunnat untuk sebagaian

lainnya dan mubah untuk segolongan yang lain, demikian itu menurut

mereka ditinjau berdasarkan kekhawatiran (kesusahan) dirinya.8

Ulama Syafi‟iyyah mengatakan bahwa hukum, asal nikah adalah

mubah, di samping ada yang sunat, wajib, haram dan makruh.9 Di Indonesia

pada umumnya masyarakat memandang bahwa hukum asal melakukan

pernikahan ialah mubah. Hal ini banyak dipengaruhi pendapat ulama

Syafi‟iyah. Jika dilihat dari kondisi orang yang akan menikah maka hukum

perkawinan itu dapat berubah, diantaranya:

a. Wajib, bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

kawin dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya

tidak kawin.

b. Sunat, bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak nikah tidak dikhawatirkan

akan berbuat zina.

c. Haram, bagi orang yang tidak mempunyai keinginan untuk menikah dan

tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan

8

Ibnu al-Rusyd, Bidayat al-Mujtahid wa al-Nihâyah al-Muqtasid, (Beirut: Dâr Al-Fikr,

1983), Jilid 2, h. 2 9

Abdurrahman Al-Jaziry, Kit b al- iqh „ala al- a ahib al-Arba‟ah Mesir: r al-

Irsy d, 199 ) jilid ke-7, h. 4

Page 23: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

13

kewajiban-kewajiban dalam rumah tangga. Sehingga jika melangsungkan

pernikahan maka akan mendatangkan mudharat.

d. Makruh, bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melangsungkan

perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri

sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya

tidak kawin.

e. Mubah, bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya,

tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina dan

apabila tidak melakukannya juga tidak akan menelantarkan istrinya.10

B. Khitbah

1. Pengertian

Khitbah dalam bahasa rab disebut “خطجخ” dalam bahasa Indonesia

berarti peminangan. Kata “peminangan” berasal dari kata “pinang meminang”

(kata kerja). Menurut etimologi, meminang atau melamar artinya (antara lain)

meminta wanita untuk dijadikan istri (bagi diri sendiri atau orang lain).11

Menurut terminologi, peminangan ialah “kegiatan upaya ke arah terjadinya

hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.”12

Atau

seorang laki-laki meminta kepada seorang perempuan untuk menjadi istrinya,

dengan cara-cara yang umum berlaku di tengah-tengah masyarakat.13

Peminangan merupakan pendahuluan pernikahan, disyariatkan

sebelum ada ikatan suami istri dengann tujuan agar waktu memasuki

pernikahan didasarkan kepada penelitian dan pengetahuan serta kesadaran

masing-masing pihak.

Adapun perempuan yang boleh dipinang adalah yang memenuhi

syarat sebagai berikut:

10

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (jakarta: Kencana, 2012), h.18-21 11

Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994) cet. Ke-3,

edisi ke-2, h.556. 12

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika

Pressindo, 1995), cet ke-2, h. 113 13

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, eirut: r al-Fikr, 1983)cet. Ke-4, jilid 2, h. 20. Lihat

pula Dahlan Idhami, Asas-Asas Fiqih Munakahat: Hukum Keluarga Islam, (Surabaya: al-ikhlas,

1984) h. 15 dan lihat pula Slamet Abidin, op.cit., h. 41

Page 24: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

14

a. Tidak dalam pinangan orang lain

b. Pada waktu dipinang tidak ada penghalang syar‟i yang melarang

dilangsungkannya pernikahan

c. Perempuan itu tidak dalam masa iddah karena talak raj‟i

d. Apabila perempuan dalam masa iddah karena talak ba‟in, hendaklah

meminang dengan cara sirry.14

2. Dasar Hukum Khitbah

Pelaksanaan Khitbah didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al

Quran surat Al Baqarah (2) : 235:

Artinya: “dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu, dengan

sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam

hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam

pada itu janganlah kamu Mengadakan janji nikah dengan mereka secara

rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang

ma'ruf. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah,

sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa

yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”

Dapat kita ketahui dari ayat di atas mengenai tata cara meminang

wanita yang dalam masa iddah, akan tetapi pinangan yang dilakukan hanya

boleh dilakukan dengan sindiran. Pengucapan secara langsung hanya boleh

dilakukan ketika masa iddah sudah selesai.

14

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Pt.

Rajagrafindo Persada, 2014), h. 24

Page 25: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

15

Di Indonesia sendiri pengaturan umur untuk peminangan tidak ada,

dalam artian syarat umur kebolehan seseorang untuk dipinang tidak ada

aturannya. Akan tetapi dalam pernikahan terdapat aturan khusus yang

mengatur tentang usia seseorang diperbolehkan untuk menikah. Untuk calon

suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-

kurangnya berumur 16 tahun.15

3. Kriteria Perempuan yang Hendak Dikhitbah

Peminangan merupakan pendahuluan pernikahan yang disyariatkan

sebelum ada ikatan suami istri dengan tujuan agar waktu memasuki

pernikahan didasari kerelaan yang didapatkan dari penelitian, pengetahuan,

serta kesadaran masing-masing pihak.

Agama Islam sangat menginginkan akan kelanggengan pernikahan

dengan berpegang teguh dengan pilihan yang baik dan asas yang kuat

sehingga mampu merealisasikan kejernihan, ketentraman, kebahagaiaan dan

ketenangan. Semua itu dapat diraih dengan adanya agama dan akhlak. Agama

dapat semakin menguat seiring bertambahnya umur, sedangkan akhlak akan

semakin lurus seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman hidup.

Adapun tujuan lainnya yang sering mempengaruhi manusia, seperti harta,

kecantikan dan jabatan, semuanya itu bersifat temporal. Hal itu, tidak dapat

menciptakan kelanggengan hubungan, bahkan umumnya malah menjadi

pemicu timbulnya sifat saling berbangga diri dan merasa tinggi serta ingin

dipandang oleh orang lain.

Kriteria penentuan calon suami ini sesuai dengan hadist nabi

Muhammad SAW yaitu

15

Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Direktorat Pembinaan

Badan Peradilan Agama RI, 2000), h. 19

Page 26: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

16

ػي اث سسح زض الله ػ ػي اج صل الله ػل سلن قبه : رنخ الوسأح لأزثغ:

16 (لوسلنا ذ داك )زالوبلب لذسبثب لجوبلب لدب: فب ظفس ثراد الدي رسث

rtinya: “ iriwayatkan dari bu Hurairah Radiyallahu „anhu dari nabi

Muhammad SAW beliau pernah bersabda: perempuan itu dinikahi karena

empat hal: karena hartanya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan

agamanya. Dapatkan kemujuran dengan menikahi perempuan yang beragama,

maka kau akan mendapatkan keuntungannya yang tak terhingga (hadist

riwayat milsuM)”

Maksudnya, pada umumnya yang menarik minat para lelaki untuk

menikah adalah keempat hal tersebut, dan perempuan yang memiliki agama

oleh mereka diposisikan pada bagian paling akhir. Oleh sebab itu, nabi

Muhammad SAW memerintahkan mereka agar jikalau mereka telah

menemukan perempuan yang memiliki agama maka hendaknya mereka

memilih perempuan tersebut. Jika hal tersebut tidak dilakukan niscaya

mereka akan tertimpa kerugian dan kefakiran.

Sehingga, jikalau kita ringkas kriteria perempuan yang hendak

dikhitbah mungkin dapat kita ringkas menjadi sebagai berikut:

a. Perempuan tersebut hendaknya seorang yang mempunyai agama.

Sebagaimana dalam hadits sebelumnya yang berarti “maka kamu harus

lebih memilih perempuan yang mempunyai ketaatan agama”

b. Perempuan tersebut hendaknya subur (berpotensi dapat melahirkan banyak

anak). Perempuan perawan dapat dikenali dari seorang ibu yang dikenal

memiliki banyak anak.

c. Hendaknya perempuan tersebut masih perawan.

d. Hendaknya perempuan tersebut berasal dari rumah yang dikenal

mempunyai agama yang kuat dan qanaah.

e. Hendaknya perempuan tersebut berasal dari keluarga yang baik-baik, agar

anaknya menjadi orang yang unggul. Karena sesungguhnya boleh jadi

16

Al-hafiz „ bd al-„ zim bin „ bd al-Qawi dan Zakiyuddin al Mundziri, Mukhtasar

Sahih Muslim, Penerjemah Achmad Zaidun, Ringkasan Sahih Muslim (Jakarta: Pustaka Amani,

2001), h. 435

Page 27: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

17

anak tersebut akan menyerupai keluarga si perempuan dan cendrung

meniru.

4. Hikmah Khitbah

Khitbah sebagaimana pendahuluan pernikahan lainnya adalah sebuah

cara bagi masing-masing pihak (suami-istri) untuk saling mengenal diantara

keduanya, karena khitbah tersebut merupakan jalan untuk mempelajari

akhlaknya, tabiat dan kecendrungan masing-masing dari keduanya. Akan

tetapi hal itu harus dilakukan sebatas yang diperbolehkan secara syariat dan

itu sudah sangat cukup sekali. Jika telah ditemukan kecocokan dan

keselarasan maka sudah mungkin utnuk dilangsungkannya pernikahan yang

merupakan ikatan abadi dala kehidupan. Dengan demikian, kedua belah pihak

akan dapat merasa tentram bahwa mereka berdua akan hidup bersama dengan

selamat, aman, bahagia dan penuh rasa cinta. Semua itu merupakan tujuan-

tujuan yang sangat ingin diraih oleh semua pemuda dan pemudi serta

keluarga mereka.17

C. Wali

1. Pengertian

Secara etimologis “wali” mempunyai arti pelindung, penolong, atau

penguasa.18

Wali mempunyai banyak arti, antara lain:

a. Orang yang menurut hukum (agama atau adat) diserahi kewajiban

mengurus anak yatim serta hartanya sebelum anak itu dewasa

b. Pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah (yaitu yang

melakukan janji nikah dengan pengantin laki-laki)

c. Kepala pemerintahan dan sebagainya.19

Maka dalam pembahasan kali ini, penggunaan kata wali ditujukan dalam

konteks pernikahan.

17

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm Wa Adillatuh Bab 9, (Depok, Gema Insani, 2007),

h. 21. 18

M. Abdul Mujid dkk, Kamus Istilah Fiqh (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), cet. 1, h. 89 19

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta:

Balai Pustaka, 1994), cet ke-3, h.416.

Page 28: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

18

Makna perwalian secara bahasa adalah rasa cinta dan pertolongan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Maidah (5) ayat

56:

rtinya: “dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang

yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama)

Allah, Itulah yang pasti menang.”

Dalam pernikahan, wali dikelompokkan secara umum kepada empat

macam. Diantaranya; wali nasab, wali hakim, wali tahkim dan wali maula.

Empat kategori tersebut memiliki proporsi dan syarat-syarat tersendiri. Wali

nasab termasuk padanya wali mujbir yaitu wali yang dapat memaksakan

kehendaknya kepada anaknya dalam hal pernikahan. Pembahasan ini akan

dilanjutkan pada halaman berikutnya.

2. Syarat- Syarat Wali

Syarat bagi orang yang bertindak sebagai wali (dalam pernikahan)

adalah merdeka, berakal dan baligh. Secara lebih terperinci dijelaskan:

a. Orang yang sempurna persyaratannya, seperti dewasa, berakal dan

merdeka. Para fuqaha bereselisih pendapat tentang orang yang kurang

akal. Di antara mereka ada yang membolehkannya (menjadi wali nikah).

Karena menurut mereka orang seperti ini hanya tidak diperkenankan

mengatur keuangannya (hartanya) sendiri, karena takut ia hanya

menghabiskannya saja. Akan tetapi, ia dapat menikahkan anak

perempuannya sendiri. Sama halnya seperti orang miskin. Diantara

mereka ada yang melarangnya menjadi wali nikah, karena ia tidak boleh

menikahkan dirinya sendiri, lalu bagaimana mungkin ia bisa menjadi

wali untuk orang lain.

b. Satu agama dengan yang diwakilkan, kecuali jika ia seorang imam

(pemimpin). Karena, ia mempunyai hak perwalian atas seluruh

Page 29: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

19

pengikutnya, baik ia muslim ataupun non-muslim demi kemaslahatan

semua.20

c. Tidak terkenal jelek dalam memilih pasangan. Poin ini berdasarkan

pendapat mazhab Hanafi

d. Adil. Pendapat ini merupakan pendapat mayoritas fuqaha kecuali mazhab

Hanafi. Pelaksanaannya seperti mazhab Hanafi.

3. Jenis- Jenis Wali

Wali memegang peranan penting terhadap keberlangsungan suatu

pernikahan. Menurut Imam Hambali, Imam Syafi‟i dan Imam Malik bahwa

keberadaan wali adalah termasuk salah satu rukun nikah, sehingga tidak sah

pernikahan kecuali dengan adanya wali.21

Suatu pernikahan tanpa dihadiri

oleh wali dari pihak perempuan adalah tidak sah atau batal sebagaimana yang

tercantum dalam hadits nabi SAW

22 (الجخبز زا) ثل إلا نبح لا: قبل ػ الله زض هس اث ػي

rtinya: “ ari bu Musa r.a yang berkata bahwa Rasulullah S W bersabda,

„Tidak ada suatu pernikahan tanpa adanya wali.” H.R ukhari).

Adapun jenis-jenis perwalian diantaranya:

a. Menurut Mazhab Hanafi

Pembagian perwalian kepada tiga bagian yaitu perwalian terhadap

diri, perwalian terhadap harta dan perwalian terhadap diri serta harta

secara bersama-sama. Perwalian terhadap diri adalah mengawasi berbagai

perkara pribadi anak yang belum mencapai usia baligh. Seperti

pernikahan, pendidikan, pengobatan dan pekerjaan yang seharusnya

dilakukan oleh bapak dan kakek serta semua walinya. Perwalian terhadap

harta, yang mengurus berbagai perkara keuangan anak kecil, yang berupa

investas, perputaran, penjagaan dan pembelanjaan.

20

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm Wa Adillatuh Bab 9, (Depok, Gema Insani, 2007),

h. 185 21

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm Wa Adillatuh Bab 9, h. 182 22

Al-Bukh ri, Sahih al-Bukh ri eirut: r l-Fikr), h. 95

Page 30: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

20

Jenis perwalian terhadap diri terbagi kepada dua:

1) Perwalian ijbar yaitu mengucapkan perkataan yang harus dilaksanakan

oleh orang lain. Dengan makna umum ini, perwalian ditetapkan dengan

empat sebab kekerabatan, kepemilikan, perwalian dan imam. Perwalian

ijbar berarti hak wali untuk mengawinkan orang lain dengan orang

yang dia kehendaki. Orang yang memiliki perwalian disebut mujbir

2) Perwalian ikhtiar (sukarela) adalah hak wali untuk mengawinkan orang

yang dia walikan berdasarkan pilihan dan kerelaannya. Dan orang yang

memiliki perwalian ini disebut sebagai wali mukhayyar.23

b. Menurut Mazhab Syafi‟i

Menurut mazhab Syafi‟i wali terbagi dua, yaitu wali mujbir dan bukan

mujbir.

1) Wali mujbir termasuk didalamnya salah satu dari ketiga orang ini yaitu

bapak, kakek serta tuan dari budak.24

Seorang bapak berhak

mengawinkan anaknya yang masih perawan dan masih kecil ataupun

sudah dewasa dengan tanpa izinnya dan disunnahkan mendapatkan

izinnya. Dia tidak memiliki hak untuk mengawinkan janda kecuali

dengan izinnya.

2) Wali yang bukan mujbir yaitu bapak, kakek dan orang lainnya yang

tidak memiliki hubungan kerabat „ashabah. Urutan wali adalah dalam

bentuk berikut ini: bapak, saudara, paman, dari pihak bapak, kemudian

orang yang memerdekakan, kemudian penguasa, maksudnya bapak,

kemudian kakek yang merupakan bapaknya bapak, kemudian bapaknya

kakek dan nasab ke atas, kemudian saudara laki-laki kandung,

kemudian saudara laki-laki sebapak, kemudian keponakan laki-laki dari

saudara laki-laki sekandung, kemudian keponakan laki-laki sebapak

dan nasab di bawahnya,kemudian paman, kemudian seluruh kerabat

ashabah dari hubungan kerabat seperti dalam hubungan kewarisan.

23

Wahbah Al-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatu Jilid IX, amaskus: r al-Fikr, 2007), h.

179 24

Wahbah Al-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatu Jilid IX, h. 183

Page 31: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

21

Kemudian orang yang memerdekakan budak. Kemudian kerabat

Ashabahnya dengan urutan warisan. Budak perempuan yang

dimerdekakan dinikahkan oleh orang yang mengawinkan perempuan

yang memerdekakannya selama orang yang memerdekakannya masih

hidup.25

c. Dalam buku Fikih Munakahat karangan Prof. Dr. H. M.A. Tihami, M.A.,

MM dan Sohari Sahrani, M.M., M.H dijelaskan bahwa wali nikah ada

empat macam, yaitu wali nasab, wali hakim (sultan), wali tahkim dan wali

maula.

1) Wali nasab adalah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan

wanita yang akan melangsungkan pernikahan. Adapun wali nasab

terbagi menjadi dua, yaitu; wali nasab biasa yaitu wali nasab yang tidak

mempunyai kewenangan untuk memaksa menikahkan tanpa izin atau

oersetujuan dari wanita yang bersangkutan. Dengan kata lain wali ini

tidak mempunyai kewenangan menggunakan hak Ijbar. Yang kedua

yaitu wali mujbir, yaitu wali nasab yang berhak memaksakan

kehendaknya untuk menikhakan calon mempelai perempuan tanpa

meminta izin kepada wanita yang bersangkutan. Hak yang dimiliki oleh

wali mujbir disebut dengan hak ijbar.

2) Wali hakim adalah wali nikah dari hakim atau qadhi. Orang yang

berhak menjadi wali hakim adalah pemerintah, khalifah (pemimpin),

penguasa atau qadhi nikah yang diberi wewenang dari kepala negara

untuk menikahkan wanita yang berwali hakim.

3) Wali tahkim, yaitu wali yang diangkat oleh calon suami atau calon istri.

Wali tahkim terjadi apabila wali nasab tidak ada, wali nasab ghaib,

tidak ada qadhi atau pegawai pencatat nikah.

25

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm Wa Adillatuh Bab 9, (Depok, Gema Insani, 2007),

h. 193-194

Page 32: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

22

4) Wali maula, adalah wali yang menikahkan budaknya, yaitu majikannya

sendiri. Adapun maksud budak di sini adalah wanita yang dibawah

kekuasaannya/hamba sahaya.26

Begitu pentingnya pernikahan di dalam Islam sehingga praktek

pelaksanaannya diatur sedemikian rupa. Pengaturan ini tidak hanya ketika

pernikahan terjadi melainkan sebelum pernikahan pun di atur tata caranya.

Inilah yang dikenal dengan khitbah (peminangan). Tidak hanya itu, perwalian

juga memiliki peranan penting karena disebutkan di atas bahwasannya tidak

sah pernikahan tanpa keberadaan wali.

26

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Pt.

Rajagrafindo Persada, 2014), h. 95-98

Page 33: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

23

BAB III

TRADISI NIKAH BAUNDI DI PANDAI SIKEK

A. Profil Nagari Pandai Sikek

1. Sejarah Nagari Pandai Sikek

Sejarah kedatangan orang Pandai Sikek tentu saja sama dengan

sejarah nasional, bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah

Champa di Vietnam Utara (Tonkin), Kamboja dan Kochin Cina

(Indocina).Diperkirakan kedatangannya adalah bangsa Melayu Muda (Deutro

Melayu) yaitu kedatangannya sekitar 500 SM secara bergerombolan.1

Rombongan nenek moyang sampai pada daerah tertinggi yang dituju

adalah Gunung Berapi Singgalang (dulunya Gunung Singgalang aktif)

diperkirakan awal bermukim di Kertayun (daerah dibawah pemancar TVRI

sekarang ada goa dan air terjunnya) dan hidup di goa-goa yang sampai

sekarang masih ada dan ditemukan megalatik seperti Lesung Batu dan lain-

lain.

Kemudian, mereka membuka lahan dan menetap di tempat itu karena

tanahnya subur di bawah kaki Gunung Singgalang (tempat singgah buruang

Elang dan enggang). Tentu saja dalam membuka daerah tersebut para Dato

(niniak kami) lebih dahulu mendirikan taratak-taratak, kubu, kampuang dan

koto.

Menurut cerita, Gunung Singgalang meletus di awal abad ke-16 yaitu

tahun 1500 an Masehi. Dimana erupsinya menyebabkan manusia pindah

kearah bawah dari kaki Gunung Singgalang. Bekas erupsi Gunung

Singgalang sampai saat ini hanya dapat ditumbuhi oleh tanaman sejenis

bambu, yang disebut Batang Parupuak

Akibat adanya erupsi Gunung Singgalang, nenek moyang turun dari

lereng Gunung Singgalang unutuk membuat perkampungan Taratak mulo

dibuek, sudah taratak manjadi dusun, sudah dusun manjadi koto, kudian

1 Saiful Dt. Rajo Sampono, Tutua Nan Badanga Sejarah Adat Dan Budaya Nagari

Pandai Sikek, (Pandai Sikek: t.p, 2014), h. 1

Page 34: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

24

bakampuang banagari. (awalnya Taratak dibuat, sesudah Taratak

terbentuklah dusun, sesudah dusun menjadi Koto, kemudian terbentuklah

perkampungan atau negeri). Terlihatlah oleh nenek moyang suatu daerah

berbentuk sebuah Tanjuang (Tanjung) kemudian masyarakat memberinya

nama Tanjuang. Daerah yang dulunya merupakan daerah Peladangan Baru

dan terletak di daerah ketinggian dinamakan dengan Koto Tinggi. Daerah

yang masyarakatnya mempunyai Pagu, yakni tempat meletakkan kayu bakar,

tetapi Pagu itu tidak kokoh. Biasanya pagu tersebut terletak di atas rumah,

yakni berupa loteng rumah. Oleh karena itu, Pagu yang dibuat untuk kayu

bakar tersebut banyak menyerupai Pagu, maka ia hanya disebut Pagu-Pagu

saja. Lalu daerah itu dikenal dengan Pagu-Pagu. Bagian yang terletak di

bagian bawah atau di hilia (hilir) daerah itu dinamakan Baruah.2

Taratak merupakan cikal bakal terbentuknya sebuah nagari. Begitu

juga halnya dengan Nagari Pandai Sikek, jika ditanya mana yang lebih dulu

Jorong Baruah dengan Jorong Tanjuang, sebagian pasti akan mengatakan

Jorong Baruah lebih dulu, dengan alasan Pusat Pemerintahan Nagari Pandai

Sikek terletak di Jorong Baruah. Namun seperti dibilang tadi Taratak

merupakan cikal bakal terbentuknya Nagari. Sedangkan Taratak dapat kita

temui di Jorong Tanjuang terbukti dengan adanya sebuah permukiman yang

bernama Taratak di Jorong Tanjuang tersebut. Akan tetapi taratak–taratak

tersebut tersebar sepanjang lereng Gunung Singgalang seperti : Jorong Koto

Tinggi bagian Utara, Jorong Tanjuang bagian Utara dan Jorong Pagu–Pagu

bagian Utara sampai Selatan.

Cara membuat perkampungan ini tergolong unik, dimana penghuni

taratak–taratak tersebut terdiri dari berbagai macam suku dan datangnya dari

berbagai tempat yang berjauhan. Sudah pasti pendirian kampung tersebut

adalah melalui musyawarah kesepakatan, seperti kapling-kapling untuk Suku

Sikumbang, Koto, Guci dan sebagainya. Kaplingan tersebut saling

berdekatan, seolah–olah satu suku satu kaplingan. Dalam berbagai sumber

2 Saiful Dt. Rajo Sampono, Tutua Nan Badanga Sejarah Adat Dan Budaya Nagari

Pandai Sikek, (Pandai Sikek: t.p, 2014), h. 2-3

Page 35: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

25

dikatakan kaplingan persukuan ini lebih popular disebut dengan istilah

“S SOK J R MI”.

Nenek moyang masyarakat Pandai Sikek sebelum masuknya agama

Islam dulunya beragama Hindu. Kepercayaan ini meyakini bahwa Tuhan

meresap ke seluruh alam semesta, namun alam semesta bukanlah Tuhan.

Ciri khas agama hindu melambangkan triloka atau tiga dunia, yaitu

Bhurloka (dunia manusia), Bhuvarloka (dunia orang-orang yang tersucikan),

dan Svarloka (dunia para dewa). Dalam agama Hindu segala benda bernyawa

“ jangan makan barimah, bekoh managih nasi, anam bulan manunggunyo,

tabang kalangik bareh beko (jangan makan bersisa, menangis beras nanti,

enam bulan menunggunya, nanti terbang kelangit berasnya)”. an

menggunakan hantaran kepada tempat-tempat yang dianggap keramat seperti

tempat Pincuran. Dan berdoa mempergunakan kemenyan. Masyarakat

mengenal hukuman karma yang diajarkan oleh Agama Hindu. Anak Pandai

Sikek dikenal dengan Urang Nan Tujuah Salapan Indu, kemudian masuk

agama Budha yang mempengaruhi kehidupan masyarakt Pandai Sikek

dengan mengenalkan konsep Budi Nan Baraka. 3

Sebelum masuknya agama Islam di tempat yang tinggi di kaki

Gunung Singgalang didirikan sebuah Surau di Tabiang. Menurut pengertian

asalnya, surau adalah bangunan kecil yang terletak di puncak bukit atau di

tempat yang lebih tinggi dibandingkan lingkungannya, yang dipergunakan

untuk penyembahan arwah nenek moyang. “su” berarti badan dan “rau”

berarti roh. Kemudian dengan masuknya agama Islam surau juga mengalami

Islamisasi, walaupun sisa-sisa kesakralan surau di sana masih jelas terlihat,

seperti dengan adanya puncak atau gonjong yang mereflesikan kepercayaan

mistis dan sekaligus simbol adat. Namun fungsi surau di sana tetaplah sama

hanya saja fungsi keagamaannya menjadi semakin penting. Di samping

dipergunakan sebagai tempat ibadah, surau juga menjadi lembaga pendidikan

dan pengajaran serta kegiatan sosial budaya. Di antara guru di “Surau

3 Saiful Dt. Rajo Sampono, Tutua Nan Badanga Sejarah Adat Dan Budaya Nagari

Pandai Sikek, (Pandai Sikek: t.p, 2014), h. 3

Page 36: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

26

Rangtau” ada seorang nan pandai (orang pintar), tempat orang-orang

bertanya, baik tentang ilmu dunia, maupun tentang ilmu batin. Suatu hari si

Ikek ini membuat rumah yang bagus, dalam waktu yang lama dan penuh

nuansa ukiran, yang sekarang disebut rumah gadang. Dengan berdirinya

rumah yang sangat bagus ini, teman-teman si ikek berkata “iyo pandai si

ikek”. da juga yang berkata ketika ada yang bertanya kepada seseorang

hendak kemana, orang itu akan menjawab “Ka si kek nan pandai”, sejak itu,

daerah tersebut dinamakan Pandai Sikek, yang berasal dari kata “Si kek nan

pandai”.4

Versi lain mengatakan, bahwa asal usul nama pandai sikek adalah

kaena masyarakatnya yang terampil dalam menenun kain songket (pandai

menyisir/manyikek benang), yang mengahsilkan produk kain tenun bernilai

seni tinggi. Jadi daerah/nagari ini, di mana masyarakatnya ahli dan

beraktifitas mengatur ribuan benang setiap hari menjadi sebuah produk seni,

semenjak itu dinamakan daerah nagari Pandai Sikek.5

Dengan terjadinya perkembangan dari waktu ke waktu, maka

bertambahlah jumlah penduduk di daerah Pndai Sikek ini, dari keluarga

membentuk suku,dari suku membentuk kampung, dari kampung terbentuk

Koto, dari Koto terbentuklah sebuah nagari, yaitu Nagari Pandai Sikek.

Setelah terbentuk sebuah nagari maka jumlah penghulu ketika itu berjumlah

60 orang, dan semenjak itulah nama pengulu di nagari pandai sikek

“Panghulu Nan Basaranam Puluah”

2. Kondisi Geografis Nagari Pandai Sikek

Nagari Pandai Sikek merupakan salah satu Nagari yang berada di

wilayah Kabupaten Tanah Datar, yang terletak d sebelah barat Ibukota

Kabupaten Tanah Datar- Batusangkar. Yaitu di perbatasan Kabupaten Agam

dan Kota Padang Panjang. Nagari Pandai Sikek berbatas dengan :

Sebelah Barat : Gunung Singgalang

4 Saiful Dt. Rajo Sampono, Tutua Nan Badanga Sejarah Adat Dan Budaya Nagari

Pandai Sikek, (Pandai Sikek: t.p, 2014), h. 4 5 Berdasarkan data kantor Wali Nagari Pandai sikek. Diambil tanggal 8 Maret 2018.

Page 37: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

27

Sebelah Timur : Nagari Koto Baru dan Nagari Aie Angek

Kab. Tanah Datar

Sebelah Selatan : Nagari Koto Laweh Kab. Tanah Datar

Sebelah Utara : Nagari Padang Laweh-Kab. AGAM

Pandai Sikek mempunyai iklim sejuk dengan suhu 270

C s/d 300

C,

dengan ketinggian 1.164 dpl. Nagari Pandai Sikek mempunyai curah hujan

yang cukup tinggi dan sangat potensi untuk daerah pertanian, perkebunan,

dan perikanan. Sehingga masyaarakat Nagari Pandai Sikek pada umumnya

mata pencariannya adalah petani (75 %). Disamping pertanian, Nagari Pandai

Sikek juga terkenal sebagai Nagari Kerajinan Songket dan Ukiran.

Disamping itu Penduduk Nagari Pandai Sikek sangat taat beragama, sehingga

disetiap jorong dapat kita temui mesjid dan surau yang besar dan megah

dengan jamaah yang juga aktif dalam berbagai kegiatan beragama dan juga

Nagari Pandai Sikek masih menjunjung tinggi pelaksanaan dan pengamalan

Adat Salingka Nagari, dengan Falsafah “ADAT BASANDI SYARAK,

SYARAK BASANDI KITABULLAH”.

3. Pemerintahan Nagari Pandai Sikek

Wali Nagari : H. Harmen St. Rajo Malano

Ketua TP-PKK Nagari : Hj. Swita Harti

(Tim Penggerak Pembinaan kesejahteraan keluarga)

Ketua BPRN : Y. Dt. Bagindo Malano

(Badan Perwakilan Rakyat Nagari)

Ketua KAN : S. Dt. Bagindo Basa

(Kerapatan Adat Nagari)

Ketua LPM : G. Dt. Rangkayo Marajo

(Lembaga Pembangunan Masyarakat)

Page 38: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

28

4. Kondisi Sosial Budaya Nagari Pandai Sikek

a. Kependudukan

1) Jumlah penduduk : 5.517

2) Jumlah KK : 1.401

3) Jumlah laki-laki

a) 0-5 tahun : 260

b) 5-6 tahun : 75

c) 7-15 tahun : 494

d) 16-59 tahhun : 1766

e) Diatas 60 tahun : 306

b. Kesejahteraan sosial

1) Jumlah KK prasejahtera : 26

2) Jumlah KK sejahtera : 336

3) Jumlah KK sedang : 794

4) Jumlah KK kaya : 32

5) Jumlah KK miskin : 213

c. Tingkat pendidikan

1) Tidak tamat SD/belum sekolah : 1.375

2) SD dan Tamad SD : 1592

3) SMP dan Tamat SMP : 1681

4) SMA dan Tamat SMA : 649

5) Diploma/sarjana : 220

d. Mata pencaharian

1) Buruh tani : 75

2) Petani : 1469

3) Peternak : 0

4) Pedagan/wiraswasta/pengusaha : 841

5) Tukang kayu : 93

6) Tukang batu : 24

7) Penjahit : 13

8) PNS : 70

Page 39: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

29

a. Pensiunan : 35

b. Perangkat Nagari : 12

c. Pengrajin : 888

d. Industri kecil : 4

e. Lain-lain : 1860

e. Agama : Islam

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa:

1) Kependudukan

Jumlah usia produktif lebih banyak dibandingkan denganusia anak-

anak dan lansia. Perbandingan usia anak-anak, produktif dan lansia

adalah sebagai berikut: 28% : 60% : 12% dari 5517 jumlah penduduk

yang berada pada kategori usia produktif. Laki-laki dan perempuan

jumlahnya seimbang

2) Kesejahteraan

Jumlah KK sedang mendominasi yaitu 57% dari total Kepala

Keluarga, KK prasejahtera 1,9%, KK sejahtera 24%, KK kaya 2,3%,

KK miskin 15,2% dari total kepala keluarga.

3) Tingkat pendidikan

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9 tahun

baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP

mendominasi peringkat pertama.

4) Mata pencaharian

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani, pengrajin

tenun dan ukiran. Nagari Pandai Sikek yang terletak di kaki Gunung

Singgalang menjadikan kawasan ini subur untuk lahan pertanian,

sehingga Nagari Pandai Sikek termasuk Nagari penghasil sayur/

holtikurtular. Dalam bidang kerajinan Songket, Nagari Pandai Sikek

merupakan penghasil Songket. Nagari Pandai Sikek sudah dikenal

sampai kemancanegara. Tenunan Pandai Sikek banyak diminati

wisatawan domestik, mancanegara bahkan pejabat-pejabat yang ada di

Indonesia maupun mancanegara, begitu juga dengan ukiran Pandai

Page 40: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

30

Sikek. Keahlian membuat ukiran dan Songket Pandai Sikek telah

didapatkan secara turun temurun sejak zaman dahulu.

5. Peta Nagari Pandai Sikek

Gambar 1

Nagari Pandai Sikek

6

B. Tradisi Nikah Baundi di Pandai Sikek

1. Tradisi Nikah Baundi

Baundi adalah tradisi yang dilakukan untuk mencarikan calon jodoh

anak dengan melibatkan pihak mamak7, bapak (sumando), bako

8 dan keluarga

sekitar.9

Baundi adalah musyawarah dalam kaum untuk mencari jodoh anak

perempuan dewasa yang sudah dapat kawin menurut UU perkawinan.10

Dinamakan Baundi karena berasal dari kata-kata undian. Dalam artian ketika

keluarga telah duduk bersama lalu dilaksanakan undian (pertimbangan baik

6 Peta diperoleh dari https://psikek.wordpress.com/ekomoni/profil/ diakses pada tanggal

12 April 2018, pukul 10.20 WIB. 7 Mamak adalah saudara laki-laki dari ibu

8 Bako adalah saudara laki-laki dari ayah

9 Saiful Dt. Rajo Sampono, Tutua Nan Badanga (Pandai Sikek: KAN Pandai Sikek,

2014) h. 92 10

Peraturan Nagari Pandai Sikek nomor: 02 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Adat

Istiadat ngari Pandai Sikek. Bab VII Tata Cara Perkawinan Bagian Satu Batunangan. Pasal 24 ayat

1.

Page 41: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

31

buruk) melalui musyawarah mengenai calon yang akan disandingkan dengan

anaknya.

“Sabananyo Baundi tu istilah, tu samo jo undian jadi dari babarapo

usulan yang diajukan bekoh diundi dengan caro mufakat sahinggo dapek lah

calon no 1, 2 , 3, 4 sampai 5 umpamonyo.” 11

(Sebenarnya Baundi itu adalah

istilah. Jadi dari beberapa usalan yang diusulkan, dilaksanakan Baundi

(pertimbangan baik dan buruk) dengan cara musyawarah dan mufakat

sehingga didapatlah calon nomor 1,2,3,4 sampai 5 umpanya.” (Jadi Baundi

ini adalah tradisi adat untuk mencari calon suami anak. Jika kita punya

kemenakan (keponakan perempuan) sudah layak untuk dinikahkan).

Kok siriah lah patuik bajunjuang

Kok ayam lah patuik baindu

Lah patuik mandirikan adaik

(Apabila sirih sudah layak untuk diangkat, jika ayam sudah layak

untuk dicarikan pasangan, sudah layak untuk mendirikan adat)

Jadi sebagai ayah yang memiliki anak perempuan yang sudah layak

untuk menikah maka wajib menemui Penghulu/Niniak mamak (pimpinan

suku) untuk disampaikan bahwasannya anaknya sudah besar dan siap untuk

dinikahkan. Kemudian si ayah bertanya mengenai kapan waktu yang tepat

untuk batamu-tamu (bertatap muka) untuk mencari junjungan anak ini.12

Tradisi Baundi juga disebut dengan istilah bakato-kato13

. Disebut

demikian karena seorang bapak (orang yang memakai adat, dalam artian

sebagai seorang sumando) dalam suatu kaum memberitakan dan memberi

kabar bahwa anaknya sudah dewasa. Karena anak yang ada dalam satu

persukuan dianggap sebagai anak oleh semua orang sumando yang ada di

suku tersebut. Penyampaian kabar dan berita bahwa anak kita sudah dewasa

itu disampaikan dalam acara Baundi, sehingga Baundi pada prinsipnya bukan

Baundi (diundi/dikocok lalu dipilih satu seperti permainan judi) akan tetapi

11

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018 12

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018 13

Bakato-kato (berkata-kata) adalah memberitahukan kabar bahwa anak perempuannya

sudah besar dan layak untuk menikah.

Page 42: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

32

bakato-kato, sebagai salah satu cara penyampaian kabar bahwa anak gadis

sudah dewasa kepada keluarga.14

Pelaksanaan tradisi ini merupakan sebuah kewajiban yang mesti

dilaksanakan. Jikalau tradisi ini tidak dilaksanakan maka suku tersebut akan

dikenakan sanksi adat (sanksi sosial) yaitu akan dikucilkan dan tidak

disertakan dalam acara-acara adat kedepannya.15

2. Sejarah Nikah Baundi

Jika melihat kepada literatur yang ada mengenai sejarah dan tambo16

Minangkabau. Penulis tidak menemukan adanya pembahasan mengenai

kapan awal mula pelaksanaan tradisi ini. Data yang penulis temukan hanya

berupa wawancara dari penduduk setempat yang melaksanakan tradisi ini.

dintaranya:

Menurut Bapak Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh keeberadaan tradisi

Nikah Baundi telah ada sejak dahulunya dan tidak diketahui kapan mulainya

tradisi ini. Bapak Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh menegaskan bahwa

“Tradisi Nikah Baundi telah ada sejak dahulunya. Tradisi ini

termasuk “adaik salingka nagari”17

yang pelaksanaannya hanya dilakukan

oleh masyarakat Pandai Sikek saja. Mengenai sejarah awal perkembangan

tradisi ini tidak terlalu saya ketahui, yang penting pelaksanaan tradisi Nikah

Baundi tidak satupun melanggar ketentuan agama. Sejak awalnya telah sesuai

dengan Islam. Untuk kepastian kapan dan siapa tokoh asalnya saya kurang

begitu paham. Tapi yang jelas semenjak saya ada di sini tradisi ini telah

ada.18”

Penuturan ini juga didukung dengan pendapat bapak Sefrizal Dt.

Bagindo Basa (Tokoh Adat daerah Pandai Sikek). Beliau menjelaskan

“Tradisi ini turun temurun adanya. Jikalau kita memberikan batasan

Perjanjian Bukit Marapalam yang mengeluarkan falsafah Adat Basandi

14

Wawancara pribadi dengan Bapak Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh. Pandai Sikek, 07

Maret 2018 15

Wawancara pribadi dengan Bapak Armen St. Rajo Malano, Pandai sikek, 07 Maret

2018 16

Tambo adalah cerita Minangkabau yang tidak diketahui asal mulanya dan penulisnya.

Yang jelas cerita ini telah disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi. 17

Adaik salingka nagari adalah adat yang hanya dilakukan oleh negeri itu saja. 18

Wawancara pribadi dengan bapak Sefrizal Dt. Bagindo Basa, Ketua KAN, Pandai

Sikek, 07 Maret 2018

Page 43: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

33

Syarak, Syarak Basandi Kitabullah maka tradisi ini telah ada jauh sebelum

terjadinya konsesus Bukit Marapalam itu, sehingga karena ini dari dahulunya

telah sesuai dengan Islam diperkuat dengan keberadaan Syarak. Memang

benar sebelum datangnya Islam di Indonesia khususnya di Minangkabau telah

ada keperecayaan Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha. Akan tetapi jika

melihat kepada budaya adat Minangkabau hanya sedikit yang dipengaruhi

oleh kepercayaan ini, karena kita melihat bahwa orang Minangkabau secara

keseluruhan aslinya adalah orang Islam, sebab tidak adanya bukti yang

mengatakan ada orang Minangkabau yang beragama Hindu/Budha atau

lainnya. Memang benar ada Adityawarman yang beragama Hindu akan tetapi

dia hanya dikenal sebagai raja di Pagaruyuang Batu Sangkar karena

merupakan titah dari Majapahit, dan disebabkan karena dia adalah orang yang

kuat. Jauh sebelum Adityawarman telah ada Lareh nan duo (Koto Piliang dan

Bodi Caniago) yang bersumber dari Dt. Katumanggungan dan Dt. Parpatiah

Nan Sabatang di Minangkabau, meskipun mereka kala itu belum menganut

agama. Setelah Islam masuk, masyarakat Minangkabau mulai masuk Islam

dan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Syarak mulailah diganti dan

disesuaikan dengan adat Minangkabau. Sebagai puncaknya adalah terjadinya

perjanjian Sumpah Sati Marapalam yang mengeluarkan falsafah Adat

Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Melihat ke latar belakangnya,

orang Pandai Sikek khususnya, merujuk kepada Pepatah Adat Marajo

Kapado Mufakaik (mengambil kata mufakat) dalam penyelesaian perkara.

Maka tradisi Baundi adalah salah satu contohnya. Jika kita melihat kepada

Baundi ini yang ditonjolkan sebenarnya adalah sisi permusyawarahannya.”19

Dapat disimpulkan bahwa keberadaan tradisi Nikah Baundi telah ada

sejak dahulu kala. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan munculnya

tradisi ini, bahkan diketahui tradisi Baundi telah ada jauh sebelum adanya

perjanjian Sumpah Sati Marapalam. Sungguh pun demikian pelaksanaan

tradisi ini tetap menjunjung tinggi nilai keIslaman sehingga masih tetap

berada dalam koridor yang diakui oleh Islam.

3. Orang-Orang yang Terlibat dalam Tradisi Nikah Baundi

a. Orang tua

Orang tua dari si gadis merupakan pihak yang memiliki

kepentingan di sini. Karena anaknyalah yang akan diundikan.20

Oorang

19

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018 20

Diundikan yaitu dilaksanakan tradisi Baundi.

Page 44: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

34

tua adalah pihak yang mengetahui perkembangan dari si anak. Karena

bersama merekalah anak dibesarkan.

b. Niniak mamak

Niniak mamak atau yang disebut dengan penghulu merupakan

kepala sepesukuan di Minangkabau. Niniak mamak memiliki peranan

yang sangat penting karena beliaulah yang dijadikan pemimpin disana.

Sehingga tahap awal dari pelaksanaan tradisi ini adalah Mampaiyoan Ka

Mamak sebagai bentuk penghormatan atas beliau. Niniak mamak

memiliki peranan penting dalam acara itu. Semenjak dari tahapan awal

permulaan tradisi ini orang yang pertama kali dikunjungi untuk meminta

pendapat adalah Niniak mamak. Dalam acara Baundi ketidak hadiran dari

mamak akan mempengaruhi jalannya tradisi ini. sehingga ketika Niniak

mamak berhalangan hadir akan digantikan oleh Panungkek21

dengan

memakai sebuah tanda sebagai bukti bahwasannya peran Niniak mamak

digantikan oleh Panungkeknya. Biasanya tandanya itu berupa peci yang

menandakan sudah digantikan oleh panungkeknya dalam acara itu.

Jikalau penghulu atau Panungkeknya belum datang, tradisi ini belum

boleh dilaksanakan.

c. Mamak

Pada masyarakat Pandai Sikek penyebutan mamak terdiri dari

beberapa bagiannya, diantaranya adalah mamak kontan, mamak rumah.

Mamak kontan merupakan saudara laki-laki kandung ibu, sementara

mamak rumah merupakan anak laki-laki dalam keluarga tersebut yang

usianya relatife masih muda dan belum berkeluarga. Adapun saudara

laki-laki ibu dari kerabat luas ibu dalam pasukuan tersebut hanya disebut

mamak saja. Dalam pelaksanaan tradisi Baundi mamak kontan

merupakan pihak yang pertama kali yang akan ditemui oleh pihak

keluarga inti dari anak perempuan yang akan dipaundian atau disebut

dengan mampaiyoan. Tujuan kedatangannya untuk menyampaikan

apakah menurut pandangan mamak kemenakan perempuannya tersebut

21

Panungkek adalah wakil dari Niniak mamak

Page 45: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

35

sudah dewasa dan sudah pantas untuk dicarikan calon suaminya?

Pandangan sekaligus izin beliau menjadi penentu apakah anak

kemenakan perempuan mereka memang sudah pantas untuk dilakukan

acara Baundi untuknya.22

d. Mamak rumah

Mamak Rumah merupakan saudara laki-laki dari garis ibu dalam

pasukuan tersebut dari segi usianya masih muda atau lebih kurang sebaya

dengan perempuan yang akan akan dipaundian. Sebelum acara Baundi

dilakukan, mamak rumah akan mamanggie atau menyampaikan

undangan kepada pihak yang telah ditentukan oleh panghulu untuk dapat

hadir dalam acara Baundi. Sementara pada saat Baundi dilangsungkan

beliau bertugas menghidangkan makanan kepada semua pihak yang

hadir.23

e. Bako

Bako adalah pihak keluarga ayah yang laki-laki. Keselurahnnya

diundang untuk menghadiri acara ini.

f. Sumando Sapasukuan

Sumando Sapasukuan adalah laki-laki yang menjadi menantu dari

perempuan di pesukuan tersebut. Dalam penyebutannya Sumando di

Pandai Sikek disebut dengan “ apak”

g. Bundo kanduang

Pihak perempuan yang telah menikah di sepesukuan tersebut

disebut dengan Bundo Kanduang. Peranannya menjadi penting karena

Bundo Kanduang adalah orang yang dianggap mengetahui kondisi

kampung. Hal ini disebabkan karena Bundo kanduang lebih sering

dirumah dan di kampung sehingga mengetahui setiap kabar yang ada di

22

Dewi Ratnasari, Tradisi Baundi Pada Masyarakat Pandai Sikek Studi Kasus: Pada

Masyarakat Pandai Sikek Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, (Padang: UNAND, 2017)

h. 73 23

Dewi Ratnasari, Tradisi Baundi Pada Masyarakat Pandai Sikek Studi Kasus: Pada

Masyarakat Pandai Sikek Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, h. 73

Page 46: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

36

kampung. Berbeda dengan kaum lelaki yang biasanya mencari nafkah

sehingga sering tidak di rumah. 24

h. Tetangga sekitar.25

Tetangga diikut sertakan dalam acara ini karena tetangga adalah

orang yang berada didekat rumah dari orang yang memiliki hajat.

Sehingga kehadirannya juga diharapkan untuk memberikan

pertimbangan jodoh.

24

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018 25

Wawancara pribadi dengan ibu Rahma Alam Sudin, masyarakat, Pandai Sikek, 08

Maret 2018

Page 47: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

37

BAB IV

TRADISI NIKAH BAUNDI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Praktek Nikah Baundi dalam Masyarakat Pandai Sikek

1. Tahapan Pelaksanaan Tradisi Nikah Baundi

Sebelum pelaksanaan adat perkawinan di Pandi Sikek, maka wajib

bagi seorang perempuan yang sudah dewasa untuk melaksanakan tradisi

nikah Baundi. Adapun tahapan pelaksanaan dari tradisi Nikah Baundi secara

umum adalah:

a. Mampaiyoan Ka Mamak (memberikan kabar ke Mamak)

Dalam tahapan ini bapak datang ke Niniak mamak (penghulu)

untuk mengabarkan bahwa anak gadis yang ia miliki ini sudah dewasa

dan siap untuk dinikahkan.1 Dalam penentuan ke dewasaan ini selain

melihat kepada batasan umur dalam UU perkawinan juga melihat kepada

asas “Patuik Jo mungkin”. Maksudnya patut dan mungkin untuk dilihat

kecakapannya, apakah sudah mampu untuk menempuh jenjang

perkawinan dan menjadi istri orang atau belum.2

Kok siriah lah patuik bajunjuang

Kok ayam lah patuik baindu

Lah patuik mandirikan adaik

Sirih sudah patut untuk dijunjung

Jikalau ayam sudah patut untuk dicarikan pasangan

Sudah patut dan layak untuk mendirikan adat.

Berpatokan dengan asas patuik jo mungkin (patut dan mungkin)

bapak dan mamak beserta keluarga memberikan penilaian tentang

kedewasaan seorang gadis dalam keluarganya. Karena Mamak dan bapak

itu berfungsi : Kok siang bacaliak-caliak an, kok malam badanga-

dangakan. Raso-rasonyo anak ko kalau ndak dipalakian akan menjadi

1 Wawancara pribadi dengan bapak Sefrizal Dt. Bagindo Basa, Ketua KAN, Pandai

Sikek, 07 Maret 2018 2 Wawancara pribadi dengan Ustad Dariman Dt. Rangkai Tuo, Tokoh Agama, Pandai

Sikek, 08 Maret 2018

Page 48: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

38

aib nantinya.3 Kriteria selanjutnya adalah gadis itu sudah mengenal laki-

laki (sudah memiliki rasa suka terhadap laki-laki), sehingga patokan

umur dalam penentuan perkawinan di sini tidak ada karena yang bermain

adalah raso (perasaan) karena adat adalah “baso basi jo raso”. Sehingga

ada keinginan dari bapak untuk melaksanakan tradisi ini.4

Setelah disampaikan bahwasannya anaknya sudah dewasa dan

patut untuk dinikahkan kemudian Mamak menyetujuinya, lalu bapak

bertanya ke Niniak mamak mengenai waktu yang tepat untuk

dilaksanakan Tradisi Baundi.

Dalam perihal waktu ini, baik Mamak dan bapak sama-sama

menyepakati kapan akan dilaksanakan. Dahulu memang pelaksanaannya

sering dilakukan hari Jumat malam. Hal ini disebabkan karena hari jumat

adalah hari istirahat masyarakat Pandai Sikek yang sebagian besar

masyarakat Pandai Sikek berprofesi sebagai petani, sehingga dihari

Jumat kegiatan tersebut tidak dilaksanakan karena dibatasi sholat Jumat.

Berbeda dengan konteks sekarang, dimana waktu pelaksanaannya bebas

asalkan disepakati keluarga. Asalkan keluarga yang diundang bisa hadir

semua.5 Setelah diketahui hari yang tepat, Bapak bertanya ke Niniak

mamak mengenai orang-orang yang patut untuk diundang.

Jadi dalam pelaksanaan kegiatan Mampaiyoan Ka Mamak

tujuannya adalah; pertama memberitahukan kepada Niniak mamak

bahwasannya anaknya sudah besar. Kedua: menyepakati hari antara

Bapak dan Mamak. Ketiga: menanyakan Ke Niniak mamak mengenai

orang-orang yang akan diundang.

3 Kalau siang dilihat-lihat, kalau malam didengar-dengarkan. Rasa-rasanya anak ini kalau

tidak dinikahkan akan menjadi aib nantinya. 4 Wawancara pribadi dengan Ustad Dariman Dt. Rangkai Tuo, Tokoh Agama, Pandai

Sikek, 08 Maret 2018 5 Wawancara pribadi dengan Ustad Dariman Dt. Rangkai Tuo, Tokoh Agama, Pandai

Sikek, 08 Maret 2018

Page 49: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

39

b. Mamanggia

Mamanggia berarti memanggil. Jadi keseluruhan orang yang

patut diundang dan dipanggil untuk melaksanakan tradisi ini.

Dalam proses dan tahapan pelaksanaan Mamanggia ini dilakukan

dengan 2 cara yaitu:

1) Mamapa mamanggia yaitu mengundang orang-orang terdekat. Dan

bertanya lagi siapa kira-kira yang akan diundang.

2) Maapa mamanggia yaitu mengundang semua keluarga yang ada

dalam satu payung pesukuan itu.

Dalam proses ini yang memanggil itu biasanya adalah yang

bujang-bujang dari sepesukuan itu.6 Dalam proses Mamanggia ini kata-

kata yang disampaikan adalah “bakato-kato”.7 Lalu setelah diundang

semua keluarga dipersilahkan hadir dan berkumpul di temapat dan waktu

yang telah disepakati.

c. Tradisi Baundi

Setelah semua hadir dalam acara ini. Agenda pertama dalam

tradisi ini adalah Pasambahan oleh niniak mamak dan keluarga.

Pesambahan berisikan petatah petitih adat Minangkabau yang kemudian

disusul dengan pembahasan mengenai calon dari si perempuan yang

hendak menikah ini. Pihak-pihak yang hadir kemudian mengusulkan

nama-nama yang akan disandingkan dengan anak gadis mereka lalu

dicatat di sebuah kertas. Adapun isi dari pasambahannya ialah: Bapak

menyampaikan bahwasannya anak gadisnya sudah besar,

“Kok kacang lah patuik dicarian junjungannyo, kok ayam lah

patuik dicarikan indunyo. Nan ketek nanti gadang, nan gadang lah tau

weleng jo gendeang, lah tau malo jo raso, lah tau awa jo akhia

pekerjaan lah patuik dijapuik kadijangkaukan urang ka Mamakai dan

mandirikan adat. Sia kiro-kiro nan ka dijapuik kadijangkaukan adat.”

6 Wawancara pribadi dengan ibu Rahma Alam Sudin, masyarakat, Pandai Sikek, 08

Maret 2018 7 Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018

Page 50: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

40

Maksud dari Pasambahan antara bapak kepada Mamak/ panghulu

adalah untuk menyampaikan bahwasannya anak ini sudah dewasa dan

patut untuk dinikahkan. Oleh karenanya patutlah kita mencari siapa yang

sesuai untuk dijadikan pasangan dari gadis ini baik itu dari panghulu,

Mamak, bako, dan sumando serta bundo kanduang siapa kira-kira yang

sesuai mendampingi anaknya.8

Setelah didapat kesepakatan bahwasannya si anak/kemenakannya

sudah “patuik jo mungkin” dalam artian sudah dewasa maka

dilanjutkanlah proses tawar menawar. Dalam proses inilah kemudian

setiap dari keluarga yang memiliki jodoh mengusulkan kepada hadirin

yang hadir mengenai jodoh yang cocok untuk anak atau kemenakan gadis

mereka.

Pemberian usulan jodoh ini, setiap pihak yang hadir memiliki

porsi yang sama. Dalam hal ini setiap pihak yang hadir boleh

mengajukan nama-nama yang sikiranya cocok untuk disandingkan

dengan anak atau kemenakan mereka. Usulan yang diberikan biasanya

berjumlah ganjil. Kisaran 5,7, 9 atau 11 orang, yang penting ganjil.9

Untuk pertama kalinya sang ayah mempersilahkan kepada panghulu atau

niniak mamak untuk memberikan usulannya. Siapa kira-kira yang tampak

oleh niniak mamak sebagai langkah penghormatan kepada pimpinan.

Lalu kemudian dipersilahkan kepada keluarga yang lain untuk

memberikan usulannya. Setelah itu, dicatat di atas sebuah kertas.

Setelah didapat nama-nama yang diusulkan oleh keluarga,

sebagai penutup dari pertemuan ini bapak (sumando) akan menyebutkan:

“kok misalnyo lah kami jajak jalani katujuahnyo,ruponyo ndak

do nan cocok, Kok ado nan inggok balangau biko, ba a tuh? Ka baulang

Baundi ko angku? (kalau misalnya ketujuh calon tersebut sudah

dikunjungi, tapi tidak ada yang cocok. Kalau misalnya ada yang datang

8 Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018 18

Wawancara pribadi dengan bapak Sefrizal Dt. Bagindo Basa, Ketua KAN, Pandai

Sikek, 07 Maret 2018

Page 51: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

41

atau diluar dari yang tujuh orang itu, bagaimana? Apakah akan diulang

Baundi ini?)

ijawab oleh angku panghulu): “yo kalau ndak do, kok ado nan

nampak jauh, nan tacelak tampak ampia, tapi ndak masuak ka nan

tujuah. Kami pulangkan se ka ayah induaknyo nan sapangka.” (Kalau

tidak ada, semisal ada yang nampak akan tetapi tidak masuk kepada yang

tujuh orang itu maka kami pulangkan kepada orangtuanya).

Dalam artian tradisi ini tidak dilakukan lagi karena tradisi ini

cukup hanya sekali dilakukan dalam semumur hidup.Setelah didapat

nama-nama yang akan dicalonkan. Acara ini pun ditutup, kemudian

orang tua dari anak perempuan ini berdiskusi dan memberitahukan

mengenai perihal penjodohan ini kepada si perempuan. Siapa diantara

nama tersebut yang akan dipilihnya, kemudian diurutkan siapa yang

terlebih dahulu untuk ditemui.10

d. Mananyoi

Setelah didapat nama-nama yang diusulkan untuk dijadikan calon

jodoh bagi siperempuan. Selanjutnya bapak (sumando di pesukuan

tersebut) mendatangi calon yang telah diusulkan sesuai dengan

urutannya. Dalam proses mananyoi ini disertai dengan Manjalani (pergi

menuruti dan menemui) orang-orang yang diusulkan sesuai nomor satu,

dua, tiga dan seterusnya. Dalam proses mananyoi ini ayah kandung tidak

turut serta didalamnya. Adapun maksud dari ketidak ikut sertakan ayah

ini dan hanya bapak (sumando pasukuan) yang menuruti calon tersebut

yaitu sesuai dengan pepatah adat:

Anak ka saanak (anak dirasa satu anak)

Kamanakan sa kamanakan (keponakan dirasa satu keponakan)

Maksudnya adalah dalam sepesukuan tersebut baik itu anak

maupun keponakan semuanya dianggap dimiliki oleh kaum. Sehingga

10

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018

Page 52: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

42

menjadi tanggung jawab bersama dalam mendidik, membesarkan dan

juga mencarikan jodohnya.

Setelah bertemu dua keluarga, dari pihak laki-laki biasanya

meminta tenggang waktu untuk berpikir, biasanya tenggang waktunya

kisaran 3 hari.

e. Manukeh.

Kedatangan kedua kalinya untuk menanti jawaban dari pihak

laki-laki, inilah yang disebut dengan Manukeh. Dalam memberikan

jawaban dilakukan menggunakan petatah Minang yang syarat dengan

kiasan dan sindiran. Ketika diterima barulah prosesi selanjutnya

dilaksanakan. Jikalau tidak diterima maka si bapak (sumando) pergi ke

calon berikutnya.

f. Maantaan tando.

Maantaan tando berarti mengantarkan tanda/seserahan. Dalam

artian ketika calon mempelai laki-laki telah menyetujui perjodohan ini

maka pihak keluarga perempuan akan mengantarkan “seserahan

(Tando)” yang berisi:

1) Emas seharga satu uang suku emas11

2) Gondola12

dan uang sebesar Rp. 30.000

3) Tando di bungkus dengan kain tenun Pandai Sikek

4) Tando untuk orang di luar Pandai Sikek yaitu barang emas 1 (Satu)

rupiah mas Amerika13

.14

Yang mengantarkan Tando ini adalah Bundo Kanduang

(perempuan) di pesukuan tersebut.

g. Mambaliakan Tando.

Setelah Tando diterima oleh pihak laki-laki kemudian dalam

jangka waktu lebih kurang 3 hari kemudian, dikembalikan lagi untuk

11

Satu uang suku emas seharga 3,5 emas (8,75 gram) seharga lebih kurang lima juta

12 Gondola yaitu kalung emas

13 Satu rupiah emas Amerika seharga 2 kali suku emas atau seharga sepuluh juta 14

Peraturan Nagari Pandai Sikek Nomor: 02 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Adat

Istiadat Nagari Pandai Sikek Bab VII Tata Cara Nikah Kawin Bagian Satu Batunangan. Pasal 24

ayat 4.

Page 53: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

43

ditambah oleh pihak perempuan. Setelah pengembalian ini berarti kedua

belah pihak telah resmi bertunangan.

Selama bertunangan yang laki-laki memungkiri pertunangan

maka yang laki-laki wajib mengembalikan tando sebanyak dua kali lipat

kepada pihak perempuan. Akan tetapi jikalau yang memungkiri adalah

pihak perempuan maka Tando hilang.

Secara lebih ringkas, urutan pelaksanaan praktek nikah Baundi

adalah mampaiyoan ka mamak (memberikan kabar ke mamak bahwa

anaknya sudah besar), mamanggia (memanggil atau mengundang

keluarga dan karib kerabat sebelum baundi dilaksanakan) kemudian

pelaksanaan tradisi Baundi (Dengan menghasilkan nama calon yang akan

dipinangkan dengan anak gadisnya), setelah pelaksanaan Baundi baru

bapak (pihak keluarga ayah) mendatangi calon yang telah diusulkan

namanya. Ketika proses mananyoi selesai dilanjutkan dengan manukeh,

maantaan tando dan mambaliakan tando. Setelah keseluruhan prosesi

Baundi selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan pernikahan.

2. Praktek Nikah Baundi di Pandai Sikek

Tradisi nikah Baundi yang semula bertujuan untuk pencarian jodoh

bagi anak perempuan lambat laun mengalami perubahan dan pergeseran

dalam praktek pelaksanaannya seiring perkembangan zaman. Praktek

nikah Baundi sekarang dilakukan dengan tiga cara:

a. Ajang pencarian jodoh

Tradisi Baundi masih tetap dijadikan sebagai ajang pencarian

jodoh. Hal ini terjadi jika anak atau kemenakannya memang tidak

memiliki calon, sehingga keluarganyalah yang mencarikan. Akan

tetapi pola pelaksanaan seperti ini sudah jarang terjadi.

b. Praktek Baundi untuk yang sudah ada jodoh

Praktek nikah baundi yang dilakukan saat ini sudah lebih menjurus

kepada pelaksanaan adat saja. Mengenai tahapan pelaksanaan tradisi

Baundi sekarang ini masih tetap sama dengan zaman dahulu, tetapi

jika dilihat dari penentuan jodoh lebih kepada keinginan si anak.

Page 54: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

44

Karena biasanya si anak perempuan telah memiliki jodoh yang

diinginkan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya

pergaulan yang sudah meluas, perkembangan teknologi yang semakin

cepat memberikan kontribusi terhadap perubahan praktek ini.

Terutama praktek pacaran yang sudah meluas dikalangan laki-laki dan

perempuan saat ini. Sehingga tujuan utama praktek nikah Baundi

untuk pencarian jodoh hanya dijadikan sebagai ceremonial saja,

karena pasangan yang diperuntukkan untuk anaknya telah ada.15

c. batumpangan

Maksudnya pelaksanaan tradisi nikah baundi yang dibarengi dengan

acara lainnya seperti makan singgang ayam atau pemberian gelar

kepada laki-laki yang hendak menikah. Jadi pelaksanaan tradisi ini

disatukan dengan pelaksanaan adat lain. Seperti pelaksanaan adat

makan singgang ayam. Dalam pelaksanaan secara batumpangan ini

semua anak perempuan yang sama ibunya dalam artian mereka adalah

saudara kandung, dapat dilakukan tradisi baundi ini meskipun mereka

belum cukup umur untuk menikah. Dalam artian, prosesi baundi

hanya dijadikan sebagai ceremonial adat saja. 16

B. Analisis Peran Wali Mujbir dalam Tradisi Nikah Baundi

Menurut pandangan orang Minangkabau perkawinan tidak hanya

menghubungkan seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami isteri,

tetapi juga menghubungkan dua suku dalam hubungan persemendaan. Oleh

karena itu memilih jodoh juga menjadi urusan keluarga, ditambah lagi akibat

perkawinan itu seperti urusan keturunan, nasab dan lainnya tidak akan lepas

daripada urusan keluarga. Oleh karenanya keterlibatan keluarga sangat besar

terutama dalam hal perkawinan.

Wali Mujbir adalah seorang wali yang berhak menikahkan perempuan

yang diwalikan tanpa menanyakan pendapat mereka terlebih dahulu, dan berlaku

juga bagi orang yang diwalikan tanpa melihat rida atau tidaknya pihak yang

15

Wawancara pribadi dengan Ibuk Moren Inggawati, Pandai Sikek, 05 Maret 2018 16

Wawancara pribadi dengan Ibuk Etriza, Pandai Sikek, 05 Maret 2018

Page 55: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

45

berada di bawah perwaliannya.17

Peran dari wali Mujbir mulai tampak tatkala

dalam prakteknya di tradisi ini si perempuan hanya mengetahui jodoh yang akan

disandingkan dengannya ketika pernikahan berlangsung. Menurut Imam Syafi‟i

yang termasuk dalam golongan yang memiliki hak ijbar adalah ayah, kakek dan

tuan dari budak.18

Pelaksanaan hak ijbar ini dilakukan dengan beberapa syarat,

diataranya; pertama, tidak adanya permusuhan yang nyata antara wali dan anak

perempuan. Kedua, tidak ada permusuhan yang nyata antara anak perempuan

dengan calon suami. Ketiga, calon suami harus sekufu. Keempat diyakini sianak

ketika dinikahkan tidak akan menderita dan kelima adalah suami harus

memberikan maskawin yang pantas (mitsil)19

.

Dalam pelaksanaan tradisi Baundi ini, pemusyawarahan dalam penentuan

jodoh dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh keluarga dalam pesukuan

tersebut. Jadi meskipun hak ijbar hanya dimiliki oleh ayah dan kakek, akan tetapi

dalam pelaksanaannya tradisi Baundi yang memiliki prinsip marajo ka mufakaik20

(sesuai atau merujuk kepada mufakat hasil musyawarah) meletakkan

permasalahan jodoh ini untuk diselesaikan dengan permusyawarahan kaum.

Sehingga dalam penentuan jodoh ini juga turut andil padanya mamak, bako,

bundo kanduang untuk mengusulkan jodoh yang tepat untuk anak perempuan ini.

Pendapat ini didukung dengan penuturan dari Bapak Damsir Dt. Maharajo

Nan Salareh salah satu tokoh adat nagari Pandai Sikek yang menjelaskan bahwa

“Dahulu memang ada otoritas keluarga dan Mamak dalam penentuan

calon. Dalam artian si perempuan mengetahui jodohnya hanya ketika akan

menikah saja. Jadi semua diatur oleh bapak, Mamak dan keluarga. Akan tetapi

konteks sekarang sudah mulai hilang. Karena fungsi Mamak adalah mamutuih dan

mamparetongan (memutus dan mempertimbangkan). Filosofinya karena dahulu

satu keluarga tinggal dalam satu rumah gadang. Jadi disana yang berkuasa adalah

Mamak. Jadi ia yang memutuskan segala hal. Akan tetapi sekarang karena

keluarga yang ada sudah berpencar-pencar dalam artian tidak lagi satu rumah,

17

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2014) h. 101 18

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm Wa Adillatuhu Bab 9, (Depok, Gema Insani,

2007), h.183 19

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm Wa Adillatuhu Bab 9, h.191 20

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018

Page 56: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

46

kemudian yang membangun rumah adalah bapaknya. Maka lambat laun fungsi

Mamak semakin bergeser. Jadi tidak bisa seotoriter dahulu.”21

Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Rahma, salah seorang masyarakat

Nagari Pandai Sikek.

“Baundi kini ko yo untuk kebutuhan diadaik awak sajo lai, kalau diambo

kalau urang dahulunyo kan patuan22

, urang dahulunyo iyo indak pamiliah baa

yang dicarian Mamak jo urang tuonyo inyo setuju se nyoh, kalau kini urang indak

amuah doh tu mangko kicek urang batumik ka ampu kaki artinyo nan pancarian

inyo sajo yang disetujuan, manurui awak kainyo ka anak tu, sebab yang ka

Mamakai inyo. Kalau indak diapoan kandaknyo amuahnyo tabang.” (Baundi

sekarang ini hanya untuk pelaksanaan adat saja, kalau menurut saya orang dahulu

kan patuh, orang dulu itu tidak suka milih-milih, apa yang dicarikan orang tua dan

penghulunya dia turuti saja. Kalau sekarang berbeda tidak bisa seperti itu. Kata

orang „batumik ka ampu kaki‟ artinya yang pencariannya saja yang disetujui,

menurut kita sama anak tersebut, sebab yang akan memakai dia, kalau tidak

dituruti kehendaknya, dia bisa saja pergi).

Jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa konsep dahulu dan sekarang

memiliki perbedaan yang cukup mendasar terutama dalam permasalahan peran

wali dan mamak. Dahulu mamak memang memiliki peran sentral dalam

penentuan jodoh. Hal ini disebabkan karena mamak adalah pemimpin dalam suku

tersebut dan kebudayaan zaman itu memang mamak dan keluarga yang

mencarikan jodoh anaknya. Dengan tetap melihat kepada pendapat dari wali

mujbir, karena wali mujbir secara syarak adalah orang yang memiliki wewenang

untuk memaksakan kehendaknya. Jadi untuk calon yang diletakkan diurutan

pertama adalah dari wali mujbir (ayah kandung atau kakeknya jika ayah tidak ada

ayah).23

Untuk calon selanjutnya baru kemudian ditanyakan dan dirundingkan

kepada forum. Jadi setelah dirundingkan mamak, bapak dan keluarga, hasil dari

perundingan itulah yang kemudian akan dijalankan. Bapak Dariman Dt. Rangkai

Tuo menjelaskan bahwa,

“Kalau zaman dahulu bisa jadi memang mamak memiliki peranan yang

sangat besar. Jadi bisa dikatakan jikalau dahulu bisa saja permasalahan jodoh

21

Wawancara pribadi dengan Bapak Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh. Pandai Sikek,

07 Maret 2018 22

Patuan adalah patuh kepada pimpinan 23

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Juni 2018

Page 57: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

47

Mamak dan keluarga yang mengatur. Dan itu tidak ada masalah bagi anak yang

dijodohkan dahulu. Karena bisa dibilang dahulu adalah zaman siti nurbaya.

Sebab, karena itu telah menjadi budaya zaman dahulu. Akan tetapi konsep

sekarang telah mengalami pergeseran dimana mengenai jodoh kontribusi dari

gadis yang akan dinikahi juga ada. Terbukti dengan dipertimbangkannya atau si

orang tua meminta pendapat perempuan mengenai jodoh ini.”

Dalam perkembangannya saat ini peran dari wali mujbir mulai terkikis.

Terdapat perubahan dan pergeseran dalam pelaksanaan tradisi ini, diantaranya

wali mujbir yang dalam hal ini adalah ayah dan kakek, ditambah dengan peran

Mamak sebagai pamutuih dan pamaretongan (sebagai pemutus dan pemberi

pertimbangan) dahulu memiliki peran besar dalam penentuan jodoh si anak. Akan

tetapi sekarang terjadi pergeseran dan perubahan. Melihat kepada sejarah

perkembangan tradisi Baundi yang telah dilaksanakan sejak dahulu kala. Dan

dipraktekkan secara turun temurun maka tentu dalam pelaksanaanya terdapat

pergeseran-pergeseran kebudayaan yang terjadi. Diantaranya:

1. Zaman dahulu

Peran wali mujbir, mamak dan keluarga menjadi sangat sentral dan

penting, karena wali mujbir dan mamak beserta keluarga dapat memaksakan

kehendak kepada anaknya. Inilah kemudian yang disebut dengan peran

ijbariah. Maksud dari pemaksaan di sini bukanlah pemaksaan secara

langsung akan tetapi si anak terkadang tidak mengetahui dengan siapa dia

akan dijodohkan. Mereka hanya mengetahui jodohnya ketika telah sepakat

kedua belah pihak dalam artian keluarga laki-laki dan perempuan.

Sebagaimana yang dituturkan oleh bapak Dt. Damsir Dt. Maharajo Nan

Salareh:

“Kalau dahulu memang ada otoritas Mamak dan keluarga dalam

penetuan calon. Dalam artian si perempuan tahu jodohnya hanya ketika akan

menikah saja. Jadi semua di atur oleh mamak, wali mujbir dan keluarga.

Akan tetapi konteks sekarang tidak ada lagi. Karena fungsi Mamak adalah

mamutuih dan mamparetongan (memutus dan mempertimbangkan).

Filosofinya karena dahulu satu keluarga tinggal dalam satu rumah gadang.

Jadi disana yang berkuasa adalah Mamak. Jadi ia yang memutuskan segala

hal. Akan tetapi sekarang karena keluarga yang ada sudah berpencar-pencar

dalam artian tidak lagi satu rumah, kemudian yang membangun rumah adalah

Page 58: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

48

bapaknya. Maka lambat laun fungsi Mamak semakin bergeser. Jadi tidak bisa

seotoriter dahulu.”24

Pelaksanaan tradisi Baundi ini dahulunya memang dijadikan sebagai

ajang pencarian jodoh. Kalau dahulu tradisi ini memang benar dijadikan

sebagai permusyawaratan untuk mencari jodoh. Setelah Baundi dilaksanakan

bapak (sumando) pergi manjajaki (mengunjungi) calon yang telah diusulkan

diforum sesuai dengan skala prioritas. Sehingga dapat kita artikan bahwa

jodohnya itu memang tidak ada. 25

2. Zaman sekarang

Dalam pelaksanaannya, peran wali dalam menggunakan hak ijbar

(paksaan) untuk calon yang akan dipasangkan terhadap anaknya mulai hilang.

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya kemajuan teknologi

yang memberikan dampak besar kepada pergaulan remaja saat ini. Budaya

pacaran yang telah mewabah di kalangan remaja saat ini. Selain itu

meluasnya pergaulan yang memberikan kontribusi, sehingga pribadi yang

bersangkutan merasa memiliki andil yang besar terutama dalam menentukan

jodoh yang ia inginkan.

Dalam pelaksanaannya sekarang tradisi Baundi ini tidak mutlak dijadikan

sebagai ajang pendiskusian jodoh bagi keluarga yang memiliki anak untuk

dinikahi. Hal ini disebabkan karena biasanya si perempuan dan keluarganya

telah memiliki orang yang memang hendak untuk dinikahkan dengannya.

Sehingga pelaksanaan adat hanya sebatas syarat saja. Karena tradisi ini

merupakan sebuah keharusan yang mesti untuk dijalankan. Sehingga peran

ijbariah (paksaan) dari wali kepada anak gadis lambat laun mulai hilang.

Dahulu pelaksanaan tradisi Baundi tidak boleh berbarengan dengan tradisi

lainnya. Dalam artian tradisi ini harus dilaksanakan sendiri. Berbeda dengan

sekarang pelaksanaan tradisi ini bisa dibarengi dengan tradisi lainnya. Seperti

24

Wawancara pribadi dengan Bapak Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh. Pandai Sikek,

07 Maret 2018 25

Wawancara pribadi dengan Ustad Dariman Dt. Rangkai Tuo, Tokoh Agama, Pandai

Sikek, 08 Maret 2018

Page 59: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

49

pada acara makan singgang ayam26

. Istilah ini kemudian dikenal dengan

nama “batumpangan”27

. Tradisi ini dalam pelaksanaan sekarang telah diberi

keringanan. Jadi jikalau dahulu tradisi Baundi harus dilaksanakan sendiri

tanpa bersamaan dengan adat lainnya, maka sekarang pelaksanaan tradisi

Baundi bisa dibarengi dengan tradisi lainnya. Dan dalam pelaksanaannya,

orang yang diundikan boleh lebih dari satu orang asalkan masih satu ibu.28

Usulan jodoh yang didapat dari tradisi ini tidak mutlak menjadi pendamping

hidup dari anak perempuan ini.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dahulu peran wali mujbir sangat sentral

dan penting dalam penentuan jodoh si anak. Hal ini disebabkan karena

budaya yang diterapkan saat itu adalah budaya perjodohan. Dan si anak

menerimanya. Salah satu penyebabnya adalah karena pergaulan anak

perempuan yang hanya berkisar di daerah tempat dia tinggal. Perempuan kala

itu belum ada yang merantau dan hanya mengetahui lingkungan sekitar. Akan

tetapi saat ini terjadi pergeseran dan perubahan dalam praktek Nikah Baundi

dan peran wali mujbir dalam penentuan jodoh. Sehingga dalam konteks saat

ini prinsip ijbar (paksaan) dalam penentuan jodoh sudah tidak ada lagi.

C. Nilai-Nilai Islam dalam Pelaksanaan Tradisi Nikah Baundi

Falsafah adat Minangkabau yang berbunyi Adat Basandi Syarak

Syarak Basandi Kitabullah memberikan batasan yang jelas mengenai

pelaksanaan adat di Minangkabau. Terutama dalam tradisi Nikah Baundi.

Kesesuaian itu tercermin dalam beberapa nilai diantaranya:

1. Sebagai bentuk pelaksanaan khitbah di Pandai Sikek.

Jika diqiyaskan pelaksanaan tradisi ini termasuk kepada rangkaian

khitbah di dalam Islam. Hanya saja yang menjadi perbedaan jikalau

26

Makan singgang ayam atau yang disebut dengan malewakan gala adalah pemberian

gelar kepada laki-laki saat hendak menikah. 27

Batumpangan adalah pelaksanaan tradisi Baundi berbarengan dengan pelaksanaan

tradisi lainnya seperti makan singgang ayam. 28

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018

Page 60: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

50

pelaksanaan khitbah pada umumnya dilakukan oleh laki-laki.29

Berbeda

penerapannya di Minangkabau khususnya di Pandai Sikek dimana yang

datang lebih awal untuk menanyakan laki-laki dalam artian melamar

adalah pihak perempuan yang diwakili oleh bapak (orang sumando) di

pesukuan tersebut. Hal ini tidak menjadi masalah karena sesuai dengan

hadist nabi:

ػل الله صل الله زسه جبءد إهسأح أى ػ الله زض ػ زاخ ف

الله زسه إلب فظس, فس لل لأت جئذ الله زسه ب فقبلذ سلن

ذمس زأس طب طأ ثن, صث إل الظس فصؼد سلن ػل الله صل

إذت قبه, ؼن قبه ؟ قلجل ظس ػي ي أرقسأ آخس ف قبه , الذدث

30القسآى هي هؼل ثوب هلنزب فقد

rtinya: “ dalam riwayat lain Sahl bin Sa‟d ra. ahwasannya seorang

wanita datang kepada Rasulullah S W. Lalu ia berkata, “wahai

Rasulullah, saya datang untuk memberikan diriku kepada engkau.”

Rasulullah SAW memperhatikan wanita itu dengan pandangan ke atas dan

ke bawah kepada perempuan it, kemudian beliau menganggukkan kepala,

dan (rowi) menyebutkan hadits itu. Di akhir hadits itu beliau bersabda,

“apakah kamu dapat membacanya di luar kepala?” ia berkata, “ya”. eliau

bersabda “pergilah, sungguh aku telah menguasakan wanita tersebut

kepadamu dengan Al-quran yang ada padamu.”

Hadits ini menjadi petunjuk bahwa praktek peminangan yang

dilakukan oleh perempuan terhadap laki-laki boleh-boleh saja. Karena nabi

tidak melarang dan mencela perempuan yang melamar dirinya.

Dalam adat Minangkabau disebabkan karena perempuan sifatnya

menerima warisan. Artinya dia akan menempati satu rumah gadang, dia

akan menerima segala peninggalan baik sako/pusako. Sehingga

dicarinyalah siapa orang yang kemudian pas di jemputnya untuk tinggal

dirumahnya.

29

Wawancara pribadi dengan ibu Rahma Alam Sudin, masyarakat, Pandai Sikek, 08

Maret 2018 30

Zainuddin Ahmad Az zubaidi, Terjemah Hadits Sahih al-Bukh ri 2, (Semarang: PT.

Karya Toha Putra, t.tt), h. 371

Page 61: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

51

2. Sebagai ajang pencarian calon suami.

Dalam pelaksanaan tradisi ini keluarga duduk bersama dalam

bermusyawarah menentukan calon yang baik dan tepat untuk dinikahkan

dengan anaknya. Dalam penentuan jodoh ini kriteria yang dijadikan

pertimbangan adalah baiknya agamanya, akhlaknya, parasnya, nasabnya

dan sukunya.31

Suku menjadi salah satu poin penting di sini karena

pernikahan di Minangkabau dikenal dengan istilah eksogami. Dimana

pernikahan yang terjadi tidak boleh dengan pasangan yang sama sukunya.

Melainkan harus berbeda sukunya.

Kriteria penentuan calon suami ini sesuai dengan hadist nabi yaitu

رنخ: قبه سلن ػل الله صل اج ػي ػ الله زض سسح اث ػي

الدي ثراد ظفس فب: لدب لجوبلب لذسبثب لوبلب: لأزثغ الوسأح

32 (الوسلن زا) داك رسثذ

rtinya: “ iriwayatkan dari bu Hurairah Radiyallahu „anhu dari

nabi Muhammad SAW beliau pernah bersabda: perempuan itu dinikahi

karena empat hal: karena hartanya, karena nasabnya, karena

kecantikannya, dan agamanya. Dapatkan kemujuran dengan menikahi

perempuan yang beragama, maka kau akan mendapatkan keuntungannya

yang tak terhingga (hadist riwayat Muslim)”

Meskipun teks haditsnya menyatakan untuk perempuan, akan tetapi

dalam penerapan tradisi Baundi adalah calon laki-laki yang dicari maka

hadist ini dijadikan landasan dalam penentuan calon itu. Yang dilihat

adalah hartanya (mata pencariannya), nasabnya, parasnya dan yang paling

penting dari itu semua adalah agamanya. Dalam persoalan nasab termasuk

di dalamnya suku. Diwajibkan bagi pasangan yang akan menikah untuk

berlainan suku. Karena sistem Minangkabau secara keseluruhan yang

menganut sistem eksogami. Eksogami adalah pernikahan di luar

sepesukuan.

31

Wawancara pribadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat dan

Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018 32

Al-hafiz „ bd al-„ zim bin „ bd al-Qawi dan Zakiyuddin al Mundziri, Mukhtasar

Sahih Muslim, Penerjemah Achmad Zaidun, Ringkasan Sahih Muslim (Jakarta: Pustaka Amani,

2001) h. 436

Page 62: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

52

3. Penerapan nilai-nilai musyawarah dan mufakat.

Dalam tradisi Baundi tersirat makna bahwa musyawarah dan mufakat

menjadi sesuatu yang penting di setiap lini kehidupan. Terutama dalam

pencarian jodoh. Dengan adanya musyawarah semua pendapat

ditampung, kemudian dipilihlah yang terbaik dari semua pilihan itu.

4. Pengamalan ajaran-ajaran Islam

Selain dari sisi penentuan calon yang sesuai dengan Islam, tradisi ini

juga menerapkan pedoman keIslaman. Diantaranya adalah pengucapan

doa diawal dan diakhir dengan harapan agar acara yang dilaksanakan di

ridhoi oleh Allah SWT.

5. Adanya unsur Ikhtiyat (kehati-hatian) dalam mencari jodoh

Sebagaimana pepatah adat: Painyo lah jo mufakaik, tingganyo lah jo

parundiangan. Dalam artian karena pencarian jodoh memiliki peran

penting sehingga perlu dimusyawarahkan antar sesama keluarga. Karena

pernikahan bukan hanya pertemuan dua insan melainkan penyatuan dua

keluarga.33

6. Sebagai bentuk i‟lan (undangan) kepada khalayak ramai.

Karena pernikahan adalah sebuah berita gembira maka tentunya

mengundang orang menjadi sesuatu yang harus.

7. Simbol penyerahan anak kepada mamak dan keluarga

Tradisi Baundi dilaksanakan selain bertujuan untuk mencarikan

jodoh anak, juga menjadi simbol penyerahan anak kepada mamak. Dalam

artian anak yang ada di sapasukuan itu menjadi tanggung jawab bukan

hanya oleh orang tua tapi juga tanggung jawab bersama. Sehingga dalam

penentuan jodoh didiskusikan bersama keluarga.

8. Sebagai bentuk penghargaan kepada pemimpin adat.

Terbukti ketika acara ini dilaksanakan yang ditanyai pertama adalah

usulan dari Niniak mamak. Sebagai bentuk penghormatan kepada beliau

33

Wawancara pribadi dengan Bapak Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh. Pandai Sikek,

07 Maret 2018

Page 63: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

53

sebagai pemimpin adat.34

Disamping itu penghormatan kepada para

petinggi adat ini juga tercermin dari pelaksanaan tradisi ini karena

mereka tetap diundang secara adat untuk mengadiri tradisi nikah Baundi

meskipun calon dari si gadis telah ada sebagai bentuk penghargaan dan

penghormatan terhadap hak dari pihak-pihak yang hadir dalam tradisi ini.

D. Relasi Adat dan Islam dalam Tradisi Baundi

Sebagaimana yang kita ketahui adat dan Islam merupakan dua hal

yang tidak terlepas penerapannya dalam adat Minangkabau itu sendiri. Adat

ataupun tradisi merupakan sebuah kesepakatan yang diterima oleh

masyarakat banyak dan kemudian diwariskan secara turun temurun. Tradisi

itu bisa jadi ditinggalkan, bisa jadi tetap dilaksanakan karena sifat dari adat

Minangkabau yang dinamis. Jadi bisa ditinggalkan ataupun tetap

dilaksanakan asalkan sesuai dengan kesepakatan. Patokan dari itu semua

adalah pada falsafah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”

(adat berlandaskan Syarak atau agama, agama berlandaskan kitabullah).35

Keberadaan tradisi Baundi dikatakan telah ada sedari dulu, kemudian

diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Jika menjadikan

kelahiran falsafah “Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kiabullah” sebagai

patokan. Maka keberadaan dari tradisi Baundi telah ada jauh sebelum itu.

Dikatakan praktek nikah Baundi telah dilaksanakan oleh masyarakat Pandai

Sikek. Hal ini senada dengan penuturan Bapak Drs. H. Nasrul Dt.

Tumangguang pada bab sebelumnya.

Hasil wawancara dari beberapa narasumber didapat kesimpulan

bahwa keberadaan tradisi Baundi telah ada sedari dulu. Dan diketahui bahwa

nilai-nilai Islam yang ada dalam tradisi ini telah berkembang sejak awal

keberadaan tradisi ini, karena prinsip dasar dari tradisi Baundi ini adalah

34

Wawancara pribadi dengan Ustad Dariman Dt. Rangkai Tuo, Tokoh Agama, Ciputat,

08 Maret 2018 35

Wawancara pribadi dengan Muchtar Na‟im, Ahli Antropologi dan Sosiologi, Ciputat,

07 April 2018

Page 64: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

54

musyawarah dan mufakat dalam penentuan jodoh bagi anak perempuannya.

Kemudian konsensus Marapalam yang melahirkan falsafah Adat Basandi

Syarak Syarak Basandi Kitabullah menguatkan keberadaan tradisi ini dan

menguatkan nilai-nilai Islam yang telah ada di dalamnya. Ini berarti meskipun

kepercayaan Animisme, Dinamisme atau bahkan Hindu dan Budha telah

dahulu masuk ke Minangkabau akan tetapi kepercayaan itu tidak memberikan

pengaruh sedikitpun dalam tradisi ini.

Bukti relasi adat dan Islam dalam tradisi Baundi ini adalah dengan

adanya nilai-nilai Islam yang diterapkan padanya. Diantaranya adalah prinsip

yang dipakai adalah prinsip musyawarah dan mufakat antar seluruh keluarga.

Disebabkan karena pernikahan bukan hanya hubungan antar pribadi akan

tetapi merupakan hubungan antar keluarga atau bahkan antar dua suku yang

berbeda. Sehingga membutuhkan pertimbangan yang sangat matang dari

kedua belah pihak. Sehingga tidak ada jalan yang lebih baik selain

menampung setiap aspirasi yang ada dalam bentuk musyawarah dan mufakat

dalam menentukan jodoh. Penentuan jodoh didasarkan pada hadits nabi yang

berbunyi:

رنخ: قبه سلن ػل الله صل اج ػي ػ الله زض سسح اث ػي

الدي ثراد ظفس فب: لدب لجوبلب لذسبثب لوبلب: لأزثغ حالوسأ

(الوسلن زا) داك رسثذ36

rtinya: “ iriwayatkan dari bu Hurairah Radiyallahu „anhu dari nabi

Muhammad SAW beliau pernah bersabda: perempuan itu dinikahi karena

empat hal: karena hartanya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan

agamanya. Dapatkan kemujuran dengan menikahi perempuan yang beragama,

maka kau akan mendapatkan keuntungannya yang tak terhingga (hadist

riwayat Muslim)”

Implikasi dari penerapan hadist ini tidak hanya bagi perempuan akan

tetapi juga untuk calon laki-laki yang akan dicari. Perlu menjadi perhatian di

sini yaitu mengenai ketentuan nasab. Dalam hal ini budaya Minangkabau

36

Al-hafiz „ bd al-„ zim bin „ bd al-Qawi dan Zakiyuddin al Mundziri, Mukhtasar

Sahih Muslim, Penerjemah Achmad Zaidun, Ringkasan Sahih Muslim (Jakarta: Pustaka Amani,

2001) h. 436

Page 65: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

55

mensyaratkan untuk mencari jodoh yang berada di luar suku yang

bersangkutan. Dalam artian perkawinan yang terjadi menerapkan prinsip

eksogami (pernikahan di luar suku atau dengan suku yang berbeda).

Jadi relasi adat dan Islam dalam tradisi nikah Baundi ialah keselarasan

dan kesesuaian antara adat dan agama sesuai dengan falsafah Adat Basandi

Syarak Syarak Basandi Kitabullah, dimana adat menyesuaikan dengan

Syarak yang bersumber kepada kitabullah (Al quran dan sunnah). Hal ini

tercermin dalam nilai-nilai keIslaman dalam tradisi ini. Selain itu, prinsip

musyawarah dan mufakat sangat dikedepankan mengingat perkawinan

merupakan tradisi yang sangat penting karena menghubungkan antara dua

keluarga besar. Sehingga keluarga dilibatkan dalam pelaksanaan tradisi ini.

Page 66: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baundi adalah musyawarah dalam kaum untuk mencari jodoh anak

perempuan dewasa yang sudah dapat kawin menurut UU perkawinan. Adapun

tahapan pelaksanaan tradisi ini adalah Mampaiyoan Ka Mamak (memberikan

kabar ke mamak), mamanggia, baundi, mananyoi (menanyakan kesiapan dan

kesanggupan orang yang diusulkan untuk menjadi pendamping bagi anak

kemenakannya), manukeh (menunggu jawaban dari pihak laki-laki), maantaan

tando (mengantarkan seserahan) dan mambaliakan tando (mengembalikan

seserahan). Dalam prakteknya hari ini tradisi nikah baundi yang semula memang

ditujukan untuk mencari jodoh lambat laun mulai terkikis dan mengalami

perubahan dan pergeseran makna. Sehingga dalam penerapannya dewasa ini

dilakukan dengan tiga penerapan; pertama, sebagai ajang pencarian jodoh. Hal ini

terjadi jika anak atau kemenakannya memang tidak memiliki calon sehingga

keluarganyalah yang mencarikan. Kedua, hanya sebagai pelaksanaan adat saja.

Hal ini disebabkan karena si anak yang akan diundikan telah memiliki calon yang

hendak dijadikan sebagai pendamping hidup. Ketiga, batumpangan. Maksudnya

pelaksanaan tradisi nikah baundi yang dibarengi dengan acara lainnya seperti

makan singgang ayam atau pemberian gelar kepada laki-laki yang hendak

menikah. Dalam pelaksanaan secara batumpangan ini semua anak perempuan

yang ibunya sama (saudara kandung) dapat diundikan dalam satu waktu yang

sama. Tradisi baundi ini dalam pelaksanaannya secara batumpangan dapat

dilakukan meskipun mereka belum cukup umur untuk menikah. Dalam artian,

prosesi baundi hanya dijadikan sebagai ceremonial adat saja.

Peran wali mujbir dalam tradisi baundi dalam konsep dahulu dan

sekarang mengalami pergeseran dan perubahan dalam pelaksanaanya. Konsep

ijbar di sini dimaksudkan bahwa si anak perempuan tidak mengetahui siapa

jodohnya kecuali hanya saat pernikahan saja. Dalam praktek tradisi baundi ini

kemudian terbukti. Akan tetapi pelaksanaannya hanya pada zaman dahulu . Hal

Page 67: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

57

ini disebabkan karena peran sentral keluarga termasuk padanya wali mujbir dan

mamak dalam penentuan jodoh sangat besar. Sebab lainnya adalah karena kondisi

zaman dahulu yang adatnya memang seperti itu. Perempuan kala itu hanya

mengenal rumah dan kampung sekitar dalam artian pergaulannya hanya sekitar

kampung, sehingga dalam pencarian jodoh si anak percayakan kepada

keluarganya. Di sinilah kemudian tampak tanggung jawab yang besar bagi orang

tua, mamak dan keluarga dalam mencarikan jodoh bagi anaknya. Akan tetapi di

era sekarang terjadi perubahan yang signifikan dimana peran wali mujbir mulai

terkikis karena perkembangan zaman. Salah satu faktor adalah perkembangan

teknologi, pergaulan yang meluas, pola sosial dan juga kontrol sosial yang lambat

laun melemah. Sehingga hal-hal yang dianggap tabu dan asing lambat laun mulai

dibenarkan dalam masyarakat. Sehingga peran wali mujbir dalam penentuan

jodoh semakin berkurang dampaknya, karena biasanya si anak telah memiliki

jodoh sendiri yang telah ditentukannya.

Nilai-nilai Islam dalam tradisi nikah baundi diantaranya adalah sebagai

bentuk pelaksanaan khitbah di kanagarian Pandai Sikek. Tradisi baundi

merupakan tradisi yang termasuk dalam rangkaian khitbah jika di qiyaskan

kepada Islam. Hanya saja yang menjadi keunikan di sini adalah yang melamar

laki-laki adalah pihak keluarga perempuan. Setelah didapat calon yang akan

disandingkan dengan anak permpuannya, lalu bapak (sumando) di pasukuan

tersebut mendatangi keluarga laki-laki untuk kemudian ditanyai kesiapannya.

Selanjutnya pelaksanaan tradisi ini merupakan praktek pencarian jodoh yang

dilandaskan pada prinsip musyawarah dan mufakat. Karena perkawinan

merupakan prosesi adat yang sakral karena menggabungkan dua keluarga yang

berlainan suku, sehingga dalam penentuan jodoh meski melihat kepada kriteria-

kriteria yang ditentukan sesuai denga hadits nabi. Adapun kriteria itu adalah

hartanya, nasabnya, parasnya, akhlaknya dan yang terpenting adalah agamanya.

Pelaksanaan tradisi ini sebagai bentuk i‟lan (undangan) pernikahan dan sebagai

bentuk pemberitaan kepada khalayak ramai bahwa anak prempuannya sebentar

lagi akan dinikahkan. Dalam penerapnnya terdapat unsur ikhtiyat (kehati-hatian)

Page 68: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

58

dalam penentuan jodoh. Pelaksanaan tradisi ini juga sebagai bentuk penghargaan

kepada pemimpin adat. Terbukti disaat pengusulan jodoh yang pertama ditanyai

adalah penghulu/niniak mamak.

Relasi adat dan Islam dalam tradisi nikah Baundi ialah keselarasan dan

kesesuaian antara adat dan agama sesuai dengan falsafah Adat Basandi Syarak

Syarak Basandi Kitabullah, meskipun dalam pelaksanaannya terdapat pergeseran

dan perubahan pola pelaksanaan tradisi baundi ini. Inilah kemudian yang menjadi

ciri khas dalam pelaksanaan setiap adat di Minangkabau. Karena adat merupakan

hasil kesepakatan oleh masyarakat yang dilaksanakan secara turun temurun

dengan sistem dinamis. Dalam artian adat bisa saja ditinggalkan ketika telah

menyalahi aturan Syarak. Tradisi Baundi merupakan salah satu bentuk korelasi

dan hubungan antara adat dan agama. Dari sisi adat terutama di nagari Pandai

Sikek ini merupakan sebuah tradisi yang wajib dilaksanakan. Pelaksanaan tradisi

ini termasuk dalam rangkaian khitbah dalam Islam. Sehingga baik itu dalam

penentuan jodoh dan praktek lainnya memegang teguh kepada prinsip-prinsip

yang telah digariskan syariat. Terbukti dengan adanya nilai-nilai keIslaman yang

terkandung dalam tradisi ini.

B. Rekomendasi

Bagi masyarakat Pandai Sikek hendaknya terus berupaya untuk

mempertahankan tradisi ini, karena banyak kemaslahatan yang ada pada tradisi

nikah baundi, banyak nilai-nilai keIslaman dan manfaat yang didapat dari

pelaksanaan tradisi ini. Selanjutnya, sebagai langkah dan upaya dalam pelestarian

adat Minangkabau di Pandai Sikek

Bagi tokoh agama dan tokoh adat yang mengetahui dengan jelas tujuan

dari pelestarian tradisi ini, hendaknya memberikan penjelasan mengenai

pandangan Islam terhadap praktek Nikah Baundi.

Page 69: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

59

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

A.W. Munawir. Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya:

Pustaka Progresif. 1997

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: CV. Akademika

Pressindo. 1995

l ukh ri. Sahih al-Bukh ri. eirut: r l-Fikr

Departemen Agama RI. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Badan Peradilan Agama RI. 2000.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. 1994. cet ke-3.

Hadikusuma, Hilman. Antropologi Hukum Indonesia. Bandung: P.T.

Alumni,2010. Cet ke-3.

Hijau, Dt. H.A.K Gunung. Kedudukan Agama dan Adat di Minangkabau. Padang:

Center for Minangkabau Studies Press.

Al-Jurjaniy, Al-Syarif Ali Bin Muhammad. Kitab al-Ta‟rifat. eirut: r Al-

Kutub l „ilmiyyah. 1988. cet, ke 3.

Al-Kahlaniy, Muhammad Bin Ismail, Subul al-Salam. Bandung: Dahlan. 1988.

Jilid 3.

Kamaluddin, Safrudin Halimy. Adat Minangkabau dalam perspektif Hukum

Islam. Padang: Hayfa Press. 2005.

LKAAM Sumatera Barat. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Pedoman Hidup Banagari. Padang: Sako Batuah. 2002.

Muhadjir, Neong. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pilar Media. 1996.

cet ke-3.

Mujid, M. Abdul dkk. Kamus Istilah Fikih. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1995.cet. 1.

Al-Mundziri, Al-hafiz „ bd al-„ zim bin „ bd al-Qawi dan Zakiyuddin.

Mukhtasar Sahih Muslim. Penerjemah Achmad Zaidun. Ringkasan Sahih

Muslim. Jakarta: Pustaka Amani. 2001

Page 70: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

60

Peraturan Nagari Pandai Sikek nomor: 02 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Adat

Istiadat ngari Pandai Sikek. Bab VII Tata Cara Perkawinan Bagian Satu

Batunangan. Pasal 24 ayat 1.

Al-Rusyd, Ibnu. Bid yat al- ujtahid a an- ih yah al-Muqtasid. eirut: r

Al-Fikr. 1983. Jilid 2.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. eirut: r al-Fikr. 1983. cet. Ke-4. jilid 2. Lihat

pula Dahlan Idhami, Asas-Asas Fiqh Munakahat: Hukum Keluarga Islam.

Surabaya: al-ikhlas. 1984

Sahrani, Tihami dan Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.

Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada, 2014. hal. 24

Sampono, Saiful Dt. Rajo, Tutua Nan Badanga (Pandai Sikek: KAN Pandai

Sikek, 2014) hal. 92

Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuhu Jilid IX. Damaskus: Dâr al-

Fikr, 2007.

B. Sumber Skripsi dan Thesis

Ratnasari, Dewi. Tradisi Baundi Pada Masyarakat Pandai Sikek Studi Kasus:

Pada Masyarakat Pandai Sikek Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah

Datar. Padang: UNAND. 2017.

C. Sumber Internet

Peta diperoleh dari https://psikek.wordpress.com/ekomoni/profil/ diakses pada

tanggal 12 April 2018. 10.20 WIB.

D. Sumber Wawancara

Wawancara pribadi dengan Muchtar Na‟im, Ahli Antropologi dan Sosiologi,

Ciputat, 07 April 2018

Wawancara pribadi dengan Ustad Dariman Dt. Rangkai Tuo, Tokoh Agama,

Pandai Sikek, 08 Maret 2018

Wawancara pribadi dengan Bapak Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh. Pandai

Sikek, 07 Maret 2018

Wawancara prbadi dengan bapak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang, Tokoh Adat

dan Agama, Pandai Sikek, 07 Maret 2018

Page 71: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

61

Wawancara pribadi dengan ibu Rahma Alam Sudin, masyarakat, Pandai Sikek, 08

Maret 2018

Wawancara pribadi dengan bapak Sefrizal Dt. Bagindo Basa, Ketua KAN, Pandai

Sikek, 07 Maret 2018

Page 72: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 73: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 74: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 75: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 76: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 77: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 78: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 79: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 80: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 81: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 82: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 83: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …
Page 84: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

HASIL WAWANCARA

1. Bapak Armen St. Rajo Malano

Nama : Armen St. Rajo Malano

Alamat : Jorong Tanjuang

Umur : 63 tahun

Pekerjaan : Wali Nagari

a. Pertanyaan: Apakah bapak mengetahu Tradisi Baundi?

Jawaban: Ya, saya mengetahuinya.

b. Pertanyaan: Bagaimana proses pelaksanaan proses Baundi?

Jawaban:

Tradisi ini didahului dengan penyampaian kabar kepada mamak oleh

sumando (ayah si gadis) bahwasannya anaknya sudah dewasa dan sudah patut

untuk dinikahkan. Setelah disampaikan, sumando menanyakan orang-orang

yang akan diundang untuk acara ini.

Disaat semua keluarga sudah hadir dalam acara itu, maka sumando (ayah si

gadis) membuka dengan beberapa petatah petitih (yang saya tidak begitu hafal

apa pepatahnya) yang disampaikan kepada niniak mamak untuk menyampaikan

bahwa anaknya sudah dewasa dan siap untuk diundi. Ketika disetujui barulah

dilemparkan kepada forum untuk didiskusikan dengan menanyakan kepada

niniak mamak terlebih dahulu mengenai calon yang akan diusulkan, setelah itu

baru kepada anggota yang hadir. Setiap usulan yang diberikan disertai dengan

alasan-alasan kenapa pilihannya jatuh kepada orang yang diusulkan.

Jumlah usulan tidak dibatasi, tetapi biasanya sifatnya ganjil. Ketika semua

usulan sudah ditampung, sebagai penutup niniak mamak akan menyampaikan,

jika ada yang datang (meminang) diluar dari yang diusulkan, maka tidak perlu

dilakukan baundi lagi, akan tetapi cukup disampaikan saja kepada saya (niniak

mamak).

Setelah acara Baundi, dilaksanakan mananyoi (menanyakan) untuk

menanyakan persetujuan dari calon yang diusulkan. Jadi pihak sumando datang

Page 85: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

kepada keluarga laki-laki yang diusulkan untuk menanyakan kesediaannya

untuk dijadikan pendamping dari anak atau kemenakannya. Biasanya, keluarga

laki-laki akan meminta waktu untuk berpikir. Setelah hari yang ditentukan,

pihak perempuan datang kembali ke rumah laki-laki untuk menanyakan

keputusannya. Jika setuju maka dilanjutkan kepada pemberian tando. Jika tidak

maka dilanjutkan kepada calon lainnya. Pemberian Tando ditentukan waktunya

oleh pihak perempuan. Tando ini sebagai bukti pertunangan telah terjadi.

Untuk waktu pelaksanaan, dahulu biasa dilakukan malam hari, akan tetapi

sekarang sering dilakukan siang hari.

c. Pertanyaan: Apa kriteria penentuan calon dalam tradisi ini?

Jawaban: Kriteria calon yang diusulkan biasanya melihat kepada agama, mata

pencarian (finansial), nasab dan hal lain yang dianggap perlu.

d. Pertanyaan: Apakah pelaksanaan tradisi Baundi wajib dilaksanakan?

Jawaban: Iya

e. Pertanyaan: Apa sanksi bagi keluarga yang tidak melaksanakan?

Jawaban: Hal ini diserahkan kepada KAN (Kerapatan Adat Nagari) Pandai

Sikek. Biasanya sanksinya akan dikucilkan dan tidak disertakan dalam acara-

acara adat kedepannya.

f. Pertanyaan: Siapa saja yang terlibat dalam tradisi Baundi?

Jawaban: yang hadir adalah sumando, mamak rumah, bako, dan keluarga

terdekat.

Page 86: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

2. Bapak Sefrizal Dt. Bagindo Basa

Nama : Sefrizal Dt. Bagindo Basa

Alamat : Pagu-Pagu, Pandai sikek

Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Ketua KAN (Kerapatan Adat Nagari Pandai Sikek)

a. Pertanyaan: Apa yang bapak ketahui tentang tradisi Baundi?

Jawaban: Istilah Baundi ini telah digunakan sedari dulu. Baundi ini

bertujuan untuk menyaring orang-orang yang akan dijodohkan dan kemudian

dinikahkan dengan anak perempuannya. Jadi anak kemenakan yang sudah

cukup umur kemudian siap untuk dinikahkan. Bentuk cukup umur ini adalah

dirasa patut dan cukup untuk menempuh pernikahan.

Jadi ketika anak dirasa sudah cukup umur, orang tua datang menemui

mamak dan menyampaikan bahwa anaknya telah cukup umur dan siap untuk

menikah dan siapp untuk dilaksanakan Baundi. Lalu kemudian panghulu

mempersilahkan untuk memberkan kabar dalam artian mengundang nan

patuik-patuik untuk duduk bersama membicarakan perihal ini.

Maksud nan patuik disini ialah orang-orang yang dihadirkan dalam tradisi

ini yaitu panghulu,mamak, bako, sumando, bundo kanduang, karib kerabat

dan tetangga terdekat.

Dalam pelaksanaan tradisi Baundi ini terdapat “sambah manyambah

(pasambahan) sebagai pembuka kata untuk mengawali pelaksanaan Baundi

ini. Setelah itu ditanyakanlah mengenai siapa-siapa calon yang diusulkan oleh

masing-masing pihak. Biasanya nama yang diusulkan ganjil kisaran tujuh,

sembilan atau sebelas orang. Setelah didapat kemudian orang tuanyalah yang

kemudian menentukan kepada siapa orang pertama yang akan dikunjungi.

b. Pertanyaan: Pergeseran kebudayaaan dahulu dan sekarang?

Jawaban: Dalam pelaksanaannya sekarang dalam tradisi ini boleh lebih dari

satu orang asalkan dia satu ibu. Kalau disini disebut batumpangan. Berbeda

hal nya dengan dahulu dimana dalam pelaksanaannya untuk satu orang satu

tradisi. Jikalau dahulu pelaksanaannya memang untuk mecari jodoh kalau

Page 87: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

sekarang tidak mesti setelah Baundi dilangsungkan pernikahan, jadi

pelaksanaannya hanya sekedar tradisi. Dalam artian tradisi ini tidak lagi

mengharuskan jodoh yang dipilih sesuai dengan apa yang diusulkan. Kalau

sekarang karena budaya pacaran sudah ada, sehingga biasanya dalam

penentuan jodoh dimasukkan nama calon yang diinginkannya.

c. Pertanyaan: Apa esensi pelaksanaan tradisi ini?

Jawaban: karena adat ini merupakan budaya turun temurun sehingga perlu

untuk dilestarikan.

d. Pertanyaan: Apa kriteria dalam pelaksanaan tradisi ini?

Jawaban: selain daripada agama yang dilihat juga kepada kesanggupannya

baik secara lahiriah maupun batiniah.

e. Pertanyaan: Kapan waktu pelaksanaan?

Jawab: pelaksanaannya tidak ada ketentuannya, penetapan waktu ini setelah

berdiskusi bersama mamak. Biasanya dilaksanakan hari Jumat. Disebabkan di

hari inilah waktu masyarakat dan keluarga itu kosong.

f. Pertanyaan: Bagaimana peran wali dalam tradisi ini?

Jawab: Kalau dahulu peran mamak dan keluarga memang kuat. Dalam artian

si anak terkadang hanya mengetahui siapa yang akan disandingkan

dengannya hanya ketika hari pernikahan sudah dekat. Dan ini memang terjadi

dahulu. Akan tetapi jika melihat kepada kontek sekarang, mengenai calon

yang diusulkan biasanya kontribusi anak ada disana. Dalam artian biasanya

sianak sudah memiliki calon yang diinginkan lalu kemudian disampaikan

kepada orangtua untuk diusulkan disaat Baundi. Kalau misalnya belum ada

maka setelah forum tersebut maka kemudian disampaikan kepada anak.

g. Pertanyaan: Apa tujuan tradisi nikah Baundi?

Jawaban: Pertama pelestarian adat Minangkabau. Silaturrahmi menjadi kuat

karena seringnya berkumpul-kumpul bersama keluarga.

h. Pertanyaan: Apa hukum pelaksanaan tradisi ini?

Jawaban: Adat itu kan buatan manusia. Dalam perkembangannya memang

bisa dihapuskan asal disepakati oleh masyarakat. Dalam hal ini tradisi ini

wajib karena telah masuk kepada peraturan nagari. Sebagian masyarakat

Page 88: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

dahulu memang ada yang tidak melaksanakannya disebabkan karena

beranggapann bahwa pelaksanaan tradisi ini hanya mubazir dan membuang-

buang uang. Disebabkan karena bisa jadi jodoh yang diinginkan sudah ada

atau bahkan hari ditentukannya untuk melangsungkan pernikahan sudah ada.

Akan tetapi disini kami berprinsip bahwasannya ini memang harus

dipertahankan agar yang namanya adat tadi tetap berlanjut dan punah. Karena

melihat realitanya sekarang adat yang ada terutama di daerah Minangkabau

mulai terkikis dan hilang. Sehingga perlu adanya langkah pelestarian. Itulah

kemudian yang menjadi prinsip KAN

i. Pertanyaan: Ada kabar beredar bahwasannya dulu tradisi ini tidak dipakai,

kapan itu pak?

Jawaban: Maksud tidak dipakai disini adalah dahulu terdapat enam puluh

suku yang disebut suku nan baanam puluah kesemuanya melaksanakan

tradisi ini. akan tetapi kian lama masyarakat pandai sikek semakin banyak

dan terjadi pemekaran suku yang ada sehingga dari enam puluh menjadi

seratus lima suku. Dari suku yang jumlahnya seratus lima inilah kemudian

ada beberapa yang tidak melaksanakannya. Sehingga dilaksanakanlah

pertemuan dan permusyawarahan kembali untuk kembali bersama-sama

melaksanakan tradisi ini. dan itu telah disepakati oleh seluruh pihak.

Disinalah kemudian fungsi KAN untuk menyatukan dan menghidupkan

kembali tradisi ini. memang sebelum itu yang melaksanakan dan ada pula

yang tidak. Pertemuan ini terjadi sekitar tahun 2014/2015.

j. Pertanyaan: Apa saja nilai-nilai Islam dalam tradisi ini?

Jawaban: disilaturrahminya, karena tujuan berkumpul itu adalah untuk

memperkuat tali silaturrahmi.

k. Pertanyaan: Seandainya dari orang-orang yang diusulkan terdapat ketidak

cocokan bagaimana?

Jawab: Maka dalam hal ini boleh si perempuan manjadi (menikah) denga

orang lain diluar usulan yang telah ada. Asal disampaikan terlebih dahulu

kepada mamak. Tanpa dilaksanakan kembali tradisi ini.

l. Pertanyaan: Jikalau usul dari perempuan ini tidak disetujui bagaimana?

Page 89: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

Jawaban: Ketidak setujuan ini tentu memiliki alasan. Kadang-kadang

berbeda keyakinan. Tapi biasanya kalau sudah setuju orang tuanya jarang

yang tidak disepakati oleh mamaknya.

m. Pertanyaan: Bagaimana Hubungan Islam dan adat dalam tradisi Baundi?

Jawaban: Menurut saya sebenarnya Baundi ini tidak diatur dalam agama.

Akan tetapi hal ini bisa kita qiyaskan dengan khitbah. Karena tidak adanya

aturan agama tentang ini dan tidak ada nilai-nilai islam yang bertentangan

maka tidak ada salahnya jika tradisi ini tetap dilaksanakan.

n. Pertanyaan: Bagaimana proses pelaksanaan Baundi?

Jawab:

1) Mampaiyoan ka mamak oleh bapak

2) Mamanggia orang untuk berkumpul. Ini biasanya dilakukan oleh

keluarga yang perempuan

3) Pelaksanaan Baundi

4) Setelah itu ditanyai (ditanyakan) kepada perempuan dengan siapa dia

ingin menikah

5) Batanyo (bertanya). Dilakukan oleh sumando ketika jodoh yang akan

dilamar sudah jelas. Biasanya diberikan tenggang waktu. Agar yang laki-

laki dapat berdiskusi dengan keluarga dan mamaknya

6) Manjawek (menjawab) yaitu memberikan jawaban dari pihak laki-laki

7) Batando (memberi tanda). Ketika telah sepakat pihak perempuan

memberikan tando sebagai bukti pengikat (tunangan). Diantarkan oleh

bundo kanduang keluarga perempuan yang isinya kain balapak, emas.

Dalam waktu misalnya seminggu tando ini dikembalikan oleh laki-laki

kepada perempuan dengan istilah untuk ditambah. Dan tando tersebut

ditinggalkan di tempat perempuan. Tando ini berfungsi sebagai pengikat.

Jika laki-laki ini tidak jadi (ingkar janji) maka dia harus malipek

(membayar sebanyak 2 kali lipat dari apa yang telah diberikan). Jikalau

perempuan yang ingkar janji maka tando tersebut tetap dan tidak

dikembalikan.

Page 90: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

o. Pertanyaan: Bagaimana Sejarah tradisi Baundi?

Jawaban: Untuk kepastian kapan dan siapa tokoh asalnya saya kurang begitu

paham. Tapi yang jelas semenjak saya ada disini tradisi ini telah ada. Jika

dikaitkan dengan perjanjian bukit Maropalam sekitar tahun 1837 maka tradisi

ini sudah ada. Dan semenjak dari dulu tidak ada yang terpengaruh dengan

tradisi selain Islam. Pewarisan tradisi ini secar turun temurun dan tidak ada

yang bertentangan dengan Islam.

p. Pertanyaan: Bagaimana cara seorang gadis untuk mengusulkan kepada

orang lain?

Jawaban: Ini bisa dibisikkan melalui orang tua atau keluarga yang lainnya.

Page 91: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

3. Pak Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang

Nama : Drs. H. Nasrul Dt. Tumangguang

Alamat : Jorong Baruah Nagari Pandai Sikek

Umur : 71 tahun

Pekerjaan : Pensiunan Kepala Sekolah (Tokoh Adat sekaligus MUI Pandai

Sikek)

a. Pertanyaan: Apa yang bapak ketahui tentang tradisi Baundi?

Jawaban: Jadi Baundi ini adalah tradisi adat untuk mencari calon suami anak

perempuan. Jika kita punya kemenakan (keponakan perempuan) sudah layak

untuk dinikahkan

“kok siriah lah patuik bajunjuang (kalau sirih sudah layak untuk diangkat)

Kok ayam lah patuik baindu (jika ayam sudah pantas untuk dicarikan

pasangannya)

Lah patuik mandirikan adaik sudah pantas untuk melaksanakan adat)”

Jadi sebagai ayah yang memiliki anak perempuan, jika sudah layak untuk

menikah maka wajib menemui Panghulu/niniak mamak (pimpinan suku).

Untuk disampaikan bahwasannya anaknya sudah dewasa dan siap untuk

dinikahkan. Kemudian si ayah bertanya mengenai kapan waktu yang tepat

untuk batamu-tamu (bertatap muka) untuk mencari junjungan anak ini.

b. Pertanyaan: Bagaimana proses pelaksanaan tradisi Baundi?

Jawaban: Jadi orang tua (ayah) yang anak perempuannya sudah dewasa

menemui niniak mamak (pimpinan adat) untuk berdiskusi mengenai kapan

waktu yang tepat untuk “bakato-kato” istilah Baundi di Pandai Sikek). Setelah

ditentukan hari yang tepat, keluarga yang ada dalam suku tersebut berkumpul

di rumah orang yang punya hajat.

Tradisi ini dibuka dengan Pasambahan dari bapak kepada niniak

mamak/panghulu bahwasannya anak ini sudah dewasa dan patut untuk

dinikahkan. Oleh karenanya patutlah kita mencari siapa yang sesuai untuk

dijadikan pasangan dari gadis ini baik itu dari panghulu, mamak, bako, dan

Page 92: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

sumando serta bundo kanduang siapa kira-kira yang sesuai mendampingi

anaknya.

Dalam usulan jodoh ini bisanya lima orang atau lebih, asalkan ganjil.

Setelah itu dikumpulkan dan dicatat dalam sebuah kertas. Sebagai akhir dari

acara ini sumando akan menyebutkan

“kok misalnyo lah kami jajak jalani katujuahnyo,ruponyo ndak do nan

cocok, Kok ado nan inggok balangau biko, ba a tuh? Ka baulang Baundi ko

angku? (kalau misalnya ketujuh calon tersebut sudah dikunjungi, tapi tidak ada

yang cocok. Kalau misalnya ada yang datang atau diluar dari yang tujuh orang

itu, bagaimana? Apakah akan diulang Baundi ini?)

Dijawab oleh angku (panghulu):

“yo kalau ndak do, kok ado nan nampak jauh, nan tacelak tampak ampia,

tapi ndak masuak ka nan tujuah. Kami pulangkan se ka ayah induaknyo nan

sapangka. (kalau tidak ada, semisal ada yang nampak akan tetapi tidak masuk

kepada yang tujuh orang itu maka kami pulangkan kepada orang tua).

Dalam artian tradisi ini tidak dilakukan lagi karena tradisi ini cukup hanya

sekali dilakukan dalam semumur hidup. Setelah didapat nama-nama yang akan

dicalonkan. Acara ini pun ditutup. Kemudian orang tua dari anak perempuan

ini berdiskusi dan memberitahukan mengenai perihal penjodohan ini kepada si

perempuan. Siapa diantara nama tersebut yang akan dipilihnya, kemudian

diurutkan siapa yang terlebih dahulu untuk ditemui.

Setelah itu bapak (sumando) manjalani (pergi menuruti) orang-orang yang

telah diusulkan tadi sesuai nomor urut satu, dua, tiga dan seterusnya. Ini sesuai

dengan pepatah adat

Anak sa anak (anak sama anak)

Kamanakan sa kamanakan (kemenakan sama kemenakan)

Kemudian pihak keluarga laki-laki memberikan waktu sekitar 3 hari untuk

berpikir dan memberikan jawaban. Kegiatan ini disebut mananyoi. Kedatangan

untuk kedua kalinya disebut manukeh. Baik itu diterima atau ditolak semua

jawaban diberikan dengan sindiran. Tidak disampaikan secara langsung. Jika

Page 93: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

cocok dan sepakat barulah kemudian maantaan tando1. Dalam maantaan tando

ini yang mengantarkan adalah pihak perempuan dan yang menjawab adalah

pihak perempuan dari laki-laki yang akan menikah yang berjumlah dua orang.

Tiga hari setelah proses maantaan tando. Tando tersebut diantarkan kembali ke

pihak perempuan dengan alasan “mintak tambah minta tambah)”. Lalu setelah

ditambah dibawa lagi oleh yang laki-laki. Ketika mambaliakan tando

(mengembalikan tando) disaat itulah ditentukan hari yang tepat untuk menikah.

c. Pertanyaan: Kapan waktu pelaksanaan Baundi?

Jawaban: Penentuan waktu disepakati oleh silang nan bapangka (mamak,

sumando, panghulu). Dulu biasanya dilakukan malam Sabtu. Hal ini

disebabkan karena hari Jumat adalah hari istirahat masyarakat Pandai Sikek.

Karena sebagian besar masyarakat Pandai Sikek adalah bertani, sehingga dihari

Jumat kegiatan tersebut tidak dilaksanakan.

d. Pertanyaan: Apa saja isi tando itu?

Jawaban: Emas, kain balapak (kain tenunan Pandai Sikek), sirih.

e. Pertanyaan: Siapakah yang disebut bapak disini?

Jawaban: Bapak yang dimaksud dalam tradisi Baundi ini adalah para menantu

laki-laki yang menikah dengan perempuan di suku tersebut atau biasanya

disebut sumando.

f. Pertanyaan: Siapa saja yang menghadiri acara Baundi tersebut?

Jawaban: Panghulu (kepala suku), mamak rumah, bapak/sumando (seluruh

laki-laki yang menjadi menantu atas perempuan di suku tersebut), dan bundo

kanduang.

g. Pertanyaan: Apa saja perubahan bentuk pelaksanaan tradisi dari dulu dan

sekarang?

Jawaban: Dahulu pelaksanaan tradisi Baundi tidak boleh berbarengan dengan

tradisi lainnya. Dalam artian tradisi ini harus dilaksanakan sendiri. Berbeda

dengan sekarang, pelaksanaan tradisi ini bisa dibarengi dengan tradisi lainnya.

1 Maantaan tando adalah mengantarkan bukti dari pertunangan yang terjadi.

Page 94: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

Seperti pada acara makan singgang ayam2. Istilah ini kemudian dikenal dengan

nama “batumpangan”3. Dalam tradisi ini dalam pelaksanaan sekarang telah

diberi keringanan. Jadi jikalau dahulu tradisi Baundi harus dilaksanakan sendiri

tanpa bersamaan dengan adat lainnya, maka sekarang pelaksanaan tradisi

Baundi bisa dibarengi dengan tradisi lainnya. Dan dalam pelaksanaannya,

orang yang diundikan boleh lebih dari satu orang asalkan masih satu ibu.

Dahulu pelaksanaan tradisi Baundi memang ditujukan untuk pencarian

jodoh. Akan tetapi sekarang hanya sebatas prosesi adat saja. Hal ini disebabkan

karena boleh jadi karena perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, calon

yang akan menjadi pendamping hidup sudah ada. Sehingga tradisi Baundi ini

hanya sebatas prosesi adat karena yang menjadi pendampingnya adalah apa

yang telah disukai oleh sianak.

h. Pertanyaan: Apakah untuk konteks zaman saat ini, tradisi ini mesti

dilaksanakan?

Jawaban: Pelaksanaan tradisi ini mesti dan wajib dilaksanakan. Jika tidak

dilaksanakan maka panghulu dan warga dari suku tersebut akan disisihkan dan

tidak diundang dalam upacara-upacara adat (sahilia samudiak).

i. Pertanyaan: Bagaimana pandangan bapak mengenai tradisi Baundi dalam

pandangan islam?

Jawaban: Kalau dikaitkan antara adat dan agama. Maka tradisi Baundi ini

sangat sesuai dengan islam. Alasannya karena tradisi ini berfungsi untuk

mencarikan calon suami yang sesuai dan tepat untuk mendampingi anak

gadisnya. Sehingga tentu dalam pemilihannya melihat kepada agama yang

sama, parasnya, nasabnya dan hartanya, serta tingkah lakunya sesuai dengan

hadits nabi ditambah dengan pertimbangan suku, dalam artian sukunya harus

berbeda. Pada tradisi inilah kriteria itu kemudian dilihat dan dinilai bersama-

sama bersama keluarga, yang menjadi perbedaan adalah jika sebagian besar

masyarakat Indonesia yang melaksanakan lamaran adalah laki-laki. Berbeda

2 Makan singgang ayam atau yang disebut dengan malewakan gala adalah pemberian

gelar kepada laki-laki saat hendak menikah. 3 Batumpangan adalah pelaksanaan tradisi Baundi berbarengan dengan pelaksanaan

tradisi lainnya seperti makan singgang ayam.

Page 95: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

dengan tradisi Minangkabau terutama tradisi ini, yang datang pertama kali

untuk melamar adalah keluarga perempuan. Oleh karenanya menurut saya ini

tidak menjadi masalah.

j. Pertanyaan: Apa tujuan dari pelaksanaan tradisi ini?

Jawaban: Dalam tradisi Baundi tersirat makna yakni anak dalam adat

Minangkabau terkhusus di Pandai Sikek adalah bapak yang punya, jadi ketika

dewasa anak ini diserahkan kepada mamaknya. Tradisi Baundi dilaksanakan

selain bertujuan untuk mecarikan jodoh anak, juga menjadi simbol penyerahan

anak kepada mamak. Dalam artian anak yang ada di sapasukuan itu menjadi

tanggung jawab bukan hanya oleh orang tua tapi juga tanggung jawab bersama.

Tradisi ini masih dipertahankan dalam rangka mencari jodoh nan patuik jo

mungkin ( yang patut dan mungkin) untuk dijadikan sebagai memantu. Karena

pernikahan bukan hanya persoalan pribadi dengan pribadi tapi juga antar

keluarga. Sehingga dalam penentuannya perlu di musyawarahkan dengan

keluarga besar. Bagaimana agama, ekonomi, nasab, keturunan dan lainnya.

Karena pernikahan adalah ikatan antar keluarga dan bukan hanya ikatan antar

pribadi, sehingga perlu pendiskusian dan pemusyawarahan mengenai calon ini.

Karena apapun yang terjadi dalam keluarganya kelak tentunya kembali kepada

keluarga besarnya dalam artian satu pesukuan. Sehingga jikalau salah

pilihannya maka kembali kepada keluarga karena diskusi sebelumnya sudah

dilaksanakan.

k. Pertanyaan: Kenapa tradisi Baundi ini masih dipertahankan?

Jawaban: Tradisi ini masih dipertahankan disebabkan karena melihat realita

yang ada, hubungan bapak (sumando) dan mamak sudah terlalu renggang.

Dengan adanya tradisi ini kemudian kembali mengenalkan anggota-anggota

keluarganya. Siapa mamaknya, bakonya, anaknya, dan kamanakannya.

Sehingga penghapusan tradisi ini akan menyebabkan semakin jauhnya

hubungan dari keluarga yang ada. Kapan lagi mamak akan melihat kamanakan

nya. Dalam artian ajang silaturrahmi mamak dan kamanakan.\

Page 96: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

l. Pertanyaan: Bagaimana peranan wali dalam tradisi ini?

Jawaban: Anggota yang hadir dalam pertemuan itu (tradisi Baundi)

keseluruhannya disebut sebagai wali. Tidak hanya orang tua dan bako

(keluarga ayah) yang menjadi wali tapi keseluruhannya menjadi wali dari si

anak tersebut. Semua keluarga berhak mengusulkan jodoh yang terbaik untuk

anaknya/kemenakannya.

m. Pertanyaan: Apakah mamak bisa memaksakan kehendaknya dalam penentuan

jodoh?

Jawaban: Bisa jadi, hal ini disebabkan karena pada tradisi ini telah

dilakukan istilahnya seleksi terhadap bakal calon suami, jadi yang terbaik yang

dipilih. Bisa jadi yang dipilih oleh anak ada kekurangannya, makanya mamak

dan keluarga memberikan pilihan lain.

Karena peran mamak adalah pemberi nasehat. Mamak sebenarnya tidak bisa

memaksakan seratus persen. Segala hal yang terjadi di rumah tangga tentu

kembalinya ke keluarga asal juga. Sehingga yang mananyoi partamo tu ndak

buliah mamak (sehingga yang menanyakan pertama tidak boleh mamak), harus

sumando yang datang. Dengan tujuan agar baik yang jauh maupun yang dekat

hubungan kekeluargaannya merasa sama-sama memiliki anak itu. Ketika

maantaan tando pun tidak boleh ibu kandungnya. Harus perempuan lain

asalkan dalam suku yang sama

n. Pertanyaan: Apa perbedaan pelaksanaan Baundi dulu dan sekarang?

Jawaban: Sebenarnya tidak ada perbedaan pelaksanaan kecuali dari segi

waktu.

o. Pertanyaan: Rangkaian kegiatan sebelum Baundi

Jawaban:

1) Manuruik i mamak (mampaiyoan) bahwa anaknya sudah besar.

2) Mamanggia (mengundang) anggota keluarga harus yang bujang (pemuda

dalam suku tersebut)

3) Tradisi Baundi

4) Mananyoi (menanyakan)

5) Maagiah hetongan (memberi perhitungan)

Page 97: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

6) Mambarian tando (memberi tanda)

7) Mambaliakan tando dan mahitung hari (mengembalikan tanda dan

menentukan waktu).

p. Pertanyaan: Bagaimana hubungan adat dan syarak?

Jawaban: Tradisi ini sangat sesuai dengan Adat Basandi Syarak, Syarak

Basandi Kitabullah. Disebabkan karena dalam tradisi ini dilakukan

musyawarah untuk mencari calon suami dari anak kita. Dan ini disuruh oleh

agama sesuai hadits nabi:

ػي اث سسح زض الله ػ ػي اج صل الله ػل سلن قبه : رنخ

الوسأح لأزثغ: لوبلب لذسبثب لجوبلب لدب: فب ظفس ثراد الدي رسثذ

الجخبز( داك )زا rtinya: “diriwayatkan dari bu Hurairah Radiyallahu „anhu dari nabi

Muhammad SAW beliau pernah bersabda: perempuan itu dinikahi karena

empat hal: karena hartanya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan

agamanya. Dapatkan kemujuran dengan menikahi perempuan yang beragama,

maka kau akan mendapatkan keuntungannya yang tak terhingga (hadist riwayat

Bukhari)

Ketika telah sesuai dengan hadits maka telah sesuai dengan agama (syarak)

q. Pertanyaan: Bagaimana sejarah adanya tradisi ini?

Jawaban: Tradisi ini turun temurun adanya. Jikalau kita memberikan batasan

perjanjian bukit Marapalam yang mengeluarkan falsafah adat basandi syarak,

syarak basandi Kitabullah maka tradisi ini telah ada jauh sebelum terjadinya

konsesus bukit Maropalam itu. Sehingga karena ini telah sesuai dengan islam

diperkuat dengan syarak. Memang benar sebelum datangnya Islam di

Indonesia khususnya di Minangkabau telah ada keperecayaan animisme,

dinamisme, Hindu dan budha. Akan tetapi jika melihat kepada budaya adat

Minangkabau hanya sedikit yang dipengaruhi oleh kepercayaan ini. Karena

kita melihat bahwa orang Minangkabau secara keseluruhan aslinya dalah orang

Islam. Karena tidak adanya bukti yang mengatakan ada orang Minangkabau

yang beragama Hindu/ Budha atau lainnya.

Memang benar ada Adityawarman yang beragama Hindu akan tetapi dia

hanya dikenal sebagai raja di Pagaruyuang Batu Sangkar karena merupakan

Page 98: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

titah dari Majapahit. Jauh sebelum Adityawarman telah ada Lareh nan duo

(Koto Piliang dan Bodi Caniago) yang bersumber dari Dt. Katumanggungan

dan Dt. Parpatiah nan sabatang di Minangkabau. Meskipun mereka kala itu

belum menganut agama. Setelah Islam masuk, Masyarakat Minangkabau mulai

masuk Islam dan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan syarak mulailah

diganti dan disesuaikan dengan adat Minangkabau. Sebagai puncaknya adalah

Terjadinya perjanjian Sumpah Sati Maropalam yang mengeluarkan falsafah

Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah.

Melihat ke latar belakangnya, orang pandai sikek khususnya Marajo

Kapado Mufakaik (mengambil kata mufakat) dalam penyelesaian perkara. Jika

kita melihat kepada Baundi ini yang ditonjolkan sebenarnya adalah sisi

permusyawarahannya.

r. Pertanyaan: Apa nilai-nilai Islam dalam tradisi ini?

Jawaban: Diantara nilai-nilai keislaman dalam tradisi ini adalah prinsip-

prinsip musyawarah dan penguatan silaturrahmi. Selain itu, dalam mencari

jodoh harus sesuai dengan hadits nabi dalam penentuan kriteria. Pembuka dan

penutup didahului dengan bismillah dan doa.

s. Pertanyaan: Kapan pembuatan peraturan tentang tradisi Baundi dalam

peraturan nagari?

Jawaban: Pertama kali dibuat dalam peraturan nagari tahun 1973 oleh Datuak

Rajo Mangkoto (wali nagari dan ketua KAN saat itu)

Page 99: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

4. Bapak Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh

Nama : Damsir Dt. Maharajo Nan Salareh

Alamat : Koto Tinggi

Umur : 51 Tahun

Pekerjaan : Kepala sekolah (Tokoh Adat)

a. Pertanyaan: Apa yang bapak ketahui tentang tradisi Baundi?

Jawaban: Tradisi Baundi adalah salah satu persyaratan di pandai sikek bagi

seorang perempuan untuk dikatakan sudah dewasa. Sebab seorang bapak

(orang yang memakai adat dalam artian sebagai orang sumando) dalam suatu

kaum beliau memberitakan dan memberi kabar bahwa anaknya sudah besar.

Bapak (orang sumando di suku tersebut). Karena anak yang ada dalam satu

suku tersebut dianggap sebagai anak oleh orang sumando di suku tersebut.

Penyampaian kabar dan berita bahwa anak kita sudah besar itu disampaikan

dalam acara Baundi. Sehingga Baundi pada prinsipnya bukan Baundi (diundi /

dikocok lalu dipilih satu seperti permainan judi) akan tetapi bakato-kato4.

Ketika sudah berkumpul antara mamak dan bapak (mamak rumah dan

urang sumando). Bapak menyampaikan bahwa anaknya sudah besar.

Kok siriah lah patuik dijunjuang (jika sirih sudah patut untuk diangkat)

Kok ayam lah patuik dicarikan indunyo (jika ayam sudah pantas untuk

dicarikan pasangannya.

Jadi siapa kira-kira yang cocok untuk mendampingi hidup si gadis ini.

Sehingga karena si bapak “pai batampuah pulang sabondong”. ahwa bagi

bapak (urang sumando) merasa memiliki anak susah payah sepenanggungan.

Nan ketek nanti gadang, nan gadang lah tau weleng jo gendeang, lah

tau malo jo raso, lah tau awa jo akhia pekerjaan lah patuik dijapuik

kadijangkaukan urang ka mamakai dan mandirikan adat.

4 Bakato-kato (berkata-kata) adalah memberitahukan kabar bahwa anak perempuannya

sudah besar dan layak untuk menikah.

Page 100: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

Siapa kira-kira nan ka dijapuik kadijangkaukan adat (yang akan di

jemput dikenakan adat). Itulah sekiranya yang akan dibahas dalam tradisi

Baundi ini.

b. Pertanyaan: Bagaiman cara menentukan seorang gadis itu sudah dewasa dan

sudah pantas untuk menikah?

Jawaban: Kalau misalnya ia telah SMA atau jika tidak sekolah setelah SMA

satu atau dua tahun, maka sudah dianggap dewasa.

c. Pertanyaan: Apakah ukuran kedewasaan ini juga dilihat dari UU perkawinan?

Jawaban: tidak ada hubungannya, karena yang diliat adalah patuik jo mungkin

(patut dan mungkin). Inilah kemudian yang dilihat oleh mamak dan bapak.

Karena mamak dan bapak fungsinya:

“Kok siang bacaliak-caliak an, kok malam badanga-dangakan. Raso-rasonyo

anak ko kalau ndak dipalakian akan menjadi aib nantinya.” jika siang dilihat-

lihat, kalau malam didengar-dengar. Rasanya anak ini jikalau tidak dinikahkan

akan menjadi aib nantinya).

Kedua adalah sudah mengenal dengan yang namanya laki-laki. Sehingga

patokan umur dalam penentuan perkawinan disini tidak ada karena yang

bermain adalah raso perasaan). Karena adat adalah “baso basi jo raso”.

Sehingga ada keinginan dari bapak untuk melaksanakan tradisi ini.

d. Pertanyaan: Bagaimana praktek pelaksanaan tradisi ini?

Jawaban: Dalam pembukaan tradisi ini baik bapak maupun mamak akan

bapasambahan sehingga didapat suatu kesepakatan bahwasannya anak/

kemenakannya telah dewasa. Sehingga dilanjutkan lah kepada proses tawar

menawar. Jadi pada proses inilah kemudian dikumpulkan usulan nama dari

keluarga siapa kira-kira yang dilihat dan mau diusulkan.

e. Pertanyaan: Kenapa perempuan yang melamar laki-laki?

Jawaban: Dalam adat disebabkan karena perempuan sifatnya menerima

warisan. Artinya dia akan menempati satu rumah gadang, dia akan menerima

segala peninggalan baik sako/pusako. Sehingga dicarinyalah siapa orang yang

kemudian pas di jemputnya untuk tinggal dirumahnya.

Disinilah kemudian didiskusikan perihal calon yang akan diusulkan.

Berdasarkan azaz Patuik jo mungkin (pantas dan mungkin) . Sehingga

Page 101: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

disebutlah pituah adaik sumando itu “dijapuik, dijangkau kamandirikan

sapanjang adaik.” alam artian filosofinya seperti ini, orang sumando itu:

Sumando itu posisinya di Rumah Gadang “Kok dihambuihnyo tabang”. ia

hanya sebatas pendatang yang tidak akan mencampuri urusan yang terjadi

dalam kaum perempuan ini. Sehingga dalam berbicara kepada urang sumando

ini harus batimbang-timbang, baagak-agak (harus hati-hati agar hatinya tidak

tersinggung) dalam artian kata yang digunakan adalah kata malereng. Sehingga

kata-kata yang digunakan tidak boleh langsung, akan tetapi dengan sindiran

sehingga kedatangannya itu memang dijapuik dan dijangkau. Karena

fungsinya:

Kurang ka manuikuik, senteng kamanggilai, sipi ka manangahan,

karuah ka manjaniahan.(kurang akan menutup, pendek akan memanjangkan,

ditepi akan menengahkan, keruh akan menjernihkan). Setelah terjadinya

pernikahan, seorang laki-laki yang menikah masih belum boleh menempati

kediaman si perempuan sampai ia dijemput oleh perempuan tersebut. Yang

didahului dengan acara malewakan gala (pemberian gelar) sesuai dengan

pepatah adat: ketek banamo gadang bagala, dikediaman si laki-laki. Baru

kemudian dijemput oleh pihak perempuan.

Setelah disampaikan kabar bahwasannya anaknya sudah dewasa.

Kemudian ditanyakanlah kepada keluarga yang hadir siapa kira-kira yang

cocok untuk disandingkan dengan anak gadis ini. Pertanyaan ini untuk pertama

kalinya disampaikan kepada Niniak mamak. Sebagai bentuk penghormatan

kepada beliau. Lalu kemudian baru ditanyakan kepada hadirin yang hadir.

Seandainya dari usulan-usulan yang disampaikan oleh keluarga tadi,

ternyata tidak ada yang cocok menurut si anak. Maka inilah kemudian yang

disebut:

“Bulek datang manggiliang,picak datang malayang. Jatuahnyo bak

hujan.” bulat datang menggiling, tipis datang melayang. Jatuhnya seperti

hujan).

Page 102: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

Datang orang kemudian yang mau dipinangkan diluar usulan tadi, dan

cocok sesuai sengan kriteria yang ada sesuai azaz patuik jo mungkin. Sehingga

niniak mamak pun menyampaikan:

“kok ado bulek datang manggiliang, picak datang malayang. Indak paralu

kito bakumpua-kumpua bantuak iko do, pa iyo an selah ka ambo bahwasannyo

ado nan patuik jo mungkin.” (jikalau ada bulat datang menggiling, tipis datang

melayang, tidak perlu kita berkumpul lagi, datang saja ke saya bahwasannya

ada yang patut dan mungkin).

f. Pertanyaan: Siapa saja yang telibat dalam tradisi Baundi?

Jawaban: Bapak (sumando), mamak rumah (laki-laki yang sesuku dengan

ibu), bako (keluarga ayah), tetangga dan karib kerabat sekitar rumah.

g. Pertanyaan: Apa Manfaat Baundi?

Jawaban: Disanalah kesempatan bagi mamak-mamak rumah untuk makan di

rumah kamanakan perempuannya dan turut serta memikirkan kemenakannya

bahwa kemenakannya sudah besar. Menyepakati bahwa anaknya sudah dewasa

bersama-sama mamak rumah, bako dan keluarga lainnya. Mamak dan bapak

sama-sama memiliki peran yang sama dan bertanggung jawab dalam

mencarikan jodoh anaknya. Sehingga ketika yang dipilih adalah orang yang

kurang baik, maka itu kembali pertanggung jawbannya kepada keluarga karena

telah sama-sama bemusyawarah untuk mencarikan. Jadi intinya Baundi itu

bukan berarti merendahkan derjat perempuan akan tetapi sebuah pertanda

bahwa keluarga dalam hal ini bapak, mamak dan seluruh yang terlibat dalam

acara tersebut sama-sama memikirkan dirinya. Silaturrahmi terjaga antar

sesama keluarga.

Jadi dalam adat minangkabau, jika bapak yang pergi ke rumah laki-laki itu

merupakan pertanda baik. Sebaliknya, jika mamak rumah yang datang ke

rumah laki-laki berarti pertanda buruk. Dalam artian jika bapak yang datang

berarti melamar laki-laki tersebut.

h. Pertanyaan: Apa nilai-nilai Islam dalam tradisi ini?

Jawaban: Pertama dilihat dari prakteknya tidak ada satupun yang

bertentangan. Kedua jikalau terjadi perkawinan, maka ini merupakan hal yang

Page 103: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

terbaik karena telah didiskusikan dengan keluarga sudah merupakan hasil

musyawarah yang diberikan kepada gadis tersebut. Painyo lah jo mufakaik,

tingganyo lah jo parundiangan. Unsur ikhtiyat dan kehati-hatian dalam tradisi

ini lebih dikedepankan karena yang bermusyawarah adalah keluarga. I‟laanun

nikah (pemberitaan kabar menikah kepada khalayak ramai.

i. Pertanyaan: Bagaimana penentuan calon suami dalam tradisi ini?

Jawaban: Pertama dilihat adalah agamanya. Kedua kesanggupannya dalam

membina rumah tangga baik finansial maupun psikologi. Pertimbangannya

adalah patuik jo mungkin. Karena adat adalah “raso”. kan tetapi ketika

ditanyakan mengenai acuan baku dalam adat tidak ada.

j. Pertanyaan: Bagaimana relasi antara adat dan agama?

Jawab: Apabila datang kepadamu seorang laki-laki yang engkau redai

agamanya maka falyanzur ha. Timbul pertanyaan konteks hadits ini kan

kepada perempuan. Apakah juga berlaku bagi laki-laki? Ini tidak masalah

karena yang dilihat adalah maslahah mursalah agar tidak terjadi kebohongan.

Dan konteks falyanzurha ini tidak hanya pribadi yang akan menikah yang

melihatnya akan tetapi juga keluarga yang telibat dalam tradisi Baundi ini.

Jadi sebelum tradisi ini sebenarnya keluarga perempuan sudah mengetahui

dan bersepakat mengenai orang yang akan dituruti. Meskipun ada calon-calon

yang lain. Jikalau tidak ada yang disukai oleh si perempuan dari usulan tadi.

Maka dipakailah:

“kok ado bulek datang manggiliang, picak datang malayang. Indak paralu

kito bakumpua-kumpua bantuak iko do, pa iyo an selah ka ambo bahwasannyo

ado nan patuik jo mungkin.”

Maksud pepatah ini adalah jika kemudian didapat orang yang sesuai

dengan anak gadisnya, akan tetapi tidak termasuk dalam list yang

dimusyawarahkan maka cukup dilaporkan kepada penghulu.

k. Pertanyaan: Bagaimana peran wali mujbir dalam tradisi ini?

Jawab: Kalau dahulu memang ada otoritas keluarga dan mamak dalam

penetuan calon. Dalam artian si perempuan tahu jodohnya hanya ketika akan

menikah saja. Jadi semua di atur oleh mamak. Akan tetapi konteks sekarang

Page 104: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

tidak ada lagi. Karena fungsi mamak adalah mamutuih dan mamparetongan

(memutus dan mempertimbangkan). Filosofinya karena dahulu satu keluarga

tinggal dalam satu rumah gadang. Jadi disana yang berkuasa adalah mamak.

Jadi ia yang memutuskan segala hal. Akan tetapi sekarang karena keluarga

yang ada sudah berpencar-pencar dalam artian tidak lagi satu rumah, kemudian

yang membangun rumah adalah bapaknya. Maka lambat laun fungsi mamak

semakin bergeser. Jadi tidak bisa seotoriter dahulu.

Akan tetapi pada prinsipnya, kemenakan tidak ada yang melawan ke

mamak karena sebelumnya sudah ada dialog antar mamak, bapak dan

kemenakan. Ketika anak telah siap lalu bapak yang kemudian memanggil

kaum karib kerabat untuk Baundi.

l. Pertanyaan: Bagaimana sejarah Baundi?

Jawab: Menurut saya Baundi telah ada sejak dahulunya. Kemudian kita

ketahui bahwa tradisi Baundi ini adalah “adaik salingka nagari” sehingga tidak

ada daerah lain yang memakai tradisi ini. akan tetapi sejarah secara pasti saya

tidak mengetahui kapan adanya. Yang penting keberadan tradisi ini tidak

satupun yang melanggar ketentuan agama. Sejak awalnya telah sesuai dengan

islam.

m. Pertanyaan: Bagaimana harapan bapak untuk tradisi Baundi ini?

Jawab: Saya berharap tradisi ini tetap diteruskan. Karena kapan pula

waktunya bapak dan mamak baretong (berdiskusi) tentang kemanakan

perempuannya. Seandainya jika hanya diputuskan saja oleh bapak tentu peran

mamak akan hilang. Jadi lah hitam putiah urusan kemanakan disuatu kaum,

selesai oleh bapak saja.sedangkan bapak itu dijapuik, dijangkau tugasnyo

kusuik ka manyalasaikan, karuah ka manjaniahan. ndak ka mambuek garis baru

ndak ka mambuek aturan baru di rumah kamanakannyo. Jadi kapan waktunya

sumando dan mamak yang lain akan masuk ke rumah untuk menyelesaikan

permasalahan anak kemenakannya.

Oleh karenanya, mamak dan bapak agar kuat persaudaraan dan silaturrahmi

dalam suatu kaum “Painyo satampuah pulangnyo sabondong, kabukik samo

mandaki ka lurah samo manurun” pada tradisi ini lah nampaknya kebersamaan

Page 105: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

dalam menyampaikan bahwa anaknya sudah besar. Yang kedua sepakat kaum

bahwasannya anaknya akan dicarikan jodohnya. Sehingga memperkuat

silaturrahmi itu sendiri.

Page 106: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

5. Bapak Dariman Dt. Rangkai Tuo

Nama : Ustad Dariman DT. Rangkai Tuo

Alamat : Tanjuang Kapalo Kampuang

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : Kepala Sekolah (Alim Ulama)

a. Pertanyaan: Apa yang bapak ketahui tentang tradisi Baundi?

Jawaban: Tradisi Baundi bertujuan untuk mencarikan jodoh anak yang

terbaik menurut keluarga. Karena sesungguhnya Baundi itu ketika dicalonkan

beberapa orang untuk anak gadis itu, kemudian dipilih. Nah dari sinilah

kemudian istilah Baundi itu dipakai.

Baik itu dari segi agama, karakter, nasab dan lainnya yang dirasa

perlu. Karena ketika Baundi itu yang dilihat adalah keseluruhan dari calon

tersebut.

b. Pertanyaan: Bagaimana kriteria calon suamidalam tradisi Baundi?

Jawaban: Agamanya, akhlaknya. Akan tetapi dalam tradisi itu yang ditanya

hanya anak siapa dan kemenakan siapa? Dalam permusyawarahan itu. Setelah

selesai musyawarah Baundi dan didapat nama-namanya barulah kemudian

keluarganya dibelakang forum berdiskusi dengan si anak dalam menilai dari

sudut pandang agama, akhlak, nasab, paras, sukunya dan hal lain yang

dianggap perlu. Jadi ketika di forum belum dibicarakan bagaimana bebet

bobotnya. Takutnya nanti terjadi ketidak enakan ketika disebutkan baik dan

buruknya di forum itu. Lalu sebagai penutup dari tradisi Baundi ini, si bapak

menyampanikan kepada mamaknya yang intinya “seandainya ada calon lain

diluar atau yang lupa daripada apa yang diusulkan, haruskah kita duduk

bersama seperti ini lagi? Penghulu menjawab “tidak perlu, cukup datang dan

sampaikan kepada saya.”

c. Pertanyaan: Bagaimana pergeseran dan perubahan yang terjadi dalam

pelaksanaan tradisi dahulu dengan sekarang?

Jawaban: Kalau dahulu tradisi ini memang benar dijadikan sebagai

permusyawaratan untuk mencari jodoh. Setelah Baundi dilaksanakan bapak

Page 107: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

(sumando) pergi manjajaki (mengunjungi) calon yang telah diusulkan

diforum sesuai dengan skala prioritas. Sehingga dapat kita artikan bahwa

jodohnya itu memang tidak ada. Sedangkan sekarang sebenarnya jodoh itu

telah ada, kemudian disampaikan dalam pelaksanaan tradisi Baundi. Kalau

sekarang jodoh yang ada telah diketahui dan ditentukan sebelumnya oleh

gadis dan keluarganya. Jadi pelaksanaan tradisi ini hanya sebagai pelaksanaan

ritual adat. Bapak sendiri ketika melaksanakan pernikahan, sebelum

pelaksanaan Baundi ini, orang tua dari calon perempuan yang akan bapak

nikahi menanyakan terlebih dahulu ke bapak mengenai keinginan untuk

menikahi anaknya. Setelah bapak iyakan baru kemudian dilaksanakan tradisi

Baundi dan rangkaiannya. Kalau dahulu tidak boleh dicarikan, kalau ketahuan

dicarikan sebelum tradisi ini akan menjadi aib bagi keluarga dan dikenakan

sangsi.

d. Pertanyaan: Bagaimana proses terjadinya Baundi?

Jawaban:

1) Ketika anak sudah dianggap besar, orang tua menurut niniak mamak untuk

menyampaikannya. Setelah itu baru keluarga yang lain.

2) Mamapa Mamanggia yaitu mengundang orang-orang terdekat. Dan

bertanya mengenai siapa lagi kerabat-kerabat yang akan diundang.

3) Selanjutnya Maapa Mamanggia yaitu mengundang semua keluarga yang

ada dalam satu suku itu.

4) Setelah itu baru dilaksanakan tradisi Baundi ini. Ditetapkan oleh panghulu

kapan akan dilaksanakan Baundi.Setelah berpetatah petitih maka

kemudian panghulu (orang yang didahulukan selangkah) disilahkan untuk

memberikan usulan mengenai calon si anak. Dalam rangka penghormatan

kepada pemimpin. Akan tetapi ini tidak sebagai penentu bahwa usulan dari

panghulu yang akan dijadikan calon pendamping si anak. Setelah itu

kemudian baru ditanyakan kepada forum.

5) Mananyo. Bapak kemudian mendatangi kaum laki-laki yang telah

dicalonkan tersebut untuk meminang.

6) Menjawab.

Page 108: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

7) Mamutuihan. Dalam pelaksanaanya ketika mamutuihan (memutuskan)

apakah mau atau tidak mau seorang laki-laki dipinang. Ketika laki-laki

tersebut sudah setuju untuk dinikahkan maka kemudian keluarga

perempuan membawa tando yang berupa: kain balapak dan emas.

e. Pertanyaan: Kapan waktu pelaksanaan?

Jawaban: Malam hari Jumat kalau dahulunya dengan filosofi karena setelah

sholat Jumat orang-orang tidak bekerja lagi. Tapi jika sekarang fleksibel

tergantung kesepakatan keluarga.

f. Pertanyaan: Siapa orang yang telibat dalam Baundi?

Jawaban: Niniak mamak, jikalau tidak bisa hadir digantikan oleh Panungkek

yang ditinggalkan sebuah tanda oleh pimpinan suku seperti peci (yang

menandakan sudah digantikan oleh panungkeknya dalam acara itu). Jikalau

penghulu belum datang, tradisi ini belum boleh dilaksanakan. Selanjutnya

bapak (sumando), bako, mamak, bundo kanduang, dan keluarga terdekat.

g. Pertanyaan: Apa Nilai-nilai islam dalam tradisi ini?

Jawaban: Menurut saya ini sesuai dengan Islam. Meskipun yang ditanyai

pertama adalah niniak mamak (panghulu) akan tetapi yang menentukan

kemudian adalah keluarga dan sigadis yang akan dinikahi. Jadi ini sesuai

dengan Islam karena walinyalah yang menentukan jodoh yang tepat untuk

sianak. Selanjutnya nilai-nilai keislaman adalah menghargai pemimpin,

karena pemimpin adalah pucuk pimpinan dia adalah orang pertama yang

ditanyai mengenai usulan penjodohan ini. konsep Baundi ini jika diqiyaskan

sama dengan khitbah karena proses dari awal sampai terjadinya pernikahan

adalah prosesi lamaran. Setelah didapat jodoh yang diusulkan pihak keluarga

kemudian mendatangi sekaligus mencari tahu mengenai agama, akhlak dan

lainnya atau yang sering disebut dengan bibit dan bobotnya. Tahapan ini

termasuk kepada proses Ta‟aruf dimana kedua belah pihak saling mengenal.

Sehingga jarak yang ada setelah prosesi Baundi sebenarnya ada proses

penilaian itu. Praktek mengenai perempuan yang melamar kalau sekarang

hanya sekedar tradisi adat. Dalam artian, bapak sendiri adalah orang pertama

yang mendatangi keluarga ibu, baru kemudian ditanyakan dan didatangi oleh

Page 109: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

pihak keluarga mengenai kesiapan dan keyakinan bapak. Lalu

dilaksanakanlah prosesi Baundi itu.

h. Pertanyaan: Bagaimana peran wali dalam pelaksanaannya?

Jawaban: Kalau zaman dahulu bisa jadi memang mamak memiliki perenan

yang sangat besar. Jadi bisa dikatakan jikalau dahulu bisa saja permasalahan

jodoh mamak yang mengatur. Dan itu tidak ada masalah bagi anak yang

dijodohkan dahulu. Karena bisa dibilang dahulu adalah zaman Siti Nurbaya.

Sebab, karena itu telah menjadi budaya zaman dahulu. Akan tetapi konsep

sekarang telah mengalami pergeseran dimana mengenai jodoh kontribusi dari

gadis yang akan dinikahi juga ada. Terbukti dengan dipertimbangkannya atau

si orang tua meminta pendapat perempuan mengenai jodoh ini.

i. Pertanyaan: Dengan pergeseran praktek yang terjadi apakah tradisi ini masih

perlu untuk dipertahankan?

Jawaban: Tradisi ini bukan sia-sia. Memang bisa dibilang tradisi ini bukan

lagi tempat untuk mencarikan jodoh karena jodohnya pada dasarnya sudah

ada. kan tetapi tradisi ini sebagai ajang ta‟aruf antar sekeluarga, baik itu

mamak, bako dan keluarga lainnya terutama satu suku. Karena hadir dalam

tradisi ini merupakan sebuah kewajiban. Jikalau tidak hadir bisa jadi akan

dikenai sangsi moral seperti disisihkan atau ketika dia melaksanakan acara

keluarganya juga tidak akan hadir. Kedua nilai musyawarah. Misalnya hal-hal

yang akan diputuskan didiskusikan bersama. Diminta kepada yang dituakan

dahulu (panghulu). Selanjutnya dari bako juga bermusyawarah ,keluarga

mamak dan bundo kanduang juga bermusyawarah baru kemudian

disampaikan ketengah hadirin yang hadir. Sehingga saran bapak agar tradisi

ini memang tetap dilanjutkan.

j. Pertanyaan: Apakah wajib dilaksanakan tradisi ini?

Jawaban: iya wajib dalam pelaksanaannya, kalau bagi perempuan Baundi

namanya, kalau bagi laki-laki bajapuik jika tidak dilaksanakan maka jangan

sekali-kali balik ke kampung. Dalam artian akan mendapat sanksi sosial.

Kalau laki-laki maka pihaknya akan mendapatkan denda.

Page 110: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

6. Bapak Palmi Dt. Sati Mahadirajo

Alamat : Pagu-Pagu (Pandai Sikek)

Umur : 44 tahun

Pekerjaan : Sekretaris Nagari

a. Pertanyaan: Apa yang bapak ketahui tentang tradisi baundi?

Jawaban: Dinamakan Baundi bukan berarti jodoh yang ada itu diundikan

lalu dipilih salah satu. Akan tetapi Baundi berarti memusyawarahkan jodoh

yang akan disandingkan dengan anak atau kemenakan keluarga tersebut.Jadi

dalam penjodohan khususnya di kanagarian Pandai Sikek, bukan hak kita

saja yang didahulukan. Orang tua juga memiliki hak, mamak, bako, dan

keluarga lainnya memiliki hak dan tanggung jawab dalam penentuan jodoh

itu. Tradisi Baundi ini adalah bentuk realisasi dan perwujudan dari itu semua.

Mengenai sejarahnya saya tidak mengetahui dengan pasti akan tetapi

tradisi ini telah ada sedari dulu dan diturunkan secara turun temurun. yang

pasti budaya Baundi ini hanya ada di Pandai Sikek. Dalam sebutan adat

dikatakan adat salingka nagari.

b. Pertanyaan: Apa tujuan dari pelaksanaan tradisi ini?

Jawaban: Tujuannya adalah sebagai bentuk pengawasan dan tanggungjawab

keluarga atas anak kemenakannya terutama dalam pencarian jodoh. Sebagai

bentuk seleksi dalam pencarian jodoh untuk anaknya. Seleksi ini sebagai

bentuk kontrol sosial. Sehingga laki-laki harus mempersiapkan dirinya sebaik

mungkin agar bisa dipilih untuk dijadikan menantunya. Selanjutnya tradisi ini

sebagai sarana untuk memperkuat tali sitarrahmi antar anggota keluarga.

c. Pertanyaan: Apa nilai-nilai islam dalam tradisi ini?

Jawaban: Nilai-nilai Islam yang ada dalam tradisi ini? dalam prakteknya

mamak akan memberikan nasehat mengenai jodoh yang akan dipilih. Dalam

pemilihan jodoh ini yang diliat adalah agama, pekerjaan, sukunya (duku tidak

boleh sama, dan hal-hal lain yang diangap penting.

Page 111: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

d. Pertanyaan: Bagaimana pergeseran yang terjadi dalam tradisi ini?

Jawaban: Jika melihat pergeseran yang ada. Dahulu memang sangat besar

peran mamak dalam penentuan jodoh untuk anak gadisnya. Hal ini karena

mamak memang memiliki peranan yang sentral dalam suku. Seriap persoalan

dan permasalahan dikembalikan ke mamak. Sehingga untuk jodoh pun

diserahkan kepada mamak dan keluarga untuk menentukan. Si anak terkadang

hanya mengetahui jodohnya hanya ketika pernikahan akan dilangsungkan.

Page 112: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

7. Ibu Rahma Alam Sudin

Nama : Rahma Alam Sudin

Alamat : Tanjuang

Umur : 82 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (Bundo Kanduang)

a. Pertanyaan: Apa yang ibu ketahui tentang tradisi Baundi?

Jawaban: “Yo mangumpuan urang sumando, mamak rumah untuk

bamusyawarah. Dek anak wak ko lah gadang. Rasonyo alah patuik untuk

bakaluarga (Ya mengumpulkan orang sumando, mamak rumah untuk

bermusyawarah. Karena anak ini sudah besar dan sudah pantas untuk

berkeluarga).”

b. Pertanyaan: Menurut adat tradisi disini, Berapakah ukuran seorang

perempuan itu dianggap sudah dewasa dan patut untuk melaksanakan

perkawinan?

Jawaban: kira-kira umur 20-25 tahun. Jikalau dahulu umur 18 tahun sudah ada

yang menikah, sekarang tidak jamannya lagi nikah muda.

c. Pertanyaan: Bagaimanaka proses pelaksanaan tradisi ini?

Jawaban: Jadi orang yang mempunyai makasuik (keinginan untuk menikah)

dalam hal ini adalah orang tuanya datang ke niniak mamak (pemimpin suku).

Lalu menyampaikan kepada Niniak mamak

“jadi dek karano si „anu‟ lah tamaik sikolah, alah gadang kini, kok lai

sapakaik ba kalo misalnyo kito „bakato-kato‟ (karena si gadis sudah tamat

sekolah, sudah dewasa, jikalau sepakat, bagaimana jika kita „bakato-kato‟)”5.

Pertemuan yang dilaksanakan dengan niniak mamak bertujuan untuk

meminta izin dan menanyai siapa kira-kira yang akan diundang dalam acara itu

serta penentuan waktu pelaksanaan tradisi ini.

5 bakato-kato adalah ucapan yang digunakan ketika memanggil

orang untuk melaksanakan Baundi.

Page 113: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

Setelah itu dipanggilah bujang-bujang (pemuda-pemuda di suku itu) atas

orang-orang yang telah disebutkan oleh Panghulu suku. Berdasarkan hari yang

telah ditentukan, semua yang telah diundang duduk bersama untuk

bermusyawarah dalam penentuan jodoh untuk si perempuan ini.

Agenda pertama dalam Tradisi Baundi adalah Pasambahan oleh niniak

mamak dan keluarga. Pesambahan berisikan petatah petitih adat Minangkabau.

Yang kemudian disusul dengan pembahasan mengenai calon dari si perempuan

yang hendak menikah ini. Pihak-pihak yang hadir kemudian mengusulkan

nama-nama yang akan disandingkan dengan anak gadis mereka, kemudian

dicatat di sebuah kertas.

Dahulu pelaksanaan tradisi ini memang untuk perjodohan. Si perempuan

benar-benar tidak mengetahui siapa yang akan dijodohkan dengannya. Setelah

didapat nama-nama dari calon tersebut. Kemudian diurutkan siapa kira-kira

yang akan dituruik (didatangi) terlebih dahulu. Sekarang tradisi ini hanya

sekedar simbol saja, untuk jodoh sebenarnya sudah ada. Dalam hal ini, si

perempuan membisikkan kepada orang tuanya atau orang tua yang bertanya

kepada anaknya. Sudah ada yang nampak atau belum. Kalau sudah ada maka

nama tersebut kemudian disebutkan dalam acara Baundi.

d. Pertanyaan: Apa yang dilaksanakan setelah acara Baundi?

Jawaban: Setelah Baundi maka pihak perempuan yaitu bapak6 pergi

mengunjungi pihak laki-laki yang sudah diusulkan. Biasanya dari pihak laki-

laki meminta perpanjangan waktu, biasanya tiga hari. Di hari ketiga, lalu

diputuskan apakah pihak laki-laki mau atau tidak menikah dengan perempuan

ini. Jika ia, maka akan dihari selanjutnya akan diberikan tando sebagai bukti

pertunangan, yang diantarkan oleh perempuan dari suku tersebut. dua hari

setelah “maantaan tando” dilaksanakan oleh keluarga perempuan selanjutnya,

Tando itu dikembalikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan

(mambaliakan). Dalam artian pihak laki-laki meminta tambah atas tando

tersebut. Setelah ditambah, pihak laki-laki kemudian membawa kembali Tando

6 Bapak adalah orang-orang yang menjadi menantu di suku tersebut.

Page 114: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

tersebut yang kemudian dikembalikan ke pihak perempuan ketika hari

pernikahan.

e. Pertanyaan: Apakah ibu juga melaksanakan tradisi ini dahulu ketika mencari

jodoh?

Jawaban: Iya, ibu dahulu dijodohkan. Jadi orang tua ibu sebelum Baundi

menyampaikan calon yang akan dijodohkan dengan ibu. Orang tua ibu

mengusulkan calon dari pihak bako7. Kebetulan ibu mengenalnya lalu ibu

menyetujuinya. Lalu dilaksanakan acara Baundi. Dimana orang tua ibu

mengusulkan nama dari calon yang ibu setujui. Ketika ditulis nama-nama calon

dikertas, nama yang orang tua ibu usulkan yang telah ibu setujui diletakkan

dinomor pertama untuk ditanyai kesediaannya.

f. Pertanyaan: Siapa saja yang hadir dalam acara Baundi tersebut?

Jawaban: Niniak mamak (kepala suku yang akan melaksanakan Baundi), bako

(pihak keluarga ayah), mamak rumah (pihak laki-laki keluarga ibu), bundo

kanduang (ibu-ibu di keluarga yang sama sukunya dengan yang punya hajat),

urang sumando (disebut Bapak ialah laki-laki yang menjadi menantu di

keluarga suku tersebut), tetangga-tetangga dekat.

g. Pertanyaan: Kapan waktu pelaksanaan tradisi ini?

Jawaban: Biasanya dilaksanakan di hari malam Sabtu dan malam Rabu. Hal

ini disebabkan karena hari Jumat selain dianggap baik juga menjadi hari

dimana tidak adanya aktivitas. Karena sebagian besar masyarakat Pandai Sikek

adalah bertani dan berkebun. Sehingga hari Jumat adalah hari yang kosong.

Dilaksanakan juga hari Selasa karena pada hari itu aktivitas bertani dan

berkebun juga tidak dilaksanakan karena biasanya hari ini adalah waktunya

masyarakat untuk pergi ke pasar (hari balai8).

h. Pertanyaan: Bagaimana peran mamak dan para wali dalam penentuan jodoh

dalam tradisi ini?

Jawaban: Dahulu peran mamak dan wali sangat besar dalam penentuan jodoh.

Mamak dan bapak dapat memilihkan pasangan untuk anaknya meskipun

7 Bako adalah pihak keluarga ayah

8 Hari balai adalah hari pasar. Hari dimana kegiatan pasar dilaksanakan. Karena pasar di

Pandai Sikek sekali seminggu.

Page 115: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

anaknya tidak mengetahuinya. Sementara jikalau sekarang mamak dan wali

berdiskusi terlebih dahulu kepada anak perempuan yang ingin dijodohkan.

i. Pertanyaan: Apa yang menjadi pertimbangan dalam penentuan jodoh?

Jawaban: Yang pasti agamanya, nasabnya (darimana ia berasal, termasuk

padanya suku, karena di Minangakabau tidak boleh menikah dengan suku yang

sama dalam daerah), dan mata pencariannya.

j. Pertanyaan: Apa yang berubah dari pelaksanaan tradisi Baundi dahulu dan

sekarang?

Jawaban: Kalau dahulu mamak dan ayah berperan sangat kuat dalam

penentuan jodoh. Sedangkan sekarang yang bersangkutan (perempuan yang

bersangkutan yang memiliki peran).

k. Pertanyaan: Apa Tujuan dilaksanakan Baundi?

Jawaban: untuk mencarikan calon menantu. Mempererat tali silaturrahmi

terutama warga sapasukuan terkhusus kepada bapak dan mamak rumah.

l. Pertanyaan: Kenapa masih dipertahankan tradisi ini?

Jawaban: Agar adat dan tradisi minangkabau tetap berjalan dan masih tetap

ada. Selain itu tradisi ini diharapkan bisa menguatkan silaturrahmi ini.

m. Pertanyaan: Apa saja nilai-nilai islam dalam tradisi ini?

Jawaban: Jika diqiyaskan tradisi ini lebih kepada khitbah. Yang menjadi

perbedaannya jikalau pada umumnya khitbah dilaksanakan oleh laki-laki.

Berbeda penerapannya di Minangkabau yaitu perempuan yang datang lebih

awal untuk menanyakan laki-laki. Dan ini tidak ada permasalahannya dan tidak

bertentangan dengan Islam

n. Pertanyaan: Apa yang terjadi jika tradisi ini tidak dilaksanakan?

Jawaban: Maka akan dikenakan sanksi adat. Misalnya disuruh keluar dari adat

sapasukuan9.

9 Sapasukuan berarti satu suku.

Page 116: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

8. Ibu Moren Inggawati

Alamat : Jorong Pagu-Pagu

Umur : 28 Tahun

Suku : Guci

Pekerjaan : Staf Nagari Pandai Sikek (masyarakat yang melaksanakan)

a. Pertanyaan: Bagaimana pelaksanaan tradisi Baundi ini yang ibuk

laksanakan?

Jawaban: Ibu melaksanakan Baundi memang didasarkan pada pelaksanaan

adat saja. Dalam artian, pelaksanaannya bukan semata-mata untuk mencari

jodoh akan tetapi hanya sebatas ceremonial saja. Hal ini disebabkan karena

ibu sudah memiliki jodoh yang sebelumnya menjadi pacar ibu. Sebelum

pelaksanaan tradisi Baundi ini, mamak ibu bertanya kepada mak uo10

, siapa

kira-kira yang hendak disandingkan dengan ibu. Lalu beliau yang

menjelaskan kepada mamak. Ketika hari pelaksanaan Baundi ibuk tidak

diperbolehkan hadir disana. Kenapa harus mak uo? Karena kebetulan ayah

saya adalah orang Sunda. Dan ibu saya adalah orang Minangkabau asli

Pandai Sikek akan tetapi tidak begitu mengerti dengan tradisi Baundi ini.

sehingga penyelenggaraan tradisi ini semuanya diserahkan kepada mak uo.

b. Pertanyaan: Berapa orang yang dijodohkan dengan ibu?

Jawaban: Ketika itu seingat saya ada sekitar sepuluh orang. Yang telah diliat

bibit, bebet dan bobot. Karena jodoh yang saya pilih sudah ada. Lalu keluarga

mendatangi calon laki-laki untuk ditanyoi. Karena sudah sepaham langsung

diterima. Setelah itu dari pihak keluarga mengantarkan tando11

kepada pihak

laki-laki. Setelah itu, dihari selanjutnya tando itu dikembalikan kepada saya

untuk ditambah. Kemudian sesudah mengembalikan tando, keluarga

kemudian menentukan hari yang cocok

c. Pertanyaan:Apa saja nilai-nilai islam apa yang ada dalam tradisi ini?

10

Mak uo adalah sebutan untuk kakak ibu 11

Tando adalah tanda sebagai bukti pertunangan yang berisi emas dan kain balapak

Page 117: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

Jawaban: Pastinya tradisi ini tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam.

Memang di adat diwajibkan dalam pelaksanaannya sedangkan di agama

tidak. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya tidak ada yang bertentangan

dengan ajaran islam. Sebenarnya secara pribadi saya tidak menyetujui adanya

pelaksanaan tradisi Baundi. Hal ini disebabkan karena ini tidakk termasuk

hal-hal yang diwajibkan dalam syariat. Dan sekilas saya memandang tradisi

ini terlalu merepotkan. Karena kita harus mengundang semua keluarga yang

ada. Kegiatan ini terlalu mubazir karena dipernikahan pun kemudian keluarga

juga diundang lagi. Sehingga untuk menghemat pengeluaran usulan saya

tradisi ini tidak dilakukan. Ini pendapat awal saya karena kekurang

mengertian saya akan adat ini. Akan tetapi setelah melaksanakan tradisi ini

banyak manfaat yang didapat diantaranya; berkumpulnya keluarga dalam satu

rumah gadang untuk mempererat tali silaturrahmi yang dirasa sekarang

lambat laun hubungan itu telah semakin renggang. Dalam pelaksanaan

Baundi juga dilaksanakan dengan sistem batumpangan. Dimana ketika ada

seorang perempuan yang diundi dalam satu keluarga, maka adik-adiknya

yang perempuan boleh juga diikutkan. Jadi istilahnya ditompangkan. Dengan

syarat tidak boleh melebihi dua orang. Dan harus satu ibu (saudara kandung).

Page 118: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

9. Ibuk Etriza

Alamat : Jorong Tanjuang (Pandai Sikek)

Umur : 43 tahun

Pekerjaan : Staff Nagari Pandai Sikek (masyarakat yang melaksanakan)

a. Pertanyaan: Apa yang ibu ketahui tentang tradisi Baundi?

Jawaban: Tradisi Baundi adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan jika

seorang anak perempuan telah besar dan patut untuk dicarikan jodoh maka

keluarganya termasuk di dalamnya mamak, bako, sumando duduk bersama

untuk memusyawarahkan mengenai perihal jodoh untuk anaknya.

b. Pertanyaan: Bagaimana pelaksanaannya sekarang?

Jawaban: Dalam pelaksanaannya sekarang tradisi ini tidak lagi mutlak untuk

pencarian jodoh, hal ini disebabkan karena sekarang anak perempuan telah

banyak yang memiliki pacar dan jodoh yang dia inginkan untuk menjadi

pendamping hidupnya. Selanjutnya, juga dikenal istilah batumpangan.

Batumpangan adalah pelaksanaan tradisi ini bersamaan dengan acara lain

seperti makan singgang ayam12

atau dalam pelaksanaan tradisi ini terdapat

beberapa orang perempuan yang diundi. Asalkan satu ibu (Saudara kandung).

Misalnya si kakak besoknya diundi, maka saudara kandungnya yang

perempuan boleh diundikan juga, meskipun belum cukup umur. Karena

pelaksanaan Baundi hanya sebatas adat saja sekarang.

c. Pertanyaan: Apakah ibu melaksanakan tradisi Nikah Baundi?

Jawaban: Iya saya melaksanakan tradisi Baundi. Dan saya adalah orang

yang diundi. Akan tetapi pelaksanaannya kala itu saya berumur delapan belas

tahun dan ditumpangan dengan acara malewakan gala13

.

d. Pertanyaan: Apakah yang menjadi pendamping hidup ibu sekarang adalah

orang yang namanya ada di daftar calon yang diundikan?

12

Singgang ayam yaitu upacara pemberian gelar kepada laki-lai yang hendak menikah.

Dalam acara ini disertai dengan makan singgang ayam. 13

Malewakan gala yaitu upacara pemasangan gelar kepada laki-laki yang hendak

menikah. Disebut juga makan singgang ayam

Page 119: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

Jawaban: Tidak. Suami saya sekarang bukanlah orang yang diusulkan oleh

keluarga dalam undian. Tapi ia adalah orang lain yang saya pilih sendiri.

e. Pertanyaan: apa sebenarnya tujuan Baundi?

Jawaban: Tujuannya adalah pemberian kabar kekeluarga bahwa anaknya

seudah besar dan siap untuk menikha. Dalam tradisi ini juga terdapat

silaturrahmi yang kuat antar sesama keluarga. Terdapat padanya nila-nilai

musyawarah yang kuat karena jodoh ditentukan berdasarkan musyawarah

keluarga.

f. Pertanyaan: Kapan pelaksanaan tradisi Baundi?

Jawaban: Biasanya dilakukan malam hari di hari Jumat atau Selasa. Tapi

sekarang biasanya dilakukan malam hari

g. Pertanyaan: Apakah semua suku melakukan tradisi ini?

Jawaban: Meskipun tradisi ini diwajibkan dalam pelaksanaannya. Tapi

masih ada beberapa suku yang tidak menerapkan. Contohnya Koto Tubalai.

Dengan alasan bahwa pelaksanaan tradisi ini hanya sebagai adat saja. Baundi

tidak lagi ajang pencarian jodoh bagi perempuan. Tapi jodoh perempuan itu

biasanya dia sendiri yang menentukan.

h. Pertanyaan: Apakah nilai-nilai Islam dalam tradisi ini?

Jawaban: Penguatan silaturrahmi antar keluarga dan pelaksanaan

musyawarah dalam pesukuan.

Page 120: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

DOKUMENTASI WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak Dariman Dt.

Rangkai Tuo (Tokoh Agama)

1. Wawancara dengan Bapak Damsir Dt.

Maharajo Nan Salareh (Tokoh Adat)

Wawancara dengan Drs. H. Nasrul Dt.

Tumangguang (tokoh adat dan MUI

Pandai Sikek)

Wawancara dengan Bapak Palmi Dt.

Sati Mahadirajo (sekretaris nagari)

Page 121: TRADISI NIKAH BAUNDI MASYARAKAT PANDAI SIKEK …

2. Wawancara dengan Bapak Armen St.

Rajo Malano (Wali Nagari Pandai

Sikek)

Wawancara dengan ibu Etriza

(masyarakat) sebelah kiri dan ibu

Moren Inggawati (masyarakat) sebelah

kanan

Wawancara dengan Ibu Rahma Alam

Sudin (Bundo Kanduang Pandai Sikek)