TRADE-OFF ANTARA PERTUMBUHAN, KEADILAN DAN...
-
Upload
truongdang -
Category
Documents
-
view
269 -
download
1
Transcript of TRADE-OFF ANTARA PERTUMBUHAN, KEADILAN DAN...
0
TRADE-OFF ANTARA PERTUMBUHAN, KEADILAN
DAN LINGKUNGAN: MITOS ATAU REALITAS?
Orasi Ilmiah Berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru
Besar dalam bidang Ekonomi Lingkungan pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran
Bandung, 8 Februari 2018
Oleh
Arief Anshory Yusuf
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
1
Bismillaahirrohmanirrahiim
Assalamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barokaatuh,
Kepada yang terhormat,
Rektor Universitas Padjadjaran,
Ketua beserta seluruh Anggota Majelis Wali Amanah,
Ketua beserta seluruh Anggota Senat Akademik Universitas
Padjadjaran,
Ketua beserta Seluruh Anggota Dewan Profesor,
Para Guru Besar Tamu,
Para Wakil Rektor, Para Dekan, Para Direktur/ Ketua Lembaga,
serta Para Wakil Dekan di lingkungan Universitas Padjadjaran,
Direktur SDGs Center, UNPAD
Direktur CEDS, UNPAD
Kepala Badan Pusat Statistik,
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan,
Para Deputi dan Direktur, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas
Kepala Bappeda Jawa Barat,
President Regional Science Association International (RSAI),
Direktur SMERU Research Institute,
Direktur SurveyMeter,
2
Seluruh Sivitas Akademika dan Karyawan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Padjadjaran,
Para sahabat, teman sejawat, dan seluruh anggota keluarga,
Para mahasiswa dan alumni yang saya cintai dan banggakan,
serta para undangan dan hadirin yang saya muliakan.
Pada kesempatan yang baik ini perkenankanlah saya dengan
segala kerendahan hati, untuk memanjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah Subhaanahu wa ta’ala, yang tiada hentinya
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Hanya dengan kehendak-Nya-lah kita dapat berkumpul pada
hari yang penuh kebahagiaan ini dan semoga juga dipenuhi oleh
berkah-Nya.
Para hadirin yang saya muliakan,
Merupakan kebahagiaan dan kebanggaan bagi saya
mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan Orasi Ilmiah
Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam bidang Ekonomi
Lingkungan, yang topiknya cukup relevan dengan pola ilmiah
pokok Universitas Padjadjaran yang saya cintai, yaitu “Bina
Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan
Nasional”. Oleh karena itu izinkan saya menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Bapak Rektor Universitas Padjadjaran yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
menyampaikan orasi ilmiah ini, yang saya beri judul:
3
TRADE-OFF1 ANTARA PERTUMBUHAN, KEADILAN DAN
LINGKUNGAN: MITOS ATAU REALITAS?
Para Guru Besar dan Hadirin yang saya hormati,
Mungkin tidak semua menyadari, bahwa keseimbangan antara
ekonomi, sosial dan lingkungan – tiga pilar dari pembangunan
berkelanjutan – sudah merupakan amanat konstitusi kita.2
Sayangnya keseimbangan tersebut nampaknya belum dapat
sepenuhnya terwujudkan setelah lebih dari 70 tahun kita
merdeka.
Kita memang berhasil meningkatkan status negara dari negara
berpendapatan rendah ke pendapatan menengah, salah satunya
karena keberhasilan mencapai pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi di tahun 1980an dan 1990an. Demikian juga,
kemiskinan ekstrim (versi Bank Dunia) juga berhasil kita
turunkan dari sekitar 70% di tahun 1984 menjadi tinggal 7% di
tahun 2016.3
Akan tetapi, kondisi keseharian di sekitar kita, sering membuat
kita mempertanyakan betul-tidaknya kita sudah cukup
1 Dalam ekonomi, trade-off adalah suatu kondisi dimana kalau kita ingin meningkatkan satu hal, ternyata itu harus diikuti dengan
mengurangi hal lain. Dengan kata lain harus ada kompromi antara satu agenda dengan agenda lain. Tidak bisa semuanya.
2 Dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat 4 disebutkan: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
3 Sumber: World Development Indicators (WDI) Database, Bank Dunia.
4
makmur. Kantong-kantong kemiskinan, misalnya, bahkan
masih banyak berlokasi tidak jauh dari kota-kota dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi.4
Oleh karena itu, saya tidak begitu terkejut, ketika baru-baru ini
Bank Dunia (2018) melaporkan bahwa hanya 32% rakyat
Indonesia yang kategorinya sejahtera. Selebihnya, 68% ternyata
masih masuk kedalam kategori miskin atau rentan.
Dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya kita jauh
tertinggal (Lihat Tabel 1).
Tabel 1. Persentase kelompok ekonomi di negara-negara Asia
Tenggara tahun 2015
Miskin ekstrim
(%)
Miskin moderat
(%)
Rentan
(%)
Secure
(%)
Kelas mene-
ngah (%)
Kamboja 0.7 14 49.6 34.9 0.7
Indonesia 7.5 24.6 35.9 27.7 4.3
Laos 13.8 27.9 36 20.1 2.2
Malaysia 0 0.03 2.6 31.3 65.7
Filipina 6.6 18.7 30.8 34.7 9.2
Thailand 0 0.8 10.1 53.6 35.4
Vietnam 2.7 7.1 23.7 57 9.5
Sumber: Bank Dunia (2018)
4 Lihat data dari Smeru Poverty Map di
http://povertymap.smeru.or.id/
5
Gambar 1. Tingkat kemiskinan nasional dan ketimpangan
1970-2017
Sumber: BPS
Selain itu, selama satu setengah dasarwarsa terakhir, kita juga
mengalami peningkatan ketimpangan yang relatif tinggi.
Selama periode 2000-an, tepatnya antara 2000-2010, ketika
sebagian besar negara di dunia (63%) mengalami penurunan
ketimpangan atau stabil, Indonesia mengalami kenaikan
ketimpangan lebih dari 30%. Kenaikan ini tercatat paling tinggi
dibandingkan dengan semua negara-negara berkembang di
seluruh dunia (Lihat Gambar 1).
Selain peningkatan-nya yang cepat, angka rasio Gini yang
mengukur tingkat ketimpangan kita, juga cenderung meng-
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
197
6
197
8
198
0
198
2
198
4
198
6
198
8
199
0
199
2
199
4
199
6
199
8
200
0
200
2
200
4
200
6
200
8
201
0
201
2
201
4
201
6
Per
sen
Indeks Gini Kemiskinan '76-'96 Kemiskinan '96-'17
6
underestimasi ketimpangan yang sesungguhnya. Angka-angka
rasio Gini yang dikoreksi, misalnya oleh Bank Dunia (2018) atau
Solt (2009), menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi. Angka
rasio Gini kita bukan dikisaran 0.4 tetapi 0.46-0.48. Ternyata,
Indonesia masuk kedalam kelompok negara-negara 25%
tertinggi ketimpangannya di dunia (Yusuf, 2006).
Gambar 2. Peta kerentanan perubahan iklim Asia Tenggara
Sumber: Yusuf & Francisco (2010)
0 400 800200 Kilometers
Legend
Climate change vulnerability
0.00 - 0.08
0.09 - 0.13
0.14 - 0.18
0.19 - 0.23
0.24 - 0.30
0.31 - 0.37
0.38 - 0.45
0.46 - 0.54
0.55 - 0.66
0.67 - 1.00
7
Hadirin yang saya muliakan,
Selain isu sosial, seperti ketimpangan dan kemiskinan, Indonesia
juga menghadapi tantangan besar dalam isu pengelolaan
sumber daya alam (SDA) dan lingkungan. Indonesia, misalnya,
adalah negara yang sangat rentan dengan bencana terkait
perubahan iklim. Tahun 2010, studi Economy and Environment
Program for Southeast Asia (Yusuf & Francisco, 2010) menghitung
indeks kerentanan perubahan iklim se-Asia Tenggara (Lihat
Gambar 2). Studi tersebut menemukan bahwa kota-kota di
Indonesia merupakan daerah-daerah yang paling rentan.
Jakarta, misalnya, menjadi daerah paling rentan se Asia
Tenggara.
Walaupun sejak era 1990an, ketergantungan perekonomian
Indonesia terhadap minyak dan gas bumi berkurang, tetapi
peningkatan deplesi hutan dan degradasi lingkungan masih
menjadi tantangan berat untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan (Alisjahbana & Yusuf, 2004, 2005). Perhitungan
PDRB hijau5, misalnya, menunjukkan bahwa keberlanjutan
pembangunan provinsi-provinsi seperti Papua, Riau dan
Kalimantan Timur sangat rendah (Yusuf, 2010). Ini terjadi
karena pertumbuhan di provinsi-provinsi tersebut banyak
disumbang oleh likuidasi aset-aset alam. Perhitungan genuine-
saving6 (Lihat Gambar 3), bahkan menunjukkan bahwa 1/3
5 PDRB hijau adalah PDRB yang sudah mengurangkan nilai dari
likuidasi (hilangnya) aset alam dan aset lingkungan.
6 Genuine saving mengurangkan dari tabungan konvensional, nilai dari
hilangnya semua jenis aset (baik aset manusia maupun alam). Jika
nilainya positif maka bisa dikatakan daerah tersebut pembangunannya
8
provinsi-provinsi di Indonesia mempunyai genunie-saving yang
negatif yang mengindikasikan pembangunannya tidak
berkelanjutan dan membahayakan generasi yang akan datang
(Yusuf & Firmana, 2013).
Gambar 3. Genuine saving provinsi-provinsi di Indonesia 2005
Sumber: Yusuf & Firmana (2013)
Tantangan ekonomi Indonesia kedepan juga menjadi semakin
besar dengan perubahan iklim. Indonesia adalah penghasil
emisi CO2 terbesar se-Asia Tenggara dengan kontributor
terbesar dari deforestasi. Bahkan jika kita mengabaikan emisi
yang bersumber dari deforestasi, dengan tren yang ada saat ini,
diproyeksikan di tahun 2030, Indonesia akan menempati posisi
relatif berkelanjutan. Sebaliknya jika negatif berarti cenderung tidak
berkelanjutan. Lihat Alisjahbana & Yusuf (2005) atau Yusuf & Firmana
(2013) untuk penjelasan lebih detail.
30 PAPUA
19 KALTIM
16 KALBAR
17 KALTENG
4 RIAU
1 NAD
6 SUMSEL
5 JAMBI
15 JATIM
11 JABAR13 JATENG
2 SUMUT
23 SULSEL
22 SULTENG
3 SUMBAR
18 KALSEL
9 LAMPUNG
24 SULTRA
26 NTB 27 NTT
29 MALUT
8 BENGKULU
28 MALUKU
7 BABEL
20 SULUT
12 BANTEN
21 GORONTALO
25 BALI14 DIY
10 DKI
0 340 680170 Kilometers
Legend
Genuine Saving Rate
-26.18 - 0.00 (Unsustainable)
0.01 - 13.03 (Marginally Sustainable)
13.04 - 40.29 (Sustainable)
9
ke-6 tertinggi di dunia dalam emisi CO2 (Yusuf dan Patunru,
2016).
Hadirin yang saya hormati,
Adanya konflik antara agenda pertumbuhan ekonomi, keadilan
ekonomi, dan lingkungan seperti yang digambarkan diatas,
sering diartikan sebagai sesuatu yang alamiah. Sehingga, trade-
off antara ketiganya sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak
bisa dihindari.
Ide bahwa terdapat trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan bukan hal baru. Ide tersebut “diperkenalkan” oleh
Simon Kuznet dan Nicholas Kaldor di era 1950-an. Menurut
Kuznet (1955), karena pertumbuhan ekonomi memerlukan
transformasi dari aktivitas berbasis pedesaan (ketimpangan
rendah) ke aktivitas berbasis perkotaan (ketimpangan tinggi),
maka ketimpangan tidak bisa dihindari di awal-awal
pembangunan.7
Implikasi dari hipotesa Kuznet tersebut adalah bahwa
hubungan antara PDB per kapita dan pemerataan akan
berbentuk seperti huruf U (Lihat Gambar 4, panel kanan atas).
7 Seiring dengan ide tersebut, Kaldor (1955) malahan menyebutkan
bahwa ketimpangan mempunyai sifat growth-enhancing atau faktor pendorong pertumbuhan. Ini terjadi karena orang kaya mempunyai
kecenderungan menabung (marginal propensity to save) lebih tinggi. Dan tabungan diperlukan untuk investasi dan mengakumulasi barang
modal. Barang modal diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi. Jika distribusi pendapatan terlalu merata di awal-awal pembangunan,
sehingga cenderung merata miskinnya, tidak akan ada orang yang
menabung, tidak ada investasi, tidak ada pertumbuhan.
10
Dengan demikian di awal-awal pembangunan, trade-off antara
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan tidak dapat dihindari.
Hubungan ini dikenal dalam ekonomi pembangunan sebagai
Kurva Kuznet.
Terkait dengan aspek lingkungan, di tahun 1990an8, istilah
Kurva Kuznet seolah dilahirkan kembali dengan menjamurnya
publikasi-publikasi empiris yang juga menyimpulkan bahwa
hubungan antara kualitas lingkungan, seperti polusi, dan PDB
per kapita juga berbentuk huruf U (Lihat Gambar 4 Panel kiri
bawah). Kurva ini kemudian dikenal dengan istilah
Environmental Kuznet Curve (EKC). Kualitas lingkungan hanya
akan menurun jika tingkat kesejahteraan tertentu sudah
tercapai. Hasil-hasil analisis empiris menunjukkan bahwa titik-
belok EKC dari berbagai jenis polusi, relatif tinggi sehingga
membutuhkan waktu lama untuk negara berkembang
memasuki tahap tersebut (Lihat Tabel 2).
8 Salah satu yang mempeloporinya diantaranya adalah Grossman dan
Krueger (1991)
11
Tabel 2. Titik belok EKC untuk beberapa jenis polusi
Jenis polusi Titik belok
SO2 dan particulate $4000 - $5000
Konsentrasi polusi lokal $3000 - $4000
SO2 $10,391
NOX $13,383
SPM $12,275
CO $7,114
Sumber: Grossman and Krueger (1994); Shafik and Bandyopadhyay
(1992); Selden and Song (1994)
Seperti yang diilustrasikan di Gambar 4 (Pada panel kiri atas),
jika Kurva Kuznet berlaku baik untuk pemerataan maupun
kualitas lingkungan, maka tak bisa dihindari, pertumbuhan
ekonomi (panel kanan bawah Gambar 4) diawal-awal
pembangunan akan diikuti dengan peningkatan ketimpangan
dan penurunan kualitas lingkungan (panel kiri atas Gambar 4).
Hadirin yang saya muliakan,
Tentunya, apakah trade-off tersebut sesuai dengan realita atau
tidak, sangat tergantung dari keabsahan teori yang mendasari
serta bukti-bukti empirisnya. Untuk itu izinkan saya mengulas
sedikit tentang validitas dari teori-teori tersebut.
12
Gambar 4. Trade-off antara pertumbuhan, keadilan dan
lingkungan
Sumber: Adaptasi penulis
Terkait dengan trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan9 (Kuznet curve), pertama, pandangan Kuznet
9 Untuk pembahasan teoritis dan bukti-bukti empiris yang lebih
panjang lebar terntang trade-off antara pertumbuhan dan ketimpangan,
silahkan dilihat di Yusuf (2018), Bab 15.
Garis 45o
Keadilan/Pemerataan (E)
Lingkungan (N) PDB Per Kapita (Y)
PDB Per Kapita (Y)
Pemerataan (E)
Lingkungan (N)
13
bahwa perubahan struktur ekonomi dari agraris-pedesaan ke
modern-perkotaan akan diikuti dengan peningkatan
ketimpangan bukanlah satu-satunya jalur pertumbuhan
ekonomi. Transformasi struktural10 tidak harus selalu diikuti
dengan peningkatan ketimpangan. Proses industrialisasi
berorientasi ekspor seperti yang terjadi di Asia Timur di tahun
1980an (yang dikenal dengan istilah the East Asian Miracle),
adalah contoh pertumbuhan ekonomi yang mampu mengurangi
kemiskinan tanpa meningkatkan ketimpangan secara berarti
(Bank Dunia, 2018).
Kedua, pandangan bahwa tabungan dan modal adalah sumber
utama pertumbuhan (Kaldor, 1955) dimutakhirkan oleh teori-
teori baru tentang pertumbuhan ekonomi. Teori-teori baru
menunjukkan bahwa satu-satunya sumber pertumbuhan
ekonomi jangka panjang adalah perubahan teknologi, bukan
modal11. Dalam apa yang disebut dengan new growth theory,
perubahan teknologi terjadi melalui akumulasi dari ide atau
pengetahuan yang mampu menciptakan teknik-teknik baru
dalam proses produksi (Romer, 1986; Lucas 1988). Disini peran
pemerataan menjadi sentral karena di dalam perekonomian
dengan ketimpangan tinggi, credit-constraint cenderung lebih
tinggi. Ini berdampak pada terkendalanya proses investasi
10 Proses dimana komposisi sektoral dalam perekonomian berubah (misalnya dari dominan sektor pertanian menjadi dominan sektor
industri) seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi.
11 Menurut new growth theory dalam jangka panjang, atau steady state
modal akan terhambat oleh law of diminishing returns sementara
teknologi tidak.
14
pendidikan dan keahlian sehingga pembentukan human capital
menjadi terhambat (Todaro and Smith, 2011).
Ketiga, secara alamiah manusia memang tidak begitu menyukai
ketimpangan. Secara kolektif, ketimpangan yang tinggi akan
meningkatkan tekanan untuk melakukan redistribusi. Studi-
studi tentang kebahagian banyak menemukan bukti empiris
bahwa ketimpangan mengurangi kebahagiaan individual
(Ferrer-i-Carbonell dan Ramos, 2014). Hasil analisis untuk
Indonesia12 (Izzati dan Yusuf, 2017) juga menunjukkan hal
serupa (Lihat Table 3).
Ketika ketimpangan mengurangi kebahagiaan individual, akan
terdapat proses feedback yang pada akhirnya akan mengkoreksi
proses pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Keempat, bukti-bukti empiris, terutama studi-studi baru, lebih
banyak yang mendukung tidak terjadi-nya trade-off antara
pertumbuhan dan ketimpangan.13 Hasil penelitian Berg dkk
(2012) misalnya, menunjukkan bahwa pemerataan berdampak
positif dan paling tinggi terhadap lamanya suatu negara
mengalami episode pertumbuhan tinggi (growth spell). Setiap
kenaikan 10% pemerataan, akan meningkatkan lamanya growth
spell sebesar 50% (Gambar 5).
12 Dengan menggunakan data panel tahun 2007 dan 2014 dari Indonesian Family Life Survey (IFLS).
13 Lihat misalnya Alesina dan Rodrik (1994), Person dan Tobellini
(1994), Perotti (1996), Berg dkk (2012) dan Pastor (2015).
15
Tabel 3. Hasil regresi panel data fixed fffect dampak ketimpangan
terhadap kebahagiaan di Indonesia
Variabel Koef. s.e. Koef. s.e.
Ketimpangan (Share top 10%) -0.181** (0.088)
Ketimpangan (Gini) (0.000) -0.120* (0.068)
Jumlah orang miskin (log) -0.003 (0.008) -0.004 (0.008)
Jumlah anggota RT 0.022*** (0.006) 0.022*** (0.006)
Jml. anggota RT (kuadrat) -0.002*** (0.001) -0.002*** (0.001)
Pengeluaran per kapita (log) 0.040*** (0.007) 0.040*** (0.007)
Umur -0.001 (0.001) -0.001 (0.001)
Umur (kuadrat) 0.000** (0.000) 0.000** (0.000)
Perempuan 1=Ya 0=Lainnya 0.162 (0.513) 0.163 (0.512)
Menikah 1=Ya 0=Lainnya 0.135*** (0.011) 0.135*** (0.011)
Muslim, 1=Ya 0=Lainnya 0.066 (0.064) 0.066 (0.064)
Lama sekolah (tahun) 0.000 (0.003) 0.000 (0.003)
Sangat sehat, 1=Ya 0=Lainnya 0.097*** (0.012) 0.097*** (0.012)
Cukup sehat, 1=Ya 0=Lainnya 0.063*** (0.009) 0.063*** (0.009)
Religius 1=Ya 0=Lainnya 0.080*** (0.011) 0.080*** (0.011)
Bekerja 1=Ya 0=Lainnya 0.015* (0.008) 0.015* (0.008)
Perkotaan, 1=Ya 0=Lainnya 0.008 (0.012) 0.008 (0.012)
Bahasa, 1=Indo. 0=Lainnya Ya Ya Ya Ya
Month of interview, dummy Ya (2.134) Ya (2.124)
Constant 2.134*** 2.124***
Jumlah observasi 40,225 40,225
Sumber: Izzati & Yusuf (2018); Catatan: .01 - ***; .05 - **; .1 - *; Angka
dalam kurung adalah standar error
16
Gambar 5. Dampak dari berbagai faktor terhadap durasi
episode pertumbuhan tinggi (%)14
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi, karakteristiknya bisa
dibuat sedemikan rupa agar beriringan dengan keadilan
ekonomi. Paradigma-paradigma baru seperti pro-poor growth
(Dollar & Kray, 2002) dan pertumbuhan inklusif (Ali and Zhang
2007; Klasen, 2010; McKinley 2010; Yusuf and Sumner, 2017)
adalah alternatif-alternatif konsep pertumbuhan yang dapat
berjalan beiringan dengan pengurangan ketimpangan.
Para hadirin yang saya Hormati,
Terkait dengan trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan
lingkungan (Environmental Kuznet Curve), pertama, perlu saya
ingatkan bahwa dalam EKC, hubungan hanya terjadi satu arah,
dimana pertumbuhan ekonomi akan diikuti dengan kerusakan
lingkungan. Padahal, kerusakan lingkungan juga akan
14 Sumber Berg dkk (2012)
5045
25
15
8
0
10
20
30
40
50
60
Pemerataan Keterbukaanperdagangan
Institusi Penanamanmodal asing
Perbaikan nilaitukar
17
mempunyai dampak terhadap kapasitas perekonomian untuk
tumbuh. Bagaimanapun juga alam merupakan modal untuk
pertumbuhan ekonomi. Dalam literatur empiris tentang EKC ini
cenderung diabaikan (Stern, 2004).
Kedua, baik pendapatan, kualitas lingkungan, bahkan keadilan
ekonomi, sama-sama variabel-variabel penentu kebahagian
individual. Dengan demikian ketika pertumbuhan ekonomi
ternyata mengakibatkan kerusakan lingkungan, maka tingkat
kebahagian akan berkurang. Padahal, kualitas lingkungan jelas-
jelas merupakan bagian terpisahkan dari kebahagiaan
individual maupun masyarakat.15 Dengan demikian, kembali,
akan terjadi feedback berupa koreksi terhadap karakteristik dari
pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi berbasis eksploitasi alam
cenderung rentan oleh fluktuasi harga komoditas di pasar
internasional. Jika tidak dikelola dengan baik, misalnya dengan
mereinvestasikan royalti SDA ke aset dalam bentuk lain
(Hartwick Rule16), keberlanjutan pertumbuhan akan terancam. Di
tahun 2008-2011 misalnya, Indonesia mengalami pertumbuhan
cukup tinggi karena kenaikan harga komoditas SDA
internasional. Ketika era tersebut berakhir pertumbuhan
ekonomi kita menjadi lebih lambat.
15 Yusuf dan Resosudarmo (2008) misalnya menunjukkan bahwa di
Jakarta, pengurangan polusi mempunyai nilai antara from US$28 to US$85 per μg/m3 per keluarga.
16 Lihat Yusuf & Firmana (2013) untuk pembahasan terkait Hartwick
Rule dalam konteks Indonesia.
18
Data pertumbuhan PDRB per kapita propinsi dari tahun 2010
sampai 2016 (Gambar 6), misalnya, dengan jelas menunjukkan
bahwa propinsi-propinsi berbasis SDA seperti Riau, Kaltim dan
Aceh, praktis tidak mengalami peningkatan kesejahteraan dari
tahun 2010 ke 2016. Ini terjadi karena pada periode tersebut,
terjadi penurunan harga-harga komoditas berbasis SDA di pasar
internasional.
Gambar 6. Indeks PDRB Per Kapita tahun 2016 (2010=100)
Sumber: BPS
Pertumbuhan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam
juga cenderung meningkatkan ketimpangan. Ini terjadi karena
sektor-sektor tersebut cenderung sangat padat modal.
Membandingkan pertumbuhan ekonomi pada era peningkatan
harga komoditas (2009-2011) dengan era penurunan harga
159
147
143
141
138
136
136
135
134
130
130
130
129
129
129
128
128
128
127
126
126
125
125
124
123
122
122
118
115
113
102
101
101
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
SULT
ENG
SULS
ELSU
LBA
RSU
LTR
AG
OR
ON
TALO
JATI
MB
ALI
SULU
TD
KI
SUM
BA
RJA
TEN
GLA
MP
UN
GSU
MU
TJA
MB
IK
ALT
ENG
JAB
AR
MA
LUK
UB
ENG
KU
LUM
ALU
TD
IYSU
MSE
LB
AN
TEN
KA
LBA
RN
TBN
TTK
EP. R
IAU
KA
LSEL
BA
BEL
PA
PU
AP
AP
BA
RA
CEH
RIA
UK
ALT
IM
19
komoditas (2011-2014) dengan jelas mengilustrasikan hal
tersebut (Lihat Gambar 7 dan gambar 8).17
Gambar 7. Indeks harga komoditas (2001M1=100)
Sumber: IMF
17 Gambar-gambar tersebut menunjukkan korelasi yang kuat antara
kenaikan harga komoditas dengan peningkatan ketimpangan. Periode 2009-2011, yaitu periode kenaikan harga komoditas, diikuti dengan
pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan karena kelompok kaya meningkat jauh lebih pesat dari kelompok miskin. Pada periode
2011-2104, ketika harga-harga komoditas menurun, pertumbuhan ekonomi lebih bersifat netral (tidak mengurangi ketimpangan).
0
20
40
60
80
100
120
Jan
-09
May
-09
Sep
-09
Jan
-10
May
-10
Sep
-10
Jan
-11
May
-11
Sep
-11
Jan
-12
May
-12
Sep
-12
Jan
-13
May
-13
Sep
-13
Jan
-14
May
-14
Sep
-14
Jan
-15
May
-15
Coal Copper Palm Oil Rubber
20
Gambar 8. Perubahan pengeluaran per kapita berdasarkan
persentil pengeluaran per kapita (%)18
Sumber: SUSENAS (BPS)
Para hadirin yang saya muliakan,
Kalau pro-poor growth dan pertumbuhan inklusif bisa berperan
sebagi anti-tesis dari trade-off antara pertumbuhan dan
pemerataan, maka paradima green growth atau green economy
dapat menjadi anti-tesis dari trade-off antara pertumbuhan dan
lingkungan. Green economy sering didefinisikan sebagai sistem
18 Gambar 8 mengilustrasikan apa yang disebut dengan growth
incidence curve atau GIC. Sumbu horisontal menunjukkan kelompok masyarakat dari 1% termiskin ke 1% terkaya. Sementara sumbu
vertikal mengukur pertumbuhan kesejahteraan dari masing-masing
kelompok tersebut.
2009-2011
2011-2014
0
2
4
6
8
10
12
14
0 5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Persentile pengeluaran per capita (miskin - kaya)
(Commodity boom)
(Falling Commodity prices)
21
ekonomi yang selain mampu meningkatkan kesejahteraan dan
keadilan sosial juga bisa mengurangi kerusakan alam dan
lingkungan (UNEP, 2011).
Ijinkan saya mengilustrasikan konsep green economy ini dengan
beberapa studi kasus-studi kasus.
Selama puluhan tahun, pemerintah Indonesia mensubsidi bahan
bakar minyak (BBM) sampai ratusan trilyun rupiah. Subsidi
BBM menimbulkan konsumsi energi fosil yang berlebihan;
meningkatkan polusi lokal dan global; juga kemacetan di
perkotaan. Selain itu, subsidi BBM juga cenderung regresif
karena dinikmati lebih banyak oleh golongan kaya. Dengan
demikian kebijakan menghapuskan subsidi BBM adalah contoh
dari kebijakan yang mendukung green economy.
Tabel 4. Dampak penghapusan subsidi BBM November 2014
terhadap ketimpangan
Actual Dampak penghapusan
subsidi
Sep
2014
Sep
2015
Chg
(%) Gini
Chg
(%)
Kontri-
busi (%)
Total 0.414 0.402 -2.98 0.411 -0.52 17.52
Urban 0.433 0.419 -3.23 0.431 -0.44 13.16
Rural 0.336 0.329 -2.12 0.334 -0.57 27.02
Sumber: Yusuf dkk (2018)
Analisis dampak reformasi subsidi BBM yang dilakukan oleh
pemerintah di tahun 2005 (Yusuf dan Resosudarmo, 2008)
mengurangi CO2 sebesar 6.4-6.5% dan mengurangi kemiskinan
sampai 2.5% tanpa menurunkan pertumbuhan ekonomi secara
berarti. Yusuf dkk (2018) mengestimasi dampak penghapusan
22
subsidi BBM yang dilakukan oleh pemerintah Jokowi di akhir
tahun 2014. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagai akibat dari
dampaknya terhadap inflasi berbagai jenis barang, kebijakan
tersebut mengurangi ketimpangan 2-3% (Tabel 4). Ini ekuivalen
dengan 17% penurunan ketimpangan yang terjadi setahun
kemudian.
Beberapa skenario green economy Indonesia, misalnya,
disimulasikan untuk melihat dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia dan daerah dengan menggunakan
model ekonomi antar daerah (Yusuf dan Patunru, 2016).
Skenario peningkatan efisiensi sistem transportasi antar daerah
meningkatkan PDB sampai 1.7% di tahun 2030, juga mengurangi
intensitas karbon Indonesia sebesar 1.6%. Sementara itu,
skenario pengalihan 20% tranportasi pribadi ke publik
berpotensi mengurangi emisi CO2 sebesar 1.76% dan intensitas
CO2 sebesar 2.1% tanpa mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Contoh lain adalah kasus moratorium konversi lahan hutan
alam menjadi perkebunan kelapa sawit yang dimulai oleh
pemerintah di tahun 2011. Studi (Yusuf dkk, 2018) menunjukkan
bahwa moratorium tersebut memang berdampak negatif
terhadap kesejahteraan Indonesia karena berkurangnya ekspor
kelapa sawit. Akan tetapi pengurangan kesejahteraan itu dapat
dikompensasi dengan mekanisme REDD (Reduction of Emissions
from Deforestation and Forest Degreadation) dengan pembayaran
transfers sebesar $10 per ton CO2 untuk setiap pengurangan
emisi CO2 yang terjadi karena kita menahan konversi hutan
alam.
23
Gambar 9. Jalur pembangunan berkelanjutan
Sumber: Adaptasi penulis
Hadirin yang saya hormati dan muliakan,
Seperti diilustrasikan di Gambar 9, pertumbuhan inklusif bisa
menghilangkan trade-off antara pertumbuhan dan ketimpangan,
dan green economy bisa menghilangkan trade-off antara
pertumbuhan dan lingkungan.
Inclusive growth
Garis 45o
Keadilan/Pemerataan (E)
PDB Per Kapita (Y)
Green economy
Lingkungan (N) PDB Per Kapita (Y)
Sustainable development
24
Saya ingin menyampaikan bahwa tentunya skenario
pertumbuhan inklusif dan green economy tidak bisa terjadi
dengan sendirinya karena sistem ekonomi pasar yang kita anut,
buta dengan keadilan dan eksternalitas lingkungan.
Ketimpangan dan kerusakan alam bukan bagian dari hitung-
hitungan untung rugi para pelaku ekonomi. Oleh karena itu
peran negara sangat diperlukan untuk melakukan koreksi-
koreksi. Dalam keadilan ekonomi, misalnya, melalui
pemerataan kesempatan dalam konteks pengembangan human
capital terutama di bidang pendidikan dan kesehatan, serta
penguatan perlindungan sosial.
Dalam konteks pengelolaan SDA dan lingkungan, setidaknya
diperlukan dua hal dimana pemerintah berperan penting. Yang
pertama, adalah optimalisasi pengelolaan hasil-hasil SDA agar
manfaatnya masih dapat dirasakan oleh anak cucu kita. Kedua
adalah bagaimana jasa-jasa ekosistem bukan hanya dapat
dikenali oleh pelaku ekonomi, tetapi menjadi bagian terpisahkan
dari keputusan-keputusan ekonomi mereka. Pemerintah bisa
berperan untuk membantu internalisasi eksternalitas
lingkungan melalui berbagai instrumen kebijakan.
Sebagai penutup, saya ingin menyimpulkan bahwa, trade-off
antara pertumbuhan, keadilan dan lingkungan bukanlah
sesuatu yang alamiah dan tak bisa dihindari. Trade-off itu hanya
menjadi realitas kalau itu satu-satunya pilihan. Padahal, pilihan-
pilihan lain dalam mengelola pembangunan tersedia. Kita hanya
perlu membuka diri terhadap paradigma-paradigma baru,
berpikir dan bekerja sedikit lebih keras, dan bersinergi. Tuhan
tidak akan mengubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubahnya. Kalau kita percaya itu, trade-off antara
25
pertumbuhan, keadilan dan lingkungan hanyalah mitos.
Pembangunan berkelanjutan adalah realitas.
Bapak, ibu, dan hadirin yang saya hormati,
Sebelum mengakhiri orasi ilmiah ini, ijinkan saya sekali lagi
memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa
ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan anugrah kepada kita
semua, terutama kepada saya sehingga Insya Allah pada hari ini
saya dapat dikukuhkan dalam jabatan Guru Besar bidang
Ekonomi Lingkungan di Universitas Padjadjaran.
Sebelum saya melanjutkan, ijinkan saya menyampaikan bahwa
walaupun jabatan guru besar ini melekat kepada saya secara
pribadi, proses perjalanan menuju hari ini, adalah proses
panjang yang sifatnya kolektif. Begitu banyak peran berbagai
pihak yang sangat instrumental sehingga tanpa itu sungguh
tidak mungkin hari ini saya bisa berdiri di hadapan bapak ibu
sekalian. Untuk itu, ijinkan, saya juga menyampaikan selamat
untuk kita semua.
Oleh karena itu, maka penganugerahan jabatan Guru Besar ini
adalah amanat dan tanggung-jawab yang sangat besar. Dan
dengan ini saya berjanji akan berusaha sekeras mungkin untuk
dapat menjalankan tugas-tugas saya sebagai Guru Besar dan
juga menjaga prinsip-prinsip ilmiah dan integritas akademik
dalam aktivitas-aktivitas yang saya jalankan serta ikut menjaga
agar prinsip yang sama selalu dipegang oleh institusi yang saya
cintai, Universitas Padjadjaran. Saya memohon kekuatan kepada
Allah SWT agar saya mampu menanggung amanat tersebut.
26
Hadirin yang saya muliakan,
Sekarang, perkenankan saya untuk mengucapkan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada berbagai pihak
yang telah berperan menghantarkan saya meperoleh jabatan
akademik yang sangat terhormat ini. Saya mohon maaf, jika ada
pihak-pihak yang lupa untuk saya sebut.
Terimakasih kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas
kepercayaan dan kehormatan yang diberikan kepada saya untuk
mengemban jabatan Guru Besar ini. Terima kasih saya
sampaikan kepada Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Dr.
med. Tri Hanggono Achmad, Dr. Nury Effendi, SE, MA, Dr.
Mohamad Fahmi, SE, MT, Prof. Dr. Rina Indiastuti, SE, M. T, Dr.
Kodrat Wibowo, SE, Dr. Wawan Hermawan, SE, M.T., Dr. Diana
Sari, M. Mgt, Prof. Ernie Tisnawati Sule, SE, M. Si, Prof. Dr. Sri
Mulyani, NS, SE, M.Si, Ak, Prof. Dr. Ir. Nurpilihan Bafdal, MSc,
Prof. Dr. Hj. Sutyastie Soemitro Remi, S.E., M. S, Prof. H. Oekan
Abdoellah, MA., Ph.D, dan Prof. dr. Ramdan Panigoro, M.Sc.
yang telah mendukung pengusulan Guru Besar saya.
Tak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Ketua beserta
seluruh Anggota Senat Akademik Universitas Padjadjaran yang
telah memberikan rekomendasi, dukungan dan bantuan dalam
proses pengusulan jabatan Guru Besar saya.
Saya sampaikan pula terima kasih kepada Acun Ependi, SE,
Enjang Setiawan, S.Sos, Setiadi, A.Md, Nia Rosdiani, A.Md, R.
Ella Irawati, S.A.B dan Harry Mulyana, S.Sos yang telah
memfasilitasi pengajuan Guru Besar saya secara administratif.
27
Hadirin yang saya muliakan,
Sekarang Ijinkan saya menyampaikan terima kasih kepada
pembimbing-pembimbing saya dalam menyelesaikan studi
jenjang S1 sampai S3. Pertama, terima kasih kepada Prof. Dr.
Yuyun Wirasamita, SE, M.Sc, pembimbing skripsi saya di
jurusan Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Padjadjaran.
Terima kasih kepada Prof. Dr. Phoebe Koundouri, pembimbing
tesis S2 saya di University College London, Inggris. Kemudian
saya sampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada
pembimbing-pembimbing disertasi S3 saya di The Australian
National University, Australia: Prof. Dr. Budy Resosudarmo,
Prof. Dr. Peter Warr dan Prof. Dr. Raghbendra Jha.
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Hj.
Tati Suhartati Joesron, SE., MS, dosen wali saya ketika menjalani
studi S1 dan Harlan Dimas, SE, M.A. senior saya yang tak pernah
berhenti bahkan sampai hari ini memberikan semangat kepada
saya untuk terus berkarya. Saya juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada Firman Jatnika, SE yang sempat menjadi mentor
saya dalam bidang ilmu ekonomi diawal-awal masa kuliah S1
saya.
Jika ada istilah bahwa faktor penting dalam kesuksesan adalah
“the right time and the right place”, menurut saya perlu ditambah
dengan istilah “with the right person”. Untuk itu, secara khusus,
saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Armida
Salsiah Alisjahbana, SE, MA. Prof. Armida meyakinkan saya dan
juga merekrut saya menjadi dosen di FEB UNPAD pada tahun
1997. Sejak itu Prof. Armida tak pernah berhenti menjadi mentor
saya dan membuka banyak pintu sehingga perjalanan saya
sebagai dosen di UNPAD bisa sampai ke hari ini.
28
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
yang pernah berjuang mengembangkan Center for Economics and
Development Studies (CEDS) FEB UNPAD, sehingga dapat
menjadi institusi terkemuka di Indonesia serta berkontribusi
juga kepada pengembangan diri saya pribadi. Terima kasih
kepada Dr. Arief Ramayandi, SE, MA, Arief Bustaman, SE,
M.Bus, Suryaningsih A. Don, SE, M.Si, Heriyaldi, SE, ME dan
Raisa Tri Wulandari, yang pernah bersama mengelola CEDS
pada periode 2008 sampai dengan 2015.
Selama dua tahun terakhir, saya juga membantu mendirikan dan
mengembangkan Center for Sustainable Development Goals
Studies atau SDGs Center. Terima kasih secara khusus kepada
rekan-rekan di SDGs Center, Dr. Zuzy Anna, Ade Kadarisman,
S.Sos., M.T, dr. Panji Fortuna, Dr. Achmad Maulana, SE, MA,
Wandira Larasati, SE, MA, Nirwan Maulana, SE, MA, Yangki
Imade Suara, SE, MA, Ade Maulana Rahman Hidayat, SE,
Aisyah Amatul Ghina, SE, Rahma, SE dan Anissa Rahmawati,
SE.
Selama bekerja sebagai peneliti di UNPAD, saya selalu dibantu
oleh banyak asisten peneliti. Saya tidak bisa menyebutkan nama
mereka satu persatu. Akan tetapi secara khusus saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada Megananda, SE (Oboy) yang
selain perannya sebagai asisten peneliti yang handal juga
merupakan sahabat secara pribadi dalam suka dan duka di
kantor CEDS di Jalan Cimandiri.
Saya juga ingin memberikan apresisasi ke beberapa lembaga
pemerintah yang pernah melibatkan saya untuk membantu
pengambilan kebijakan sehingga saya selalu mempunyai ruang
untuk mengaplikasikan ilmu yang saya punya. Terima kasih
29
kepada Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas terutama Kedeputian Bidang Ekonomi,
Kedeputian Bidang Pengembangan Regional serta Kedeputian
Bidang Kemaritiman dan SDA; Badan Kebijakan Fiskal-
Kementrian Keuangan; Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; Bank Indonesia; dan lembaga-lembaga lain yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Aktivitas saya diberbagai organisasi juga berperan sangat
penting dalam perjalanan karir saya. Secara khusus saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan yang bersama
saya menjadi pengurus Indonesian Regional Science Association
(IRSA), rekan-rekan di Economy and Environment Program for
Southeast Asia (EEPSEA) dan Economy and Environment Institute
(EEI) Indonesia.
Hadirin yang saya hormati,
Terakhir, ijinkan saya mengucapkan terima kasih kepada
anggota-anggota keluarga yang saya cintai. Kepada adik-adik
saya Miftah Mazied, S.T, dan Laila Qodariah, S.Psi, M.Psi.,
terima kasih atas kehangatan, keceriaan dan kekompakan
selama kita dibesarkan sehingga membantu membentuk jati diri
kita seperti sekarang.
Kemudian, saya memberikan penghormatan dan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Ibunda Sitti Mariam dan Ayahanda
yang membesarkan saya, Rohmat. Tak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada ayah kandung saya Yusuf Hadim, SH. Secara
khusus, saya tidak akan melupakan perjuangan Ibunda sebagai
seorang guru, yang harus mengajar di dua sekolah dari pagi
sampai sore sepanjang hidupnya hanya untuk memastikan kami
semua untuk memperoleh kesempatan pendidikan setinggi-
30
tingginya. Hanya Allah SWT yang bisa membalas pengorbanan,
perjuangan dan ketulusan orang tua saya.
Hadirin yang saya muliakan,
Saya percaya bahwa Tuhan selalu punya rencana untuk kita.
Ketika saya menempuh studi S3 di Australia, Tuhan
mempertemukan saya dengan istri saya, Arriya Mungsunti,
Ph.D. Pencapaian jabatan Guru Besar di Universitas Padjadjaran
ini sejatinya adalah perjuangan dan perjalanan kami bersama.
Ingin saya sampaikan, bahwa jalan tersebut panjang dan berliku
dan membutuhkan banyak pengorbanan terutama dari istri
saya. Sebagai warga negara Australia dan Thailand, pilihan-nya
terbuka untuk bisa juga berkarya dimana saja. Hanya cinta,
kesetiaan tak terhingga dan rencana Allah SWT yang akhirnya
menuntunnya untuk memutuskan bersama saya kembali ke
Indonesia. Dengan ini saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada istri saya Arriya Mungsunti atas waktunya baik sebagai
istri, kawan diskusi, penyemangat serta dukungan penuh-nya
atas karir saya di UNPAD. This professorship is for you. We did it!
Terakhir, kepada para kawan, kolega dan rekan sejawat yang
telah berkenan hadir pada kesempatan ini, saya haturkan terima
kasih, semoga Allah Subhaanahu wa ta’ala senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Aamiin.
Wassalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokaatuh.
31
Daftar Pustaka
Alesina, Alberto, and Dani Rodrik. "Distributive politics and
economic growth." The quarterly journal of economics 109.2
(1994): 465-490.
Ali, I. and Zhang, J. (2007). Inclusive Growth toward a
Prosperous Asia: Policy Implications. ADB Economics and
Research Department Working Paper. Manila: Asian
Development Bank.
Alisjahbana, Armida and Arief A. Yusuf, Green Accounting and
Sustainable Development in Indonesia, 2004, Ford
Foundation and Unpad Press, Bandung. Indonesia.
ISBN: 9799664780.
Alisjahbana, Armida Salsiah, and Arief Anshory Yusuf.
"Assessing Indonesia's sustainable development: long-
run trend, impact of the crisis, and adjustment during the
recovery period." ASEAN Economic Bulletin (2004): 290-
307.
Bank Dunia. 2018. Riding the Wave: An East Asian Miracle for
the 21st Century. World Bank East Asia and Pacific Regional
Report; Washington, DC: World Bank. © World Bank.
https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986
/28878 License: CC BY 3.0 IGO
Benner, Chris, and Manuel Pastor. "Brother, can you spare some
time? Sustaining prosperity and social inclusion in
America’s metropolitan regions." Urban Studies 52.7
(2015): 1339-1356.
32
Berg, Andrew, Jonathan D. Ostry, and Jeromin Zettelmeyer.
"What makes growth sustained?” Journal of Development
Economics 98.2 (2012): 149-166.
Busch, Jonah, R. Lubowski, F. Godoy, M. Steininger, A. Yusuf, K.
Austin, J. Hewson, D. Juhn, M. Farid and F. Boltz,
structuring national and sub-national economic
incentives to reduce emissions from deforestation in
Indonesia, Proceeding of the National Academy of Science
(PNAS), January 24, 2012, vol. 109 no. 4 pp. 1062-1067.
Dollar, David, and Aart Kraay. "Growth is Good for the Poor."
Journal of economic growth 7.3 (2002): 195-225.
Ferrer-i-Carbonell, Ada, and Xavier Ramos. "Inequality and
happiness." Journal of Economic Surveys 28.5 (2014): 1016-
1027.
Grossman, G. M., and Krueger, A. B. (1994). Environmental
impacts of a North American Free Trade Agreement. In
‘‘The U.S.–Mexico Free Trade Agreement’’ (P. Garber, Ed.).
MIT Press, Cambridge, MA.
Izzati, Ridho & Arief Anshory Yusuf, Inequality and happiness:
A panel data analysis for Indonesia, Working papers in
economics and development studies (WOPEDS), No. 2018.
Kaldor, Nicholas. "Alternative theories of distribution." The
review of economic studies 23.2 (1955): 83-100.
Klasen, S. (2010). Measuring and Monitoring Inclusive Growth:
Multiple Definitions, Open Questions, and Some
Constructive Proposals. ADB Sustainable Development 12.
Working Paper Series. Manila: Asian Development Bank.
33
Lucas, Robert E. "On the mechanics of economic development."
Journal of monetary economics 22.1 (1988): 3-42.
McKinley, T. (2010). Inclusive Growth Criteria and Indicators: An
Inclusive Growth Index for Diagnosis of Country Progress.
Manila: Asian Development Bank.
Patunru, Arianto A., and Arief Anshory Yusuf. "Toward a Low-
Carbon Economy for Indonesia: Aspirations, Actions and
Scenarios." Investing on Low-Carbon Energy Systems.
Springer Singapore, 2016. 79-109.
Perotti, Roberto. “Growth, income distribution, and democracy:
What the data say”, Journal of Economic growth 1.2 (1996):
149-187.
Persson, Torsten, and Guido Tabellini. "Is inequality harmful for
growth?” The American Economic Review (1994): 600-621.
Romer, Paul M. "Increasing returns and long-run growth."
Journal of political economy 94.5 (1986): 1002-1037.
Selden, T. M., and Song, D. (1994). Environmental quality and
development: Is there a Kuznets curve for air pollution?
J. Environ. Econ. Environ. Mgmt. 27, 147–162.
Shafik, N., and Bandyopadhyay, S. (1992). ‘‘Economic Growth
and Environmental Quality: Time Series and Cross-
Country Evidence,’’ background paper for World
Development Report 1992. The World Bank, Washington,
DC.
Stern, David I. "The rise and fall of the environmental Kuznets
curve." World development 32.8 (2004): 1419-1439.
34
Todaro, Michael P., and Stephen C. Smith (2011). Economic
Development. Boston: Pearson Addison Wesley.
United Nations Environment Program (UNEP), 2011, Towards a
Green Economy: Pathways to Sustainable Development
and Poverty Eradication.
Yusuf, Arief A., Arianto A. Patunru, and Budy P. Resosudarmo.
"Reducing Petroleum Subsidy in Indonesia: An
Interregional General Equilibrium Analysis." Regional
Growth and Sustainable Development in Asia. Springer
International Publishing, 2017. 91-112.
Yusuf, Arief Anshory & Resosudarmo, B., On the distributional
impact of a carbon tax in developing countries: the case
of Indonesia, Environmental Economics and Policy
Studies, 2015, 17(1), pp. 131-156
Yusuf, Arief Anshory & Victor Pirmana, Testing Hartwick's rule
for Indonesian provinces, paper presented at the the the 3rd
East Asian Association of Environmental and Resource
Economics (EAARE), February 2013, Huangshan, China
Yusuf, Arief Anshory (2010), Estimates of the “Green” or “Eco”
Regional Domestic Product of Indonesian Provinces for
the year 2005, Economics and Finance Indonesia Vol. 58 No.
2.
Yusuf, Arief Anshory (2014)."International Commodity Prices
and Inequality in Indonesia," Working Papers in Economics
and Development Studies (WoPEDS) 201409, Department of
Economics, Padjadjaran University, revised Jun 2014.
35
Yusuf, Arief Anshory, 2014. "International Commodity Prices
and Inequality in Indonesia," Working Papers in Economics
and Development Studies (WoPEDS) 201409, Department of
Economics, Padjadjaran University, revised Jun 2014.
Yusuf, Arief Anshory and Andy Sumner, “How inclussive
growth been in Indonesia?” Paper presented at 14 – 16 April
2016, Southeast Asian Studies Symposium 2016, the.
Mathematical Institute, University of Oxford.
Yusuf, Arief Anshory and Herminia Francisco, Hotspots!
Mapping Climate Change Vulnerability in Southeast Asia,
2010, Economy and Environment Program for Southeast
Asia, Singapore. ISBN: 978-981-08-6293-0.
Yusuf, Arief Anshory, Mark Horridge and Louise Roos,
Moratorium of palm oil expansion from natural forest
and the role of international transfers, forthcoming, Asian
Development Review, MIT Press.
Yusuf, Arief Anshory, Sumner, Andy and Rum, Irlan Adiyatma,
“Twenty Years of Expenditure Inequality in Indonesia,
1993-2013”, Bulletin of Indonesian Economic Studies, 2014,
50, issue 2, p. 243-254.
Yusuf, Arief Anshory, Niken Kusumawardhani, Asri Yusrina,
Ridho Al Izzati & Iqbal Wibisono, “Does Eliminating
Gasoline Subsidy Reduce Inequality? A Lesson from
Indonesian “Big-Bang” Fuel Subsidy Reform”, Paper
presented at Workshop on Economic approaches to
environmental management in Southeast Asia, Economy
and Environment Partnership for Southeast Asia
36
(EEPSEA), University of Economics Ho Chi Minh city, 10
January 2018.
Yusuf, Arief Anshory, Keadilan untuk Pertumbuhan, UNPAD
Press, Bandung, ISBN: 978-602-439-278-9
37
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap Prof. Arief Anshory Yusuf, SE, M.Sc, Ph.D
TTL Bandung, 19 Oktober 1972
Alamat Jl. Ligar Mayang no 32, Bandung
Pekerjaan Dosen/Peneliti di Universitas Padjadjaran
Jabatan Guru Besar Ekonomi Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNPAD
Jabatan lainnya Visiting Researcher, King’s College London, Inggris
Visiting Fellow, The Australian National University, Australia
Visiting Professor, Rikyo University, Tokyo, Japan
Anggota Editorial Board, Bulletin of Indonesian Economics Studies
Director, Economy & Environment Institute (EEI) Indonesia
President, Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2017-2019
Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI)
38
Jabatan sebelumnya
Direktur Eksekutif, Center for Sustainable Development Goals Studies (SDGs Center), UNPAD 2016-2017
Direktur Center for Economics and Development Studies (CEDS) FEB UNPAD 2010-2015
Wakil Direktur Center for Economics and Development Studies (CEDS) FEB UNPAD 2008-2010
Senior Economist, Economy and Environment Program for Southeast Asia (EEPSEA) 2008-2013
Pendidikan PhD in economics, The Australian National University, Australia (2009)
MSc in environmental and resource economics, University College London, Inggris (2002)
Sarjana Ekonomi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia (1997)
Penghargaan The AJARE (Australian Journal of Agricultural and Resource Economics) Best Paper Prize 2011 (2012)
Peter Neijkamp Research Encouragement Award 2011 from the Regional Science Association International (RSAI) (2011)
39
East Asian Development Network (EADN) individual research grants (2011)
Padjadjaran University Best Academic Paper in Social Science (2008)
Unidea Bank Travel grant award to attend the 2nd Summer School on Development on Inequality, Growth and Human Development, Italy, July 2007
Economy and the Environment Program for South East Asia Ph.D Thesis Award (2006)
Best presentation for the year 2006 in the PhD Seminar Series, Division of Economics, RSPAS, Australian National University
International Post-graduate Research Scholarship (IPRS) (2004)
Graduated with ‘Distinction’, from the Department of Economics, University College London, the University of London, UK (2002)
East Asian Development Network (EADN) research grant (2001)
British Chevening Awards (2001)
Graduated ‘Cum Laude’ from Department of Economics, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia (1997)
40
PULIKASI ILMIAH
ARTIKEL JURNAL ILMIAH INTERNASIONAL
Yusuf, Arief Anshory, and Andy Sumner. "Growth, Poverty, and Inequality under Jokowi." Bulletin of Indonesian Economic Studies 51.3 (2015): 323-348.
Yusuf, Arief Anshory & Resosudarmo, B., “On the distributional impact of a carbon tax in developing countries: the case of Indonesia”, Environmental Economics and Policy Studies, 2015, 17(1), pp. 131-156
Yusuf, Arief Anshory, Sumner, Andy and Rum, Irlan Adiyatma, “Twenty Years of Expenditure Inequality in Indonesia, 1993-2013”, Bulletin of Indonesian Economic Studies, 2014, 50, issue 2, p. 243-254.
Warr, Peter and Arief Anshory Yusuf, "Fertilizer subsidy and food self-sufficiency in Indonesia", Agricultural Economics, 2014, 45(5), 571-588
Warr, Peter, and Arief Anshory Yusuf. "World food prices and poverty in Indonesia." Australian Journal of Agricultural and Resource Economics, 2014, vol 58 no. 1 pp 1-21.
Sagala, Perdamen, Akita, Takahiro and Yusuf, Arief Anshory, (2014), Urbanization and expenditure inequality in Indonesia: testing the Kuznets hypothesis with provincial panel data, Letters in Spatial and Resource Sciences, 7, issue 3, p. 133-147.
Warr, Peter, Jay Menon, Arief A. Yusuf, Poverty Impacts of Natural Resource Revenues, Journal of Asian Economics, 2012, 23 (4), 442–453
41
Busch, Jonah, R. Lubowski, F. Godoy, M. Steininger, A. Yusuf, K. Austin, J. Hewson, D. Juhn, M. Farid and F. Boltz, structuring national and sub-national economic incentives to reduce emissions from deforestation in Indonesia, Proceeding of the National Academy of Science (PNAS), January 24, 2012, vol. 109 no. 4 pp. 1062-1067.
Warr, Peter and Arief A. Yusuf, Reducing Indonesia’s deforestation-based greenhouse gas emissions, Australian Journal of Agriculture and Resource Economics, Vol. 55, no. 3, 2011, pp. 297-320.
Warr, Peter, Jay Menon and Arief A. Yusuf, Regional Economic Impact of Large Projects: A General Equilibrium Application to Cross-Border Infrastructur, Asian Development Review, 2010, vol. 27, no. 1, pp. 104-134.
Yusuf, Arief A. and Budy Resosudarmo, Does Clean Air Matter in Developing Countries Megacities? A Hedonic Price Analysis of the Jakarta Housing Market, Indonesia, Ecological Economics, 68(5), 2009, 1398-1407.
Resosudarmo, Budy and Arief A. Yusuf, Survey of recent development, Bulletin of Indonesian Economic Studies, 45(3), 2009, 287-315.
Yusuf, Arief A. and Budy Resosudarmo, Mitigating Distributional Impact of Fuel Pricing Reform: Indonesian Experience, Asean Economic Bulletin, 25(1), 2008, 32-47.
Budy Resosudarmo and Arief A. Yusuf, Is the Log Export Ban an Efficient Instrument for Economic Development and Environmental Protection? The Case of Indonesia, Asian Economic Papers, 5(2), 2006, 75-104.
42
Yusuf, Arief A. and Phoebe Koundouri, Willingness to Pay for Water and Location Bias in Hedonic Price Analysis: Evidence from Indonesian Housing Market, Environment and Development Economics, 10(6), 2005, 1-17.
Armida Alisjahbana, and Arief A. Yusuf, Indonesia Sustainable Development: Genuine Saving and Change in Wealth per Capita, ASEAN Economic Bulletin, 21(3), 2004, 290-307.
ARTIKEL JURNAL ILMIAH NASIONAL
Arief Anshory Yusuf, Estimates of the “Green” or “Eco” Regional Domestic Product of Indonesian Provinces for the year 2005, Economics and Finance Indonesia Vol. 58 No. 2, 2010.
Arief Anshory Yusuf, Arief. (2015). External Shocks and Poverty: How recession in Europe, Japan, and China affects Indonesian poor. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. 18.. 10.21098/bemp.v18i2.523.
BUKU
Arief Anshory Yusuf, Keadilan Untuk Pertumbuhan, 2018, UNPAD Press, ISBN 978-602-439-278-9
Yusuf, Arief Anshory and Herminia Francisco, Hotspots! Mapping Climate Change Vulnerability in Southeast Asia, 2010, Economy and Environment Program for Southeast Asia, Singapore. ISBN: 978-981-08-6293-0.
Armida Alisjahbana and Arief A. Yusuf, Green Accounting and Sustainable Development in Indonesia, 2004, Ford
43
Foundation and Unpad Press, Bandung. Indonesia. ISBN: 9799664780.
BUKU SUNTINGAN
I Komang Gde Bendesa, Luh Gede Meydianawathi, Hefrizal Handra, Djoni Hartono, D.S. Priyarsono, Budy P. Resosudarmo and Arief A. Yusuf, (2016) “Tourism and Sustainable Regional Development”, IRSA Book Series on Regional Development No. 14, UNPAD Press.
Hamid Paddu, D.S. Priyarsono, Arief A. Yusuf, Djoni Hartono, Budy P. Resosudarmo (2015), “Regional Development in Indonesia: Some Notes for the Jokowi Government”, IRSA Book Series on Regional Development No. 13, UNPAD Press.
Mohamad Fahmi, Arief A. Yusuf, Muhamad Purnagunawan, Budy P. Resosudarmo, D.S. Priyarsono (2014), “Government and Communities: Sharing Indonesia’s Common Goals”, IRSA Book Series on Regional Development No. 12, Unpad Press.
BAB DALAM BUKU SUNTINGAN INTERNASIONAL
Yusuf, Arief A., Arianto A. Patunru, and Budy P. Resosudarmo. "Reducing Petroleum Subsidy in Indonesia: An Interregional General Equilibrium Analysis." Regional Growth and Sustainable Development in Asia. Springer International Publishing, 2017. 91-112.
Patunru, Arianto A., and Arief Anshory Yusuf. "Toward a Low-Carbon Economy for Indonesia: Aspirations, Actions and Scenarios." Investing on Low-Carbon Energy Systems. Springer Singapore, 2016. 79-109.
44
Coxhead, Ian, Thee Kian Wie, and Arief Anshory Yusuf. "Twenty-First Century Challenges." in Routledge Handbook of Southeast Asian Economics (2014), Ian Coxhead (ed), London
Yusuf, Arief. A and Budy Resosudarmo, 2011, Is Reducing Subsidy on Vehicle Fuel Equitable? A Lesson from Indonesian Reform Experience, in Thomas Sterner and Selma Oliveira (eds), Fuel Taxes and the Poor: The Distributional Effects of Gasoline Taxation and Their Implications for Climate Policy, Earthscan, London. ISBN 9781617260926
Arief A. Yusuf and Phoebe Koundouri, Household’s Value of Domestic Water as Reflected by House Rent in Indonesia: A Supply Driven Approach Revisited. in Econometrics Informing Natural Resource Management: Selected Empirical Analysis (ed. P. Koundouri), 2004, Edward Elgar, London. ISBN: 1 84376 922 0
BAB DALAM BUKU SUNTINGAN NASIONAL
Hartono, D., B. Resosudarmo, and A. Yusuf, 2010, "Konsep dasar eksternalitas", dalam Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi Emil Salim (editor I. J. Azis, A. Patunru, B. Resosudarmo, dan L. Napitupulu), Kompas Pustaka Gramedia, Jakarta.
Arief A. Yusuf and Budy Resosudarmo, Assessing the Value of Clean Air in a Developing Country: A Hedonic Price Analysis of the Jakarta Housing Market, Indonesia. in Suahasil Nazara (ed), 2006, Natural Disasters' Impact and Challenges for Recovery: Economics on Aids, Governance, Infrastructure. Indonesian Regional Science Association.
45
Armida Alisjahbana and Arief A. Yusuf, Poverty Dynamics in Indonesia: Evidence from Longitudinal Data, in Regional Development in Decentralized Era (eds. Alisjahbana A and B.P. Resosudarmo), 2004, Indonesian Regional Science Association and Unpad Press.
Armida Alisjahbana and Arief A. Yusuf, Green National Account Measurement for Indonesia: Trial Estimates of the 1990 and 1995 SEEA in Indonesia's Sustainable Development in a Decentralisation Era (eds. Budy P. Resosudarmo et al, 2002, Indonesian Regional Science Association (IRSA). ISBN: 9799698901.
Armida Alisjahbana and Arief A. Yusuf, Measuring Indonesia's Sustainable Development: Genuine Saving and Changes in Wealth per Capita: in Maria Ratnaningsih, Awal Subandar, and Azis Khan (eds), Natural Resources and Environmental Accounting Volume 1, BPFE, Yogyakarta, 2003
Arief A. Yusuf and Armida Alisjahbana, To What Extent Green Accounting Measure Sustainable Development, in Maria Ratnaningsih, Awal Subandar, and Azis Khan (eds), Natural Resources and Environmental Accounting Volume 2, BPFE, Yogyakarta, 2003
ARTIKEL OPINI DI MEDIA POPULER
From vicious poverty cycle to virtous social mobility, The Jakarta Post, 28 August, 2017.
Indonesia's Jarring Wealth Gap, Aljazeera.com, 29 July, 2014 (with Andy Sumner).
46
Kartu Jakarta Pintar dan Ketimpangan (Jakarta Smart Card and Inequality), Koran Tempo, 18 July, 2014.
Kota Bandung (Sebenarnya) untuk Siapa? (City of Bandung: For whom?) Pikiran Rakyat, 8 January, 2014
Equality of opportunity: The currency of post-2015 development agenda, The Jakarta Post, 25 March 25, 2013.
Mitigasi Perubahan Iklim dan Potret Ekonomi Indonesia (Mitigating Climate Change and The Portrait of Indonesian Economy), Kompas, 29 November, 2007.
Kesempatan Curi Adegan di KTT Bali (Momentum of Bali Summit), Pikiran Rakyat, 16 November, 2007.
Nobel Ekonomi dan Kita (Economics Nobel Prize and Us), Pikiran Rakyat, 31 October, 2007.
Mengkaji Lagi Ketimpangan di Indonesia (Re-assessing Inequality in Indonesia) Kompas, 14 September, 2006.
Kemiskinan dan Efektivitas BLT (Poverty and Effectiveness of Compensation Scheme), Pikiran Rakyat, 5 September, 2006.
Investasi Exxon dan Kutukan SDA (Exxon Investment and the Resource Curse), Pikiran Rakyat, 7 April 2006.
Simulasi Kemiskinan di Jabar (Poverty Simulation in West Java), Pikiran Rakyat, 17 october, 2005.
Inflasi dan Kenaikan Harga BBM (Inflation and Fuel Price Increase), Pikiran Rakyat, 8 November, 2005 (with A. Ramayandi).
PEMBICARA DI KONFERENSI INTERNASIONAL
47
The European Association of Development Research and Training Institutes (EADI) – Nordic Conference, 20-23 August, 2017, Bergen, Norway. Presentation title: “Can Indonesian economic growth be inclusive and immiserising?”
The Immiserizing growth workshop, May 26-27, 2017, University of Toronto, Toronto, Canada. Presentation title: “Can Indonesian economic growth be inclusive and immiserising?”
Oxford Southeast Asia Studies Symposium, 14-16 April 2016, Oxford University. Presentation title: “Has Indonesian Economic Growth been Inclusive?”, Oxford, UK.
International Development Institute Workshop on “Between Precarity and Vulnerability” 10-11 March 2016, King’s College London on Presentation title: “Poverty prospect as measure of vulnerability: the case of Indonesia”, London UK.
Indonesia Update Conference 2015, The Australian National University, 18-19 September 2015, on Presentation title: “Economic update: growth, poverty and inequality under Jokowi”, Canberra, Australia.
RITE Waseda Workshop on Energy Efficiency, Renewable Energy and Climate Change Modeling 2015, 10 July 2015, Waseda University. Presentation title: “Energy efficiency priority for Indonesia: A General Equilibrium investigation”, Tokyo, Japan.
Planet Under Pressure Conference, 26-29 March, 2011, London, UK. Presentation title: “On the distributional effect of carbon tax in Indonesia”
48
The 18th Annual Conference of the European Association of Environmental and Resource Economists, Rome, Italy, 29 June – 2 July 2011. Presentation title: “Reducing Indonesia’s deforestation-based greenhouse gas emissions”.
A Global Greenhouse Gas Tax Draft Treaty Workshop, 21-22 January, 2011, University of Helsinki, Helsinki, Finland. Presentation title: “The distributional effect of carbon tax in Indonesia”
Asia Climate Change Policy Forum, Crawford School of Economics and Government, The Australian National University, 27-28 October, 2010, Canberra, Australia. Presentation title: “Climate change mitigation and actions in Indonesia”
Ardnt-Cordent Department of Economic's Trade and Development Seminar, The Australian National University, 14 October, 2010, Canberra, Australia. Presentation title: “Reducing deforestation-based greenhouse gas emissions for Indonesia”.
ASEAN Conference on Biodiversity, Singapore, October 2009. Presentation title: “Climate change vulnerability mapping for Southeast Asia”.
The 27th Indonesia Update Conference, The Australian National University, Canberra, Australia, October 2009. Presentation title: “Survey of Indonesian recent economic development”.
Climate Insecurities, Human Security and Social Resilience Conference, Nanyang Technological University, Singapore. August, 2009. Presentation title: “Climate change vulnerability mapping for Southeast Asia”.
49
Map Asia Conference, 26-28 July, 2010, Kuala Lumpur, Malaysia. Presentation title: “Climate change vulnerability mapping for Southeast Asia”.
EEPSEA 31st Biannual Research Workshop, Dalat, Vietnam, May 2009. Presentation title: “The distributional effect of environmental policies”.
Climate Change Workshop for Asian Journalists IDRC-ASRO-EEPSEA, Manila, the Philippines. August, 2008. Presentation title: “Climate change vulnerability mapping for Southeast Asia”.
The 16th European Association of Environmental and Resource Economist (EAERE) Conference, Gotheborg, Sweden. June, 2008. Presentation title: “On the distributional effect of carbon tax in Indonesia”.
EEPSEA Climate Change Adaptation International Conference, Bali, Indonesia, February, 2008. Presentation title “Climate change vulnerability mapping for Southeast Asia”.
Indonesia Council Open Conference 2007 Monash University, Melbourne, VIC, Australia. September 2007.
EEPSEA Biannual Research Workshop, Beijing, China, May, 2007. Presentation title: “Modeling distributional effect of environmental policies: a progresss report”.
Indonesian Studies Postgraduate Workshop, The Australian National University, Canberra, Australia, April 2007.
Asian Development Bank lnstitute (ADBI) workshop, Vientiene, Lao PDR, April, 2007. Presentation title “The poverty impact of natural resource revenue”.
50
E-Crew (Early Career Resource and Environmental Economics Workshop), October, 2005, Charles Sturt University, Australia. Presentation title: “Modeling the distributional effect of carbon tax and fuel subsidy reform: a research proposal”.
EEPSEA Biannual Research Workshop, Siem Reap, Cambodja, November, 2005. Presentation title: “Modeling distributional effect of environmental policies: a research proposal”.
The 2nd Summer School on Development on Inequality, Growth and Human Development, Civita Castellana (Viterbo) Italy, July 2007. Presentation:
The Asian Economic Panel Meeting, Sydney, Australia, October 2005. Presentation title: “Is export-log ban efficient instrument for environmental protection?”
The 6th Convention of East Asian Economist Association (EAEA), Singapore, November 2001. Presentation title: “Assessing Indonesia’s sustainabel development”.
PEMBICARA DI KONFERENSI NASIONAL
The 10th Indonesian Regional Science Association (IRSA) International Conference, 28-29 July, 2010, Surabaya, Indonesia.
The 3rd IRSA International Institute, 19-21 July, 2011, Padang, Indonesia.
Keynote Address on “Trend of Inequality in Indonesia” on the Workshop on “mapping the impact of inequality in Indonesia”, SMERU Research Institute, 17 June, 2014, Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta
51
The 23rd Pacific Conference of Regional Science Association International, 2-4 July, 2013, Bandung, Indonesia.
Expert Group Meeting (EGM) on “Green Economy, Sustainable Innovation, and Structural Change: Challenge and Opportunities”, IDE-JETRO-ERIA, 7-8 March 2011, Jakarta Indonesia
International Conference on Business and Economics, Bukit Tinggi, Indonesia (Keynote Speaker), April 2010.
The 3rd National Seminar and the 1st Congress of Indonesian Natural Resource and Environmental Account Professions and Practicioners, Purwokerto, Indonesia, December, 2003.
The 8th IRSA International Conference, Malang, Indonesia, August, 2006.
The 7th IRSA International Conference, Jakarta, Indonesia, August, 2005.
The 5th IRSA International Conference, Bandung, July, 2003.
The 7th PRSCO Summer Institute/ The 4th IRSA International Conference, Bali, Indonesia, June, 2002
The 3rd IRSA International Conference, Jakarta, Indonesia, 2001.
PENGABDIAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS LAINNYA
Anggota dewan editor Journal Ilmiah
Bulletin of Indonesian Economic Studies (BIES), The Australian National University, Australia
SUSTINERE, Journal of Environment and Sustainability, IAIN Surakarta
52
The Indonesian Journal of Planning and Development (IJPD), Universitas Diponegoro
Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia (JEPI), Universitas Indonesia
Referee artikel jurnal ilmiah
Energy Policy
Environment and Economic Development
Asia Pacific Economic Literature
Journal of Policy Modeling
Environmental Research Letters
Iranian Earth Science
Organisasi President Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2017-2019
Vice President Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2015-2017
Secretary General Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2013-2015
Board member Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2003-2015
Member Indonesian Regional Science Association (IRSA) 1997-2003
Board of director East Asian Association of Environment and Resource Economics (EAAERE) 2015-2017
53
Member East Asian Association of Environment and Resource Economics (EAAERE) 2012-2015
Konsultan Asian Development Bank (ADB)
The World Bank
United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP)
United Nations Development Program (UNDP)
Food and Agriculture Organization (FAO)
The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
International Fund for Agriculture Development (IFAD)
International Development Research Center (IDRC)
Kementerian Negara Perencanaan Nasional/BAPPENAS
Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan
Kementrian Pertanian
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Transportasi
54
Badan Perencanaan Pembanguna Daerah (BAPPEDA) Jawa Barat