ORASI PENGUKUHAN PROFESOR RISETpdgmi.org/wp-content/uploads/2019/07/NASKAH-ORASI... ·...

62

Transcript of ORASI PENGUKUHAN PROFESOR RISETpdgmi.org/wp-content/uploads/2019/07/NASKAH-ORASI... ·...

i

ORASI PENGUKUHAN PROFESOR RISET BIDANG EPIDEMIOLOGI

DAN BIOSTATISTIK

PENCEGAHAN DIABETES MELITUS MELALUI

PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO SEJAK DINI

OLEH:

LAURENTIA KONADI MIHARDJA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

JAKARTA, 13 JUNI 2019

ii

iii

©2019 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Katalog Dalam Terbitan (KDT) Pencegahan Diabetes Melitus Melalui Pengendalian Faktor Risiko Sejak Dini/ Laurentia K. Mihardja. Jakarta – Lembaga Penerbit Badan Litbangkes (LPB), 2019 xii, 48p.; 14,87 x 21 cm ISBN 978-602-373-122-0 1. Diabetes melitus 2. Pencegahan dini Copyeditor : Emiliana Tjitra Proofreader : Niniek Lely Pratiwi Penata Isi : Ika Kartika Desainer Sampul : Ahdiyat Firmana

Diterbitkan oleh: Lembaga Penerbit Badan Litbangkes (LPB) Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta 10560 Telp. (021) 4261088, ext. 222, 223. Fax (021) 4243933 E-mail: [email protected]

iv

v

BIODATA RINGKAS

Laurentia K. Mihardja, lahir di Padang tanggal 2 Februari 1955, anak ke 4 dari 6 bersaudara dari Bapak Fransiskus Konadi (alm) dan Ibu Rika Halim (almh). Menikah dengan Dr. dr. Hasan Mihardja Sp. Akp. (K) dan memiliki dua anak yaitu dr. Lydia Mihardja AAK, M.H Kes dan dr Maria Lisa Mihardja.

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 132/M Tahun 2014 yang bersangkutan diangkat sebagai Peneliti Ahli Utama terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2013.

Pendidikan formal diawali dari Sekolah Dasar Agnes, SMP Maria dan SMA Don Bosco di Padang. Memperoleh gelar dokter pada tahun 1982 di Universitas Andalas, Padang, gelar Magister Gizi di Universitas Indonesia pada tahun 1993 dan gelar Doktor dalam bidang Pendidikan Olahraga dari Universitas Negeri Jakarta di Jakarta pada tahun 2004. Gelar spesialis Gizi Klinik didapat dari Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia pada tahun 2004.

Mengikuti pelatihan antara lain Course in Research Ethics tahun 2005 di Manila, Filipina, Master of Trainer Riset Kesehatan Dasar di Bandung tahun 2007.

Menjabat sebagai Kepala Puskesmas di Kecamatan Sejangkung dan Kecamatan Simpang Empat di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 1984-1987. Selanjutnya menjadi dokter di RSUD Budhi Asih merangkap sebagai Kepala Laboratorium pada tahun 1987-1989.

Jabatan fungsional diawali sebagai Ajun Peneliti Muda tahun 1995, Ajun Peneliti Madya tahun 1996, Peneliti Muda

vi

tahun 2000 dan Peneliti Madya IVa tahun 2004 semuanya di bidang Penyakit Tidak Menular. Menduduki jabatan Peneliti Madya IVb tahun 2006, Peneliti Madya IVc tahun 2010, Peneliti Ahli Utama IVd tahun 2013, Peneliti Ahli Utama IVe tahun 2018 bidang Epidemiologi & Biostatistik.

Kegiatan lain adalah anggota tim Litkayasa, tim Risbinkes, anggota dan sekretaris Komisi Ilmiah, anggota Komisi Etik, anggota Komite Pengembangan Sumber Daya Manusia, anggota dan ketua tim Penilai Peneliti Instansi, sebagai mitra bestari dan dewan redaksi pada beberapa majalah terakreditasi. Sebagai anggota tim medis bagian gizi atlet atletik PB PASI tahun 2000-2005. Tim biomedis Riskesdas tahun 2007 dan koordinator blok Penyakit Tidak Menular Riskesdas tahun 2013, tim teknis Rifaskes 2019. Penanggung Jawab Teknis Provinsi pada Riskesdas (2007, 2013, 2018), Rifaskes, Sirkesnas, Risnakes.

Menghasilkan 50 karya tulis ilmiah (KTI), baik yang ditulis sendiri maupun bersama penulis lain dalam bentuk buku, jurnal, dan prosiding. Sebanyak 6 KTI ditulis dalam jurnal internasional. Sebagian KTI telah disampaikan dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional

Mengajar/ membimbing/ menguji mahasiswa Perguruan Tinggi S1, S2 dan S3 dan membina pejabat fungsional peneliti di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Keanggotaan dalam organisasi profesi antara lain anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pengurus dan anggota Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia, anggota dan pengurus pusat Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia, pengurus dan anggota Asosiasi Peneliti Kesehatan Indonesia (Apkesi), dan anggota Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo)

vii

Memperoleh penghargaan Bakti Karya Husada Dwi Windu dari Menteri Kesehatan pada tahun 2006 dan Satyalancana Karya Satya XXX dari Presiden R.I pada tahun 2014.

viii

ix

DAFTAR ISI

BIODATA RINGKAS ........................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................ ix PRAKATA ........................................................................... xi I. PENDAHULUAN ........................................................ 1 II. TREN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS .... 4 III. BEBAN RISIKO MENJADI DIABETES MELITUS.. 9 IV. PENDEKATAN PENCEGAHAN DM SEJAK DINI .. 13

4.1. Pencegahan DM sejak Awal Kehidupan ............. 13 4.2. Pencegahan DM melalui Program Kesehatan Anak

Pra Sekolah, Sekolah ………………………… 14 4.3. Pencegahan DM melalui Program Kesehatan

Remaja dan Ibu ................................................... 15 4.4. Perubahan Perilaku pada Tingkat Individu dan

Masyarakat ......................................................... 16 V. KESIMPULAN ............................................................. 17 VI. PENUTUP..................................................................... 18 VII. UCAPAN TERIMA KASIH......................................... 20 DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 23 DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH ........................................ 29 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................ 36

x

xi

PRAKATA PENGUKUHAN

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh, Salam damai sejahtera, Om Swastyastu, Namo Budhaya Yang terhormat: Majelis Pengukuhan Profesor Riset, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Para Pejabat Eselon I, II dan Staf Khusus Menteri di lingkungan Kementerian Kesehatan, Para Hadirin yang saya muliakan, Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala karunia, anugerah dan rahmat-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul bersama pada acara orasi ilmiah pengukuhan Profesor Riset. Pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan bapak, ibu, dan saudara sekalian yang telah meluangkan waktu dan perhatian untuk menghadiri acara ini. Dengan segala kerendahan hati, izinkan saya menyampaikan orasi ilmiah dengan judul:

PENCEGAHAN DIABETES MELITUS MELALUI PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO

SEJAK DINI

xii

1

I. PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif atau akibat keduanya, ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah di atas normal. Gejala DM adalah sering buang air kecil, sering haus, sering lapar, berat badan turun, penglihatan berkurang dan keluhan lemah. DM menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatan baik secara global, regional, nasional dan lokal1.

DM dengan komplikasi dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan menurunkan kualitas kehidupan serta membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi. Komplikasi menahun akibat DM adalah penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, neuropati, ulkus diabetikum dan kebutaan1. Gula darah tinggi (hiperglikemia), hipertensi, kegemukan, kolesterol tinggi, pola makan tidak sehat dan konsumsi rokok, secara bersama-sama berkontribusi lebih dari 50% dari total beban penyakit di Indonesia saat ini2. DM diestimasi menduduki peringkat ke tujuh sebagai penyebab kematian di dunia pada tahun 20161.

Di Indonesia pada tahun 2013 diantara 25 penderita DM usia produktif ditemukan 1 orang dengan gangguan fungsi ginjal3. Penderita DM empat kali berisiko penyakit jantung4, tiga kali berisiko tuberkulosa5,6, dan empat sampai lima kali berisiko gangguan disabilitas dibanding kelompok tanpa DM7.

2

Secara global jumlah penderita diabetes usia 18 tahun ke atas di dunia meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta (prevalensi 8,5%) pada tahun 2014 dan di estimasi prevalensi akan menjadi 9,9% pada tahun 2045. Prevalensi DM lebih cepat meningkat di negara ekonomi rendah dan menengah8. Di Indonesia jumlah penderita DM diprediksi mengalami peningkatan 2-3 kali lipat pada tahun 2035 dibanding tahun 2000 dan menduduki peringkat ke-6 dunia pada tahun 20409.

Prevalensi DM semakin meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2007 prevalensi DM di daerah urban Indonesia secara nasional berdasarkan pemeriksaan darah pada usia 15 tahun keatas sebesar 5,7%10. Pada tahun 2013 di daerah urban dan rural dilaporkan sebesar 6,9%11 serta meningkat menjadi 8,5% pada tahun 201812.

DM di Indonesia tahun 2007 telah terlihat pada kelompok usia muda 15-24 tahun dengan prevalensi 0,6% dan toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 5,3%10. Pada tahun 2013 prevalensi DM usia muda meningkat menjadi 1,1% dan TGT serta glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebesar 17,9 % dan 26,3 %11. Tahun 2018 prevalensi DM usia muda 1,6%, TGT dan GDPT sebesar 21,2% dan 14,9%12. Angka yang mengkawatirkan karena TGT dan GDPT adalah pre diabetes (calon diabetes). Jadi dari setiap 4-5 orang yang berusia 15-24 tahun terdapat 1 orang yang prediabetes. Berbagai faktor risiko yang menuju DM seperti gaya hidup tidak sehat, merokok, kegemukan mulai tren pada anak8.

Penelitian di 35 negara sedang berkembang mendapatkan bahwa selain asuransi, pengeluaran medis katastropik penderita DM cenderung lebih tinggi dan sering tidak mendapatkan obat yang tepat untuk terapi DMnya dibandingkan individu tanpa DM8. BPJS Kesehatan mengeluarkan anggaran tinggi untuk

3

pengobatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari empat penyakit dominan yaitu hipertensi, jantung koroner, stroke, dan DM13.

Umumnya DM dibedakan menjadi DM tipe 1 dan tipe 2. Penderita DM tipe 1 tidak dapat hidup tanpa insulin dan umumnya sudah terdiagnosis sejak anak serta tidak dapat dicegah. DM tipe 2 biasanya pada dewasa, tetapi saat sekarang mulai terjadi pada anak8. Proporsi DM tipe 2 mencapai 90% dan terkait dengan faktor risiko gaya hidup yang dapat dicegah atau diperlambat kejadiannya dengan melaksanakan diet sehat, aktifitas fisik teratur, tidak merokok, alkohol dan menjaga berat badan normal1. Berkaitan dengan hal ini maka tren faktor risiko DM yang dapat diubah, penting diketahui agar kejadian DM dapat dicegah sejak usia dini untuk menyelamatkan generasi baru dari kesakitan dan kematian akibat DM.

4

II. TREN FAKTOR RISIKO DM

Faktor risiko yang mengarahkan seseorang menjadi DM terdiri dari risiko yang tidak dapat diubah seperti genetik, ras/etnik, umur, jenis kelamin, dan risiko yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu lingkungan, perilaku gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang makan sayur buah, makan tinggi kalori dan lemak, merokok, alkohol, stress oksidatif, kurang gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dan kurang aktifitas fisik. Ada pula risiko intermediet: kegemukan, obesitas sentral, hiperglikemia, tekanan darah tinggi, dislipidemia dan diabetes gestasional14.

Kehidupan manusia yang dimulai sejak konsepsi sampai seribu (1000) hari pertama kehidupan ternyata merupakan masa yang penting. Eksperimen pada hewan dan manusia menunjukkan ada korelasi berbagai faktor pada awal kehidupan dengan risiko terjadinya diabetes pada masa dewasa. Periode kehidupan fetal dan neonatal merupakan periode kritis untuk perkembangan organ. Faktor dari ibu seperti malnutrisi, anemia, obesitas, hiperglikemia, merokok, konsumsi alkohol, makanan junk food, pemberian hormon dan stress akan mempengaruhi kehidupan janin selama dalam kandungan dan pada periode kehidupan selanjutnya. Faktor prenatal yang didapat saat dalam kandungan dan post natal setelah dilahirkan, saat laktasi, dan kehidupan selanjutnya akan mempengaruhi kesehatan si anak antara lain apakah akan menderita DM di kemudian hari15,16.

Kondisi ibu hamil menjadi penting diperhitungkan terkait dampak pada janin. Kurang energi kronis (KEK) dan Anemia pada ibu berpotensi menyebabkan anak menjadi stunting (TB/U Z score < -2,0) yaitu tubuh lebih pendek dari yang seharusnya sesuai umurnya. Stunting mencerminkan si anak

5

telah terganggu pertumbuhannya dalam kandungan termasuk pertumbuhan organ dan kemungkinan besar berisiko menderita DM pada kehidupan selanjutnya. Calon ibu atau remaja yang kurus dan atau kurang darah sebelum kehamilan, bila hamil juga berisiko terhadap bayi dikandungnya yang tidak akan tumbuh optimal, karena ibunya tidak mempunyai cadangan energi yang mencukupi dan kemungkinan besar lahir sebagai bayi kecil, premature dan anemia16,17.

Di Indonesia pada tahun 2007 prevalensi stunting pada balita adalah sebesar 36,8%18,19. Tahun 2013 meningkat menjadi 37,2%20, pada tahun 2018 sebesar 30,8%, dan prevalensi stunting pada bawah dua tahun (baduta) hampir sama dengan balita yaitu 29,9%12. Prevalensi KEK tahun 2007 pada wanita usia subur (WUS) sebesar 13,6%19, pada tahun 2013 prevalensi KEK meningkat pada WUS tidak hamil 20,8% dan WUS hamil sebesar 24,2%20. Tahun 2018 prevalensi KEK menurun, namun masih tetap tinggi pada WUS tidak hamil sebesar 14,5% dan pada yang hamil 17,3%12. Prevalensi anemia pada ibu hamil menurut Riskesdas 2007, 2013 dan 2018 masing masing sebesar 24,5%, meningkat menjadi 37,1% dan 48,9%19,20,12.

Kegemukan (overweight dan obesitas) disertai kurang aktifitas fisik di estimasi sebagai penyebab proporsi terbesar terjadinya DM di dunia. WHO mengestimasi pada tahun 2014 usia 18 tahun ke atas ditemukan overweight 1 diantara 3 orang dan obesitas 1 diantara 10 orang8. Di Indonesia prevalensi kegemukan usia 18 tahun ke atas tahun 2013 terlihat pada laki-laki sebesar 19,7% dan perempuan 32,9%20, tahun 2018 meningkat menjadi sebesar 26,6% dan 44,4%12.

Lingkar pinggang dan indeks massa tubuh yang tinggi dihubungkan dengan meningkatnya risiko DM tipe 28,10.

6

Prevalensi obesitas sentral (lingkar pinggang laki-laki lebih dari 90 cm dan perempuan lebih dari 80 cm) tahun 2007 pada usia 15 tahun ke atas sebesar 18,8%19, meningkat menjadi 26,6% tahun 2013 dan menjadi 31% pada tahun 201820,12. Kelompok usia muda 15-24 tahun ditemukan 12-13 orang mengalami obesitas sentral dari setiap 100 orang pada tahun 201810.

Secara global jumlah anak yang overweight pada tahun 2016 diestimasi lebih dari 41 juta. Hampir separuh anak overweight di bawah usia 5 tahun tinggal di Asia. Anak yang gemuk pada usia dini cenderung tetap gemuk ketika dewasa dan cenderung berkembang menderita penyakit tidak menular seperti DM dan kardiovaskular pada usia muda. Pencegahan kegemukan pada anak menjadi prioritas utama21. Prevalensi gemuk pada balita tahun 2007 dengan parameter BB/TB adalah sebesar 12,2%, tahun 2013 sebesar 11,8 % dan pada tahun 2018 sebesar 8%19,20,12. Prevalensi kegemukan tahun 2018 pada kelompok usia 5-12 tahun sebesar 20%, usia 13-15 tahun 16%, 16-18 tahun 13,5% dan meningkat menjadi 20,5% pada usia 20-24 tahun. Keadaan demikian merupakan suatu hal yang harus diwaspadai12.

Pada anak gemuk ada kecendrungan terjadi hiperglikemia/DM sudah cukup lama diketahui. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada anak dan remaja yang obesitas, ternyata didapat TGT 25% dari 55 orang anak obes (usia 4-10 tahun) dan TGT 21% serta DM 4% pada 112 remaja (11-18 tahun) yang obes22.

Penelitian di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat dari 1387 anak sekolah usia 8-11 tahun, didapatkan 22,4% kegemukan yang terdiri dari 9,2% overweight dan 13,2% obesitas. Pada anak kegemukan, 2,1% mempunyai tekanan darah di atas

7

normal dan sebanyak 9,8% mempunyai kolesterol 200 mg/dl atau lebih23.

Hipertensi dan dislipidemia yang merupakan faktor risiko DM, cukup tinggi di Indonesia24. Prevalensi hipertensi pada tahun 2013 di daerah urban rural pada usia 18 tahun atau lebih didapat sebesar 25,8% dan meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018. Pada analisis terbatas usia 15-17 tahun didapatkan prevalensi hipertensi pada laki-laki 5% dan perempuan 4,7%20,12.

Intake tinggi lemak jenuh dan kurang serat, intake tinggi gula/manis, akan meningkatkan overweight atau obes maupun risiko DM tipe 2 pada anak8,25. Pada tahun 2013 prevalensi sering mengonsumsi makanan berlemak 1 kali/hari atau lebih usia 10 tahun keatas pada masyarakat Indonesia sebesar 12,8%. Pada kelompok usia 10-14 tahun sebesar 13,5% dan usia 15-24 tahun sebesar 13,4%20. Pada tahun 2018 malah terjadi kenaikan proporsi yang besar yaitu usia 3 tahun ke atas menjadi sebesar 41,7%, pada usia 3-4 tahun sebesar 35,0%, 5-9 tahun sebesar 42,3%, 10-14 tahun sebesar 44,2%, 15-19 tahun sebesar 43,8% dan 20-24 tahun sebesar 41,8%12.

Pada tahun 2007 di masyarakat Indonesia prevalensi kurang makan serat yaitu kurang makan sayur buah (< 5 porsi/hari) pada penduduk umur 10 tahun ke atas sebesar 93,6%, kelompok usia 10-14 tahun sebesar 93,7% dan usia 15-24 tahun sebesar 93,8%19. Pada tahun 2013 proporsi nasional kurang makan sayur buah stagnan di angka 93,5%20 dan tahun 2018 meningkat menjadi 95,4%12.

Sering mengonsumsi makanan manis 1 kali atau lebih perhari dilakukan oleh 65,2% penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun atau lebih. Pada kelompok usia 10-14 tahun sebesar 63,1% dan usia 15-24 tahun sebesar 65,1%20. Riskesdas 2018

8

juga menunjukkan prevalensi sering mengonsumsi minuman manis tidak menunjukkan kearah yang lebih baik yaitu pada penduduk usia 3 tahun ke atas sebesar 61,27%, usia 3-4 tahun sebesar 68,57%, usia 5-9 tahun sebesar 66,5%, usia 10-14 tahun sebesar 61,86%, usia 15-19 tahun sebesar 56,43% dan 20-24 tahun sebesar 56,43%12.

Kurang aktifitas fisik yang menjadi faktor risiko DM juga terlihat tinggi pada anak. Pada tahun 2007 terlihat secara nasional hampir separuh penduduk (48,2%) usia 10 tahun keatas kurang melakukan aktifitas fisik. Pada usia 10-14 tahun sebesar 66,9% dan usia 15-24 tahun sebesar 52%. Pada tahun 2013 pada usia 10 tahun keatas kurang aktifitas fisik sebesar 26,1%, namun pada tahun 2018 meningkat menjadi 33,5%. 18,11

Prevalensi merokok setiap hari di Indonesia pada usia 10 tahun ke atas berdasar Riskesdas 2007 sebesar 23,7%, meningkat pada tahun 2013 menjadi 24,3% dan tahun 2018 stagnan pada angka 24,3%. Terlihat kecenderungan peningkatan proporsi merokok seiring dengan pertambahan usia yakni 0,7% pada anak usia 10-14 tahun, meningkat tajam pada usia 15-24 tahun menjadi 17,3%. Pada Riskesdas 2013 prevalensi perokok setiap hari pada kelompok usia 10-14 tahun sebesar 0,5%, pada usia 15-19 tahun meningkat menjadi sebesar 11,2% dan usia 20-24 tahun sebesar 27,2%19,20. Pada Riskesdas 2018 prevalensi perokok setiap hari pada kelompok usia 10-14 tahun sebesar 0,7%, pada usia 15-19 tahun meningkat menjadi sebesar 12,7% dan usia 20-24 tahun sebesar 27,3%19,20,12.

Dari data diatas terlihat jelas bahwa telah terjadi perubahan pola hidup masyarakat Indonesia, termasuk anak-anak yang dapat berujung pada meningkatnya prevalensi berbagai faktor risiko yang dapat berkembang menjadi penyakit tidak menular, termasuk DM.

9

III. BEBAN RISIKO MENJADI DIABETES MELITUS

Pada tahun 2018, tiap 10 anak balita di Indonesia terdapat 3 anak yang stunting. Anak yang 1000 hari pertama kehidupan kurang gizi akan mengalami pertumbuhan organ tubuh yang tidak optimal. Seorang anak yang menderita stunting, kemungkinan besar juga mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ antara lain pertumbuhan pankreas yang tidak optimal yang akan memicu terjadinya diabetes. Penelitian yang dilakukan pada ayam stunting menunjukkan terjadi fibrosis, vacuolation dan degenerasi dari sel asinar pankreas26. Anak yang mengalami kurang gizi pada 2 tahun pertama kehidupan dan jika kemudian mencapai kenaikan berat badan dengan cepat akan berisiko besar dengan penyakit yang terkait obesitas seperti gangguan metabolik yang tak diharapkan termasuk hipertensi, hiperlikemia dan dislipidemia27.

Kegemukan tidak hanya merupakan faktor risiko DM, tetapi juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK), sementara DM sendiri juga merupakan faktor risiko PJK4,10. Pada tahun 2007 di masyarakat Indonesia dengan usia 15 tahun keatas, didapatkan prevalensi DM 7,3% pada overweight, 9,1% pada obesitas dan hanya 4,4% pada BB normal. Obesitas berisiko 1,9 kali menderita DM dibanding BB normal10. Pada kelompok kegemukan usia muda 19-29 tahun didapatkan risiko hiperglikemia 1,8 kali dibanding BB normal28.

Obesitas pada anak merupakan beban bagi diri anak tersebut. Penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Denpasar Bali dari 1200 murid usia 8–11 tahun, didapatkan 11,7%

10

obesitas. Di antara anak obesitas yang dislipidemia sebesar 84,7%29.

Pada tahun 2007 di masyarakat Indonesia usia 15 tahun ke atas terlihat obesitas sentral berisiko 1,9 kali menjadi DM dibanding yang tidak obesitas sentral dan hipertensi berisiko 1,6 kali dibanding yg tidak hipertensi10.

Sebelum kondisi seseorang terdiagnosis DM biasanya diawali dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) atau pre diabetes30. Prevalensi prediabetes meningkat drastis di Indonesia dari tahun ke tahun. TGT pada usia 15 tahun ke atas pada tahun 2007 di daerah urban sebesar 10,2%19. Pada tahun 2013 di daerah urban dan rural TGT 29,9% dan GDPT sebesar 36,6%20. Faktor risiko prediabetes adalah kegemukan, aktifitas fisik kurang, hipertensi, dislipidemia dan riwayat keluarga diabetes. Prediabetes dapat berkembang menjadi DM, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Dengan pengendalian metabolisme yang baik, menjaga agar kadar gula darah berada dalam batas normal, maka komplikasi akibat diabetes dapat dicegah /ditunda8,14.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perkembangan prediabetes menjadi DM dapat dicegah atau diperlambat, dan kadar gula darah dapat kembali menjadi normal. Penelitian di Bogor Jawa Barat yang dilakukan pada tahun 2011, setelah 2 tahun kemudian memperlihatkan responden dengan GDPT dan TGT, mengalami perubahan menjadi DM, berturut-turut sebesar 13,5% dan 10,4%. Faktor yang paling berperan untuk menjadi DM adalah obesitas sentral, pre diabetes (TGT dan GDPT), hipertensi31. Prediabetes TGT yang ditemukan di Jakarta tahun 2007, setelah 2 tahun pada tahun 2009, ternyata 7,2% telah menjadi DM. Kelompok yang menjadi DM

11

cenderung memiliki lingkar pinggang yang meningkat. Pada kelompok yang menjadi normal sebesar 40,7%, ditemukan lingkar pinggang dan indeks massa tubuh (IMT) menurun. Pada TGT yang menjadi DM terlihat resistensi insulin lebih tinggi dan fungsi sel beta lebih rendah32.

DM tipe 2 sering tidak terdeteksi untuk jangka waktu yang lama dan baru terdeteksi ketika sudah mempunyai komplikasi penyakit. Beberapa studi menunjukkan prevalensi DM yang tidak terdeteksi sekitar 50%8. Pada tahun 2007 sejumlah 75-80% responden usia 15 tahun keatas yang terdiagnosis DM ketika survei, tidak mengetahui dirinya menderita DM dan jumlah sedikit menurun pada tahun 2013 yakni sebesar 65%10.20.

Dislipidemia seperti kolesterol tinggi merupakan faktor risiko diabetes dan penyakit jantung. Telah diketahui jika kolesterol darah tinggi maka fatty streak yang mengarah kepada pembentukan arterosklerosis telah terbentuk walaupun anak belum dewasa8. Tahun 2013 di Indonesia proporsi kolesterol tinggi 200 mg/dl atau lebih pada usia 15 tahun atau lebih didapat sebesar 35,9% dan pada usia 15-24 tahun sebesar 13,8%33. Hal tersebut berarti bahwa kelompok usia muda telah mempunyai faktor risiko DM dan jantung koroner27. Dislipidemia erat kaitannya dengan lingkungan dan gaya hidup, kebiasaan makan tinggi lemak terutama lemak jenuh dan kolesterol34.

Di Indonesia saat ini terlihat 9 dari 10 orang, anak dan dewasa tidak cukup mengonsumsi sayur buah 12. Penelitian memperlihatkan orang yang tidak mengkonsumsi sayur buah berisiko tiga kali menderita DM35.

Tahun 2018 di masyarakat Indonesia usia 10 tahun ke atas ditemukan tiap 10 orang ada 2-3 orang yang merokok setiap

12

hari12. Merokok merupakan faktor risiko untuk menderita DM tipe 2, karena nikotin pada rokok menurunkan sensitivitas insulin dalam otot. Efek buruk dari merokok yaitu meningkatkan risiko DM, meningkatkan komplikasi mikro dan makrovascular akibat adanya nikotin sebagai bahan aktif. Merokok berhubungan dengan terjadinya resisten insulin, peradangan dan dislipidemia36.

Penelitian kohort yang dilakukan di Jerman Selatan setelah 7 tahun, pada subjek usia 55-74 tahun yang tidak merokok tetapi terpapar dengan asap rokok mengalami risiko DM sebesar dua sampai tiga kali dan pada prediabetes yang terpapar asap rokok berisiko empat kali dibanding yang tidak terpapar. Pada yang merokok aktif berisiko DM dua sampai tiga kali dan subjek prediabetes yang merokok aktif berisiko tujuh sampai delapan kali37.

Studi gaya hidup di provinsi Sulawesi Selatan pada usia 15 tahun keatas menunjukkan bahwa perokok berisiko DM 2,9 kali dibanding yang tidak merokok30. Penelitian lain memperlihatkan bahwa merokok 20 batang rokok atau lebih per hari meningkatkan risiko DM satu sampai dua kali dibanding yang tidak merokok36.

Di sisi lain aktifitas fisik dapat mengurangi kejadian DM. Hasil penelitian menunjukkan kurang aktifitas fisik berisiko 1,1 kali terjadi hiperglikemia10,38. Pada tahun 2018 diantara 10 anak usia 10–14 tahun terdapat 6–7 anak kurang aktifitas fisik dan angka kejadian ini tidak berbeda dibanding tahun 2013 dan 200712,20,19. Tingginya beban risiko menuju DM yang telah muncul pada usia dini membutuhkan pendekatan pencegahan DM sejak dini.

13

IV. PENDEKATAN PENCEGAHAN DM SEJAK DINI

Peran epidemiologi penting untuk mengetahui besaran masalah kesehatan agar dapat dilakukan pencegahan/ pengendalian/ kontrol yang tepat di masyarakat. Masalah DM adalah sebuah masalah besar, sehingga pencegahan harus dilakukan secara komprehensif sampai ke tingkat masyarakat/komunitas dengan sasaran sejak awal kehidupan.

4.1. Pencegahan DM sejak Awal Kehidupan Seribu hari pertama kehidupan akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa mendatang. Baduta stunting yang ditemukan saat ini cukup tinggi yaitu 3 dari 10 anak. Pencegahan stunting harus dimulai sejak janin dalam kandungan. Program dan kebijakan untuk ibu hamil harus diimplementasikan agar ibu mengkonsumsi cukup makanan sehat bergizi agar pertumbuhan janin baik dalam kandungan dan nantinya ibu dapat memberikan ASI yang cukup kepada bayi. Menghindari konsumsi makanan yang tidak sehat seperti minuman soda gula, alkohol, tinggi lemak jenuh dan perlu lingkungan yg mendukung ibu untuk dapat melakukan aktifitas fisik8.

Pada waktu bayi berusia 6 bulan keatas, komposisi ASI secara fisiologis tidak lagi mencukupi kebutuhan pertumbuhan sehingga perlu tambahan makanan pendamping ASI (MPASI). Anak usia bawah dua tahun belum bisa makan sendiri dan sangat riskan menderita gizi kurang/buruk/stunting39. Pemberian MPASI seperti biskuit pada anak ikut menunjang pertumbuhan si anak, tetapi apakah mencapai sasaran untuk pertumbuhan optimal?. Makan biskuit setiap hari sebanyak 1/2-1 bungkus/hari menimbulkan rasa bosan pada anak dan akhirnya biskuit

14

tersebut dikonsumsi oleh anggota keluarga yang lain40. Seharusnya anak diberikan makanan lokal menu sehat gizi seimbang yang bervariasi tiap hari. Adanya dana desa seharusnya tidak dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur semata, akan tetapi kedepan seharusnya juga untuk pembangunan sumber daya manusianya. Pembangunan sumber daya manusia pedesaan dapat dilakukan melalui program pemberian makanan sehat pada anak, ibu hamil dan menyusui.

Ibu yang KEK dan anemia masih cukup tinggi di Indonesia. Ibu yang anemia dan atau KEK akan mempunyai perhatian yang kurang dalam merawat, mengasuh serta membesarkan anak dengan baik40.

Pencegahan kegemukan juga harus dimulai sejak anak dalam kandungan. Ibu hamil harus mengontrol berat badan jangan sampai berlebihan agar pertambahan berat badan si janin berjalan normal41.

Tak bisa disangkal lagi bahwa pencegahan dan terapi gangguan nutrisi parental (termasuk obesitas dan malnutrisi), promosi ASI, makan yang seimbang adalah penting untuk kesehatan bayi/anak dalam mencegah kekurangan gizi, obesitas dan kejadian DM tipe 2 pada generasi berikut42.

4.2. Pencegahan DM melalui Program Kesehatan Anak Prasekolah, Sekolah

Pada masa pra sekolah dan sekolah, orang tua dan anak perlu diberikan pendidikan mengenai pentingnya masalah gizi agar praktek makanan sehat dan aktifitas fisik dapat dilakukan dalam kehidupan harian23. Cadangan lemak yang banyak terutama pada obesitas akan dibakar

15

ketika melakukan olahraga43,44. Kegiatan program UKS harus ditingkatkan dengan mengikut sertakan peran orangtua. Makanan sehat dan aktifitas fisik perlu diprogramkan dalam jangka pendek dan jangka panjang pada anak untuk menjaga keseimbangan energi yang masuk dan keluar sehingga intervensi untuk mencegah obesitas dan DM tipe 2 dapat tercapai8. Intervensi pola hidup sehat pada 146 anak gemuk usia 8-11 tahun di kecamatan Menteng Jakarta tahun 2004, memperlihatkan output yang berhasil dengan mengikut sertakan peran orang tua dan guru UKS dalam meningkatkan aktifitas fisik anak dan menjaga konsumsi makanan. Setelah 3 bulan 2,1% anak yang semulanya mempunyai tekanan darah tinggi kembali normal dan 6,3% dari 9,8% anak yang mempunyai kolesterol tinggi dapat menjadi normal kembali. Terdapat perbedaan kenaikan indeks massa tubuh yang bermakna antara kelompok intervensi dan kontrol. Setelah 5 tahun (tahun 2009) dilakukan evaluasi dari 104 anak yang berhasil di hubungi kembali dengan sekolah mereka yang telah berpencar. Hasil yang didapat proporsi kegemukan menurun 18,3% dibanding tahun 2004. Dari 104 anak ditemukan hipertensi 2,9%, hiperglikemia darah puasa 9,6 % dan kolesterol tinggi 3,8%. Kemungkinan jika intervensi dipantau dan berkesinambungan akan menghasilkan output yang lebih baik45.

4.3. Pencegahan DM melalui Program Kesehatan Remaja dan Ibu

Pada masa remaja mencegah peningkatan BB setelah pertumbuhan cepat, memperhatikan makanan sehat dan menekankan perlunya aktifitas fisik serta bekerja/bergerak setiap hari, merupakan usaha yang bermanfaat untuk

16

pencegahan DM8. Ketika hamil, ibu harus cukup mendapat makanan bergizi dan pertambahan berat badan ibu harus optimal (untuk ibu dengan BB normal pertambahan BB 10-12,5 kg sampai melahirkan), tidak berlebihan. Ibu yang menderita hiperglikemia harus mempunyai kadar gula darah yang terkontrol42,46. Mencegah ibu agar tidak menderita kurang energi kronis (KEK) dan anemia akan mencegah bayi lahir dengan kurang gizi/stunting17. Setelah melahirkan (post partum), adanya kelebihan berat badan ibu harus diturunkan dengan olahraga dan konseling gizi. Memperhatikan gizi dan kesehatan yang baik untuk remaja putri dan wanita dewasa muda menjadi salah satu prinsip dasar membangun kesehatan masyarakat, agar menghasilkan generasi baru dengan kesehatan yang lebih baik8.

4.4 Perubahan Perilaku pada Tingkat Individu dan Masyarakat

Peningkatan pengetahuan anak, siswa/i sekolah,

remaja, dewasa, bumil tentang perilaku berisiko terhadap penyakit tidak menular kekhususan DM sangat diperlukan melalui tingkat interpersonal (keluarga, guru PAUD/TK, siswa-guru UKS, PKK); selanjutnya diperluas melalui tingkat komunitas di masyarakat (aksi gerakan masyarakat hidup sehat (Germas), program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga/PIS-PK). Para kader kesehatan harus gencar melakukan pendidikan gaya hidup sehat.

Pencegahan perilaku makan tinggi lemak, garam, gula, rokok serta meningkatkan aktifitas fisik harus dibiasakan sejak usia dini. Usaha ini merupakan salah satu strategi untuk mencegah dan mengontrol penyakit tidak menular termasuk DM8,21.

17

V. KESIMPULAN

Prevalensi DM semakin meningkat di Indonesia seiring berjalannya waktu, demikian juga prevalensi faktor risikonya. DM tipe 2 yang biasanya terdapat pada dewasa, sekarang sudah mulai terjadi pada anak. Berbagai faktor risiko DM sudah mulai terlihat pada anak, remaja dan dewasa muda. Prevalensi stunting, kegemukan, prediabetes dan gaya hidup yang tidak sehat cukup tinggi pada anak dan remaja. Kecenderungan faktor risiko yang telah terdapat pada usia dini membutuhkan pencegahan faktor risiko DM sejak dini, mulai dari 1000 hari pertama kehidupan (HPK), masa periode anak, dilanjutkan remaja, dewasa dan lansia.

Faktor individu/masyarakat sangat berperan, sehingga perlu dibentuk karakter individu yang berperilaku hidup sehat melalui pendidikan kesehatan yang dimulai sejak dari keluarga, dilanjutkan di sekolah dan di masyarakat. Berperilaku hidup sehat tidak memerlukan biaya yang mahal, hanya perlu usaha dan disiplin yang tinggi dari individu dan dukungan lingkungan, serta di tunjang dengan program pemerintah. Banyak program yang telah dibuat oleh pemerintah tetapi belum berjalan maksimal dan perlu lebih dikembangkan seperti program promkes lebih digalakkan melalui iklan, film, games/ hp, program penyuluhan, pendidikan kesehatan.

Program pencegahan DM sejak dini harus dilakukan secara terintegrasi, saling terkait sesuai siklus kehidupan sejak janin dalam kandungan, baduta, balita, anak, remaja, dewasa dan lansia yang merupakan lingkaran kegiatan yang tidak terputuskan. Perlu lebih digalakkan usaha promotif dan preventif di mulai dalam keluarga, posyandu, UKS, posbindu, PIS-PK, Germas. Program yang dijalankan harus berkesinambungan, saling berhubungan dan terintegrasi.

18

VI. PENUTUP

Berbagai tantangan telah terlihat sejak awal kehidupan yang dapat menyebabkan seseorang anak nantinya menjadi DM. Berbagai faktor risiko PTM kekhususan DM telah terdapat pada anak. Perlu dilakukan tatanan pengelolaan sistem program kesehatan agar dihasilkan kualitas manusia yang baik. Peran posyandu melalui kader perlu lebih ditingkatkan dalam memberikan pendidikan gizi untuk masyarakat kekhususan ibu hamil, ibu menyusui, memotivasi pemberian menu sehat gizi seimbang untuk bayi, baduta dan balita. Pemberian ASI tetap dicanangkan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak yang menginstruksikan agar pemberian ASI ekslusif hingga 6 bulan dan ASI diberikan sampai usia 2 tahun.

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu sangat dibutuhkan secara terus menerus. Saat sekarang pada umumnya kader belum dapat mendiagnosis stunting. Kader harus dilatih oleh Puskesmas selain menimbang BB, juga harus dapat mengukur tinggi badan dan membaca tabel untuk mendiagnosis stunting. Balita kekhususan baduta perlu dipantau secara khusus makan dan minumnya serta berat badan dan tinggi badan.

Pada anak telah terlihat gaya hidup yang tidak sehat. Usaha kesehatan sekolah (UKS) perlu lebih digalakkan melalui pendidikan gizi dan peningkatan aktifitas fisik. Saat sekarang UKS baru melakukan usaha superfisial seperti menimbang berat badan, melakukan PMT anak sekolah. UKS perlu ditingkatkan kegiatannya dengan melibatkan peran orang tua. Program UKS melalui pendidikan kesehatan di sekolah harus dapat meningkatkan kemampuan hidup sehat dan membentuk perilaku hidup sehat pada anak didik yang berkesinambungan

19

dan terpantau. UKS perlu ditingkatkan fungsinya dalam mencegah terjadinya anak gemuk dan kurus. Penerapan makanan sehat, gizi seimbang seperti pengaturan makanan kantin sekolah dengan menu makanan sehat dan hiegienis. Meningkatkan aktifitas fisik dengan adanya peraturan sekolah yang mengharuskan melakukan senam kesegaran jasmani sebelum pelajaran dimulai. Saat sekarang olahraga di sekolah dasar hanya 1 kali per minggu. Olahraga di sekolah perlu ditingkatkan minimal seminggu 3 kali dengan selang waktu 1-2 hari karena efek olahraga terhadap metabolisme tubuh hanya bertahan 1- 2 hari. Adanya kegiatan senam peregangan pada pagi dan siang hari, antar pergantian jam pelajaran sangat berguna untuk menambah kesegaran jasmani bagi anak-anak. Upaya kesehatan berbasis masyarakat perlu lebih digalakkan seperti promotif dan preventif terutama dalam pencegahan penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi, prediabetes dan DM. Deteksi dini faktor risiko prediabetes, DM dan PTM lainnya perlu lebih digalakkan di posbindu. Saat sekarang belum ada program untuk prediabetes. Prediabetes tidak boleh diabaikan karena merupakan calon DM, perlu mendapat perhatian dari pemegang program. Deteksi dini, program gaya hidup sehat perlu diterapkan pada prediabetes. Germas harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan Germas harus dimulai dari keluarga, khususnya sejak usia dini.

Penerapan PIS-PK lebih digalakkan untuk semua anggota keluarga. Remaja dan ibu serta anggota keluarga yang lain, perlu diberi penyuluhan gizi dan gaya hidup sehat. Puskesmas perlu mengontrol, membina dan meningkatkan fungsi dan kegiatan posyandu, UKS, posbindu, Germas, PIS-PK.

20

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas kasih dan karuniaNya, saya dapat menyelesaikan naskah orasi ini. Perkenankan saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo atas penetapan diri saya menjadi Peneliti Ahli Utama, Menteri Kesehatan, Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek Sp.M (K), Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Laksana Tri Handoko. M.Sc., selaku pembina jabatan fungsional peneliti dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dr. Siswanto, MHP, DTM, yang telah memberikan kesempatan terlaksananya upacara pengukuhan Profesor Riset hari ini. Terimakasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ketua, sekretaris, dan anggota Majelis Profesor Riset, Prof. Dr. dr. Lestari Handayani M.Med(PH)., Prof. Dr. Sudibyo Soepardi, Apt., M.Kes., dan Prof. Dr. drg. R. Niniek Lely Pratiwi M.Kes, serta Tim Penelaah Naskah Orasi Prof. dr. Emiliana Tjitra, MSc, Ph.D., Prof. Dr. drg. R. Niniek Lely Pratiwi M.Kes., dan Prof. Dr. Andria Agusta, yang telah memberikan bimbingan sehingga naskah orasi saya layak disampaikan pada sidang ini. Terima kasih dari hati yang tulus kepada Ibu Menteri Kesehatan RI periode 2012 - 2014, dr. Nafsia Mboi SpA (K), MPH., almarhumah Ibu Menteri Kesehatan periode 2009 – 2012 dr. Endang Sedyaningsih, Ph.D., Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan periode sebelumnya dr. Triono Soendoro, Ph.D., Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH., M.Si., Sp.F(K), Dr.dr. Trihono, MSc., Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K)., MARS., DTM & H., DTCE.

21

Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Sekretaris Badan Litbangkes, Dr. Nana Mulyana yang telah memberikan fasilitas, dan dukungan pada pelaksanaan orasi Profesor Riset ini. Juga terima kasih kepada Sesban periode sebelumnya Ria Soekarno, SKM, MCN yang telah memberi motivasi untuk menjadi Profesor Riset. Kepada Kepala Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Dr. dr. Irmansyah, Sp.KJ(K); Kepala Bidang dan Kepala Sub Bidang; Panitia Pembina Ilmiah di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan diucapkan banyak terima kasih atas kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada saya sehingga dapat dikukuhkan menjadi Profesor Riset. Terima kasih kepada Kepala Puslitbang periode tempat saya bekerja sebelumnya, Ibu Pretty Multihartina, Ph.D., Bpk Ondri Dwi Sampurno, Apt., M.Kes., Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH., Dr. Erna MPH, Dr. dr. Ingerani MPH almh., dan dr. Suriadi Gunawan MPH alm. Terima kasih juga kepada para Profesor Riset, Komisi Ilmiah, Tim Penilai Peneliti Pusat, Tim Penilai Peneliti Instansi dan Unit serta semua Teman-teman peneliti Balitbangkes dan Teman-teman struktural, yang telah memberi motivasi dan semangat serta dukungan, sehingga saya dapat mencapai jenjang Peneliti Ahli Utama dan dikukuhkan menjadi Profesor Riset. Rasa hormat dan terima kasih tak terhingga dari hati nurani yang paling dalam saya sampaikan kepada kedua orangtua tercinta, almarhum bapak Fransiskus Konadi dan almarhumah Ibu Rika Halim yang dengan penuh kasih, mendidik, membimbing dan memberi teladan, serta mendorong saya untuk belajar dan bekerja secara tekun, rajin, disiplin dan penuh rasa tanggung jawab. Juga terima kasih khusus kepada kedua mertua almarhum bapak Mihardja dan almarhumah ibu

22

Lanny Yap yang selalu memberi semangat dan dorongan kepada saya dalam berkarier. Terima kasih yang tulus ditujukan kepada suami tercinta Dr. dr. Hasan Mihardja Sp.Akp (K), kepada kedua putri dr. Lydia, AAK, MH.Kes., dr. Maria Lisa serta menantu dr. Yoshua Viventius yang telah mendukung dan mendoakan dalam perjalanan saya berkarir di dunia penelitian kesehatan dan menjadi Profesor Riset. Juga terima kasih saya sampaikan kepada seluruh keluarga dekat tercinta untuk doa, kasih sayang, dukungan dan kebersamaan. Terima kasih kepada Guru saya mulai dari SD, SMP dan SMA di Padang, para dosen di FK Universitas Andalas Padang, Program Pasca Sarjana Gizi Universitas Indonesia, Kolegium Ilmu Gizi Klinik dan Program Pasca Sarjana Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Jakarta. Terima kasih kepada Panitia Penyelenggara Pengukuhan Profesor Riset dan Sekretariat Badan Litbangkes, LIPI dan Kementerian Kesehatan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya. Kepada semua hadirin saya mengucapkan banyak terima kasih untuk kehadiran dan perhatiannya. Semoga orasi ini bermanfaat untuk pencegahan DM. Mohon maaf jika ada kekeliruan dalam penulisan maupun ucapan yang mungkin tidak berkenan. Sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih melimpahkan berkatNya kepada kita semua.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Diabetes. Fact sheets. Geneva: World Health Organization; 30 Oktober 2018.

2. Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Balitbang Kemenkes dengan Institute for Health Metrics and Evaluation. Analisis beban penyakit nasional dan sub nasional Indonesia 2017. Balitbang Kemenkes; 2018

3. Mihardja L, Delima, Massie RGA, Karyana M, Nugroho P, Yunir E. Prevalence of kidney dysfunction in diabetes mellitus and associated risk factors among productive age Indonesian. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders 2018; 17 (1): 53-61.

4. Delima D, Mihardja L, Siswoyo H. Prevalensi dan faktor determinan penyakit jantung di Indonesia Hasil Riskesdas 2007. Bulletin Penelitian Kesehatan 2009; 37 (3): 142-159.

5. Mihardja L, Lolong DB, Ghani L. Prevalensi diabetes melitus pada tuberkulosis dan masalah terapi. Ekologi Kesehatan 2015; 14 (.4) : 350-358.

6. Lolong DB, Pangaribuan L, Mihardja LK, Dwihardiani B, Farid MN, Suriani O, dkk. Survei prevalensi tuberkulosis 2013-2014. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI; 2015.

7. Isfandari, Mihardja L. Gambaran disabilitas pada penduduk dengan diabetes melitus di Indonesia , Riskesdas 2013. Buletin Penelitian Kesehatan 2017; 45 (4): 267- 274.

8. World Health Organization. Global report on diabetes. Geneva: World Health Organization; 2016.

24

9. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta; PB PERKENI; 2015, p. 1.

10. Mihardja L, Delima, Siswoyo H, Ghani L, Soegondo S. Prevalence and determinants of diabetes mellitus and impaired glucose tolerance in Indonesia. Acta Medica Indonesiana 2009; 41(4): 169-172.

11. Mihardja LK, Delima, Soetiarto F, Suhardi, Kristanto AY. Penyakit tidak menular. Dalam: Laporan Riskesdas, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan; 2013: 87-89 dan 253-254.

12. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan; 2019.

13. Jaminan Sosial Indonesia. Empat penyakit yang mendominasi pengeluaran BPJS kesehatan. Jawa Pos 28 Agustus 2017.

14. World Health Organization. Diabetes mellitus. Fact sheet N”138”. Geneva: WHO; 2019.

15. Jiang X, Ma H, Wang Y. Early life factors and type 2 diabetes mellitus. Journal of Diabetes Research 2013; doi:10.1155/2013/485082.

16. Mihardja L, Werdhasari A, Dhani F, Novita R, Rinendyaputri R, Nikmah UA dkk. Diabetes melitus di Indonesia. Prevalensi dan intensifikasi penanggulangan. Jakarta: 2019. Buku Ilmiah on progress.

25

17. Achadi EL, Kusharisupeni, Prawitasari T, Indriastuti YA, Mihardja LK, Setiarini A dkk. 1000 hari pertama kehidupan. Jakarta: PDRC dan PDGMI; 2017.

18. Indriastuti YA, Mihardja LK, Achadi EL, Prawitasari T, Kusharisupeni, Utari DM, dkk. Kesehatan remaja. Jakarta: PDRC dan PDGMI; 2017.

19. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Riskesdas 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan; 2008.

20. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan; 2014.

21. World Health Organization. Childhood overweight and obesity. Geneva: WHO; 2016.

22. Sinha R, Fisch G, Teague B. Prevalence of impaired glucose tolerance among children and adolescents with marked obesity. N Engl J Med 2002; 346 (11): 802-10.

23. Mihardja L, Suharyanto F, Ghani L, Kusumawhardani N, Pratiwi D, Adimunca C dkk. Penanganan kegemukan pada anak sekolah dasar di kecamatan Menteng Jakarta Pusat melalui usaha kesehatan sekolah dan penyertaan peran orangtua. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2007; 17 (3): 1-9.

24. Nugroho P. Pramono L, Mihardja L, Suhardjono. Hypertension and kidney dysfunction in adult population Indonesia. Journal Hypertension 2015; doi: 10.1097/01.hjh.0000469882.58487.af.

25. Mihardja L. Obesitas dan penatalaksanaan diet. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2004; XIV (1) : 60-64.

26

26. Qamar MF, Aslam H, Jahan N. Histopathological studies on stunting syndrome in broilers, Lahore, Pakistan. Vet Med Int 2013; 212830. doi 10. 1155/2013/212830.

27. Rolfe EDL, Araujo de Franca GV, Vianna CA, Gigante DP, Miranda JJ, Yudkin JS et al. Associations of stunting in early childhood with cardiometabolic risk factors in adulthood. PloS One 2018; 13(4): e0192196. doi.org/10.1371/journal.pone.0192196.

28. Mihardja L, Soetrisno U. Prevalence and determinant factors for overweight and obesity and degenerative diseases among young adults in Indonesia. Jafes (journal of the Asean Federation of Endocrine Societies) 2012; 27 (1): 77-78.

29. Mudita IB. Gambaran darah lengkap dan profil lipid pada anak sekolah dasar dengan obesitas di Denpasar. Sari Pediatri 2007; 8(4), 322-326.

30. Waris L, Mihardja LK, Pratomo H, Lampe M, Soewondo P, Djuwita R, Ranoatmodjo S. Understanding pre-diabetic life style as a determinant factor of type-2 diabetes Mellitus in South Sulawesi Province, Indonesia. Indian Journal of Publich Health 2018; 9 (3) : 86-92.

31. Sirait AM, Sulistiowati E, Sihombing M, Kusuma A, Idayani S. Insiden dan faktor risiko diabetes melitus pada orang dewasa di kota Bogor. Studi kohor prospektif faktor risiko penyakit tidak menular. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 2015; 18 (2): 151-160.

32. Mihardja L, Delima, Alwi Q, Ghani L, Nainggolan O, Raflizar. Follow up toleransi glukosa terganggu Riskesdas 2007 di DKI Jakarta pada tahun 2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 2014; 17 (3) : 233-239.

27

33. Mihardja L, Soetrisno U, Soegondo S. Prevalence and clinical profiles of diabetes mellitus in productive urban Indonesians. Journal of Diabetes Investigation. 2014; 5 (5) : 507-512.

34. Mihardja L. Pengaruh beberapa diet terhadap hyperlipidemia. Media Penelitian dan Pengembangan Indonesia. 1999; IX (2) : 8-13.

35. Du H, Li L, Bennett D, Guo Y, Turnbull I, Yang L et al. Fresh fruit consumption in relation to incident diabetes and diabetic vascular complications: A 7-y prospective study of 0.5 million Chinese adults. PloS Med 2017; 14(4): e1002279. doi.org/10.1371/journal.pmed.1002279.

36. Chang SA. Smoking and type 2 diabetes mellitus. Diabetes Metab J. 2012 Dec; 36(6): 399-403.

37. Kowall B, Rathmann W, Strassburger K, Heier M, Holle R, Thorand B et al. Association of passive and active smoking with incident type 2 diabetes mellitus in the elderly population: the KORA S4/F4 cohort study. Eur J Epidemiol. 2010 Jun;25(6):393-402. doi: 10.1007/s10654-010-9452-6.

38. Ghaderpanahi M, Fakhrzadeh H, Sharifi F, Badamchizade Z, Mirarefin M, Ebrahim RP et al. Association of physical activity with risk of type 2 diabetes. Iran J Public Health. 2011; 40(1): 86–93.

39. Prawitasari T, Achadi EL, Indriastuti YA, Mihardja LK, Putra WKY, Setiarini A dkk. Gizi Seimbang untuk bayi dan anak usia 0-24 bulan. Jakarta: PDRC dan PDGMI; 2017.

28

40. Lamid A, Mihardja L, Pratiwi D, Afriansyah N, Fitriana S, Sri Hartati N. Studi implementasi penanganan balita gizi kurus (gizi kurang) dan balita sangat kurus (gizi buruk) di Puskesmas. Jakarta: Laporan Penelitian, 2017.

41. Pandita A, Sharma D, Pandita D, Pawar S, Tariq M and Kaul A. Childhood obesity: prevention is better than cure. Diabetes Metab Syndr Obes. 2016; 9: 83–89.

42. Bartz S, Freemark M. Pathogenesis and prevention of type 2 diabetes: parental determinants, breastfeeding, and early childhood nutrition. Curr Diab Rep. 2012 Feb;12(1):82-7. doi: 10.1007/s11892-011-0246-3.

43. Mihardja L. Pengaruh bentuk latihan senam dan motivasi terhadap kadar glukosa darah puasa. Jakarta: Disertasi; 2004

44. Mihardja L. Sistim energi dan zat gizi yang diperlukan pada olahraga aerobik dan anaerobik Majalah Gizi Medik Indonesia 2004; 3 (9) : 9-13

45. Tuminah S, Mihardja L, Adimuntja C, Sihombing M, ana L, Ghani L. Mencegah kegemukan. Jakarta: Laporan Penelitian; 2009.

46. Mihardja L. Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada penderita diabetes melitus di perkotaan Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 2011; 9: 418-424.

29

DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH

Jurnal Internasional

1. Mihardja L, Delima D, Siswoyo H, Ghani L, Soegondo S. Prevalence and determinants of diabetes mellitus and impaired glucose tolerance in Indonesia (a part of basic health research/Riskesdas). Acta Medica Indonesiana 2009; 41(4):169-174.

2. Mihardja L, Soetrisno U. Prevalence and determinant

factors for overweight and obesity and degenerative diseases among young adults in Indonesia. Jafes (journal of the Asean Federation of Endocrine Societies) 2012; 27 (1): p.77-78.

3. Mihardja L, Soetrisno U, Soegondo S. Prevalence and

clinical profiles of diabetes mellitus in productive urban Indonesians. Journal of Diabetes Investigation. 2014; 5 (5): 507-512.

4. Nugroho P, Pramono L, Mihardja L, Suhardjono.

Hypertension and kidney dysfunction in adult population Indonesia. Journal Hypertension. 2015; doi: 10.1097/01.hjh.0000469882.58487.af.

5. Mihardja L, Delima, Massie RGA, Karyana M, Nugroho

P, Yunir E. Prevalence of kidney dysfunction in diabetes mellitus and associated risk factors among productive age Indonesian. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders. 2018; 17 (1): 53-61.

30

6. Waris L, Mihardja LK, Pratomo H, Lampe M, Soewondo P, Djuwita R, Ranoatmodjo S. Understanding pre-diabetic life style as a determinant factor of type-2 diabetes mellitus in South Sulawesi Province, Indonesia. Indian Journal of Publich Health 2018; 9 (3) : 86-92.

Jurnal Nasional

7. Mihardja L. Nutrisi enteral. Majalah Kedokteran Indonesia 1994; 44 (3): 174-179.

8. Mihardja L, Sri Kurniati. Penatalaksanaan nutrisi pada sindrom nefrotik. Majalah Kedokteran Indonesia 1994; 44 (12): 791-793.

9. Mihardja L. Zat Gizi yang berhubungan dengan pembentukan tumor. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXII, 1994; 11: 705-707.

10. Mihardja L.. Defisiensi zat besi dan pola makan serta hubungan dengan absorpsi laktosa pada anak 1-2 tahun tanpa kkp di posyandu kelurahan Utan Kayu Selatan Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran 1996; 111 : 5-8

11. Mihardja L. Gout. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXIV, 1996; 10: 678–681.

12. Mihardja L. Pengaruh beberapa diet terhadap hyperlipidemia. Media Penelitian dan Pengembangan Indonesia. 1999; IX (2) : 8-13

13. Mihardja L, Adimunca C, Widowati L, Raflizar R., Pujiastuti P. Winarno W dkk. Manfaat ekstrak Etanol Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L.) sebagai laktagogum pada tikus putih yang menyusui. Buletin Penelitian Kesehatan 2001; 29 (3): 118-125.

31

14. Mihardja L, Adimunca C, Winarno, Gita R, Raflizar. Penelitian manfaat ekstrak buah terung ngor, buah mengkudu dan biji mahoni dalam menurunkan glukosa darah pada hewan percobaan. Jakarta: Laporan Penelitian; 2003.

15. Mihardja L. Obesitas dan Penatalaksanaan Diet. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2004; XIV (1): 60-64.

16. Ghani L, Tana L, Mihardja L, Delima. Surveilans Epidemiology Penderita Campak yang datang ke RSCM Jakarta tahun 2000 – 2002. Majalah Kesehatan Masyarakat 2004; 70: 24-28.

17. Mihardja L. Pengaruh Bentuk Latihan Senam dan Motivasi terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa. Jakarta: UNJ: Disertasi; 2004.

18. Mihardja L. Sistim Energi dan Zat Gizi yang diperlukan pada Olahraga aerobik dan anaerobik . Majalah Gizi Medik Indonesia 2004; 3 (9) : 9-13.

19. Alwi Q, Mihardja LK. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan dan Obat-obatan Ibu-ibu Suku Pantai dan Suku Gunung Papua. Majalah Kesehatan Masyarakat 2004; 71: 20-25.

20. Mihardja L. Peran Glutation sebagai Antioksidan dalam tubuh. Majalah Kedokteran Indonesia 2005; 55 (1).

21. Mihardja L, Suharyanto F, Ghani L, Kusumawhardani N, Pratiwi D, Adimunca C dkk. Penanganan Kegemukan pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat melalui Usaha Kesehatan Sekolah dan Penyertaan Peran Orangtua. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2007; 17 (3): 1- 9.

32

22. Mihardja L, Kurniati S. Nutrisi pada Bayi Prematur. Majalah Kedokteran UKI 2007; 4 (2), 153-159.

23. Tana L, Mihardja L, Rif'ati L. Merokok dan usia sebagai faktor risiko katarak pada pekerja berusia 30 tahun di bidang pertanian. Universa Medicina 2007; 26 (3) :120-128.

24. Mihardja L, Rofiq A. Diabetes Melitus. Hasil Riskesdas 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan; 2008.

25. Mihardja L, Tana L, Ghani L. Kebiasaan Makan Sayur dan Buah pada Petani yang Berkaitan dengan Kejadian Katarak di Kecamatan Teluk Jambe Jawa Barat. Gizi Indonesia 2008; 31 (2): 83-92.

26. Delima D, Mihardja L, Siswoyo H. Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia Hasil Riskesdas 2007. Bulletin Penelitian Kesehatan 2009; 37(3): 142 – 159.

27. Tuminah S, Mihardja L, Adimuntja C, Sihombing M, , Tana L, Ghani L. Mencegah Kegemukan. Jakarta: Laporan Penelitian; 2009

28. Mihardja L, Delima, Alwi Q, Ghani L, Raflizar, Nainggolan O. Faktor Risiko Terbesar dan Masalah Pengendalian Diabetes Melitus di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat. Jakarta: Laporan Penelitian; 2010.

29. Mihardja L. Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada penderita diabetes melitus di perkotaan Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 2011; 9: 418- 424.

33

30. Mihardja LK, Delima, Soetiarto F, Suhardi, Kristanto AY. Penyakit Tidak Menular. Dalam: Laporan Riskesdas, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan; 2013: 87-89 dan 253-254.

31. Mihardja L, Delima, Alwi Q, Ghani L, Nainggolan O, Raflizar. Follow up Toleransi Glukosa Terganggu Riskesdas 2007 di DKI Jakarta pada tahun 2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 2014; 17 (3) : 233-239.

32. Yunarto N, Elya B, Mihardja L,. Potensi Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Gambir sebagai Anti Hiperlipidemia. Jurnal Kefarmasian Indonesia 2015; .5 (1): 1-10.

33. Mihardja L, Lolong DB, Ghani L. Prevalensi Diabetes Melitus pada Tuberkulosis dan Masalah Terapi. Ekologi Kesehatan 2015; 14 (.4): 350-358.

34. Mihardja L, Lolong DB, Ghani L, Pangaribuan L, Tedja T, Irianto J dkk. Angka Kematian dan Faktor Risiko Stroke sebagai Penyebab Kematian di Kab Padang Pariaman Sumatera Barat. Buletin Penelitian Kesehatan 2016; 44 (4): 227-236.

35. Ghani L, Mihardja L, Delima. Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan 2016; 44 (1 ): 49-58.

36. Lamid A, Mihardja L, Pratiwi D, Afriansyah N, Fitriana S, Sri Hartati N dkk. Studi Implementasi Penanganan Balita Gizi Kurus (Gizi Kurang) dan Balita sangat kurus (Gizi Buruk) di Puskesmas. Jakarta: Laporan Penelitian; 2017.

37. Isfandari, Mihardja L. Gambaran Disabilitas pada Penduduk dengan Diabetes Mellitus di Indonesia,

34

Riskesdas 2013. Buletin Penelitian Kesehatan 2017; 45 (4): 267-274.

38. Marleta R, Mihardja L, Sariaji K, Dhani F. Prevalensi Hasil Pemeriksaan Kimia Klinis Lipid dan Glukosa pada Masyarakat Indonesia serta Nilai Rentangan & Rerata pada Penduduk “Sehat”. Jurnal biotek Medisiana 2017; 6 (2): 105-115.

39. Lamid A, Mihardja L, Afriansyah N, Christijani R, Simanungkalit B. Pengasuhan Balita Gizi Sangat Kurusyang Mengikuti Pemulihan Gizi di puskesmas. Journal Penelitian Gizi dan Makanan 2018; 41 (2).

Buku

40. Lukito W, D Dillon DHS, Mihardja L, Latief D, Ed. Peran Gizi Klinik dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia guna Menunjang Pembangunan Nasional. Buku Prosiding Seminar Gizi Klinik. Jakarta: PDGMI; 1997.

41. Mihardja L, Soemantri S, Djaja S, Setyowati S. Mortalitas Penyakit Kardiovaskular serta beberapa factor yang berkorelasi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI; 1997.

42. Kusharisupeni, Achadi EL, Prawitasari T, Indriastuti YA, Mihardja LK, Setiarini A dkk. Anemia Remaja. Jakarta: PDRC dan PDGMI; 2017

43. Indriastuti YA, Mihardja LK, Achadi EL, Prawitasari T, Kusharisupeni, Utari DM dkk. Kesehatan Remaja. Jakarta: PDRC dan PDGMI; 2017.

44. Achadi EL, Kusharisupeni, Prawitasari T, Indriastuti YA, Mihardja LK, Setiarini A dkk. 1000 Hari Pertama Kehidupan. Jakarta: PDRC dan PDGMI; 2017.

35

45. Putra WKY, Setiarini A, Achadi EL, Kusharisupeni, Pujonarti SA, Prawitasari T, Indriastuti YA, Mihardja LK. Gizi Seimbang. Jakarta: PDRC dan PDGMI; 2017.

46. Prawitasari T, Achadi EL, Indriastuti YA, Mihardja LK, Putra WKY, Setiarini A dkk. Gizi Seimbang untuk bayi dan anak usia 0-24 bulan. Jakarta: PDRC dan PDGMI; 2017.

47. Rahajeng, E, Ramayulis R, Mihardja L, Renowati TS, Hamzah H, Andinisari S, dkk. Waspadai Bahaya Obesitas. Jakarta: Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2014.

48. Lolong DB, Pangaribuan L, Mihardja LK, Dwihardiani B, Farid MN, Suriani O dkk. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI; 2015.

49. Mihardja L, Werdhasari A, Dhani F, Novita R, Rinendyaputri R, Nikmah UA dkk. Diabetes melitus di Indonesia. Prevalensi dan Intensifikasi Penanggulangan. Jakarta: 2019. Buku Ilmiah (on progress).

50. Mihardja L, Risqa. Apa itu prediabetes? Jakarta: 2019. Buku ilmiah popular (on progress).

36

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi Nama : Dr. dr. Laurentia Konadi

Mihardja M.S, Sp.GK Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 2 Februari 1955 Anak ke : 4 dari 6 bersaudara Jenis kelamin : Perempuan Nama Ayah Kandung : Fransiskus Konadi (alm) Nama Ibu Kandung : Rika Halim (almh) Nama Suami : Dr. dr. Hasan Mihardja,

Sp.Akp (K) Jumlah Anak : 2 (dua) Nama Anak : 1. dr. Lydia Mihardja

AAK, M.H Kes 2. dr. Maria Lisa

Nama Menantu : dr. Yoshua Viventius Nama Instansi : Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Judul Orasi : Pencegahan Diabetes

Melitus melalui Pengendalian Faktor Risiko sejak Dini.

Bidang Kepakaran : Epidemiologi dan Biostatistik

No. SK Pangkat Terakhir : 68/K Tahun 2014 No. SK Peneliti Ahli Utama : 132/M Tahun 2014

37

B. Pendidikan Formal

No. Jenjang Nama Sekolah/PT/Universitas

Kota Tahun Lulus

1. SD Santa Agnes Padang 1967 2. SMP Maria Padang 1970 3. SMA Don Bosco Padang 1973 4. S1 Kedok

teran Kedokteran Univ. Andalas

Padang 1980

5. Dokter Umum

Kedokteran Univ. Andalas

Padang 1982

6. S2 Universitas Indonesia Jakarta 1993 7. Spesialis Gizi Klinik F.K.U.I Jakarta 2004 8. S3 Pendidikan Olahraga

Universitas Negeri Jakarta

Jakarta 2004

C. Pendidikan Non Formal

No. Nama Pelatihan/Pendidikan Tempat/Kota Tahun 1. Keluarga Berencana Pontianak 1985 2. Penataran Dokter

Puskesmas PPI Pontianak 1986

3. Course in Research Ethics Manila, Filipina

2005

4. Master of Trainer Riset Kesehatan Dasar

Bandung 2007

5. Good Clinical Practice Jakarta 2008 6. Pelatihan Peningkatan Sistem

Registrasi Kematian Jakarta 2010

7. Pelatihan PDBK Bandung 2011 8. Workshop Management Data Bogor 2011

38

9. Basic Concept of Clinical Epidemiology

Jakarta 2011

D. Riwayat Jabatan Struktural

Tahun Nama Jabatan/ Eselon Nama Instansi

1983-1987

Kepala Puskesmas Kecamatan Sejangkung dan Kecamatan Simpang Empat

Dinas Kesehatan Kab. Sambas, Kalbar

1987-1989 Kepala Laboratorium RSUD Budhi Asih, Jakarta

E. Jabatan Fungsional

No. Jenjang Jabatan TMT Jabatan 1. Ajun Peneliti Muda 1 Juli 1995 2. Ajun Peneliti Madya 1 Desember 1996 3. Peneliti Muda 1 November 2000 4. Peneliti Madya I 1 November 2004 5. Peneliti Madya II 31 Maret 2006 6. Peneliti Madya III 1 April 2010 7. Peneliti Ahli Utama I 1 Agustus 2013 8. Peneliti Ahli Utama II 31 Agustus 2018

39

F. Penugasan Khusus Nasional/Internasional

No. Jabatan/Pekerjaan Pemberi Tugas Tahun 1. Anggota Tim Penilai

Teknisi Litkayasa Kepala Badan Litbangkes

1996

2. Anggota Komisi Etik Badan Litbangkes

Kepala Badan Litbangkes

2004

3. Mewakili Indonesia dalam rapat obesity di Manila

Kemenkes 2006

4. Anggota Panitia Pembina Ilmiah Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi

Kapuslitbang 2006

5. Dokter Gizi Atlet Atletik PB PASI 2000-2005

6. Tim Teknis Biomedis Riset Kesehatan Dasar 2007

Kepala Badan Litbangkes

2007

7. Penanggung Jawab Teknis Riskesdas Provinsi Kalbar

Kepala Badan Litbangkes

2007

8. Anggota Komite Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kepala Badan Litbangkes

2008

9. Anggota dan Sekretaris Komisi Ilmiah Badan Litbangkes

Kepala Badan Litbangkes

2009

10. Anggota Tim Teknis Riset Pembinaan Kesehatan

Kepala Badan Litbangkes

2010

11. Anggota dan Sekretaris Komisi Ilmiah Badan Litbangkes

Kepala Badan Litbangkes

2010

12. Reviewer the 1st International Symposium

Kepala Badan Litbangkes

2011

40

on Health Research and Development

13. Penanggung Jawab Teknis Rifaskes Provinsi Kalbar

Kepala Badan Litbangkes

2011

14. Wakil Ketua PPI Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehat- an

Kapuslitbang 2012

15. Koordinator Tim Teknis Blok PTM Riset Kesehatan Dasar 2013

Kepala Badan Litbangkes

2013

16. Ketua Tim Penilai Peneliti Instansi

Kepala Badan Litbangkes

2014

17. Reviewer pada Simposium Nasional

Kepala Badan Litbangkes

2015

18. Anggota Panitia Pembina Ilmiah Pusat Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Kesehatan

Kapuslitbang 2016

19. Penanggung Jawab Teknis Sirkesnas Provinsi NTT

Kepala Badan Litbangkes

2016

20. Penanggung Jawab Teknis Risnakes Provinsi NTT

Kepala Badan Litbangkes

2017

21. Penanggung Jawab Teknis Riskesdas Provinsi NTT

Kepala Badan Litbangkes

2018

22. Reviewer Riset Iptekes Kepala Badan Litbangkes

2018

23. Reviewer dan Pendamping Riset Pembinaan Kesehatan Daerah

Kepala Badan Litbangkes

2019

41

G. Keikutsertaan dalam Kegiatan Ilmiah

No. Nama Kegiatan Peran/Tugas Penyelenggara (Kota, Neg)

Tahun

1. Symposium on Coronary Diseases

Peserta FK Universitas Indonesia

1995

2. Simposium dehidrasi dan Rehidrasi

Peserta FK Universitas Indonesia

1995

3.

Simposium Nasional II

Pembicara Unit Kesehatan Sekolah Plus

Balitbangkes Jakarta

2005

4. Lokakarya Pembentukan Tim Pelatih Reaksi Cepat terhadap Pandemi Flu Burung

Pembicara Aspek Etika Pengendali-an Flu Burung

Balitbangkes, Denpasar, Bali

2005

5. Simposium Nasional III

Pembicara Prevalensi Diabetes Melitus dan factor Risiko

Balitbangkes, Jakarta

2006

6. Master of Trainer Riset Kesehatan Dasar 2007

Pengajar dan Peserta

Balitbangkes, Bandung

2007

42

7. Simposium Nasional IV

Pembicara DM dan TGT dalam RKD

Balitbangkes, Jakarta

2008

8. Symposium Nasional V

Pembicara Hasil RKD Biomedis

Kemenkes, Jakarta

2009

9. Seminar Pembangunan Kesehatan

Pembicara Masalah Kesehatan Generasi Penerus

Kemenkes, Jakarta

2009

10. Workshop Komite Etik Penelitian

Pembicara Etik pada Penelitian

Politeknik Kesehatan Depkes Malang

2009

11. Symposium on Metabolism & Clinical Nutrition 2009

Peserta Universitas Indonesia

2009

12. 6th Asia Oceania Conference on Obesity

Pembicara Overweight and Obesity

Manila , Filipina

2010

13. Seminar Estetika

Pembicara Gizi untuk Obesitas

PDPKT, Jakarta

2011

14. 6 th International Symposium on Metabolism & Clinical Nutrition

Peserta Universitas Indonesia

2011

43

15. The1st International Symposium on Health Research & Development

Pembicara Dyslipide-mia among Diabetes Mellitus

Badan Litbangkes, Denpasar

2011

16. 9 th International Diabetes Federation Western Pacific Region Conggress

Pembicara Prevalence and clinical profiles of diabetes mellitus in productive Indonesians

Kyoto, Japan 2012

17. Seminar “Review on the development of guidelines on the micronutrient supplementation and dietary diversification

Pembicara Nutritional Status of Adolescent and Degenerati-ve Diseases.

PDGMI, Jakarta

2015

18. Seminar Internasional as part of the 52nd Indonesia Health Day

Pembicara Prevalence of Kidney Dysfunction in DM

Balitbangkes. Jakarta

2016

19. TOT Survei Indikator Nasional

Peserta Balitbangkes, Jakarta

2016

. 20. TOT Riset Penyakit Tidak

Pengajar Balitbangkes, Jakarta

2016

44

Menular . 21. Workshop PJT

Provinsi dan Kab/kota Riset Ketenagaan,

Peserta Balitbangkes, Jakarta

2017

H. Keterlibatan dalam Pengelolaan Jurnal Ilmiah

Terakreditasi

No. Nama Jurnal Penerbit Peran/Tugas Tahun

1. HSJI Badan Litbangkes

Editor 2015

2. Media Litbangkes

Badan Litbangkes

Reviewer 2012

3. Jurnal Gizi dan Makanan

Badan Litbangkes

Reviewer 2012

4. Jurnal Biotek Biomedisiana

Badan Litbangkes

Reviewer 2012

I. Karya Tulis Ilmiah

No. Kualifikasi Penulis Jumlah

1. Penulis Tunggal 26

2. Bersama Penulis Lainnya 24

Total 50

45

No. Kualifikasi Bahasa Jumlah

1 Bahasa Indonesia 44

2 Bahasa Inggris 6

Total 50

J. Pembinaan Kader Ilmiah Pejabat Fungsional Peneliti

No. Nama Instansi Peran/Tugas Tahun

1. dr. Sunu Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2010

2. Ika Dhamayanti, SKM

Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2010

3. Tumaji, SKM

Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2010

4. Liestiana Indriyanti

Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2010

5. M Rasyid Ridha, SKM

Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2011

6. Budi Setyawati, SP

Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2011

7. Rika Rachmawati,

Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2011

46

SP

8. Nazarina, MCN

Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2011

9. dr. Antonius Octavian

Badan Litbangkes

Pembimbing Risbinkes

SK 2011

10. dr. Asri Badan Litbangkes

Pembimbing protokol dan laporan

2012

11. dr. Frans Dani

Badan Litbangkes

Pembimbing laporan

2017

12. dr. Nova Sri hartati

Badan Litbangkes

Pembimbing laporan

2018

Mahasiswa

No. Nama PT/Universitas Peran/Tugas Tahun

1. Aziza Fitriani

Persada Husada Indonesia

Pembimbing 2010

2. Suendi Persada Husada Indonesia

Pembimbing 2011

3. Roni Universitas Pancasila

Pembimbing 2011

4. Deddi Persada Husada

Pembimbing 2012

47

Indonesia

5. Dedy Irawan

Univ. Indonesia

Penguji S2 2013

6. Rianti Wenny

Persada Husada Indonesia

Pembimbing 2014

7. Lia Kurniati

Persada Husada Indonesia

Pembimbing 2014

8. Nanang Yunarto

Univ. Indonesia

Pembimbing S2 2015

9. Lukman Waris

Univ. Indonesia

Penguji S3 2016

10. Syifa Univ. Indonesia

Penguji S2 2018

K. Organisasi Profesi Ilmiah

No. Jabatan Nama Organisasi Tahun 1. Anggota Ikatan Dokter Indonesia

(IDI) 1984-sekarang

2. Pengurus Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI)

2004-sekarang

3. Pengurus Asosiasi Doktor Pendidikan Indonesia

2005-2010

4. Pengurus dan Anggota

Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI)

2008-2011 dan 2012 -

48

sekarang 5. Pengurus

dan Anggota

Asosiasi Peneliti Kesehatan Indonesia (Apkesi)

2009-2012 dan 2019-sekarang

6. Anggota Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo)

2017-sekarang

L. Tanda Penghargaan

No. Nama Penghargaan Pemberi Penghargaan

Tahun

1. Bakti Karya Husada Dwi Windu

Menteri Kesehatan R.I

2006

2. Satyalancana Karya Satya XXX Tahun

Presiden R.I 2014

49