Orasi Pak Furqon

37
PEMBANGUNAN OLAHRAGA BAGIAN INTEGRAL DARI PEMBANGUNAN BANGSA Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Keolahragaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Disampaikan dalam Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal 2 April 2005 Oleh : Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2005 0

description

for download

Transcript of Orasi Pak Furqon

Page 1: Orasi Pak Furqon

PEMBANGUNAN OLAHRAGA BAGIAN INTEGRAL DARI

PEMBANGUNAN BANGSA

Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu KeolahragaanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Disampaikan dalam Sidang Senat TerbukaUniversitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Tanggal 2 April 2005

Oleh :Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA

2005

0

Page 2: Orasi Pak Furqon

BismillahirrahmanirrahiimAssalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang terhormat,Rektor/Ketua Senat Universitas Sebelas Maret;Sekretaris dan Anggota Senat; Pimpinan Fakultas, Pascasarjana, Lembaga, UPT, Jurusan/Bagian, dan Program Studi;Yang terhormat Dosen, Karyawan, dan MahasiswaYang terhormat Para Pejabat Sipil dan MiliterPara Tamu Undangan, Wartawan, dan Hadirin yang berbahagia.

Marilah kita tiada pernah lupa dan tiada henti-hentinya memanjatkan puji dan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan limpahan taufik, hidayah, dan inayah-Nya kita sekalian dapat berkumpul di tempat yang terhormat ini. Berkat perkenan-Nya pula pada hari ini saya mendapat kehormatan untuk menyam-paikan pidato pengukuhan jabatan guru besar dalam bidang Ilmu Keolahragaan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uni-versitas Sebelas Maret di hadapan para hadirin yang saya muliakan.

Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan guru besar dengan judul: “Pembangunan Olahraga bagian Integral dari Pembangunan Bangsa”. Hadirin yang Saya Muliakan,

PENDAHULUAN

Lagu Kebangsaan Republik Indonesia yang berjudul “Indonesia Raya”, yang dikarang oleh WR. Supratman, syairnya antara lain berbunyi: “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya”. Sepenggal syair ini menunjukkan bahwa dalam membangun

bangsa, termasuk membangun Sumber Daya Insani (SDI) mene-kankan pada pembangunan jiwa dan raga atau jasmani dan rokhani.

Kondisi jasmani dan rokhani yang kuat akan memberikan landasan yang kuat pula terhadap pengembangan Sumber Daya Insani. Bangsa yang kuat dan besar terutama ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Insaninya. Banyak faktor untuk membangun SDI yang kuat, dalam konteks ini olahraga memiliki peran yang cukup penting.

Dalam kenyataannya, olahraga telah menjadi bagian dari hidup dan kehidupan manusia. Persoalannya adalah bagaimana agar olahraga dapat dijadikan wahana dalam membangun bangsa yang sehat dan kuat jasmani dan rohani. Akan tetapi di sisi lain masih ditemui banyak kendala dalam pembangunan olahraga.

Pembangunan olahraga di Indonesia masih perlu peningkatan dan pengembangan lebih lanjut, karena di samping harus mengejar ketinggalan dengan negara-negara lain, Indonesia juga masih me-miliki berbagai kendala dalam pembinaannya. Masalah yang dihadapi dunia olahraga Indonesia, yaitu:1. Belum optimalnya kemauan politik (political will) pemerintah

dalam menangani olahraga. Hal ini ditandai antara lain: lembaga yang menangani olahraga belum secara herarkhis-vertikal terpadu; kegiatan olahraga dikenai pajak; dana terbatas; dan lain-lain.

2. Sistem pembinaan belum terarah. Kurangnya keterpaduan dan kesinambungan penyusunan pembinaan pendidikan jasmani dan olahraga serta pelaksanaan operasionalnya mengenai kegiatan pemassalan, pembibitan, dan peningkatan prestasi sebagai suatu sistem yang saling kait-mengkait. Sebagai indikatornya antara lain: belum memiliki sistem rekruitmen calon atlet; pemilihan olahraga prioritas belum tepat; dan lain-lain.

3. Lemahnya kualitas Sumber Daya Insani olahraga. Rendahnya kualitas pelatih dan kurang optimalnya peran guru pendidikan jasmani di luar sekolah merupakan sebagian indikator yang menunjukkan rendahnya kualitas.

1

Page 3: Orasi Pak Furqon

4. Belum optimalnya peran Lembaga Pendidikan Tinggi Olahraga (LPTO), seperti Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK); Fakultas/ Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK/JPOK), Program Studi-Program Studi yang menangani disiplin ilmu keolahragaan dalam Program Pascasarjana. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya kualitas lulusan; banyak SDI yang tidak terlibat dalam kegiatan olahraga di luar kampus sesuai dengan potensinya, dan lain-lain.

5. Lemahnya peran Lembaga/Bidang Penelitian dan Pengem-bangan Olahraga. Indikatornya adalah: perhatian terhadap lembaga tersebut rendah; data tentang keolahragaan (misalnya data: atlet, pelatih, kelembagaan) belum lengkap; dan lain-lain.

6. Terbatasnya sarana dan prasarana. Tidak seimbangnya antara pengguna dan fasilitas yang tersedia, bahkan fasilitas olahraga yang telah ada beralih fungsi, dan lain-lain.

7. Sulitnya pemanfaatan fasilitas olahraga. Karena terbatasnya fasilitas, maka berdampak pada sulitnya memanfaatkan fasilitas tersebut. Bahkan untuk kebutuhan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pun masih jauh dari memadai. Untuk fasilitas tertentu, Pengguna harus mambayar.

8. Masih kaburnya pemahaman dan penerapan pendidikan jasmani dan olahraga. Terutama di sekolah, masih banyak dijumpai pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang berorien-tasi pada peningkatan prestasi olahraga. Padahal seharusnya pendidikan jasmani tersebut diarahkan pencapaian tujuan pen-didikan. Pencapaian prestasi di sekolah dapat dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler.

Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa kondisi kesegaran jasmani guru-guru pendidikan jasmani rata-rata ber-kategori “kurang”*) (Furqon, 2003: 3). Faktor-faktor yang mempe-

*) Berdasarkan analisis data diperoleh nilai VO2max., yaitu nilai rata-rata adalah 29.8 ml.O2/kg.BB./menit. Adapun rata-rata usia adalah 37.59 tahun. Selanjutnya, data nilai tersebut dikonsultasikan ke dalam tabel konversi norma VO2max. (Nieman, 1993: 49) dengan kalasifikasi kategori: Sangat Kurang (< 25.0); Kurang (25.0-30.1); Cukup (30.2-39.1); Baik (39.2-48.0); dan Baik Sekali (48.1 >).

ngaruhi kondisi kesegaran jasmani tersebut terutama karena sebagian besar guru pendidikan jasmani di sekolah dasar tidak melakukan aktivitas olahraga secara teratur. Bahkan juga ditemu-kan faktor lain, yaitu dalam pelaksanaan mengajarnya pun jarang terlibat atau melibatkan diri dalam aktivitas fisik. Di sisi lain, kondisi kesegaran jasmani bagi anak usia 11–17 tahun juga berkategori “kurang” (Furqon dan Kunta, 2004: 2).

Melengkapi temuan tersebut, berdasarkan hasil tes pemandu-an bakat dengan Metode Sport Search sebagian besar (> 70 %) potret keberbakatan anak Sala adalah olahraga yang bersifat individual atau perorangan dan sangat jarang anak yang memiliki bakat dalam olahraga beregu atau tim (Furqon dan Muhsin, 2000: 5). Kondisi semacam ini kemungkinan besar disebabkan, karena lemahnya kemampuan gerak dasar dan kemampuan koor-dinasi gerak anak. Lemahnya kemampuan gerak tersebut, kemung-kinan disebabkan oleh: (1) spesialisasi pada cabang olahraga tertentu terlalu dini; (2) lemahnya pendidikan jasmani di sekolah dasar; (3) kegiatan anak di luar sekolah tidak memberikan peluang untuk bergerak; dan (4) lingkungan yang kurang konduksif, seperti terbatasnya tempat bermain, hilangnya kesempatan anak untuk berburu, berpetualang, dan lain-lain.

Dalam bidang olahraga kompetitif, yang menekankan pada pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya juga mengalami kemunduran. Salah satu indikatornya adalah sejak SEA Games 1995 di Thailand prestasi Indonesia merosot**). Padahal sejak Indonesia terlibat dalam SEA Games tahun 1978, Indonesia selalu ranking satu (Juara Umum).

Berdasarkan fenomena ini menunjukkan bahwa sistem pembangunan olahraga kurang ada keserasian dan kesinambungan baik secara horisontal maupun secara vertikal. Dengan kata lain, ada sesuatu yang perlu dibenahi dalam sistem pembangunan

**) Posisi Indonesia pada SEA Games 1995 di Tahiland ranking 2, pada tahun 1997 di Indonesia ranking 1 (Thailand berkonsesntrasi pada ASIAN Games yang diselenggarakan di Thailand juga), pada tahun 2001 di Brunai ranking 3, tahun 2001 di Malaysia ranking 3, dan tahun 2003 di Vietnam ranking 3.

2

Page 4: Orasi Pak Furqon

olahraga kita. Oleh karena itu, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengoptimalkan peran olahraga sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa? Dan bagaimana memberdayakan olah-raga tersebut agar mampu mendukung pembangunan bangsa?

KENDALA DAN POTENSI

Sebagai bangsa yang tergolong dalam kelompok negara berkembang bahwa pertumbuhan olahraganya belum menggembi-rakan, karena penduduknya masih diliputi suasana meningkatkan pertumbuhan taraf hidup yang lebih baik. Sebagai akibatnya olah-raga belum mendapat prioritas utama.

Tempat-tempat berolahraga di lingkungan lembaga pendi-dikan, lingkungan pemukiman, dan lingkungan industri di kota-kota besar makin terbatas, bahkan banyak lapangan olahraga yang sudah ada berubah atau beralih fungsi, sehingga tidak dapat lagi digunakan untuk berolahraga. Demikian pula kurangnya tenaga keolahragaan profesional yang mengabdikan diri sepenuhnya pada perkembangan olahraga, seperti pembina, penggerak, dan pelatih, merupakan kendala pula dalam pembangunan olahraga.

Di samping kendala yang dihadapi, kita juga memiliki peluang untuk menggalang potensi yang ada.

Gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat telah memperlihatkan perkembangan yang menggembi-rakan, terutama sejak dicanangkannya gerakan tersebut. Kondisi ini memiliki potensi yang baik sebagai dasar dalam pembangunan olahraga.

Dari segi jumlah penduduk yang cukup besar, pada dasarnya merupakan sumber untuk memperoleh bibit-bibit olahragawan yang berpotensi dalam berbagai cabang olahraga. Tentunya dalam pemanfaatan Sumber Daya Insani ini harus disesuaikan dengan karakteristik postur tubuh orang Indonesia. Cabang-cabang olah-raga yang tidak atau kurang memerlukan postur tubuh yang tinggi,

memiliki potensi untuk dibina dan dikembangkan, seperti bulu-tangkis, tinju, tenis meja, panahan, loncat indah, senam dan lain-lain. Tampaknya kita akan kesulitan untuk meraih prestasi tingkat internasional, misalnya dalam cabang bola basket, bola voli, lari 100 meter, dan lain-lain, karena kita kurang atau belum memiliki postur tubuh yang menguntungkan, walaupun unsur postur tubuh tidak selamanya menjadi jaminan dalam mencapai prestasi.

Dari segi geografis maupun tersedianya sarana alami yang berupa wilayah darat, perairan, dan udara Indonesia memungkin-kan untuk pengembangan berbagai cabang olahraga.

Dari segi banyaknya olahraga tradisional di masyarakat merupakan kekayaan budaya bangsa yang dapat dikembangkan, seperti olahraga beladiri, sepak takraw, olahraga air dan lain-lain.

HAKIKAT BEROLAHRAGA

A. Berolahraga Merupakan Bagian dan Kebutuhan Hidup

Salah satu karakteristik makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia adalah melakukan gerakan. Antara manusia dan aktivitas fisik merupakan dua hal yang sulit atau tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat bahwa sejak manusia pada jaman primitif hingga jaman moderen, aktivitas fisik atau gerak selalu melekat dalam kehidupan sehari-harinya. Berarti aktivitas fisik selalu dibutuhkan manusia.

Neilson (1978: 3) mengemukakan bahwa manusia berubah sangat sedikit selama 50.000 tahun yang berkaitan dengan organi-sasi tentang struktur dan fungsi yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa perubahan utama bukan pada manusianya, melainkan pada kebutuhan dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan besar di dalam ling-kungan alam dan lingkungan buatan manusia. Manusia berusaha memodifikasi lingkungannya dengan mencoba-coba, eksplorasi dan dengan eksploitasi.

3

Page 5: Orasi Pak Furqon

Pada jaman primitif gerakan pada mulanya merupakan gejala emosional murni yang dilakukan manusia untuk kesenangan dan komunikasi dengan dewa. Selanjutnya, gerakan berkembang dari pelaksanaan gerak yang tidak terencana ke kondisi gerak yang hingar-bingar pada upacara seremonial dan komunikasi untuk kerja seni. Karena aktivitas gerak sangat penting baik untuk kelang-sungan hidup maupun komunikasi dengan dewa, maka aktivitas fisik tersebut merupakan yang terpenting untuk eksistensi manusia. Oleh karena itu, mereka mulai menyusun struktur geraknya ke dalam bentuk-bentuk yang bermanfaat, tepat dan sadar. Semua peristiwa penting dalam siklus kehidupan orang primitif yang memiliki makna praktis dan religius disimbulkan dalam gerakan-gerakan tubuh yang terstruktur. Di seluruh periode evolusinya, aktivitas fisik sangat penting untuk kelangsungan hidup dan tetap penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimum.

Harrow (1977: 5) mengemukakan bahwa ada tujuh pola gerak yang sangat penting untuk eksistensi orang primitif yang merupakan dasar gerakan keterampilan. Aktivitas gerak ini adalah inheren dalam diri manusia, yakni lari, lompat/loncat, memanjat, mengangkat, membawa, menggantung, dan melempar.

Hingga kini aktivitas fisik atau gerak, juga tidak dapat dipi-sahkan dari kehidupan manusia, karena gerak dipandang sebagai kunci untuk hidup dan untuk keberadaan dalam semua bidang kehidupan. Jika manusia melakukan gerakan yang memiliki tujuan tertentu, maka ia mengkoordinasikan aspek-aspek kognitif, psiko-motor, dan afektif.

Secara internal, gerak manusia terjadi secara terus menerus, dan secara eksternal, gerak manusia dimodifikasikan oleh penga-laman belajar, lingkungan yang mengitari, dan situasi yang ada. Oleh karena itu, manusia harus disiapkan untuk memahami fisio-logis, psikologis dan sosiologis agar dapat mengenali dan secara efisien menggunakan komponen-komponen gerak secara keselu-ruhan. Dengan demikian, antara manusia dan aktivitas fisik tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya.

B. Olahraga tak Tergantikan Aktivitas Lain

Kemajuan ilmu dan teknologi telah memberikan berbagai perubahan perilaku dan pola hidup. Salah satu contoh praktis, adanya kemajuan dalam dunia transportasi; semula orang naik angkutan kereta kuda meningkat ke mobil, dari pesawat terbang meningkat ke pesawat jet yang mampu menjelajahi ruang angkasa. Secara umum hasil kemajuan ilmu dan teknologi telah banyak membuat hidup manusia lebih mudah dan ringan. Demikian juga dalam aktivitas kehidupan sehari hari sering dijumpai kebanyakan orang yang melakukan aktivitasnya serba mudah dan ringan, misalnya ke supermarket memilih naik mobil daripada berjalan kaki atau naik sepeda. Di supermarket pun ke sana ke mari melalui elevator (tangga berjalan), pergi ke kantor naik mobil bahkan parkirnya sangat dekat dengan pintu kantornya dan sebagainya.

Dari gambaran singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur aktivitas fisik tidak dominan sehingga telah membuat manusia lebih sedikit mempergunakan unsur fisiknya daripada unsur yang lain. Pendek kata, hasil perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi moderen secara tidak disadari menumbuhkan pola hidup inaktif (inactive life) atau sedentari (sedentary life), yakni kegiatan orang sehari-harinya tidak banyak memerlukan aktivitas fisik. Secara umum dapat dikatakan bahwa keadaan fisik menjadi pasif dan statis, artinya tidak segar baik jasmaniah maupun rohaniah. Kondisi ini antara lain sebagai akibat dari terus menerus menghadapi persoalan dan pekerjaan yang sama dan membosan-kan, lagi pula tugas pekerjaannya terlalu banyak membuat orang duduk atau diam, bahkan karena kesibukannya sering kali tidak mempunyai waktu atau kesempatan untuk melakukan aktivitas jasmani secara teratur.

Uraian tersebut menggambarkan bahwa hampir semua akti-vitas manusia dapat digantikan dengan peralatan modern yang dapat mempermudah seseorang untuk melakukannya dengan efektif dan efisien. Namun, secara tidak disadari ada salah satu aktivitas jika diganti dengan peralatan atau sarana modern malah berdampak negatif, yaitu jika seseorang tidak berolahraga. Artinya

4

Page 6: Orasi Pak Furqon

aktivitas gerak digantikan atau dilakukan oleh peralatan atau sarana lain. Oleh karena itu, khusus untuk aktivitas jasmani atau olahraga harus dilakukan oleh setiap orang (dilakukan sendiri) dan tidak dapat digantikan dengan aktivitas apapun dan oleh siapapun.

C. Berolahraga Mendorong Pola Hidup Aktif

Suatu aktivitas atau pekerjaan rutin yang kurang mendapat-kan gerak, bila tidak diimbangi dengan aktivitas yang dapat meng-gerakkan otot-otot atau organ-organ tubuh, biasanya akan mudah terkena gangguan kesehatan. Dalam kenyataannya pola hidup sedentari (pola hidup tanpa aktivitas fisik) telah membawa kemunduran tingkat kesehatan dan kesegaran jasmani. Kondisi seperti ini memiliki faktor resiko yang lebih besar terhadap penyakit tertentu.

Dampak pola hidup sedentari yang menjadi masalah kese-hatan adalah resiko penyakit jantung yang merupakan salah satu penyebab kematian di Amerika dewasa ini, bahkan lebih dari separoh disebabkan karena penyakit-penyakit kardiovaskuler, seperti serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan sejenisnya (Fox, Kirby, dan Fox, 1987: 5). Selanjutnya mereka juga mengatakan bahwa masalah kesehatan umum lainnya sebagai akibat kurang gerak adalah kegemukan (obesity). Ternyata timbulnya penyakit kardiovaskuler secara statistik ada kaitannya dengan faktor kegemukan.

Oleh karena itu salah satu upaya dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut adalah dengan berlatih olahraga secara teratur, karena dengan latihan olahraga yang teratur dapat mengurangi problem-problem kegemukan dan meningkatkan kemampuan jantung yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesegaran jasmaninya.

Manusia makin menyadari bahwa olahraga tak dapat dipisah-kan dari kehidupan manusia. Apalagi dengan majunya ilmu dan teknologi, olahraga makin dibutuhkan manusia untuk memelihara keseimbangan hidup.

Perkembangan dan persaingan pembangunan olahraga antar negara makin ketat dan keras, karena masing-masing negara sekarang ini makin menyadari akan pentingnya pembangunan olahraga bagi bangsanya, apalagi dalam era globalisasi sekarang ini.

Salah satu wahana dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani adalah melalui pembangunan olahraga. Olahraga telah terbukti keampuhannya dalam turut serta membentuk manusia yang berkualitas.

D. Berolahraga sebagai Perwujudan Rasa Syukur

Dengan memperhatikan pentingnya dan dampak berolahraga, serta sebaliknya dengan memperhatikan resiko bagi yang tidak berolahraga, maka bagi mereka yang memiliki pola hidup sedentari (artinya, bagi mereka yang tidak memanfaatkan anugerah “Nikmat” dari Yang Maha Kuasa dalam wujud tersedianya komponen-komponen produksi energi untuk “gerak”) dapat dikatakan terma-suk dalam golongan orang-orang yang kurang atau tidak bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.

Sebagai ilustrasi sebagaimana yang digambarkan oleh Starnes (1994: 27) yang menjelaskan bahwa proses tranformasi energi yang terjadi di dalam mitrokondria (organ sub seluler, tempat di mana energi ATP diproduksi) adalah suatu proses yang amat efisien. Kebutuhan sel dan jaringan akan ATP sangatlah tinggi, di mana volume ATP yang diperlukan selama 24 jam untuk orang dewasa dengan berat badan 68 kilogram kurang lebih 100.000 mmol ATP. Melalui proses “fosforilasi oksidatif” di dalam mitokondria, produk hidrolisis ATP (yaitu: ADP + Pi + E) dengan segera di “daur ulang” untuk membentuk kembali ATP.

Sangkot dalam kompas (1994: 11) menyatakan bahwa untuk kebutuhan seluruh tubuh, setiap hari kita membutuhkan 50-70 kg ATP, sedangkan untuk jantung saja 2-3 kg ATP. Harga ATP per kg saat ini 1.500 dollar AS, jadi setiaphari ATP yang diproduksi mitokondria mencapai nilai hampir 100.000 dola AS. Luar Biasa, di dalam

5

Page 7: Orasi Pak Furqon

tubuh kita ternyata terdapat suatu pabrik kimia dan biologi yang amat efisien.

Jika tidak terjadi proses “daur ulang” maka dibutuhkan konsumsi ATP harian + 50 kilogram sewaktu istirahat. Kita ketahui bahwa harga ATP per kg. pada tahun 1994 adalah US $ 1.500. Jadi setiap hari ATP yang diproduksi oleh mitokondria yang terdapat di dalam sel-sel tubuh mencapai nilai US $ 75.000. Seandainya kurs dolar Amerika hari ini Rp. 10.000,- per US dolar, maka tubuh kita dalam kondisi istirahat, membutuhkan dana sebesar 750 juta rupiah per hari. Hitung berapa umur kita sekarang (misalnya 54 tahun), artinya 54 x 360 hari = 19.440 hari. Dengan demikian - Rp. 750.000.000,- x 19.440 =Rp. 145.800.000.000,- (148.8 trilyun). Ini dalam kondisi istirahat, apalagi dalam keadaan beraktivitas (Subhanallah, Allah Maha Pemurah dan Penyayang).

Jika malas berolahraga, maka fungsi tubuh tidak dapat meme-lihara nikmat Tuhan ini. Dengan berolahraga, proses sistem tubuh tersebut, terutama yang berkaitan dengan produksi sistem energi, akan berfungsi secara efektif dan efisien, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, berolahraga secara teratur berarti merupakan perwujudan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa. Dalam arti, kita senantiasa berusaha dan memposisikan diri secara proporsional dan benar.

SISTEM PEMBANGUNAN DAN PEMBINAAN OLAHRAGA

Sistem adalah suatu keseluruhan atau keutuhan yang kom-pleks atau terorganisasi; suatu himpunan atau gabungan bagian-bagian yang membentuk keutuhan yang kompleks atau terpadu. Sistem merupakan seperangkat elemen-elemen yang saling berhu-bungan .

Pembangunan olahraga pada dasarnya merupakan suatu pelaksanaan sistem. Sebagai indikator adalah terwujudnya prestasi olahraga. Prestasi olahraga merupakan perpaduan dari berbagai aspek usaha dan kegiatan yang dicapai melalui sistem pembangun-

an. Tingkat keberhasilan pembangunan olahraga ini sangat ter-gantung pada keefektifan kerja sistem tersebut. Makin efektif kerja sistem, maka akan makin baik kualitas yang dihasilkan, demikian juga sebaliknya.

Pembinaan dan pengembangan pada dasarnya adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangankan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, dalam rangka memberikan pengetahuan dan keteram-pilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemam-puan sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri me-nambah meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri (Abdul Gafur, 1983:46)

Mengkaji sistem pembinaan olahraga di Indonesia pada hakikatnya adalah mengkaji upaya pembinaan Sumber Daya Insani Indonesia. Dengan kata lain, upaya pembinaan ini tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Harre, Ed. (1982: 21) mengemukakan bahwa pembinaan olahraga yang dilakukan secara sistematik, tekun dan berkelan-jutan, diharapkan akan dapat mencapai prestasi yang bermakna. Proses pembinaan memerlukan waktu yang lama, yakni mulai dari masa kanak-kanak atau usia dini hingga anak mencapai tingkat efisiensi kompetisi yang tertinggi. Pembinaan dimulai dari program umum mengenai latihan dasar mengarah pada pengembangan efisiensi olahraga secara komprehensif dan kemudian berlatih yang dispesialisasikan pada cabang olahraga tertentu.

A. Olahraga kompetitif

Olahraga kompetitif yang dimaksud adalah berbagai kegiatan yang diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga yang setinggi-

6

Page 8: Orasi Pak Furqon

tingginya. Olahraga prestasi biasanya digunakan sebagai alat per-juangan bangsa. Banyak negara yang memanfaatkan berbagai arena olahraga, seperti Olympic Games, atau Regional Games sebagai forum propaganda keunggulan bangsa dan memperlihatkan pem-bangunan bangsa di negaranya.

Berhasilnya Indonesia meraih satu medali Perak melalui olahraga panahan pada Olympic Games di Seoul 1988 dan bebe-rapa medali emas, perak dan perunggu melalui cabang olahraga bulutangkis dan angkat besi ternyata mampu menunjukkan kepada dunia Internasional melalui prestasi olahraga. Peristiwa menarik yang lain adalah pada Olympic Games 1956 di Melbourne, Aus-tralia, tim sepakbola Indonesia mampu menahan tim sepakbola Rusia. Hanya setelah perpanjangan waktu, tim Indonesia menga-lami kekalahan. Dalam Olympic Games ini Rusia akhirnya sebagai juara. Bagi negara-negara yang memikirkan kesejahteraan rakyat-nya jauh ke depan, maka akan menempatkan olahraga pada urutan prioritas yang penting. Sejak kemerosatan prestasi olahraga Ame-rika dan Australia di arena Olympic Games, konggres dan parlemennya turut membahas bahkan berusaha mengatur pembina-an olahraga di negaranya masing-masing melalui rancangan undang-undang olahraga.

Penekanan pada peningkatan prestasi tidak hanya sekedar melakukan alih ketarampilan dari pelatih kepada atlet, melainkan merupakan upaya membina manusia seutuhnya.

Sistem pembangunan olahraga yang digunakan di Indonesia adalah sistem piramida, yang meliputi tiga tahap, yaitu (1) pemas-salan; (2) pembibitan; dan (3) peningkatan prestasi.

Apabila model perencanaan ini dikaitkan dengan teori pira-mida yang terdiri dari (1) pemassalan; (2) pembibitan; dan (3) peningkatan prestasi, maka selanjutnya dapat dilihat dalam Gambar 1.

Atlet Senior PembinaanPrestasi

Usia pencapaian pres-tasi puncak = pasca adolesensi

Junior lanjutAtlet

Pembibitan Usia spesialisasi = masa adolesensi

juniorPemula Pemassalan Usia mulai

berolahraga = masa kanak-

kanak

Gambar 1. Pembinaan prestasi olahraga ditinjau dari Teori Piramida, usia berlatih, tingkat atlet dan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan atlet.

1. Pemassalan OlahragaPemassalan adalah mempolakan keterampilan dan kesegaran

jasmani secara multilateral dan landasan spesialisasi. Pemassalan olahraga bertujuan untuk mendorong dan menggerakkan masya-rakat agar lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup, khususnya jenis olah-raga yang bersifat mudah, murah, menarik, bermanfaat dan massal. Kaitannya dengan olahraga prestasi; tujuan pemassalan adalah melibatkan atlet sebanyak-banyaknya sebagai bagian dari upaya peningkatan prestasi olahraga.

Pemassalan olahraga merupakan dasar dari teori piramida dan sekaligus merupakan landasan dalam proses pembibitan dan pemanduan bakat atlet.

Pemassalan olahraga berfungsi untuk menumbuhkan kese-hatan dan kesegaran jasmani manusia Indonesia dalam rangka membangun manusia yang berkualitas dengan menjadikan olahraga sebagai bagian dari pola hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu,

7

Page 9: Orasi Pak Furqon

dalam pembangunan olahraga perlu selalu meningkatkan dan mem-perluas pemassalan di kalangan bangsa Indonesia dalam upaya membangun kesehatan dan kesegaran jasmani, mental dan rokhani masyarakat serta membentuk watak dan kepribadian, displin dan sportivitas yang tinggi, yang merupakan bagian dari upaya pening-katan kualitas manusia Indonesia. Pemassalan dapat pula berfungsi sebagai wahana dalam penelusuran bibit-bibit untuk membentuk atlet berprestasi.

Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyara-kat merupakan bentuk upaya dalam melakukan pemassalan olah-raga. Dalam olahraga prestasi, pemassalan seharusnya dimulai pada usia dini.

Bila dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, pemassalan sangat baik jika dimulai sejak masa kanak-kanak, teru-tama pada akhir masa kanak-kanak (6-12 tahun). Pada masa ini merupakan tahap perkembangan keterampilan gerak dasar.

2. Pembibitan AtletPembibitan atlet adalah upaya mencari dan menemukan indi-

vidu-individu yang memiliki potensi untuk mencapai prestasi olah-raga di kemudian hari, sebagai langkah atau tahap lanjutan dari pemassalan olahraga.

Pembibitan yang dimaksud adalah menyemaikan bibit, bukan mencari bibit. Ibaratnya seorang petani yang akan menanam padi, ia tidak membawa cangkul mencari bibit ke hutan, tetapi melaku-kan penyemaian bibit atau membuat bibit dengan cara tertentu, misalnya dengan memetak sebidang tanah sebagai tempat pem-buatan bibit yang akan ditanam.

Pembibian dapat dilakukan dengan melaksanakan identifikasi bakat (Talent Identification), kemudian dilanjutkan dengan tahap pengembangan bakat (Talent Development). Dengan cara demi-kian, maka proses pembibitan diharapkan akan lebih baik.

Ditinjau dari sudut pertumbuhan dan perkembangan gerak anak, merupakan kelanjutan dari akhir masa kanak-kanak, yaitu masa adolesensi.

Pelaksanaan pembibitan atlet ini menjadi tanggung jawab pengelola olahraga pada tingkat eksekutif-taktik dan sekaligus bertanggung jawab pada pembinaan di tingkat di bawahnya, yaitu pada tahap pemassalan olahraga. Di sini disusun program yang mampu memunculkan bibit-bibit, baik di tingkat kotamadya/kabu-paten maupun di tingkat propinsi. Adanya kejuaraan-kejuaraan yang teratur merupakan salah satu cara untuk merangsang dan memacu munculnya atlet-atlet agar berlatih lebih giat dalam upaya meningkatkan prestasinya.

3. Peningkatan PrestasiPrestasi olahraga merupakan puncak penampilan atlet yang

dicapai dalam suatu pertandingan atau perlombaan, setelah melalui berbagai macam latihan maupun uji coba. Pertandingan/perlom-baan tersebut dilakukan secara periodik dan dalam waktu tertentu.

Pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya merupakan pun-cak dari segala proses pembinaan, baik melalui pemassalan mau-pun pembibitan.

Dari hasil proses pembibitan akan dipilih atlet yang makin menampakkan prestasi olahraga yang dibina. Di sini peran penge-lola olahraga tingkat politik-strategik bertanggung jawab membina atlet-etlet ini yang memiliki kualitas prestasi tingkat nasional.

Para pengelola olahraga tingkat politik-strategik pada dasar-nya bertanggung jawab terhadap sistem pembangunan olahraga secara keseluruhan.

Oleh karena itu, pengorganisasian program pembinaan jangka panjang dapat dikemukakan bahwa (1) masa kanak-kanak berisi program latihan pemula (junior awal) yang merupakan usia mulai berolahraga dalam tahap pemassalan; (2) masa adolesensi berisi program latihan junior lanjut yang merupakan usia spesialisasi dalam tahap pembibitan; dan (3) masa pasca adolesensi berisi program latihan senior yang merupakan usia pencapaian prestasi puncak dalam tahap pembinaan prestasi.

8

Page 10: Orasi Pak Furqon

B. Olahraga Non KompetitifPembangunan olahraga termasuk suatu usaha untuk mem-

bentuk manusia dalam totalitasnya, baik jasmaniah maupun rokhaniah, sehingga melalui olahraga dapat memberikan sumbang-an dharma baktinya bagi pembangunan bangsa.

Suatu negara yang ingin membangun bangsa yang sehat, kuat dan segar, maka perlu menyusun dan melaksanakan suatu sistem pembangunan olahraga secara menyeluruh yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan bangsa tidak akan lengkap atau sempurna tanpa pembangunan olahraga, karena aktivitas gerak manusia merupakan modal dasar aktivitas manusia dalam pem-bangunan.

Oleh karena pembangunan bangsa dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia dan pembangunan seluruh masya-rakat Indonesia, maka pembangunan olahraga dilaksanakan untuk mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara per-tumbuhan fisik-biologis dan pertumbuhan mental spiritual, antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah.

Adapun pembangunan olahraga yang bersifat non kompetitif dapat diarahkan dalam rangka upaya-upaya sebagai berikut:

1. Pendidikan BangsaOlahraga dapat mengembangkan dan membangun kepriba-

dian, watak, budi pekerti luhur dan moral tinggi serta inisatif. Karena penyelenggaraan pembinaan olahraga bagi individu dan masyarakat ini, mengandung pendidikan yang positif.

2. Persatuan dan Kesatuan Nasional.Olahraga dapat menghilangkan rasa kedaerahan dan ke-

sukuan serta mempertebal rasa persatuan dan kesatuan Nasional. Hal ini dapat terlihat pada pertandingan-pertandingan atau kejuara-an-kejuaraan olahraga seperti, Pekan Olahraga Nasional (PON), pertandingan-pertandingan antar negara, dan lain-lain.

3. Pertahanan dan Ketahanan Nasional.Dengan pembinaan olahraga bagi individu dan masyarakat,

khususnya bagi generasi muda, antara lain meliputi pengarahan, bimbingan dan pengawasan intensif serta mengikutsertakan manusia secara aktif dalam penyelenggaraan, akan merupakan proses pendewasaan dan pengembangan kepemimpinan. Manusia yang berkepribadian tangguh, sehat jasmani dan rokhani merupa-kan modal penting bagi pertahanan dan ketahanan Nasional.

4. Rekreasi.Dalam kehidupan moderen dengan kemajuan ilmu dan

teknologi mutakhir, gerak manusia berkurang, maka untuk meme-lihara keseimbangan hidup manusia, kegiatan olahraga yang bersifat rekreatif sangat dibutuhkan.

MEMBERDAYAKAN POTENSI BANGSA DALAM UPAYA PEMBANGUNAN OLAHRAGA

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi seba-gai Daerah Otonom dinyatakan bahwa kewenangan pemerintah pusat dalam bidang olahraga adalah sebagai berikut:(1) Pemberian dukungan untuk pembangunan sarana dan prasarana

olahraga;(2) Penetapan pedoman pemberdayaan masyarakat olahraga; dan(3) Penetapan kebijakan dalam penentuan kegiatan-kegiatan olah-

raga nasional/internasional.Untuk itu, berdasarkan wilayah atau daerah, selebihnya men-

jadi kewenangan daerah (terutama kota/kabupaten). Implikasinya adalah pemerintah daerah (propinsi/kota/kabupaten) memiliki keleluasaan dalam menentukan kebijakan dalam pembangunan olahraga di wilayah/daerahnya sesuai dengan kewenangannya,

9

Page 11: Orasi Pak Furqon

tanpa mengabaikan kebijakan pembangunan olahraga secara nasional.

Agar dalam merumuskan kebijakan pembangunan olahraga dapat dilakukan dengan baik, maka perlu memperhatikan kondisi dan potensi daerah yang ada. Khususnya dalam pembinaan olah-raga prestasi harus dilakukan kajian dengan cermat.

Setelah kebijakan pembangunan olahraga dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah menggali dan menggalang potensi di daerah/masyarakat agar pembinaan olahraga tersebut secara opera-sional dapat dilakukan dengan baik.

Pembangunan olahraga bukan hanya tanggung jawab insan-insan olahraga, tetapi juga merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Pembangunan olahraga bukan hanya tanggung jawab pelatih dan atlet, melainkan tanggung jawab bangsa Indo-nesia secara keseluruhan.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan kaitannya dengan pembangunan olahraga di Indonesia, yaitu (1) olahraga dijadikan gerakan nasional (national movement); (2) perlunya undang-undang keolahragaan; dan (3) perlunya sistem perencanaan pro-gram yang berkesinambungan dan terpadu.

A. Olahraga Dijadikan Gerakan Nasional (National Movement)

Kondisi pembinaan dewasa ini tampaknya masih belum menyentuh sampai lapisan bawah, yaitu kurang mengakar. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya pembenahan.

Tak ada salahnya bila kita mengkaji dari pengalaman bidang lain yang telah berhasil di negara kita, yaitu keberhasilan gerakan nasional Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan mulai tahun tujuh puluhan. Kalau kita perhatikan gerakan KB waktu itu, menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Berkat komitmen dan usaha yang keras, maka KB sekarang ini bukan hanya disadari pentingnya bagi pembinaan keluarga, melainkan menjadi kebutuh-an individu dan keluarga di masyrarakat. Bahkan sekarang ini di

tingkat RW telah ada sebuah lembaga, yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

Belajar dari pengalaman gerakan nasional KB, tampaknya tidaklah berlebihan apabila pembangunan olahraga di Indonesia dijadikan sebagai gerakan nasional yang benar-benar mengakar sampai ke lapisan bawah. Dalam hal ini upaya memasyarakatkan olahraga dan menngolahragakan masyarakat dilakukan dengan membentuk wadah pembinaan atau organisasi sampai tingkat Kecamatan (misalnya, KONI tingkat Kecamatan).

Sebagai pertimbangan mengenai perlunya KONI tingkat kecamatan adalah karena ada beberapa potensi yang dapat dikem-bangkan dan dilibatkan. Hampir di setiap kecamatan memiliki SD, SMTP dan/atau SMTA. Kondisi ini memungkinkan untuk mem-bentuk suatu wadah pembinaan olahraga, minimal membentuk klub olahraga. Bersama-sama dengan tokoh lain, guru-guru pendidikan jasmani yang ada dapat dilibatkan dan difungsikan sebagai pelatih, sedangkan para siswa dapat dilibatkan sebagai atlet.

Dalam kenyataannya bahwa munculnya bibit-bibit unggul yang selama ini terjadi ditemukan di kampung-kampung yang ter-bukti telah menghasilkan atlet-atlet tangguh di cabangnya masing-masing, misalnya Icuk Sugiarto, Joko Supriyanto, Sumardi, Yayuk Basuki dan lain-lain. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan dalam memayungi dan mewadahi munculnya bibit-bibit melalui lembaga atau organisasi olahraga, setidak-tidaknya di tingkat kecamatan.

Organisasi/lembaga olahraga di tingkat kecamatan ini teru-tama berupaya menumbuhkan dan mengelola klub-klub olahraga yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini didasarkan bahwa keberadaan klub-klub olahraga di Indonesia telah muncul beberapa puluh tahun yang lalu.

Klub olahraga ini bermunculan di berbagai tempat. Hampir semua cabang olahraga menyandarkan pembinaannya bersumber dari aktivitas hasil klub sebagai landasan awal. Dalam kenyataan-nya, masyarakat olahraga membutuhkan wadah ini sebagai tempat untuk berlatih dan membina atlet. Namun penanganan yang tepat

10

Page 12: Orasi Pak Furqon

agar klub tersebut dapat hidup dalam suasana yang kondusif masih belum optimal.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa populasi anak usia SD dan SMTP cukup besar jumlahnya. Oleh karena itu, keberadaan klub-klub olahraga sangat strategis sebagai upaya menampung minat yang berada di lingkungan mereka. Dan klub ini tidak akan kekurangan peserta. Perlunya wadah dan lembaga olahraga tingkat kecamatan ini, tampaknya sangat memungkinkan untuk ditangani, terutama dalam upaya pemassalan dan pembibitan.

B. Perlunya Undang-Undang Keolahragaan

Kebutuhan akan adanya undang-undang tentang keolahraga-an dirasakan sangat mendesak. Hal ini disebabkan karena pembina-an ataupun pembangunan olahraga pada dasarnya merupakan suatu sistem. Oleh karena sistem melibatkan berbagai unsur yang bersifat koordinatif dan terpadu, maka diperlukan adanya pengaturan.

Ada beberapa pertimbangan utama mengenai perlunya undang-undang keolahragaan, yaitu:1. Bahwa pembinaan dan pembangunan olahraga merupakan

bagian penting dari pembangunan manusia seutuhnya. Dalam kenyataannya penanganan pembinaan olahraga di Indonesia belum mendapat penanganan secara proporsional.

2. Berbagai masalah yang selama ini muncul, misalnya pemba-ngunan sarana dan prasarana di lingkungan pendidikan, masya-rakat maupun lingkungan industri akan sangat efektif apabila diatur dalam undang-undang.

3. Pembinaan olahraga, baik melalui pemassalan, pembibitan, maupun peningkatan presitasi, makin lama mengalami perkem-bangan yang makin padat dan memerlukan pengelolaan yang efektif dan efisien. Di samping itu, kewenangan dalam penge-lolaannya juga memerlukan peraturan yang jelas.

4. Secara umum bahwa perkembangan olahraga bersifat universal tidak dapat lepas dari perkembangan olahraga internasional. Indonesia sebagai salah satu bangsa yang menyadari akan

pentingnya olahraga bagi kehidupan bangsa, maka perlu adanya pengaturan untuk menjamin terlaksananya pembangunan olah-raga yang didasarkan pada ketentuan dan peraturan yang berupa legalitas hukum atau undang-undang.

5. Hampir semua lembaga maupun individu merasa berhak, ber-wenang dan bebas mengurus olahraga di Indonesia, sehingga sering terjadi tumpang tindih dan sering kali terjadi peng-hamburan dana yang sasarannya tergantung pada si pemberi dana.

Pentingnya undang-undang olahraga ini telah ditunjukkan tingkat keefektivan dan keefisienannya oleh negara-negara maju, seperti Amerika dan Australia.

C. Perlunya Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan Program Yang Berkesinambungan dan Terpadu

Idealnya pembangunan olahraga di Indonesia dikelola oleh sebuah departemen yang memiliki struktur organisasi sampai ke tingkat bawah. Selama ini pembangunan olahraga ditangani oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Departemen Pendi-dikan Nasional, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), dan Badan Pembina Olahraga Profesional Indonesia (BAPOPI). Per-soalannya adalah bagaimana program dari masing-masing lembaga tersebut dapat dijalankan dengan baik, dan tidak terjadi tumpang tindih.

Keefektivan suatu sistem pembangunan olahraga sangat ter-gantung pada sistem perencanaan. Dalam arti bahwa perencanaan suatu sistem merupakan suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, perencanaan sistem pembangunan olahraga yang matang sangat diperlukan.

Perencanaan pembangunan olahraga seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pemba-ngunan untuk menjadi lebih berdaya guna dalam melaksanakan

11

Page 13: Orasi Pak Furqon

tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat membantu pencapaian suatu target atau sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, perencanaan program yang sistematis dan sistemik, akan menjadikan program tersebut runtut, terpadu dan berkesinambungan.

UPAYA MENGGALI DAN MENGGALANG POTENSI MASYARAKAT

A. Menjadikan Olahraga sebagai Wahana Pembangunan Daerah

Kita telah menyaksikan penyelenggaraan PON XVI (2-14 September 2004) di Palembang yang lalu, Sumatera Selatan. Semula banyak orang meragukan akan keberhasilan penyeleng-garaan PON tersebut, ternyata dengan PON Palembang di samping telah mampu menyelenggarakan PON dengan baik, Palembang juga telah mampu mengembangkan atau membuat kota baru di Jaka bareng dengan fasilitas olahraga (stadion, GOR, dan fasilitas olahraga lain) yang bertempat di lahan baru dengan disertai pembangunan perumahan yang relatif indah dan nyaman.

Keberhasilan ini antara lain dilatar-belakangi adanya kebi-jakan pemerintah setempat untuk menyelenggarakan PON tersebut. Penyelenggaraan PON tersebut secara tidak langsung telah mem-promosikan kota Palembang ke seluruh Indonesia. Hal serupa juga terjadi pada PON XV Tahun 2000 di Surabaya, Jawa Timur, yang telah terselenggara dengan sukses.

B. Pembinaan Olahraga Desentralisasi

Penyelenggaraan pemusatan latihan (Training Centre) selama ini bukan berarti tanpa hambatan. Hambatan utama yang dihadapi adalah mereka harus berpindah tempat ke Jakarta (jika TC

diselenggarakan di Jakarta) dalam waktu yang relatif lama. Dengan kepindahan ini tentu akan menyulitkan bagi atlet yang masih sekolah/kuliah maupun yang sudah bekerja.

Untuk cabang-cabang olahraga tertentu terutama untuk olah-raga individual, tampaknya dapat dilakukan di daerah tanpa harus berlatih ke Jakarta. Di sisi lain tentunya juga tidak mudah untuk melaksanakan konsep desntralisasi ini. Desentralisasi dapat dilaku-kan jika sistem pembinaan olahraga kita sudah mantap dan merata. Paling tidak kemantapan dalam hal kepelatihan dan sarana dan prasarana. Kualitas kepelatihan ini ditandai dengan adanya tingkat kualitas pelatih yang tinggi baik dari segi fisik, teknik, strategi dan taktik maupun mental yang tertuang dalam program latihan yang applicable.

C. Menggalang Dana Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)

Pembinaan olahraga tidak dapat dilepaskan dengan kebutuh-an dana. Pembinaan olahraga bukan hanya tanggung jawab insan-insan olahraga, tetapi juga merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

Untuk memperoleh dana, guna mendukung suksesnya penye-lenggaraan pembinaan olahraga diperlukan berbagai upaya, antara lain dapat dilakukan misalnya “Bulan Dana Olahraga” yang didasari dengan suatu kebijakan dari pemerintah kota/kabupaten seperti Perda, atau melaui bentuk lain, seperti sponsor.

PENUTUP

Pada hakikatnya pembangunan olahraga tidak dapat dipisah-kan dari kehidupan dan sekaligus merupakan kebutuhan manusia. Oleh karena itu, pembangunan olahraga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembinaan dan pembangunan bangsa dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Insani, terutama diarahkan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani, serta

12

Page 14: Orasi Pak Furqon

ditujuan untuk membentuk watak dan kepribadian yang memiliki displin dan sportivitas yang tinggi. Di samping itu, pembangunan olahraga juga dijadikan sebagai alat untuk memperlihatkan eksistensi bangsa melalui pembinaan prestasi yang setinggi-tingginya.

Untuk melaksanakan pembangunan olahraga, perlu melaku-kan berbagai upaya penggalangan dan penggalian terhadap potensi yang ada, baik dalam bidang sistem pembinaan, lembaga/organi-sasi, maupun adanya landasan hukum yang digunakan sebagai dasar pembangunan keolahragaan. Untuk mewujudkan tercapainya tujuan tersebut, pembangunan olahraga harus dijadikan sebagai gerakan nasional. Gerakan nasional ini perlu terus dibangun dan ditingkatkan agar lebih meluas dan merata di seluruh tanah air untuk menumbuhkan dan menciptakan budaya olahraga yang sehat.

Perlunya penyediaan sarana dan prasarana olahraga yang memadai baik di lingkungan sekolah, pekerjaan maupun pemukim-an sehingga memungkinkan segenap lapisan warga masyarakat melakukan olahraga dan berbagai aktivitas jasmani.

Hadirin yang terhormat,

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada saya dan Direktur Jenderal pendidikan Tinggi yang telah meloloskan usulan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Keolahragaan di FKIP UNS.

2. Rektor yang juga Ketua Senat UNS Bapak Prof Dr. dr. H. Muhammad Syamsulhadi, SpKj., Sekretaris Senat Bapak Prof. Dr. Sunardi, M.Sc., dan segenap anggota Senat yang telah mempromosikan dan mengusulkan serta memberi kemudahan kepada saya untuk memangku jabatan sebagai guru besar. Demikian juga kepada Dekan yang juga Ketua Senat FKIP

UNS Bapak Drs. H. Trisno Martono, M.M., para Pembantu Dekan, Ketua Jurusan dan Program Studi beserta seluruh anggota Senat Fakultas yang telah mengusulkan saya sebagai guru besar di FKIP UNS.

3. Prof. Dr. H. Abdulkadir Ateng, Prof. Dr. Hj. Toeti Sukamto, M.Pd., Prof. Dr. H. M. Yusuf Adisasmita, M.Pd., Prof. Dr. Sumitro, M.Pd. (Alm), Prof. Drs. H. Mulyono B., Dra. Sayarti Soetopo (Alm), dan H. Moch. Sahli, BcHk. Mereka semua adalah Promotor, Co-Promotor, dan Pembimbing Disertasi, Tesis, Skripsi, dan Karya Tulis yang turut memberikan sumbangan dalam mengembangkan kemampuan akademik saya.

4. Segenap guru-guru saya sejak Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, SMP, Madrasah Tsanawiyah, SMA, Madrasah Aliyah, hingga Perguruan Tinggi yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, mereka telah ikut meletakkan dasar-dasar kepercayaan pentingnya menuntut ilmu sehingga turut andil membentuk kemampuan akademik saya.

5. Para sesepuh dan senior yang telah banyak memberikan nasehat, arahan, dan memberikan dorongan, antara lain adalah: Bapak Drs. Supiarto (Alm), Prof. Drs. H. Sukiyo, Prof. Drs. Sumarno (Alm), Prof. Drs. H. Mulyono B., Prof. Drs. Soedar-minto, Prof. Dr. Sugiyanto, Prof. Dr. Sudjarwo, Prof. Drs. H. Moch. Sholeh Y.A. Ichrom, M.A., Ph.D., Prof. Dra. Hj. War-kitri, Drs. Danarto (Alm), Drs. Soekatamsi dan Dra. Srihati Waryati, Drs. Bambang Soetedjo, dan juga senior saya Drs. H. Trisno Martono, M.M. Demikian juga para senior dan teman-teman sejawat kerja di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS yang telah memberikan kesempatan, dorongan dan semangat untuk bekerja dengan baik. Teman-teman di lingkungan Yayasan Perguruan Al-Islam dan Yayasan Majelis Pengajian Islam Surakarta beserta unit-unit amal usahanya. Para senior dan teman-teman di lingkungan PP. PERPANI, KONI Sala, yaitu Bapak Haposan Panggabean, SE., Bapak H. Udi Harsono, Bapak RB. Didik Sukardi (Alm), dan

13

Page 15: Orasi Pak Furqon

lain-lain. Para sahabat saya antara lain Dr. dr. H. Muchsin Doewes, MARS., Drs. H. Munawir Yusuf, M.Psi., Drs. Sugi-harto, M.Kes., Drs. H. Agus Margono, M.Kes, Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes., dan lain-lain.

6. Para sesepuh dan Kiai, terutama KH. Syaebani (Alm), Ibu Hj. Siti Aminah Abdullah, Abdullah Ghzali (Alm), KH. Amin Ghozali, KH. Drs. Anwar Sholeh, M.Hum., KH. Solehan MC., KH. Moch. Djufri, KH. Drs. Mudjahid AM., M.Pd. dan lain-lain, mereka telah turut mendidik dan membetuk aqidah saya sebagai landasan dalam mengarungi kehidupan.

7. Keluarga Bani Poredjo Abdul Ghoni khususnya Keluarga Mbah Marto Widjojo, keluarga Bani Dimyati, keluarga Ibu Hj. M. Asngat, dan keluarga H. Sangadi (Alm).

8. Kedua orang tua saya Bapak Syarengat (Alm) dan Ibu Hj. Daryati, yang dengan kesederhanaan dan kasih sayangnya telah mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya. Yang mengesan-kan hingga kini adalah setelah saya pulang dari Jakarta melaksanakan Ujian Terbuka untuk promosi gelar doktor antara lain beliau berpesan: “Golek ilmu apa wae kuwi keno, ananging tujuane sing apik” (Mencari ilmu apa saja itu boleh, tetapi untuk tujuan yang baik). Ternyata itu merupakan pesan terakhir karena esok harinya beliau meninggal dunia. Kepada mertua Bapak H. M. Wachied dan Ibu Hj. Nurul Jannah yang selalu mendoakan secara tulus ikhlas sejak kami berumah tangga dan selalu memberikan dorongan dan nasehat untuk kebahagiaan saya sekeluarga.

9. Kepada adik kandung saya (Drs. M. Rohimullah H. beserta keluarga) serta saudara ipar saya (Ir. H. Munawir, Hj. Farah Dina, Ahmad Yahya, Amalia, Drs. Luqman Hakim, Maria Ulfah, dan Rahmi Clara Sari, S.Pd.), yang telah memberikan dukungan, dorongan, dan do’a sehingga saya dapat memangku jabatan guru besar ini.

10. Isteri tercinta Dra. Hj. Sarah Dahlia dan ananda tersayang Rafid Cahyadi yang telah banyak berkurban terutama selama saya menempuh studi di Program Pascasarjana IKIP Jakarta maupun

selama bertugas di luar kampus, dengan segala do’a, penger-tian, ketulusan, dan kesabarannya telah mendorong dan mem-beri semangat kepada saya mencapai jabatan akademik ter-tinggi ini. Dengan itu semua, semoga Allah SWT. menjadikan kami keluarga sakinah, mawaddah war rahmah.

Terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga Allah SWT. selalu memberikan petunjuk dan bimbingan kepada kita semua. Amin.

Billahit taufiq wal hidayah, Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

14

Page 16: Orasi Pak Furqon

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim (1994). “Prospek Perkembangan Bioteknologi Modern”. Kompas, Minggu, 28 Agustus 1994. Halaman 11.

A. Setiono Mangoenprasodjo (2005). Olahraga Tanpa Terpaksa. (Yogyakarta: Think Fresh).

Ateng, Abdulkadir (1993). “Keefektifan Model Pemassalan dan Kontribusinya terhadap Usaha Pencapaian Prestasi Olahraga Empat Besar Asia Tahun 2002”, dalam Majalah Spirit No. 57, Oktober 1993. Jakarta: KONI Pusat.

____________________ Pendidikan Olahraga. Jakarta: IKIP Jakarta.

Burke, Edmund R., Ed. (1998). Precision Heart Rate Training: For Maximum Fitness and Performance. (Champaign: Human Kinetics Publishers, Inc.).

Cooper, Kenneth H. (2004). Sehat Tanpa Obat: Empat Langkah Revolusi Antioksidan yang Mengubah Hiodup Anda. Terjemahan Marlia Singgih Wibowo (Bandung: Kaifa).

Enoch, Jusuf (1992). Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gafur, Abdul (1983). Olahraga Unsur Pembinaan Bangsa dan Pembangunan Negara. Jakarta: Kantor Menpora.

Harrow, A.J. (1977). A Taxonomy of The Psychomotor Domain: A Guide for Developing Behavioral Objectives. New York: David McKay Company, Inc.

Kaufman, Roger (1991). Strategic Planning Plus. Tallahassee, Florida: Scott Foresman Professional Books.

Kuntaraf, Jonathan and Kuntaraf, Kathleen L. (2003). Olahraga Sumber Kesehatan. (Bandung: Percetakan Advent Indonesia).

M. Furqon H. (1994). Menggalang Potensi Bangsa Salah Satu Usaha Untuk Mencapai Prestasi Olahraga Yang Membanggakan. Makalah diajukan dalam Rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah Inovatif Keolahragaan HAORNAS XI/1994 (Juara I Kelompok Umum).

____________(1997). “SEA Games dan Prestasi Olahraga Kita”, Harian REPUBLIKA, Sabtu 11 Oktober 1997, halaman 8.

____________(2000). “Profil Kesegaran Jasmani Guru Pendidikan Jasmani Sekolah dasar di Indonesia”. Paedagogia FKIP UNS, Jilid VI No. 1 Februari 2003.

___________ (2003). Teknik Pemanduan Bakat Olahraga. (Jakarta: Direktorat Oahraga Pelajar dan Mahasiswa Depdiknas).

M. Furqon H. dan Muchsin Doewes, MARS. Potret dan Analisis Keberbakatan Olahraga Anak Sala dengan Metode Sport Search. Disampaikan dalam Desiminasi “Pemanduan Bakat dan Pembinaan Olahraga Usia Dini & Terapi Cidera Olahraga” di Hotel Sahid Raya Jl. Gajah Mada Surakarta tanggal 05 Pebruari 2000.

M. Furqon H. dan S. Kunto P. (2004). Kesegaran Jasmani Anak Usia 11-17 Tahun. (Surakarta: JPOK FKIP UNS).

Neilson, N.P. (1978). Concepts and Objectives In The Movement Arts and Sciences. New York: Vantage Press, Inc.

Niemen, David C. (1993). Fitness and Your Health. (California: Bull Publishing Company).

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

Siregar, M.F. (1994). “Dunia Olahraga Indonesia Perlu Ditata Kembali”, dalam Harian Kompas 10 Pebruari 1994.

15

Page 17: Orasi Pak Furqon

___________ (1978). “Peranan Olahraga dalam Pembangunan Bangsa”. Majalah Prisma, No. 4 Mei 1978 Tahun VII.

Snowdown, Les and Humphereys, Maggie (2004). The Walking Diet. (Mumbai: Orient Paperbacks).

Soeworo (1978). “Kedudukan Politik dalam Olahraga”. Majalah Prisma, No. 4 Mei 1978 Tahun VII.

Starnes, Joseph W. (1994). “Introduction to Respiratory Control in Skeletal Muscle”. Medicine and Science in Sports and Exercise of Journal of The ACSM Vol. 26, No. 1. Jan. 1994.

Tjiptoherijanto, Priyono (1989). Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

16

Page 18: Orasi Pak Furqon

BIODATA

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap2. N I P3. Agama4. Jenis Kelamin5. Tempat, Tgl. Lahir6. Alamat sekarang

7. Golongan

::::::

:

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.131 658 563IslamLaki-lakiSurakarta, 27 Juli 1960Jl. Antasena Blok Ak 26-28 Solo Baru Sektor VII, Surakarta. Kode Pos 57552.IIId

8. Keluargaa. Isterib. Anak

::

Dra. Hj. Sarah DahliaRavid Cahyadi

II. PENDIDIKAN

No. Pendidikan Nama & Tempat Tahun

1. SD SD Negeri Jaten II Karanganyar 19722. SLTP

MTsSMP Al-Islam I SurakartaMadrasah Tsanawiyah Al-Islam I Surakarta

19761976

3. SMUMA

SMA Al-Islam I SurakartaMadrasah Aliyah Al-Islam I Surakarta

19801980

4. S1 Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS, Surakarta

1986

5. S2 Pendidikan Olahraga Program Pascasarjana IKIP Negeri Jakarta

1993

6. S3 Kependidikan Program Pascasarjana IKIP Negeri Jakarta

1998

III. PENGHARGAAN 1. Piala dan Piagam dari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga

Republik Indonesia (MENPORA RI) - (Juara I Kelompok Umum Lomba Karya Tulis Ilmiah Inovatif Keolahragaan HAORNAS XI/1994.

2. Dosen Teladan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Tahun 1997.

3. Adi Manggalya Krida dari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (MENPORA RI) Tahun 1997.

4. Tanda Penghargaan di Bidang Olahraga Tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 sebagai Wasit Panahan dari Gubernur Jawa Tengah.

5. Tanda Penghargaan di Bidang Olahraga Tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 sebagai Ilmuwan Olahraga dari Gubernur Jawa Tengah.

IV. PENGALAMAN PEKERJAAN

1. Pramujasa pada PT. Asuransi Jiwa PANIN PUTRA Surakarta (1980-1982).

2. Guru Pendidikan Olahraga dan Kesehatan di SMA Al-Islam 1 Surakarta (1984-1988).

3. Instruktor pada Pusat Kubugaran (Fitness Center) (1987-1992).4. Tenaga pengajar pada JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta (1987-sekarang).

17

Page 19: Orasi Pak Furqon

5. Tenaga pengajar pada Program Studi S2 Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta (1999-sekarang).

6. Tenaga pengajar pada Program Studi S2 Magister Studi Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (2000-sekarang).

7. Tenaga pengajar pada Program Studi S3 Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (2002-sekarang).

V. PENGALAMAN ORGANISASI/KELEMBAGAAN

1. Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (HIMA OR FIP UNS) - Tahun 1981-1983 (Ketua Umum).

2. Senat Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (SEMA FKIP UNS) - Tahun 1983-1985 (Ketua Umum).

3. Pengurus Daerah Persatuan Panahan Indonesia (Pengda PERPANI) Jawa Tengah. Tahun 1991- sekarang, (Ketua Bidang Litbang).

4. International Archery Federation (IAF) 1991-2000 (FITA International Judge).

5. KONI Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta, Tahun 1997 - sekarang (Ketua Bidang Pembinaan/Ketua II).

6. Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia (PB. PERPANI) - Tahun 1998 - sekarang (Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan).

7. Program Studi (S2) Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret - Tahun 1999-2003 (Ketua Program Studi).

8. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret - Tahun 2003 - sekarang (Pembantu Dekan I).

9. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Tengah – Tahun 2005 – sekarang (Ketua Komisi Penerapan IPTEK Olah-raga).

VI. PENGALAMAN AKTIVITAS/TUGAS TAMBAHAN

1. Training Centre of Indonesian Badminton Team for Physical Handicap in FESPIC Games IV/1986, Solo, Indonesia (Coach).

2. Training Centre of Indonesian Badminton Team for Physical Handicap in FESPIC Games V/1989, Solo, Indonesia (Coach).

3. The Seminar of The Archery International Judge, Yogyakarta, March, 3-5, 1991 (Participant).

4. Olympic Solidarity Sports Leadership Course, November, 23-27, 1992 Semarang, Indonesia (Participant).

5. VIIIth Asian Cup Archery Tournament, Ujungpandang, Octo-ber, 15-19, 1993 (Vice Chairman of Tournament Division).

6. Local Course Director-Olympic Solidarity IOC, February, 4-8, 1994, Bogor, Indonesia (Participant).

7. International Test Tournament 38th World Archery Champion-ship 1995, Jakarta, June, 13-18, 1995 (Chairman of Tournament Division).

8. FITA IVth Judge Conference, July, 1995, Jakarta. (Organizing Committee).

9. 38th World Archery Championship. Jakarta, August, 1-6, 1995 (Vice Chairman of Tournament Division).

10. Tim Pengembangan dalam Rangka Penyusunan RIP UNS Tahun 1991-2000 (Anggota).

11. Tim Pengembangan FKIP UNS, Tahun 1997-2001 (Anggota).12. The Target Archery Competition of IXth SEA Games, October,

11-19, 1997, Jakarta (Chairman of Tournament Division).13. Penyusunan Standar Pelayanan Minimal POK (Penjas),

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Tahun 2004 (Sekretaris).

18

Page 20: Orasi Pak Furqon

14. Pengembangan dan Sosialisasi Kurikulum Pendidikan Olah-raga Kepelatihan, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Tahun 2004 (Sekretaris).

15. Pengembangan Kurikulum Kependidikan Konsekutif Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1 PGSD), Direktorat Pem-binaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Tahun 2004 (Anggota).

VII. KARYA ILMIAH :

A. Karya Penelitian ( 5 tahun terakhir).1. Norma untuk Tes Kesegaran Jasmani yang Berkaitan dengan

Olahraga di Sala Kelompok Usia 12-17 Tahun (1999) - Ketua.2. Pembinaan Olahraga Panahan Ronde Nasional sebagai Lan-

dasan Pembinaan Prestasi Panahan Ronde FITA. Paedagogia FKIP UNS, No. Akreditasi 395/Dikti/Kep/2000 (Tahun 2001) - Ketua

3. Tes Pemanduan Bakat Olahraga Angkat Besi di SLTP. (Jilid 5 No. Edisi Khusus, September 2002).Paedagogia FKIP UNS, No. Akreditasi 395/Dikti/ Kep/2000, tanggal 27 Nopember 2000 - Ketua

4. Profil Kesegaran Jasmani Guru Pendidikan Jasmani Sekolah dasar di Indonesia. (Jilid VI No. 1 Februari 2003).Paedagogia FKIP UNS, No. Akreditasi 395/Dikti/ Kep/2000, tanggal 27 Nopember 2000 - Ketua

5. Analisis Kebutuhan Fisik dan Implikasi Latihan dalam Olahraga Panahan. (Volume 5, Nomor 2, Mei 2003). Jurnal IPTEK Olahraga, No. Akreditasi, 02/Dikti/Kep/2002, tanggal 7 Januari 2002 - Ketua

6. Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi Anak dengan Kebutuhan Pendidikan Khusus: Tinjauan terhadap Aspek-aspek yang belum Mendapat Penekanan. (JRR Tahun 13, Nomor 1,

Juni 2003). Jurnal Rehabilitasi dan Remidiasi PPRR Lembaga Penelitian UNS, No. Akreditasi 52/DIKTI/Kep/2002, tanggal 12 Nopember 2002 - Ketua

7. Pola Perilaku Pelatih dan Atlet dalam Latihan Olahraga Bulutangkis (2003) – Ketua

8. Penyusunan Tes Persepsi Kinestetik untuk Anak Usia 13-14 Tahun (2004) - Ketua

B. Presentasi Makalah ( 5 tahun terakhir).

1. Pemanduan Bakat Melalui Sekolah Bersama Lembaga Keolahragaan Terkait, Disampaikan dalam Temu Konsultasi Pengkajian dan Penelitian Buku Pedoman Pemanduan Bakat Olahraga Tahap I, Di Jakarta, tanggal 6-7 Januari 1999.

2. Pokok-pokok Pikiran tentang Program Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Penerapan IPTEK (Rapitek) Olahraga Panahan, Disampaikan dalam Rapat Kerja PB. PERPANI Periode 1998-2002, di Hotel PKBI Blok M, Jakarta, tanggal 8-9 Pebruari 1999.

3. Strategi Penjaringan Calon Atlet Berbakat Olahraga Panahan, Disampaikan dalam diskusi Pelatih Panahan pada Kejurnas Junior VIII/1999 di Aula BPG Denpasar, Bali, tanggal 9 April 1999.

4. Pengembangan Bakat Olahraga, Disampaikan dalam Penataran Administrasi Olahraga (Sport Administration Course) Kerja-sama antara NOC of Indonesia, IOC-Olympic Solidarity, dan Puslitbang-OR UNS di Ruang Sidang FKIP UNS, tanggal 3-6 Mei 1999.

5. Parameter dan Uji Kerja Fisik untuk Cabang Olahraga, Disampaikan dalam Rapat Pengurus KONIDA-1 Jawa Tengah dengan para Pengda/Komda/Pimda di Ruang Pertemuan KONIDA-1 Semarang, Jawa Tengah (GOR Jati Diri Semarang), tanggal 5 Mei 1999.

6. Pemanduan Bakat Olahraga Panahan, Disampaikan dalam “Expose” Tentang Pemanduan Bakat Cabang Olahraga Atletik

19

Page 21: Orasi Pak Furqon

dan Panahan Di Ruang Pola Direktorat Keolahragaan, Depdikbud, Gedung E, Lt. VII Jakarta, tanggal 12 Mei 1999.

7. Kesegaran Jasmani Atlet, Disampaikan dalam Prawidiakarya Olahraga dan Pendidikan Jasmani, di PPPITOR Kantor Menpora Jakarta, tanggal 17 Juni 1999.

8. Evaluasi Penyelenggaraan Proses Belajar Mengajar dalam Rangka Meningkatkan Mutu Keluaran, Disampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan (PJKR FIK) Universitas Negeri Yogyakarta, di kampus FIK UNY, tanggal 29 dan 30 September 1999.

9. Beberapa Catatan dan Implikasi Inovasi Kurikulum Pendidikan Jasmani 1994, Disampaikan dalam Pengkajian Bahan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani SD, SLTP, dan SMU/SMK di Bogor Jawa Barat, tanggal 18-19 Oktober 1999.

10. Potret dan Analisis Keberbakatan Olahraga Anak Sala dengan Metode Sport Search. Disampaikan dalam Desiminasi “Pemanduan Bakat dan Pembinaan Olahraga Usia Dini & Terapi Cidera Olahraga” di Hotel Sahid Raya Jl. Gajah Mada Surakarta tanggal 05 Pebruari 2000

11. Reformulasi Pendidikan Jasmani di SLTP, Disampaikan dalam Seminar Ilmiah Keolahragaan dengan Tema: “Reposisi dan Reaktualisasi Sistem Keolahragaan Menuju Indonesia Baru”, Malang, Jawa Timur, tanggal 15-18 Juni 2000 di Batu.

12. Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga Panahan, Disampaikan dalam Kongres Luar Biasa PB. PERPANI, di Hotel ELMI Surabaya, tanggal 26 Juni 2000.

13. Pengembangan Sistem Identifikasi dan Pemanduan Bakat Olahraga”, Disampaikan dalam Lokakarya Perumusan Kebijakan Kantor Menpora di Bidang Pemberdayaan IPTEK Olahraga, di Hotel Cipayung Asri, Cipayung, Bogor, Jawa Barat, tanggal 28-29 Juli 2000.

14. Beberapa Catatan Implementasi Kurikulum D-II Pendidikan Jasmani, Disampaikan dalam Rapat Koordinasi antara FIK

UNY, FIK UNES, dan JPOK FKIP UNS, di Kampus Manahan Surakarta, tanggal 20 Juli 2000.

15. Reorientasi Pengajaran Mikro dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Jasmani, Disampaikan dalam Seminar dan Lokakarya “Model Pengajaran Mikro dan PPL Penjaskes Program Studi PJKR” di Kampus FIK Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 22-23 September 2000.

16. Analisis Kebutuhan Fisik Olahraga Bulutangkis. Disampaikan dalam Diskusi Hasil Riset Litbang Pengda PBSI Jawa Tengah dengan Puslitbang-OR UNS, di PT Djarum Kudus, tanggal 23 Nopember 2000.

17. Analisis Kebutuhan Fisik dan Implikasi Latihan dalam Olahraga Pencak Silat (Kategori Tunggal, Ganda, dan Regu). Disampaikan dalam Penataran Pelatih Pencak Silat Katagori Tunggal, Ganda dan Regu, di Padepokan Pencak Silat Jawa Tengah di Kartasura Surakarta, tanggal 26 Mei 2001.

18. Evaluasi Pendidikan Jasmani di Sekolah dasar, Disampaikan dalam Pendidikan dan Pelatihan Pemanduan Bakat Olahraga Bagi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Angatan II di Graha Wisata Remaja Kompleks Gelanggang Olahraga (GOR) Jalan Arsono RM, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tanggal 29 Mei s.d 5 Juni 2001.

19. Pembinaan Kesegaran Jasmani dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Insani. Disampaikan dalam Penataran/ Training SATPAM “Tiga Serangkai Group”, di Kampus PPMI Assalaam Pabelan Kartasura Surakarta, tanggal 12 Juni 2001.

20. Pengembangan Profesi Instruktor Kebugaran Jasmani. Disam-paikan dalam Pelatihan Nasional Senam Kesegaran Jasmani 2000, di Hotel Kartika Kusumasari Surakarta, tanggal 30 September - 4 Oktober 2001.

21. Prinsip-prinsip Melatih Olahraga untuk Meningkatkan Kebu-garan Jasmani. Disampaikan dalam Pelatihan Nasional Senam Kesegaran Jasmani 2000, di Hotel Kartika Kusumasari Surakarta, tanggal 30 September - 4 Oktober 2001.

20

Page 22: Orasi Pak Furqon

22. Model Pengajaran Lapangan dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Jasmani, Disampaikan dalam Lokakarya yang diselenggarakan Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP UNS di Kampus UNS Manahan Surakarta, tanggal 21 Pebruari 2002.

23. Meningkatkan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Pendi-dikan Jasmani, Disampaikan dalam Penataran Pemanduan Bakat Olahraga untuk Guru Pendidikan Jasmani SLTP yang diselenggarakan Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa Ditjen Olahraga Depdiknas di Serang Propinsi Banten, tanggal 3-6 Maret 2002.

24. Pembinaan Fisik Usia Dini Olahraga Bulutangkis, Disampai-kan dalam “Coaching Clinic” bagi Pelatih dan Ofisial dalam Kejuaraan Bulutangkis Usia Dini Tingkat Nasional “BIG PRO OPEN II”, di Kompleks GOR Soeroto Akmil Magelang, tanggal 19 Maret 2002.

25. Peta Olahraga Solo dan Antisipasinya, Disampaikan dalam Pelatihan untuk Para Calon Wartawan Solo Pos, di Ruang Pertemuan Harian Solo Pos Jl. Slamet Riyadi No. 325 Solo, tanggal 31 Maret 2002.

26. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Olahraga, Disam-paikan dalam Temu Persiapan Penyusunan Buku Instrumen Pemanduan Bakat 5 Cabang Olahraga (Panahan, Pencak Silat, Loncat Indah, Bulutangkis, dan Senam) di Wisma Pemuda/ PPSDP, Jl. Jambore No. 2 Cibubur Jakarta, tanggal 19 April 2002.

27. Di Sekolah: Pendidikan Jasmani atau Olahraga?, Disampaikan dalam Seminar Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompe-tensi untuk Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas bekerjasama dengan Univer-sitas Negeri Jakarta, di Gedung Sarwahita Lt. II Kompleks UNJ Rawamangun, Jakarta Timur, tanggal 10 Juni 2002.

28. Pembinaan Olahraga Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Insani, Disampaikan dalam Seminar “Pengembangan Olahraga Masyarakat”, di Gedung Karya

Graha Mahasiswa UNNES, Jl. Kelud Raya Semarang, tanggal 27 Juni 2002.

29. Antisipasi dan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani: Dalam Menghadapi Era Global dan Otonomi Daerah, Disam-paikan dalam Seminar dan Pelatihan, di Kampus II Universitas Tunas Pembangunan, Jl. Balaikambang Lor No. 1, Manahan, Surakarta, tanggal 13 Juli 2002.

30. Potensi dan Kendala Pembinaan Olahraga di Solo, Disampai-kan dalam Semiloka tentang “Visi dan Misi Olahraga Kota Surakarta”, di Aula PDAM Kota Surakarta, Tanggal 4 Agustus 2002.

31. Menyelenggarakan Kegiatan (Event) Olahraga, Disampaikan dalam Pelatihan Tenaga Fungsional Keolahragaan Tingkat Pusat yang diselenggarakan oleh Direktorat Olahraga Masya-rakat, Direktorat Jenderal Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional, di Hotel Kusuma Kartika Sari, tanggal 19-24 Agustus 2002.

32. Pengelolaan Program Intramural dan Ekstramural di Sekolah, Disampaikan dalam Lokakarya Penyusunan Buku Panduan Olahraga Ekstrakurikuler, diselenggarakan oleh Direktorat Olahraga Masyarakat Ditjen. Olahraga, di Hotel Dana Sura-karta, tanggal 25 Agustus 2002.

33. Profesionalisme dan Kreativias Guru Pendidikan Jasmani dalam Mengajar, Disampaikan dalam Seminar tentang “Dimensi Dan Paradigma Guru: Peningkatan Peran dan Kreativias Guru Pendidikan jasmani dalam Mensikapi Tuntuan Era Reformasi dan Otonomi Daerah” dalam rangka Hari Olahraga Nasional, di Gedung Bhakti Praja Jl. Diponegoro, Ungaran, Kabupaten Semarang, tanggal 26 September 2002.

34. Pengembangan Model Pengajaran Olahraga Estrakurikuler, Disampaikan dalam “Seminar Pengembangan Model Penga-jaran Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler”, di Hotel PITA Giri Jl. Palmerah Barat No. 110 Jakarta Barat, tanggal 1 Oktober 2002.

35. Peran Olahraga dalam Membentuk Keluarga yang Sehat, Disampaikan dalam “Seminar Membina Keluarga Sakinah yang

21

Page 23: Orasi Pak Furqon

Islami, Sehat dan Sejahtera” yang diselenggarakan oleh Ikatan Persaudaraan Haji Bimbingan Aisyiah (IPHAS-2000) dan TK Islam Unggulan Al Khoir Surakarta, di Hotel Kusuma Sahid Prince Hotel, tanggal 16 Pebruari 2003

36. Optimalisasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Disampaikan dalam Semiloka Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar se Kabupaten Cilacap, di Gedung PD II PGRI Cilacap, Jl. Kalimantan Cilacap, tanggal 30 Agustus 2003.

37. Manajemen Perencanaan dan Pengelolaan Taman Kebugaran Jasmani (TKJ). Disampaikan dalam “Pelatihan Peningkatan Mutu Pengelola Olahraga Rekreasi dan Uji Coba Pengenalan Model Olahraga Rekreasi” di Hotel Watu Gede Jl. Wonogiri Km 7 (Waduk Gajah Mungkur) Kabupaten Wonogiri, tanggal 2 September 2003.

38. Peran Fisioterapi dalam Mewujudkan Prestasi Olahraga, Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Penatalaksanaan Fisioterapi pada Cidera Olahraga, di Kampus POLTEKES Surakarta Jurusan Fisioterapi, Tohudan Surakarta, Tanggal 13 Maret 2004.

39. Pentingnya Sistem Informasi Manajemen Olahraga dalam Pembinaan Olahraga. Disampaikan dalam Seminar tentang “Manajemen Olahraga”, di Ruang Pertemuan KONI Propinsi Jawa Tengah, d.a. Kompleks Jatidiri Semarang, tanggal, 18 Mei 2004.

40. Menggali dan Menggalang Potensi Masyarakat dalam Rangka Mengembangkan Olahraga Prestasi. Disampaikan dalam Seminar Sehari yang diselenggarakan oleh Direktorat Fasilitasi Olahraga Prestasi, Direktorat Jenderal Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional, di Trenggalek, Jawa Timur, tanggal 27 Agustus 2004

41. Penelitian Pengembangan dalam Ilmu Keolahragaan, Disam-paikan dalam Pelatihan “Pengembangan Peneltian Ilmu Keolahragaan” di Ruang Pertemuan PPS Universitas Negeri Jakarta, tanggal 15-16 Desember 2004.

42. Physical Demand Analysis in Badminton. Presented in The 3rd

International Conference of Asian Society for Physycal Education and Sport (ASPES), Bandung, July, 22-24, 2004.

43. Pokok-pokok Pikiran Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompe-tensi (KBK) di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Disampaikan dalam Lokakarya dengan tema “Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kompetensi,” di Kampus JPOK FKIP UNS Manahan Surakarta, tanggal 22 Desember 2004.

C. Buku:

1. Kelompok dan Kepemimpinan Dalam Olahraga (Universitas Terbuka, 1991).

2. Strategi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Universitas Terbuka, 1991).

3. Teori Umum Latihan (Terjemahan) (JPOK FKIP UNS, 1996).4. Pembinaan Mental Atlet (Universitas Terbuka, 1998).5. Latihan Berbeban: Untuk Meningkatkan Kekuatan, Power,

Daya Tahan, Kelenturan, Pembentukan dan Kesegaran Tubuh (JPOK FKIP UNS, 1998).

6. Pemanduan Bakat Olahraga Model Sport Search (Terjemahan) bersama Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS. (Puslitbang-OR UNS, 1999).

7. Tes Kesegaran Jasmani dengan Lari Multitahap (Terjemahan) bersama Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS. (Puslitbang-OR UNS, 1999).

8. Analisis Kebutuhan Fisik Olahraga Panahan. Bersama Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS. (Puslitbang-OR UNS, 2000).

9. Tindak Lanjut Penilaian Hasil Tes Pemanduan Bakat Olahraga dengan Metode Sport Search. Bersama Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS. (Puslitbang-OR UNS, 2000).

10. Tes Pemanduan Bakat Olahraga Angkat Besi. (Puslitbang-OR UNS, 2000).

22

Page 24: Orasi Pak Furqon

11. Plaiometrik: untuk Meningkatkan Power (Terjemahan) bersama Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS. (Puslitbang-OR UNS, 2002).

12. Total Badminton - bersama Icuk Sugiarto dan S. Kunta P. (Setiyaki Eka Anugrah, 2002).

13. Teknik Pemanduan Bakat Olahraga (Direktorat Oahraga Pelajar dan Mahasiswa Depdiknas, 2003).

14. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif (Direktorat PLB Ditjen Dikdasmen Depdiknas, 2003).

15. Teknik Pemanduan Bakat Olahraga Panahan (Direktorat Oahraga Pelajar dan Mahasiswa Depdiknas, 2004).

VIII. PENGALAMAN KUNJUNGAN KE LUAR NEGERI

1. The Target Archery Competition of XVIIth SEA Games June, 12-20, 1993, Singapore (Judge).

2. FITA IIIrd Judge Conference, September, 2-5, 1993, Antalya, Turkey (Participant).

3. Ist International Symposium On Science and Archery, September, 6, 1993, Antalya, Turkey (Participant).

4. XXXXth FITA Congress, September, 13-15, 1993, Antalya, Turkey (Delegate/Representative of Indonesia Achery Association).

5. The Target Archery Championship of XIIth Asian Games, Hiroshima, Japan, October, 2-16, 1994 (Judge).

6. Asia Archery Federation (AAF) Congress, Hiroshima, Japan, October, 16, 1994 (Deledate of Indonesia Archery Association).

7. The Target Archery Competition of XVIIIth SEA Games, December, 10-17, 1995, Chiang Mai (Judge).

8. Xth Asian Cup Archery Tournament, Langkawi, Malaysia, Nopember, 14-20, 1997 (Judge).

9. “The 1st Archery Tournament Organization and Judging Seminar”, Bangkok Thailand, February, 24-25, 2000.

10. International Technical Official In Event – Archery, “XXI SEA Games”. Kuala Lumpur, Malaysia, September, 08-17, 2001 (Judge).

11. FITA International Judge Seminar, Kuala Lumpur, Malaysia, October, 12-14 2001 (Participant).

23